You are on page 1of 4

KASUS DALAM SUPERVISI Oleh SOEMARNO SAPSUHA,ST,Msi (Widyaiswara LPMP Prov Maluku)

Seorang anak SMA ketika pulang dari sekolah menceritakan kejadian yang terjadi di sekolah pada orang tuannya, Pak tadi ada supervisi di kelas kami, sebelum pengawas masuk melakukan supervisi , ibu guru mata pelajaran menyampaikan pada kami bahwa ada pengawas melakukan supervisi kelas, kami di suruh membentuk kelompok dikelas dan lebih banyak aktif mengajukan pertanyaan, kami bertanya pada guru, Pertanyaan apa yang harus kami tanya ibu?, ibu menjawab, pertanyaan yang sudah ibu berikan, karena materi yang ibu bawakan hari ini adalah materi yang pernah ibu berikan seminggu yang lalu menyangkut..........., tapi kalau di tanya oleh pengawas, anak-anak katakan bahwa materi ini belum pernah di berikan. Kami pun senang sambut anak-anak. Kasus ini sering terjadi tatkala guru akan di supervisi, ini menunjukan bahwa guru yang akan di supervisi tidak siap ketika melaksanakan proses KBM di kelas, ada rekayas suasana pembelajaran di dalam kelas yang sifatnya temporer untuk membantu guru, siswa-siswi pun menjadi senang karena guru akan membantu mereka. Dalam konteks supervisi, hal ini tidak boleh terjadi, rekayasa suasana belajar ketika handak di supervisi oleh pengawas sangat merugikan guru itu sendiri, ini menunjukan bahwa supervisi secara internal di sekolah yang di lakukan oleh kepala sekolah atau guru senior yang di minta oleh kepala sekolah untuk membantu supervisi jarang di lakukan. Semestinya ketika supervisi dilakukan guru harus tampil seperti sifat pembelajarannya yang asli, karena tujuan supervisi merekonstruksi proses pembelajaran yang kurang baik menjadi baik, dan sangat baik. Supervisi berasal dari dua kata, yaitu super dan vision. Dalam Websters New World Dictionary istilah super berarti higher in rank or position than, superior to. (superintendent), a greater or better than others (1991:1343) sedangkan kata vision berarti the ability to perceive something not actually visible, as through mental acuteness or keen foresight. Almost all writers agree that the primary focus in educational supervision is-and should

be-the improvement of teaching and learning. The term instructional supervision is widely used in the literature of embody all effort to those ends. Some writers use the term instructional supervision synonymously with general supervision. (Association for Supervision and Curriculum Development, 1987:129). Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back. Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis, dan supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan pengawas terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Supervisor adalah seorang yang profesional, yang dalam menjalankan tugasnya bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk melakukan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa. Ia membina peningkatan mutu akademik melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik, baik dalam hal fisik maupun lingkungan non fisik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengem- bangkan kemampuan profesionalnya. Terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya. Substantive aspects of professional development (aspek substantif), yakni: kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. Professional development competency areas (aspek kompetensi), yakni

mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do), harus bisa mengerjakan (can do), dan harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, serta harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri. Teknik supervisi akademis ada dua, pertama Supervisi individual, dan kedua Supervisi kelompok. Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Seperti Kunjungan kelas, Observasi kelas, Pertemuan individual, Kunjungan antar kelas, dan Menilai diri sendiri. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahankelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Teknik Supervisi Kelompok seperti: Kepanitiaan-kepanitiaan, Kerja kelompok, Laboratorium kurikulum, Baca terpimpin, Demonstrasi pembelajaran, Darmawisata, Kuliah/studi, Diskusi panel, Perpustakaan jabatan, Organisasi profesional, Buletin supervisi, Pertemuan guru, Lokakarya atau konferensi kelompok. Dalam teknik supervisi akademik perlu dipertimbangkan 6 faktor kepribadian guru : Kebutuhan guru, Minat guru, Bakat guru, Temperamen guru, Sikap guru, dan Sifat-sifat somatic guru. Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi akademik, yaitu: Menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis, Analisis kebutuhan, Mengembangkan strategi dan media, Menilai Keberhasilan, dan Revisi. Supervisi klinik bagian dari supervisi akademik/instruksional yang pada dasarnya merupakan pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar. Tujuan supervisi klinik adalah untuk membantu memodifikasi polapola Pembelajaran yang tidak atau kurang efektif. Cogan sendiri menekankan aspek supervisi klinik pada lima hal, yaitu proses supervisi klinik, interaksi antara guru dan murid, performansi guru dalam mengajar, hubungan guru dengan supervisor, dan analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas. Langkah-langkah proses supervisi klinis Terdapat tiga tahap esensial yang berbentuk siklus, yaitu: tahap pertemuan awal, tahap observasi proses pembelajaran, dan tahap pertemuan balikan.

You might also like