You are on page 1of 28

MAKALAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Hukum dan Peraturan dengan Dosen Pembimbing : Martini, SH. MH

Disusun oleh:
1. 2. 3. 4. 5. 6.

Annisa Setya Kusumaningdewi (4409216093) Ari Handayani Caecilia Eka Apriliana W.S Irene Rafinadora Kristina Novita Anggraini Indah Pratiwi (4409216094) (4409216097) (4409216103) (4409216106) (4409216136)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul MAKALAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL disusun dalam rangka melengkapi nilai tugas mata kuliah Hukum dan Peraturan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik yang bersifat material maupun spiritual , yaitu : 1. Ibu Martini selaku Dosen Mata Kuliah Hukum dan Peraturan Fakultas Teknik Universitas Pancasila Kepada kedua orang tua kami, yang telah membantu baik secara material maupun spiritual. Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah ini. Tiada gading yang tak retak, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penyusun mohon maaf yang setulus-tulusnya dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangannya.Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Terimakasih. Bogor, Juni 2012

2. 3.

Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

LATAR BELAKANG....................................................................................................1 PERUMUSAN MASALAH...........................................................................................3 TUJUAN PENULISAN..................................................................................................4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................5

HAK CIPTA....................................................................................................................5 PATEN............................................................................................................................6 DESAIN INDUSTRI......................................................................................................7 MEREK...........................................................................................................................8 DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU............................................................9 RAHASIA DAGANG...................................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................11

SEJARAH.....................................................................................................................11 PERJANJIAN...............................................................................................................13 PERMASALAHAN......................................................................................................13 ANALISA HAK CIPTA...............................................................................................14


BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................17

SIMPULAN..................................................................................................................17 SARAN.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................18 LAMPIRAN.......................................................................................................................19

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tokoh Boneka Unyil........................................................................................11 Gambar 2. Drs. Suyadi atau biasa dipanggil Pak Raden..................................................14 Gambar 3. Logo PPFN.....................................................................................................15

iii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Pengajuan Hak Cipta Lampiran 2. Formulir Pengajuan Hak Cipta Lampiran 3. Undang Undang No. 19 Tahun 2002 Lampiran 4. Undang- Undang No. 13 Tahun 1997

iv

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG 1.1.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual Hak Kekayaan Intelektual yang disingkat HKI atau akronim HaKI adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karyakarya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Secara garis besar HKI dibagi dalam dua bagian, yaitu:

1. 2.

Hak Cipta (copy rights) Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights), yang mencakup: Paten; Desain Industri (Industrial designs); Merek; Penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition); Desain tata letak sirkuit terpadu (integrated circuit); Rahasia dagang (trade secret);

1.1.2 Badan Pengurus HKI Di Indonesia Dan Dunia Di Indonesia badan yang berwenang dalam mengurusi HaKI adalah Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut Ditjen HaKI mempunyai tugas menyelenggarakan tugas departemen di bidang HaKI berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan Menteri. Ditjen HaKI mempunyai fungsi : a. b. c. Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan teknis di bidang HaKI; Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, pelayanan, dan penyiapan standar di bidang HaKI; Pelayanan Teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal HaKI.

Di dalam organisasi Direktorat Jenderal HaKI terdapat susunan sebagai berikut : a. b. c. d. Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, tata letak Sirkuit terpadu, dan Rahasia Dagang; Direktorat Paten; Direktorat Merek; Direktorat Kerjasama dan Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual; Direktorat Teknologi Informasi Di dalam dunia internasional terdapat suatu badan yang khusus mengurusi masalah HKI yaitu suatu badan dari PBB yang disebut WIPO (WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATIONS). Pada saat ini, HKI telah menjadi isu yang sangat penting dan mendapat perhatian baik dalam nasional maupun internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan WTO di tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan HKI di seluruh dunia. Dengan demikian pada saat ini permasalahan HKI tidak dapat dilepaskan dari dunia perdagangan dan investasi. Pentingnya HKI dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan telah memacu dimulai era baru pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan. 1.1.3 Dasar Hukum HKI Dasar hukum mengenai HKI di Indonesia diatur dengan Undangundang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002. Terdapat penjelasan lengkap mengenai semua aturan tentang HKI. Berikut penggalan UU No. 19 Tahun 2002. BAB XIII KETENTUAN PIDANA PASAL 72 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

e. f.

2.

Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

3.

Barang memperbanyak

siapa

dengan untuk

sengaja kepentingan

dan

tanpa

hak suatu

penggunaan

komersial

Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). 4. Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah).

5.

Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 19, pasal 20, atau pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).

6.

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 24 atau pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).

7.

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).

8.

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).

9.

Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.500.000.000.000,00 (Satu milyar lima ratus juta rupiah).

PERUMUSAN MASALAH Dalam keterkaitannya dengan Hak dan Kekayaan Intelektual, kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya saja, tetapi dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para penciptanya. Namun dalam hal ini pengetahuan masyarakat Indonesia tentang UU Hak Cipta masih minim, ditambah kurangnya kesadaran untuk mendaftarkan suatu karya sebagai hasil karyanya sendiri menyebabkan semakin maraknya perdebatan tentang kepemilikan suatu karya. Dewasa ini banyak terjadi kasus pelanggaran hak cipta, mulai dari kasus pembajakan sampai dengan perebutan hak cipta atas suatu karya. Salah satu kasus yang sedang hangat dibicarakan adalah hak cipta atas Boneka Unyil. Kasus ini melibatkan dua pihak yaitu antara Drs Suyadi atau Pak Raden yang mengaku menciptakan tokoh-tokoh Si Unyil dengan PPFN (Pusat Produksi Film Nasional) yang menerbitkan tokoh Si Unyil. Persoalan pokok tentang boneka Si Unyil milik Pak Raden terjadi karena distorsi dalam perumusan kontrak yang bersifat tidak menguntungkan bagi penciptanya. Namun timbul kerancuan ketika masing-masing pihak mengklaim bahwa mereka adalah Pencipta dari suatu karya bernama Si Unyil. TUJUAN PENULISAN Tugas kelompok merupakan bentuk pemahaman mahasiswa terhadap bahan ajar yang diberikan dosen, dengan cara mengangkat dan membahas kasus. Adapun tujuan dari Tugas Kelompok Hukum dan Peraturan adalah sebagai berikut :

1.

Memahami Hak Kekayaan Intelektual dan dapat membedakan antara Hak Cipta dengan Hak Kekayaan Industri (Hak paten; Desain Industri; Merek; Penanggulangan praktik persaingan curang; Desain tata letak sirkuit terpadu; Rahasia dagang.

2.

Memahami dasar hukum Hak Kekayaan Intelektual Memahami pentingnya Hak Cipta

3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


HAK CIPTA

2.1.1 Pengertian Hak Cipta


Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.2 Pencipta Yang dimaksud dengan pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. 2.1.3 Pencipta atau pemegang hak cipta atas suatu ciptaan yang terdiri atas beberapa bagian Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian yang diciptakan dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya itu. 2.1.4 Perancangan Suatu Ciptaan Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, penciptanya adalah orang yang merancang ciptaan itu. 2.1.5 Ciptaan yang dibuat dalam hubungan dinas dan hubungan kerja Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pembuat sebagai penciptanya apabila penggunaan ciptaan itu diperluas keluar hubungan

dinas. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, maka pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.

2.1.6 Pemegang Hak Cipta


Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut di atas. 2.1.7 Ciptaan Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. 2.1.8 Perlindungan Hak Cipta Perlindungan terhadap suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut. Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan, karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas atau keahlian, sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca atau didengar. PATEN 2.2.1 Pengertian Paten Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 2.2.2 Pemegang Paten atau Inventor Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara besama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam

kegiatan yang menghasilkan invensi. Pemegang Paten adalah iventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten. 2.2.3 Invensi Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. 2.2.4 Hak eksklusif Hak yang hanya diberikan kepada Pemegang Paten untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri secara komersial atau memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain. Dengan demikian, orang lain dilarang melaksanakan Paten tersebut tanpa persetujuan Pemegang Paten. 2.2.5 Hak Pemegang Paten

1) Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang


dimilikinya, dan melarang orang lain yang tanpa persetujuan: (a) Dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa, menyerahkan memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten;

(b) Dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi
paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a.

2) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain


berdasarkan surat perjanjian lisensi;

3) Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan


negeri setempat, kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas;

4) Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan tanpa hak
melanggar hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 di atas. DESAIN INDUSTRI 2.3.1 Pengeertian Desain Industri

Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. 2.3.2 Subjek dari Hak Desain Industri 1. Yang berhak memperoleh Hak Desain Industri adalah Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari Pendesain. Dalam hal Pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, Hak Desain Industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.

2.

3.

Jika suatu Desain Industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya atau yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan, pemegang Hak Desain Industri adalah pihak yang untuk dan/atau dalam dinasnya Desain Industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pendesain apabila penggunaan Desain Industri itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas.

4.

Jika suatu Desain Industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, orang yang membuat Desain Industri itu dianggap sebagai Pendesain dan Pemegang Hak Desain Industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua pihak.

MEREK 2.4.1 Pengertian Merek Merek adalah suatu "tanda yang berupa gambar, nama, kata, hurufhuruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. 2.4.2 Merek Dagang Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

2.4.3 Merek Jasa Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. 2.4.4 Merek Kolektif Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang dengan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya. 2.4.5 Fungsi Merek Pemakaian merek berfungsi sebagai:

1.

Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya;

2.

Sebagian alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya; Sebagai jaminan atas mutu barangnya; Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.

3.
4.

2.4.6 Fungsi Pendaftaran Merek 1. 2.


Sebagai alat bukti sebagai pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan; Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasasejenisnya; 3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenisnya. DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU 2.5.1. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

1.

Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurangkurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang

sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.

2.

Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.

3.

Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

RAHASIA DAGANG 2.6.1 Pengertian Rahasia Dagang Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. 2.6.2 Lingkup Rahasia Dagang Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. 2.6.3 Subjek Hak Atas Rahasia Dagang Dalam UURD tidak ada ketentuan yang menjelaskan secara rinci tentang istilah pemegang hak. Namun, jika dianalogikan dengan hak-hak kekayaan intelektual lainnya, pemegang hak atas rahasia dagang diartikan sebagai pemilik rahasia dagang atau pihak lain yang menerima hak dari pemilik.

10

BAB III PEMBAHASAN


SEJARAH Terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual, salah satu yang akan dibahas adalah kasus perebutan Hak Cipta Si Unyil, perseteruan tersebut terjadi antara Drs. Suyadi atau Pak Raden dengan Pusat Produksi Film Negara (PFN). Masing-masing pihak mengklaim bahwa mereka adalah Pencipta Si Unyil.

Gambar 1. Tokoh Boneka Unyil Versi Pertama : Awal sejarah terciptanya Si Unyil yang melegenda, Drs. Suyadi, saat itu adalah salah satu ahli animasi di Indonesia yang jumlah keseluruhannya bisa dihitung dengan jari. Pria kelahiran Jawa Timur 28 November 1932 ini adalah lulusan Senirupa ITB. Setelah lulus, dia melanjutkan studinya pada bidang film, di Cineastes Associes and Les Films Martin Boschet, Paris tahun 1961-1964. Awal nya dia bekerja menjadi ilustrator buku, khususnya buku anak-anak. Setelah bertahun-tahun menjadi ilustrator, Drs. Suyadi pun berpindah dengan menggarap film-film animasi. Awalnya dia hanya membuat film animasi untuk iklan-iklan masyarakat. Sampai akhirnya ia menyentuh cita-cita nya, membuat film animasi untuk anak-anak dari boneka. Kurnain Suhardiman adalah orang dibalik cerita-cerita si unyil. Kurnain lahir di Surabaya 5 Agustus 1928. Dia adalah sarjana hukum Universitas Padjajaran. Sejak kecil Kurnain menyukai bidang tulis-menulis. Dunia film dikenalnya sekitar tahun 1956 ketika dia belajar ke Kanada. Awalnya Kurnain bekerja sebagai guru

11

dan dimasa itulah gagasan si unyil lahir. Dia memulainya di majalah Suluh Pelajar, membuat dongeng si Unyil dengan beberapa karikatur yang dimuat secara bersambung. Pada 1961, setelah berhenti jadi guru, ia bergerak di bidang Film. Sebagai Sutradara, beberapa film dihasilkan oleh tangannya. Pada tahun 1965, dia bertemu Drs. Suyadi untuk membuat film animasi boneka. Sejak saat itu, Si Unyil dibonekakan. Kurnain lah orang yang membuat tokoh si unyil yang kita tahu sebagai tokoh Made In Indonesia,atau tokoh yang memang benar buatan asli Indonesia. Awal mula Kurnain bisa mendapat Inspirasi untuk membuat tokoh ini dari seorang sepupunya yang bernama Julianto.Julianto akrab dipanggil si Kunyil oleh Kurnain, namun Kurnain sering menyingkat nya menjadi si Unyil. Sebelum ada Boneka Si Unyil, memang tadinya cerita si Unyil adalah cerita turun temurun keluarga yang dibuat sedemikian rupa. Tokoh Mei Lan itu sebenarnya karena ada keluarga yang masih kecil mukanya lucu seperti Mei Lan, sekarang dia sudah jadi Dirut suatu perusahaan. Terbentuknya boneka Si Unyil itu berawal ketika Kurnain mengetahui bahwa sepupunya yang bernama Julianto sedang gemar membuat boneka sarung dari kain bekas dan dijahit. Inilah yang membuat Kurnain terinspirasi untuk membuat boneka si unyil dan akhirnya boneka si unyil pun terbentuk seperti yang kita tahu sampai sekarang. Kurnain Suhardiman memang sudah tiada, tetapi karyanya menjadi legenda di tanah air Indonesia. Siapa yang tidak kenal film boneka Si Unyil yang ditayangkan di TVRI tahun 1981 1993. Bapak Gufron Dwipayana, adalah Penanggung jawab dari film Si Unyil dari PFN. PFN adalah Pusat Produksi Film Negara yang berlokasi di Otista, Jakarta Timur. Bapak Dwipayana ini yang mempercayakan tim produksi Si Unyil untuk berproduksi di studio PFN. Ditujukan kepada anak-anak, film seri boneka ini menceritakan tentang seorang anak Sekolah Dasar (yang lalu akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya bisa mencapai posisi Sekolah Menengah Pertama) bernama Unyil dan petualangannya bersama teman-temannya. Kata Unyil berasal dari mungil yang berarti kecil. Versi Kedua : Namun ada juga beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Si Unyil merupakan hasil dari pemikiran Gufron Dwipayana yang ingin mengeluarkan tontonan anak-anak, kemudian di bawah pengawasan PFN, Gufron merekrut Drs. Suyadi dan Kurnain untuk menciptakan tokoh animasi anak-anak tersebut. Dengan Drs. Suyadi sebagai pencipta karakter animasi Si Unyil dan Kurnain sebagai penulis

12

cerita atau naskah. Pihak PFN pun telah membayar mereka berdua sebagai bentuk honor karena Drs. Suyadi dan Kurnain bukanlah karyawan PFN. Jadi memang pencipta Si Unyil adalah Drs. Suyadi dan Kurnain, namun mereka menciptakan itu dibawah rancangan PFN, sehingga bisa dibilang PFN adalah pencipta Si Unyil. PERJANJIAN Setelah beberapa tahun berjalan, kemudian dilakukan Perjanjian antara PFN dengan Drs. Suyadi. Tahun 1995 Pak Raden menandatangani perjanjian dengan Direktur Utama Pusat Produksi Film Negara (PPFN) Amoroso Katamsi. Dalam surat perjanjian bernomor 139/P.PFN/XII/1995 , Pak Raden menyerahkan pengurusan hak ciptanya kepada PPFN selama 5 tahun. Isi perjanjiannya adalah :

Pasal 1, Pak Raden menyerahkan pengurusan Hak Cipta atas ''Boneka Unyil''
kepada PPFN.

Pasal 2, menyatakan Pak Raden memberikan Hak Cipta ''Boneka Unyil'' kepada
PPFN untuk produksi film maupun video tanpa imbalan. Meski demikian, Pak Raden tetap memperoleh royalti jika ''Boneka Unyil" digunakan secara komersial untuk maksud di luar pembuatan film atau video oleh Pihak Ketiga.

Pasal 3, menyatakan Pak Raden menerima 50 % royalti dari Pihak Ketiga.


Sedangkan 50 % lainnya diserahkan kepada PPFN sebagai Pihak Kedua.

Pasal 7, Perjanjian ini berlaku selama lima tahun, terhitung sejak tanggal
penandatanganan. PERMASALAHAN Permasalahan dipicu oleh beberapa hal yang dirasa tidak sesuai dengan isi perjanjian tersebut, mulai dari dalam kurun waktu 5 tahun, Pak Raden atau Drs. Suyadi memang mendapat royalti 10% dari Unyil. Namun sejak tahun 2000, Pak Raden sudah tidak menerima apa-apa karena boneka Unyil ciptaannya sudah menjadi hak milik PPFN sepenuhnya. Diduga uang mengalir ke kocek pihak lain, bukan ke Pak Raden. Karena itu Pak Raden berharap agar dia memegang kembali kepemilikan hak cipta Si Unyil.

13

ANALISA HAK CIPTA

Gambar 2. Drs. Suyadi atau biasa dipanggil Pak Raden Versi Pak Raden UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, Poin 2 menyebutkan bahwa : Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Pencipta Karakter Si Unyil adalah Drs. Suyadi, sehingga pemegang hak cipta tentunya adalah Drs. Suyadi dan semua royalti yang berhubungan dengan Si Unyil adalah milik Drs. Suyadi. Jika memang terdapat perjanjian, Drs. Suyadi tetap berhak mendapatkan royalti namun pada kenyataannya tidak seperti itu, oleh karena itulah Drs. Suyadi merasa diperlukan revisi terhadap perjanjian terdahulu dan bahkan dibuat perjanjian baru yang tidak memihak dan menjamin royalti yang seharusnya didapatkan Drs. Suyadi.

14

Gambar 3. Logo PPFN Versi PFN : UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian kedua, Pasal 6 menyebutkan bahwa : Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing- masing atas bagian Ciptaannya itu. UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian kedua, Pasal 7 menyebutkan bahwa : Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, Penciptanya adalah orang yang merancang Ciptaan itu. Seluruh biaya produksi dan biaya penelitian dari awal mula pembuatan Si Unyil ditanggung oleh PFN, dan idenya pun berasal dari PFN, sehingga walaupun Pencipta adalah Drs. Suyadi tetapi Drs. Suyadi menciptakan karakter Si Unyil dibawah rancngan penelitian PFN, sehingga pemegang Hak Cipta tetap PFN. Adapun dibuat perjanjian adalah untuk menyerahkan sepenuhnya kewenangan Hak Cipta kepada PFN untuk tujuan komersialisasi. Keabsahan perjanjian tersebut juga dijamin oleh Undang-Undang. UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian kedua, Pasal 3 menyebutkan bahwa :

15

(1) Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak.

(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian
karena a. b. c. d. e. Pewarisan; Hibah; Wasiat; Perjanjian tertulis; atau Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian kedua, Pasal 7 menyebutkan bahwa :

(1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam
lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Ciptaan
yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.

(3) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan,
pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak. Maka dengan alasan inilah PFN merasa berhak untuk mendaftarkan Hak Cipta Si Unyil dan menjadi pemilik Hak Cipta Si Unyil sepenuhnya.

16

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


SIMPULAN Perlindungan Hak Cipta dapat dijalankan dengan baik sesuai ketentuan UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, namun pada pelaksanaannya banyak pemegang Hak Cipta merasa karyanya tidak dilindungi oleh undang-undang dikarenakan maraknya pelanggaran yang merugikan Pencipta. Pada kasus Si Unyil ini, PFN mengakui bahwa Pencipta Si Unyil adalah Drs. Suyadi (Pak Raden) dan FPN bertindak sebagai perancang yang juga berhak untuk mengajukan Hak Cipta. Perjanjian yang dibuat FPN untuk Pak Raden agar dapat mempermudah proses pengajuan Hak Cipta ternyata dianggap merugikan Pak Raden dan Pak Raden merasa ingin memperjuangkan salah satu haknya yang tidak dia dapatkan sejak lama, sehingga dia menempuh jalur hukum dan mengajukan perjanjian baru. SARAN Saran dari kelompok kami mengenai hal ini adalah 1. Sebaiknya PPFN membayar sisa royalti yang belum dibayar, dengan besar yang sesuai dengan isi perjanjian. Sebaiknya Drs. Suyadi (Pak Raden) segera mendaftarkan Hak Cipta Si Unyil atas nama dirinya agar royalti pemakaian komersil hak cipta mengalir langsung ke dirinya sendiri tanpa melalui pihak ketiga.

2.

17

DAFTAR PUSTAKA
http://www.apjii.or.id/DOC/Regulasi8/UU_HC_19.pdf http://www.beritasatu.com/mobile/hiburan/45157-petaka-surat-perjanjian-pak-raden-danpfn.html http://www.dgip.go.id/ http://dailytechbytes.blogspot.com/2012/05/sejarah-penting-tokoh-unyil-yang.html http://www.tempo.co/read/news/2012/03/20/219391358/Wawancara-Tempoco-denganPFN-Soal-Unyil http://tonihandoko.wordpress.com/2012/04/23/dibalik-si-unyil/ http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/16/m2k87q-pfn-si-unyil-milik-kamibukan-pak-raden

18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Pengajuan Hak Cipta

Lampiran 2. Formulir Pengajuan Hak Cipta

Lampiran 3. Undang Undang No. 19 Tahun 2002

Lampiran 4. Undang- Undang No. 13 Tahun 1997

You might also like