You are on page 1of 4

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran tipe jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aroson et, al.

Sebagai metode cooperatif learning. Kegiatan pembelajaran tipe Jigsaw diungkapkan sebagai teknik mengajar cooperative learning yang menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.1 Aktivitas-aktivitasnya yaitu meliputi: a. Membaca, para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi. b. Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok. c. Laporan tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya. d. Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik. e. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan kerjasama dengan anggota kelompoknya dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa juga didorong untuk lebih aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilanya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. Selain itu siswa dilatih untuk saling bekerja sama dalam kelompoknya, sehingga mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dalam memahami dan menyelesaikannya secara kelompok.

Robert E. Slavin, Cooperative Learning (Teori Riset dan Praktek), (Bandung: Nusa Media, 2005), 241

1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa tahap, yaitu:2 a. Tahap pertama, guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti kemampuan akademis siswa maupun karasteristik lainnya. b. Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, maka di dalam jigsaw ini setiap kelompok di beri tugas untuk mempelajari suatu materi matematika tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing yang mempelajari suatu materi yang sama bertemu dengan anggotaanggota dari kelompok lain dalam kelompok ahli. Materi tersebut didiskusikan sehingga masing-masing perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut. c. Tahap ketiga, masing-masing perwakilan kelompok kembali ke kelompok aslalnya untuk menjelaskan pada teman satu kelompoknya mengenai materi yang telah didiskusikan pada kelompok ahli, sehingga semua anggota kelompoknya dapat memahami materi yang telah ditugaskan oleh guru. d. Tahap selanjutnya, siswa diberi tes/ kuis oleh guru dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam memahami suatu materi dengan metode belajar koopertif tipe Jigsaw. Kemudian setelah kuis selesai maka dilakukan perhitungan skor kelompok serta menentukan tingkat penghargaan pada kelompok.

Agus Suprijono, Cooperative Learning, 89-91

Keterlibatan guru sebagai pusat kegiatan kelas dalam proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw ini semakin berkurang. Guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri dan mengembangkan potensi yang dimilki sendiri, karena dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya sebagai objek belajar, melainkan juga sebagai subjek belajar sehingga setiap siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. 2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model-model pembelajaran tipe Jigsaw seperti halnya model-model pembelajaran yang lain, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan3 a. Kelebihan-kelebihanya antara lain adalah: 1) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda 2) Menerapkan bimbingan sesama teman. 3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi 4) Memperbaiki kehadiran 5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6) Sikap apatis berkurang 7) Pemahaman materi lebih mendalam 8) Meningkatkan motivasi belajar b. Kelemahan-kelamhanya antara lain adalah: 1) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilanketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi
3

Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: UNESA University press, 2000) hlm. 34

2) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalm diskusi 3) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh

Daftar Pustaka: 1. Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning dan Aplikasi PAIKEM. Yogjakarta: Pustaka Pelajar 2. Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University press 3. Robert E. Slavin. 2005. Cooperative Learning (Teori Riset dan Praktek). Bandung: Nusa Media

You might also like