Professional Documents
Culture Documents
IJTIHAD
1.PENGERTIAN IJTIHAD
Ijtihad (Arab: ) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam. Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
Maksud dari maqashidu al-syariah antara lain menjaga kemaslahatan manusia dan menjatuhkan dari kemadharatan. Namun, standarnya adalah syara, bukan kehendak manusia, karena manusia tidak jarang menganggap yang hak menjadi tidak hak dan sebaliknya.
4. MACAM-MACAM IJTIHAD
1.Ijma'
Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2.Qiys
Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
3.Istihsn Beberapa definisi Istihsn : 1,Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar. 2.Argumentasi dalam pikiran seorang fqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya 3.Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak. 4.Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan. 5.Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya... 4.Maslahah murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.
5.Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentinagn umat.
6.Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya,
7.Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
5.CONTOH IJTIHAD
A.DI ZAMAN NABI Ijtihad pada masa Rasul saw. dan Khulafa Rasyidin Di antara ijtihad yang dilakukan Rasulullah saw. adalah, tentang tawananperang Badar. Dalam sidang Umar mengusulkan agar tawanan perang Badar itudibunuhsaja.SementaraAbuBakarmengusulkanagarmerekamenebusdiridanRasul menerima uang tebusan. Dari dua pendapat itu, Rasulullah menetapkanpendapat Abu Bakar, yakni menerima tebusan. Ijtihad Abu Bakar. IjtihadAbuBakardalamhalorangyangmembangkangmembayarzakat,Iaberpendapat bahwa orang yang membangkang membayar zakat harus diperangisampaimaumembayarzakat.Ijtihad Abu Bakar tentang usulan Umar bin Khatab untuk memushhapkanAlquran,karena hawatirparaQa'ribanyakyangmeninggal.Lalusetelahmenemukankata sepakat, dibentuk panitia yang terdiri dari para Qa'ri, hafizh Alquran, penuliswahyu,antaralainZaidbinTsabit. Ijtihad Umar r.a. Pada masa Umar r.a. pernah terjadi kelaparan, dan akibatnya terjadi pulapencurian.AtaskeadaanyangdemikianituUmarr.a.tidak menghukumnyadenganpotong tangan, karena ia berpendapat bahwa kemaslahatan yang diharapkan akibatpemberianhukum,tidak bakalterrealisirbesertaadanyabencanakelaparanyangmenyeret manusia kepada makan secara tidak halal.
B.DIZAMAN MODERN Zaman kita sekarang sangat membutuhkan ijtihad yang serius dan membangun, ijtihad kontemporer yang berdiri di atas dasar syariat, ilmu dan wawasan untuk menghadapi berbagai perubahan sosial, perkembangan produksi, persoalan ekonomi kontemporer, problematika politik, perkembangan militer dan kemajuan teknologi. Peran Ijtihad Kolektif di Era Modern Bisa kita sebutkan beberapa faktor yang membuat Ijtihad kolektif begitu penting pada zaman sekarang, di antaranya: Pertama: untuk merealisasikan metode penetapan hukum yang ditradisikan Rasulullah Saw dalam menghadapi persoalan baru. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan Sayyid bin Musayyib dari Ali ra, ia berkata: aku berkata: Ya Rasulallah, jika datang kepada kami perkara yang tidak ada penjelasannya dalam al-Qur`an dan
tidak pula dalam sunnah, apa yang engkau perintahkan? Rasulullah Saw bersabda, berkumpullah para ahli fikih! atau dalam sabda lain, para ahli ibadah dari kaum muslimin, bermusyawarahlah di antara kalian dan janganlah diputuskan dengan satu pendapat saja. Inilah yang dipraktekkan para sahabat Nabi Saw dan para imam setelahnya. Al-Amidi berkata, Sesungguhnya musyawarah hanya berkaitan dengan sesuatu yang diputuskan dengan ijtihad dan bukan diputuskan dengan wahyu. Kedua: mengatasi pengaruh ruang, waktu dan keadaan dalam menciptakan seorang mujtahid mutlak, baik secara kualitas maupun kuantitas dan mencegah timbulnya bahaya yang diakibatkan kelangkaan ulama dan ahli fikih yang layak menjadi mujtahid mutlak. Tidak ragu lagi, ijtihad adalah sebuah karunia Allah Swt yang akan terus dinikmati kaum muslimin dengan kerja keras para mujtahid yang mumpuni di setiap waktu dan tempat, dan tidak berlaku khusus untuk satu zaman atau tempat saja. Meskipun demikian, dunia Islam sedang menghadapi problem klasik yang terus berkembang, yaitu merosotnya semangat dan melemahnya tekad untuk mendalami ilmu syariat dan bahasa yang membuat pemiliknya memenuhi kriteria dan layak disebut sebagai mujtahid. Tidak ragu lagi, kekacauan situasi politik, sosial dan ekonomi memberikan pengaruh yang sangat besar atas kelemahan ini dan menjadi alasan sebagian ulama. Bahkan kemudian melenyapkan sosok mujtahid mutlak di panggung perundangan pada zaman sekarang. Terlebih, pada zaman sekarang kita sangat membutuhkan terbentuknya Majlis Syura Islami yang merangkul semua mujtahid yang kompeten dalam berbagai bidang kehidupan; baik dalam bidang ekonomi, politik, administrasi negara, pertahanan, psikologi, pendidikan, bioloigi, kedokteran, ekologi, fisika, kimia dan geografi. Sebuah majlis yang menyatukan ulama-ulama paling cemerlang dan mujtahid dari seluruh dunia, yang berperan sebagai akal berpikir dan pengarah kehidupan kaum muslimin. Sesungguhnya dunia Islam sangat membutuhkan penyatuan pemikiran, tujuan dan visi kedepan. Dan kita berharap, bahasa dan pemikiran para mujtahid ini menyatu dengan semangat dan tuntutan zaman, dimana akan terhapus segala macam dikotomi yang memisahkan antara ilmu syariat dengan ilmu dunia. Ketiga: Metode kolektif dalam perundangan adalah langkah dasar terciptanya persatuan Islam Fikih Islam adalah faktor terbesar terciptanya persatuan Islam dan perekat terkuat yang mengikat elemen di dalamnya. Jika fikih sudah tidak lagi tersisa, hanya berupa formalitas dan cerita saja, maka saat itulah kaum muslimin berada di jurang perpecahan, Allah Swt akan memutuskan segala urusan di antara mereka, kemudian mereka saling mengingkari dan tidak mengenal satu sama lain, generasi terakhir tidak mau merujuk kepada generasi awal, dam kaum terbelakang tidak mau mengambil petunjuk dari kaum terdahulu. Inilah realitas umat kita pada masa ini. Tidak ada jalan keluar dari keterpurukan ini dan menghadapi bahaya besar yang mengancam umat Islam saat ini, kecuali dengan menghidupkan fikih yang berdiri di atas metode kolektif dalam penysariatan hukumnya, dimana keputusan yang diambil harus bersumber dari kesepakan para mujtahid di bawah naungan institusi yang satu. Dengan demikian, terciptalah forum musyawarah internasional yang merupakan salah satu fondasi persatuan umat ini. Allah Swt berfirman, sesungguhnya umat kalian adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhan kalian, maka takutlah kepada-Ku. Umat kita adalah umat yang satu, berdiri di atas satu manhaj perundangan, yang diwujudkan dengan bekerja sama dalam sebuah institusi yang satu. Abdul Wahab Khalaf berkata, Ijtihad Kolektif yang dilakukan para mujtahid yang memenuhi kriteria ijtihad, akan melenyapkan kekacauan perundangan dan perselisihan. Dengan menggunakan metode dan cara yang disediakan syariat Islam untuk berijtihad dengan akal, maka permusuhan akan lenyap dan penentuan hukum Islam akan berjalan sesuai dengan tradisi syariat.
Keempat: Melawan berbagai serangan dan tuduhan bathil Sesungguhnya, problematika terkini baik dalam pemikiran, ekonomi atau peradaban yang tengah dihadapi umat secara keseluruhan, yang bertujuan meruntuhkan bangunan nilai perundangan Islam tidak bisa dihadapi kecuali dengan terbentuknya sebuah akal kolektif dan ruh kebersamaan yang dipenuhi semangat akidah, pemikiran yang orisinil, semangat spiritual, nurani yang luhur, jiwa reformis dan membangun yang universal, keinginan untuk berjuang, menghidupkan kebaikan dan kasih sayang bagi seluruh manusia. Umat tidak bisa bergerak sebagai entitas umum dan peranannya yang universal dalam perlawanan, kebaikan, perjuangan, kecuali jika ia memiliki akal kolektif. Dengan akal inilah kita memahami semua dimensi universalisme, humanisme, peradaban dan mampu memisahkan antara buruknya menutup diri, fanatisme mazhab, keterpaksaan dan taklid buta dengan kerja sama murni dan saling memberi manfaat. Kelima: Melapangkan jalan untuk mengaplikasikan syariat Islam dan berhukum dengan hukum Allah Sesungguhnya, tercerabutnya Ijtihad Kolektif sebagai salah satu bentuk pensyariatan hukum dalam bidang kepemimpinan dan membatasinya dengan fatwa dan kehakiman, demikian pula perpindahan dari era kekhalifahan yang sempurna dalam bentuk Khulafa ar-Rasyidin kepada khilafah tidak sempurna sampai saat sekarang ini, akan mengakibatkan kelemahan dan kekurangan dalam mengaplikasikan syariah secara ideal, bahkan menjadi palu godam pertama yang menghancurkan aplikasi ideal metode rabbani. Bisa kita saksikan kondisi sekarang, bagaimana kita dicekoki teori dan hukum-hukum positif, bagaimana sebagian kelompok Islam meninggalkan al-Qur`an, menghancurkan kita sehancur-hancurnya, dan menjauhkan kita sejauh-jauhnya dari mewujudkan manhaj jamai dalam pensyariatan melalui forum ijma dan ijtihad. Urusan ini akan semakin berbahaya jika kita tidak segera bangun dari tidur lelap kita dan menghadapi realita dengan solusi yang sesuai dengan syariat. Agar kita lebih netral, kita harus mencatat adanya upaya, baik dalam level perseorangan ataupun kolektif untuk membukukan undang-undang syariat Islam dan mengedapankan solusi syariah terhadap persoalan baru yang datang kepada umat ini. Akan tetapi, upaya ini sebatas pada koridor penataran dan formatif, padahal kita sangat membutuhkan segi aplikasi atas apa yang telah dihasilkan dari berbagai keputusan, Apa yang tidak bisa dicapai seluruhnya, maka tidak boleh ditinggalkan seluruhnya.
6.MUJTAHID
A. Pengertian Mujtahid Jika membahas pengertian mujtahid tidak terlepas dari pengertian ijtihad yang berasal dari kata ijtahada yang artinya ialah: bersungguh-sungguh, rajin, giat. Sedang apabila kita meneliti makna kata jahada, artinya ialah mencurahkan segala kemampuan. Jadi dengan demikian, menurut bahasa, ijtihad itu ialah berusaha atau berupaya yang sungguh-sungguh. Perkataan ini tentu saja tidak akan dipergunakan di dalam sesuatu yang tidak mengandung kesulitan dan keberatan. Sayid Muhammad al-Khudloriy, di dalam kitabnya ushul fiqh memberikan contoh: Ijtahada fi khamli khajarirrokha. Dia berusaha keras membawa batu giling, dan tidak akan dikatakan: Ijtahada fi khamli khordalatin. berusaha sungguh-sungguh membawa sebiji bijian. Kemudian dikalangan para ulama perkataan ini khusus digunakan dalam pengertian usaha yang sungguh-
sungguh dari para mujtahid dalam mencari tahu tentang hukum-hukum syariat. Sedangkan pengertian ijtihad secara istilah pada umumnya banyak dibicarakan dalam buku-buku ushul fiqh. Salah satu definisi yang ditemukan oleh ahli ushul fiqh adalah pengertian segenap kesanggupan oleh seorang ahli fiqh atau mujtahid untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum-hukum syara. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi ijtihad ialah untuk mengeluarkan (istinbath) hukum syara, dengan demikian ijtihad tidak berlaku dalam bidang teologi dan akhlaq. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mujtahid ialah orang yang bertijtihad atau dengan kata lain sebagai seseorang yang mencurahkan segala kemampuan dalam mengistinbathkan hukum syara.