You are on page 1of 7

Pendahuluan Trypanosoma termasuk kelas kinetoplastida, merupakan grup dari parasit protozoa yang uniseluler.

Namanya diambil dari bahasa yunani trypano ( menggali) dan soma (tubuh) karena gerakannya seperti corkscrew ( melingkar dan melubangi). Trypanosoma dapat menginfeksi berbagai host dan menyebabkan berbgai penyakit termasuk penyakit tidur (sleeping sickness) yang cukup fatal bagi manusia.1 Ciri khas dari klas kinetoplastida membutuhkan kompleks protein catenatated circles dan mini circles selama pembelahan sel.1 Pada genus trypanosoma terdapat tiga spesies , yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu trypanosome rhodesiense , try panosoma gambiense, dan trypanosome cruzy. Penyakit yang disebabkan oleh ketiga spesies tersebut, yaitu trypanosomiasis , tidak ditemukan di Indonesia .3 Trypanosoma rhodesiense dan Trypanosoma gambiense Etiologi Antara spesies T.rhodesiese dan T.gambiense tidak terdapat perbedaan morfologi. Pada manusia, kedua spesies tersebut terdapat dalam stadium Trypomastigot yang hidup dalam darah . bentuk ini ada dua macam yaitu bentuk panjang (32 mikron) dan bentuk pendek (16 mikron) yang tidak mempunyai flagel. Oleh karena itu parasit ini disebut mempunyai sifat polimorf. Stadium tripomastigot hidup di luar sel (ekstraselular ) dalam darah , limpa, kelenjar limfe, cairan otak dan di otak. Parasit ini berkembang biak secara belah pasang longitudinal dan dalam darah tampak bentuk yang membelah.3 Dalam tubuh Glossina , stadium trypomastigot yang terisap dengan darah bekembang biak di usus tengah dan usus belakang ( midgut dan hindgut) secara belah pasang longitudinal. Sesudah 15 hari tampak bentuk langsing (pro ventricular form ) yang membelah lagi kemudian bermigrasi melalui esophagus, faring, mulut, untuk kemudian masuk ke dalam kelenjar ludahnya. Dalam kelenjar ludah, parasit ini melekat pada epitel dan berubah menjadi stadium epimastigot.1 Stadium epimastigot berkembang biak berkali-kali kemudian berubah menjadi stadium trypomastigot metasiklik yang masuk ke saluran kelenjar ludah, lalu ke proboscis dan dari sini
1

dapat ditularkan kepada manusia. Untuk T.gambiense , lalat menjadi infektif sesudah 20 hari, sedangkan untuk T.rhodesiense sesudah 14 hari.2 Infeksi terjadi dengan tusukan lalat glossina yang mengandung stadium trypomastigot metasiklik, yaitu sebagai bentuk infektif. Cara penularan ini disebut anterior inoculative. 6 Epidemiologi Penyakit yang disebabkan oleh T.rhodesiense sangat jarang, tetapi penting karena penyakit ini sangat berbahaya. Hospes perantaranya ialah lalat glossina morsitans yang hidup di daerah padang rumput (savanna). Baik lalat jantan maupun betina dapat menularkan penyakit. Pada trypanosomiasis rodesiense hospes reservoar penting karena penularan terjadi di hospes reservoar melalui lalat ke manusia.1 Hospes perantara untuk T.gambiense ialah lalat glossina palpalis yang terdapat di daerah dataran rendah dengan hutan yang lebat dan keadaan yang lembap. Peran hospen reservoar T.gambiense tidak penting oleh karena penyakit ditularkan dari manusia ke lalat, kemudian ke manusia lain.3 Pengawasan terhadap penyakit ini sulit dilakukan oleh karena penduduk Afrika pada umumnya sering berpindah tempat (nomad). Bila penduduk pindah ke daerah yang tidak ada vektornya kadang-kadang dijumpai kesulitan lain, misalnya tidak ada air untu minum ( jauh dari sumber air atau sungai) , sehingga kehidupan menjadi lebih sulit. Di Indonesia terdapat T.evansi yang dapat menyebabkan penyakit surrah pada binatang . hospes perantaranya ialah lalat Stomoxys calcitrans atau lalat kandang.1 Pathogenesis Di dalam tubuh host, parasit ini berubah menjadi tripomastigotes yang beredar di pembuluh darah. Setelah itu akan dibawa ke seluruh tubuh , dan ada yang sampai ke cairan tubuh lainnya (limfe dan cairan spinal), kemudian mengalami replikasi dengan binary fission. Jika tripomastigotes ini masuk ke tubuh lalat tsetse, maka akan mengalami perubahan lagi menjadi prosiklik tripomastigotes di dalam midgut dari lalat tsetse tersebut. Setelah di gigit oleh lalat tsetse yang terinfeksi, maka akan timbul lesi inflamasi (trypanosoma chancre ).1 Reaksi di kulit ini biasa menimbulkan rasa yang menyakitkan dan berwarna merah. Parasit ini kemudian akan menuju ke salauran limfe dan pembuluh darah, dan hal ini akan menyebabkan demam akut.2

Stadium 1 Demam terjadi karena terdapat penyebaran parasit dalam aliran darah dan aliran limfe. Demam ini terjadi karena adanya pirogen eksogen, seperti bahan-bahan atau zat toksik dari trypanosoma, sehingga terjadi stimulasi dari proliferasi dari limfosit selama terjadi respon imun. Selain itu akan dihasilkan beberapa sitokin- sitokin berupa IL1 ,IL6, TNF. Hal ini memicu hipotalamus untuk meninggalkan ambang batasnya ke ambang febris. Pruritus dan rash makulopapular timbul akibat parasit yang mengikuti aliran darah dan aliran limfe. Hal ini menyebabkan reaksi dari pembuluh darah untuk menghasilkan beberapa mediator. Rash timbul akibat proses vasodilatasi, sedangkan pruritus timbul akibat histamine. Hepatoslenomegali tejadi karena sel-sel fagositik pada hepar dan spleen sebagai system RES teraktivasi , sel-sel tersebut merupakan system monosit makrofag yang fungsi utamanya adalah menelan benda asing lain dalam tubuh. Tanda winterbottom . merupakan bentuk reaksi pembesaran kelenjar limfre ( limfa denopati) sepanjang leher belakang ( padatriangle servical posterior) . Hal ini disebabkan karena perjalanan dari trypanosome yang mengikuti aliran limfe dan pada akhinya menimbulkan proses keradangan pada daerah tesebut. Stadium 2

Pada stadium ini parasit yang terdapat dalam aliran darah akan nmenginvasi system saraf pusat hal ini terutama ditandai oleh perubahan neurologis yang terjadi perlahan, disertai abnormalitas yang progresif dari CSS . ini disebut stadium meningoensefalitis , dimana selain terjadi gangguan pada saraf sensoris dan motoris , terjadi juga proses demyelinisasi otak, hal ini menyebabkan kelemahan ( weakness) akibat gangguan pada saraf tersebut.1

Diagnosis Diagnosis ditegakan dengan menemukan parasit : 1) secara langsung dalam sediaan darah atau cairan otak 2) dalam biopsy kelenjar dan fungsi sumsum tulang 3) secara imunologi dengan zat anti fluorensen

Penatalaksanaaan Trypanosomal chancre merupakan self limited inflammatory lesion dimana reaksi radang akan hilang sekitar satu minggu setelah gigitan lalat tsetse. Pengobatan standar yang digunakan untuk stadium 1 adalah 3 : Pentamidine iv digunakan untuk T.gambiense Suramin iv digunakan untuk T.rhodesiense

Standar terapi yang digunakan untuk stadium 2 adalah ; Melarsoprol 2,2 mg/kg iv tiap hari selama 10 hari

Alternative pengobatan lini pertama adalah ; Melarsoprol 0,6 mg/kg iv pada hari pertama 1,2 mg/kg iv melarsoprol pada hari kedua dan 1,2 mg/kg/hari iv melarsoprol dikombinasikan dengan 7,5 mg/kg nifurtimoks oral 2 kali sehari pada hari ke 3 sampai 10 , atau Eflornithine 50mg/kg iv setiap 6 jam selama 14 hari

Trypanosoma Cruzy Epidemiologi Hospes reservoar selalu merupakan sumber infeksi dan cara pencegahan dapat dilakukan dengan memberantas vektornya yaitu triatoma dan melindungi manusia dari gigitannya. Hospes perantaranya adalah triatoma infestans, Rhodnius prolixus dan panstrongylus megistus yang hidup di sela-sela dinding rumah yang tebuat dari papan atau batu. Pengawasan bank darah juga merupakan upaya yang dapat mencegah timbulnya infeksi pada manusia.4 Pathogenesis Pada porte dentre stadium tripomastigot metasiklik dikelilingi oleh makrofag kemudian masuk ke dalamnya dan berubah menjadi stadium amastigot dan membelah. Banyak makrofag
4

yang diserang, sehingga terbentuk suatu granuloma (chagoma) yang dapat membendung aliran limfe.3 Bila hal ini terjadi pada mata, timbul edema kelopak mata pada salah satu mata ( edema unilateral) yang disebut gejala romana. Melalui stadium promastigot dan epimastigot, parasit ini masuk ke aliran darah dan berubah menjadi stadium tripomastigot. Kemudian terjadi parasitemia yang memberi gejala toksik. Parasit masuk ke alat-alat dalam yang mengandung sel RE, sehingga timbul gejala splenomegali, hepatomegali dan limfadenopati; juga terjadi kelainan pada sumsum tulang, karena penuh dengan parasit. Penderita sakit berat, demam, dan sering ada gejala jantung sehingga penderita meninggal pada stadium akut. Hal ini biasanya terjadi pada anak. Pada orang dewasa penyakitnya dapat menahun.1 Diagnosis Diagnosis ditegakan dengan : 1. Menemukan parasit dalam darah pada waktu demam atau dalam biopsy kelenjar limfe, limfa, hati dan sumsum tulang (stadium tripomastigot dan stadium amastigot) 2. Menemukan parasit pada pembiakan dalam medium NNN (stadium spimastigot) 3. Xenodiagnosis, dengan percobaan serangga triatoma atau Cimex 4. Ada beberapa uji imunodiagnostik yang telat dikembangkan untuk mendeteksi zat anti terhadap T.gambiense antara lain : Uji aglutinasi kartu ( card agglutination test for trypanosomiasis atau CATT) yang banyak digunakan di lapangan. ELISA untuk mendeteksi antigen tripanosoma di dalam serum dan cairan serebrospinalis. Card Indirect Agglutination Test ( CIAT) yang merupakan modifikasi ELISA dengan uji aglutinasi lateks. Reaksi rantai polymerase merupakan cara yang cukup sentisitif dan spesifik yang sedang dikembangkan untuk mendeteksi DNA tripanosoma di dalam otak penderita yang meninggal akibat ensefalopati pasca pengobatan serta DNA di dalam kelenjar air liur dan lambung lalat tsetse. 5

Penatalaksanaan Nifurtimox adalah obat satu-satunya secara aktif melawan T.cruzy dan beredar di Amerika Serikat. Pada penyakit chagas akut, nifurtimox mengurangi durasi gejala dan parasittemia dan menurunkan angka kematian. Walaupun begitu, efikasi obat ini untuk mengeradikasi parasit adalah rendah. Jika ditemukan secara laboratories dengan penampakan yang mirip infeksi T.cruzy, terapi nifurtimox harus segera dimulai tanpa menunggu gejala klinis atau indikasi parasitologis dari infeksi ini.1 Efek samping nifurtimox yang sering muncul adalah nyeri abdominal , anoreksia, mual, muntah, dan penurunan berat badan. Reaksi neurologis obat tersebut adalah tidak dapat tidur, disorientasi, insomnia, kedutan, parestesia , polyneuritis dan kejang. Gejala ini biasanya hilang bila dosis dikurangi atau terapi dihentikan. Dosis harian yang dianjurkan adalah 8-10 mg/kg untuk dewasa , 12,5-15 mg/kg untuk remaja dan 15-20 mg/kg untuk anak-anak usia 1-10 tahun. Obat di berikan per oral dalam 4 dosis terpisah dalam setiap harinya dan terapi diberikan selama 90-120 hari. 1 Benznidazole adalah pilihan kedua untuk digunakan sebagai terapi penyakit chagas. Efikasinya hampir sama dengan nifurtimox dan efek sampingnya adalah neuropati perifer , rash, dan granulositopenia. Dosis yang dianjurkan per oral adalah 5 mg/kg perhari selama 60 hari. Penutup Trypanosomiasis merupakan permasalahan yang cukup kompleks. Di beberapa daerah sudah dilakukan program eradikasi vector, namun belum ada consensus dalam memecahkan semua masalah yang ada. Tiap individu dapat menghindari resiko terinfeksi trypanosomiasis dengan menghindari daerah-daerah yang diketahui banyak kasus atau dengan memakai lotion anti serangga. Dan sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah tranmisi parasit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, AW et al.2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta 2. Kasper, D.2004. Harrisons Principles Internal Medicine. 16th edition. Mc Grow Hill :Boston 3. Susanto, I et al. 2008. Parasitologi Kedokteran. Balai penerbit FKUI : Jakarta. 4. Kennedy, PG .2005. Sleeping sickness human African trypanosomiasis. Glashow www.pn.bmj.com/content/5/5/260.full.pdf Acces 27 April 2012 5. Desforges , JF. 1993. American Trypanosomiasis (Chagas Disease). The New England journal of Medicine. www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM199308263290909 acces 27 April 2012 6. Maddocks S et al. 2000. African Trypanosomiasis in Australia. New England journal of Medicine. www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM200004273421705 acces 27 April 2012

You might also like