You are on page 1of 36

4 MACAM SISTEM RUJUKAN UPAYA KESEHATAN

Tanggal : 24 March 2010 | Oleh : Putu Sudayasa | Skip ke Komentar | Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan eksternal.

Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan Kesehatan.

Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Demikianlah sepintas ulasan beberapa jenis sistem rujukan pelayanan kesehatan, khususnya yang sering dilakukan dalam pelayanan puskesmas. Informasi tentang upaya rujukan ini dikutip dari berbagai sumber referensi pelayanan kesehatan masyarakat dan dikolaborasikan dengan sedikit pengalaman pengabdian saya saat bertugas keliling puskesmas. Mudah-mudahan memberikan pemahaman yang bermanfaat.

Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal afiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian pula sakit ini juga mempunyai

beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni : a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas. b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services) Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenagatenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan B. Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan. Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).

Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalahmasalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat. Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni : a. Rujukan medik Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. b. Rujukan kesehatan masyarakat Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Update : 24 Juli 2006 Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

SISTEM RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Namun kelemahan pelayanan kesehatan ini terletak pada pelaksanaannya yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Sehingga untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah

suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional. Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Diharapakan mahasiswa melaksanakan asuhan kebidanan neonates, bayi dan balita baik di rumah, posyandu, polindes dengan focus making pregnancy safer dan system rujukan. 2. Tujuan Khusus a. Dapat memahami definisi system rujukan b. Dapat memahami tujuan system rujukan c. Dapat memahami jenis jenis rujukan d. Dapat memahami tingkat Perawatan Unit Bayi yang baru lahir e. Dapat memahami identifikasi neonatus yang akan dirujuk f. Dapat memahami mekanisme rujukan g. Dapat memahami jalur rujukan kasus kegawat daruratan : h. Dapat memahami Keuntungan Sistem Rujukan

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Rujukan Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006) Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 tahun 1972 sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertical . dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuanya. Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. Sistem rujukan Neonatus adalah suatu sistem yang memberikan suatu gambaran tata cara pengiriman Neonatus resiko tinggi dari tempat yang kurang mampu memberikan penanganan ke Rumah Sakit yang dianggap mempunyai fasilitas yang lebih mampu dalam hal penatalaksanaannya secara menyeluruh ( yaitu mempunyai fasilitas yang lebih, dalam hal tenaga medis, laboratorium, perawatan dan pengobatan). Dalam rujukan terjadi antara lain :

1. Penyerahan tanggung jawab timbal balik perawatan penderita dari suatu unit kesehatan secara partikal dan horizontal pada unit kesehatan yang lebih mampu, 2. Penyaluran pengetahuan dan keterampilan dari unit kesehatan yang lebih mampu pada unit kesehatan yang lebih kecil. 3. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium dari unit kesehatan yang kecil pada unit kesehatan yang lebih mampu dan pengiriman hasil kembali oada unit kesehatan yang mengirimnya.

Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical. B. Tujuan Sistem Rujukan Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKI. Tujuan sistem rujukan neonatus adalah memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat dan tepat, menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefesien mungkin dan mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit-unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut serta mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.

C. Jenis-jenis Rujukan

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan eksternal. 1. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk 2. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan,

baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan Kesehatan. 1. Rujukan Medik:

a) Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain b) Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap c) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.

2. Rujukan Kesehatan: Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif. Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan 1. Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan beerhasil guna 2. Khusus Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.

antara lain meliputi bantuan: a) Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular b) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah c) Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal d) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam e) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum f) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.

D. Tingkat Perawatan Unit Bayi yang baru lahir

Berdasarkan faktor resiko dan kemampuan unit kesehatan, pada dasarnya tingkat perawatan dibagi menjadi : 1. Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D, Puskesmas dengan tempat tidur, Rumah Bersalin. 2. Pelayan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS Kabupaten, RS Swasta, RS Propinsi. 3. Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B pendidikan non pendidikan pemerintah atau swasta.

Sesuai dengan pembagian diatas maka unit perawatan bayi baru lahir dapat dibagi menjadi : 1. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III : Merupakan penerima rujukan baru lahir yang lahir dirumah atau pondok bersalin dengan memberi pelayanan dasar pada bayi yang baru lahir di Puskesmas dengan tempat tidur dan rumah bersalin. Kasus rujukan yang dapat dilakukan adalah : a. Bayi kurang bulan b. sidroma ganguan pernafasan c. kejang d. cacat bawaan yang memerlukan tindakan segera e. ganguan pengeluaran mekonium disertai kembung dan muntah f. Kuning yang timbulnya terlalu awalatau lebih dari dua minggu dan diare. Pada unit ini perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama kagawatan bayi baru lahir seperti pengenalan tanda-tanda sindroma ganguan nafas, infeksi atau sepsis, cacat bawaan yang memerlukan dengan segera, masalah ikterus,muntah, pendarahan, barat badan lahir rendah dan diare.

2. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II : Pada unit ini telah ditempatkan sekurang-kurangnya empat tenaga dokter ahli dimana pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kehamilan dan persalinan normal maupun resiko tinggi. Perawatan bayi yang baru lahir pada unit ini meliputi kemampuan pertolongan resusitasi bayi baru lahir dan resusitasi pada kegawatan selama pemasangan pita endotrakeal, terapi oksigen pemberian cairan intravena, tetapi sinar dan tranfusi tukar, penatalaksanaan hipoglikemi, perawatanbayi berat badan lahir rendah dan bayi lahir dengan tindakan. Sarana penunjang berupa laboratorium dan pemeriksaan radiologis yang telah tersedia pada unit init disamping telah dapat dilakukan tindakan bedah segaera pada bayi- bayi oleh karena telah adanya dokter bedah.

3. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I : Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan masalah perinatologi dan neonatologi dapat ditangani disini. Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus yang ditangani sebagian besar merupakan kasus resiko tinggi baik dalam kehamilan, persalinan maupun bayi baru lahir.

E. Identifikasi neonatus yang akan dirujuk Telah disebutkan tadi bahwa neonatus yang akan dirujuk adalah yang tergolong bayi resiko tinggi. Disamping perlu juga diketahui bahwa neonatus resiko tinggi lahir dan ibu dengan kehamilan resiko tinggi pula. Oleh karena itu dalam tahap yang lebih awal penolong persalinan harusnya dapat mengenali bahwa kehamilan yang dihadapinya adalah suatu kelahiran resiko tinggi, seperti yang tertera dibawah ini : 1. Ketuban pecah dini 2. Amnion tercemar mekonium 3. Kelahiran prematur < 37 minggu 4. Kelahiran post matur > 42 minggu 5. Toksemia 6. Ibu menderita diabetes mellitus 7. Primigravida muda (<17 tahun) 8. Primigravida tua (>35 tahun) 9. Kehamilan kembar 10. Ketidakcocokan golongan darah / resus 11. Hipertensi 12. Penyakit jantung pada ibu 13. Penyakit ginjal pada ibu 14. Penyakit epilepsi pada ibu 15. Ibu demam / sakit 16. Pendarahan ibu 17. Sungsang 18. Lahir dengan seksio segar / ekstraksi vakum / ekstraksi forsep 19. Kecanduan obat-obatan 20. Dicurigai adanya kelainan bawaan 21.Komplikasi obstetri lain

Bayi Resiko Tinggi Yang termasuk bayi Resiko Tinggi adalah 1. Prematur / berat badan lahir rendah (BB< 1750 2000gr) 2. Umur kehamilan 32-36 minggu 3. Bayi dari ibu DM 4. Bayi dengan riwayat apnae 5. Bayi dengan kejang berulang 6. Sepsis 7. Asfiksia Berat 8. Bayi dengan ganguan pendarahan 9. Bayi dengan Gangguan nafas (respiratory distress)

F. Mekanisme rujukan 1. Menentukan kegawat daruratan penderita a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih Ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.

b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk. 2. Menentukan tempat rujukan Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Sebaiknya bayi yang akan dirujuk harus sepengetahuan ibu atau keluarga bayi yang bersangkutan dengan cara petugas kesehatan menjelaskan kondisi atau masalah bayi yang akan dirujuk dengan cara yang baik. 4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan. c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim. 5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA) Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat BAKSOKU yang dijabarkan sebagai berikut : a. B (bidan) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan b. A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop c. K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan. d. S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat obat yang telah diterima ibu (klien) e. O (obat) : bawa obat obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk f. K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat g. U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan h. DA(darah): siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan. 6. Pengiriman Penderita Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan / sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.

7. Tindak lanjut penderita a. Untuk penderita yang telah dikembalikan b. harus kunjungan rumahPenderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor G. Jalur rujukan kasus kegawat daruratan : Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut : 1. Dari Kader Dapat langsung merujuk ke : a. Puskesmas pembantu b. Pondok bersalin / bidan desa c. Puskesmas / puskesmas rawat inap d. Rumah sakit pemerintah / swasta 2. Dari Posyandu Dapat langsung merujuk ke : a. Puskesmas pembantu b. Pondok bersalin / bidan desa c. Puskesmas / puskesmas rawat inap d. Rumah sakit pemerintah / swasta 3. Dari Puskesmas Pembantu Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta 4. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta H. Keuntungan Sistem Rujukan 1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga 2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing masing 3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Yang bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB. Jenis system rujukan ada 2 macam yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan. Hal hal yang harus dipersiapkan dalam rujukan yaitu BAKSOKUDA.

B. Saran Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan

kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. sistem rujukan Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontalke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Tujuan system rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Terdapat dua jenis istilah rujukan, yaitu rujukan medik dan rujukan kesehatan. 1. Rujukan medic, yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontalkepada yang lebih berwenang dan mampu menanganinya secara rasional. Jenis rujukan medic a) Transfer of patient . Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic, pengobatan, tindakan operatif dll b) Transfer of specimen . Pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap c) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat 2. Rujukan kesehatan, yaitu hubungan dalam pengiriman , pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya preventif dan promotif. Tata laksana rujukan 1. Internal antar- petugas di satu rumah 2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas 3. Antara masyarakat dan puskesmas 4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya 5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 6. Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit. 7. Antara rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. B ( Bidan ), pastikan ibu/ klien/ bayi didampingi oleh tenaga kesehatan yang komponen dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan. A ( Alat ) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit, infuse, set, tensimeter, dan stetoskop. K ( keluarga ) Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota

keluarga lain harus menemani ibu ( klien) ketempat rujukan. S (surat) Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), aslasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat- obatan yang telah diterima ibu (klien). O (obat) Bawa obat- obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk. K (kendaraan) Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu yang cepat. U (uang) Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan ditempat rujukan. Jika upaya penanggulangan diberikan di tempat rujukan dan kondisi ibu telah memungkinkan, segera kembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu member hal-hal berikut : 1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangannya. 2. Nasihat yang perlu diperhatikan. 3. Pengantar tertulis ke fasilitas pelayanan kesehatan mengenai kondisi pasien, upaya penanggulangan yang telah diberikan dan saran- saran. RUJUKAN KEBIDANAN Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbalebalik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertical maupun horizontal. Rujukan vertical, maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah lengkap. Misalnya dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan personalianya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan komunikasi antar-unit yang ada dalam satu rumah sakit, misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak. Tujuan rujukan 1. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya. 2. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya. 3. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and skill) melalui pendidikan dan pelatihan antara pusat dan daerah. Kegiatan 1. Rujukan dan pelayanan kebidanan 2. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap. 3. Rujukan khusus patologis pada kehamilan, persalinan, dan nifas. 4. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi, yang memerlukan penanganan spesialis. 5. Pengiriman bahan laboratorium.

6. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika parlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan). Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan 1. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demontrasi operasi. 2. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan lmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau ilustrasi pendidikan. Rujukan informasi medis 1. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. 2. Menjalin kerjasama dalam system pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan prenatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional. Keuntungan system rujukan 1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologi member rasa aman pada pasien dan keluarganya 2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola di daerah masing-masing. 3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli Indikasi perujukan ibu 1. Riwayat seksio sesaria 2. Perdarahan pervaginam 3. Persalinan kurang bulan(usia kehamilan kurang dari 37 mgg) 4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental 5. Ketuban pecah lama (kurang lebih 24jam) 6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan 7. Ikterus 8. Anemia berat 9. Tanda /gejala infeksi 10. Preeklamisa/hipertensi dalam kehamilan 11. Tinggi fundus 40cm atau lebih 12. Gawat janin 13. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5 14. Presentasi bukan belakang kepala 15. Kehamilan gemeli 16. Presentasi majemuk 17. Tali pusat menumbung 18. syok

DAFTAR PUSTAKA

Curtis,G.B.2002. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta. Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Irma. 2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http:// www.masdanang.co.cc Juni 20, 3:50 am Kusmiyati, Y. DKK. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Jakarta Masdanang.2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http:// www.masdanang.co.cc June 20, 2008 3:41 am Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC Nurweni, 2009. Gambaran Tingkat pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Trimester I Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di RB Citra Prasasti I Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah. Prawirohardjo, 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka A.Sistem Rujukan 1.Pengertian Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar daoat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006) 2.Tindakan Asuhan Dasar Bayi Muda Dalam memberikan tindakan/pengobatan pada bayi muda pada klasifikasi warna hijau salah satunya adalah asuhan dasar bayi muda. Asuhan dasar tersebut meliputi menjaga bayi muda selalu hangat dan mencegah infeksi dan pemberian imunisasi. a.Menjaga Bayi Muda Selalu Hangat Setelah melakukan penilaian dan klasifikasi, didapatkan klasifikasi kuning dan hijau yang merupakan keadaan yang tidak memerlukan rujukan. Pada keadaan ini dapat dilakukan asuhan dasar bayi muda termasuk menjaga bayi muda selalu hangat karena bayi sangat rentan terhadap masalah tersebut. Asuhan dasar bayi muda menjaga bayi muda tetap hangat adalah untuk mencegah hipotermi. Lakukan tindakan berikut ini pada waktu kunjungan rumah saat memeriksa bayi di klinik. Segera keringkan tubuh bayi setiap kali Letakkan bayi di dada ibu sessering mungkin, bayi tidur dengan ibu. Minta ibu memberi ASI saja sesering mungkin Jika tidak ada tanda-tanda hipotermi, memandikan bayi tidak boleh lebih dari 2 kali sehari. Selesai memandikan, segera keringkan tubuh bayi. Kenakan pakaian yang bersih dan kering, topi bayi, kaus tangan, dan kaus kaki. Jika perlu beri selimut bayi. Baringkan bayi di tempat yang hangat dan jauh dari atau pintu. Pada BBRL atau bayi dengan HIPOTERMI SEDANG, hangatkan bayi dengan Metode Kanguru atau dengan lampu 60 watt berjarak minimal 60 cm. b.Mencegah Infeksi dan Pemberian Imunisasi Berikan imunisasi pada bayi yang belum mendapatkan imunisasi. Isikan hal tersebut pada formulir bayi muda. Asuhan dasar bayi muda lainnya yang penting adalah mencegah infeksi dan pemberian imunisasi.

Lakukan tindakan berikut ini pada waktu kunjungan rumah atau saat memeriksa bayi di klinik. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi Rawat tali pusat dengan hati-hati. Segera bersihkan tali pusat setiap kali basah atau kotor dengan air matang, kemudian keringkan dengan kain atau handuk yang bersih dan kering. Jaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikan bayi setelah suhu stabil. Gunakan sabun dan air bersih hangat, bersihkan seluruh bagian tubuh bayi dengan hati-hati. Hindarkan bayi baru lahir kontak dengan orang sakit, karena bayi baru lahir sangat rentan terrular penyakit. Segera beri imunisasi Hepatitis B1 Uniject sebelum bayi umur 7 hari. Tunda pemberian imunisasi jika didapatkan klasifikasi merah. Beri imunisasi BCG ketika bayi umur 1 bulan. Beri imunisasi Hepatitis B2, Polio 1 dan DPT 1 ketika bayi umur lahir di Rumah sakit, biasanya di imunisasi sebelum pulang ke rumah. c.Imunisasi Hepatitis B Hepatitis merupakan infeksi pada hati. Masyarakat umum menyebutnya sebagai sakit Kuning atau sakit lever. Ada beberapa jenis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis dapat ditularkan melalui makanan (hepatitis A) dan cairan tubuh (hepatitis A, B, C). hepatits C merupakan jenis hepatitis yang paling berbahaya karena dapat berkembang menjadi penyakit hati menahun, sirosis hati, dan kanker hati. Bayi dan remaja mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi hepatitis B ini. Diantara mereka yang terinfeksi tersbut, 90-95% akan sembuh, tapi yang 5-10% lagi akan tetap membawa virus hepatitis B dalam tubuhnya, dan orang tersebut menjadi carrier(pembwa) hepatitis. Carrier atau pembawa virus hepatitis B adalah seseorang yang mengandung virus hepatitis B di dalam darahnya untuk waktu lebih dari 6 bulan. Walaupun pada umumnya tidak ada gejala atau tanda-tanda selama bertahun-tahun atai seumur hidup, merekan ini memiliki resiko tinggi menuju gagal hati atau kanker hati. Resiko menjadi carrier bila terinfeksi virus hepatitis B. Pada bayi baru lahir 90% Pada usia 1-6 bulan 80% Pada usia 7-12 bulan 60% Pada usia 1-4 tahun 35% Dewasa 10% Sampai saat ini BELUM ADA CARA PENGOBATAN YANG EFEKTIF UNTUK HEPATITIS. Hepatitis A pada umunya sembuh sendiri, sedangkan hepatitis B bias sembuh sendiri atau menjadi penyakit menahun(kronis). Karena belum ada pengobatan yang efektif, maka PENCEGAHAN merupakan cara terbaik untuk menghindarkan penyakit ini. Pencegahan utama hepatitis B dapat dilakukan dengan imunisasi Untuk hasil yang terbaik, imunisasi hepatitis B harus deberikan sedini mungkin, yaitu pada hari bayi dilahirkan atau paling lambat 7 hari setelah kelahiran. Semakin ditunda pemberian imunisasi hepatitis B, maka semakin berkurang efektifitas perlindungan terhadap penularan hepatitis B. Mengapa Imunisasi Hepatitis B Dosis Pertama Harus Diberikan pada 0-7 Hari Setelah Kelahiran? Sebagai ibu hamil merupakan Carrier hepatitis B

Hampir separuh bayi dapat tertular hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi he*atitis menahun, yang selanjutnya dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan hepatitis B. Imunisasi hepatitis B diberikan dengan UNIJECT. Uniject adalah alat suntik (semprit dan jarum) sekali pakai yang sudah di isi vaksin dengan dosis yang tepat dari pabriknya. 1)Cara pemberian imunisasi hepatitis B. a.Buka kotak wadah uniject dan periksa: Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uniject tersebut memang berisi vaksin hepatitis B. Tanggal kadaluarsa. Warna pada tanda pemantau paparan panas (VVM) yang tertera atau menempel pada sebungkus uniject masih layak dipakai. Selama VVM tetap berwarna PUTIH atau LEBIH TERANG dari warna dalam lingkaran rujukan, maka vaksin hepatitis B dalam uniject masih layak dipakai. Bila warna VVM sudah SAMA atau LEBIH TUA dari waran lingkaran rujukan, maka vaksin dalam uniject tersebut sudah tidak layak dipakai. b.Buka kantong Aluminium atau plastic dan keluarkan uniject c.Pegang uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum. Aktifkan uniject dengan cara mendorong tutup jarum kearah leher dengan tekanan dan gerakan cepat. d.Saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus lapisan e.Buka tutup jarum f.Selanjutnya tetap pegang uniject pada bagian leher dan tusukan jarum pada pertengahan paha bayi secara intramuscular (IM). Tidak perlu dilakukan aspirasi. g.Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikan vaksin hepatitis B. h.Jangan memasang kembali tutup jarum. Buang uniject yang telah dipakai tersebut ke dalam wadah alat suntik bekas yang telah bersedia (safety box). 2)Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Apabila diberikan dengan cara yang benar, hampir tidak ada KIPI pada imunisasi hepatitis B. kejadian ikutan yang mungkin terkadi (sangat jarang sekali) adalah: a.Reaksi local pada kulit: kemerahan pada kulit atau bengkak pada tempat suntikan, terjadi pada 5 bayi dari 100 bayi yang diimunisasi. Ini bias terjadi bila tempat suntikan dan atau cara penyuntikan salah. Reaksi local tidak memerlikan penanganan khusus. b.Demam : terkadi hanya pada beberapa bayi yang diimunisasi. Bila terjasi demam, bayi bisa di kompres atau di beri antipiretik (obat penurun panas) dengan dosis sesuai berat badannya. c.Shock anafilaksis : terjadi pada satu bayi dari 900,000 bayi yang diimunisasi. Artinya hampir tidak mungkin terjadi. Kalau sampai terkadi anafilaksis maka cara penanganannya sama seperti penanganan anafilaksis karena obat suntik yang lain. 3)Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi Hepatitis B Imunisasi pada umumnya aman. Namun tunda pemberian imunisasi bila bayi sedang kejang ATAU gangguan asfiksia ATAU panas tinggi 38,5C ATAU berat badan lahir < 2500gr. 3. Menentukan Perlunya Rujukan Segera

Jika akan melakukan rujukan, saudara juga harus menjelaskan bahwa bayi muda mudah terserang penyakit, dan apabila mereka sakit mudah jatuh menjadi lebih berat bahkan kematian sehingga tindakan rujukan ini merupakan kebutuhan bagi bayi muda sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik di rumah sakit. Siapkan pula surat rujukan dan jelaskan pula pada ibu apa alas an saudara merujuk bayinya. Ajari ibu segala sesuatu yang perlu dilakukan selama perjalanan seperti menjaga kestabilan suhu tubuh bayi dan pemberian ASI yang tetap diberikan. Jika bayi muda menderita KLASIFIKASI berat (BERWARNA MERAH) seperti Kejang Gangguan nafas Hipotermia berat Mungkin infeksi bakteri sistemik/local berat Ikterus patologik Gangguan saluran cerna Dehidrasi berat Diare persisten Mungkin disentri atau gangguan saluran cerna Masalah bayi berat sangat rendah dan/atau gangguan pemberian ASI berat. Bayi muda dengan klasifikasi merah, memerlukan penanganan awal segera, selesaikan pemeriksaan secara cepat dan lakukan penanganan sehingga rujukan tidak terlambat. Pada bayi muda dengan klasifikasi merah, memerlukan penanganan awal segera, selesaikan pemeriksaan secara cepat dan lakukan penanganan sehingga rujukan tidak terlambat. Perhatiakan bahwa ada intruksi RUJUK SEGERA pada kolom tindakan untuk klasifikasi tersebut. Instruksi ini berarti bayi muda harus sesegera mungkin dirujuk setelah dilakukan tindakan pra rujukan yang diperlukan. Jangan melakukan tindakan yang tidak perlu, yang dapat menghambat rujukan. Untuk bayi muda dengan DEHIDRASI BERAT, jika tidak ada klasifikasi berat lainnya maka dapat dilakukan langkah rehidrasi dengan Rencana Terapi C. Apabila fasilitas tempat saudara mempunyai fasilitas rawat inap dengan kemampuan pasang intra vena, saudara dapat menanganinya di klinik saudara untuk melakukan rehidrasi. Jika tidak mempunyai fasilitas tersebut RUJUK SEGERA untuk mendapatkan terapi intra vena. Akan tetapi jika bayi muda dengan DEHIDRASI BERAT juga mempunyai klasifikasi berat lainnya maka RUJUK SEGERA. Dalam perjalanan merujuk upaya menstabilkan suhu, pemberian ASI atau oralit harus tetap dilakukan. 4. Menentukan Tindakan/Pengobatan Bayi Muda Yang Memerlukan Rujukan Segera (Tindakan Pra Rujukan) Sebelum merujuk bayi muda ke rumah sakit, berikan semua tindakan pra rujukan yang sesuai dengan klasifikasinya. Beberapa tindakan yang memperlambat rujukandan tidak sangat mendesak tidak diberikan sebelum rujukan, seperti mengajari ibu mengobati infeksi local. Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang, henti nafas, segera lakukan tindakan atau pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan rujuk segera.

Syarat Rujukan Suhu lebih dari 36C, denyut jantung lebih dari sama dengan 100/menit, tidak ada tanda dehidrasi berat. Sebelum dilakukan rujukan, saudara harus memperhatikan syarat rujukan yaitu, suhu lebih dari sama dengan 36C, denyut jantung lebih dari sama dengan 100/menit, tidak ada tanda dehidrasi berat. Pada tindakan atau pengobatan diare dengan dehidrasi berat sesuaikan dengan rencana terapi C. Di bawah ini adalah beberapa tindakan penting pra rujukan yang harus diberikan / dilakukan sebelum merujuk bayi muda: 1.Membebaskan jalan napas dan member oksigen ( jika ada). 2.Menangani kejang dengan obat anti kejang. 3.Lakukan tindakan untuk mencegah agar gula darah tidak turun. 4.Memberikan dosis pertam antibiotic intramuskuler. 5.Menasihati ibu cara merawat bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan. Tindakan ini dapat dilakukakan dengan metode kanguru ( kontak kulit ibu), Agar kehangatan alami yang sesuai diperoleh bayi muda selama perjalanan rujukan ke rumah sakit. 6.Menghangatkan tubuh bayi segera sebelum dirujuk, khusus untuk bayi muda dengan klasifikasi hipotermia berat dan hipotermia sedang. 7.Rujuk segera ke rumah sakit dan nasehati ibu untuk tetap meneruskan pemberian ASI dan memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit ( Pada dehidrasi berat) dalam perjalanan. 5. Merujuk Bayi Muda Selain melakukan tindakan pra rujukan, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum merujuk bayi muda, yaitu: a.Jelaskan kepada ibu pentingnya rujukan. Mintalah persetujuannya untuk membawa bayi mudanya ke rumah sakit. Jika ada kemungkinan dia tidak mau membawa bayinya, carilah sebabya. Alasan- alasan yang mungkin adalah: oAdanya anggapan bahwa rumah sakit adalah tempat dimana orang sering meninggal dan ditakutkan bayi yang dirujuk akan meninggal di rumah sakit. oKetidaknyamanan bahwa rumah sakit dapat menolong bayinya . oIbu atau keluarga tidak dapat meninggalkan rumah untuk merawat bayinya selama tinggal di rumah sakit karena: Tidak ada yang akan merawat anak-anaknya yang lain Dia harus bertani Dia dapat kehilangan pekerjaannya. oMasalah biaya untuk membayar biaya transportasi, perawatan di rumah sakit, obat-obatan atau makanan selama menjaga di rumah sakit. b.Hilangnya kekhawatiran ibu dan tolonglah untuk mengatasi setiap masalah, misalnya: oJika ibu khawatir bayi mudanya akan meninggal di rumah sakit, dan bagaimana hal tersebut akan menolong bayinya. oTerangkan apa yang akan terjadi di rumah sakit dan bagaimana hal tersebut akan menolong bayinya. oJika ibu memerlukan bantuan di rumah selama dia di rumah sakit, ktanyakan dan usahakan member

saran tentang siapa yang mungkin dapat membantu di rumahnya. Misalnya, tanyakan apakah suami, keluarga yang lain dapat membantu merawat anak yang lain dan menyiapkan makanan dan menggantikan tugasnya selama di rumah sakit. oDiskusikan dengan ibu bagaimana caranya mencapai rumah sakit jika perlu, bantulah mengatur cara transportasinya. Saudara mungkin tidak mampu membantu ibu dalam memecahkan masalahnya dan tidak dapat memastikan bahwa dia benar-benar pergi ke rumah sakit. Saudara harus melakukan apapun yang dapat saudara lakukan untuk menolong. c.Tulis surat rujukan untuk dibawa ke rumah sakit. Katakana kepada ibu untuk memberikannya kepada bidan di rumah sakit. Tulislah: Nama dan umur bayi Tanggal dan waktu rujukan. Diskripsi masalah bayi muda tersebut. Alasan rujukan (tanda dan gejala yang mendukung klasifikasi berat) Tindakan yang telah saudara berikan. Setiap informasi lain yang mungkin perlu di ketahui bidan yang akan merawat anak di rumah sakit, seperti tindakan yang telah diberikan sebelumnya. Nama saudara dan nama klinik saudara. d.Berikan kepada ibu obat dan instruksi yang diperlukan untuk merawat bayi mudanya selama perjalanan ke rumah sakit: Jika keadaan penyakit bayi sangat berat, lebih baik bayi dan keluarga saudara dampingi ke tempat rujukan. Bawalah perawatan dan obat yang diperlukan selama dalam perjalanan. Jika bidan tidak mendampingi dan rumah sakit jauh, berikan kepada ibu dosis antibiotika oral berikutnya. Katakan padanya, kapan antibiotika tersebut harus diberikan (menurut jadwal dosis pada bagan pengobatan). Jika saudara menduga bahwa ibu tidak akan benar-benar membawa bayinya ke rumah sakit, berikan kepadanya seluruh keperluan antibiotika dan ajarkan kepadanya bagaimana cara pemberiannya. Mintalah ibu menjaga bayinya tetap hangat selama perjalanan. Nasihati ibu untuk melanjutkan menetei. Jika bayinya mengalami dehidrasi ringan, sedang, atau berat dan dapat minum, berikan kepada ibu oralit untuk di berikan sedikit demi sedikit tapi sering dalam perjalanan. CONTOH Kepada Dr Bersama SURAT Bandung, Yth. RSU kirimkan : : : klasifikasi RUJUKAN 2008 Berung dengan: Rudiansyah hari gram : sistemik

21

November Ujung pasien

Dirujuk Mungkin

Bagian ini Nama Umur Berat dengan

Anak saya

Iwan 4 2400 sebagai bakteri

badan infeksi

Gangguan nafas Ikterus Berat badan rendah Tindakan yang telah diberikan di Polindes: Bebaskan jalan nafas, Menghangatkan bayi selama di perjalanan dengan metode kangguru Menasehati ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama selama perjalanan. Antibiotika ampicilin dosis pertama pra rujukan 0.6 ml IM Imunisasi belum diberikan Mohon penanganan lebih lanjut pada bayi tersebut Atas bantuannya, terima kasih.

Saryati Polindes Sederhana B.Imunisasi 1.Pengertian Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang. 2.Sistem Kekebalan Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel dimana tujuan utamanya adalah mengenali antigen. Antigen dapat berupa virus atau bakteri yang hidup atau yang sudah diinaktifkan. Perlindungan terhadap antigen oleh system kekebalan tubuh disebut juga dengan respon imun yaitu melalui produksi antibodi (immunoglobulin). a.Kekebalan Pasif Kekebalan pasif dapat terjadi dengan pemberian antibody yang berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain. Kekebalan pasif memberikan perlindungan terhadap beberapa infeksi tetapi bersifat sementara. Kadar antibody akan berkurang stelah beberapa minggu atau bulan, dan penerima tidak lagi kebal terhadap penyakit tersebut. b.Kekebalan Aktif Kekebalan aktif terjadi sebagai akibat stimulasi system imunologi yang menghasilkan antigen spesifik humoral (antibody) dan kekebalan seluler. Tidak seperti kekebalan pasif, kekebalan aktif biasanya dapat bertahan untuk beberapa tahun dan sering sampai seumur hidup. 3.Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi a.Difteri Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik atau pernafasan.

Gejala awal pentakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru- biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian. b.Pertusis Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin , demam dan batuk ringan yang lama kelaman batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk yang menggigil dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian. c.Tetanus Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotorang yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat atau demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti manetek ( sucking ) antara 3 s/d 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalh patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian. d.Tuberculosis Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa ( disebut juda batuk darah ) Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adlah batuk terus- menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah, Gejala lain tergantung orfan yang diserang. Tuberculosis dapat menebabkan kelemahan juga kematian. e.Campak Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjunktivitis, ( mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, Peradangan pada mata dan infeksi saluran nafas ( pneumonia). f.Poliomielitis Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu atau tiga virus yang berhubungan, yaitu polio type 1,2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak berusia kuran dari 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP) Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia ( tinja ) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam. Nyeri otot dan kelimpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot- otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera tertangani. g.Hepatitis B Hepatitis B ( penyakit kuning ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati.

Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayu selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang lain adalah mersa lemah, gangguan perut dan gejala lain biasanya flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata dan kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatitis, kanker hati dan menimbulkan kematian. 4.Jenis Vaksin a.Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerine) Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa. Kemasan: Kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box beriosi 10 ampul vaksin. Setiap 1 ampul vaksin dengan 4ml pelarut. Cara pemberian dosis: Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan alat suntuk steril (ADS 5ml ). Dosis pemberian : 0.05 ml, sebanyak 1 kali. Disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas ( Insertio musculus deltoideus ), dengan menggunakan ADS 0.05 ml. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam. Kontraindikasi: Adanya penyakit kulit yang berat / menahun sepert eksim, furunkulosos, dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC. Efek samping: Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan dan berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang- kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilan denangan sendirinya. b.Vaksin DPT Diskripsi: Vaksin jerap DPT ( Difteri Pertusis Tetanus ) adalah vaksin yang terrdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan dan bakeri pertusis yang telah diinaktivasi. Indikasi: Untuk pemberian Kemasan: Kemasan

kekebalan

secra

simultan

terhadap

difteri,

pertusis,

dan

tetanus. vial

dalam

1 box vaksin terdiri dari 10 vial 1 vial berisi 10 dosis Vaksin berbentuk cairan. Cara pemberian dan dosis: Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar menjadi homogen. Disuntikkan secara intramuskular dengan dosis pemberian 0.5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu ( 1 bulan ) Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang telah di buka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan: Vaksin belum kadaluarsa. Vaksin disimpan dalah suhu 20 C s/d 80 C Tidak pernah terendam air. Sterilitasnya terjaga. VVM masih dalam kondisi A atau B. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunkan lagi. Efek samping: Gejala- gejala yang bersifat sementara seperti : lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang- kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, irritbilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi. Kontraindikasi: Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertussis. Anak yang mengalami gejala- gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan Imunisasinya dapat diberikan DT. c.Vaksin TT Diskripsi: Vaksin jerap TT ( tTetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Thimerosal 0.1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0.5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Digunakan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Vademecum Bio Farma Jan, 2002 ) Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif pada tetanus. Kemasan: 1 box vaksin terdiri dari 10 vial 1 vial berisi 10 dosis Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan. Cara pemberian dan dosis:

Sebelum digunakan Vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Untuk mencegah tetanus/ tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0.5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan pada periode trimester pertama. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan: Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8 Tidak pernah terendam air. Sterilitas terjaga. VVM masih dalam kondisi A atau B. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya Efek Samping: Efek samping jarang terjadi dan sifatnya ringan. Gejala- gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadangkadang gejala demam. Kontraindikasi: Gejalagejala berat karena dosis pertama TT. d.Vaksin DT Diskripsi: Vaksin jerap DT ( Difteri dan Tetanus ) adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan. (Vademecum Bio Farma Jan, 2002 ) Indikasi Untuk pemberian kekebalan simultan terhadao difteri dan tetanus. Kemasan: 1 box vaksin terdiri dari 10 vial 1 vial berisi 10 dosis Vaksin DT adalah vaksin yang berbentuk cairan Cara pemberian dan Dosis: Sebelum digunakan Vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Disuntikan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 mk. Dianjurkan untuk anak usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan: Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8 Tidak pernah terendam air.

Sterilitas terjaga. VVM masih dalam kondisi A atau B. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya Efek Samping: Gejala- gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadankadan demam. Kontraindikasi: Gejalagejala berat karena dosis pertama DT. e.Vaksin Polio Diskripsi: Vaksin oral polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 ( strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam sukrosa. (Vademecum Bio Farma Jan, 2002 ) Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis Kemasan: 1 box vaksin terdiri dari 10 vial 1 vial berisi 10 dosis Vaksin Polio adalah vaksin yang berbentuk cairan. Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes ( dropper) terbuat dari bahan plastik. Cara pemberian dan Dosis: Diberikan secara oral ( melalui mulut ), 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali ( dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes ( dropper ) yang baru. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan: Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8 Tidak pernah terendam air. Sterilitas terjaga. VVM masih dalam kondisi A atau B. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya Efek samping: Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping n=berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi ( kurang dari 0, 17 : 1.000.000 ; Bull WHO 66: 1988) Kontraindikasi: Pada individu yang menderita Immune deficienci . Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. f.Vaksin Campak

Diskripsi : Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. (Vademecum Bio Farma Jan 2002) Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kemasan: 1 box vaksin terdiri dari 10 vial 1 vial berisi 10 dosis 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml Vaksin ini berbentuk beku kering Cara pemberian dan dosis: Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secera subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign campak pada anak SD kelas 1-6. Efek samping: Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 812 hari setelah vaksinasi. Kontraindikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma. g.Vaksin hepatitis B Diskripsi: Vaksin Hepatitis B adalh vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasi yang bersifat non- infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan oleh sel ragi ( Hansenula Polymorphia ) menggunakan teknologi DNA Rekombinan. (Vademecum Bio Farma Jan, 2002 ) Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Kemasan: Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan. Vaksin hepatitis B terdiri dari dua kemasan: -kemasan dalam prefiil injection device (PID) -kemasan dalam vial Satu box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID. Satu box vaksin hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis masing-masing Cara pemberian dan dosis Sebelum digunakan vaksin harus dikocock terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler,

sebaiknya pada antero lateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 0 sampai 7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimal 4 minggu ( 1 bulan). Untuk hepatitis B vial Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan: Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8 Tidak pernah terendam air. Sterilitas terjaga. VVM masih dalam kondisi A atau B. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya Efek samping: Reaksi lokal seperti rasa sakit kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan bisanya hilang setelah 2 hari. Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang. h.Vaksin DPT-HB Deskripsi: Vaksin mengandung DPT berupa toksoid difteri dan toksoid tetanus yang di murnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B. Kemasan: Satu box vaksin DPT-HB vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis. Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT. Cara pemberian dan dosis: Pemberian dengan cara intramuskular, 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya denga interval 4 minggu (1 bulan). Di unit pelayanan statis, vaksin DPT-HB yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan: Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8 Tidak pernah terendam air. Sterilitas terjaga. VVM masih dalam kondisi A atau B. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya 5.Sifat vaksin

Sifat vaksin dapat digolongkan berdasarkan kepekaan atau sensitivitasnya terhadap suhu yaitu: a.vaksin yang sensitif terhadap beku (freeze sensitive = FS) yaitu: golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar atau terkena suhu dingin atau suhu pembekuan. Jenis vaksin yang sensitif beku tersebut adalah: hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT. b.vaksin yang sensitif terhadap panas (heat sensitive = HS) yaitu: golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar atau terkena suhu panas yang berlebihan. Jenis vaksin yang sensitif terhadap panas tersebut adalah: Polio, BCG, dan Campak. 6.Kerusakan Vaksin a.kerusakan terhadap suhu keterpaparan suhu yang tidak tepat pada kedua golongan vaksin menyebabkan umur vaksin menjadi berkurang. Masing-masing vaksin berbeda, sesuai dengan kepekaannya terhadap suhu yang tidak tepat. 1).vaksin sensitif beku 2).vaksin sensitif panas

b.kerusakan vaksin terhadap sinar matahari atau sinar ulltra violet semua vaksin akan rusak bila terpapar atau terkena sinar matahari langsung, serta sinar ultra violet (misalnya: lampu neon, lampu hallogen). 7.Penanganan Peralatan Rantai Vaksin Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan. a.Jenis Peralatan Rantai Vaksin di Puskesmas Salah satu jenis peralatan rantai vaksin adalah lemari es. Berdasarkan system pendinginannya, lemari es dibagi 2 yaitu: 1)Sistem kompresi Pada sistem pendinginan kompresi, lemari es menggunakan kompresor sebagai jantung utama untuk mengalirkan refrigerant (zat pendingin) ke ruang pendingin melalui evaporator. Bahan pendingin yang digunakan pada sistem ini adalah refrigerant type Non CFC seperti R-134a**. 2)Sistem absorpsi Pada sistem pendingin absorpsi, lemari es menggunakan pemanas listrik atau menggunakan nyala api minyak tanah atau gas LPG (Propane/Butane). Panas ini diperlukan untuk menguapkan bahan pendingin berupa amoniak (NH3) agar dapat berfungsi sebagai pendingin di evaporator. 8.Pengelolaan Vaksin Pengelolaan rantai vaksin adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang ditetapkan. Dalam lingkup ini, proses pembuatan vaksin di pabrik tidak dimasukkan dalam petunjuk teknis karena telah memiliki prosedur tersendiri dari pabrik, sesuai dengan ketentuan WHO dan persyaratan dari Badan Obat dan Makanan (POM). a.Penerimaan/Pengambilan vaksin (transportasi) 1)Pengambilan vaksin dari puskesmas ke Kabupaten/Kota dengan menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan. Misalnya Cold box atau vaccine carier.

2)Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan jumlah vaksin yang akan diambil. 3)Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa indikator vaksin (VVM) kecuali BCG. Vaksin yang boleh digunakan hanya bila indikaator VVM tingkat A atau B. Sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D tidak usah diterima karena tidak dapat digunakan lagi. 4)Masukan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat dan dibagian tengah diletakkan termometer muller, untuk jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia dapat dimasukkan ke dalam alat pembawa. 5)Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama perjalanan dari Kabupaten/Kota ke Puskesmas tidak boleh kena sinar matahari langsung. b.Penyimpanan vaksin 1)Semua vaksin disimpan pada suhu + 20C s/d + 80C. 2)Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack) sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu. 3)Penempatan vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat evaporator. 4)Penempatan vaksin FS (DPT, TT, DT, Hepatitis B, DPT/HB) diletakkan lebih jauh dari evaporator. 5)Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau 1 jari tangan, agar terjadi sirkulasi udara yang baik. 6)Letakkan 1 buah termometer Muller di bagian tengah lemari es dan letakkan 1 buah freeze tag diantara vaksin hepatitis B atau DPT. 7)Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar Ultra Violet. 8)Pelarut vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut tidak boleh beku. 9.PENYELENGGARAAN PELAYANAN IMUNISASI Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional rutin dan khusus. Dengan semakin mantapnya unit pelayanan imunisasi, maka porsi kegiatan imunisasi khusus semakin kecil. Namun, dalam makalah ini hanya akan dibahas kegiatan operasional rutin. Kegiatan opersional rutin adalah kegiatan yang telah baku atau dengan kata lain telah terbukti efektif dan efisien. Kegiatan ini terdiri dari imunisasi dasar pada bayi (BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak). a.Jadwal Pemberian Imunisasi Vaksin BCG DPT (DPT Polio (Polio Campak Hepatitis (Hep. B 1, 2, 3) 1, 2, 1x 3, 4) 4 minggu 0-11 0-11 bulan bulan 1, 2, 3) 4 minggu 2-11 bulan 4x Pemberian 1x Imunisasi Selang waktu Pemberian Umur 0-11 Keterangan bulan 3x

4 minggu

B 2x 0-11 bulan Untuk bayi yang lahir di RS/Puskesmas/RB/Rumah oleh

nakes HB segera diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran. BCG, Polio diberikan sebelum bayi pulang ke rumah. b.Vaksin vaksin yang Ampul,Cairan Cairan perlu dicampur disediakan disediakan dengan dengan dengan pelarut vaksin vaksin

1)BCG :kering 2)Campak:Kering

Vial,

1)Hal yang perlu diperhatikan a)Pelarut tidak bias saling ditukar, vaksin yang berbeda memiliki pelarut yang tidak sama. Pencampuran dan pemberian pelarut yang salah telah meyebabkan peristiwa yang membahayakan termasuk kematian. b)Selalu gunakan pelarut dari pabrik yang sama dengan vaksin. c)Pelarut harus didinginkan sebelum dicampur dengan vaksin. d)Jangan mencampur vaksin dengan pelarut sebelum siap mengimunisasi. e)Membuang vaksin yang telah dicampur dengan pelarut setelah tiga jam (untuk vaksin BCG) atau setelah 8 jam (untuk vakisn Campak) atau pada akhir pelayanan imunisasi, mana saja yang lebih dahulu. 2)Langkah-langkah mencampur vaksin BCG, Campak dengan pelarut: a)Cuci tangan b)mengamati VVM dan Masa kadaluarsa pada botol atau ampul vaksin c)menggoyang botol atau ampul vaksin. Memastikan semua bubuk ada pada dasar botol. d)membuka botol atau ampul vaksin e)mengamati ampul atau botol pelarut pastikan tidak retak. f)membaca label pada ampul atau botol pelarut pastikan dikirim oleh pabrik bersama dengan vaksin dan masa kadaluarsa belum lewat. g)membuka ampul kaca jika terjadi luka saat membuka ampul, buang ampul karena ada kemungkinan isi ampul telah terkontaminasi. Membalut luka sebelum mambuka ampul baru. h)menyedot pelarut ke dalam semprit pencampur dengan menggunakan semprit pencampur sekali buang (disposable mixing syring) yang baru untuk mencapur setiap persediaan dengan pelarut. i)mencampur vaksin dengan pelarut ountuk mencampur pelarut dan vaksin, tari pelan-pelan pelarut vaksin ke atas sehingga masuk ke dalam semprit dan suntikkan lagi ke dalam botol atau ampul. Ulangi beberapa kali. oMasukkan semprit dan jarum pencampur ke dalam kotak keselamatan setelah digunakan. 10. Pemberian Vaksin a. Vaksinasi BCG 1)Suntikan diberikan di lengan kanan atas. a)Dosis 0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikan dosis sebanyak itu secara akurat, harus menggunakan semprit dan jaru kecil yang khusus. b)Disuntikkan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (intrakutan). Untuk memberikan

suntikan intrakutan secara tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10mm ukuran 26). 2)Cara pemberian vaksin BCG: a)Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dan lepas baju bayi dari lengan dan bahu. b)Ibu sebaiknya memegang bayi dekat dengan tubuhnya, menyangga kepala bayi dan memegang lengan dekat dengan tubuh. c)Pegnag semprit dengan tangan kanan dengan lubang pada ujung jarum menghadap ke depan. d)Buatlah permukaan kulit menjadi datar dengan menggunakan ibu jari kiri dan jari telunjuk. e)Letakkan semprit dan jarum dengan posisi hampir datar dengan kulit bayi. f)Masukkan ujung jarum tepat di bawah permukaan kulit tetapi di dalam kulit yang tebal, cukup masukkan bevel (lubang di ujung jarum). g)Jaga agar posisi jarum tetap datar di sepanjang kulit sehingga jarum masuk ke dalam lapisan atas kulit saja. Jaga agar lubang di ujung jarum menghadap ke depan. h)Jangan menekan jarum terlalu dalam dan jangan menurunkan jarum karena jarum akan masuk di bawah kulit, sehingga yang terjadi suntukan di dalam otot (subcutameous) bukan suntukan intradermal. i)untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari pada ujung bawah semprit dejat jarum, tetapi jangan menyentuh jarum. j)pegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari tengah kanan. Tekan penyedot dengan ibu jari. k)Suntikkan 0,05 ml vaksin dan lepaskan jarum. Catatan: Jika suntikan intradermal diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika vaksin mudah masuk mungkin menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan, betulkan posisi jarum dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi. Hitunglah bayi-bayi yang telah menerima dosis vaksin. Jangan ulangi memberikan dosis. Mintalah orang tua untuk kembali bersama anak mereka jika menunjukkan efek samping seperti abses atau pembengkakan kelenjar. Jika suntukan BCG tepat, akan timbul pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit. Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya pembengkakan. b.Vaksinasi DPT atau DPT-HepB 1)Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuscular atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. 2)Cara pemberian: a)Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibunya dengan seluruh kaki telanjang. b)orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. c)pegang paha dengan ibu jari dan telunjuk. d)masukka jarum dengan sudut 900. e)tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot. Suntikkan pelanpelan untuk mengurangi rasa sakit.

c.Vaksinasi DT dan TT (bagi WUS dan Anak Sekolah) 1)Suntikan diberikan pada lengan atas secara intramuscular atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. 2)Cara pemberian: a)Mintalah sasaran untuk duduk. b)Suruh ia menurunkan bahunya dan meletakkan tangan kiri di belakang punggungnya atau di atas pinggul. Posisi ini akan meregangkan otot pada lengan dan membuat suntukan menjadi hamper tidak sakit. c)Letakkan jari dan ibu jari pada bagian luar lengan atas. d)gunakan tangan kiri untuk menekan ke atas otot lengan. e)cepat tekan jarum ke bawah melalui kulit di antara jari-jari. Masukkan ke dalam otot. f)tekan alat penyedot (plunger) dengan ibu jari untuk menyuntik vaksin. g)tarik jarum dengan cepat dan hati-hati dan mintalah sasaran untuk menekan tempat penyuntikan secara hati-hati dengan kain kaps jika terjadi perdarahan. d.Vaksinasi polio oral (OPV) Cara pemberian: 1)mintalah orang tua untuk memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang. 2)buka mutul bayi secara hati-hati, baik dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari. 3)teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi. e.Vaksinasi Campak 1)Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc. 2)Cara pemberian: a)Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang. b)orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas lengan bayi. c)cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 450. d)untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari daan jari telunjuk tetapi jangan sentuh jarum. f.Vaksinasi Hepatitis B 1)Vaksin Hepatitis B yang digunakan dalam program imunisasi saat ini adalah yang terdapat dalam kemasan Prefill Injection device (PID). 2)Alat suntik dalam kemasan ini mudah dipakai, tidak perlu mengukur dosis karena telah dikemas dari pabrik, kecil dan mudah dibawa. 3)Setiap alat suntik digunakan hanya untuk satu dosis sehingga tidak memboroskan vaksin. 4)Cara pemakaian vakisn Hepatitis B PID: a)buka kantong alumunium/plastic dan keluarkan alat suntik PID. b)pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya diantara jari telunjuk dan jempol dan dengan gerakan cepat dorong tutup jarum kea rah leher. Teruskan mendorong sampai

tidak ada jarak antara tutp jarum dan leher. c)buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan tusukkan jarum pada anterolateral paha secara intramuscular, tidak perlu dilakukan aspirasi. d)pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservoir kempis cabut alat suntik. 5)Vaksin Hepatitis B PID di puskesmas disimpan seperti vaksin Hepatitis B dalam vial, tetapi di be\idan desa/pustu vakisn Hepatitis B PID ini boleh disimpan pada suhu kamar sepanjang tidak terjadi perubahan warna pada VVM

Daftra Depkes RI. 2006. Modul Materi Dasar I Kebijakan Program Imunisasi. Jakarta: Depkes RI.

Pustaka

You might also like