You are on page 1of 13

TUGAS MAKALAH PSIKOLOGI GEJALA PENGENALAN

NAMA KELOMPOK : 1. ABDUL MANAN 2. ADELITA 3. ADI PRADANA 4. ADI RIONO TIKARA 5. ADITYA PRATAMA 6. ADRIANSYAH 7. AGA JOHN 8. AGUNG KRISTANTO 9. AGUSTIN PUTRI DEWI 10. AHMAD GAFUR

PRODI KELAS

: KESMAS : 1A i

KATA PENGANTAR
Puji Dan Syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan yang maha esa karena atas kasih dan anugerahnya kami dapat menyesaikan tugas makalah psikologi dengan judul GEJALA PENGENALAN . Begitu banyak proses yang kami lalui dalam penyusunan tugas ini . Penyusun menyadari keterbatasan kami dalam menyusun makalah ini . Namun, berkat kerjasama yang baik anatar anggota kelompok sehingg tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya . Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu , terutama kepada Ibu Hendrijete Nova Nuda, S.Psi, MM . selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan . Oleh karena itu , saran dan kritikan dari para pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna perbaikan dimasa mendatang. Semoga tugas ini memberikan manfaat bagi pembaca. SALAM .

Palu , 6 November 2

Kelompok 1

ii

Daftar Isi
Halaman judul .........................................i Kata pengantar........................................ii Daftar isi..................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN ............................1 BAB 2 PEMBAHASAN...............................2 BAB 3 KESIMPULAN.................................9 DAFTAR PUSTAKA ..................................10

iii

BAB I PENDAHULUAN
Kognitif berasal dari kata cognitive yang berarti hal yang berhubungan dengan pengamatan. Dalam ilmu Psikologi, Kognitif merupakan bagian dari gejala jiwa manusia. Kognitif merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan pengamatan tanggapan asosiasi, reproduksi, apersepsi, ingatan, fantasi, berpikir dan intelegensi. Kognitif dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi. Jadi gejala-gejala kognitif itu adalah: 1. Pengindraan 2. Pengamatan, Tanggapan (persepsi) 3. Reproduksi, Asosiasi, dan Appersepsi 4. Fantasi 5. Ingatan/memory 6. Lupa 7. Berfikir 8. Inteligensi/intelek 9. Intusi Akan tetapi pada makalah ini kami hanya membahas tentang penginderaan, pengamatan, tanggapan, reproduksi, asosiasi, dan appersepsi.

BAB II
PEMBAHASAN
GEJALA PENGENALAN (KOGNITIF)

A. Pengindraan Pengindraan ialah penyaksian indera kita atas rangsangan yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas). Dalam penginderaan bagian-bagian atau unsur-unsur dari ransangan yang belum terurai, masih menjadi satu, bahkan diri kitapun seakan-akan termasuk didalamnya. Jadi jiwa kita pasif. Misalnya pengindraan kita atas kendaraan-kendaraan yang simpang siur dijalan raya, panas terik matahari yang kita rasakan waktu kita asyik bermain dan sebagainya.[1] Sejak individu dilahirkan secara langsung dapat berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu pula individu-individu secara langsung menerima rangsangan dari luar disamping menerima rangsangan dari dalam dirinya sendiri, seperti mulai merasa kedinginan, panas, sakit, senang dan sebagainya. Individu mengenal dunia sekitarnya dengan menggunakan alat inderanya. Untuk jelasnya berikut ini adalah jenis-jenis atau kerjanya tiap-tiap indera dari kelima panca indra kita sebagai berikut: 1. Indra penglihatan Alat yang berhubungan dengan penginderaan ini adalah mata. Indera ini menerima perangsangan cahaya, dan kerjanya dapat dibedakan menjadi 3 golongan: a. Menurut adanya cahaya: terang dan gelap b. Menurut Warna, ada warna-warna seperti: Merah, Jingga, Biru, Kuning,Ungu, hitam, putih dan abu-abu c. Menurut ukuran: besar, bentuk dan jarak[2] Dalam Psikologi, dikenal empat warna pokok, yaitu: Merah, kuning, hijau dan biru. Jika masing-masing warna ini ditempatkan pada sudut segi empat, maka pada sisinya dapat kita temukan semua warna lainnya. Misalnya, warna ungu pada garis merah biru, oranye pada garis merah kuning, dan abu-abu pada garis hijau biru, dan lainnya.[3]

2. Indera Pendengaran Kita mendengar dengan telinga. Pada pengindraan pendengaran di bedakan antara nada-nada (terdengar tenang dan teratur), dan desah-desah atau gersik (gelisah dan tidak teratur). Kekuatan nada itu tergfantung pada amplitudo dari getaran-getaran udara. Semakin tinggi jumlah getarannya semakin tinggilah nadanya. Nada dengan kekuatan 20.000-30.000 getaran perdetik tidak bisa lagi diamati noleh manusia. Nada paling rendah pada piano memiliki 27 getaran, sedangkan yang tertinggi memiliki 3. 480 getaran perdetik. Orang-orang yang lahir tuli, biasanya juga tidak bisa berbicara (bisu), sekalipun pada umumnya organ-prgan bicaranya normal keadaannya. 3. Indera Pembau Indera pembau berlangsung via perangsang-perangsang berbentuk gas yang mengenai selaput lendir hidung. Pada selaput lendir inilah terletak ujung-ujung syraf pembau. Menurut W. Henning (peneliti jerman 1924) ada 6 bau pokok: a.bau bunga b. bau sangit c.bau getah d.bau busuk e.bau buah f.bau akar

4. Indera pengecap Ini berlangsung karena adanya rangsangan-rangsangan cairan pada lidah dan tekak (langit-lamgit) lunak. Kepekaan orang untuk indera pengecap ini pun sangat berbeda. Kita membedakan empat cita rasa/pengecapan, yaitu manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan yang lainnya merupakan kombinasi dari keempat cita rasa itu. 5. Indera peraba Indera ini menerima perangsang tekanan atau suhu dan sakit. Penginderaan terdapat pada seluruh tubuh, kecuali pada rambut, kuku dan gigi.[4] 6. Indera keseimbangan Indera ini menerima perangsang gangguan keseimbangan. Indera ini terletak pada telinga. Bentuknya seperti rumah siput. Indera inilah yang menjaga tubuh kita agar tetap tegak atau tetap seperti keadaan semula.

7. Indera Kinaesthesis (Kineo= gerak) Pada peristiwa ini, perangsang-perangsangnya berupa gerak-gerak dan keteganganketegangan pada otot-otot tubuh . inderanya terdapat pada persendian. 8. Indera Organis/vital Ini merupakan penginderaan lapar, dahaga, sesak napas (kekurangan udara) dan pembuangan. Tidak ada pengaruh perangsang dari luar. Indera yang berfungsi untuk ini adalah organ-organ pencernaan makanan, pernapasan, organ sirkulasi darah, hati dan lainlain.[5] 9. Indera synaesthesi (indera penyerta) Indera Synaesthesi adalah penginderaan tidak dengan indera yang bersangkutan, akan tetapi dengan indera lainnya. Dalam pengelompokan indera ini dimasukan juga penggantian suatu indera lainnya. Misalnya, kebutaan mata digantikan oleh indera pendengaran dan perasa. Pada umumnya pengindraan selalu disusul dengan pengamatan, terutama rangsangan-rangsangan yang menarik perhatian kita. Namun pengamatan hanya dapat di lakukan oleh manusia, hewan dan bayi tidak dapat melakukannya. Jadi dalam pengamatan jiwa kita aktif. B. Pengamatan, Tanggapan (persepsi) 1. Pengamatan Manusia mengenal dunia ini secara riil, baik dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya dimana dia ada, dengan melihatnya, mendengarnya, membawanya atau mengecapnya. Cara mengenal objek yang demikian itu disebut mengamati, sedangkan melihat, mendengar dan seterusnya disebut modalitas pengamatan. Hal yang diamati itu dialami dengan sifat-sifat; di sini, kini, sendiri dan bermateri. Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.[6] Dan dapat juga diartikan pengamatan adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang. Dalam pengamatan dengan sadar orang dapat pula memisahkan unsure-unsur dari obyek tersebut. Misalnya, becak melampaui kita, mula-mula Nampak bulatnya (penginderaan), tetapi kemudian makin jelas catnya, belnya, pengendaranya, rodanya, dan sebagainya.

Proses pengamatan itu melalui 3 saat: 1. Saat alami (physis) : saat indera kita menerima perangsang dari alam luar. 2. Saat jasmani (saat physiologis) : saat perangsang itu diteruskan oleh urat syaraf sensoris ke otak. 3. Saat rohani (saat phychis) : saat sampainya perangsang itu keotak, kita menyadari perangsang itu dan bertindak. Syarat-syarat terjadinya pengamatan ialah: 1. Ada perhatian kita terhadap perangsang itu 2. Ada perangsang yang mengenai alat indera kita 3. Urat syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak 4. Kita dapat menyadari perangsang itu

2. tanggapan Pada pengamatan berlangsung perangsang perangsang-perangsang. Maka tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tingal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut dengan tanggapan. Definisi tanggapan itu sendiri adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema, dan lain-lain[7] Segala sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau kesannya didalam jiwa kita. Bekas jejak/kesan dari luar yang tertinggal pada kita itu dapat kita timbulkan kembali (Reproduksi) sebagai Tanggapan. Reproduksi suatu tanggapan itu dari keadaan bawah sadar kedalam ke adaan sadar. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tanggapan itu adalah bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah kita amati dan kenali.[8] Tanggapan disebut latent (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut berada dibawah sadar, atau tidak disadari. Sedangkan tanggapan yang disebut aktual, apabila tanggapan tersebut kiata sadari.

3. Perbedaan antara pengamatan dan tanggapan. A. Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedangkan pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat. B. Obyek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek pada tanggapan tidak mendetail. C. Pengamatan memerlukan perangsang, sedangkan pada tanggapan tidak memerlukan perangsang. D. Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan pada tanggapan bersifat imajiner.

C. Reproduksi, Asosiasi, dan Apersepsi. 1. Reproduksi Yang disebut ialah daya jiwa kita yang dapat menimbulkan tanggapan-tanggapan ke kesadaran kita.[9] Reproduksi ialah permunculan tanggapan-tanggapan dari keadaan bawah sadar (tidak disadari) kedalam keadaan disadari. Ketika mengingat kembali suatu yang telah kita amati dan dan kita alami, karena adanya perangsang atau pengaruh dari luar. Reproduksi juga dapat muncul dengan sendirinya atau tidak sengaja, atau tidak ada sebab jadi secara spontan muncul dalam kesadaran. Misalnya: tanpa sebab tertentu munculah peristiwa pedih yang mengingatkan pada masa-masa lalu[10] Menurut cara timbulnya, Reproduksi bisa juga terikat: yaitu diikat dan dirong pleh kemauan sendiri, dengan kata lain, secara sengaja dan atas kemauan sendiri dapat menimbulkan reproduksi itu. Dan reproduksi bisa juga bersifat bebas atau tidak terikat, yakni reproduksi yang timbul dengan sendirinya, dengan tidak disengaja, sehinga bersifat apa adanya dan liar dalam benak kita. 2. Asosiasi Asosiasi dari tanggapan ialah perkaitan dari tanggapan-tanggapan. Tanggapan mengenai benda-benda disekitar diri kita itu selalu terasosiasi dengan nama-nama dari bendanya. Setiap asosiasi selalu menyertakan reproduksi. Maka psikologi kuno/lama menyusun lima hukum asosiasi, sebagai berikut: Hukum 1: Hukum persamaan waktu: tanggapan-tanggapan yang muncul pada saat yang sama dalam kesadaran, akan terasosiasi bersama. Misalnya, benda dengan namanya, kampus dengan jalannya, barang dengan bahannya, dan lain-lain. 6

Hukum 2: hukum perurutan: benda atau peristiwa yang mempunyai perurutan, akan terasosiasi bersama. Misalnya: huruf-huruf Alfabet, melodi, sanjak, dan lain-lain. Hukum 3: hukum persamaan (persesuaian): tanggapan- tanggapan yang hamper sama, akan terasosiasi bersama. Misalnya: potret dangan orangnya, Surabaya dan Jakarta, lautan dengan lautan pasir, dan lain-lain. Hukum 4: hukum kebalikan (lawan): tanggapan-tanggapan yang berlawanan akan terasosiasi bersama. Misalnya: kaya miskin, tua-muda, besar-kecil, dan lain-lain. Hukum 5: hukum galur tau pertalian logis: tanggapan-tanggapan yang mempunyai perkaitan yang logis atau satu sama lain, akan terasoisasi bersama. Misalnya, liburan dengan pesiar, musim pancaroba dengan penyakit, dan lain-lain Sebaliknya, psikologi modern hanya mengenal satu hokum asosiasi saja, yaitu hukum kontiguitas (berbatasan, berdampingan). Bunyi hukum kontiguitas ialah sebagai berikut: tanggapan-tanggapan akan terasosiasi satu sama lain apabila mereka itu kontigu, berdampingan atau berbatasan satu sama lain, karena mereka timbul bersamaan (koeksisiten), atau tersusun dekat didalam kesadaran. [11] Pada proses asogsiasi, bisa berlangsung hambatan emosional. Misalnya berupa rasa malu, kecemasan, rasa minder, rasa takut, yang menghambat proses repruduksi dan asosiasi. Oleh karena itu, demi berhasilnya pendidikan, semua emosi yang hebat dan negatif sifatnya harus disingkirkan. Dan diperlukan sekali ialah: suasana tenang untuk menumbuhkan perasaan-perasaan yang seimbang.[12] 3. Apersepsi Istilah Apersepsi ini telah dipergunakan dalam arti berbeda-beda diantara para psikolog. Menurut Wilhelm Wundt, appersepsi ini terjadi apabila kita mengarahkan perhatian kepada pada suatu isi psikis. Bagi Wundt, Appersepsi itu adalah suatu proses kehendak yang memberi arah kepada aktivitas jiwa dan mengangkat/menempatkan isi psikis pada titik pandangan dan lapangan pandangan[13]. Sehubungan dengan ini, psikologi modern menyatakan bahwa dalam peristiwa appersepsi itu ada unsur-unsur: pengamat penuh minat, pemasakan dan pemahaman tanggapan dan meningkatkan ketaraf hubungan yang lebih tinggi, juga ada proses terpengaruh tanggapan-tanggapan lama oleh tanggapan baru. Dan merupakan proses psikologi yang aktif tidak pasif[14]

Lain halnya dengan Herbart, ia mengartikan Appersepsi sebagai: penerimaan suatu tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Dan sekarang appersepsi ini banyak digunalan dalam arti pengelolaan suatu kesan yang baru dengan bantuan/melalui kesan-kesan yang dimiliki. Jadi kesan-kesan yang sampai pada kita tidak secara lengkap/belum jelas tidak dikenal, kita sempurnakan, selesaikan, atau sesuaikan dengan bantuan kesan-kesan/tanggapan yang sudah ada pada kita, sehingga kita mengenal, memahami dan mengerti maksudnya. Pengenalan dengan bantuan Appersepsi ini banyak sekali terjadoi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam proses belajar disekolah, pemahaman informasi dan lain-lain kesan baru yang sampai/diterima atau dihadapi setiap orang.[15] Sedangkan menurut Leibnis: appersepsi adalah peristiwa penyadaran akan perangsang baik itu perangsang baru maupun perangsang lama yang sudah menjadi tanggapan.[16] Proses appersepsi ialah suatu proses kemauan, bukan proses yang berlangsung secara mekanis.

BAB III KESIMPULAN


Penginderaan adalah penyaksian indera kita atas rangsangan yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas). Pengamatan adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera. Tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan Asosiasi adalah dikeluarkannya tanggapan dari bagian ketidak sadaran kita kebahagiaan sadar kita, ketika mengingat kembali suatu yang telah kita amati dan kita alami. Asosiasi seterusnya kita pakai dalam arti perhubungan dan pertautan.
a) b) c) d) e) f) g)

Hukum persamaan Hukum sebab-akibat Hukum sama waktu Hukum urutan Hukum serempak Hukum berurutan Hukum berlawanan

Reproduksi ialah penjelmaan, penimbulan kembali sesuatu yang telah kita alami,Reproduksi dapat terjadi dengan sengaja tetapi dapat juga terjadi tidak dengan sengaja. Reproduksi dapat juga terjadi pengaruh dari luar.

Appersepsi adalah peristiwa penyadaran akan perangsang baik itu perangsang baru maupun perangsang lama yang sudah menjadi tanggapan.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1998 Agus Sujanto, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 F, Patty, dkk, Pengantar Psikologi Umum,Surabaya: Usaha Nasional, 1982 Kartini kartono, Psikologi Umum, Bandung: CV. Mandar Maju, 1990

10

You might also like