You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang
Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat dapat berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin. Tali pusat mungkin terdapat di dalam tonjolan cairan amnion, atau dikatakan presentasi tali pusat (tali pusat terkemuka), atau mungkin mengalami prolaps dan berada di depan bagian presentasi janin setelah membran ruptur (dikatakan penumbungan tali pusat). Yang menjadi masalah pada prolaps tali pusat adalah tali pusat terletak di jalan lahir di bawah bagian presentasi janin, dan tali pusat terlihat pada vagina setelah ketuban pecah. Mortalitas terjadinya prolaps tali pusat pada janin sekitar 11-17 %. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kirakira 1 : 200 kelahiran, tetapi insiden dari occult prolapse 50 % tidak diketahui. Beberapa kejadian occult prolapse menyebabkan satu atau lebih kejadian dengan diagnosa kompresi tali pusat. Prolaps tali pusat lebih sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolap tali pusat berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 % persalinan.

1.2. Rumusan Masalah Penulis merumuskan suatu masalah dari makalah ini diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Apa pengertian dari Prolaps Tali Pusat ? Apa etiologi dari prolaps tali pusat ? Apa saja klasifikasi dari prolaps tali pusat ? Apa saja manifestasi klinis dari prolaps tali pusat ? Bagaimana patofisiologi dari prolaps tali pusat ? Apa saja komplikasi dari prolaps tali pusat ? Bagaimana penanganan dari prolaps tali pusat Bagaimana asuhan keperawatan dari prolaps tali pusat ?

1.3. Tujuan Penulisan 1. 2. Untuk mengetahui konsep teori dasar dari prolaps tali pusat Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari prolaps tali pusat

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1. Definisi Prolaps tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000,hal.308) Prolaps Tali Pusat adalah Keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat dipindahkan diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu. ( Maternal Invant Health, hal 68) Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat dapat berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin. 2.2. Etiologi Faktor predisposisi prolaps tali pusat terjadi akibat gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut. Sering ditemukan pada kasus-kasus : 1. 2. 3. 4. 5. Presentasi bokong kaki Posisi melintang Letak sungsang Kehamilan premature Hidramnion

6. 7.

Janin kembar Janin terlalu kecil

2.3. Klasifikasi Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu : 1. Prolaps Occult Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di dekat pelvis tetapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina. 2. Tali Pusat mungkin fore lying Adalah keadaan dimana tali pusat dapat diraba melalui arteum uteri, tetapi berada didalam kantong ketuban yang utuh. 3. Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah ketuban pecah. ( Kedaruratan obsterti & Ginekologi, hal 372) 2.4. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis atau gejala klinis yang dapat timbul dari prolaps tali pusat adalah : 1. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagiana. 2. Tali pusat dapat dirasakan/ diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih sempit dari vagina. 3. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul. 4. Bradikardia janin ( DJJ <100x/menit) 5. Hipoksia Janin

2.5. Patofisiologi Letak lintang, letak sungsang terutama presentase bokong, hidraamnion, KPD, dan plasenta previa dapat menyebabkan prolaps tali pusat. Dimana tali pusat berada dibagian terendah janin didalam jalan lahiratau berada

diantarabagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu, sehingga tali pusat keluar dari uterus mendahului bagian persentase pada setiap kontraksi. Dengan demikian tali pusat akan kelihatan menonjol keluar dari vagina. Akibatnya tali pusat terpapar udara dingin yang menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah tali pusat yang dapat menyebabkan hipoksia pada janin. 2.6. Komplikasi Pada presentasi kepala, prolapsus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigensi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam perpustakaan dunia, bahwa angka kejadian berkisar antara 9,3-0,6% persalinan. Sedangkan pada ibu karena terjadi prolapsus maka dilakukan seksio atau persalinan normal yang dapat menimbulkan terjadinya trauma jaringan dan leserasi pada vagina servik.

2.7. Penatalaksanaan 1. Tali pusat berdenyut

a. Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup. b. Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui masker atau nasal kanul c. Posisi ibu Trendelenberg d. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera. e. Jika ibu pada persalinan kala I : 1) Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan tangan kedalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas, sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi. 2) Tangan yanglain menahan bagian terendah di supra bubis dan evaluasi keberhasilan reposisi. 3) Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan kuat diatas rongga panggul, keluarkan tangan dari vagina, letakan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan sesio cesarea. 4) Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara berlahan untuk mengurangi kontraksi rahim. 5) Segera lakukan seksio cesarea. f. Jika ibu pada persalinan kala II : 1) Pada persentasi kepala, lakukan persalinan segera dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam/forseps.

2) Jika persentase bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau kaki, dan gunakan forseps pipa panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul. 3) Jika letak lintang, siapkan segera seksio caesarea. 4) Siapkan segera resusitasi neonatus.

2. Tali pusat tidak berdenyut Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan tindakan darurat lagi, lahirkan bayi secara normal tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi serta tindakan apa yang terjadi sera tindakan apa yang akan dilakukan.Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan perva

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1. Pengkajian 1. 2. 3. 4. Identitas klien Riwayat kehamilan (GPA) Pemeriksaan umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum. Pemeriksaan khusus : a. Kepala : Rambut : Kebersihan kulit kepala Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak. Hidung : Kebersihansekret ada atau tidak, sinus paranasal membesar atau tidak. Mulut : Kebersihanmukosa mulut merah atau tidak, gigi berlubang atau tidak. Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak. Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.

b.

Toraks :

Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara ada striae dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau tidak, serta puting susu menonjol datar atau terbenam.

Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak. Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2 diapeks.

c. Abdomen : Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak. Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold. Auskultasi : DJJ normal tidak. d. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.

e. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak. f. Pemeriksaan vaginal toucher

g. Teraba tali pusat pada daerah ostium uterus.

3.2. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke plasentaatau melalui tali pusat (prolaps). 2. Ketakutan dan kecemasan b/d situasi, ancaman yang dirasakan oleh ibu atau janin. 3. Resiko cedera terhadap janin b/d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu. 4. Koping individu inefektif b/d komplikasi persalinan. 5. Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.

3.3. Intervensi Keperawatan Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke plasentaatau melalui tali pusat (prolaps). a. Tujuan : Pertukaran gas pada janin efektif. b. Hasil yang yang diharapkan menunjukan DJJ pada batas normal, memanifestasikan variabilitas pada strip pemantau, bebas dari deselerasi lambat. c. Intervensi : 1. Perhatikan maturasi janin berdasarkan riwayat ibu dan pengukuran uterus. R/ : Usia gestasi janin, harus 36 minggu atau lebih untuk dilakukan induksi persalinan. 2. Lakukan manuver Leupold dan pemeriksaan vaginal steril, perhatikan presentasi dan posisi janin. R/ : Menentukan kelainan pada letak janin apakah persentasi verteks, persentasi bokong dan lain lain. 3. Posisikan ibu telentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang dipotong dengan bantal. R/ : Membantu mendapatkan strip pemantauan janin eksternal adekuat untuk mengevaluasi pola kontraksi dan irama jantung janin. 4. Perhatikan pada ibu adanya faktor-faktor yang secara negatif

mempengaruhhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin. R/ : Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta menurunkan

ketersediaan oksigenuntuk janin.

10

5. Gunakan EFM (electric fetal monitoring) 15- 20 menit sebelum prosedur induksi. R/ : Menentukan kesejahteraan janin dan memberikan pengkajian dasar DJJ dan aktivitas uterus. 6. Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut deselerasi selama dan setelah kontraksi. R/ : Distres janin dapat terjadi karena hipoksia,mungkin dimanifestasikan dengan penurunan viabilitas,daselerasi lambat,dan takikardi yang diikuti dengan brakikadi. 7. Perhatikan adanya adanya deselerasi perubahan posisi ibu dari sisi ke sisi . R/ : Komperesi tali pusat di antara jalan lahir dan bagian presentasi dapat dihilangkan dengan perubahan posisi. 8. Perhatikan warna dan jumblah cairan aminon bila ketuban pecah. R/ : Distres janin pada presentasi verteks dimanifesasikan dengan kandungan mekonim yang mrupakan akibat dari respons vegal pada hipoksia. 9. Kaji reaksi DJJ terhadap kontraksi,perhatikan beradikardi atau deselerasi lambat. R/ : Pengkajian yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipiksia.Rentang normal DJJ adalah 120 160 kali permenit. 10. Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban. R/ : Pada keadaan prolaps tali pusat dan tidak adanya dilatasi serviks penuh,mungkin diperlukan kelahiran seksio caeserea. 11. Pantau respons janung janin untuk obat praopresi atau anestesi regional. R/ : Narkotik biasanya menurunkan viabilitas DJJ dan memerlukan pemberian naloksos (narcan) setelah melahirkan untukmemperbaiki

11

depresi pernapasan akibat narkotik.Hipontesi maternal pada respons terhadap anestesi secara umum menyebabkan bradikardi janin sementara. Kolaborasi 12. Tinjau ulang hasil USG dan aminiosintesis,pelvimentri,dan rasio L/S. R/ : Menentukan usia janin dan presentasi membantu mengidentfikasi kebutuhan janin/neonatallain selama dan setelah kelahiran. 13. Bantu sesuai dengan kebutan dalam penggunaan elektroda janin internal R/ : Elektroda janin internal harus digunakan untuk observasi lebih akurat,khususnya ada tanda-tanda disters janin dan mekonium. 14. Izinkan ibu berkemih sebelum pemberian oksitoksin dan sebelum penggunaan elektroda janin. R/ : Kandung kemih penuh dapat menganggu posisi janin dan penempatan pemantau. 15. Bantu dokter dengan meninggikan verteks bila diperlukan. R/ : Perubahan posisi dapat menghilangakan tekanan pada tali pusat. 16. Siapkan dokter dan perawat.Perawat intensif neonatal pada ruang melahirkan untuk jadwal dan kelahiran secara darurat . R/ : Bayi mungkin belum cukup bulan (preterm)atau dapat mengalami perubahan respons karena kondisi dasar maternal atau perubahan proses kelahiran memerlukan perawatan segera atau resistensi.

Diagnosa 2 : Ketakutan/ kecemasan b/d situasi atau ancaman yang dirasakan oleh ibu a. Intervensi

12

1. Diskusikansituasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan. R/ : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi. 2. Pantau respon verbal dan non verbal klien/ pasangan. R/ : Menandakan rasa cemas yang sedang dialami klien/ pasangan/ keluarga. 3. Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin. R/ : Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi, sehingga dapat menurunkan rasa cemas. 4. Dengarkan masalah klien secara aktif. R/ : Memberikesempatan pada klien untuk menemukan solusi sendiri. 5. Jelaskan setiap prosedur arti dari setiap gejala. R/ : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa cemas dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi. 6. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klienuntuk mengajukan pertanyaan, serta jawab pertanyaan dengan jujur. R/ : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi tertulis memungkinkan klien untuk meninjau ulang informasi karena akibat tingkat stres, klien tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa cemas.

Diagnosis 3: Risiko cedera janin yang berhubungan dengan hipoksida janin dan abnormalitas pelvis ibu

13

a. Tujuan :Cedera pada janin tidak terjadi . b. Kriteria hasil: Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang baik,ibu berpartisipasi dalam intervensi untuk

memperbaiki pola persalinan dan \atau menurunkan faktor resiko yang teridentifikasi. c. Intervensi :

1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik ,prhatikan variabilitas perubahan periodik dan frekuensi dasar . R/: Untuk mendeteksi respons abnormal seperti variabilitas yang dilebihkan bradikardi dan takikardi yang mungkin di sebabkan oleh stres ,hipoksida,asidosis,atau sepsis 2. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia. R/: Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg atau tekanan kontraksi >50 mmHg menurunkan atau menggangu oksigenasi 3. Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi,asidosis,dan ansietas. R/: Kadang kadang prosedur sederhana meningkatkan sirkulasi darah juga oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksida janin . 4. Observasi terhadap prolaps tali pusat sama atau dapat dilihat bila pecah ketuban khususnya pada janin presentasi bokong . R/: Prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi pada presentasi bokong karena bagian presentasi tidak menonjol keluar juga tidak secara total memblok tulang seperti pada presentasi verteks.

14

5.

Perhatikan bau dan perubahan warna cairan aminion pada pecah ketubn lama.Dapatkan kultur bila temuan obnormal. R/ : Infeksi asendens dan spesis disertai dengan takikardi dapat tarjadi pada pada pecah ketuban lama.

Kolaborasi 6. Perhatikan konfresi kontraksi uterus.Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang . R/ : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat. 7. Kaji malposisi dengan menggunakan manuver leoplod dan temuan pemeriksaan internal.Tinjau ulang hasil USG. R/ : Menentukan baringan janin,posisi dan presenatsi dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan. 8. Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi. R/ : Resiko cedera atau kematian janin meningkat dengan melahirkan pervaginam bila presentasi selain perteks.

Diagnosa 4 : Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin. a. 1. Intervesi : Lakukanpemeriksaan vagina awal, R/ : Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam infeksi saluran asendens. 2. Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat. R/ : Menurunkan resiko yang memerlukan/ menyebarkan agen.

15

3.

Gunakan tekhnik aseptik selama pemeriksaan vagina. R/ : Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminasi dari pencapaian ke vagina.

4. 5.

Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik. R/ : Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan bau dapat dideteksi.

6.

Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel darah putih sesuai indikasi. R/ : Dalam 1 jam setelah membran ruptur, insiden koriamnionitis meningkat secara progresif sesuai waktu ditunjukan dengan peningkatan tanda- tanda vital dan leukosit.

16

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat dapat berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin 4.2 Saran Disarankan dalam penanganan dari prolaps tali pusat harus sesuai dengan konsep asuhan keperawatan dan SOP dari rumah sakit.

17

DAFTAR PUSTAKA

Eszenhillda. 2012. Askep Prolapsus Tali Pusat. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2012 melalui http://eszenhillda.blogspot.com/2012/06/askep-prolapsus-tali-

pusat.html Posyandu. 2012. Prolaps Tali Pusat. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2012 melalui http://posyandu.org/pendidikan/seputar-melahirkan/629-prolaps-tali-pusat-occultprolapse.html Scribd. 2012. Askep Pada Klien Dengan Prolaps Tali Pusat. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2012 melalui

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rj a&ved=0CDkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fml.scribd.com%2Fdoc%2F8487832 1%2FAskep-Pd-Klien-Dgn-Prolaps-TaliPusat&ei=xFl9UI3UIsPhrAeTlYGgAg&usg=AFQjCNGsOijk0iIB8sMw1B_72Ec NmVGZjA&sig2=P_NDgXHi3rlL8Mg6XX5_lg

18

You might also like