You are on page 1of 13

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL UJI STERILITAS SEDIAAN

Ismi azizah M. M . Alfianoor Nadia Kamalia Wenny Theresia S

(J1E108024) (J1E108038) (J1E108043) (J1E108051)

Henny Kristianingsih (J1E108030)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011

UJI STERILITAS SEDIAAN I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pendahuluan Sediaan obat dan alat kesehatan seharusnya bersifat steril, bebas dari kuman. Terutama sediaan obat yang langsung kontak dengan mukosa atau langsung masuk ke aliran darah seperti tetes mata, injeksi, cairan infus, salep mata, dan tablet implant. Demikian juga dengan alat-alat kesehatan seperti kasa, dispossible syringe, dan benang bedah. Standar ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi infeksi pada pasien yang menggunakan sediaan obat maupun alat kesehatan tersebut akibat kontaminasi kuman patogen. Uji sterilitas merupakan uji yang dilakukan terhadap sediaan steril untuk mengetahui adanya mikroorganisme pada sediaan. Sebelum uji sterilitas perlu dilakukan validasi dan monitoring. Validasi merupakan prosedur yang didokumentasi untuk mendapatkan pencatatan, interpretasi data yang dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa proses akan secara konsisten memenuhi spesifkasi yang ditetapkan. Hasil validasi disebut PROTAP. Monitoring dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu metode fisika, kimia, dan biologi. Validasi proses sterilisasi memerlukan 2 macam data yaitu commisioning data dan performance qualification. Commisioning data adalah memberikan kepastian bahwa alat-alat telah disiapkan dan distel sesuai dengan spesifikasinya dan aman digunakan dan berfungsi dalam batas limit yang telah ditetapkan bila alat tersebut dioperasikan sesuai denga cara-cara yang telah didokumentasikan. Performance qualification data adalah memberikan kepastian bahwa alat tersebut akan menghasilkan produk dengan Sterility assurance yang dapat diterima bila dijalankan sesuai dengan prosedur penggunaan alatnya. Ada 4 faktor pada uji sterilitas antara lain :
a.

Lingkungan tes dilaksanakan harus dilakukan pada kondisi yang dapat menghindari terjadinya kontaminasi meliputi alat, lingkungan dan pelakunya. Selama tes dilakukan digunakan LAFC, adapun penggunaan zat antimikroba harus hati-hati dan antimikroba harus dihilangkan dahulu.

b.

Kualitas kultur media kondisinya harus yang sesuai untuk tempat tumbuh bagi setiap organisme yang tersisa dan harus terjamin pada kultur media. Media harus subur supaya mikrorganisme dapat tumbuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kultur media yaitu nutrien, kelembaban, udara, suhu, pH, cahaya, tekanan osmotik, adanya inhibitor. Nutrien merupakan unsur yang dibutuhkan seperti C, H, O, P, S, N, mineral, trace element. Media mengandung protein yang terhidrolisa parsial sebagai sumber N dan C (glukosa), pengatur konsistensi agar (gelatin jarang digunakan sebab meleleh pd suhu > 30 C). Tambahan utk uji khusus, misalnya garam empedu utk tujuan isolasi Enterobacteriaceae

c.

Metode tes yang dilaksanakan, faktor yang mempengaruhi pengambilan jumlah sampel tergantung pada jumlah unit per batch, volume cairan tiap wadah, metode sterilisasi, sistem indikator biologis yg digunakan, persyaratan khusus

d.

Jumlah sampel Keterangan : Batch > 200 Batch 10 200 LVP Otoklaf Selain otoklaf : minimal 20 : 10% : 10 wadah : 10 wadah : 20

Pengambilan sampel atas dasar statistik, makin besar sampel makin valid hasil pengujian.

Ketentuan hasil pada uji sterilitas ada dua yaitu jika terdapat kontaminasi mikroba dengan menggunakan prosedur farmakope, maka ditentukan bahwa bahan tersebut tidak memenuhi syarat dan jika terdapat kegagalan menunjukkan adanya kontaminasi mikroba dengan menggunakan prosedur farmakope, maka ditentukan bahwa bahan tersebut memenuhi syarat.

1.2

Macam-Macam Media Uji Sterilitas Media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri mempunyai sifat yang

merangsang pertumbuhan bagi mikroba seperti : a. Medium 1 (Fluid Thioglycollate Medium) Terbuat dari :

b. Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil)

c. Medium 2 (Soybean-Casein Digest Medium)

d. Cairan A 1 gram jaringan hewan yang telah diuraikan oleh enzim pepsin, dilarutkan dalam air sampai 1 liter, saring atau sentrifuge, pH diatur 7,1. Jika akan digunakan untuk uji sediaan yang mengandung senyawa gol.penisilin/sefalosporin (beta laktam), maka saediaan tersebut harus ditambahkan enzim penisilin untuk proses inaktivasi e. Cairan D Dibuat dengan cara 1 L cairan A + 1 mL Tween 80. Cairan D digunakan bila sediaan mengandung lesitin atau minyak atau untuk uji peralatan steril dengan menggunakan penyaring membran. f. Cairan K Cairan yang mengandung jaringan hewan yang telah diuraikan oleh enzim lambung (peptic digest), beef extract, dan tween 80. Semua cairan pembilas harus disterilkan dengan otoklaf. Sebelum melakukan uji sterilitas terhadap sampel maka terlebih dahulu melakukan uji fertilitas untuk memastika bahwa media yang digunakan dapat menumbuhkan mikroba uji sampai waktu 7 hari. Media uji memenuhi syarat jika terjadi pertumbuhan yang nyata dalam semua wadah media yang diinokulasikan dalam kurun waktu 7 hari. 1.3 Metode Uji Sterilitas a. Inokulasi langsung ke dalam media uji Inokulasi langsung digunakan untuk uji aktivitas bakteriostatik dan fungistik. Prosedur dari inokulasi langsung sebagai berikut ;

1. Encerkan biakkan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur mikroba seperti pada uji fertilitas 2. Inokulasi media dengan uji sterilitas 10 mikroba hingga 100 mikroba viabel. 3. Tambahkan sejumlah tertentu bahan ke dalam setengah dari jumlah wadah yang mengandung inokulum dan media
4. Inkubasi wadah pada suhu dan kondisi yang sesuai tidak kurang

dari 7 hari. b. Teknik penyaringan membran

Berguna untuk cairan dan serbuk yang dapat larut yang bersifat bakteriostatik atau fungiostatik, untuk memisahkan mikroba kontaminan dari penghambat pertumbuhan. Selain itu berguna untuk bahan seperti minyak, salep atau krem yang dapat melarut ke dalam larutan pengencer bukan bakteriostatik atau bukan fungistik, serta berguna untuk uji sterilitas permukaan atau lumen kritis alat-alat kesehatan.

II. ALAT DAN BAHAN 2.1 Alat Alat-alat yang digunakan yaitu: a. b. c. d. e. f. Tabung reaksi Erlenmeyer Pinset Corong kaca Beker glass Gelas ukur g. Sendok besi h. Pipet tetes i. Spuit injekksi j. Rak tabung reaksi
k. Batang pengaduk

II.2

Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu :

a.
b.

Sediaan uji Alkohol Kapas Aquadest Tioglikolat Xylomidon

c. d. e. f.

III.CARA KERJA 3.1 Sterilisasi Alat No. 1. Nama Alat Gelas beker Sterilisasi Oven 180C Waktu 30 Menit

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. III.2

Corong Pinset Sendok besi Erlenmeyer Tabung reaksi Gelas ukur Batang pengaduk Pipet tetes Pembuatan Media

Autoklaf 121C Oven 180C Oven 180C Oven 180C Oven 180C Autoklaf 121C Oven 180C Autoklaf 121C

15 Menit 30 Menit 30 Menit 30 Menit 30 Menit 15 Menit 30 Menit


15 enit

30 g Tioglikolat + aquadest 1 L
- Dilarutkan

- Dimasukkan 10 mL dalam tabung reaksi


- Ditutup dengan kapas dan aluminium foil - Sterilisasi dengan otoklaf 121 0C selama 15

menit Hasil III.3 Inokulasi 1 mL sediaan - Dimasukkan dalam media cair


- Diinkubasi 310 C 24 jam

- Amati pada hari ke 3, 5, dan 7

Hasil IV. Hasil Uji Sterilitas Sediaan No. Hari ke Tetes mata Blanko Ket.

Kloramfenikol 1. 3 +

2.

3.

No Hari ke . 1. 3

Injeksi Asam askorbat

Blanko

Ket. -

2.

3.

V. Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan uji sterilitas sediaan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi. Sediaan yang di uji yaitu injeksi vitamin C dan sediaan tetes mata kloramfenikol. Sedian-sediaan ini di uji dengan prinsip kerja menguji sterilitas bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung dalam medium Tioglikonat cair serta prosedur uji menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 3035oC selama tidak kurang dari 7 hari. Sebenarnya ada beberapa cara melakukan uji sterilitas yaitu inokulasi langsung medium pertumbuhan, filtrasi membran dan penambahan medium pertumbuhan pekat. Pemilihan metode inokulasi langsung ini memiliki beberapa keuntungan yaitu . Media yang dipilih adalah Tioglikonat, media ini dipilih karena memenuhi syarat media uji dimana mampu menunjukan pertumbuhan
yang nyata dalam semua wadah media yang diinokulasi dalam kurun waktu 7 hari. Selain itu media Tioglikonat mampu menumbuhkan bakteri anaerob dan aerob,

sehingga tidak hanya salah satu jenis bakteri yang dapat dilihat pertumbuhannya. Media ini diolah dengan cara mencampurkan aquadest dan 30 gram tioglikolat kemudian di ambil 10 mL untuk dimasukan dalam tabung reaksi dan disterilkan pada otoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Pensterilan ini di tujukan agar tidak ada kontaminasi selama proses uji sterilitas. Mekanisme kerja otoklaf sendiri dalam membunuh mikroorganisme yaitu denaturasi dan koagulasi protein esensial dari mikroorganisme, dengan bantuan uap air dalam tekanan. Setelah media disiap digunakan, sediaan yang akan di uji disiapkan beserta kontrol dari pabrik yaitu injeksi xylomidon. Fungsi kontrol dari pabrik sendiri adalah untuk membandingkan terhadap sediaan yang sudah pasti steril dan sediaan olahan praktikan, selain itu kontrol ini juga dapat digunakan mengetahui apakan kontaminasi berasal dari proses pembuatan sediaan atau proses uji sterilitas. Masing-masing sediaan dimasukan sebanyak 1 mL dalam media tioglikolat cair dengan teknik aseptis. Sebelum diambil sediaan untuk diuji, tutup vial sediaan di bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol dan jarum suntik dipijarkan di atas nyala api bunsen untuk mencegah kontaminasi. Volume yang diambil dari sediaan yaitu 1 mL, hal ini sesuai dengan jumlah untuk bahan cair yang diambil jika isi wada kurang dari 10 mL yang tertera di Farmakope Indonesia IV. Uji sterilitas dilanjutkan dengan menutup rapat tabung berisi sediaan dan media menggunakan kapas dan alumunium foil kemudian diinkubasi pada suhu 310C. Hal ini sesuai dengan literatur diamana untuk media thioglikolat inkubasi dilakukan pada suhu 300C350C selama tidak kurang dari 7 hari. Pengamatan hasil uji sterilitas dilakukan selama 7 hari secara visual, dimana pada hari ke 3, 5 dan 7 sediaan di periksa pertumbuhan bakterinya. Pada percobaan uji sterilitas sediaan steril yang kami lakukan yaitu sediaan tetes mata kloramfenikol dan injeksi vitamin C menunjukkan hasil (+) atau ada pertumbuhan bakteri pada sediaan tetes mata kloramfenikol dan (-) atau tidak ada pertumbuhan bakteri pada sediaan injeksi Vitamin C. Kemungkinan hasil positif dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu teknik yang salah atau kontaminasi lingkungan pada proses pengerjaan maupun pengujian sterilitas, selain itu kualitas dari media pertumbuhan bakteri juga dapat mejadi salah satu faktor. Berdasarkan hasil ini sediaan tetes mata kloramfenikol memenuhi

syarat sediaan dinyatakan steril, sedangkan injeksi vitamin C tidak memenuhi syarat. VI. Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Uji sterilitas merupakan uji yang dilakukan terhadap sediaan steril untuk

mengetahui adanya mikroorganisme pada sediaan.


2. Tujuan uji sterilitas yaitu untuk mengetahui apakah sediaan yang harus

steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
3. Factor-faktor yang menyebabkan terjadi kontaminasi sediaan yaitu teknik

yang salah atau kontaminasi lingkungan pada proses pengerjaan maupun pengujian sterilitas, selain itu kualitas dari media pertumbuhan bakteri juga dapat mejadi salah satu faktor.
4. Berdasarkan hasil uji sterilitas ini sediaan tetes mata kloramfenikol

memenuhi syarat sediaan dinyatakan steril, sedangkan injeksi vitamin C tidak memenuhi syarat.

You might also like