Professional Documents
Culture Documents
Anatomi Hati
Hati merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia, terletak pada bagian atas rongga abdomen, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Permukaan lobus kanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografis bukan scr anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.
CT
Liver Histology
Anatomi Hati
Secara mikroskopis, hati dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenkim hati mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hati seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terdiri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain.
Anatomi Hati
Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, Arteri hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan Arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju kantung empedu.
Fisiologi Hati
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Beberapa fungsi hati : 1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa disebut glikogenelisis.
6. Detoksikasi Hati adalah pusat detoksikasi tubuh. Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over dosis.
Biokimia Hati
Pada dasarnya hati melakukan pembetukan senyawa-senyawa yang akan dibawa untuk membentuk sel darah merah melalui daur ulang heme yang di dapatkan dari sel darah merah yang sudah usang.
Selain itu, dari heme dapat dibentuk kembali menjadi zat pewarna yang disebut bilirubin.
1. Katabolisme heme
Dalam kondisi faali orang dewasa sehat, setiap jam 1-2 x10 eritrosit dihancurkan. Oleh karena itu dalam 1 hari, seorang dengan berat badan 70 kg mempertukarkan sekitar 6 gram hemoglobinnya. Jika hemoglobin dihancurkan, globin akan diuraikan menjadi asam-asam amino pembentuknya yang kemudian dapat digunakan kembali, dan besi heme memasuki kompartemen besi. Bagian porfirin yang bebas-besi juga diuraikan, terutama disel retikuloendotel hati, limpa, dan sum-sum tulang.
Diperkirakan sekitar 1 gram hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin. Pembentukan bilirubin harian pada orang dewasa adalah sekitar 250-350 mg yang terutama berasal dari hemoglobin meskipun ada juga yang diperoleh dari eritropoesis inefektif dan berbagai protein heme lain misalnya sitrokom P450. Perubahan kimiawi heme menjadi bilirubin oleh sel retikuloendotel dapat di amati in vivo sebagai warna ungu heme dalam hematom yang secara perlahan berubah menjadi pigmen kuning billirubin. Billirubin yang dibentuk dijaringan perifer diangkut kehati oleh albumin plasma. Metabolism bilirubin selanjutnya, berlangsung terutama dihati. Metabolism ini dapat dibagi menjadi 3 proses : (1) penyerapan bilirubin oleh sel parenkim hati; (2) konjugasi bilirubin dengan glukuronat diretikulum endoplasma; dan (3) sekresi bilirubin terkonjugasi kedalam empedu.
Bilirubin
diangkut
(+) albumin
Penguraian (dihati RE)
Sirkulasi Sistemik
Siklus enterophatik
Serum transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. SGOT atau AST adalah enzim sitosolik, sedangkan SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal. Kenaikan enzim-enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati karena virus, obat-obatan atau toksin yang menyebabkan hepatitis, karsinoma metastatik, kegagalan jantung dan penyakit hati granulomatus dan yang disebabkan oleh alcohol. Kenaikan kembali atau bertahannya nilai transaminase yang tinggi biasanya manunjukan berkembangnya kelainan dan nekrosis hati. Kadar transaminase dalam serum diukur dengan metode kolorimetrik atau lebih teliti dengan metode spektrofotometrik. Kadar normal : SGPT/ALT = 9 52 IU/ml SGOT/AST = 10 35 IU/ml
Nama Enzim
Hepatitis Akut
Serosis
Liver Kronik
Keracunan Alkohol
Tumor Hepar
1.
Aspartat
aminotransferase
N,
2.
Alanin aminotransferase
N,
3. 4.
N,
N,
N,
N, N,
N,
N,
5.
Laktat dehidrogenase
5-nukleotidase
N,
N,
Aktivitas FA pada individu 18-60 tahun, pada laki-laki lebih tinggi dari pada wanita. Pada anak-anak lebih tinggi sesuai dengan pertumbuhan tulang dan aktifitas osteoblas. Sintesis FA hepatobilliar dan kebocorannya dalam peredaran darah dipengaruhi oleh asam empedu. Pada obstruksi intra maupun ekstra billiar, FA meningkat sebelum timbul ikterus. Meningkat 3-10 kali dari normal dengan transaminase yang sedikit meninggi. Pada penyakit hepatoseluler yang mengenai jaringan hati FA normal atau sedikit meninggi dengan dibarengi peningkatan transaminase yang tinggi. Kenaikan serum FA juga menolong dalam diagnosis dini penyakit hati infiltratif termasuk tuberkolosis granulomatosa, infeksi jamur, tumor dan abses.
Sumber bilirubin adalah - 70% dari eritrosit tua - 10% dari eritrosit yang tidak sempurna - 20% dari sumber-sumber lain terutama dari hati
Beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan kadar bilirubin serum: 1. Kenaikan kadar bilirubin tak terkonjugasi a. Pruksi yang berlebihan b. Gangguan pengambilan c. Gangguan konjugasi 2. Kenaikan kadar bilirubin terkonjugasi a. Gangguan ekskresi intra hepatik b. Gangguan ekskresi ekstra hepatik 3. Kenaikan kadar kedua jenis bilirubin akibat kebocoran bilirubin dari dalam sel-sel hati atau sel-sel duktuli yang rusak kembali ke dalam darah.
Pada suatu penyakit hati dapat timbul lebih dari satu faktor sekaligus, bahkan ketiga-tiganya dapat terjadi bersama-sama
Cara pemeriksaan:
Bilirubin serum diperiksa dengan reaksi Diazo, berdasarkan reaksi antara bilirubin dengan reagensia Diazo (reagensia Erlich) yang menghasilkan Azobilirubin yang berwarna merah muda. Intensitas warna yang timbul sebanding dengan kadar bilirubin dan diukur secara spektrofotometrik. Reaksi ini ditemukan oleh Geyman van den Bergh. Bilirubin tak terkonjugasi bereaksi tidak langsung(indirek) dengan reaksi van den bergh karena membutuhkan metanol sebelumnya, sedangkan bilirubin terkonjugasi dpat langsung bereksi (direk). Dengan demikian harga bilirubin yang terukur dengan penambahan metanol dan reagensia diazo adalah dari kedua jenis bilirubin atau bilirubin total .
Dewasa
Cara pemeriksaan : 1. Collumn chromatography (gas liquid chromatography) yang dapat memisahkan serta mengukur masing-masing jenis asam empedu. 2. Enzymatic fluorometry yang dipakai untuk mengukur kadar asam empedu total. 3. Radioimmuno Assay. Harga normal 1. RIA : harga normal dari konjugat asam kolat yang tertinggi adalah 1 mikromol/liter. 2. Gas Liquid Chromatography. 3. Harga kadar asam empedu total puasa: 3,5-8,3 mikromol/liter.
Cara pemeriksaan : Dalam laboratorium ada beberapa tehnik pemeriksaan untuk menentukan kadar serum protein. Yang paling sering dipakai adalah tehnik penggaraman. 1. Cara penggaraman. Cara pemeriksaan ini berdasarkan reaksi antara basa dengan protein yang menghasilkan garam yang menimbulkan warna tertentu yang kemudian diukur secara kolorimetik. Dengan cara ini dapat diukur : a. Albumin nilai normal : 3,5 5,0 g% b. Globulin nilai normal : 1,3 2,7 g% c. Globulin gamma nilai normal : 0,8 1,6 g% d. Protein total nilai normal : 5,5 8,0 g% 2. Cara elektroforesis : cara ini didapati nilai perbandingan dari : a. Albumin nilai normal : 52 68% b. Globulin alfa 1 nilai normal : 2 6% c. Globulin alfa2 nilai normal : 3 11% d. Globulin beta nilai normal : 8 16% e. Globulin gamma nilai normal : 10 25% Prinsip cara ini adalah mempergunakan medan listrik, albumin akan bergerak ke arah anoda sedangkan globulin terpisah antara albumin dan katoda.
Ringkasan
Pemeriksaan Alkalin Fosfatase Untuk Mengukur Hasil Pemeriksaan Menunjukkan Enzim yg dihasilkan di dalam hati, tulang & plasenta; Penyumbatan saluran empedu, cedera hati & yg dilepaskan ke hati bila terjadi cedera atau pada beberapa kanker aktivitas normal tertentu, mis. pertumbuhan tulang atau kehamilan Enzim yg dihasilkan di hati, yg dilepaskan ke dalam darah jika sel hati mengalami luka Enzim yg dilepaskan ke dalam darah jika hati, jantung, otot atau otak mengalami luka Komponen dari cairan pencernaan (empedu) yg dihasilkan oleh hati Enzim yg dihasilkan oleh hati, pankreas & ginjal; dilepaskan ke dalam darah hika organ-organ tsb mengalami luka Enzim yg dilepaskan ke dalam darah jika organ tertentu mengalami luka Enzim yg hanya terdapat di hati; dilepaskan ke dalam darah jika hati mengalami cedera Protein yg dihasilkan oleh hati & secara normal dilepaskan ke dalam darah; salah satu fungsinya adalah menahan cairan dalam pembuluh darah Protein yg dihasilkan oleh hati janin dan buah zakar (testis) Luka pada sel hati (mis. hepatitis) Luka di hati, jantung, otot atau otak Penyumbatan aliran empedu, kerusakan hati, pemecahan sel darah merah yg berlebihan Kerusakan organ, keracunan obat, penyalahgunaan alkohol, penyakit pankreas Kerusakan hati, jantung, paru-paru atau otak & pemecahan sel darah merah yg berlebihan Penyumbatan saluran empedu atau gangguan aliran empedu Kerusakan hati Alanin Transaminase (ALT) Aspartat Transaminase (AST) Bilirubin Gamma-glutamil Transpeptidase
Laktik Dehidrogenase
5-nukleotidase
Albumin
Antibodi untuk melawan mitokondria, merupakan Sirosis bilier primer & penyakit autoimun tertentu, komponen sel sebelah dalam mis. hepatitis menahun yg aktif Waktu yg diperlukan darah untuk membeku (pembekuan memerlukan vit. K & bahan-bahan yg dibuat oleh hati
APLIKASI KLINIS
A. JAUNDIES (Penyakit Kuning) Gejala : - Warna kuning pada kulit - Sklera (mata) dan membran-membran mukus berubah kuning Penyebabnya : Meningkatnya kadar bilirubin dalam sistem peredaran darah, bukan berasal dari konsumsi karoten, tetapi bilirubin terkonjugasilah penyebab penyakit jaundice. Hal ini disebabkan karena mudah diabsorpsi ke dalam jaringan dan lebih larut dalam air.
Penggolongan Jaundies :
1. Jaundies Prehepatik Tidak terikat dengan fungsi hati. Prehepatik memiliki kadar bilirubin pada umumnya 50% lebih tinggi dari pada normal / kecepatan pecahnya sel eritrosit lebih cepat 6 kali dari pada normal. 2. Jaundies Hepatik Disebabkan oleh kegagalan / keabnormalan fungsi hati. a. Retention jaundice Disebabkan karena keabnormalan dalam proses transport bilirubin oleh sel-sel hati, kadar bilirubin indirect lebih besar dari bilirubin direct. b.Regurgitation jaundice Disebabkan karena sel-sel hati mengalami kerusakan shg ekskresi bilirubin dari hati mengalami keabnormalan, kadar bilirubin direct lebih besar dari bilirubin indirect.
4. Jaundies Neonatal
Kadar bilirubin dalam serum > 15 mg/dL. Penyebab : hemolisis eritrosit, bilirubin indirect. Pengobatan : Fototerapi.
B. HEMOLITIK ANEMIA
Terdiri dari : 1. Intrinsik Hemolisis Disebabkan terjadinya peningkatan hemolisis dari eritrosit . 2. Ekstrinsik Hemolitik Disebabkan oleh kondisi dalam sel darah merah pd tubuh, biasanya bersifat akut atau kronis akibat aktivitas yang tidak dikenal pada eritrosit normal. C. FATTY LIVER Penyebab : - Konsumsi alkohol dalam jangka waktu panjang. Temuan lab : AST, ALT, ALP dan GGT naik; albumin dan bilirubun normal
D. SEROSIS Pembengkakan organ hati warna hati berubah dari merah menjadi orange kekuningan.
Penyebab : a. Kekurangan -1-antitripsin b. Hemochromatosis
Temuan Lab : Pada bentuk laten : AST dan ALT naik dimana AST > ALT, GGT naik, urobilinogen urin , kadar asam empedu 2 jam pp , UFH yang lain biasanya normal. Pada bentuk dekompensasi : AST, ALT, ALP, GGT , pemanjangan masa protrombin tanpa respon dengan pemberian vitamin K, penurunan kadar albumin, peningkatan g-globulin, peningkatan kadar urobilinogen, dan bilirubinuria bila ada ikterus (hiperbilirubin)
Ascites
E. HEPATITIS
Ditandai dg nekrosis dan inflamasi yang menyebabkan menurunnya fungsi hati.
a). Hepatitis A (HAV) Penyebab : Picorna virus, ukuran sangat kecil 27 nm, sel tunggal dg strain RNA, hubungan seksual, feses. HAV resisten thdp eter, asam, temperatur sampai 60Cselama 1 jam, tidak resisten pada temperatur > 100C selama 20 menit, iradiasi cahaya UV dan formaldehid. Masa inkubasi 2-6 minggu, dapat bertahan 2-4 minggu. Gejala fisiologi : - Flu terus menerus Pencegahan : sanitasi yang baik, - Mual, muntah memelihara kebersihan, kesehatan - Otot lemas lingkungan dan makanan, imunisasi - Jaundice hepatitis A.
b). Hepatitis B (HBV) HBV bereplikasi di hati/hepatocyte dan dilepaskan dari hati / liver ke dalam sirkulasi perifer. Spesimen yang tepat untuk hepatitis B adalah darah dari individu - individu yang darahnya mengidap HBV atau melalui produk darah. Virus HBV dikenal dengan nama Dane Partikel, mempunyai ukuran diameter 42 run, dilapisi lapisan yang terdiri dari lipid dan protein (lipoprotein), DNA yang berupa single sel. Penularan / penyebaran HBV : melalui kontak dengan darah/cairan tubuh, seperti transfusi darah, atau produk darah, hubungan seksual, dan dapat juga dari ibu ke bayinya. Simptom / gejala : Jaundice, cepat lelah, anoreksia, penurunan berat badan, malaise, nausea, urine warna kuning tua, pucat, muntah darah, dan keluhan sakit kepala
c). Hepatitis D (HDV) Disebabkan ole HBV, mrpk sel tunggal dgn strain RNA. HDV menyerang bila ada infeksi oleh HBV, sehingga tidak dapat menginfeksi sendiri. Virus ini bersifat patogenik karena dapat menyebabkan kerusakan hati dan bekerjasama dengan penyakit lainnya yang disebabkan oleh infeksi HBV.
d). Hepatitis Non-A, Non-B (NANB) Disebabkan krn infeksi dan penyebabnya bisa non viral / senyawa racun. Penyebaran : transfusi darah, pengobatan parenteral, penganut seks bebas, hubungan dengan penderita NANB (melalui seksual). Banyak terjadi krn penularan melalui darah (pos transfusi). Gejala : - Jaundice - ALT meningkat - AST normal - Antigen antibodi tdk ada yg spesifik
G. Hepatitis Kronik
Hepatitis kronik didiagnosa sebagai kelanjutan dari
hepatitis akut. Parameter klinik : peningkatan aktivitas ALT, peningkatan bilirubin total. Penyebab hepatitis kronik salah satunya kelanjutan dari infeksi HBV, HeV, hepatitis NANB, induksi obat-keracunan, penyakit pada metabolisme hati. Gejala : disfungsi hati dengan jaundice, lemas, bleeding, arthritis, dan ginjal yang abnormal. Wanita lebih riskan terserang dibandingkan pria. Pengobatan : tidak ada perawatan spesifik, terapi kortikosteroid.
I. Neoplasms
Penyakit tumor hati ini digolongkan menjadi penyakit yang tidak berbahaya ataupun menular. Umumnya merupakan hepatoselular dimana penyakit ini hampir terjadi pada semua wanita, dan hemangiomas yang jarang menimbulkan gejala dan ditemukan pada saat operasi ataupun otopsi. Hepatoselular carsinoma (HCC) adalah penyakit tumor hati yang menular, dimana lebih banyak terdapat pada pria dibandingkan wanita
J. Transplantasi Hati
Transplantasi hati menjadi pengobatan yang efektif bagi pasien
yang memiliki penyakit kerusakan hati parah. Transplantasi hati yang pertama kali dilakukan oleh Dr. Thomas Starzl pada tahun 1963. Sejak itu, penderita kerusakan hati yang parah mampu bertahan.
Kondisi pasien yang harus diperhatikan untuk transplantasi,
antara lain : - Penyakit hati kronik - Nonmetastasis hepatik menular - Kegagalan fulminan hepatik - Keabnormalan metabolisme bawaan lahir
komplikasi. Adanya penolakan organ donor menjadi perhatian utama dan kebanyakan penerima donor sedikitnya hanya satu kali mengalami infeksi selama penyembuhan.