You are on page 1of 13

RENUNGAN TUGURAN KAMIS PUTIH 5 APRIL 2012

Doa Pembukaan Ya Yesus, perkenankanlah kami mengikuti jalan penderitaan dan kesengsaraan-Mu, kesepian dan kesunyian-Mu, kesedihan dan kegentaran-Mu. Semoga usaha ini mendatangkan rahmat dan berkat bagi kami, bukan karena jasa dan usaha kami, melainkan karena jasa dan belas kasih-Mu, penderitaan dan sengsara-Mu. Terpujilah Engkau, selama-lamanya. Amin Warisan agung : perjamuan dan pembasuhan kaki Yesus membuka dan mempersiapkan jalan salib-Nya dengan peristiwa perjamuan malam terakhir. Perjamuan malam terakhir menjadi bekal dan warisan, sekaligus jalan untuk menuju kenikmatan rohani bagi para pengikut-Nya. Inilah yang menjadi pusat meditasiku yang pertama hari ini. Aku masuk dalam perjamuan Tuhan bersama para murid-Nya. Di dalam perjamuan inilah Yesus mewujudkan bentuk cinta yang total, berupa penyerahan diri-Nya menjadi makanan dan minuman rohani kita, umat-Nya. Sebelum menyerahkan diri-Nya menjadi santapan rohani yang mendatangkan kenikmatan rohani bagi jiwa manusia, Yesus menyerahkan diri-Nya sebagai hamba yang membasuh kaki para murid-Nya. Yesus yang adalah seorang Guru dan Tuhan, telah menyerahkan diri sebagai hamba yang membasuh kaki! Kewibawaan Yesus terletak pada kerendahan-Nya yang serendah-rendahnya, bahkan ndlosor, ngesot, melayani dan membasuh kaki. Padahal, membasuh kaki dalam tradisi Yahudi merupakan pekerjaan seorang budak! Namun Yesus mengangkat karya itu menjadi teladan pelayanan! Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus memberikan warisan dan bekal perjalanan menuju kenikmatan rohani sejati. Bekal ini berupa tubuh-Nya sebagai makanan dan darah-Nya sebagai minuman. Antisipasi terhadap peristiwa ini digambarkan oleh Yohanes dengan sangat mengesankan! Dialah roti hidup yang mengenyangkan jiwa yang haus akan kenikmatan rohani. Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku tidak akan haus lagi! (Yoh 7:35). Dengan terus terang Yesus menjelaskan maksud pernyataan-Nya itu dengan menegaskan, Daging-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman, barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia (Yoh 7:55-56). Kita merasakan kerinduan Yesus untuk menyelamatkan manusia dengan menawarkan dan menyerahkan hidup-Nya: daging-darah-Nya menjadi santapan rohani kita. Dengan menyantap hidup-Nya, tubuhdarah-Nya, Dia tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Dia! Merenungkan sikap Yesus ini, kita semakin menyadari betapa besar cinta-Nya kepada kita semua! Maka, kita makin merasa sebagai orang berdosa yang membuat Yesus menyerahkan diri menjadi tebusan bagi dosa semua orang. Marilah kita menempatkan diri sebagai orang berdosa di hadapan Yesus yang penuh cinta. Bahkan Dia rela menyerahkan hidup-Nya untuk menebus dan menghapus dosa itu. Menyadari akan kasih-Nya yang begitu besar, membasuh kaki dan menyerahkan diri, kita merasa diri sebagai yang kotor, jorok, dan menjijikkan. Namun, Dia makin berjongkok dan merebut kaki 1|Tuguran Kamis Putih

hati kita, merengkuh jemari jiwa, dan kemudian menuangkan air sejuk pembersihan dalam telapak sukma. Bukan hanya itu, setelah segalanya dikerjakan dalam cinta pelayanan yang tulus murni, Dia seolah merangkul kita, memeluk dan mendudukkan kita di kursi yang tertata rapi untuk suatu perjamuan abadi. Dia Sang Kekasih jiwa, bukan saja membersihkan dan membasuh, melainkan juga mnyerahkan diri-Nya menjadi tebusan bagi dosa! Gemetar kita menatap mata-nya yang lembut penuh damba untuk meraih jiwa agar selamat dalam jiwa-Nya. Deg-deg-an jantung kita merasakan pelukan mesra Sang Sahabat yang tidak menganggap kita sebagai hamba, melainkan sahabat yang boleh duduk sealtar dalam perjamuan-Nya. Napas kita serasa tersengal menahan sukacita tiada tara yang ditawarkan dalam jalan yang tak terduga! Hasrat kita tertantang untuk tegar dalam prakarsa-Nya. Kita belajar berucap seperti bunda-nya, Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu! Dalam penyerahan kepada-Nya yang terlebih dahulu telah menyerahkan hidup-Nya untuk kita, kita berpekik ceria dalam sukacita: (didoakan bersama) Tuhan, hidup ini ternyata begitu indah, sekalipun wajahku basah oleh air mata duka. Tuhan, betapa indah hidup ini, sekalipun jiwaku memerah berlumuran darah amarah dan gelisah. Tuhan, hidup ini terlalu indah, kendati robek dan terkoyak oleh pisau derita! Tuhan, hidup ini, karena kehalusan-Mu, sebab kejernihan-Mu, oleh ketulusan-Mu yang berjongkok pasrah menyerahkan kerinduan yang halus dan kudus di hati yang luka oleh berita dan derita! Kerinduan-Mu bukan hanya mengiris jiwa menangis, melainkan menorehkan kelembutan yang menawan, sehingga meski terasa sakit, namun indah dan nikmat dalam kepasrahan di atas meja altar perjamuan-Mu. Di sana, Engkau sendiri bukan hanya diiris dan ditoreh, melainkan diremas dan digilas, menjadi roti dan anggur kehidupkan, dari daging dan darah-Mu yang remuk-redam dan mengalirkan kehidupan kekal kepada insan yang percaya. Tuhanku dan Allahku, Kekasih jiwaku, semoga aku pun rela saling membasuh kekotoran yang mencemarkan jiwa-jiwa kami. Semoga aku pun ikhlas diremas-ditumbuk hancur menjadi gandum bakal roti persembahan bagi kehidupan. Semoga aku pun tulus digilas-diperas lumat menjadi anggur bahan persembahan demi cinta kepada-Mu. Terpujilah Engkau yang telah membasuh hatiku dengan Roh-Mu dan mempersatukan aku dalam perjamuan kasih Santapan Rohani!

Perjamuan: perayaan yang membangun jemaat Marilah merenungkan perjamuan Yesus yang bercorak eklesial-personal. Artinya, perjamuan yang merupakan warisan Yesus Kristus itu bukan hanya bernilai secara pribadi, melainkan bernilai bagi 2|Tuguran Kamis Putih

kita sebagai anggota Gereja, dalam kebersamaan sebagai umat. Pusatnya sama, yaitu Yesus Kristus yang menyerahkan diri kepada kita, dan kita kenangkan dalam perjamuan Ekaristi. Sambil merenungkan 1Kor 11:17-34, marilah kita mencoba menghadirkan umat semua sebagai sahabat-sahabat kita dalam Kristus yang mengangkat kita maupun secara pribadi sebagai sahabat-Nya. Justru karena kita diangkat sebagai sahabat-sahabat-Nya, maka kita diberi warisan agung Ekaristi sebagai bekal untuk mengikuti jalan salib-Nya yang terjal dan tidak mudah untuk diikuti. Membaca teks itu, dengan akal budi kita menemukan satu gambaran jelas terhadap pribadi Yesus Kristus yang mewariskan Ekaristi ini kepada kita. Rupanya, ini merupakan antisipasi Yesus kepada kita. Buakn hanya supaya kita bersatu erat secara pribadi dengan-Nya; melainkan supaya kita mempunyai bekal yang menguatkan kita dalam mengikuti Dia menuju kehidupan kekal, kenikmatan rohani abadi. Dalam injil Lukas, Yesus menegaskan bahwa untuk dapat dan layak mengikuti Dia, kita harus memeluk dan memanggul salib kita setiap hari. Untuk dapat dan kuat memanggul salib kita sehari-hari, tidak ada kekuatan lain yang dapat menopang kita selain kekuatan Dia sendiri yang telah menyelesaikan tugas-Nya memanggul salib menuju Golgota, puncak pengharapan manusia akan kebangkitan! Kekuatan-Nya dapat kita serap dan santap selalu, bahkan setiap hari juga, melalui Ekaristi. Inilah yang diingatkan oleh St. Paulus kepada umatnya di Korintus, juga kepada kita, Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu ia mengucap syukur atasnya; Ia memecahmecahkannya dan berkata: Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku! Demikian juga ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku! (1Kor 11:23-25). Meresapkan surat ini, kita semakin menyadari betapa Ekaristi merupakan kekuatan kita untuk melangkah mengikuti Dia. Ekaristi bukan hanya untuk para imam, tetapi untuk semua pengikut-Nya. Yang dikatakan oleh St. Paulus itu tidak seberapa kuat dengan yang dikatakan oleh Yesus sendiri. Sebagaimana dicatat oleh St. Yohanes, Yesus sendiri mengatakan, Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia Ia akan hidup selama-lamanya (Yoh 6:56, 58). Penegasan-penegasan ini semakin menguatkan pengharapan dan iman kita serta kasih kita kepadaNya. Alangkah bahagianya kalau kita semua, umat beriman, menyadari misteri ini dan kemudian dengan gembira selalu ambil bagian di dalamnya. Sebagai umat, kita sendiri bertekad untuk mewartakan misteri ini dan menghayati Ekaristi sebagai kekuatan kita dalam perjalanan mengikuti jalan salib-Nya. Alangkah indahnya, kalau umat mengalami hal yang sama dan merasa kerasan dalam merayakan Ekaristi, serta mengalami kekuatan darinya. Hal ini akan terjadi kalau terdapat kerja sama antarumat beriman, sebab Ekaristi bukan perayaan pribadi sendiri-sendiri, malinkan perayaan bersama umat beriman sebagai warga Gereja. Dengan demikian, bersama-sama seluruh umat mendapat sumber kekuatan dari Ekaristi untuk menapaki jalan salib Yesus dengan lebih setia dan gembira. (didoakan bersama) Yesus, Sang Kekasih jiwaku, dengan makan sedapnya daging-Mu dan minum manisnya darahMu, Engkau tinggal di dalam aku dan aku di dalam Engkau!

3|Tuguran Kamis Putih

Engkau sendiri bersabda dalam keindahan-Mu: Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, bukan hanya sebagai ranting yang menempel pada pokok anggur, tetapi Engkau yang kukunyah dan kureguk sebagai santapan jiwaku! Tubuh dan darah-Mu masuk meresap, menyatu dengan seluruh kehidupanku. Dalam Ekaristi aku mengalami pertemuan batin dengan-mu, melalui mulut jiwa dan bibir sukma yang mengunyah dan mereguk kekuatan-Mu. Itulah pertemuan batin yang paling mesra, paling pasrah, paling menyerah, bukan aku yang mesra, pasrah, menyerah pada-Mu, melainkan Engkau yang mesra, pasrah, menyerah padaku! Semoga dengan kemesraan, kepasrahan, dan penyerahan-Mu padaku, jiwaku bergelora, sukmaku bergelombang, hatiku mengombak menyambut kemesraan, kepasrahan dan penyerahan-Mu itu! Dengan demikian, Kita : Engkau dan aku menyatu mesra bagai ombak yang bergulung-gulung menuju cakrawala Ilahi! Di sanalah, seluruh perjuangan dan pergumulan salib menemukan fajar yang mengidungkan nada suara dendang lagu kebangkitan dan kemuliaan!

Temu pandang, wawanhati dengan Sang Roti Kehidupan Pernahkah Anda memandang Dia yang bertakhta di tabernakel? Cobalah, saat kita pergi ke gereja pandanglah ke arah tabernakel. Kristus bertakhta di sana sebagai roti kehidupan. SEraya memandang Dia yang lenggah di tabernakel, terus-menerus ulangilah sabda-Nya sendiri : (dibaca bersama) Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benarbenar makanan dan darah-Ku benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan aku di dalam dia. (Yoh 6:51,54-56) Marilah meresapkan sabda ini dalam batin. Tanamkan benih sabda ini dalam hati. Akarkan firman ini dalam jiwa. Yesus-lah roti hidup yang turun dari surga. Yesus-lah sumber kehidupan. DagingNya adalah makanan; darah-Nya adalah minuman. Yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan hidup selama-lamanya. Yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan memperoleh hidup kekal. Hidup kekal itu di dalam diri kita sebab Yesus tinggal dalam diri kita. Dalam diam sambil memandang Dia, silakan mencecap manisnya sabda ini. Dalam hening sambil menatap Dia, marilah mereguk kesegaran firman ini. Dalam sepi yang hening, marilah menikmati sabdaNya. Dalam hening yang suci, rasakanlah kehadiran-Nya. Dalam suci yang lembut, resapkanlah pesan4|Tuguran Kamis Putih

Nya. Dalam lembut yang hangat, kita mengalami dekapan-Nya. Dalam hangat yang indah, kita menyerah pada-Nya. Dalam indah yang jernih, kita pasrah seutuhnya. Dalam jernih yang tulus, kita tidak ingin yang lain kecuali Dia. Dalam tulus yang nikmat, kita mencintai-Nya! Di keheningan yang semakin mendalam, semoga kita semakin berkobar dengan nyala pengharapan. Betapa ternyata Yesus selalu hadir di hidup kita. Betapa ternyata Yesus selalu lenggah di lubuk hati kita. Betapa ternyata Yesus selalu bertakhta di kedalaman jiwa kita. Sebaliknya, betapa ternyata kita kerap keji kejam tidak menyapa-Nya. Betapa ternyata kita sering cuek tidak menanggapiNya. Betapa ternyata kita mudah mengkhianati-Nya. Dengan kesibukan kita, dengan pekerjaan kita, dengan pergaulan kita, dengan diri kita sendiri, betapa sering lalu kita melupakan Dia yang tinggal di dalam hidup kita. Barangkali hal yang sama kerap kita alami. Berapa detik sehari yang dua puluh empat jam itu, kita pernah mengingat Dia? Berapa menit seminggu kita coba duduk diam bersama-Nya? Berapa jam dalam sebulan kita rela menatap Dia yang sendirian di tabernakel? Jangankan di tabernakel, di hati kita sendiri, di kedalaman jiwa kita sendiri! Padahal Yesus bersabda: Akulah roti hidup! Berarti roti yang disemayamkan di tabernakel itu bukan sekedar roti, tetapi Dia sendiri. Berarti roti yang merasuk dalam lubuk kehidupan kita itu bukan sembarang roti, melainkan Dia Sang Roti Hidup yang datang dari surga, khusus untuk menghidupkan kita. Alangkah beralasan kalau kita menyempatkan diri, barang sedetik, bersyukur semenit, apalagi satu jam dalam sehari duduk diam dalam keheningan, menyapa Dia Sang Roti Hidup yang bertakhta di hati kita. Aku yakin, dengan cara itu, hidup kita akan dikuatkan dan disegarkan; jiwa kita disejukkan; sukma kita akan diindahkan; hati kita akan dijernihkan. Marilah kita lapar dan haus akan tubuh dan darah-Nya, santapan kehidupan kita. Yesus, Roti Hidup, ampunilah kami yang lebih sering melupakanMu, daripada mencintai-Mu! Alangkah indahnya kalau setiap kali kita menerima tubuh Kristus dalam perayaan Ekaristi, kita mengenang sabda itu. Sabda itu benar. Dialah Roti Hidup yang diserahkan bagi kita, demi penebusan dosa kita, demi kehidupan kekal. Alangkah indah dan membahagiakan kalau kita boleh menerima tubuh dan darah-Nya setiap hari, sebagai kekuatan kita; sebagai bekal perjalanan hidup kita menyusuri jalan salib untuk semakin mengikuti Yesus menuju puncak Golgota dan berakhir di cakrawala kehidupan baru berkat kebangkitan-Nya. Dalam tubuh-Nya yang kita sambut dan darah-Nya yang kita minum, kita selalu dipersatukan di dalam cinta yang abadi, cinta yang murni, cinta yang sejati. Sebab tubuh-Nya hanya satu, maka kita yang menerima tubuh-Nya yang sama, dipersatukan pula sebagai anggota-anggota yang hidup dari rahmatNya! Berbahagialah kita yang diundang ke dalam perjamuan-Nya dan menyambut tubuh-Nya.

Merasakan ketakutan dan kesedihan Yesus di Getsemani Mari kita mencoba merasakan apa yang dirasakan Yesus saat itu. Yesus merasa sangat takut dan gentar! Sampai-sampai Yesus berkata kepada Petrus, Yohanes, dan Andreas, Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya! (Mrk 14:34). Dalam kesedihan dan kegentaran-Nya, Yesus berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Bapa. Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Kukehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki 5|Tuguran Kamis Putih

(Mrk14:36). Begitu sedihnya Yesus, bahkan Matius mencatat bahwa sampai tiga kali, Yesus berdoa dengan ujub yang sama! Namun sikap-Nya juga sama: terjadilah kehendak-Mu (Mat 26:36-46). Lukas memberikan gambaran yang lebih psikosomatis, begitu ngerinya Yesus mengalami ketakutan, kesedihan, dan kegentaran sampai keringat-Nya menjadi titik-titik darah yang menetes ke tanah (Luk 22:44). Dalam kesedihan-Nya, Yesus sampai-sampai berkata kepada Petrus, Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Mengkontemplasikan situasi, kondisi, dan perasaan Yesus di taman Getsemani, hati kita terasa ngeri juga. Marilah kita mencoba menempatkan diri seandainya saat itu kita berada bersama-Nya di taman itu, apakah yang akan kita perbuat. Bayangkan kegentaran, kesedihan, dan ketakutan seorang Yesus yang begitu tegar dan tegas dalam mewartakan Kerajaan Allah. Dia yang dalam pengajaran-Nya selalu membuat orang lain gentar dan ngeri mendengarkan pewartaan-Nya, kini mengalami kegentaran dan ketakutan yang luar biasa, hingga keringat-Nya menjadi darah yang menetes jatuh ke tanah! Kalau sampai Yesus mengatakan, Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya!, ini berarti bahwa perasaan dan penderitaan batin Yesus saat itu sungguh luar biasa. Yesus pasti sangat kesepian dan tercekam oleh pengalaman pahit yang menyusahkan itu! Yesus terjepit antara kemanusiaan dan keallahan-Nya. Yesus berada di ambang antara hidup dan mati. Marilah kita mohon kepada Yesus agar kita diperkenankan merasakan ketakutan dan kengerian, kegentaran seperti Dia terhadap kuasa dosa yang telah membuat Yesus mengalami semua itu. Yesus mengalami kegentaran, ketakutan, dan kesedihan karena kuasa dosa yang dilawan-Nya. Yesus mengalami kesengsaraan karena misi-Nya, pewartaan-Nya, dan dakwaan-dakwaan yang tidak mengenal ampun terhadap segala kekuasaan yang menentang karya Yesus. Adalah dosa mereka dan dosa kita yang telah membuat Yesus menderita. Dosa yang berupa sikap keras kepala, nggugu karepe dhewe, dengan menggunakan Allah untuk tujuan keakuan sendiri, untuk memperkokoh egoisme, untuk menjamin rasa aman sok beres, sok suci, sok benar di depan manusia, untuk mendukung kekuasaan agar dapat mempengaruhi. Dosa dengan beribu topeng dan bentuk yang kadang tampak suci demi Allah, tetapi telah menyeret penderitaan dan kesengsaraan ke pundak Yesus. Yesus ditimbuni dengan berbagai kedosaan manusia, sehingga menanggung kesengsaraan. Kita mestinya turut sedih dan menyesal bahwa ternyata kita pun telah mengizinkan kuasa dosa dan keakuan merasuk ke dalam hidup kita. Betapa memalukan dan menyedihkan, ternyata kita berdiri dan termasuk dalam kelompok orang-orang yang telah menolak Kerajaan Allah dan melawan Yesus dengan berbagai kedok, topeng, badut yang kita pakai! Segala pergumulan kita terhadap kuasa dosa dan egoisme, kesombongan dan kekasaran, kemunafikan dan kebejatan terasa menari girang menyaksikan penderitaan Yesus. Kuasa dosa seolah merasa menang dengan menjerumuskan kita ke dalam taktiktaktik kedosaan yang mengakibatkan Yesus mengalami penderitaan dan kesengsaraan. Ah, betapa mengerikan kuasa dosa! Betapa menjijikkan segala bentuk egoisme yang menjerat kehidupan manusia, hingga menyalibkan Tuhan dan Sesembahannya: Kekasih jiwanya! Demi kesengsaraan dan penderitaan Yesus, Sang Kekasih jiwa, marilah kita semakin bertekad dengan keputusan-keputusan kita: setia mengikuti Yesus sebagai imam-dan umat-Nya dalam keadaan apapun! Sesulit dan sesukar apa pun kehidupan kita, kita harus tetap setia kepada-Nya yang telah mencurahkan bukan saja keringat yang menetes menjadi darah ke tanah, melainkan mencurahkan darah-Nya demi kehidupan manusia. Marilah kita berdoa kepada Yesus yang bersengsara:

6|Tuguran Kamis Putih

(didoakan bersama) Yesus, Sang Kekasih jiwa, kami sadar, sekali kami telah menjatuhkan pilihan kepada-Mu, dalam pilihan-Mu, kami pun akan masuk dalam jalan sunyi, sepi, derita, dan sengsara, tanpa dukungan manusia, kecuali Allah sendiri dan Engkau! Syukur kepada-Mu ya Yesus, Kekasih jiwa, sebab Engkau memberi teladan kesetiaan dalam jalan penderitaan untuk menju kenikmatan rohani sejati, yakni kebangkitan! Saat ini, perkenankanlah kami menikmati kesepian, kesunyian, kesendirian, dan penderitaan-penderitaan baik mental maupun fisik, yang sedang kami alami ini! Terima kasih kami boleh menyatukan penderitaan batin kami ini dengan penderitaan-Mu! Terimalah kami dalam kesetiaan-Mu, selama-lamanya. Oh Yesus, Kekasih jiwa, keringat-Mu tercurah sewangi darah-Mu yang memberikan kekuatan dalam setiap derita manusia. Betapa kami ini tak lebih dari segumpal tanah namun telah terkena tetes darah-Mu yang membuat hidup kami basah oleh berkah. Betapa kami di sengsaraMu yang tiada tertandingi, yang telah Kaubentangkan di cakrawala kehidupan kami. Betapa hati kami kerap berwarna hitam, sehingga budi kami pun membuat wajah kami cemberut kelabu dalam sinar-sinar kencana-Mu yang telah Kautebarkan ke kedalaman sukma. Betapa di bumi yang telah Kautetesi dengan darah sengsara-Mu, masih terus ditikam oleh bencana akibat ulah manusia yang tiada peka terhadap sesama. Yesus Kristus, Tuhan dan Kekasih jiwa, ajarilah kami berhati lembut seperti hati-Mu yang pilu sedih gentar merasakan derita dan sengsara, sehingga tegas dan tajam merobek mengoyak segala lembar dosa, hancur menjadi cahaya yang mendamaikan dunia dan sesama!

Kelembutan kasih dibalas kebrutalan dendam-dengki Setelah merasakan penderitaan Yesus bukan supaya kita bisa mengasihani Dia, tetapi justru mengasihani diri sendiri yang berlumuran dosa kini marilah kita merenungkan kebrutalan manusia. Manusia yang telah dibela oleh Sang Manusia hingga mengalami kegentaran dan ketakutan menghadapi dosa, ternyata membalas belarasa itu dengan senjata! Di penghujung doa Yesus Sang manusia yang mempersembahkan segala derita dan sengsara kepada Bapa, Abba, segerombolan manusia berwajah dosa dengan dalih demi kebenaran hukum dan agama, bahkan demi Allah, datang terhuyung-huyung menangkap Yesus dengan membawa pedang dan pentung. Mereka sesungguhnya hanyalah alat! Manusia-manusia menjadi durhaka karena diperalat dosa yang berlumuran di tangan para imam kepala, ahli Taurat dan tua-tua! Mereka datang pagi-pagi buta menangkap Yesus Sang Manusia, Kekasih jiwa, karena disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua (Mrk 14:43). Gerombolan wajah-wajah murka itu memanas hatinya karena sebentuk rekayasa! Tragisnya, rekayasa itu dibungkus dengan dalih persahabatan dan cinta, sebuah ciuman yang telah dikuasai oleh benih pengkhianatan atas makna persahabatan dan cinta itu sendiri. Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia dan bawalah Dia dengan selamat (Mrk 14:44). Manis kedengarannya, indah tampaknya, dekat akrab lagaknya, namun tajam bagai pedang bermata dua, culas 7|Tuguran Kamis Putih

bagai taring singa betina! Dengan tanda yang seolah indah, namun ternyata fitnah, Yesus Sang Manusia ditangkap bagai penyamun di pagi-pagi buta! Itulah saat kegelapan! Itulah saat kebrutalan! Itulah saat pengadilan! Pergulatan batin Sang Manusia dalam doa diakhiri dengan kebrutalan sengsara dan derita yang membabi buta! Inilah jawaban mereka terhadap pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah, keadilan, dan cinta. Dengan tanda ciuman, Sang Manusia telah dijebak dalam lingkaran pengkhianatan. Betapa menyedihkan. Betapa mengerikan. Betapa menjijikkan! Namun, dalam kesedihan, kengerian, dan kejijikan itu berpendarlah cahaya kasih yang jernih bersih lagi putih. Yesus menerima semua tuduhan, pegkhianatan dan kebrutalan itu dengan tanpa kekerasan. Yesus, Sang Kekasih jiwa, tidak pernah mengenal kekerasan. Kerajaan Allah yang diwartakan dan ditegakkan tidak mempunyai senjata tajam yang mematikan kecuali cinta dan kebenaran! Betapa mengerikan kekerasan itu: bukan hanya kekerasan fisik, melainkan kekerasan hati, kekerasan kepala, kekerasan keakuan, kekerasan egoisme! Kekerasan telah memecah belah. Kekerasan menciptakan persekongkolan dan menciptakan kebencian baru, mengubah pergulatan antara cahaya dan kegelapan menjadi adu kekuatan kebenaran dan kekuatan setan. Yesus tidak mengenal kekerasan, melainkan kelembutan, kehalusan, diam menyerah, bahkan menyembuhkan! Di satu pihak, merenungkan segala peristiwa penangkapan Yesus sungguh mengerikan, namun di lain pihak menantang iman! Mengerikan, sebab kita menyaksikan kebrutalan yang terus terjadi, bahkan hingga hari ini. Menantang iman, karena dalam kondisi brutal, keras, dan amarah rekayasa, dapat membuat kita lari tunggang langgang, meninggalkan panggilan pokok sejati kehidupan! Dalam kesepian kesendirian yang menyakitkan, iman bisa runtuh dan gugur. Para murid menjadi bukti. Mereka lari meninggalkan Yesus sendiri. Inilah tantangan yang harus diperjuangkan dan dimenangkan! Setia dalam iman dan panggilan, meski mengalami kepahitan! Meski tampak tertatih-tatih dan terasa letih, dengan sukma merintih-rintih, namun hati jernih, jiwa bersih membuat hidup menjadi pulih karena dikuatkaan oleh kasih! Ada sesuatu yang mengagumkan dan indah tergambar dalam peristiwa yang gelisah. Tampaknya Yesus memang menyerah dan kalah! Bahkan bukan hanya tampaknya, tetapi nyatanya! Yesus menyerah dan kalah! Menghadapi segala kebrutalan dan kenekatan itu, Yesus kalah! Kalah bagi dosa, tetapi menang bagi hidup dan kehidupan. Dalam penyerahan-Nya kepada musuh-musuh-Nya, Yesus justru menyerahkan diri kepada Allah: kehendak-Mu ya Abba, ya Bapa, terjadilah! Inilah keindahan! Inilah keagungan. Ini bukan kekalahan, melainkan ke-Allah-an!!! Yesus meng-Allah!! (didoakan bersama) Yesus yang kalah, dan menghayati diri sebagai Putra Allah, buatlah hati kami yang mudah marah, sedih pilu dan gelisah, berubah menjadi wajah bungah. Buatlah hati kami yang gampang gundah, selalu membelit kalau ditegur, tetap morat-marit walau sudah diatur, berubah menjadi jiwa yang luhur. Buatlah jiwa kami yang masih tumpul, terhampar di gurun yang gersang dan mandul, berubah jernih karena cinta-Mu memantul. Buatlah budi kami yang pandai berkilah, terjebak menjadi ahli kiprah, bahkan jatuh menjadi tukang pongah, berubah menjadi penyalur berkah.

8|Tuguran Kamis Putih

Buatlah mulutku yang pintar omong, pintar bohong, dan suka nodong, berubah menjadi pewarta kasih di malam gelap maupun di siang bolong. Semoga langkah kami mengikuti jalan salib-Mu menjadi mantap, sebab mantap itu sedap, sedap yang menebarkan sinar, sinar memancarkan keperkasaan, keperkasaan yang memantulkan cinta, cinta yang bersumber dari derita dan sengsara, itulah cinta abadi dan sejati! Semoga seperti Engkau, gelap kami menjadi terang, luka kami terobati, pahit kami memanis, berontak kami lentur, rasa hati kami sumeleh: tunduk secara kudus akan kehendak agung-Mu dengan berpegang pada sikap pasrah-menyerah terjadilah pada kami kehendak-Mu!! Berdoa bersama Yesus yang bersengsara dan mohon pengampunan Marilah kita bersatu dengan kesengsaraan Yesus yang telah ditangkap oleh kebrutalan segerombolan manusia sederhana yang diperalat oleh dosa. Masuk dalam kegelisahan, kecemasan, kesedihan Yesus yang bersengsara, kita hanya bisa diam dalam keheningan. Rasanya kita menjadi ikut gelisah, cemas, dan sedih menempatkan diri dalam situasi Yesus. Kegelisahan, kecemasan, dan kesedihan kita memang bukan untuk Yesus! Justru di sinilah kita semakin ditantang untuk menemukan kehendak Allah Bapa. Marilah kita hanya ingin bersatu dengan Yesus yang bersengsara, sehingga persatuan kita dengan-Nya semakin mendalam dan erat. Bukan hanya dalam kemulian-Nya, tetapi juga dalam penderitaan dan kegelisahan-Nya. Marilah kita masuk dalam kesedihan-Nya, kegentaran-Nya, ketakutan-Nya, bukan untuk merasa hebat, sok membela Dia! Bukan! Dia tidak membutuhkan itu semua. Yesus sudah disebut Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita. Yesus Kristus, Sang Kekasih jiwa, tidak membutuhkan belas kasihan kita! Pasti Yesus tidak mau dibelaskasihi, sebab Yesus memasuki kesengsaraan, memeluk kesedihan, dan ketakutan secara bebas dan merdeka, justru demi dosa-dosa umat manusia. Nah, justru inilah tujuan kita turut merasakan penderitaan dan sengsara-Nya: kita mohon dapat merasakan kesedihan, kegentaran, ketakutan serta rasa malu yang mendalam karena Yesus berkenan mengalami kesengsaraan, kesedihan, ketakutan luar biasa demi dosa-dosa umat manusia. Kesedihan, kegentaran, ketakutan, dan kecemasan itu makin terasakan ketika kita sadari betapa bobroknya dunia karena dosa. Betapa sakitnya merasakan kehancuran dunia ini yang disebabkan oleh kenekatan manusia yang merusak kebenaran dengan kebohongan, yang menghancurkan persahabatan dengan pengkhianatan, yang memorak-porandakan cinta kasih dengan cinta diri yang berpusat pada keakuan yang busuk dan rapuh! Bahkan dengan dalih demi Allah, demi cinta, dan demi kebenaran! Padahal sebetulnya justru menelanjangi jati diri dan hati nurani tanpa malu demi kepuasan diri dan rasa sakit hati! Kekejaman yang diperlakukan terhadap Yesus semua berkedok pada tekad busuk demi membela hukum, membela kebenaran, membela Allah, padahal itu semua tidak lebih dari topeng-topeng kekalahan, badut-badut balas dendam, dan kedok-kedok cinta diri dan kemunafikan. Dalam kesengsaraan dan penderitaan-nya, marilah kita mencoba ambil bagian dalam sebuah doa manusia yang bersengsara dan menderita, bahkan merasa sendiri dan ditinggalkan Allah yang mencintai dan dicintai. Puncak penderitaan Yesus adalah ketika justru Dia merasa ditinggalkan Allah dan merasa berjuang sendirian, sehingga Yesus berteriak, Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mrk 15:34; Mat 27:46). Dalam kengerian akan kebobrokan dunia, marilah kita mendaraskan Mazmur 22:6-32 :

9|Tuguran Kamis Putih

Allahku ya Allahku, kepada-Mu Yesus telah berseru dan Kaudengarkan. Kepada-Mu nenek moyang kami percaya, mereka percaya, dan Engkau meluputkan, menyelamatkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan Engkau mendengarkan mereka; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka Kau kuatkan. Lihatlah kami, dunia kami, terlebih aku, aku bagaikan ulat dan cacing, menjadi cela bagi manusia, dihina oleh tetangga, musuh, bahkan kawan semeja makan dan serumah, sekeluarga. Semua melihat aku dan mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibir, menggelengkan kepala, memicingkan mata dan berkata, Ia menyerah dan mengandalkan kekuatan Allah, lihat, biarlah Allah berkarya dan meluputkannya; biarlah Allah melepaskannya dari penderitaannya! Bukankah Allah jaminan hidupnya, kekuatan dan sumber kasih karunianya? Ya Allahku dan Tuhanku, Engkaulah yang mengerluarkan aku dari kandungan ibuku, Engkau yang membuat aku aman di dada ibuku. Kepada-Mu aku diserahkan sejak kelahiranku melalui sakramen baptis yang kuterima. Bahkan sejak dalam rahim ibuku, Engkaulah Allahku dan Tuhanku, oleh karena iman orang tuaku, ayah-ibuku, leluhur dan nenek moyangku. Janganlah menjauh dari padaku ya Allah dan Tuhanku, sebab kesusahan, kecemasan dan kegelisahan menyesakkan hidupku, dan tidak ada yang bisa menolongku selain Dikau. Begitu banyak godaan setan merayu mengerumuni aku, cobaan-cobaan dosa mencumbu mengepung aku mereka mengangakan mulutnya terhadap aku, laksana singa yang mengaum dan siap menerkam hidupku. Seperti air aku tercurah terhempas hancur pecah-pecah, sehingga segala tulangku terlepas dari sendi-sendinya, menggelepar tersengal-sengal bagai ikan terlempar di daratan. Ya, tanpa Engkau, aku laksana ikan menggelepar tanpa air, akhirnya mati kehabisan napas kehidupan. Hatiku meleleh bagai lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kerontang kering laksana beling garing; sukmaku membeku seperti salju; lidahku kelu melekat pada langit-langit mulutku; hidung tersumbat tiada mampu menghirup kesegaran Roh-Mu; mataku kabur baur samarsamar tersesak derita. Aku bagaikan bangkai busuk terjerembab dalam debu maut. Di sekelilingku dosa mengendap-endap mengendus-endus bagai anjing-anjing yang mengerumuni aku. Segerombolan kuasa jahat mengepung aku dengan beria-ria bersorak-sorai laksana laskar tentara bersenjata menusuk-nusuk tangan, kaki, dan lambungku. Mereka menonton dan memandangi aku yang terkulai lemas dalam sengsara dan derita. Mereka menelanjangi aku dan membagi-bagikan pakaian nuraniku di antara mereka dan tersebar-sebar ke mana-mana. Mereka membuang undi atas jubahku! Ya Allahku dan Tuhanku, janganlah menjauh dari padaku. Hanya Engkaulah satu-satunya kekuatan dan andalanku. Bersegeralah menolong aku. Lepaskanlah aku dari pedang yang telah terhunus yang siap menebas hidupku. 10 | T u g u r a n K a m i s P u t i h

Bebaskanlah nyawaku dari cengkeraman kuku-kuku tajam keakuan yang tersakiti hatinya dan siap memuntahkan balas dendam. Selamatkanlah aku dari mulut singa dosa dan dari tanduk kejahatan yang siap menghancurkanku. Syukurlah, ya Allahku dan Tuhanku, bahwa Engkau telah menjawab aku. Maka aku akan memasyurkan nama-Mu kepada saudara-saudariku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah umat-Mu. Akan kuwartakan kepada sahabat-sahabatku yang takwa kepada-Mu, agar terpujilah nama-Mu. Semoga putra-putri-Mu memuliakan keagungan-Mu, sehingga umat manusia gentar menyaksikan kerahiman-Mu. Ternyata Engkau tidak memandang hina orang berdosa. Ternyata Engkau tidak jijik terhadap orang yang tertindas oleh kesengsaraan dan derita. Engkau tidak pernah menyembunyikan wajah-Mu terhadap kesedihan, kesepian, kesendirian umat-Mu. Ternyata Engkau mendengar jeritan tanpa suara, teriakan tanpa kata terhadap orang-orang yang lari minta tolong dan berlindung pada kepak sayap-Mu. Ya Allahku dan Tuhanku, karena Engkaulah aku memuji-muji bersama umat-Mu yang mempunyai mata bening, hati bersih, jiwa hening budi jernih, nurani putih sehingga mampu melihat lumpur sebagai mutiara; sehingga mendapat karunia lidah cerah mencecap air tawar terasa anggur. Di hadapan umat-Mu, akan kubayar nazarku: setia pada-Mu dalam suka dan duka, selamalamanya. Penutup Itulah doa yang dapat kita lantunkan kepada-Nya dalam kesengsaraan dan penderitaan-Nya. Menyadari bahwa sengsara dan penderitaan Yesus itu ternyata disebabkan oleh dosa manusia, dosa kita, maka marilah kita mohon ampun atas dosa-dosa kita dan mohon perlindungan kepada-Nya. Marilah berdoa bersama: (didoakan bersama) Kepada-Mu ya Tuhan, kuangkat jiwaku, kutengadahkan sukma, kupersembahkan hati-budiku. Ya Allahku dan Tuhanku, kepada-Mulah aku percaya. Janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah orang yang memusuhi dan membenciku bersukacita atas diriku. Ya Allahku dan Tuhanku, aku percaya kepada-Mu. Semua orang yang menantikan Engkau seberdosa dan sejahat apa pun, tidak akan mendapat malu; sebeb Engkau mengutus Putra Tunggal-Mu bukan untuk orang yang merasa benar, merasa suci, merasa saleh, merasa murni, melainkan untuk orang yang berdosa. Bahkan Putra-Mu sengsara dan menderita untuk orang berdosa dan menebus dosa, meretas kuasa dosa dan maut. 11 | T u g u r a n K a m i s P u t i h

Ya Allahku dan Tuhanku, yang akan mendapat malu adalah orang yang berbuat khianat dengan tiada alasan; atau yang berkhianat karena alasan keakuan dan cinta diri; yang berusaha menghambat gerak Roh-Mu yang menuntun orang menuju kebaikan; yang mengacau daya rahmat-mu yang membimbing orang menuju kesetiaan. Ya Allahku dan Tuhanku, beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, tunjukkanlah jejak-jejak-Mu kepadaku, nyatakanlah langkah kehendak-Mu kepadaku. Tuntunlah aku menyusuri tapak-tapak kebenaran-Mu dan ajarilah aku mengikuti kesucian dan kesetiaan-Mu. Ya Allahku dan Tuhanku, Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku. Hanya Engkaulah yang kunanti-nantikan sepanjang hari. Hanya Engkaulah kebahagiaanku. Hanya Engkaulah pengharapanku. Hanya pada-Mulah kerinduanku. Kuarahkan pandangan dan langkahku kepada-Mu. Ya Allahku dan Tuhanku, ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu. Rahmat dan kasih setia-Mu Kausediakan bagiku sejak awal mula, menjadi jaminan dan kekuatanku. Atas jaminan dan kekuatan rahmat-Mu ada jasa-jasa Yesus Kristus Putra-Mu, janganlah Kauingat dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaranku. Ingatlah aku sesuai dengan besarnya kasih setia kerahiman-Mu, oleh karena kebaikan dan kemurahan-Mu Ya Allahku dan Tuhanku, Engkau baik dan benar. Engkau membimbing jalan kebaikan dan kebenaran kepadaku, orang yang sesat dan bejat. Engkau membimbingku menuju kerendahan hati seturut hukum kasih-Mu, dan mengajarkan jalan kesetiaan dan jejak keluhuran kepada orang yang mnegandalkan kekuatan-Mu. Segala jalan dan jejak-Mu adalah kasih setia kebenaran, kerelaan, dan kesetiaan. Ya Allahku dan Tuhanku, oleh karena nama-Mu, demi kerahiman-Mu, berkat jasa Yesus Kristus Putra-mu, ampunilah kesalahan, dosa, dan pelanggaranku. Amat besarlah kesalahanku. Sangat mengerikanlah dosaku. Terlalu banyaklah pelanggaranku. Ya Allahku dan Tuhanku, Engkau menyatakan kebahagiaan kepada orang yang mengandalkan jaminan dari pada-mu. Engkau bergaul karib-akrab-mesra dengan orang yang takwa kepada-Mu dan mencari-Mu sepanjang waktu. 12 | T u g u r a n K a m i s P u t i h

Ya Allahku dan Tuhanku, lihatlah, mata hatiku selalu terarah kepada-Mu, telinga jiwaku senantiasa mendengarkan bisikan lembut-Mu, sebab Engkau selalu mengarahkan langkahku, dan mengeluarkan kakiku dari jerat jaring yang mengancamku. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas kesengsaraan dan derita yang menggilas dan menekan. Ya Allahku dan Tuhanku, lapangkanlah hatiku yang tersesak derita, dan keluarkanlah aku dari kesulitanku. Titiklah sengsaraku dan kesukaranku, dan terutama ampunilah segala dosa dan pelanggaranku. Pandanglah, betapa banyaknya orang yang memusuhi dan membenci aku dengan geram amarah yang sangat mendalam. Ya Allahku dan Tuhanku, jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebeb aku berlindung di bawah kepak sayap-Mu laksana anak-anak ayam bernaung di kepak sayap induknya. Benteng ketulusan dan tameng kejujuran kiranya mengawal dan melindungi aku, sebab hanya Engkaulah yang kunanti-nantikan, laksana penjaga menantikan cahaya fajar. Ya Allahku dan Tuhanku, bebaskan dan ampunilah aku dari segala dosa yang menyesakkan! Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus, Seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. Amin (Mazmur 25:1-22)

Diambil dari buku : Jejak-Jejak Perjalanan Rohani 3 : SENGSARA YESUS MEMBAWA KENIKMATAN ROHANI (Karangan Aloys Budi Purnomo, Pr.; Penerbit Kanisius 2000)

13 | T u g u r a n K a m i s P u t i h

You might also like