You are on page 1of 25

MAKALAH STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENELITIAN PROFESI

DISUSUN OLEH:

1. TUTI WIJAYANTI 2. ELVI SASTIANA 3. YESI OTA FRIANTI 4. ARIPAH 5. RISQI PRASANTI

(10040067) (10040075) (10040084) (10040131) (10040134)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul

Strategi Pengembangan dan Penelitian Profesi dengan lancar dan dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa penulis mengucapkan mengucakan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, petunjuk, serta dorongan demi kelancaran penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 17 April 2011

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang ...................................................................... B. Permasalahan ........................................................................ C. Tujuan dan Manfaat .............................................................. BAB II TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN .......................... A. Pengertian kompetensi ........................................................... B. Ruang lingkup karya pengembangan profesi guru ................ C. Karakteristik guru professional .............................................. D. Kriteria Penilaian Karya Pengembangan Profesi ................... E. Kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi ............ F. Indikator Kompetensi Pengembangan Profesi Guru ............. G. Penyusunan Portofolio Karya Pengembangan Profesi .......... BAB III PENUTUP ................................................................................. A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

i ii iii 1 1 2 2 3 4 5 7 10 14 15 17 21 21 21

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Saat ini sedang disusun sistem Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Untuk guru ditangani oleh Direktorat Profesi Pendidik dan untuk Kepala Sekolah dan Pengeawas Sekolah ditangani Direktorat Tenaga Kependidikan. Jadi para insan kependidikan dituntut agar selalu mengembangkan dirinya melalui kegiatan kolektif agar selalu dapat meng-update pengetahuan dan keterampilan baru sesuai tuntutan lingkungan dan profesinya. Kewajiban mengembangkan profesinya ini nantinya akan dituanghkan dalam bentuk kewajiban angka kredit yang harus dicapai untuk kegiatan yang disebut pengembangan diri ini. Untuk itu mulai saat ini baik para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah harus bersiap menerima ketentuan baru yang bertujuan mendorong insan kependidikan untuk selalu mengembangkan dirinya dan semakin profesional dalam menjalankan tugasnya. Menurut Undangundang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (2005), Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma 1

tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Untuk dapat dinyatakan sebagai guru profesional, guru harus memiliki kompetensi atau seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Seorang guru diakui sebagai tenaga profesional apabila memiliki sertifikat pendidik.

B. Permasalahan 1. Apa pengertian kompetensi ? 2. Bagaimana ruang lingkup karya pengembangan profesi guru ? 3. Bagaimana karakteristik guru professional ? 4. Bagaimana Kriteria Penilaian Karya Pengembangan Profesi ? 5. Apa kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi ? 6. Bagaimana Indikator Komponen Pengembangan Profesi Guru ? 7. Bagaimana Penyusunan Portofolio Karya Pengembangan Profesi ?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui pengertian kompetensi ? 2. Mengetahui ruang lingkup karya pengembangan profesi guru ? 3. Mengetahui karakteristik guru professional ? 4. Mengetahui Kriteria Penilaian Karya Pengembangan Profesi ? 5. Mengetahui kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi ? 6. Mengetahui Indikator Kompetensi Pengembangan Profesi Guru ? 7. Mengetahui Penyusunan Portofolio Karya Pengembangan Profesi ?

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN

Guru yang profesional dituntut memiliki pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) yang memadai. Kedua istilah tersebut digolongkan ke dalam kategori kompetensi di dalam makalah ini. Sebagaimana yang disinggung di atas, salah satu kemampuan dan ketrampilan itu berkaitan dengan pengembangan profesi guru. Indikator komponen kompetensi pengembangan profesi itu, menurut Depdiknas (2004: 5-12), adalah (i) melaksanakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), (ii) menulis karya tulis ilmiah (KTI) hasil penelitian, (iii) menulis KTI konseptual, (iv) menulis KTI populer, (v) menulis buku, (vi) menulis diktat, (vii) membuat alat/media pembelajaran, (ix) menemukan

teknologi tepat guna, dan (x) menciptakan karya seni. Pembinaan dan pengembangan profesi guru, yang tercermin dari indikator-indikatornya, seharusnya dilakukan secara teratur (gradually) dan berkesinambungan

(sustainability). Tinjauan kepustakaan yang relevan dengan komponen kompetensi pengembangan profesi guru, seperti pengertian kompetensi, indikator

pengembangan profesi guru, dan teori terkait lainnya dibahas berikut ini. Literatur tentang setiap indikator tergolong langka karena penelitian terhadap kinerja guru dalam melaksanakan satu atau kombinasi indikator-indikator tersebut di Indonesia masih minim.

A. Pengertian Kompetensi Sangat banyak batasan kompetensi yang telah dijelaskan para pakar berbagai bidang ilmu. Salah satunya adalah bahwa kompetensi dapat meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan itu dapat dipelajari dan dikembangkan. Dan manfaatnya secara kognitif, afektif, dan psikomotoris harus dapat dirasakan pemiliknya dalam beraktifitas untuk semua aspek hidup dan kehidupan (Hasan, 2002; lihat Anshar, 2003:20; Ramsden, 1993 dalam Anshar, 2003). Kompleksitas pengertian kompetensi itu menunjukkan bahwa kompetensi tidak sekedar dimiliki secara kognitif, tetapi juga pemiliknya harus pula dapat memanfaatkan/mengaplikasikannya secara fungsional. Depdiknas (2004:3-4) membatasi kompetensi lebih jauh sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Secara kualitas, pengertian ini dipahami sebagai spesifikasi atau rincian pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang, yang penerapannya dalam pekerjaaan haruslah sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan pengguna jasa guru di lapangan (stakeholder). Yang terakhir ini menuntut pula kesesuaian antara aplikasi kompetensi (pengetahuan dan ketrampilan) dan kebutuhan stakeholder. Jadi, kompetensi dapat diartikan secara sempit dan secara lebih luas (pengetahuan dan ketrampilan serta penerapan keduanya menurut kebutuhan di lapangan). Implikasi dari dua pengertian tentang kompetensi di atas, dalam kaitannya dengan kompetensi pengembangan profesi guru, adalah bagaikan mata uang dua sisi. Pada satu sisi, sejauh pemahaman guru dapat dimaksimalkan terhadap pengertian kompetensi pengembangan profesi beserta indikator,

diharapkan guru melakukan implementasi setiap indikator itu. Sebaliknya, dalam hal pemahaman guru yang masih samar-samar atau malah sangat tidak memadai, maka harapan agar guru melaksanakan implementasi dari setiap indikator itu akan sulit dipenuhi.

B. Ruang Lingkup Karya Pengembangan Profesi Guru Sertifikasi guru telah mendiskritkan guru dalam dua kelompok yaitu guru profesioanal dan guru yang belum profesional. Guru yang telah mendapat sertifikat pendidik dipandang sudah profesional karena telah memenuhi berbagai persyaratan yang dituntut dalam penilaian kompetensi. Menurut Permendiknas nomor 10 tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ada 10 komponen dokumen portofolio yang dinilai untuk memberi pengakuan atas pengalaman profesional guru yaitu: (1) kualifikasi

akademik; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawas; (6) prestasi akademik; (7) karya pengembangan profesi; (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Karya pengembangan profesi adalah komponen ke 7 dari 10 komponen dokumen portofolio yang harus disiapkan guru. Dalam Pedoman Penyusunan Portofolio (2009) dijelaskan yang dimaksud karya pengembangan profesi adalah suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi

halhal sebagai berikut. a. Buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional; b. Artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional; c. Reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, penulis soal EBTANAS/UN/UASDA; d. Modul/diktat cetak lokal yang minimal mencakup materi

pembelajaran selama 1 (satu) semester; e. Media/alat pembelajaran dalam bidangnya; f. Laporan penelitian di bidang pendidikan (individu/kelompok); dan g. Karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya, lukis, sastra, musik, tari, suara, dan karya seni lainnya) yang relevan dengan bidang tugasnya. Bukti fisik karya pengembangan profesi berupa

sertifikat/piagam/surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang disertai dengan bukti fisik yang dapat berupa buku, artikel, deskripsi dan/atau foto hasil karya, laporan penelitian, dan bukti fisik lain yang relevan. Dari 10 komponen penilaian portofolio, komponen yang sulit dipenuhi oleh guru adalah karya pengembangan profesi. Kesulitan serupa juga dihadapi guru pada saat akan mengajukan kenaikan pangkat dari golongan IVa ke atas karena terdapat persyaratan yang sama. Guru yang terbelenggu pada pekerjaan rutin mengajar biasanya merasa kesulitan menyiapkan hasil karya pengembangan profesi. Dari hasil penelitian Pembinaan Guru dengan Sistem

Angka Kredit (Sugiyono, 2002) diperoleh data hanya satu orang guru yang dapat mencapai pangkat IVb dari 1.813 guru di DIY. Peraturan kenaikan pangkat saat itu menetapkan guru harus memenuhi unsur karya

pengembangan profesi minimal 12 point apabila akan naik pangkat dari golongan IVa ke Vb. Pendalaman kasus guru yang mengalami hambatan kenaikan pangkat antara lain karena tidak memiliki karya pengembangan profesi. Beberapa guru yang sudah memiliki karya pengembangan profesipun mengalami hambatan karena tidak ada kriteria penilaian yang jelas. Tim penilai angka kredit tidak memiliki kesepakatan dalam penilaian karya pengembangan profesi. Namun saat ini, penilaian karya pengembangan profesi guru saat ini sudah semakin baik dan memiliki kriteria yang jelas. Potensi guru untuk membuat karya pengembangan profesi di wilayah pedesaan cukup melimpah apabila guru peka menangkap situasi di lingkungannya. Potensi lingkungan dapat menjadi sumber ide untuk diangkat menjadi media atau modul pembelajaran dan diuji kelayakannya melalui penelitian tindakan kelas atau kuasi eksperimen. Untuk dapat menyusun karya pengembangan profesi, guru dituntut kreatif dan selalu mengikuti ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang di masyarakat.

C. Karakteristik Guru Profesional Sertifikasi pendidik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru agar mereka mampu bekerja secara profesional. Jarvis (1983) menyatakan

Professional as a noun, in opposition to the term amateur, applies to one who receives emoluments for the performance of his occupational tasks. He is also one who practices a profession and one who is regarded as an expert since he has mastery of a specific branch of learning. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa seseorang yang bekerja secara profesional berhak menerima pembayaran dari tugas-tugas yang telah dikerjakannya. Untuk dapat bekerja secara profesional, seseorang dituntut agar memiliki keahlian khusus atau kompeten dalam bidangnya. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melakukan tugas keprofesionalannya. Guru dinyatakan profesional apabila mampu melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan baik, serta aktif dalam berbagai kegiatan yang relevan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik terjadi jika guru punya kepiawian khusus dalam mengajar, dapat menjaga perhatian dan antusias siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Mengajar yang menarik merupakan bakat dan seni yang melekat pada kepribadian guru. Dengan karakteristik profesional seperti ini maka kompetensi yang potensial untuk dikembangkan pada guru di wilayah pedesaan adalah kompetensi dalam berbagai teknik mengajar yang menarik dan diminati oleh siswa. Supaya mengajar lebih menarik, guru dapat menggunakan alat bantu mengajar (modul, media) yang bersumber dari potensi lingkungannya. Profesi guru terkait dengan konteks layanan ahli dalam bidang keguruan. Terapan layanan ahli keguruan itu selalu berlandaskan pada

penguasaan akademik yang solid. Gage (1978) melukiskan profesi guru sebagai seni terapan berbasis sains karena interaksi dalam pembelajaran bersifat transaksi situasional. Pada saat tersebut, guru harus mengerahkan penguasaan akademiknya secara utuh, baik pada materi maupun strategi yang harus segera diputuskan manakala situasi pembelajaran berubah-ubah. Seorang guru yang profesional adalah: (a) menguasai karakteristik peserta didik yang dilayani secara mendalam dengan berbagai variasi karakter dan cara pendekatannya; (b) menguasai bidang ilmu atau sumber (bahan ajar) dari segi disclipinary content maupun pedagogical content; (c) menguasai pendekatan pembelajaran yang mendidik; dan profesionalitas secara berkelanjutan (d) mengembangkan

(Rakajoni, 2008).

Penguasaan dimensi konsep akademik yang berhubungan dengan layanan ahli keguruan tersebut serta pengalaman mengaplikasikan dalam profesinya sebagai guru, secara berkelanjutan akan menimbulkan nurturant effects pada kemampuan sosial dan kemampuan personal yang pada gilirannya akan berkontribusi pada kepribadian guru secara makro. Banyak indikator yang telah dikembangkan untuk mengukur kinerja guru profesional. Pada umumnya indikator tersebut mengungkap

aspek penguasaan bidang ilmu dan aspek metodologis dalam mengkaji dan mengaktualisasikan ilmunya tersebut dalam konteks pekerjaannya. Menurut Budiarso (Mintjelungan, 2008) ada lima unjuk kerja guru yang profesional, yaitu: (a) keinginan selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal, (b) meningkatkan dan memelihara profesi, (c) keinginan selalu mengembangkan profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan

penguasaan teknologi, (d) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, dan (e) kebanggaan terhadap profesi. Mungin (2003) menyatakan guru dan dosen yang profesional antara lain memiliki ciri-ciri: (a) memiliki kepribadian matang dan berkembang, (b) memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik, (c) penguasaan pengetahuan dan teknologi yang kuat, dan (d) memiliki sikap profesional yang berkembang secara berkesinambungan. Berbagai indikator guru profesional yang telah disebutkan di atas mengingatkan guru untuk selalu berkarya supaya dapat dinyatakan profesional. Satu kata kunci untuk menjadi profesional adalah motivasi guru untuk berprestasi. Motivasi dapat berasal dari dalam diri sendiri (instrinsik) dan berasal dari luar (ekstinsik). Program sertifikasi guru merupakan motivasi ekstrinsik yang berfungsi untuk merangsang guru supaya mau meningkatkan prestasi kerjanya.

D. Kriteria Penilaian Karya Pengembangan Profesi Dalam penilaian dokumen portofolio ditetapkan penentuan batas minimal kelulusan (passing grade) pada skor 850 yang dikumpulkan dari 10 komponen portofolio. Sepuluh komponen portofolio tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok A berisi unsur kualifikasi dan tugas pokok; kelompok B berisi unsur pengembangan profesi dan kelompok C berisi unsur pendukung profesi. Masing-masing kelompok juga memiliki batas minimal kelulusan sendiri-sendiri. Berikut ini dipaparkan ketentuan mengenai batas kelulusan tiap-tiap kelompok unsur penilaian portofolio, yaitu:

10

a) Unsur Kualifikasi dan Tugas Pokok Unsur kualifikasi dan tugas pokok terdiri atas tiga komponen, yaitu: 1. Kualifikasi akademik 2. Pengalaman mengajar 3. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Total skor unsur A minimal 340, semua komponen pada unsur ini tidak boleh kosong, dan skor komponen perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (A.3) minimal 120 b) Unsur Pengembangan Profesi Unsur pengembangan profesi terdiri atas empat komponen, yaitu: 1. Pendidikan dan pelatihan 2. Penilaian dari atasan dan pengawas 3. Prestasi akademik 4. Karya pengembangan profesi Total skor unsur B minimal 300, khusus untuk guru yang ditugaskan pada daerah khusus minimal 200, dan skor komponen penilaian dari atasan dan pengawas (B.2) minimal 35. c) Unsur Pendukung Profesi Unsur pendukung profesi terdiri atas tiga komponen, yaitu: 1. Keikutsertaan dalam forum ilmiah 2. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial 3. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan Total skor unsur C tidak boleh nol.

11

Dalam penilaian portofolio, karya pengembangan profesi termasuk pada komponen B yaitu unsur pengembangan profesi. Komponen B terdiri atas Empat komponen, yaitu: (1) Pendidikan dan pelatihan; (2) Penilaian

dari atasan dan pengawas; (3) Prestasi akademik; (4) Karya pengembangan profesi. Dengan batas minimal kelulusan sebesar 300, maka masing-masing komponen sebaiknya dapat terisi seimbang. Karya pengembangan profesi dapat disiapkan guru secara lebih matang apabila guru sudah memiliki pengetahuan tentang penyusunan karya pengembangan profesi. Untuk dapat memenuhi batas kelulusan unsur pengembangan profesi, guru dapat melaksanakan berbagai kegiatan penulisan buku, artikel, modul, media/alat pembelajaran dan penelitian yang memenuhi syarat untuk dinilai. Menurut Buku Panduan Penilaian Portofolio Guru, ditetapkan skor penilaian karya pengembangan profesi guru seperti tertera pada Tabel 1.1:

12

Catatan : *) Buku publikasi nasional adalah buku yang dipakai secara nasional dan berISBN dan ditetapkan oleh BSNP sebagai buku standar; publikasi provinsi adalah buku berISBN; publikasi kab/kota adalah buku yang tidak berISBN **) Penskoran mempertimbangkan kualitas modul/diktat

***) Penskoran mempertimbangkan kualitas laporan yang meliputi aspek masalah, telaah teoretik, metode, hasil, dan tata tulis ilmiah. Laporan penelitian mandiri/sebagai ketua yang dinilai maksimal 3 laporan per tahun *) Penskoran mempertimbangkan kualitas, karya teknologi

mempertimbangkan manfaat, dan karya seni mempertimbangkan estetika Dengan kriteria penilaian seperti itu, guru dapat memilih jenis karya pengembangan profesi yang paling mampu untuk dilakukan. Modul/diktat dicetak lokal (Kab/Kota), media/alat pembelajaran dan laporan penelitian di bidang pendidikan merupakan karya-karya

pengembangan profesi yang menarik untuk dikerjakan guru. Karya pengembangan profesi berupa modul, media dan hasil penelitian juga bermanfaat langsung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebagai contoh misalnya, guru yang membuat satu media pembelajaran untuk satu kali tatap muka akan mendapat skor 5. Apabila penggunaan media tersebut diteliti efektivitasnya terhadap peningkatan

pemahaman siswa maka guru mendapat skor tambahan 15. Satu ide

13

pengembangan media pembelajaran dapat menghasilkan dua karya pengembangan profesi dengan nilai maksimum 20. Namun demikian, apabila karya pengembangan profesi buatan guru kurang bermutu, skor yang diperoleh guru bisa kurang dari 20.

E. Kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi Kiat-kiat yang dapat ditempuh guru untuk sukses dalam menyiapkan karya pengembangan profesi sama dengan kiat-kiat guru untuk bekerja secara profesional. Merujuk kembali pendapat Budiarso yang menjelaskan bahwa guru profesional adalah guru memiliki keinginan untuk selalu mengembangkan profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan penguasaan teknologi serta mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, maka kiat-kiat guru dalam menyiapkan karya pengembangan profesi yaitu: 1. Memotivasi diri sendiri untuk selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang di masyarakat 2. Berjiwa entrepreneurship, selalu mencari dan mengembangkan ide-ide baru yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. 3. Mengutamakan mutu pekerjaan untuk meraih kepercayaan dari orang lain. 4. Menuangkan ide dalam bentuk karya tulis yang bisa dipahami orang lain 5. Berusaha mencari sponsor dan mempublikasikan hasil karyanya melalui berbagai media informasi. 6. Mau dan mampu bersaing dengan teman seprofesinya.

14

F. Indikator Komponen Kompetensi Pengembangan Profesi Guru Penjelasan singkat terhadap masing-masing indikator komponen kompetensi pengembangan profesi guru adalah sebagai berikut. Indikator yang pertama adalah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dibatasi sebagai penelitian yang dilaksanakan oleh guru sebagai orang yang paling mengetahui persoalan kelas dan juga mengenal keunikan kelasnya itu dengan sangat baik (Maryunis, 2002; lihat juga Wallace, 1988:1; Mills, 2000; Zuber-Skerritt, 1992). Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif yang, masing-masing, disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Pada PTK individual, seorang guru melaksanakan PTK di kelas sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan ada di antara anggota yang melakukan kunjungan antar kelas (Hopkins, 1993: 34-42; Lauder, 2006:1-4; Roza et.al, 2004; Roza, 2004; dan Arikunto, 2005). Implikasinya, PTK diawali dari permasalahan yang diberikan guru kelas dan yang ditujukan untuk memecahkan permasalah itu apa pun bentuk PTK yang dilaksanakan. Dari segi bentuk, Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai indikator kedua adalah berupa gambaran singkat laporan hasil penelitian, berwujud konseptual, dan dapat pula bersifat populer. Sedangkan dari segi cirinya, KTI berkaitan dengan ilmu pengetahuan, mengacu kepada kebenaran ilmiah, menerapkan metode ilmiah, dan mengikuti tata cara penulisan yang baku.

15

Dengan demikian, PTK merupakan salah satu wadah yang sangat potensial bagi guru untuk mampu menghasilkan KTI baik dalam bentuk laporan hasil penelitian, tulisan ilmiah untuk disajikan dalam seminar, maupun tulisan populer yang akan diterbitkan oleh media masa. Buku, diktat, dan modul pembelajaran yang baik sebagai indikator berikutnya harus relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan guru di kelas walaupun tidak ada larangan guru menulis buku dalam bidang di luar kewenangan mengajarnya. Hasil karya guru yang layak untuk dinilai adalah buku, diktat, dan modul yang dicetak secara nasional, lokal, ataupun regional. Dalam pedoman penilaian sertifikasi guru, ketiganya berkategori 3 (tiga): berISSN nasional (berbobot 50), provinsi (40), dan kabupaten/kota (30). Penilaian harus dikurangi 15 jika buku/diktat/modul jika hasilnya tidak relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Penilaian dilakukan untuk satu karya yang dipakai untuk satu tahun ajaran. Dalam mengajar, guru harus pula selalu akrab dengan aktifitas membuat alat/media pembelajaran sebagai indikator yang lain. Media pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan bahan pelajaran. Wujud media itu harus dideskripsikan (sasaran yang harus dicapai, indikator pencapaian) dan dilengkapi dengan manual penggunaannya dalam pembelajaran di kelas, bukan dalam bentuk gambar lepas saja. Guru juga perlu dibekali dengan kemampuan dan ketrampilan menemukan teknologi tepat guna (TTG), seperti berbentuk perangkat lunak dalam program komputer. Atau guru perlu dimotivasi untuk dapat pula

16

mencipta lagu, puisi, novel, dan sebagainya sebagai cerminan aktifitas guru dalam menciptakan karya seni. Akhirnya, guru perlu diberi kesempatan mengikuti pertemuan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, kelompok guru (antar sekolah), yang dikelola Diknas kota, provinsi, maupun nasional bahkan internasional. Pertemuan tersebut dapat dikembangkan sehingga cakupan pembahasan meliputi pula indikator-indikator yang dijelaskan di atas sebagai gambaran tindak lanjut implementasi kurikulum secara teknis operasional. Sarana dan prasarana teknologi yang sudah merambah hampir seluruh sekolah, paket program dan bantuan yang mulai banyak digulirkan pemerintah, serta peningkatan kualitas sumberdaya guru yang makin baik perlu secepatnya dikoordinasi pihak yang terkait.

G. Penyusunan Portofolio Karya Pengembangan Profesi Portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen. Guru diminta melampirkan bukti fisik dokumen sesuai dengan data yang ditulis. Format penulisan dokumen portofolio terdapat pada paparan berikut ini: 1. Karya Tulis Apabila Bapak/Ibu mempunyai karya tulis yang berupa buku, artikel (jurnal/ majalah/koran), modul/diktat dicetak lokal, tuliskan dalam tabel berikut.
NO JUDUL *)JENIS PENERBIT TAHUN SKOR

17

Catatan: *) Jenis pada table di atas diisi buku, artikel (jurnal/majalah/koran), modul/diktat dicetak lokal. Lampirkan naskah asli/foto kopi buku, artikkel, atu modul secara utuh yang telah dilegalisasi oleh atasan langsung. 2. Penelitian Apabila Bapak/Ibu pernah melakukan penelitian tindakan kelas atau penelitian yang mendukung peningkatan pembelajaran dan atau profesional guru, tuliskan judul penelitian dan keterangan lainnya pada tabel berikut.
NO JUDUL TAHUN SUMBER DANA STATUS SKOR

Catatan: Lampirkan naskah asli/foto kopi laporan hasil penelitian secara utuh yang telah dilegalisasi oleh atasan langsung. Skripsi, tesis, dan disertasi serta tugas akhir lainnya tidak dinilai. 3. Reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, dan/atau penulis soal EBTANAS/UN/UASDA Apabila Bapak/Ibu pernah menjadi reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, dan/atau penulis soal EBTANAS/UN/UASDA, isilah tabel berikut.
NO NAMA KEGIATAN TAHUN SKOR

Catatan: Lampirkan foto kopi surat keputusan/surat keterangan/surat tugas dari pihak yang berwenang yang telah dilegalisasi oleh atasan.

18

4. Media/Alat Pembelajaran Apabila Bapak/Ibu pernah membuat media atau alat pembelajaran, tuliskan jenis media/alat pembelajaran dan keterangan lainnya pada tabel berikut.
NO JENIS/MEDIA ALAT TAHUN SUMBER DANA STATUS SKOR

Catatan: Lampirkan surat keterangan dari atasan langsung disertai bukti fisik yang relevan, misalnya: media yang dibuat atau foto hasil karya yang disertai manual dan/atau deskripsi tentang cara pembuatan dan pemanfaatannya yang dilegalisasi oleh atasan langsung. 5. Karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya, lukis, sastra, musik, suara, tari, dan karya seni lainnya) Apabila Bapak/Ibu pernah membuat karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya, lukis, sastra, musik, suara, tari dan karya seni lainnya), tuliskan nama dan tahun karya tersebut dalam tabel berikut.
NO NAMA KARYA TAHUN DESKRIPSI SINGKAT TENTANG KARYA YANG DIHASILKAN SKOR

Catatan: Lampirkan surat keterangan dari atasan langsung disertai bukti fisik yang relevan, misalnya: hasil karya atau foto hasil karya yang disertai manual dan/atau deskripsi tentang makna dan kemanfaatan karya seni tersebut yang dilegalisasi oleh atasan langsung. Guru dapat memperoleh skor maksimum apabila bukti fisik yang diminta benar-benar berkualitas dan tidak diragukan keasliannya. Mutu karya pengembangan profesi dari unsur penelitian tidak diukur dari

19

ketebalan halaman namun kesesuain dengan bidang ilmu, ketajaman perumusan masalah dan analisis serta kemanfaatan hasil penelitian. Masalah yang urgen dan mendesak untuk segera diatasi yang disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami akan mendapat perhatian lebih dari para asesor. Karya pengembangan profesi yang memiliki kemiripan dengan hasil karya orang lain akan menimbulkan kecurigaan pihak asesor sehingga mengurangi skor penilaian.

20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Karya pegembangan profesi guru merupakan salah satu unsur yang dinilai dalam kenaikan jabatan dan sertifikasi guru dalam jabatan. Karya pengembangan profesi meliputi kegiatan penulisan buku, modul/diktat, artikel, reviewer, media/alat pembelajaran, laporan penelitian, dan pembuatan karya teknologi. Guru memiliki peluang untuk menyusun karya

pengembangan profesi secara mandiri dalam bentuk penyusunan buku/modul, media/alat dan penelitian pendidikan. Karya pengembangan profesi harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan supaya memenuhi syarat untuk dinilai.

B. Saran Bagi yang berprofesi sebagai guru hendaknya dapat membuktikan kemampuannya dalam berbagai karya yang banyak bermanfaat bagi peserta didik dan orang lain.

21

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Wahana Peningkatan Mutu Pendidikan. http://sekolah.8k.com/ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. 2006. http://www.depdiknas.go.id. Rakajoni. (2008). Model pendidikan guru dan pendidikan dosen, pra-jabatan Makalah disampaikan pada Konvensi Pendidikan Nasional VI dengan tema Pendidikan Bermutu untuk Semua. Denpasar, Bali: 17 -19 November 2008 Sugiyono. (2002) Pembinaan Guru dengan Sistem Angka Kredit.

Laporan Penelitian. FT UNY Welya Roza. Pembinaan dan Pengembangan Komponen Kompetensi

Pengembangan Profesi Guru SMA Negeri Sumbar Sangat Memprihatinkan. http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_poster_session_pdf/We lyaRoza_Pembinaan&PegmbanganKomonenKompetensi.pdf

22

You might also like