You are on page 1of 22

Tugas PKN

Kebudayaan Sumatera Utara

Ananda Salsabila Hasibuan


Kelas: IV Al-ghozali

PENDAHULUAN

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1 - 4 Lintang Utara dan 98 - 100 Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km. Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas: Pesisir Timur Pegunungan Bukit Barisan Pesisir Barat Kepulauan Nias

Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau. Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini. Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini [4] masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.

Batas wilayah
Utara Provinsi Aceh dan Selat Malaka

Selatan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia

Barat

Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia

Timur

Selat Malaka

Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka). Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli. Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias. Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga. Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis.

Penduduk
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km. Kadar Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.

Suku Bangsa
Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orangMinangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Niasberada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut : 1. Suku Melayu : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat 2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo 3. Suku Batak Toba : Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir 4. Suku Batak Mandailing : Kabupaten Mandailing Natal 5. Suku Batak Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padang Lawas

6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun 7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat 8. Suku Nias : Pulau Nias 9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Kabupaten Batubara, Pesisir barat 10. Suku Aceh : Kota Medan 11. Suku Jawa : Pesisir timur 12. Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir timur & barat.

Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari. Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan Bahasa Batak yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Mandailing Natal menggunakan Bahasa Minangkabau.

Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan. Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi.

Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.

Tari Terang Bulan (Karo) Tari Maena (Nias)

Tari Karo Lima Serangkai Sumatera Utara

Tari Kuala Deli Tanjung Katung Medan

Tari Dembas Simenguda Tapanuli

Tari Kemuliaan Man Dibata Karo

Tari Bolo-Bolo Karo

Tari Begu Deleng Sumatera Utara

Tari Ngari-ngari Karo

Lagu Daerah
Instrumen tradisional musik Batak adalah salah satu peninggalan kekayaan kebudayaan Batak. Musik Batak pada jaman dulu banyak digunakan untuk mendukung upacara-upacara adat dan keagamaan Batak asli. Namun pada jaman sekarang instrumen musik tradisional Batak selain digunakan untuk upacara adat juga sudah mulai dipakai untuk pertunjukan dan hiburan. Musik Batak mempunya keunikan baik dari bunyi yang dihasilkan, cara memainkan maupun ornamen pendukungnnya yaitu gorga Batak. Instrumen musik Bataklah salah satu penopang utama lestarinya kesenian Batak. Kita bersyukur bahwa saat ini, semakin banyak generasi muda Batak baik yang ada di tanah Batak maupun yang diperantaun yang mempelajari dan menguasai penggunaan instrumen musik Batak. Lagu Batak yang sering kita dengar dibawakan dan direkam dalam VCD/ DVD maupun dipertunjukan di atas panggung maupun media televisi tidak identik dengan kesenian tradisional Batak. Lagu-lagu berbahasa Batak dengan instrumen musik Barat sebenarnya merupakan bagian dari kesenian modern. Lagu-lagu Batak yang didukung oleh permainan musik tradisional Batak itulah yang sesungguhnya kesenian asli Batak. Berikut ini adalah daftar beebrapa lagu-lagu tradisional dari daerah Sumatera Utara

Anju Ahu Butet Cikala Le Pongpong Dago Inang Sarge Ketabo Leleng Mah Hupaima Ima Lisoi Madekdek Magambiri Mariam Tomong Nasonang Dohita Nadua O'pio Rambadia Say Selamat Masinegar Sengko-sengko Sigulepong Sinanggar Tulo Sing Sing So Sory Ya Katulla

Alat Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

Instrumen musik Bataklah salah satu penopang utama lestarinya kesenian Batak. Kita bersyukur bahwa saat ini, semakin banyak generasi muda Batak baik yang ada di tanah Batak maupun yang diperantaun yang mempelajari dan menguasai penggunaan instrumen musik Batak. a. Tata Ganing atau Gondang

Alat-alat musik yang digunakan adalah : Gong Gerantung, yaitu alat musik pukul semacam gambang Tanggelong atau nungneng, yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari tali dan cara memainkannya dengan dipukul Suling dengan nama seperti salodap, salonat, sordam dan tarafair. Arbab, hasapi, hapetan dan kulcapi. b. Gondang Sambilan Gondang sambilan adalah musik daerah Sumatera Utara yang berbentuk ansambel gendang (drum), merupakan cirri umum musik di daerah ini. Alat musik yang digunakan dalam ansambel gondang sambilan adalah :

1) 2) 3) 4)

Sembilan buah gendang besar (gondang) yang memiliki ukuran berbeda-beda Sekelompok gong yang memiliki kecil hingga besar Sepasang simbal. Serunai

c. Alat Musik Nusantara daerah Nias Musik daerah nias terdiri atas empat atau tiga nada dalam satu oktaf. Alat musiknya terdiri atas :

a.

Gong dengan berbagai ukuran. Gong yang berukuran besar disebut gong sedang yang berukuran kecil disebut faritia atau saraina

b.

Lagiya atau semacam rebab

c.

Koko atau semacam kecapi atau celempung

d.

Gendang yang panjangnya tiga meter dengan nama tamburu, gendera, cucu, fodrahi dan tabunara

e.

Garputala

f.

Sigu mbawa atau surune mbawa (seruling)

Pakaian Adat
Pakaian Adat Tradisional Sumatera Utara - Mengenal kebudayaan Sumatra Utara melalui pakaian adatnya. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera. Sumatera Utara yang beribukota di Medan adalah provinsi multietnis dimana ada beberapa etnis yang mendominasi yaitu dengan suku Batak, Nias serta etnis Melayu sebagai penduduk asli yang ada wilayah Sumatra Utara. Wilayah pesisir bagian timur provinsi Sumatera Utara, sebagian besar dihuni oleh masyarakat Melayu. Wilayah pantai barat mulai dari Barus sampai Natal, banyak di huni oleh orang Minangkabau. Sedangkan untuk wilayah tengah sekitar daerah Danau Toba, banyak didiami oleh Suku Batak. Sedangkan Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Berikut ini adalah Pakaian Adat Indonesia yang berasal dari provinsi SumatraUtara.

Gambar Pakaian Adat Tradisional Sumatera Utara

Pakaian Tradisional Sumatera Utara juga beragam, Semua etnis yang ada di Sumatera Utara memiliki nilai budaya sendiri-sendiri dan semuanya itu menjadi keunikan budaya sumatera utara, seperti adat istiadat, tarian daerah, Makan, pakaian adat serta bahasa daerah masing-masing. Dari beragam Budaya Sumatera Utara ini tentunya sangat mendukung sekali untuk promosi tempat wisata Sumatera Utara. Dengan melihat gambar pakaian adat tradisional daerah sumatera utara ini, moga menambah wasasan kita tentang Budaya Indonesia, bahwa negara kita memiliki keunikan budaya yang pantas di

benggakan. Pakaian adat tradisional Sumatera Utara tentu semakin menambah kekayaan Pakaian Tradisional Indonesia.

Senjata Tradisional
Tunggal Panaluan merupakan senjata tradisional bagi suku bangsa Batak khususnya Batak Toba. Senjata ini sebenarnya adalah wujud tongkat berukir dan pangkalnya berwujud kepala manusia lengkap dengan rambutnya yang terbuat dari bulu kuda. Masyarakat Batak mengenal senjata ini hanya ada pada Raja Sisingamangaraja, dimana dengan kekuatan ilmu sihirnya tongkat ini dapat diterbangkan sesuai dengan keinginan pemiliknya. Hngga saat ini Tunggal Panaluan dapat kita lihat di took-toko souvenir di daerah Parapat pinggiran Danau Toba. Karena masyarakat telah membuat duplikatanya dan mengembangkan menjadi cinderamata.

Piso Surit

Piso Gaja Doppak Piso Gaja Doppak ini adalah pisau pedang seorang raja yang mana apabila pisau ini dipakai, maka segala penghambat didepan, disamping, dibelakang akan jauh. Biasa pisau ini dipakai oleh Raja pada saat berjalan atau keluar daerah.

hujur Hujur Siringis adalah sebuah tombak sakti yang biasa digunakan para panglima perang.

iso Solam Debata Piso Solam Debata adalah sebuah pisau kecil Siraja Batak yang biasa dipakai oleh seorang Raja dan apabila dia berbicara atau memerintah, maka semua manusia akan menurut. Pisau ini hanya dipakai oleh seorang raja.

Para Podang Para Podang , kadang-kadang juga dikenal sebagai Piso Podang adalah pedang umum untuk Sumatera dan khusus untuk Batak People. Pengaruh pedang pedang lengkung India India pada bentuk gagang spesifik jelas

Rumah Adat
Rumah adat Sumatra Utara Jahu ba1on, sebuah rumah pertemuan keluarga besar. Berbentuk pangung dan ruang atas untuk tempat tinggal. Pada ruang ini tak ada kamar-kamar dan biasanya 8 keluarga tinggal bersama-sama. Tempat tidur lebih tinggi dari dapur.

Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau. Rumah adat etnis Batak, Ruma Batak, berdiri kokoh dan megah serta masih banyak ditemui di Samosir.

Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.

Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan lesung.

Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).

Rumah adat di pesisir barat kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.

Seni Ukir
Kebanyakan tulisan tentang Batak lebih menyoroti tentang sistim kekerabatan, bahasa dan agama Batak. Sedikit sekali penelitian yang mendalam tentang hasil kebudayaan Batak lainnya seperti ukiran Batak. Berikut ini adalah beberapa bentuk karya seni tradisional Batak yang hingga kini masih terus hidup terutama dapat dijumpai di Tomok Samosir. Naga Morsarang atau Sahang

Datu adalah pemimpin upacara keagamaan asli Batak. Seorang datu memerlukan bermacam-macam tempat penyimpanan yang terbuat dari berbagai macam material untuk menyimpan ramuan gaibnya. Benda berbentuk kapal ini dikenal sebagai naga morsarang juga dikenal sebagai sahang, terdiri dari tanduk kerbau yang berongga yang permukaan luarnya diukir dengan ornamen khas batak. Bagian ujung dari tanduk diukir dalam rupa orang yang sedang duduk. Bagian pangkal tanduk disumbat denganpenutup dari kayu berukir yang menggambarkan singa yang ditunggangi oleh empat orang. Tunggal Panaluan

Tongkat magis orang Batak terdiri dari dua macam yaitu Tunggal Panaluan, kira-kira panjangnya 1,7 metres dan umumnya diukir dengan inda, dan Tunggal Malehat, yang lebih pendek dan biasanya dibuat dengan lebih sederhana. Tongkat ini adalah atribut para datu (dukun) Batak. Namun demikian tongkat bukanlah milik datu tetapi milik marga. Kepemilikan tongkat ini tampak dalam penggunaan tongkat ini, datu memakainya dalam acara yang melibatkan seluruh anggota marga, contohnya saat

memanggil hujan, perayaan perang, dan acara menolak bala. Hal ini juga ditunjukkan oleh hiasan singa, fungsi utama tongkat ini adalah untuk melindungi anggota masyarakat dan kelangsungan marga. Guri-Guri

Sebelum penyebaran agama Kristen di tanah Batak meluas pada awal abad keduapuluhhadatuon (perdukunan) merupakan bagian penting dalam ritual keagamaan Batak asli. Pemuka agama yang biasanya dikenal sebagai Datu, menjalankan perdukunan baik yang sifatnya menyembuhkan maupun merusak dengan menggunakan berbagai macam perlengkapan. Peralatan datu yang paling keramat dan ampuh adalah guri-guri. Benda ini adalah tempat penyimpanan pupuk, suatu benda yang sangat ampuh terbuat dari korban manusia yang dibunuh dalam suatu upacara. Pupuk dipercaya dapat memerintahkan arwah si korban untuk melakukan perintah datu. Guri-guri seringkali terbuat dari keramik Cina yang diimpor dan diberi tutup ukiran Batak yang terbuat dari kayu. Kebanyakan penutup menggambarkan orang yang menunggang mahluk seperti kuda yang disebut singa. Singa yang merupakan gabungan dari aspek-aspek kuda, ular, harimau dan binatangbinatang lain adalah mahluk dalam mitologi Batak yang merupakan simbol kesuburan dan perlindungan alam.

Si Galegale

Sebuah tradisi yang unik dalam seni patung Batak adalah boneka yang dikenal dengan nama si Galegale. Di masa yang lampau, si galegale muncul dalam acara penguburan dimana ia berfungsi sebaga pengganti anak laki-laki orang yang dikuburkan yang tidak pernah memiliki anak laki-laki dalam hidupnya. Boneka ini, digerakkan dengan tali temali yang menghubungkan berbagai bagian dari boneka tersebut yang dikendalikan oleh si pemain, turut menari (manortor) selama ritual penguburan bersama keluarga orang yang meninggal. Dengan bantuan bola yang dilembutkan dalam kepala boneka, beberapa boneka bahkan dapat dibuat seperti mengeluarkan air mata untuk ayahnya yang meninggal. Kepala si galegale ini diukir dengan roman muka yang sangat menarik. Alis mata dibuat dari tanduk kerbau dan daun telinganya diperindah dengan ornamen yang terbuat dari kuningan dikenal dengan nama sitepal. Ornamen Kepala Kuda

Secara tradisional, rumah Batak kaya dengan dekorasi design geometris dan gambar-gambar natural dengan warna-warna merah, putih dan hitam. Dekorasi utama sebuah rumah umumnya berukuran besar dengan ukiran kepala binatang digabungkan dengan motif-motif yang kompleks dan indah. Ornamen arsitektur bagian samping rumah biasanya didominasi oleh kepala kuda. Ukiran ini bukan hanya untuk hiasan tetapi juga berfungsi sebagai pengawal gaib untuk memberikan perlindungan bagi penghuni rumah. Di daerah Batak Toba, kuda sering disembelih untuk penghormatan leluhur dan dipercaya memiliki kemampuan untuk menghantarkan seseorang berjumpa dengan leluhurnya. Kuda juga merupakan simbol status karena hanya orang-orang terhormat yang mampu memilikinya.

Ulos Ragidup

Dalam tradisi perkawinan di masyarakat Batak Toba yang masih hidup hingga saat ini ayah pengantin pria memberikan sejenis kain yang dikenal dengan ulos ragidup kepada ibu mempelai wanita. Pemberian ini dimaksudkan untuk kesuburan (keturunan) bari pasangan tersebut dan memperkokoh tali persaudaraan kedua keluarga pengantin laki-laki dan keluarga perempuan. Kadangkala, ulos ragidup juga dipakai pada saat acara pemakaman untuk membungkus tulang belulang atau pelapis peti jenazah.

You might also like