You are on page 1of 168

1

PUTUSAN
Nomor : 466/ Pid.B/2006/PN. BLT.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Negeri Blitar yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan Biasa dalam Peradilan Tingkat Pertama telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa : Nama lengkap Tempat lahir Umur / tanggal lahir Jenis kelamin Kebangsaan Tempat tinggal : H. Samirin Darwoto : Blitar : 68 Tahun/16 Nopember 1937 : Laki laki ; : Indonesia ; : Lingk. Kauman RT.02 RW.04 Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar Aga ma Pekerjaan : Islam. : Swasta (Mantan Ketua DPRD Kab. Blitar Periode 1999 sampai dengan 2004)

Terdakwa dalam perkara ini ditahan dalam rumah tahanan negara oleh :

1. Penyidik, sejak tanggal 17 Maret 2006 sampai dengan tanggal 5 April 2006; 2. Perpanjangan Penuntut Umum, sejak tanggal 6 April 2006 sampai dengan tanggal 15 Mei 2006; 3. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Tahap Kesatu, sejak tanggal 16 Mei 2006 sampai dengan tanggal 14 Juni 2006; 4. Perpanjangan ketua Pengadilan Negeri Tahap Kedua, sejak tanggal 15 juni 2006 sampai dengan tanggal 11 Juli 2006; 5. Penuntut Umum, sejak tanggal 12 Juli 2006 sampai dengan tanggal 26 Juli 2006;

6. Hakim Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 24 Juli 2006 sampai dengan tanggal 25 Agustus 2006; 7. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 26 Agustus 2006 sampai dengan tanggal 23 Oktober 2006; 8. Perpanjangan I Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 24 Oktober 2004 sampai dengan tanggal 22 Nopember 2006 ; 9. Perpanjangan II Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 23 Nopember 2004 sampai dengan tanggal 22 Desember 2006, dan dilakukan pembantaran sejak tanggal 18 Desember 2006 sampai tanggal 26 Desember 2006 selanjutnya dilakukan penahanan lanjutan dengan jenis penahanan rutan sejak tanggal 27 Desember 2006 sampai dengan tanggal 31 Desember 2006 ;

Dalam perkara ini terdakwa menggunakan haknya untuk didampingi oleh Penasihat hukum bernama Djoko Sudjarwo, S.H., Advokat & Konsultan Hukum beralamat di Jalan Cempaka No. 20 Kelurahan Sukomoro Nganjuk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 21 April 2006 dan Penasihat Hukum bernama Herru Sudyantoro EY., S.H. M.H., Advokat dari Kantor Hukum LBH KEADILAN RAKYAT DAN HAM beralamat di Komplek Perumahan Gunung Anyar Harapan ZH 10 Surabaya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 8 Agustus 2006; Pengadilan Negeri tersebut ; Telah membaca : - Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Blitar Nomor 466/Pen.Pid/2006/PN Blt, tertanggal 28 Juli 2006 tetang penunjukan Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara ini. - Surat Penetapan Ketua Penagadilan Negeri Blitar Nomor

466/Pid.B/2006/PN.Blt. tanggal 9 Nopember 2006 tentang Penggantian Hakim Anggota ;

- Surat Penetapan Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Blitar. No. 466/Pen.Pid/2006/PN.Blt. tertanggal 28 Juli 2006 tentang Penetapan Hari Sidang ; Telah membaca berkas perkara tersebut. Telah mendengarkan pembacaan Surat Dakwaan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Blitar, No. Reg.Perk : PDS-02/FT.2/BLT/07/2006 pada tanggal 10 Agustus 2006 ; Telah mendengar keterangan saksi-saksi dan ahli serta keterangan Terdakwa; Telah memperhatikan barang bukti yang diajukan di persidangan; Telah mendengarkan Surat Tuntutan Pidana dari Penuntut Umum yang pada pokoknya berkesimpulan : 1. Menyatakan terdakwa H. Samirin Darwoto tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (1) U.U. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan U.U. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam dakwaan primair 2. Membebaskan terdakwa H. Samirin Darwoto dari dakwaan Primair melanggar Pasal 2 (1) U.U. Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan U.U. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembarantasa Korupsi ; 3. Menyatakan terdakwa H. Samirin Darwoto terbuktyi secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam pasal 12 huruf b U.U. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam surat dakwaan subsidair ; 4. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa H. Samirin Darwoto dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementyara dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan . 5. Menjatuhkan pidana Denda sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan kurungan.

6. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa H. Samirin Darwoto dengan Pidana Tambahan untuk membayar uang pengganti sebesar Rp. 1.335.000.000,- (satu milyar tiga ratus tiga puluh lima juta rupiah) dengan ketentuan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka diganti dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun. 7. Menyatakan barang bukti berupa : 1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretaritan DRPD dialihkan ke Sekretariat belanja barang dan jasa (jenis) belanja, Jasa kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan pemrosesan keuangan (rincian obyek) ; 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ; 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ; kwitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,kwitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,- yang ditandatangani/paraf oleh Samirin Darwoto 1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah rancangan PAK Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 745 tanggal 13 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 ; SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 ;

untuk bukti perkara lain. 8. Menetapkan supaya terpidana dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah). Telah mendengar Pembelaan (pledoi) Terdakwa yang diajukan secara tertulis dalam persidangan pada tanggal 27 Desember 2006 yang pada pokoknya memohon agar membebaskan terdakwa dari segala dakwaan dan membaskan dari segala biaya dan membebankan segala biaya kepada Negara, telah pula mendengar pembelaan (pledoi) dari Penasihat Hukum Terdakwa pada tanggal 27 Desember 2006 mengemukakan sebagai berikut : a. Menerima seluruh pledoi; b. Menyatakan sebagai hukum bahwa dakwaan Penuntut Umum tidak terbukti untuk seluruhnya; c. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan Penuntut Umum ; d. Memerintahkan agar terdakwa dibebaskan dari tahanan ; e. Memulihkan kehormatan dan nama baik Terdakwa ; f. Menetapkan seluruh biaya perkara ini menjadi beban Negara. Menimbang, bahwa atas pembelaan yang diajukan oleh Penasehat Hukum Terdakwa tersebut Penuntut Umum telah mengajukan tanggapan secara lisan di persidangan yang pada pokoknya tetap pada tuntutannya. Demikian pula Penasehat yang pada pokoknya

Hukum Terdakwa maupun terdakwa telah pula mengajukan tanggapannya secara lisan yang pada pokoknya tetap pada pleidoinya Menimbang, bahwa terdakwa diajukan ke depan persidangan oleh Penuntut Umum dengan surat dakwaan tertanggal 27 Juli 2006, yang isinya sebagai berikut : PRIMAIR : Bahwa terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar Periode tahun 1999 2004, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang turut serta melakukan dengan Drs. H. SOEBIANTORO MSi, selaku Sekretaris

Daerah Pemkab. Blitar (yang akan dilakukan penuntutan secara tersendiri), pada hari Selasa tanggal 30 Desember 2003, Rabu tanggal 31 Maret 2004, Kamis tanggal 24 Juni 2004 dan hari Rabu tanggal 25 Agustus 2004, atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu tertentu dalam tahun 2003 sampai dengan tahun 2004, bertempat dirumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar Jalan Merdeka No. 4 Blitar atau setidak-tidaknya pada suatu tempat tertentu didaerah hukum Pengadilan Negeri Blitar, Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor :171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO diangkat sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999-2004.

Bahwa berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Sususan dan Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD :

Pasal 74 (1) yang mengatur dan menentukan antara lain : Tugas Ketua DPRD memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil Keputusan ;

Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah :

Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundangundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. ( Pasal 4 )

Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain : Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih (Pasal 49 ayat 5). Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (Pasal 55 ayat 2)

Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI nomor 161 / 3211 / SJ tanggal 29 Desember 2003 Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD mengatur antara lain : Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD. (C.1) Penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan dan anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran. - Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 11 tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 mengatur antara lain : Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sebagai berikut: - Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses meminta keterangan kepada pemerintah Kab Blitar.( ayat 2 huruf c)

Hak DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb:

- Menentukan anggaran belanja DPRD sesuai dengan peraturan yang berlaku (ayat 3 huruf b). Bahwa berdasarkan Keputusan DPRD Kab. Blitar No.2 tahun 1999 tanggal 29 September 1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kab Blitar : Pasal 31 berbunyi : bahwa Pimpinan DPRD mempunyai tugas : Menghadiri rapat Panitia Musyawarah dan rapat Panitia Anggaran (huruf b) Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya (huruf d);

Bahwa terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999 2004 bersama dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris Daerah Pemkab Blitar seharusnya dalam pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Blitar khususnya di dalam penyusunan, penggunaan dan peruntukan anggaran APBD Kab. Blitar tahun 2004 didasarkan pada ketentuan-ketentuan diatas namun dalam

pelaksanaannya terdakwa bersama dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris Daerah Pemkab Blitar telah melakukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat diuraikan sebagai berikut : - Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003 saat pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO dan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris

Daerah Pemkab Blitar yang merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar, terdakwa telah meminta kepada Drs H. SOEBIANTORO, Msi agar diberikan dana untuk biaya Penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon) Dewan (DPRD Kab. Blitar) periode tahun 1999 2004 . Bahwa selanjutnya Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada

KRISANTO, SE.MM sebagai Kabag Keuangan dan sekaligus sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 dan

untuk uang jasa kerja (pesangon) DPRD Kab Blitar periode tahun 1999 2004 pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar dan biaya untuk pengadaan alat kebersihan dan bahan pembersih pada Pos Belanja Barang dan Jasa. Bahwa atas perintah Drs.H. SOEBIANTORO, Msi tersebut kemudian

KRISANTO, SE MM menitipkan dana sebesar + Rp.730.000.000,- (tujuh ratus tiga puluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar. Untuk biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1. pada 8 (delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk DPRD Kab. Blitar dan uang Jasa Kerja (uang pesangon) bagi DPRD Kab. Blitar sebesar + Rp. 710.000.000,- (tujuh ratus sepuluh juta rupiah) serta menitipkan dana sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) pada Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening nomor : 01.03.1.2.01.04.1 dalam RAPBD 2004, sehingga pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar seluruhnya menjadi senilai Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa pada biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi Rp.190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta rupiah). Bahwa pada waktu antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9 Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk menjadi Perda, disaat Terdakwa bertemu dengan Drs. H. SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim Anggaran Pemkab Blitar, Terdakwa meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon) untuk DPRD Kab Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Karena permintaan tersebut kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, Msi

memerintahkan kepada KRISANTO, SE. MM. Kabag Keuangan PemKab Blitar

10

yang sekaligus sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar menambahkan uang jasa kerja (uang pesangon) untuk DPRD Kab. Blitar yang semula dalam RAPBD 2004 Pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar disediakan sebesar Rp.500.000.000,- ditambah Rp.625.000.000,- sehingga dalam APBD tahun 2004 menjadi sebesar Rp.1.125.000.000,-. Padahal baik terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO maupun Drs H SOEBIANTORO, MSi sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar mengetahui bahwa anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada legislatif (DPRD) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. Selanjutnya atas perintah Drs. H. SOEBIANTORO, Msi tersebut

KRISANTO,SE.MM sebagai Sekretaris Tim Anggaran menambah jumlah nilai biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar yang semula dalam RAPBD sejumlah Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), ditambah Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) sehingga dalam naskah APBD tahun 2004 menjadi sejumlah Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD Tahun 2004 pada tanggal 9 Januari

2004 disetujui dan disahkan menjadi Perda No.1 Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh Terdakwa, yang buku naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang APBD 2004 Pemkab Blitar dibagikan kepada seluruh anggota DPRD termasuk terdakwa. Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

meminta dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada Drs. SOEBIANTORO, Msi. dan atas permintaan tersebut , kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM agar

11

memberikan uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Kemudian KRISANTO, SE.MM secara

lisan memerintahkan Sdr. SITI SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu Pemegang WISMIATI) untuk Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (Sdr. TITIK kemudian diserahkan langsung kepada Terdakwa H.

SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya. Kemudian SITI SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) sebanyak Rp.10.000.000,- yang setelah disiapkan Kwitansinya lalu diantar dan diterima oleh terdakwa H.

SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah Sdr. SITI SULASTRI melapor kepada KRISANTO,SE.MM tentang penyampaian uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah KRISANTO, SE.MM untuk bukti

pertanggung jawabannya.

Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock

kas yang keluar, pada tanggal 30 Januari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan . KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.510.000.000,-. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas

Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 yang

12

ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.510.000.000,Bahwa selanjutnya pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM untuk mencairkan dana / uang jasa kerja (uang pesangon) yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab. Blitar periode 1999 2004. Atas perintah tersebut memerintahkan SITI SULASTRI untuk menghubungi KRISANTO, SE.MM TITIK WISMIATI

memproses pencairan dana sejumlah Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan SekKab Blitar pada rekening

No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada : 1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil Rp.200.000.000,2. Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,diambil Rp.200.000.000,3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.200.000.000,4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- diambil Rp.125.000.000,5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil Rp.100.000.000,6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- diambil Rp.100.000.000,7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.100.000.000,-dan 8. Biaya Penyelengaraan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,diambil

Rp.100.000.000,-

13

yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar disimpan dulu. Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing-masing nomor 223 S/d 230 tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas Sekretariat Pemkab. Blitar sesuai perintah diatas. Bahwa pada tanggal 31 Maret 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO KRISANTO, SE.MM tersebut

meminta uang dana DPRD pada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan tersebut Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO,

SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan kepada Krisanto. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada Terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada TITIK WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana Drs. H.

cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004

SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP

14

sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Pemkab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan

kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO minta uang dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Selanjutnya Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada

terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp. 20.000.000,- ( dua puluh juta rupiah ). Atas perintah tersebut KRISANTO, SE.MM secara lisan

memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda penerimaan atas nama H. SAMIRIN

DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan langsung kepada Sdr. KRISANTO, untuk selanjutnya uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada TITIK

WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 Drs. H.

15

SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD tersebut. Atas perintah tersebut kemudian Sdr. KRISANTO memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk

mencairkan dana sebesar Rp. 20.000.000,- yang dititipkan pada Pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui,

setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar ( KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. dalam RAPBD 2004. Bahwa pada memerintahkan pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO, SE.MM SITI SULASTRI mengambil dana yang disimpan oleh

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) sebesar Rp. 1.125.000.000,-, untuk kemudian yang sebesar Rp. 900.000.000,dikemas menjadi 45 amplop masing masing sebesar Rp.20.000.000,- lalu

dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan yang Rp. 225.000.000,dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada terdakwa sekaligus menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama SAMIRIN

16

DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru. - Bahwa selanjutnya siang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI SULASTRI pergi ke pendopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat bersama-sama menuju kerumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar . Dan setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar Drs. H. SOEBIANTORO, Msi disambut oleh terdakwa, kemudian masuk kerumah dinas tersebut yang diikuti oleh WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu diantara Drs. H. SOEBIANTORO, Msi dan terdakwa H SAMIRIN DARWOTO duduk. - Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh Drs. H. SOEBIANTORO, Msi kepada terdakwa H SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi tersebut diparaf oleh terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh Drs. H. SOEBIANTORO, Msi untuk kemudian diserahkannya kepada . WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-sama kembali ke kantor. - Bahwa akibat perbuatan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagaimana tersebut diatas telah mengakibatkan kerugian keuangan negara Cq. Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp.1.355.000.000,- (satu milyard tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut. Perbuatan Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut diatur dan diancam pidana menurut pasal 2 ayat (1) Undang Undang No.31 tahun 1999 sebagaimana telah

17

diubah dengan Undang Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 (1) ke 1 KUHP. SUBSIDAIR : Bahwa terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar periode tahun 1999 2004, pada waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima

hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, yang dilakukannya dengan cara sebagai berikut : Bahwa Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO, yang berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No.171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 telah diangkat dan dilantik sebagai Ketua DPRD Kab Blitar periode Tahun 1999-2004. yang karenanya terdakwa Sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara setiap bulannya menerima gaji atau upah ditambah uang rapat , uang kesehatan dan lain lain dari Keuangan Negara atau Daerah melalui Sekretariat DPRD Kabupaten Blitar. Bahwa pada bulan Nopember 2003 sebelum penyusunan RAPBD tahun 2004 saat ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh Terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar dan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekda Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Kab Blitar, terdakwa telah meminta dana kepada Drs. H.SOEBIANTORO, Msi (Sekda Kab Blitar) untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 dan biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 serta uang jasa kerja atau pesangon untuk DPRD Kab Blitar periode

1999 - 2004 yang akan berakhir masa baktinya.pada bulan Agustus 2004 dan atas permintaan terdakwa tersebut maka Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar menyetujuinya.

18

Bahwa atas permintaan terdakwa tersebut kemudian Drs. H.SOEBIANTORO, Msi selaku Sekda Kab. Blitar merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab Blitar memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan Kab Blitar yang menitipkan dana

merangkap sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar untuk anggota DPRD Kab. Blitar

seluruhnya sebesar + Rp.730.000.000,- (tujuh yang

ratus tiga puluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar, dialokasikan untuk

DPRD Kab Blitar dan uang jasa kerja (uang pesangon) bagi dalam RAPBD 2004. Atas perintah tersebut kemudian

anggota DPRD Kab Blitar

KRISANTO SE MM menitipkan dana sebesar + Rp.710.000.000,- (tujuh ratus sepuluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar pada 8 (delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk DPRD Kab. Blitar termasuk uang jasa kerja (uang pesangon) bagi DPRD Kab. Blitar serta menitipkan dana sebesar + Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) pada pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. dalam RAPBD 2004 sehingga pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar seluruhnya menjadi senilai Rp.6.053.250.000,(enam milyard lima puluh tiga

juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa pada biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. rupiah ). -

menjadi Rp. 190.000.000,- ( seratus sembilan puluh juta

Bahwa selanjutnya antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9 Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh Panitia Anggaran dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk menjadi Perda, disaat terdakwa bertemu dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar, terdakwa meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon) untuk DPRD Kab Blitar sebesar Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) kepada Drs.

19

H.SOEBIANTORO, Msi sehingga uang jasa kerja (pesangon) seluruhnya menjadi sebesar Rp.1.125.000.000,-. Atas permintaan tersebut Drs. H.SOEBIANTORO, Msi menyetujuinya. Kemudian Drs. H.SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan PemKab Blitar yang merangkap sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar menambahkan uang jasa kerja (uang pesangon) untuk anggota DPRD yang semula dalam RAPBD 2004 pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar disediakan sebesar

Rp.500.000.000,- ditambah Rp.625.000.000,- sehingga dalam APBD tahun 2004 menjadi sebesar Rp.1.125.000.000,- dengan demikian jumlah nilai Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar yang dalam RAPBD sejumlah Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dalam naskah APBD tahun 2004 menjadi sejumlah Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD Kab Blitar Tahun 2004 tersebut pada tanggal 9 Januari 2004 disetujui dan disahkan menjadi Perda No.1 Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh terdakwa, yang buku naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang APBD 2004 Pemkab Blitar tersebut dibagikan kepada seluruh anggota DPRD Kab Blitar termasuk terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar. Dalam buku naskah APBD tahun 2004 pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar dalam 8 item/kegiatan bertambah Rp.625.000.000,- dari RAPBD tahun 2004. Atas bertambahnya dana tersebut, seharusnya terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar menolak pengesahan RAPBD tahun 2004 Pemkab Blitar yang didalamnya memuat titipan atau pembengkakan anggaran pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan dan pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Kab. Blitar, namun terdakwa tidak mengambil reaksi sama sekali.

20

Bahwa pada tanggal

30 Desember 2003 Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO

meminta uang dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. dan atas permintaan tersebut, kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan kepada memberikan uang kepada terdakwa KRISANTO, SE.MM agar DARWOTO sebesar

H.SAMIRIN

Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan SITI SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Kab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk diserahkan langsung kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya. Kemudian SITI SULASTRI

mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar TITIK WISMIATI sebanyak Rp.10.000.000,yang setelah disiapkan

Kwitansinya lalu diantarnya ke

H.SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua

DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah itu SITI SULASTRI melapor kepada KRISANTO, SE.MM tentang penyampaian uang kepada H.SAMIRIN DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah KRISANTO, SE.MM untuk bukti pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 30 Januari 2004 .Drs. H. SOEBIANTORO,Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana

DPRD yang dititipkan pada pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.510.000.000,-. Atas perintah tersebut

kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai

Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Kab Blitar untuk

21

disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Kab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah).

Bahwa pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs.H SOEBIANTORO,Msi memerintahkan kepada. KRISANTO, SE.MM untuk mencairkan dana / uang jasa kerja atau pesangon yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab Blitar periode 1999-2004. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI untuk menghubungi TITIK WISMIATI memproses pencairan

dana sejumlah Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan SekKab Blitar pada rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing

masing pada : 1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil Rp.200.000.000,2. Biaya Proses Penyusunan perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,diambil Rp.200.000.000,3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.200.000.000,4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,diambil

Rp.125.000.000,5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil Rp.100.000.000,6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,diambil

Rp.100.000.000,7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.100.000.000,-dan

22

8. Biaya

Penyelenggraaan

Pemerintahan

sebesar

Rp.580.000.000,-

diambil

Rp.100.000.000,yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar disimpan dulu. Selanjutnya pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing masing nomor 223 S/d 230 tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sesuai perintah KRISANTO, SE.MM tersebut diatas.

Bahwa kemudian pada tanggal 31 Maret 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO meminta uang dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat PemKab Blitar kepada Drs.H SOEBIANTORO, Msi . Atas permintaan tersebut, kemudian Drs.H. SOEBIANTORO,Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebesar

Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap, kemudian oleh TITIK WISMIATI diserahkan kepada KRISANTO, SE.MM. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada TITIK. WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan

KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan

23

pada pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI

untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai

Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang

dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,-.

Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO minta uang dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat PemKab Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan tersebut, Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Atas perintah tersebut KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga

diserahkan langsung kepada KRISANTO, SE.MM untuk selanjutnya uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh

KRISANTO, SE.MM

24

diserahkan kepada TITIK WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 . Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD tersebut. Dan atas perintah tersebut, kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk mencairkan dana sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) yang dititipkan pada pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui, setelah itu kemudian disampaikan kepada

Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004. Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI mengambil dana sebesar Rp. 1.125.000.000,- yang disimpan oleh Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI), untuk kemudian oleh SITI SULASTRI dikemasnya yang Rp.900.000.000,- menjadi 45 amplop masing masing sebesar Rp.20.000.000,- yang dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan yang Rp.225.000.000,- dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada terdakwa sekaligus menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru.

25

Bahwa selanjutnya disiang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB. Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI SULASTRI pergi kependopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat bersama sama menuju kerumah dinas ketua DPRD Kab Blitar . Dan setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar.Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. disambut oleh terdakwa lalu masuk kerumah dinas tersebut yang diikuti oleh WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu diantara Drs.

H.SOEBIANTORO, Msi. dan H SAMIRIN DARWOTO duduk. Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh.Drs. H. SOEBIANTORO, Msi kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi tersebut diparaf oleh terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh Drs. H.SOEBIANTORO, Msi. untuk kemudian diserahkannya kepada. WISNUGROHO selanjutnya mereka bersamasama kembali ke kantor. Bahwa terdakwa mengetahui atau setidak tidaknya patut menduga bahwa uang yang diterimanya dari Sekda Kab. Blitar masing masing tanggal 30 Desember 2003 sebesar Rp.10.000.000,-, tanggal 31 Maret 2004 sebesar Rp.200.000.000,- tanggal 24 Juni 2004 sebesar Rp.20.000.000,- dan tanggal 25 Agustus 2004 sebesar Rp.1.125.000.000,seluruhnya sejumlah Rp.1.355.000.000,- tersebut diberikan sebagai akibat dari kewenangan terdakwa selaku Ketua DPRD Kab Blitar yang mempunyai kewenangan untuk menolak atau memangkas anggaran yang telah dibengkakkan dalam pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Kab Blitar pada saat sebelum RAPBD disahkan menjadi Perda No.1 tahun 2004 tentang APBD Pemkab Blitar namun hal tersebut tidak dilakukannya.

26

Bahwa disamping Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab Blitar mengetahui bahwa anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada

legislatif (DPRD), berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. Disamping itu menurut Surat MENDAGRI No. 161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003 yang mengatur Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD yaitu : Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD. (C.1) Penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan dan anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran. Juga menurut Peraturan Daerah Kab Blitar No.11 tahun 2003 tentang pokok-pokok pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 : ayat (1) DPRD selaku badan Legislatif Daerah mempunyai kewenangan, hak dan kewajiban dibidang pengelolaan Keuangan Daerah. ayat (2) huruf c Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses

meminta keterangan kepada pemerintah Kab Blitar. Disamping itu terdakwa tidak melaksanakan kewajibannya yang menurut Undang Undang No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD Pasal 81 sub e dan sub g Terdakwa sebagai Ketua dan Anggota DPRD

Kabupaten mempunyai kewajiban antara lain : memperbaiki upaya peningkatan

27

kesejahteraan rakyat didaerah dan mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan dan hal tersebut tidak dilakukannya. Sedangkan untuk Belanja tetap dan Tunjangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kab. Blitar berupa uang representasi, uang paket, tunjangan Jabatan, tunjangan komisi, tunjangan khusus/tunjangan PPH pasal 21, tunjangan Panitia, tunjangan Kesejahteraan / tunjangan kesehatan, uang duka, tunjangan Perbaikan Penghasilan, semuanya telah dianggarkan pada Anggaran DPRD Kab. Blitar Bidang Administrasi Umum Pemerintahan dalam Perda Kab. Blitar No. 1 tahun 2004 tanggal 9 Januari 2004 tentang APBD tahun Anggaran 2004. Perbuatan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut diatur dan diancam pidana menurut pasal 12 huruf b Undang Undang No 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. LEBIH SUBSIDAIR : Bahwa terdakwa H. Samirin Darwoto selaku Ketua DPRD Kab.Blitar periode tahun 1999 2004, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang turut serta melakukan perbuatan dengan Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO, Msi, selaku Sekretaris Daerah Pemkab. Blitar (yang akan dilakukan penuntutan secara tersendiri), pada waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan Primair diatas, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang dilakukan dengan caracara sebagai berikut : Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor :171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO diangkat sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999-2004.

Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD :

Pasal 74 (1) yang mengatur dan menentukan antara lain :

28

- Tugas Ketua DPRD memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan ; selanjutnya dalam keputusan DPRD Kab Blitar No.2 tahun 1999 tanggal 29 September tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kab Blitar pasal 31 : menyatakan bahwa Pimpinan DPRD mempunyai tugas :

Menghadiri rapat panitia Musyawarah dan rapat panitia anggaran (huruf b) Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya (huruf d)

Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan daerah :

Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib taat pada perundang undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. ( Pasal 4 )

Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain : Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih (Pasal 49 ayat 5). Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (Pasal 55 ayat 2)

Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI nomor 161 / 3211 / SJ tanggal 29 Desember 2003 Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD mengatur antara lain : Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD. (C.1)

29

Penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan dan anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran.

Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 11 tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 mengatur antara lain : Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb: Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses meminta keterangan kepada pemerintah Kab Blitar.( ayat 2 huruf c) Hak DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb: Menentukan anggaran belanja DPRD sesuai dengan peraturan yang berlaku (ayat 3 huruf b).

Bahwa berdasarkan Keputusan DPRD Kab. Blitar No.2 tahun 1999 tanggal 29 September 1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kab Blitar : Pasal 31 berbunyi : bahwa Pimpinan DPRD mempunyai tugas : Menghadiri rapat Panitia Musyawarah dan rapat Panitia Anggaran (huruf b) Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya (huruf d);

Bahwa terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999 2004 bersama dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi selaku Sekretaris Daerah Pemkab Blitar dalam pelaksanaan pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Blitar khususnya di dalam penyusunan, penggunaan dan peruntukan anggaran APBD Kab. Blitar tahun 2004 didasarkan pada ketentuan-ketentuan diatas namun dalam

pelaksanaannya terdakwa telah menyalah gunakan kewenangan dan kedudukan selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar dengan melakukan perbuatan sebagai berikut : Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003 saat pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO dan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris Daerah Pemkab Blitar yang merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar, terdakwa telah meminta kepada Drs H. SOEBIANTORO, Msi agar diberikan dana untuk biaya Penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses

30

penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon) Dewan (DPRD Kab. Blitar) periode tahun 1999 2004 . Bahwa selanjutnya Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada

Krisanto, SE.MM sebagai Kabag Keuangan dan sekaligus sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon) DPRD Kab Blitar periode tahun 1999 2004 dalam APBD Kab. Blitar anggaran Sekretariat Kab. Blitar. Bahwa atas perintah Drs.H. SOEBIANTORO, Msi tersebut kemudian KRISANTO, SE MM menitipkan dana sebesar + Rp.730.000.000,- (tujuh ratus tiga puluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar. Untuk biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1. pada 8 (delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk DPRD Kab. Blitar dan uang Jasa Kerja (uang pesangon) bagi DPRD Kab. Blitar sebesar + Rp. 710.000.000,(tujuh ratus sepuluh juta rupiah) serta menitipkan dana sebesar Rp. 20.000.000,(dua puluh juta rupiah) pada Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening nomor : 01.03.1.2.01.04.1 dalam RAPBD 2004, sehingga pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar seluruhnya menjadi senilai Rp.6.053.250.000,(enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa pada biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi Rp.190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta rupiah). Bahwa pada waktu antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9 Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk menjadi Perda, disaat Terdakwa bertemu dengan Drs. H. SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim

31

Anggaran Pemkab Blitar, Terdakwa meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon) untuk DPRD Kab Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO Msi, karena permintaan tersebut kemudian Sdr Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO SE MM Kabag Keuangan PemKab Blitar yang sekaligus sebagai Sekretaris Tim anggaran Kab. Blitar agar menambahkan uang jasa kerja (uang pesangon) untuk DPRD Kab. Blitar yang semula dalam RAPBD 2004 Pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar disediakan dalam sebesar Rp.500.000.000,2004 menjadi ditambah sebesar

Rp.625.000.000,-

sehingga

APBD

tahun

Rp.1.125.000.000,-. Padahal baik terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO maupun Drs H SOEBIANTORO, MSi sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar mengetahui bahwa anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada legislatif (DPRD) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundangundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. Selanjutnya atas perintah Drs. H. SOEBIANTORO, Msi tersebut KRISANTO,SE.MM sebagai Sekretaris Tim Anggaran menambah jumlah nilai biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar yang semula dalam RAPBD sejumlah Rp.6.053.250.000,(enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), ditambah Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) sehingga dalam naskah APBD tahun 2004 menjadi sejumlah Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD Tahun 2004 pada tanggal 9 Januari 2004 disetujui dan disahkan menjadi Perda

No.1 Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh Terdakwa, yang buku naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang APBD 2004 Pemkab Blitar dibagikan kepada seluruh anggota DPRD termasuk terdakwa.

32

Bahwa pada tanggal

30 Desember 2003 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

meminta dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada Sdr. Drs. Soebiantoro, Msi. dan atas permintaan tersebut , kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Kemudian sdr Krisanto, SE.MM secara lisan memerintahkan SITI

SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk kemudian diserahkan langsung kepada Terdakwa SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya. Kemudian SITI SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) sebanyak Rp.10.000.000,- yang setelah disiapkan Kwitansinya lalu diantar dan diterima oleh terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah SITI SULASTRI melapor kepada KRISANTO,SE.MM tentang

penyampaian uang kepada SAMIRIN DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah KRISANTO,SE.MM untuk bukti pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 30 Januari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan

KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.510.000.000,-. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP

33

tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (Sdr. KRISANTO) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.510.000.000,Bahwa selanjutnya pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada Krisanto untuk mencairkan dana / uang jasa kerja (uang pesangon) yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab. Blitar periode 1999 2004. Atas perintah tersebut KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI untuk menghubungi TITIK WISMIATI memproses pencairan dana sejumlah Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan SekKab Blitar pada rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada : 1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil Rp.200.000.000,2. Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,diambil Rp.200.000.000,3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.200.000.000,4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- diambil Rp.125.000.000,5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil Rp.100.000.000,6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- diambil Rp.100.000.000,7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.100.000.000,-dan

34

8. Biaya

Penyelengaraan

Pemerintahan

sebesar

Rp.580.000.000,-

diambil

Rp.100.000.000,yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar disimpan dulu. Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing-masing nomor 223 S/d 230 tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas Sekretariat Pemkab. Blitar sesuai perintah KRISANTO,SE.MM tersebut diatas. Bahwa pada tanggal 31 Maret 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO meminta uang dana DPRD pada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan tersebut Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO, ,SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Selanjutnya Sdr. Krisanto, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan kepada Krisanto. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh Sdr Krisanto disampaikan kepada Terdakwa SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO diserahkan kepada TITIK WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar sebesar Rp.200.000.000,(dua ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP

35

sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Pemkab Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO minta uang dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Selanjutnya Drs. H. SOEBIANTORO, Msi.

memerintahkan KRISANTO,SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) . Atas perintah tersebut Sdr. Krisanto, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan langsung kepada KRISANTO,SE.MM, untuk selanjutnya uang tersebut oleh KRISANTO,SE.MM disampaikan kepada terdakwa SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO,SE.MM diserahkan kepada TITIK WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk memproses

36

pencairan

uang

dana

DPRD tersebut.

Atas perintah tersebut

kemudian

KRISANTO,SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI

untuk mencairkan dana sebesar Rp. 20.000.000,- yang dititipkan pada Pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui, setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang

dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004. Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO,SE.MM

memerintahkan. SITI SULASTRI mengambil dana yang disimpan oleh Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) sebesar Rp. 1.125.000.000,-, untuk kemudian dikemasnya yang sebesar Rp. 900.000.000,dikemas menjadi 45 amplop masing masing sebesar Rp.20.000.000,- yang

dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan yang Rp. 225.000.000,dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada terdakwa sekaligus menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama H. SAMIRIN DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru.

37

Bahwa selanjutnya siang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI SULASTRI pergi ke pendopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat bersama-sama menuju kerumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar . Dan setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar Drs. H. SOEBIANTORO, Msi disambut oleh terdakwa, kemudian masuk kerumah dinas tersebut yang diikuti oleh. WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu diantara Drs. H. SOEBIANTORO, Msi dan terdakwa H SAMIRIN DARWOTO duduk.

Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh Drs. H. SOEBIANTORO, Msi kepada terdakwa H SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi tersebut diparaf oleh terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh Drs. H. SOEBIANTORO, Msi untuk kemudian diserahkannya kepada WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-sama kembali ke kantor.

Bahwa perbuatan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar yang telah beberapa kali meminta uang kepada Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO, Msi sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar agar disediakan dana untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004, biaya perhitungan APBD tahun 2003 dan uang jasa kerja (uang pesangon) untuk dititipkan pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pem.Kab. Blitar dan pada akhirnya meminta dana tersebut agar dicairkan untuk kemudian diterimanya telah bertentangan dengan :

38

Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 11 tahun 2003 tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 mengatur antara lain : Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb: Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses meminta keterangan kepada Pemerintah Kab Blitar.( ayat 2 huruf c) Hak DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb: Menentukan Anggaran Belanja DPRD sesuai dengan peraturan yang berlaku (ayat 3 huruf b).

* Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, mengatur antara lain :

Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundangundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. ( Pasal 4 );

Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain : Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih (Pasal 49 ayat 5). Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (Pasal 55 ayat 2)

Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI nomor 161 / 3211 / SJ tanggal 29 Desember 2003 Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD mengatur antara lain Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat

39

Daerah dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD. (C.1) Penyusunan, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Penggunaan Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran. Sedangkan untuk Belanja tetap dan Tunjangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kab. Blitar berupa uang representasi, uang paket, tunjangan Jabatan, tunjangan komisi, tunjangan khusus/tunjangan PPH pasal 21, tunjangan Panitia, tunjangan Kesejahteraan / tunjangan kesehatan, uang duka, tunjangan Perbaikan Penghasilan, semuanya telah dianggarkan pada Bidang Administrasi Umum Pemerintahan dalam Perda Kab. Blitar No. 1 tahun 2004 tanggal 9 Januari 2004 tentang APBD tahun Anggaran 2004. Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagaimana tersebut diatas telah menguntungkan terdakwa sendiri sebesar Rp.1.355.000.000.- (satu milyard tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) atau menguntungkan orang lain, sehingga mengakibatkan kerugian keuangan negara sejumlah Rp.1.355.000.000,- (satu milyard tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) atau setidak tidaknya sejumlah sekitar tersebut.

Perbuatan Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut diatur dan diancam pidana dalam pasal 3 Undang Undang No.31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 (1) ke 1 KUHP. LEBIH SUBSIDAIR LAGI : Bahwa Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar periode tahun 1999 2004, pada waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah menerima pemberian atau janji karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, dengan cara sebagai berikut :

40

Bahwa Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO, yang berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No.171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 telah diangkat dan dilantik sebagai Ketua DPRD Kab Blitar periode Tahun 1999-2004. yang karenanya terdakwa sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara setiap bulan telah menerima gaji atau upah, uang rapat , uang kesehatan dan lain-lain dari Keuangan Negara atau Daerah melalui Sekretariat DPRD Kab. Blitar.

Bahwa pada bulan Nopember 2003 sebelum penyusunan RAPBD tahun 2004 saat ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh Terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar dan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekda Kab merangkap Ketua Tim Anggaran Kab Blitar Terdakwa telah meminta dana kepada Drs. H.SOEBIANTORO, Msi (Sekda Kab Blitar) untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004 dan biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 serta uang jasa kerja atau pesangon untuk DPRD Kab Blitar periode 1999 - 2004 yang akan berakhir masa baktinya.pada bulan Agustus 2004 . atas permintaan terdakwa tersebut maka Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar menyetujuinya.

Bahwa atas permintaan terdakwa tersebut kemudian Drs. H.SOEBIANTORO, Msi selaku Sekda Kab. Blitar merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab Blitar memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM merangkap sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar menitipkan dana untuk anggota DPRD Kab. Blitar Kabag Keuangan Kab Blitar yang

seluruhnya sebesar + Rp.730.000.000,- (tujuh ratus tiga puluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar, yang dialokasikan untuk DPRD Kab Blitar dan uang jasa kerja (uang pesangon) bagi anggota DPRD Kab Blitar dalam RAPBD 2004. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO SE MM menitipkan dana sebesar +

Rp.710.000.000,- (tujuh ratus sepuluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan

41

Sekretariat Pemkab Blitar pada 8 (delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk DPRD Kab. Blitar dan uang jasa kerja (uang pesangon) bagi anggota DPRD serta menitipkan dana sebesar + Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) pada pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. dalam RAPBD 2004 sehingga pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar seluruhnya menjadi senilai Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa pada biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi Rp.190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta rupiah). Bahwa selanjutnya antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9 Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh Panitia Anggaran dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk menjadi Perda, disaat terdakwa bertemu dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar, terdakwa meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon) untuk DPRD Kab Blitar sebesar Rp.625.000.000,(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) kepada Drs.

H.SOEBIANTORO, Msi sehingga uang jasa kerja (pesangon) seluruhnya menjadi sebesar Rp.1.125.000.000,-. Atas permintaan tersebut Drs. H.SOEBIANTORO, Msi menyetujuinya. Kemudian Drs. H.SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan PemKab Blitar yang merangkap sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar menambahkan uang jasa kerja (uang pesangon) untuk anggota DPRD yang semula dalam RAPBD 2004 pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar disediakan sebesar Rp.500.000.000,ditambah Rp.625.000.000,- sehingga dalam APBD tahun 2004 menjadi sebesar Rp.1.125.000.000,- dengan demikian jumlah nilai Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar yang dalam RAPBD sejumlah Rp.6.053.250.000,(enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dalam naskah APBD tahun

42

2004 menjadi sejumlah Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD Kab Blitar Tahun 2004 tersebut pada tanggal 9 Januari 2004 disetujui dan disahkan menjadi Perda No.1 Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh terdakwa, yang buku naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang APBD 2004 Pemkab Blitar tersebut dibagikan kepada seluruh anggota DPRD Kab Blitar termasuk terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar. Dalam buku naskah APBD tahun 2004 pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar dalam 8 item/kegiatan bertambah Rp.625.000.000,- dari RAPBD tahun 2004. Atas bertambahnya dana tersebut, seharusnya terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar menolak pengesahan RAPBD tahun 2004 Pemkab Blitar yang didalamnya memuat titipan atau pembengkakan anggaran pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan dan pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Kab. Blitar, namun terdakwa tidak mengambil reaksi sama sekali. - Terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar yang mempunyai kewenangan untuk menolak atau memangkas anggaran yang telah dibengkakkan dalam pos Pembinaan dan pemrosesan keuangan Sekretariat Kab Blitar pada saat sebelum RAPBD disahkan menjadi Perda No.1 tahun 2004 tentang APBD Pemkab Blitar namun hal tersebut tidak dilakukannya. Padahal disamping terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab Blitar mengetahui bahwa anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada legislatif (DPRD), berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan, juga menurut Peraturan Daerah Kab Blitar No.11 tahun 2003 tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 ayat (1) DPRD selaku Badan

43

Legislatif Daerah mempunyai kewenangan, hak dan kewajiban dibidang pengelolaan Keuangan Daerah. ayat (2) huruf c Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses

meminta keterangan kepada Pemerintah Kab Blitar. Disamping itu Terdakwa tidak melaksanakan kewajibannya yang menurut Undang Undang No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD Pasal 81 sub e dan sub g Terdakwa selaku Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten mempunyai kewajiban antara lain : memperbaiki upaya peningkatan kesejahteraan rakyat didaerah dan mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan dan hal tersebut tidak dilakukannya.

Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO meminta uang dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. dan atas permintaan tersebut, kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan SITI

SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Kab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk diserahkan langsung kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya. Kemudian SITI SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar TITIK WISMIATI sebanyak Rp.10.000.000,- yang setelah disiapkan Kwitansinya lalu diantar dan diterima oleh terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah itu SITI SULASTRI melapor kepada KRISANTO, SE.MM tentang penyampaian uang kepada H.SAMIRIN DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah KRISANTO, SE.MM untuk bukti pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas

44

yang keluar, pada tanggal 30 Januari 2004 memerintahkan KRISANTO, SE.MM

.Drs. H. SOEBIANTORO,Msi

untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Atas Keuangan tersebut Sekretariat kemudian Pemkab Blitar sebesar SE.MM

Rp.510.000.000,-.

perintah

KRISANTO,

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab

Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Kab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Kab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah).

Bahwa pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs.H SOEBIANTORO,Msi memerintahkan kepada. KRISANTO, SE.MM untuk mencairkan dana / uang jasa kerja atau pesangon yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab Blitar periode 1999-2004. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI untuk menghubungi TITIK WISMIATI memproses pencairan dana sejumlah

Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan SekKab Blitar pada rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada : 1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil Rp.200.000.000,2. Biaya Proses Penyusunan perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,diambil Rp.200.000.000,-.

45

3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.200.000.000,4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,diambil

Rp.125.000.000,5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil Rp.100.000.000,6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,diambil

Rp.100.000.000,7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.100.000.000,8. Biaya Penyelenggraaan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,diambil

Rp.100.000.000,yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar disimpan dulu. Selanjutnya pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing masing nomor 223 S/d 230 tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sesuai perintah KRISANTO, SE.MM tersebut diatas.

Bahwa kemudian pada tanggal 31 Maret 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO meminta uang dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat PemKab Blitar kepada Drs.H SOEBIANTORO, Msi . Atas permintaan tersebut, kemudian Drs.H. SOEBIANTORO,Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

46

penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap, kemudian oleh TITIK WISMIATI diserahkan kepada KRISANTO, SE.MM. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada TITIK. WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses

pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan

dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK

PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,-.

nomor :

Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO minta uang dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat PemKab Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan tersebut, Drs. H. SOEBIANTORO, Msi.

memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Atas perintah tersebut KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk

47

mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan

langsung kepada KRISANTO, SE.MM untuk selanjutnya uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada

TITIK WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 . Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD tersebut. Dan atas perintah tersebut, kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk mencairkan dana sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) yang dititipkan pada pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui, setelah itu kemudian disampaikan kepada

Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004. Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI mengambil dana sebesar Rp. 1.125.000.000,- yang disimpan oleh Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI), untuk kemudian dikemasnya yang Rp.900.000.000,- menjadi 45 amplop masing masing

48

sebesar Rp.20.000.000,- yang dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan yang Rp.225.000.000,- dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada terdakwa sekaligus menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru. Bahwa selanjutnya disiang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB. Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI SULASTRI pergi kependopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat bersama sama menuju kerumah dinas ketua DPRD Kab Blitar . Dan setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar.Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. disambut oleh terdakwa lalu masuk kerumah dinas tersebut yang diikuti oleh WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu diantara Drs.

H.SOEBIANTORO, Msi. dan H SAMIRIN DARWOTO duduk. Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh.Drs. H. SOEBIANTORO, Msi kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi tersebut diparaf oleh terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh Drs. H.SOEBIANTORO, Msi. untuk kemudian diserahkannya kepada. WISNUGROHO selanjutnya mereka bersamasama kembali ke kantor. Bahwa Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO telah menerima uang dari Sekretariat Pemkab. Blitar masing masing tanggal 30 Desember 2003 sebesar Rp.10.000.000,-, tanggal 31 Maret 2004 sebesar Rp.200.000.000,- tanggal 24 Juni 2004 sebesar Rp.20.000.000,- dan tanggal 25 Agustus 2004 sebesar Rp.1.125.000.000.,- seluruhnya

49

sejumlah Rp.1.355.000.000,-

tersebut karena terdakwa telah menyetujui dan

mengesahkan RAPBD Kab. Blitar 2004 menjadi Perda No. 1 tahun 2004 tanggal 9 Januari 2004 tentang APBD Kab. Blitar tahun 2004, yang pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Kab. Blitar terdapat tambahan atau titipan dana untuk DPRD Kab. Blitar seluruhnya sejumlah sekitar Rp. 1.355.000.000,-. dan perbuatan terdakwa tersebut bertentangan dengan : * Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah : Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. * Peraturan Daerah Kab Blitar No.11 tahun 2003 tentang pokok pokok pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 : DPRD selaku Badan Legislatif Daerah mempunyai kewenangan, hak dan kewajiban dibidang penglolaan Keuangan Daerah (ayat 1) Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses meminta keterangan kepada pemerintah Kab Blitar. * Undang Undang No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD Pasal 81 sub e dan sub g yang menyatakan bahwa Ketua dan Anggota DPRD mempunyai kewajiban memperbaiki upaya peningkatan kesejahteraan rakyat didaerah dan mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan . Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut pasal 5 (2) yo pasal 5 (1) huruf b Undang Undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

LEBIH-LEBIH SUBSIDAIR LAGI :

50

Bahwa Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO Selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar periode tahun 1999 2004 pada waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya, dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut : Bahwa Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO, yang berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Timur No.171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 telah diangkat dan dilantik sebagai Ketua DPRD Kab Blitar periode Tahun 1999-2004. yang karenanya Terdakwa Sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah menerima gaji atau upah dari Keuangan Negara atau Daerah yaitu Terdakwa setiap bulannya menerima gaji berupa uang representasi, uang paket, tunjangan jabatan, tunjangan komisi, tunjangan kesehatan dan lain-lain dari Sekretariat DPRD Kab. Blitar. Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 KRISANTO,SE.MM secara lisan

memerintahkan SITI SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Kab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk kemudian diserahkan langsung kepada Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya. Kemudian SITI SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) sebanyak Rp.10.000.000,- yang setelah disiapkan Kwitansinya lalu diantar dan diterima serta ditanda tangani oleh terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah SITI SULASTRI melapor kepada KRISANTO,SE.MM tentang penyampaian uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah KRISANTO, SE.MM untuk bukti pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 30 Januari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO,SE.MM

51

untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos biaya Pembinaan dan Pemrosesan Atas Keuangan Sekretariat PemKab Blitar sebesar

Rp.510.000.000,-.

perintah

tersebut

kemudian

KRISANTO,SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Kab Blitar untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Kab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah).

Bahwa pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs.H. SOEBIANTORO,Msi memerintahkan kepada KRISANTO,SE.MM untuk mencairkan dana / uang jasa kerja atau pesangon yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab Blitar periode 1999-2004. Atas perintah tersebut KRISANTO,SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI untuk menghubungi TITIK WISMIATI memproses pencairan dana sejumlah

Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan SekKab Blitar pada rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada : 1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil Rp.200.000.000,2. Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,diambil Rp.200.000.000,3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.200.000.000,-

52

4. Biaya

Proses Penyusunan

LPJ

Bupati sebesar

Rp.625.000.000,-

diambil

Rp.125.000.000,5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil Rp.100.000.000,6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,diambil

Rp.100.000.000,7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil Rp.100.000.000,8. Biaya Penyelengaraan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,diambil

Rp.100.000.000,yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar disimpan dulu. Selanjutnya pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing masing nomor 223 S/d 230 tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Kab. Blitar sesuai perintah KRISANTO,SE.MM tersebut diatas.

Bahwa pada tanggal 31 Maret 2004 KRISANTO,SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap, kemudian oleh TITIK WISMIATI diserahkan kepada

KRISANTO,SE.MM untuk kemudian diserahkan kepada Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang yang telah ditanda tangani terdakwa tersebut oleh KRISANTO,SE.MM diserahkan kepada TITIK. WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos biaya Pembinaan dan Pemrosesan

53

Keuangan Sekretariat PemKab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM memerintahkan dan

dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Kab Blitar (. KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,

Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 KRISANTO,SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh. TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan langsung kepada KRISANTO,SE.MM, untuk selanjutnya uang tersebut oleh KRISANTO,SE.MM disampaikan kepada Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO di rumah Dinas Ketua DPRD Kab. Blitar, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO,SE.MM diserahkan kepada TITIK WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan

KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos Belanja barang dan jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih Sekretariat PemKab Blitar sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Atas

54

perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004. Bahwa pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO,SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI mengambil dana sebesar Rp. 1.125.000.000,- yang disimpan oleh Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI), untuk kemudian yang Rp.900.000.000,- dikemasnya menjadi 45 amplop masing masing sebesar Rp.20.000.000,- yang dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan yang Rp.225.000.000,- dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada DPRD Kab Blitar sekaligus menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru. Selanjutnya disiang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB Drs.H. SOEBIANTORO,Msi memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI SULASTRI pergi kependopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat bersama sama menuju kerumah dinas ketua DPRD Kab Blitar. Dan setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab

55

Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar Drs.H.SOEBIANTORO,Msi disambut oleh terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO , kemudian masuk kerumah dinas tersebut yang diikuti oleh WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu diantara Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. terdakwa. H SAMIRIN DARWOTO duduk.. - Setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh Drs.H. SOEBIANTORO,Msi kepadaTerdakwa H. SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi tersebut diparaf oleh Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. untuk kemudian diserahkannya kepada WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-sama kembali ke kantor. Bahwa Terdakwa yang telah menerima uang dari Sekda Kab.Blitar masing masing tanggal 30 Desember 2003 sebesar Rp.10.000.000,-, tanggal 31 Maret 2004 sebesar Rp.200.000.000,- tanggal 24 Juni 2004 sebesar Rp.20.000.000,- dan tanggal 25 Agustus 2004 sebesar Rp.1.125.000.000.,- seluruhnya sejumlah Rp.1.355.000.000,- tersebut karena terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar berdasar Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999, yang mempunyai kewenangan, hak dan kewajiban dibidang pengelolaan Keuangan daerah dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses meminta keterangan kepada pemerintah (pasal 13 ayat (1) dan (2) Perda Kab. Blitar No. 11 tahun 2003). Perbuatan tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut pasal 11 Undang Undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Menimbang, bahwa atas surat dakwaan Penuntut Umum tersebut Penasihat hukum Terdakwa telah mengajukan keberatan/eksepsi pada tanggal 16 Agustus 2006 dan atas dan

56

keberatan/eksepsinya tersebut Penuntut Umum telah pula menyampaikan pendapatnya pada tanggal 24 Agustus 2006 sebagaimana termuat dalam Berita Acara persidangan perkara ini ; Menimbang, bahwa sehubungan dengan keberatan/eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa tersebut maka, Majelis Hakim telah menjatuhkan Putusan Sela pada Persidangan tanggal 31 Agustus 2006, yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Menolak keberatan/eksepsi yang telah diajukan oleh Terdakwa untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Pengadilan Negeri Blitar berwenang untuk mengadili perkara ini; 3. Memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa H. SAMARIN DARWOTO ; 4. Menangguhkan biaya perkara sampai putusan akhir ; Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi yang masing-masing memberikan ketarangan di bawah sumpah di persidangan, yaitu sebagai berikut : 1. Drs. Imam Muhadi, MBA. MM., pada pokoknya menerangkan : - Bahwa saksi kenal dengan terdakwa sejak terdakwa menjabat Ketua DPRD Kabupaten Blitar periode tahun 1999 sampai tahun 2004 ; - Bahwa saksi mengetahui adanya dana anggaran sebesar Rp. 1,125 milyar yang digunakan oleh terdakwa dari media massa dan saksi tidak tahu mengenai apabila terdakwa korupsi uang Rp. 1,125 Milyar ; - Bahwa RAPBD untuk menjadi APBD digodog oleh Tim Anggaran dari Eksekutif setelah diajukan dan disetujui oleh Panitia Anggaran (Panggar) DPRD dan sebagai Ketua Tim anggaran adalah SEKDA (sekretaris Daerah) dan APBD tahun 2004 pada akhir 2003 sudah selesai ; - Bahwa kira-kira antara bulan Juli, Agustus, September 2004 yaitu setelah APBN setelah disusun ketika saksi masih menjadi Bupati Blitar tepatnya menjelang Purnabakti waktu pertemuan di Pendopo ada omongan sentilan (guyon parikeno) iki opo gak ono pesangon untuk dewan purnabakti?, namun apakah yang ngomong

57

tersebut Arif Fuadi atau Gianto dan apakah terdakwa ada atau tidak waktu itu saksi lupa : - Bahwa pada tahun 2004 terdakwa sebagai ketua DPRD pernah nyentil mengenai uang pesangon, tetapi saksi jawab kalau itu memang sesuai aturan mengapa tidak; - Bahwa atas sentilan tersebut saksi tidak menanggapi dan tidak pernah memerintahkan untuk mengeluarkan dana pesangon Dewan termasuk untuk dana pos kebersihan DPRD dan SEKDA juga tidak pernah mengeluarkan uang pesangon tersebut karena SEKDA tidak ada laporan secara rinci (detail) mengenai uang pesangon sebesar Rp. 1,125 Milyar tersebut dan SEKDA laporannya secara menyeluruh (umum); - Bahwa kewenangan saksi sebagai Bupati terhadap SPMG otoritasnya ada batasnya yang diatur dalam P.P. nomor 105 Tahun 2000 dan pengelolaan dana otoritas kewenangannya ada di Sekda ; - Bahwa aturan mengenai uang pesangon saksi tidak tahu, namun tidak tertuang dalam PERDA ; - Bahwa anggaran eksekutif tidak boleh diberikan atau diambil untuk kepentingan legislatif dan juga tidak boleh dipergunakan oleh Dewan untuk kepentingan pribadi ; - Bahwa saksi tidak pernah tahu atau dengar kalau ketua DPRD mendapatkan tambahan melalui pos kebersihan ; - Bahwa Ketua DPRD menerima uang Rp. 200,000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari anggaran eksekutif itu tidak benar dan tidak tahu karena yang membuat SPMG adalah Krisanto dan diketahui Sekda ; - bahwa saksi tidak tahu mengenai dana Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang diterima terdakwa ; - Bahwa saksi tidak mengetahui bukti kuitansi dan saksi melihat pada waktu di penyidik : - Bahwa saksi paham dengan tanda tangan terdakwa dan tanda tangan yang ada dalam bukti kuitansi-kuitansi tersebut tanda tangan terdakwa namun mengenai kebenaran atau aslinya atau palsu saksi tidak tahu ;

58

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan ada yang benar dan ada yang salah dan akan dituangkan dalam kesimpulan ; 2. Drs. Hasan Al Habsyi, pada pokoknya menerangkan : - Bahwa saksi sebagai Asisten II bagian Administrasi dan Umum yang bertugas untuk mengkoordinasikan keuangan dan perlengkapan; - Bahwa prosedur pencairan dana adalah harus sesuai dengan APBD dan dari Kabag Keuangan mengajukan dana dengan nota yang telah ditandatangani kemudian

diajukan SEKDA yang setelah disetujui kemudian dibuatkan SPP oleh Bendaharawan Rutin lalu diajukan kepada saksi untuk diparaf dan kemudian dikembalikan lagi ke Kabag Keuangan untuk dibuatkan SPMG (surat perintah membayar giro) dan SKO (Surat Keputusan otoritas), setelah itu diserahkan ke bendahara rutin untuk pencairan dana dan setelah cair diserahkan kepada pos-pos yange membutuhkan, sehingga tanggung jawab saksi hanya sebatas mengetahui dan memaraf SPP dan tanpa SPMJ dana tersebut tidak dapat keluar ; - Bahwa menuruit aturan yang ada setiap dana yang keluar harsus ada SPMG dan SKO setelah didisposisi dan diketahui SEKDA ; - Bahwa yang menyimpan maupun yang mengeluarkan serta mencairkan dana tersebut adalah bendahara dan atas dana-dana yang tercantum dalam kuitansi sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupaih) maupun kuitansi-kutansi lainnya saksi tidak tahu diserahkan kepada siapa karena yang menyerahkan bendahara serta kegunaannya untuk apa saksi lupa dan tugas bendahara adalah mengambil/ mencairkan, menyimpan dan mengeluarkan dana anggaran ; - Bahwa Bahwa Tim Anggaran terdiri Ketua Tim Sekda, Sekretaris I & II Kabag Keuangan dan Sekretarsis Bapeda, Wakil Ketua I, II, III adalah Kepala Bapeda, Asisten I dan asisten II ; - Bahwa menurut Peraturan Pemerintah nomor 105 Tahun 2000 dana eksekutif tidak bisa digunakan legislatif karena anggaran di eksekutif sudah ada posnya masing-

59

masing dan di legislatif sudah ada anggarannya sendiri, namun dalam praktek bisa karena ada musyawarah antara Bupati dengan legislatif ; - Bahwa saksi tidak tahu Ketua DPRD menerima uang dari eksekutif dan tidak

mengetahui dana yang diserahkan kepada anggota dewan dan baru tahu setelah diberitahu olek Kasubag Anggaran setelah diperiksa di Kejaksaan : - Bahwa dana dalam APBD tahun 2004 sebesar Rp. 1,125 Milyar sudah cair namun tidak tahu pencairannya maupun diserahkan kepada siapa ; - Bahwa setiap pengeluaran dana/pencairan anggaran di Sekreteriat Pemkab, sekda pasti tahu ; - Bahwa saksi tidak tahu kalau kuitansi tersebut palsu dan kuitansi berupa fotocopi kuitansi tersebut saksi tidak pernah tahu aslinya karena aslinya yang menyimpan bendahara Lastri ; - Bahwa saksi tidak tahu pada tahun 2004 pada eksekutif dan legislatif mempunyai anggaran Rp. 1,125 Milyar ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu karena bukan kewenangan terdakwa ; 3. L. Nina Dwi Rahayu, S.E. Binti Toni Suprapto, pada pokoknya menerangkan : Bahwa sejak tahun 2003 sampai sekarang saksi menjabat sebagai Kasi Pengeluaran pada Kasda Pemkab Blitar yang tugasnya membayar gaji, penyetoran dan penerimaan Pajak negara, mengeluarkan uang berdasarkan SKO; Bahwa pada tahun 2004 saksi pernah mengeluarkan anggaran sebesar

1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) atau Rp. 1,125 Milyar rupiah berdasarkan SPMG pada tanggal 18 Februari 2004, yaitu : No. 223 sebesar Rp. 200.000.000,00 No. 224 sebesar Rp. 200.000.000,00 No. 225 sebesar Rp. 200.000.000,00 No. 226 sebesar Rp. 125.000.000,00 No. 227 sebesar Rp. 100.000.000,00

60

No. 228 sebesar Rp. 100.000.000,00 No. 229 sebesar Rp. 100.000.000,00 No. 230 sebesar Rp. 100.000.000,00

yang prosesnya setelah ada SPMG dari bagian keuangan lalu saksi teliti kebenarannya baik angka maupun huruf dal;am SPMG dan setelah cocok dimaksukkan dalam rekening Pemda kemudian diterbitkan Giro yang setelah giro ditandatangani atasan baru saksi kirim ke Bank Jatim, dan SPMG dari nomor 223 sampai 230 sudah SPP serta SKO telah sesuai prosedur dan yang mengambil dana tersebut bendahara namun diberikan kepada siapa saksi tidak tahu ; Bahwa dana dalam SPMG di atas tidak masuk dana kebersihan dan keluar atas perintah dari Sekretariatan yang merupakan dana eksekutif Bahwa fotocopi SPMG No. 08 tahun 2004 dana keluar sebesar Rp. 500.000.000,00 saksi tidak tahu karena tidak melihat aslinya ; Bahwa dana dalam SMPG No. 1387 sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan SPMG No. 699 sebesar rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sudah keluar dan yang menerima adalah bendahara Sekretariat dan setelah itu saksi tidak mengecek dana tersebut ; bahwa yang menyimpan uang di Kasda adalah bagian penerimaan ; Bahwa saksi tahu terdakwa sebagai mantan Ketua DPRD ; Bahwa pada waktu di Kejaksaan saksi dimintai keterangan mengenai

penyalahgunaan anggaran di Pemkab Blitar, namun siapa yang diduga saksi tidak tahu; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ; 4. Herman Yosep LA., pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi sejak tahun 2000 sampai sekarang bekerja di rumah dinas Ketua DPRD di bagian kebersihan bersama 1 (satu) orang teman lainnya ;

61

Bahwa saksi tahu terdakwa menjabat sebagai Ketua Dewan, namun terdakwa tidak tinggal di situ dan hanya waktu istirahat antara jam 2 sampai jam 5 siang ada di rumah dinas dan terdakwa jarang datang di rumah dinas ;

Bahwa saksi tidak pernah melihat terdakwa menerima tamu di rumah dinas ; Bahwa saksi kalau istirahat mulai jam 12 sampai jam 1 siang di kamar belakang; Bahwa saksi tidak pernah melihat/tahu tamu membawa tas kresek dan ada mobil tamu di parkir di depan rumah dinas tersebut; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa telah membenarkannya

; 5. Wisnoegroho Herdi Prabowo Bin Sukadi, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi sebagai Kasubag Anggaran di Sekretariat yang tugasnya menyiapkan nota keuangan dan poetunjuk teknis penyusunan APBD ; Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi ditelpon oleh stafnya Sekda waktu itu Soebiantoro untuk menghadap pak Sekda dan setelah menghadap Sekda menanyakan Kris (Krissanto Kabag Keuangan) yang tidak ada di tempat dan Sekda juga menanyakan apakah saksi tidak disuruh menyiapkan uang, yang oleh saksi dijawab tidak, lalu saksi menanyakan ke stafnya bernama Sulastri dan ternyata Sulastri sudah menyiapkan uang yang dimaksud Sekda atas perintah Krisanto kemudian saksi kembali menghadap Sekda untuk memberitahukan kalau uangnya sudah disiapkan oleh Sulastri selanjutnya saksi bersaama Sulastri diajak Sekda mengantar uang dengan dibungkus tas kresek warna hitam tersebut menuju pendopo ; Bahwa pada waktu Sekda menemui Bupati uang yang ada dalam tas kresek warna hitam tersebut tetap di dalam mobil saksi, lalu sekira jam 12.30 WIB saksi dan sulastri diajak pak Sekda ke rumah dinas ketua DPRD (terdakwa) di jalan Merdeka dan saksi naik mobil bersama Sulastri sedangkan Sekda naik mobil dinas dengan sopirnya

62

Bahwa sesampainya di rumah dinas Ketua DPRD lalu Sekda turun dari mobil dan saksi juga turun dari mobil sedangkan Sulastri tetap di dalam mobil kareana sedang hamil tua, kemudian Sekda dan saksi masuk ke dalam rumah dinas tersebut dan ternyata terdakwa sudah di ruang tamu lalu terdakwa mengatakan kekno kono dan oleh saksi uang dalam tas kresek ditaruh dimeja sedangkan map berisi kwitansi saksi serahkan Sekda terus saksi menunggu di luar rumah di dalam mobil dan kira-kira 10 menit atau 15 menit kemudian Sekda keluar hanya membawa map berisikan 2 (dua) kuitansi yang langsung diserahkan kepada saksi dan setelah saksi membuka map dua kuitansi tersebut sudah ditandatangani oleh terdakwa ;

Bahwa pada waktu saksi masuk ke rumah dinas tersebut selain membawa uang dalam kresek juga membawa map warna biru berisi 2 (dua) buah kuitansi tertulis nominal uang dengan angka dan huruf, yang satu tertulis di kuitansi sebesar Rp. 900.000.000,00 dan kuitansi satunya tertulis Rp. 225.000.000,00 yang masingmasing ada materainya enam ribuan dan yang menerimanya tertulis Samirin Darwoto ;

Bahwa setelah dari rumah dinas Ketua DPRD tersebut Sekda dan saksi langsung kembali ke kantor yang ternyata Krisanto sudah ada di kantor dan saksi laporkan kalau uang nya sudah saksi antar, lalu saksi kembali ke ruangan dan tidak lama kemudian Krisanto datang ke ruangan saksi mengatakan kalau kuitansinya sama bapak-e disuruh kembalikan ke terdakwa, namun sebelum saksi mengembalikan kuitansi tersebut oleh saksi Krisanto menyuruh untuk difotocopi, dan setelah

kuitansi tersebut difotocopi oleh Siti Sulastri, lalu kuiatnsi aslinya saksi sendirian antar ke rumah Dinas terdakwa yang diterima oleh terdakwa sendiri, dan yang dimaksud bapak-e menurut saksi adalah Sekda ; Bahwa yang menyimpan kedua fotocopi kuitansi tersebut adalah Titik Wismiati selaku Bendahara ; Bahwa saksi sesampainya di rumah dinas tersebut bertemu dengan terdakwa sendiri dan kata terdakwa bahwa uang ini hutang besuk dikembalikan dan saksi

63

mengembalikan kuitansi tersebut kira-kira jam 12.30 WIB sampai jam 13.00 WIB yang tidak begitu lama dengan waktu mengantar uang dan saksi tidak meminta tanda teriama pengembalian kuitansi tersebut karena tidak ada perintah; Bahwa saksi tidak tahu jumlah uang yang diantar dan saksi tahu dari yang tertulis di kuitansi; Bahwa uang yang sudah disiapkan oleh Sulastri tersebut dibungkus tas kresek warna hitam yang dalamnya terdiri dari satu bungkusan besar didalam tas kresek dan satunya lagi bungkusannya agak kecil yang dibukus tas kresek dan kedua bungkusan kresek tersebut dimasukan jadi satu ke dalam tas kresek lagi, sehingga secara fisik saksi tidak melihat uangnya tersebut ; Bahwa kuitansi tersebut sebelumnya tidak ada tanda tangan Samirin, tetapi setelah pulang saya melihat sudah ada tanda tangannya yang mirip paraf Samirin karena tandatangan Samirin tidak begitu dan saksi tidak tahu pada waktu terdakwa menandatangani kuitansi tersebut ; Bahwa yang mengetik kuitansi tersebut adalah Sulastri karena yang menyiapkan Sulastri dan saksi melihatnya pada waktu akan naik mobil menuju pendopo ; Bahwa Sulastri mendapatkan uang tersebut mengambil dari Bendahara Sekretariat yang setelah diperiksa oleh penyidik saksi baru tahu kalau uang tersebut berasal dari APBD dan dana sebesar RP. 1.125.000.000,- (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) atau Rp. 1.125 Milyar tersebut diambil dari rekening pengelolaan dan pembinaan keuangan ; Bahwa yang menyimpan dana sebesar Rp. 1,125 Milyar yang dikeluarkan sejak bulan Februari dan diberikan pada Samirin pada bulan Agustus tersebut adalah Bendahara ; Bahwa pengajuan pengguna anggaran mengajukan SPP sesuai dengan SKO kemudian kalau sudah sesuai diparaf oleh saksi selaku Kasubag Anggaran kemudian diserahkan ke Kasubag Keuangan yang selanjutnya di proses oleh bendahara dan

64

yang bisa mengeluarkan uang sekretariat adalah Krisanto berdasarkan SKO yang dibuat oleh Sekda serta otoritas SPMG pada Sekda; Bahwa saksi kenal terdakwa sejak sidang DPRD ; Bahwa menurut aturan tidak boleh dana Eksekutif untuk kepentingan legislatif karena masing-masing sudah ada anggarannya sendiri-sendiri ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan semuanya tidak benar dan terdakwa tahu saksi baru sekarang ini ; 6, Siti Sulastri Binti Sukardi, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi sejak tahun 1999 sampai pertengahan bulan februari sebagai staf bagian anggaran dan atasan saksi adalah Wisnugroho ; Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi disuruh oleh Kabag Keuangan Krisanto untuk mengambil uang ke Titik Wismiyati selaku kasir bagian keuangan sebesar Rp. 1,125 Milyar /Rp. 1.125.000.000,00 yang katanya untuk Dewan, lalu saksi dengan dibantu temannya bernama Bambang Sugeng mengambil uang di Titik dan Titik mengeluarkan dan menghitung uang yang kemudian saksi terima dan dimasukan kedalam tasnya Titik Wismiyati yang saksi pinjam ; Bahwa uang tersebut berjumlah Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) dimasukan dalam amplop dinas warna coklat sebanyak 45 amplop yang masingmasing berisi Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sedangkan yang Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) dibungkus sendiri dengan kertas koran dan uang tersebut berupa uang kertas seratusan ribu dan limapuluhan ribu, kemudian saksi dibantu temannya tersebut menghitung kembali jumlah uang tersebut sambil saksi masukan kedalam tas kresek warna hitam, yaitu untuk yang 45 amplop saksi masukan ke dalam tas kresek sedang bendel satunya yang dibungkus kertas koran saya masukan ke dalam tas kresek lainnya, kemudian kedua bungkus uang yang masing-masing dibungkus tas kresek tersebut saksi bungkus menjadi satu ke dalam tas kresek lagi, dan setelah itu saksi melapor ke Krisanto namun Krisanto tidak ada di ruangannya ;

65

Bahwa saksi ditanya oleh Wisnugroho apakah disuruh Krisanto untuk menyiapkan uang dan oleh saksi dijawab ya dan saksi disuruh untuk menyiapkan kuitansi dan saksi membuatkan kuiatnsinya, kemudian saksi diajak oleh Wisnugroho mengantar uang bersama-sama Sekda dimana pak sekda naik mobil bersama sopirnya sedangkan saksi naik mobil bersama Wisnugroho yang sebelumnya menuju ke Pendopo;

bahwa pada waktu di Pendopo yang turun dan masuk hanya Sekda, kemudian terus menuju rumah dinas Ketua DPRD (terdakwa) yang sesampainya di sana Sekda dan Wisnugroho sambil membawa bungkusan uang yang telah disiapkan tadi serta 2 (dua) lembar kuitansi yang ditaruh dalam map yang warnanya saksi lupa turun masuk ke dalam rumah dinas terdakwa, sedangkan saksi menunggu di mobil ;

Bahwa tidak lama kemudian Wisnugroho keluar dari rumah dinas dengan tidak membawa apa-apa terus menunggu Sekda di mobil dengan saksi, kemudian Sekda keluar hanya membawa map yang berisi kuitansi tadi lalu menyerahkan kepada Wisnugroho dan saksi melihat Wisnugroho membuka map tersebut yang berisi kuitansi, yang setelah saksi lihat kuitansinya sudah diparaf oleh Samirin Darwoto kemudian semuanya pulang dan sekira jam 12.45 WIB masih jam kantor sudah sampai di kantor dan Wisnugroho lapor kepada Kristanto :

Bahwa pada waktu di rumah dinas Ketua DPRD tersebut saksi tidak melihat terdakwa serta tidak melihat yang dilakukan oleh Sekda di dalam rumah tersebut, namun sewaktu Wisnugroho ke luar dari rumah dinas tersebut dan sampai di mobil mengatakan kalau Mbah Rin (terdakwa) ada ;

Bahwa isi bungkusan selama dalam perjalanan isinya tetap uang ; Bahwa tidak begitu lama setelah sampai dikantor oleh Krissanto atau Wisnugroho saksi lupa mengatakan kalau disuruh bapak-e untuk mengembalikan kuitansinya kepada Terdakwa, lalu kuitansi tersebut saksi fotocopi untuk diserahkan kepada Titik Wismiati sedangkan kuitansi aslinya dibawa oleh Wisnugroho untuk dikembalikan terdakwa atas eeperintah Bapak-e;

66

Bahwa yang dimaksud bapak-e pada umumnya adalah Sekda, namun menurut pikiran saksi waktu itu adalah Bupati ;

Bahwa bukti fotocopi kuitansi adalah betul kuitansi yang difotocopi ; Bahwa setiap pengeluaran uang ada SPPnya yang dibuat Titik dan setelah saksi teliti lalu diserahkan ke Bendahara untuk diterbitkan SPMG dan dana sebesar Rp. 1.125.000.000,00 / Rp. 1,125 Milyar saksi dengar ada SPPnya dan dana diambil dari pos Sekkab dan belum ada SPMGnya namun bisa keluar karena ada memo yang setelah uang keluar baru dibuatkan dan menurut aturan hal ini tidak boleh ;

Bahwa yang menyuruh saksi membuat kuitansi adalah krisanto dan saksi buat rangkap 3 (tiga) yang semuanya saksi serahkan kepada Wisnugroho untuk diserahkan kepada ;

Bahwa tidak tahu sewaktu terdakwa menandatangani kuitansi tersebut ; Bahwa saksi mengantar uang ke rumah dinas dan mengetahui kalau terdakwa ada di sana karena menurut Krisanto sudah ngebel Samirin Darwoto (terdakwa);

Bahwa pada bulan Desember 2003 saksi pernah disuruh oleh Krisanto untuk mengambil uang sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dari Bu Titik dan menyerahkannya kepada terdakwa dan oleh saksi telah diserahkan kepada terdakwa dan diterima sendiri oleh terdakwa di rumah dinasnya ;

bahwa penyerahan uang Rp. 10.000.000,00 ada buktinya berupa kuitansi dan bukti kuitansi tersebut adalah betul ;

Bahwa surat bukti pengeluaran dana sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) pada tanggal 30 Desember 2003 dan dana sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) saksi tidak tahu dan tulisannya Krissanto jadi yang mengeluarkan Krissanto ;

Bahwa tanda tangan penerima uang dalam kuitansi-kuitansi tersebut adalah tandatangan terdakwa ;

Bahwa terdakwa bukan sebagai pengguna uang anggaran Sekkab ;

67

Bahwa rumah dinas terdakwa menghadap selatan sedang garasinya di sebelah timur dan parkir mobil yang saksi naiki tidak jauh dari pintu ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan bahwa

semuanya tidak benar ; 7. Suparno, pada pokoknya menerangkan : Bahwa Saksi sebagai sopir Sekda Subiantoro ; Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 sewaktu saksi dikantor bawah telah ditelepon oleh Sekprinya Sekda yang bernama Matharis memberitahukan kalau Kalau bapak-e (Sekda) mau pergi, lalu Sekda turun langsung naik mobil dan di dalam mobil Sekda memberitahukan kalau mau ke pendopo dan sewaktu di pendopo Sekda masuk kurang lebih 10 menit sampai 15 menit pergi menuju rumah dinas Ketua DPRD, dan pada waktu di pendopo saksi melihat mobil Wisnugroho ada di halaman pendopo, namun saksi tidak tahu apakah Wisnugroho turun dari mobil atau tidak ; Bahwa sesampainya di rumah dinas Ketua DPRD tahu-tahu mobil Wisnugroho ada dibelakang mobil saksi, setelah mobil di parkir di sebelah barat garasi Sekda Subiyantoro turun dan masuk ke rumah dinas dan sak klebatan (sepintas) saksi melihat yang membukakan pintu Samrin Darwoto (terdakwa) dan waktu itu saksi dari jarak 6 sampai 7 meter dan sangat jelas melihat Wisnugroho juga turun membawa bungkusan tas kresek namun saksi tidak tahu isinya ; Bahwa pada waktu Wisnugroho keluar rumah dinas tersebut duluan dan sudah tidak membawa apa-apa ; Bahwa Sekda Subiyantoro keluar dari rumah dinas tersebut membawa map yang kemudian diberikan kepada Winugroho, lalu sama-sama kembali ke kantor dan pada waktu Sekda Subiyantoro masuk rumah dinas tersebut tidak membawa apa-apa ; Bahwa saksi ingat waktu itu tanggal 25 Agustus 2004 karena Sekda Subiyantoro akan pergi ke Mojokerto; Bahwa saksi tidak tahu mengenai kuitansi ; pada jam dinas dan waktu itu Sekdanya

68

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak benar ; 8. Lilik Poerwanto Bin Slamet, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi bekerja sebagai PNS di Pemkab Blitar di bagian keuangan sebagai pemegang Kas Sekretariat yang bertugas menandatangani SPP gaji, menandatangani SPP yang diajukan masing-masing bagian dan mencairkan SPMG gaji serta dana kesekretariatan ; Bahwa pada tanggal 18 Februari 2004 saksi pernah mencairkan dana sejumlah Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupaih)/ Rp. 1,125 Milyar merupakan mata anggaran Sekda/eksekutif yang bersumber pada APBD untuk keperluan sesuai dengan yang tertulis di SPP, yaitu dari : SPMG Nomor 223 sebesar Rp. 200.000.000,00 SPMG Nomor 224 sebesar Rp. 200.000.000,00 SPMG Nomor 225 sebesar Rp. 200.000.000,00 SPMG Nomor 226 sebesar Rp. 125.000.000,00 SPMG Nomor 227 sebesar Rp. 100.000.000,00 SPMG Nomor 228 sebesar Rp. 100.000.000,00 SPMG Nomor 229 sebesar Rp. 100.000.000,00 SPMG Nomor 230 sebesar Rp. 100.000.000,00

Bahwa proses/prosedur pengajuan dana tersebut pembantu pemegang kas (Titik Wismiati) atas perintah dari Kabag Keuangan (Krisanto) mengajukan SPP kepada saksi dan setelah saksi paraf/tandatangani dikembalikan ke Titik Wismiati untuk diajukan ke Asisten Administrasi dan Umum Hasan Al Habsyi yang setelah diparaf/ditandatangani kemudian turun ke diterbitkan SPMG ; Kasubag Perbendaharaan untuk

Bahwa setelah saksi menerima ekstra SPMG dari Kasubag Perbendaharaan kemudian nominalnya ditulis dicek sesuai dengan yang ada di SPMG lalu dicairkan

69

di Bank Jatim untuk kemudian saksi serahkan kepada kasir Titik Wismiati yang memegang brankas karena saksi sebagai pemegang kas hanya menandatangani SPP dan tidak memegang uang sedangkan yang memegang uang adalah kasir dan pembantu pemegang kas ; Bahwa surat bukti SPP dimaksud tersebut adalah betul; Bahwa saksi tidak tahu kenapa dana sebesar Rp. 1,125 Milyar SPMGnya dipisah menjadi 8 (delapan) dan pada waktu pengajuan belum ada kuitansinya ; Bahwa untuk pencairan SPP harus dilampiri SKO dan nota dinas dari bagian keuangan, sedangkan SKO diterbitakan sekali dalam setahun dan aslinya hanya satu sehingga untuk pengajuan dapat melampirkan fotocopi SKO ; yang menyimpan kuitansi adalah Titik Wismiati ; Bahwa saksi pernah menandatangai SPP untuk SPMG nomor 669 sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), SPMG nomor 08 sebesar RP.

510.000.000,00 (lima ratus sepuluh juta rupiah) dan SPMG nomor 1387 sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan saksi tidak tahu dipakai untuk apa karena tidak ada rinciannya, demikian pula dengan SPMG Nomor 750 sebesar Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) dan SPMG No. 945 sebesar Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupaih) saksi tidak tahu untuk apa karena tidak ada rinciannya dan saksi hanya tahu kegunaannya dari yang tercantum dalam SPMG ; Bahwa dalam SPP tersebut tidak ada tertulis dana untuk Samirin Darwoto ; Bahwa Samirin Darwoto bukan sebagai pengguna anggaran Pemkab : Bahwa saksi tidak tahu dana sebesar Rpo. 1,125 Milyar tersebut diserahkan kepada siapa atau diserahkan kepada terdakwa ; Bahwa dana Pemkab tidak bisa diambil oleh DPRD ; Bahwa sebelum sidang saksi tidak pernah melihat kuitansi yang ditandatangani Samirin dan saksi mengetahui adanya penyalahgunaan anggaran berdasarkan undangan sebagai saksi penyalahgunaan anggaran ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ;

70

9.

Hj. Titik Wismiati Binti Mulyani, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi sejak bulan Januari 2004 bekerja di Sekretariat Pemkab Blitar sebagai Kasir dan Pembantu Pemegang Kas yang bertugas menerima pengajuan dana dari bagian-bagian atau dinas-dinas dan setelah pengajuan saksi teliti lalu saksi buatkan untuk diajukan kepada Pemegang Kas Lilik Poerwanto yang setelah ditandatangani pemegang kas lalu saksi ajukan ke Hasan Al Habsyi, dan selain itu tugas saksi mengisi register SPP, SPMG, memungut dan menyetor pajak dan menegerjakan Buku Kas Umum (BKU), selain itu sebagai kasir saksi juga menyimpan uang dari pengguna sebelum diambil oleh pengguna; Bahwa pada tanggal 5 Februari 2004 saksi pernah membuat SPP dana sebesar Rp. 1,125 Milyar / Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) yang diajukan oleh Kabag Keuangan Krissanto dengan surat berupa nota dinas terlampir dalam SPMG dan memo dengan perintah agar dibuatkan SPP sejumlah Rp. 1,125 milyar dan agar disimpan dulu untuk Dewan ; Bahwa surat bukti berupa memo Krissanto tersebut adalah benar ; Bahwa atas perintah berupa memo dari Krisanto maka dibuat menjadi 8 (delapan) SPP yang setelah ditandatangani pemegang kas lalu diajukan ke Bagian Anggaran untuk diketahui dan diparaf lalu dilengkapi SKO kemudian dibawa ke perbendaharaan untuk dibuatkan SPMG, dan setelah uang tersebut dicairkan oleh Lilik Poerwanto pada bulan februari maka atas memo Krisanto uang tersebut saksi simpan di dalam brankas ; Bahwa uang sebesar Rp. 1,125 Milyar yang disimpan saksi tersebut pada tanggal 25 Agustus 2004 dikeluarkan karena Siti Sulastri mengambil uang tersebut atas perintah Krisanto dan saksi tidak membuat tanda terima penyerahan uang tersebut karena pada hari itu juga sekira jam 13.00 Wib saksi mendapatkan 2 (dua) lembar fotocopy kuitansi dari Siti Sulastri masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) dan Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) yang ditandatangani dan tertera nama Samirin Darwoto sebagai Ketua Dewan ;

71

Bahwa yang menerima dana sebesar Rp. 1,125 Milyar setelah dicairkan adalah Siti Sulastri dan saksi tidak menyerahkannya ke Samirin Darwoto dan saksi juga tidak tahu dana tersebut diserahkan ke Dewan ;

Bahwa saksi tidak pernah mengetik kuitansi dan saksi tidak tahu yang menandatangani dua kuitansi tersebut adalah Samirin Darwoto ;

Bahwa Siti Sulastri mengambil uang dari saksi lalu dibawa ke ruangannya dengan menggunakan kresek hitam ;

Bahwa mengenai kuitansi yang difotocopi atas pertanyaan saksi maka Siti Sulastri mengatakan kalau aslinya diminta kembali atas perintah Krisanto ;

Bahwa dana sebesar Rp. 1,125 Milyar tersebut berasal dari APBD yang diambil dari pos Pembinaan dan pemrosesan keuangan ;

Bahwa kedelapan SPMG tersebut tidak dibuat kuitansi sendiri-sendiri karena tidak semua aitem dibuat kuitansi sendiri-sendiri ;

Bahwa dalam kuitansi senilai Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang menerima adalah Mahfud anggota Dewan, sedangkan kuitansi-kuitansi lainnya masing-masing sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang menerima Samirin Darwoto dan semua yang mengambilnya melalui Krisanto ;

Bahwa pencairan uang sebesar Rp. 500.000.000,00 yang mengambil Krisanto sedangkan yang sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) yang mengambil Bu Lastri ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ;

10. Haris Muktiono, S.Sos., pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi sebagai PNS sejak tanggal 5 Juli 2005 tugas di Kelurahan Bence dan sebelumnya sejak bulan Agustus 2003 tugas di Bagian Administrasi Pemkab Blitar, dan pada waktu di Pemkab tugas saksi adalah mencatat nota dinas, surat-surat masuk dan keluar, mencatat agenda kerja Sekda, menyiapkan bahan rapat, mengkoordinir

72

undangan serta melaksanakan tuga-tugas lain yang diperintahkan Sekda yang waktu itu Sekdanya Subiantoro yang berakhir jabatannya pada akhir September 2004 ; Bahwa saksi tidak pernah mencatat agenda Sekda untuk berpamitan ; Bahwa pada bulan Agustus 2004 saksi lupa apakah Sekda ada menelpone yang ada hubungan dengan perkara ini, namun saksi pernah disuruh memanggilkan Wisnugroho untuk datang menghadap Sekda, kemudian Wisnugroho datang menghadap Sekda selama kira-kira 10 menit dan saksi tidak tahu untuk kepentingan apa Wisnugroho dipanggil sekda ; Bahwa seingat saksi waktu itu Sekda tidak keluar, namun saksi tidak ingat tanggalnya; Bahwa saksi sering disuruh untuk memanggilkan Wisnugroho ; Bahwa saksi tidak pernah tahu tandatangan Ketua Dewan Samirin Darwoto dan saksi tidak tahu tandatangan dalam bukti-bukti kuitansi; Bahwa sepanjang saksi berada dalam ruangan pasti tahu kalau Sekda keluar ; Saksi tidak pernah melihat Sekda pergi dengan Wisnugroho dengan mobil yang berlaianan; Menimbang, bahwa atas keterangan saksie tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ; 11. Kadmiarsih, S. Sos., pada pokoknya menerangkan : Bahwa sejak tanggal 28 Maret 2002 saksi bekerja di bagian Keuangan sebagai Kasubbag Anggaran Pemkab Blitar yang bertugas meneliti SPP sebagai dasar penerbitan SPMG, meneliti penerbitan SKPP,penerbitan SPMG gaji ; Bahwa dasar pembuatan SPP adalah dari permohonan pengguna anggaran, yaitu dari bagian-bagaian dan dinas yang mengajukan SPP ke bagian keuangan yang setelah dilampiri SKO lalu diajukan ke bagian perbendaharaan untuk diterbitkan SPMG, dan setelah SPMG saksi paraf lalu diajukan dan ditandatangani oleh Kabag Keuangan kemudian setelah distempel di bagaian umum dikirim ke bagian Kasda untuk pencairan uang ;

73

Bahwa pada bulan Februari 2004 saksi pernah menerima pengajuan SPP anggaran senilai Rp. 1.125.000.000,00 / Rp. 1,125 milyar yang terdiri dari 8 (delapan) SPP yang dilampiri SKO dengan SPMG sebanyak 8 (delapan) lembar, yaitu SPMG Nomor 223, 224 dan 225 yang masing-masing senilai Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), SPMG Nomor 226 senilai Rp. 125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta rupiah) serta SPMG nomor 227, 228, 229, 230 yang masing-masing senilai Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang peruntukannya sesuai dengan yang tertulis di masing-masing SPP ;

Bahwa anggaran/dana sebesar Rp. 1.125.000.000,00 / Rp. 1,125 Milyar tersebut diambil dari pos Sekretariatan yang sebagai pengguna angaran adalah Sekretariat Pemkab Blitar dan yang mengajukan Kabag Keuangan Krisanto ;

Bahwa saksi tidak mengetahui mengenai pencairan dana tersebut dan yang mengetahui pencairannya adalah Kabag Keuangan (Krisanto), Asisten III dan Sekda ;

Bahwa surat bukti berupa SPMG dan memo yang ditulis tangan tangan adalah benar SMPG tersebut yang mengetik saksi, sedangkan tulisan tangan adalah tulisan Krisanto dan yang menandatangani SPMG juga Krisanto ;

Bahwa saski tidak ingat yang mengetik SPMG nomor 08, 699 dan nomor 1387, namun yang bertugas mengetik/membuat SPMG adalah saksi tidak ada orang lain ;

Bahwa menurut saksi delapan SPMG tidak bisa diambil dari satu pos dan dari beberapa SPP bisa dijadikan satu SPMG karena satu rekening ;

Bahwa saksi tidak pernah mendengar kalau uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 / Rp. 1,125 Milyar diberikan kepada Samirin Darwoto dan saksi mengetahui adanya penyalahgunaan angaran Pemkab Blitar dari undangan sewaktu saksi dipanggil kejaksaan sebagai saksi ;

Bahwa terdakwa bukan sebagai penguna anggaran Sekkab Blitar ; Bahwa saksi tidak mengetahui adanya penyerahan uang sebesar Rp.20.000.000,00 dan Rp. 10.000.000,00 yang diberikan orang Pemkab kepada terdakwa ;

74

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ; 12. Drs. H. Soebiantoro, Msi, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi sebagai Sekda sejak tahun 1999 sampai tahun 2004 yang mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan yang meliputi kegiatan pembinaan masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan ; Bahwa saksi sebagai Ketua Tim Anggaran APBD tahun 2004 yang bertugas membina anggota tim, mengkoordinir dalam pembahasan RAPBD dan RAPBD oleh bupati dikirim ke Dewan untuk dibahas oleh Tim dari eksekutif dan legislatif, kemudian Rancangan dibacakan serta mendengarkan tanggapan dari fraksi-fraksi, lalu secara administrasi berdasarkan konsultasi panggar bersama- dengan tim eksekutif untuk disahkan oleh Bupati dan dikirim ke Gubernur ; Bahwa RAPBD tahun 2004 ada tanggapan dari Panitia Anggaran (Panggar) dan setelah disahkan menjadi APBD dengan PERDA untuk diundangkan Bahwa dalam pembahasan oleh tim anggaran tidak ada dibahas mengenai uang pesangon untuk anggota dewan ; Bahwa terdakwa dua kali dalam waktu berbeda pernah minta tali asih/pesangon yaitu pada awal Desember 2003 dan sebelum tanggal 29 Januari 2004 (sebelum APBD disahkan), yakni sewaktu rapat di pendopo yang dihadari oleh saksi, Bupati, Ketua Dewan, Arif, Gianto dan Made tersebut saksi pernah mendengar terdakwa mengusulkan mengenai pesangon Dewan, namun hal itu tidak ada aturannya dan tidak ada perintah Bupati untuk menindak-lanjuti, sehingga tidak ada kelanjutannya dan saksi tidak tahu kalau Bupati memberi tali asih kepada Dewan ; Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 sekira jam 11.00 WIB saksi dengan diantar sopirnya pergi ke Pendopo menghadap Bupati untuk berpamitan pindah ke Mojokerto dan waktu itu Bupati minta tolong dipanggilkan Krisanto lalu saksi menelpon dan yang menerima Wisnugroho yang mengatakan kalau Krisanto tidak ada dan saksi tidak menyuruh stafnya bernama Haris Muktiono untuk menelpon

75

Wisnugroho, kemudian saksi menanyakan masalah titipan Bupati yang oleh Wisnugroho dikatakan kalau ada titipan sudah ada lalu saksi perintahkan untuk dibawa ke Pendopo dan kira-kira 30 menit kemudian ajudan Bupati melaporkan kalau Wisnugroho sudah datang, lalu Bupati melalui ajudannya menyuruh langsung ke rumah dinas Ketua Dewan ; Bahwa ketika saksi sampai dirumah dinas terdakwa untuk berpamitan ternyata Wisnugroho sudah ada di sana dan 2 (dua) menit kemudian Wisnugroho keluar mendahului saksi dan disana sudah ada map yang warnanya kuning atau biru yang kata terdakwa adalah milik Wisnugroho, lalu map tersebut saksi bawa keluar untuk diserahkan kepada Wisnugroho yang saat itu saksi tidak membuka map tersebut dan pada waktu Wisnugroho menerima map tersebut ternyata didalam mobil Wisnugroho ada Siti Sulastri, kemudian saksi kembali lagi menemui terdakwa untuk berpamitan ; Bahwa pada waktu diruang tamu rumah dinas terdakwa saksi tidak melihat apa-apa kecuali map tersebut dan saksi tidak mengetahui isi map ; Bahwa setelah saksi kembali ke kantor 1 (satu) jam kemudian terdakwa menelpon yang mengatakan, pak Sek itu tadi saya pinjam ke pak Bupati masa pakai kuitansi kemudian saksi menghubungi Wisnugroho untuk mengembalikan kuitansi kepada terdakwa, namun saksi tidak mengetahui yang dipinjam tersebut dan selanjutnya saksi tidak mengecek masalah itu kepada Krisanto ; Bahwa dalam anggaran belanja pada pos sekretariatan belum ada perubahan karena PAK belum proses dan dapat terjadi perubahan karena adanya pendapatan yang berlebihan dan mungkin ada yang belum terbayarkan pada tahun anggaran tahun lalu, sedangkan dalam APBD tahun 2004 ada perubahan dari Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) menjadi Rp. 7.160.000.000,00 (tujuh milyar seratus enam puluh juta rupiah)/Rp.1,16 Milyar seingat saksi tidak ada pembahasan dan pada pembahasan berikutnya tidak ada masalah ;

76

Bahwa mengenai masalah keuangan secara umum yang bertanggung jawab adalah bupati dan sebagai pelaksana harian yang bertanggung jawab Kabag Keuangan Krisanto, namun berdasarkan P.P. Nomor 29 Tahun 2002 yang bertanggung jawab masalah keuangan adalah pengguna anggaran ;

Bahwa dalam pencairan uang saksi menandatangani SKO sebagai kelengkapan pencairan anggaran Pemda yang dibebankan kepada APBD ;

Bahwa untuk pencairan keuangan maka harus ada nota dinas SPP yang sesuai dengan perincian/penggunaannya lalu dilampiri SKO yang saksi tandatangani, kemudian dibuatkan SPMG dan dikirimkan ke Kasda untuk dicairkan, namun saksi tidak mengetahui SKO anggarannya cair karena yang mengetahui bagian keuangan ;

Bahwa setiap anggaran yang dibuatkan SKO pasti anggarannya keluar, namun kalau tidak keluar maka anggarannya kembali ke Kasda, sedangkan SKO atas beban tetap maka dalam SPP sudah ada rinciannya dan setelah dirinci betul diterbitkan SPM baru uangnya dapat keluar;

Bahwa bukti SKO adalah benar yang ditandatangani saksi ; Bahwa saksi sering menerima surat dari terdakwa dan tandatangan dalam bukti kuitansi sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) menurut coraknya adalah tandatangan terdakwa ;

Bahwa saksi kenal Mahfud sebagai Wakil Panitia Anggaran Dewan, namun saksi tidak tahu tandatangannya ;

Bahwa saksi tidak mengetahui mengenai penyerahan uang sebesar Rp. 1,125 milyar kepada terdakwa dan saksi mengetahuinya pada waktu pemeriksaan sebagai saksi demikian pula mengenai adanya penyalahgunaan anggaran yang saksi ketahui pada saat pemeriksaan ;

Bahwa saksi tidak mengetahui terdakwa menerima uang sebesar Rp. Bahwa terdakwa bukan Panitia Anggaran ;

dan Rp ;

77

Bahwa terdakwa bukan pengguna anggaran dan terdakwa tidak dapat mengambil uang Sekretariat Kabupaten ;

Bahwa dana eksekutif sebesar Rp. 1,125 milyar sesuai dengan SPP tanggal 17 februari 2004 tidak diperuntukan untuk Dewan ;

Bahwa saksi tidak mengetahui SPMG sebesar sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan SPMG nomor 1387 sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) diterima oleh terdakwa ;

Bahwa mengenai bukti kuitansi seebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratsus juta rupiah) dan Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) saksi tidak mengetahui ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan bahwa

terdakwa tidak pernah bilang maupun goyonan mengenai pesangon, tidak pernah bertemu dengan saksi baik di Pendopo maupun di rumah dinas ; 13. Drs. Gunawan, pada pokoknya menerangkan : Bahwa pada tahun 2001 sampai 2004 saksi sebagai Sekretaris Dewan di sekretariat DPRD Kabupaten Blitar yang bertugas menyiapkan tugas Pimpinan Dewan , membantu tugas-tugas kedewanan, menyiapkan anggaran Dewan dan sebagai penghubung antara eksekutif dan legislatif, dan sekarang ini saklsi sudah pensiun ; Bahwa anggota Dewan seluruhnya berjumlah 45 orang termasuk ketuanya Samirin Darwoto dan tiga orang wakilnya, yaitu Arif fuadi, Made dan Gianto ; Proses pengajuan anggaran untuk sekretariat Dewan diajukan oleh sekretariat Dewan bersama Pantia Angggaran Dewan menyusun rencana kegiatan, setelah Panggar dan Sekretaris Dewan setuju lalu dibahas bersama dengan Tim Anggaran dari Pemkab dan setelah disepakati dimasukkan dalam APBD, namun saksi tidak pernah tahu proses penyusunan anggaran tahun 2004 ; Bahwa yang terlibat dalam penyusunan anggaran adalah Tim Anggaran Eksekutif dan Panitia Anggaran dari Legislatif ;

78

Bahwa anggaran Pemkab tidak bisa diambil oleh Sekretariat Dewan karena sudah ada anggaran sendiri juga tidak dapat ditambah anggarannya dari eksekutif (Pemkab) ;

Bahwa dana untuk pesangon tidak ada pos anggarannya, namun saksi pada awal tahun 2004 pernah mendengar dari Anggota Dewan bernama Abdul rohim kalau anggota dewan akan mendapatkan pesangon untuk masa akhir bhakti DPRD dari Bupati dan saksi tidak tahu besarnya maupun realisasi dari pesangon tersebut ;

Bahwa saksi tidak tahu penerimaan uang pesangon kepada anggota dewan dan tidak pernah mendengar anggota dewan mengembalikan uang pesangon ;

Bahwa semua anggota dewan diasuransikan yang diambil dari tunjangan kesejahteraan ;

Bahwa bahwa tandatangan yang ada dalam bukti-bukti kuitansi tersebut sepertinya tanda tangan Samirin Darwoto, namun saksi tidak dapat memastikan kebenarannya

Bahwa anggota Dewan tidak dapat mengambil uang anggaran sekretariat kabupaten, dan menurut aturan anggaran Pemkab tidak boleh diterima Samirin Darwoto;

Saksi tidak tahu dan tidak pernah mendengar Samirin Darwoto menerima uang sebesar Rp. 1,125 milyar, Rp. 10.000.000,00 . Rp. 20.000.000,00 maupun Rp. 200.000.000,00 ;

Bahwa saksi mengetahui adanya penyalahgunaan uang panggilan penyidik untuk menjadi saksi ;

anggaran

berdasarkan

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan sebagian benar dan sebagian tidak benar ; 14. Drs. Karyono, pada pokoknya menerangkan : Bahwa pada tahun 1999 sampai tahun 2004 saksi sebagai anggota DPRD kabupaten Blitar sampai tahun 2004 duduk di Komisi C yang membidangi keuangan dan sejak juli sampai Agustus 2004 di Komisi E yang membidangi kesejahteraan ; Bahwa seluruh anggota DPRD termasuk ketua dan wakil berjumlah 45 orang ;

79

Bahwa pada akhir masa bhakti semua anggota DPRD mendapat pesangon masingmasing sebesar Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) juga termasuk asuransi ;

Bahwa pada tanggal 26 Agustus 2004 saksi mendapat telepone dari anggota dewan bernama Wijanarko yang memberitahukan mendapat uang pesangon dan saksi disuruh datang untuk mengambil uang pesangon di rumahnya Kustanto yang katanya tali asih dari Bupati sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan besoknya tanggal 27 agustus 2004 saksi kerumah Kustanto untuk menanyakan taliasih tersebut namun Kustanto tidak ada di rumah, lalu saksi menelpon Kustanto yang dijawab bahwa Kustanto tidak membawa bagian saksi dan besoknya sewaktu saksi ketemu Kustanto setelah saksi tanyakan maka kustanto menyuruh saksi untuk menanyakan ke Samirin Darwoto ;

Bahwa beberapa hari kemudian saksi menyanyakan ke Samirin namun saksi tidak diberi taliasih tersebut dan menyurh saksi untuk menanyakan ke Nasrudin karena yang mengambil uang tersebut Kustanto bersama Nasrudin, kemudian saksi menanyakan ke Nasrudin yang katanya Nasrudin dengan Kustanto mengambil uang yang dibungkus dengan tas kresek warna hitam namun jumlahnya tidak tahu dan Nasrudin hanya menyopiri saja ;

Bahwa karena saksi ingin kejelasan maka pada hari raya ketika saksi bertemu dengan Samirin dan kustanto di rumah Kustanto dan Kustanto mengatakan kalau yang diberi pesangon oleh Bupati hanya 15 (lima belas) orang saja sedangkan saksi dan Jacob tidak diberi karena akan diberi sendiri secara pribadi oleh Bupati dan saksi disuruh langsung menanyakan ke Bupati, namun saksi tidak menanyakan ke bupati dan menurut teman saksi bernama Gandek Suwardjono bahwa ia sudah bertemu dengan Bupati yang menagatakan semuanya sudah diserahkan kepada Samirin Darwoto ;

Bahwa uang yang diambil oleh Kustanto dari Samirin hanya dari PDIP yang berjumlah 17 orang, namun yang tidak diberi hanya saksi dan Yacob ;

80

Bahwa mengenai tanda tangan yang ada di kuitansi dan tanda penerimaan uang sejumlah Rp. 1,125.000.000,00 , Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) saksi menyatakan lupa ;

Bahwa pesangon tidak sama dengan tali asih karena pesangon ada P.P.-nya sedangkan tali asih tidak diatur, dan uang pesangon Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enbam juta rupiah) tersebut tidak termasuk uang tali asih sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) ;

Bahwa saksi tidak tahu Samirin Darwoto menerima uang seebesar Rp. 1,125 milyar, Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) maupun Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan semuanya

tidak benar. 15. H. Masdain Rifai, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi sebagai anggota DPRD periode tahun 1999 sampai tahun 2004 dan saksi kenal terdakwa sebatas terdakwa sebagai Ketua DPRD dan saksi Anggota DPRD ; Bahwa selain anggota DPRD saksi juga sebagai Ketua Panitia Anggaran (Panggar) yang tugasnya membahas RAPBD, RPAK APBD (Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) ; Bahwa seluruh Anggota DPRD sejumlah 45 orang dan yang menjadi anggota Panggar sebanyak 21 orang dan terdakwa bukan termasuk Panitia Anggaran ; Bahwa dalam anggaran tahun 2004 setelah dicermati dan dibahas ternyata tidak ditemukan pos-pos yang membengkak ; Bahwa saksi pernah mendengar mengenai uang pesangon untuk anggota dewan saat akhir jabatannya, namun Panggar dalam APBD tidak menetapkan adanya uang pesangon karena tidak ada aturannya dan tidak ada kebijakan tentang uang pesangon dan Panggar juga tidak menemukan adanya uang pesangon;

81

Bahwa pada masa akhir jabatannya anggota Dewan tidak ada yang mengembalikan uang yang telah diterimanya, namun pada pertengahan tahun 2005 ada temuan dari BPK mengenai kelebihan uang yang harus dikembalikan oleh setiap anggota Dewan, namun mengenai rincian penggunaan uang saksi lupa;

Bahwa mengenai tandatangan yang ada di bukti kuitansi-kuitansi tersebut saksi tidak kenal dan lupa;

Bahwa saksi tidak pernah menerima uang pesangon maupun tali asih dari DPRD ataupun ketua Fraksi dan saksi tidak tahu pada masa akhir jabatan Anggota Dewan menerima uang dari Samirin

Bahwa saksi tidak tahu mengenai penerimaan uang dari eksekutif sebesar Rp. 1,125 milyar yang diserahkan oleh wisnugroho dan diterima oleh Samirin Darwoto ;

Bahwa pihak eksekutif mengrimkan RAPBD ke Pimpinan Dewan melalui Sekretaris Dewan (Sekwan), kemudian Pimpinan Dewan bersama Panitia Anggaran membahas RAPBD lalu dibahas oleh fraksi-fraksi dan komisi-komisi sesuai dengan tupoksi (tugas pokok, fungsi ) komisi masing-masing yang hasilnya dibahas antara Panitia Anggaran dengan Tim Anggaran yang dipimpin oleh Sekda yang hasilnya dilaporkan ke Pimpinan Dewan melalui Rapat Paripurna, dan dari semua fraksifraksi maupun semua utusan dari Sekkab setuju kemudian disahkan dalam sidang Paripurna yang dipimpin oleh Ketua DPRD untuk kemudian diterbitkan PERDA;

Bahwa pembahasan Panggar bertanggung jawab kepada Pimpinan yang setelah selesai pembahasan diajukan ke sidang Paripurna dan apabila ada perubahan juga dibahas dalam rapat paripurna, namun peraturan yang lama ; kalau tidak diajukan maka tetap pada

Bahwa Sekretariat Dewan tidak bisa mengambil uang anggaran Sekkab karena DPRD dan eksekutif ada anggarannya sendiri-sendiri ;

Bahwa dalam RAPBD tahun 2004 ada laporan termasuk revisi yang dilakukan oleh Panggar dan pernah ada revisi pada pos anggaran Sekda, namun mengenai revisinya saksi lupa ;

82

Bahwa keterangan saksi dalam BAP Penyidik pada nomor 13 mengenai laporan tersebut memang hal itu yang saksi laporkan, namun di luar itu ada masalah tetapi akhirnya tidak jadi ada perubahan karena menurut Panggar jumlahnya sudah sesuai dengan rancangan ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan sebagian

benar dan sebagaian tidak tahu ; 16 Kustanto, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi sebagai anggota DPRD Kabupaten Blitar pada tahun 1999 sampai tahun 2004 dan sebagai Wakil Ketua Panitia Anggaran Dewan yang tugasnya secara umum bersama-sama membahas Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Blitar, membahas perubahan anggaran keuangan Kabupaten Blitar dan membahas perhitungan APBD Kabupaten Blitar, dan hasil kerja Panitia anggaran dilaporkan ke sidang paripurna untuk diterima atau tidak ; Bahwa untuk RAPBN tahun 2004 menjadi APBD 2004 pada Desember 2003 dan pembahasan perubahan anggaran hanya terfokus pada perubahan yang apabila tidak dibahas secara umum berarti tetap ; Bahwa pada tahun 2004 tidak ada perubahan yang menonjol dan apabila ada perubahan akan dilaporkan ke Panitia Anggaran untuk dibahas yang kemudian dilaporkan secara tertulis di sidang paripurna ; Bahwa pada akhir jabatan saksi tidak menerima uang taliasih, baik dari terdakwa maupun dari Pemda dan saksi tidak pernah membawa uang dari rumah dinasnya terdakwa ; Bahwa saksi tidak pernah ditanyai atau dihubungi oleh Karyono mengenai uang pesangon/taliasih yang menjadi haknya. Bahwa di rumah saksi tidak pernah membicarakan masalah uang pesangon antara terdakwa dengan Karyono maupun dengan Nasrudin ; Bahwa saksi tidak tahu terdakwa menerima uang dari eksekutif sebesar Rp. 1,125 milyar, Rp. 10.000.000,00, Rp. 20.000.000,00 maupun Rp. 200.000.000,00

83

Bahwa sebagai anggota Dewan berhak menerima hak kesejahteraan gaji, hak menerima tunjangan sesuai aturan yang ada dan diluar itu tidak boleh ;

Bahwa sesuai dengan berita acara pemeriksaan di penyidik pada nomor 33 bahwa saksi selain gaji telah menerima uang sebesar Rp. 250.000.000,00 untuk biaya pemrosesan APBD untuk semua anggota Dewan dari Pos ekseklutif tertanggal 18 Maret 2004 dan sudah saksi bagikan kesemua anggota Dewan dan telah diketahui oleh Pimpinan Dewan Samirin Darwoto, Arif, Giyanto dan I Made, namun waktu itu saksi hanya menandatangani kuitansi kosong karena hanya untuk menerbitkan SPMG dan saksi juga sering menandatangani kuitansi kosong ;

Bahwa saksi juga pernah mendapat uang dari eksekutif Rp. 3.000.000,00 dan juga seluruh anggota Dewan yang sama bagiannya untuk biaya pemrosesan APBD dan disetujui oleh eksekutif karena untuk kepentingan pembahasan, namun apakah uang tersebut termasuk uang Rp. 1,125 milyar saksi tidak tahu;

Bahwa anggara eksekutif tidak boleh dipergunakan/diberikan kepada legislatif, namun saat itu saksi dan Panitia Anggaran yang meminta melalui anggota Dewan secara lisan dan hal itu aturannya tidak ada ;

Bahwa saksi pernah mendengat ada yang mengajukan mengenai uang pesangon namun saksi tolak karena tidak ada aturannya ;

Bahwa setiap anggaran tentu ada PAK, yaitu 6 (enam) bulan setelah APBD ; Bahwa dana eksekutif digunakan untuk pengguna anggaran dan legislatif bukan pengguna anggaran karena legislatif sudah ada anggarannya sendiri ;

Bahwa saksi tidak tahu tanda tangan yang ada di bukti-bukti kuitansi ; Bahwa saksi mengetahui adanya dugaan penyalah gunaan anggaran karena surat panggilan menjadi saksi ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa telah membenarkan;

17. Drs. Soemardjo, pada pokoknya menerangkan : Bahwa sejak tahun 2004 sampai tahun 2005 saksi bekerja sebagai Kabag Perlengkapan Pemkab Blitar dan sudah pensiun pada bulan januari 2005 ;

84

Sebagai

kabag

Perlengkapan

tugas

saksi

adalah

melaksanakan,

mencukupi/melengkapi segala kebutuhan Sekretariat Kabupaten Blitar dan memelihara kendaraan plat merah ; Anggaran yang diajukan pos perlengkapan dari pos sekretariatan Pemkab Blitar antara lain biaya perawatan gedung, alat-alat kebutuhan kantor dan alat-alat kebersihan, sedangkan jumlah seluruh anggaran yang diajukan saksi lupa namun untuk dana kebersihan yang diajukan sebesar Rp. 1.638.000,00 dan dalam pos anggaran kebersihan tidak pernah mengajukan maupun mengeluarkan dana sebesar Rp. 20.000.000,00 ; Bahwa prosedur pengajuan anggarannya saksi sebagai Kabag perlengkapan mengajukan anggaran ke Sekda dan setelah disetujui kemudian saksi membuat pengajuan lagi ke Kabag Keuangan berupa nota dinas dengan perincian dan kepentingannya, kalau Kabag Keuangan setuju maka diterbitkan SPMG untuk pencairan uang dan kalau sudah cair maka saksi diberitahukan serta dipanggil, dan saksi mengajukan tidak pernah lebih dari Rp. 6.000.000,00 yang pertanggungjawaban untuk membeli alat-alat kebersihan dalam kuitansi dengan rinciannya; Bahwa dana kebersihan masuk pada pos pemeliharaan gedung sebesar Rp. 750.000.000,00, biaya pemeliharaan angkutan sebesar Rp.839,8 juta dan biaya pemeliharaan alat-alat kantor sebesar RP. 254 juta Bahwa dana eksekutif (Pemkab) tidak bisa diambil atau digunakan Legislkatif karena APBD-nya masing-masing ada aturannya sendiri dan saksi tidak tahu dan tidak dengar adanya bantuan dana eksekutif yang diberikan kepada Dewan ; Bahwa pada bulan Juni 2004 saksi tidak membeli alat-alat kebersihan senilai Rp. 20.000.000,00 ; Bahwa saksi tidak mengetahui uang Rp. 20.000.000,00 dan mengetahui uang sebesar Rp. 20.000.000,00 adalah uang Pemkab dari membaca kuitansi yang ditunjukan dihadapan penyidik Kejaksaan dan saksi tidak mengetahui penyerahan uang sebesar

85

Rp. 20.000.000,00 kepada terdakwa dan kuitansi-kuitansi tersebut menurut prosedur tidak dapat dibayarkan; Bahwa atas surat bukti kuitansi senilai Rp. 20.000.000,00 , Rp. 10.000.000,00 dan Rp. 200.000.000,00 saksi tahu dan hafal dari corak atau modelnya adalah tanda tangannya Samirin Darwoto,namun apakah itu tanda tangan Samirin Darwoto saksi tidak tahu; Bahwa saksi tidak mengetahui terdakwa melakukan tindak pidana korupsi dan saksi mengetahui dari surat panggilan sebagai saksi adanya dugaan korupsi yang dilakukan terdakwa ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan semuanya tidak tahu ; 18. Krisanto, SE. MM., pada pokoknya menerangkan : Bahwa dari tahun 1998 sampai tahun 2004 saksi sebagai Kasubag Anggaran dan mulai Maret 2004 sebagai Kepala Bagian Keuangan Pemkab Blitar dan saksi pernah sejak September 2004 sebagai PLT Kabag Keuangan ; Bahwa sebagai Kabag Keuangan tugas saksi adalah menyusun, merekap, menerima/mengumpulkan melaporkan ke Sekda ; Bahwa pada bulan Desember 2003 pada waktu penyusunan anggaran APBD 2004 ada permintaan uang dari Anggota Dewan khususnya dari Panitia Anggaran Dewan melalui Bupati tentang uang pesangon anggota Dewan periode tahun 1999 sampai 2004, pada waktu itu saksi dipanggil Bupati ke pendopo karena ada permintaan uang pesangon dari DPRD secara lisan dan beberapa hari kemudian saksi dipanggil Sekda untuk membicarakan uang pesangon dan Sekda memberitahukan kalau dewan tetap minta uang pesangon tapi dananya tidak mau diambilkan dari dana legislatif dan minta diambilkan dari dana pos belanja Sekda, setelah itu ada kesepakatan uang diambil dari Sekkab sebesar Rp. 500.000.000,00 yang perorang mendapatkan Rp. 10.000.000,00 kemudian ada penambahan lagi perorang/anggota mendapatkan Rp. usulan dari masing-masing bagian selanjutnya

86

20.000.000,00 disepakati Bupati dan Sekda dan khusus untuk pimpinan ada lagi uang sebesar Rp. 225.000.000,00, jadi seluruhnya Rp. 1.125.000.000,00 dan yang bertanggung jawab Sekretaris Daerah ; Bahwa uang pesangon tersebut diambilkan dari eksekutif atas permintaan Dewan pada saat rapat panitia Anggaran Dewan yang diantaranya dihadiri oleh Kustanto, Endar suparno, Masdaim dan Tim Anggaran Eksekutif yang dihadiri oleh Bupati, Sekda dan Hari Nugroho (Wabub) ; Bahwa saksi oleh Bupati dan sekda diberitahu ada rapat di pendopo, yang dihadiri Bupati, Nugroho, Sekda Subiantoro dengan Samirin Darwoto, I Made, Gianto dan Arif membicarakan masalah pesangon ; Bahwa setelah rapat setelah Sekda dan Bupati dengan Dewan sebelum rapat paripurna, maka saksi dipanggil dan diberitahu oleh Sekda bahwa hasil rapat dengan Dewan perorang anggota dewan masing-masing Rp. 20.000.000,00 namun SPJ yang pertama dibahas ditandatangani semua anggota Dewan dan bukan merupakan SPJ tetapi sebagai pengembalian uang dan saksi disuruh/diperintah oleh Sekretaris Daerah untuk menganggarkan uang yang diminta Dewan tersebut yang akhirnya terjadilah APBD dan selanjutnya proses pencairan uang ; Bahwa penetapan APBD diantara bulan Desember 2003 dan Januari 2004 ; Bahwa penyusunan APBD dilakukan oleh tim Anggaran dari eksekutif dan Panitia Anggaran dari Legislatif ; Bahwa uang pesangon tersebut tidak ada aturannya namun bisa keluar karena Dewan tetap meminta dan oleh Dewan istilah pesangon ini diganti dengan uang Jasa Kerja dalam ruang rapat DPRD ketika saksi menghadiri pertemuan panggar DPRD dewan mengajukan permintaan uang pesangon ; Bahwa pencairan dana APBD tahun 2004 sebesar Rp. 1.125.000.000,00 antara bulan Maret sampai Mei yang pencairannya atas perintah lisan dari Bupati dan Sekda setelah diminta terdakwa, dan terdakwa meminta uang tersebut melalui Bupati dan Sekda ;

87

Bahwa pada bulan Maret 2004 saksi diperintah oleh atasan agar uang pesangon untuk dewan diserahkan kepada bendahara untuk disimpan;

Bahwa saksi diberitahu oleh stafnya bernama Wisnugroho bahwa ia ditelpon Sekda kalau uang pesangon diminta oleh terdakwa yang saat itu saksi sedang keluar, lalu dana itu diantar oleh Sekda Subiantoro, Wisnugroho dan Siti Sulastri, setelah mereka mengantar uang dan sudah diterima oleh terdakwa dan Wisnugroho bilang kalau dana untuk DPRD sudah diminta serta diserahkan yang oleh saksi minta kuitansinya yang terdiri dari 2 (dua) lembar yang masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00, kemudian kuitansi tersebut saksi simpan dan selang 10 menit saksi diberitahu oleh Wisnugroho kalau diperintah oleh Sekda bahwa kuitansinya diminta kembali, lalu saksi menyuruh untuk mengfotocopi kuitansi dulu sebelum diserahkan dan kuitansinya diterima oleh terdakwa sendiri, sedangkan fotocopi kuitansi tersebut disimpan Titik Wismiati dan saksi melihat asli kuitansinya tertulis nominal angka dan huruf ada tandatangan dan nama Samirin Darwoto dan ada materainya ;

Bahwa bukti fotocopi 2 lembar kuitansi senilai Rp. 1,125 milyar adalah benar namun fotocopi kuitansi tersebut kurang jelas ;

Bahwa Wisnugroho mengantar uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut pada tanggal 25 Agustus 2004 ;

Bahwa saksi pernah pesan kepada bendahara agar dana disimpan dahulu untuk dewan sesuai dengan bukti nota dinas (memo) yang saksi tulis dan uang tersebut disampan sampai bulan agustus 2004 saat diminta terdakwa ;

Bahwa bendahara mengeluarkan dana tersebut dasarnya pesan saksi dan saksi memerintahkan membungkus uang Rp. 900.000.000,00 dijadikan 45 amplop yang masing-masing Rp. 20.000.000,00 sedangkan uang sebesar Rp. 225.000.000,00 tidak dijadikan satu amplop karena khusus untuk pimpinan DPRD Samirin darwoto sebagai Ketua dan tiga wakilnya yaitu Made, Gianto dan Arif namun saksi tidak tahu masing-masing bagiannya ;

88

Bahwa saksi mengeluarkan dana APBD sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut dengan cara memasukan pada pos-pos dimana dana tersebut dapat dimasukan yang semula dikeluarkan sebesar Rp. 500.000.000,00 kemudian bertambah lagi Rp. 625.000.000,- menjadi berjumlah Rp. 1.125.000.000,00 yang di masukan dalam RAPBD sehingga terjadi perubahan dalam RAPBD menjadi APBD dengan tanpa revisi dan dapat dilihat dari penjabaran atau DAS/RAS yang tersebar dalam 8 item ;

Bahwa saksi mengeluarkan uang APBD atas perintah atasan , yaitu Bupati atau Sekda dan saksi berwenang untuk menandatangani SPMG yang ada lampirannya berupa SPP dan SKO, sedangkan yang bertanggung jawab keuangan Sekkab adalah Sekda dan saksi bertanggung jawab membuat laporan sehingga Kabag Keuangan tidak bisa mencairkan dana tanpa sepengetahuan Sekda ;

Bahwa selain dana sebesar Rp. 1,125 milyar masih ada uang lain yang diberikan kepada anggota Dewan, yaitu pada SPMG No. 8 sebesar Rp. 10.000.000,00 yang diterima oleh terdakwa dan Rp. 500.000.000,00 yang diterima Mahmud, SPMG No. 699 sebesar Rp. 200.000.000,00 yang diterima terdakwa serta SPMG No. 1387 sebesar Rp. 20.000.000,00 yang diterima terdakwa atas dasar kesepakatan antara eksekutif dan legislatif dan dalam SPMG tersebut adalah tandatangan saksi ;

Bahwa saksi pernah diperintahkan atasan, yaitu antara Bupati atau Sekda untuk mengantarkan uang sebesar Rp. 20.000.000,00 kepada terdakwa lalu saksi menyerahkan uang tersebut dan diterima oleh terdakwa dan menandatangani kuitansi penerimaan di hadapan saksi, sedangkan yang Rp. 500.000.000,00 saksi lupa siapa yang menyerahkannya ;

Bahwa uang dalam SPMG No. 699 atas permintaan Dewan untuk penyusunan APBD dan yang Rp. 20.000.000,00 juga atas permintaan Dewan untuk pengadaan alat kebersihan ;

Bahwa saksi hafal betul dengan corak dan model tanda tangan terdakwa dan tanda tangan yang ada pada bukti kuitansi-kuitansi sebesar Rp. 10.000.000,00, Rp.

89

20.000.000,00 dan Rp. 200.000.000,- saksi hafal betul adalah tandatangan terdakwa ; Bahwa penyerahan uang Rp. 10.000.000,00 dan rp. 20.000.000,00 diserahkan kepada terdakwa pada hari yang berlainan ; Bahwa saksi tidak tahu sendiri Wisnugroho mengantar uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 ke rumah dinas terdakwa ; Bahwa berdasarkan P.P. yang lama maupun P.P. Nomor 105 Tahun 2000 bahwa anggaran eksekutif tidak dapat dipergunakan untuk keperluan legislatif ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak benar dan tidak tahu ; Menimbang, bahwa telah pula didengar ahli (saksi ahli) bernama Abu Umar yang memberikan keterangan di bawah sumpah dalam persidangan yang pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi bertugas sebagai Auditor di BPKP sejak tahun 1993 sampai sekarang ; Bahwa atas permintaan penyidik Kejaksaan Negeri Blitar dengan suratnya tanggal 5 Juni 2006 setelah dilakukan ekpose oleh Kejaksaan untuk memaparkan ada tidaknya tindakan korupsi, kemudian dibentuk tim yang terdiri dari Rudy Hariyanto, SE, Budi Handoyo, Kushandoyo dan saksi untuk mulai melakukan penelitian, pemrosesan di lapangan serta melakukan audit keuangan negara yang berkaitan dengan perkara ini sesuai laporan Tim tertanggal 10 Juli 2006 ; Bahwa yang menjadi pegangan untuk melakukan penelitian adalah data-data yang disediakan dan sesuai laporan tim ditemukan adanya kerugian uang negara sebesar Rp. 1.835.000.000,00 / Rp. 1,835 milyar dengan rincian telah diterbitkan dan dicairkan SPMG : Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 sebesar Rp. 510.000.000,00.

Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

90

Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 125.000.000,00. Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00. Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00. Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00. Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00. Nomor 669 tanggal 2 April 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

dan sesuai aturan bahwa pertanggung-jawaban SPMG tersebut harus sendirisendiri Bahwa sesuai dengan kuitansi yang menerima dana sebesar Rp. 1.835.000.000,00, yaitu : 1. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Mahmud senilai Rp. 500.000.000,00. 2. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp. 10.000.000,00. 3. Kuitansi tanggal 31 Maret 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp. 200.000.000,00. 4. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp. 900.000.000,00. 5. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp. 225.000.000,00. Bahwa pencairan SPMG tersebut seharusnya dilengkapi dengan bukti-bukti lain dan tidak cukup dengan kuitansi serta tidak sesuai dengan peruntukannya ; Bahwa dalam SPMG harus ada nota dan harus ada bukti pendukung lainnya ; Bahwa dalam penelitian di lapangan telah memeriksa berkas dan bukti-bukti di Kejaksaan Negeri Blitar telah pula ditemukan bukti kuitansi yang tidak sesuai dengan peruntukannya yang harus didukung dengan bukti-bukti lainnya, dimana ditemukan bukti 2 lembar fotocopi kuitansi tertanggal 25 Agustus 2004 yang masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 yang tertulis

91

penerimanya Samirin Darwoto dan selain kedua kuitansi fotocopi tersebut kuitansi yang lainnya asli ; Bahwa menurut penyidik dua lembar kuitansi tersebut aslinya ada pada Samirin Darwoto ; Bahwa telah ditemukan kejanggalan dalam perubahan pada biaya pembinaan dan pemrosesan keuangan dalam RAPBD tahun 2004 dari dana sebesar Rp. 6.053.250.000,00 berubah menjadi Rp. 6.678.250.000,00 yang tertuang dalam APBD sehingga ada kenaikan sebesar Rp. 625.000.000,00, dan sebelum dibahas di Panggar dianggarkan sebesar Rp. 5.353.250.000,00, dimana perubahan tersebut dapat dilihat di DASK ; Bahwa dana sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut diambil dari Kesekretariatan Pemkab pada pos-pos : Biaya proses penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00 Biaya proses penyusunan perhitungan tahun 2003 sebesar Rp.

200.000.000,00 Biaya penyusunan PAK tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00 Biaya proses penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00 Biaya penyelenggaraan otonomi daerah sebesar Rp. 100.000.000,00 Biaya pembinaan administrasi daerah sebesar Rp. 100.000.000,00 Biaya pengendalian administrasi umum sebesar Rp. 100.000.000,00 Biaya penyelenggaraan pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00.

Bahwa untuk SPMG nomor 8 senilai Rp. 10.000.000,00 diambil dari pos biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003, sedangkan SPMG senilai Rp. 20.000.000,00 diambil dari pos pengadaan alat kebersihan yang kesemuanya diambil dari pos kesekretariatan Pemkab ;

Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 yang bertanggung jawab atas anggaran Kesekretariatan Pemkab adalah Sekda

92

sedangkan Kabag Keuangan bertanggung jawab kepada Sekda, sehingga segala pengeluaran dana di sekretariat Pemkab tersebut Sekda mengetahui ; Bahwa kuitansi pembayaran di atas satu juta memakai kuitansi, sedangkan bukti kuitansi yang tidak ada materainya tersebut saksi tidak tahu dan tidak berhak memutuskan sah atau tidaknya ; Bahwa bahan yang digunakan untuk menghitung kerugian keuangan negara karena tidak sesuai dengan peruntukanya adalah Berita Acara Pemeriksaan Penyidik Kejaksaan dan bukti-bukti lainnya yang diperoleh dari resume penyidik tertanggal 21 April 2006 ; Bahwa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 adalah anggaran dari eksekutif (Pemkab Blitar) seharusnya untuk eksekutif, sehingga yang bertanggung jawab adalah eksekutif dan menurut catatan Samirin Darwoto adalah Ketua DPRD ; Bahwa saksi tidak tahu tandatangan terdakwa dan yang tertulis dalam kuitansi yang menerima Samirin Darwoto ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ; Menimbang, bahwa selanjutnya Penasehat Hukum Terdakwa mengajukan saksi ahli (Ahli) dan saksi yang meringankan bagi Terdakwa (a de charge) yang memberikan keterangan di bawah sumpah di persidangan, yaitu sebagai berikut : Saksi Adi Yanuanto, pada pokoknya menerangkan : Bahwa sejak tanggal 22 Agustus 2000 saksi sebagai PNS yang ditugaskan di Sekretariat DPRD dan semasa terdakwa sebagai Ketua DPRD saksi sebagai sopir terdakwa yang dalam kegiatan dinas saksi selalu mengantar terdakwa dengan menggunakan mobil dinas karena terdakwa tidak mempunyai mobil lainnya ; Bahwa saksi terakhir mengantar terdakwa pada Upacara tanggal 17 Agustus 2004 dan terdakwa transit di pendopo, dan kira-kira 3 (tiga) hari kemudian saksi disuruh tedakwa mengantarkan /meletakan mobil ke rumah dinas, yang setelah itu saksi tidak pernah pergi ke rumah dinas maupun mengantar atau bertemu dengan terdakwa karena saksi kembali bertugas lagi di bagian Sekretariat DPRD

93

Bahwa saksi pernah mengantar terdakwa ke kantor Kabupaten, namun dalam rangka apa dan ke ruangan mana saksi tidak tahu;

Bahwa saksi tidak pernah melihat terdakwa membawa tas kresek warna hitam atau bungkusan berisi uang ;

Bahwa saksi tidak pernah tahu atau melihat terdakwa menerima tamu di rumah dinas;

Bahwa terdakwa dari kantor ke rumah dinas hanya untuk sholat dan istirahat dan tidak pernah menginap, dan terdakwa pulang kantor jam 14.00 WIB langsung pulang ke rumah di Srengat ; Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa telah membenarkannya

; Saksi Ahli DR. Solih Muadi SH. Msi (Ahli)., pada pokoknya menerangkan : Bahwa sesuai dengan pasal 160 ayat (1) huruf b yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi, sehingga saksi pelapor yang lebih dahulu di dengar keterangan untuk menentukan proses hukum selanjutnya tentang salah tidaknya seseorang dan apabila saksi pelapor tidak diajukan di muka persidangan maka cacat menurut hukum karena keterangan saksi pelapor merupakan pintu masuk suatu perkara ; Bahwa dalam SK Mendagri No. 29 Tahun 2002 dijelaskan tentang prosedur pengeluaran, penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sehingga pengeluaran uang Sekkab harus melalui prosedur SPP, SKO dan SPMG dan dalam pemerintahan jabatan Bupati adalah jabatan politik sedangkan secara teknis jabatan tertinggi di suatu daerah adalah Sekretaris Daerah (Sekda), demikian pula berdasarkan P.P. nomor 105 Tahun 2002 bahwa kekuasaan secara umum di pegang oleh Kepala Daerah namun dalam hal keuangan daerah Kepala Daerah dapat mendelegasikan seluruhnya atau sebagaian kepada Sekretaris Daerah; Bahwa untuk keluar masuknya uang Sekkab harus ada persetujuan Panggar, fungsi anggaran dibentuk dan dikelola oleh Eksekutif maupun Legislatif yang diputuskan

94

secara bersama-sama. Dimana dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yaitu tentang tata tertib penyusunan anggaran disebutkan bahwa Ketua Tim Anggaran adalah Kepala Kesekretariatan, yang sebelum itu Panggar dibentuk untuk membicarakan keuangan daerah antara eksekutif dengan legislatif ; Bahwa yang dipersoalkan uang anggaran Sekkab namun yang bertanggung jawab adalah pribadi terdakwa adalah tidak relevan karena kalau pengeluaran dana tidak melalui sistem maka kesalahannya pada yang mengeluarkan, sehingga eksekutif yang bertanggung jawab karena pertanggung jawaban mutlak dalam KUHP tidak bisa dialihkan kepada orang lain ; Bahwa terhadap keuangan negara yang bertanggung jawab pengguna anggaran atau orang yang pertama kali mengeluarkan anggaran ; Bahwa dalam perkara ini pelaku utama harus lebih dahulu diperiksa untuk menentukan ada tidaknya penyertaan, sehingga dakwaan ini prematur ; Bahwa kalau perkara tersebut bersama-sama berarti ada 2 orang atau lebih melakukan perbuatan yang sama maka secara teknis pelaku peserta baru diketahui setelah pelaku utama dan hal ini bisa dikomulasikan atau dipisah Bahwa alat bukti fotocopi kuitansi tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti ; Bahwa setiap penyitaan harus ada ijin atau persetujuan penyitaan karena merupakan keabsahan surat penyitaan sebagaimana diatur dalam KUHAP, dan yang dimaksud persetujuan penyitaan secara etertulis namun kalau ijin penyitaan dapat tertulis bisa tidak ; Bahwa alat bukti 3 (tiga) lembar kuitansi yang tidak jelas asal atau untuk keperluannya maka diragukan keabsahannya ; Bahwa terhadap 8 SPMG namun ternyata kuitansi pengeluaran hanya 2 lembar yang masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 adalah tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak dapat dijadikan alasan hukum karena satu SPMG bisa terdapat beberapa kuitansi ;

95

Bahwa tentang adanya keterangan saksi-saksi yang tidak bersesuaian, maka keyakinan Hakim untuk mengambil keputusan tidak lepas dari dua alat bukti yang cukup dan keterangan saksi, sehingga keyakinan Hakim dalam memutus perkara harus didasarkan pada alat bukti yang sah dan alat bukti yang tidak bersesuaian tidak dapat dijadikan alat bukti ;

Bahwa dalam Undang-Undang no. 31 Tahun 1999 yang dirubah Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 dalam pasal 41 ayat (1) yang menentukan pelapor diminta hadir sebagai saksi dalam penyidikan dan pemeriksaan di pengadilan hal tersebut merupakan sahnya pelapor, sedangkan perlindungan terhadap pelapor tidak berarti tidak boleh jadi saksi karena kalau pelapor tidak dihadirkan bagaimana untuk masuk ke dalam perkara dan maksud dilindungi maksudnya dijelaskan pada proses awal persidangan, sehingga harus ada yang dihadirkan dari pemerintah untuk masuk ke suatu perkara ;

Bahwa saksi korban bisa pelapor namun kalau pelapor belum tentu saksi korban, sehingga setiap pelapor harus dimintai keterangan akan tetapi dalam hal yang mendesak bisa tidak dijadikan saksi ;

Bahwa setiap pelapor harus diperiksa tidak diatur di KUHAP ; Bahwa barang bukti tidak sama dengan alat bukti, sedangkan kuitansi merupakan bagian alat bukti namun 1 kuitansi tidak cukup untuk alat bukti kalau tidak ada pendukung yang lainnya ;

Bahwa kuitansi sah apabila menurut hukum apabila ada tanda tangan penerima, ada materai cukup untuk nilai di atas Rp. 1.000.000,00 dan ada penggunaannya ; Menimbang, bahwa atas keterangan ahli di atas, terdakwa menyatakan benar ; Menimbang, bahwa di persidangan telah dilakukan konfrontir keterangan saksi-saksi

antara lain : Drs.Imam Muhadi MBA. MM., Drs. Soebiantoro MSi., Wisnoegroho Herdi Wibowo, Krisanto S.E.M.M., Hj. Titik Wismiyati, Siti Sulastri dan Suparno, yaitu sebagai berikut : Saksi Drs. Imam Muhadi MBA.MM., pada pokoknya menerangkan :

96

Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ; Bahwa berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) dan tata kerja keuangan Kesekretariatan Daerah yang bertanggung jawab sepenuhnya adalah Sekretaris Daerah;

Bahwa Kasubag maupun Kabag Keuangan tidak dapat mengeluarkan uang tanpa ada/tanpa diketahui oleh atasannya ;

Bahwa mengenai adanya perubahan anggaran tahun 2004 di Pemkab Blitar saksi mendengar dari Sekda dan Krisanto karena Tim Anggaran yang diketuai oleh Sekda bahwa untuk anggaran yang ada aturannya untuk memenuhi permintaan Dewan tidak mencukupi namun dikarenakan ditekan oleh Panitia Anggaran (Panggar) Dewan maka kemudian Krisanto membuat SPP sejumlah Rp. 1.125.000.000,00 / Rp. 1,125 milyar ;

Saksi Drs. Soebiantoro Msi., pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ; Bahwa mengenai dana pesangon anggota Dewansebesar Rp. 1.125.000.000,00 adalah guyonan yang terjadi 2 (dua) kali di bulan Desember 2003 yang pertama dihadiri oleh Bupati, Wakil Bupati, saksi dan Pimpinan dewan, sedangkan pertemuan yang kedua saksi tidak hadir ; Bahwa berdasarkan P.P. Nomor 29 tahun 2002 bahwa yang bertanggung pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati, dan apabila ada SKO salah maka saksi yang bertanggung jawab ; Bahwa terdakwa bukan pengguna anggaran dan saksi tidak pernah membuat SKO yang anggarannya diserahkan kepada terdakwa ; Saksi Krisanto SE.MM., pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ; Bahwa saksi mengeluarkan dana Sekkab sebesar Rp. 1.125.000.000,00 pada tahun 2004 atas perintah secara lisan Bupati dan Sekda sebagai tindak lanjut dari

97

pertemuan antara Bupati, Wakil Bupati, Sekda dengan Pimpinan Dewan dan adanya kesepakatan antara Tim Anggaran eksekutif dengan Panitia Anggaran Legislatif ; Bahwa terdakwa bukan termasuk Panitia Anggaran (Panggar) ; Bahwa saksi disuruh menyiapkan uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 oleh Sekda pada waktu di ruangan Sekda ; Bahwa menurut Bupati uang sebesar Rp. 10.000.000,00 dan Rp. 20.000.000,00 tersebut adalah terdakwa pinjam dan paling-paling tidak dikembalikan ; Bahwa seingat saksi uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 disimpan di bank, namun karena uang tersebut sudah dipegang bendahara adalah urusan bendahara sehingga yang tahu persis adalah bendahara ; Bahwa seingat saksi fotocopi kuitansi waktu itu agak jelas, namun hal itu yang tahu persis Wisnugroho, Siti Sulastri dan Titik karena yang memfotocopi dan menyimpan ; Bahwa perubahan anggaran dari Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupaih) sekian menjadi Rp. 7.000.000.000,00 (tuhuh milyar rupiah) sekian dari Rp. 10.000.000,00 menjadi Rp. 20.000.000,00 yang mengajukan saksi atas perintah Bupati dan permintaan Panitia Anggaran yang sebelumnya saksi hadir dalam pertemuan dengan Panitia Anggaran, yaitu Daim, Kustanto dan Endar ; Saksi Hj. Titik Wismiyati, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ; Bahwa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 saksi simpan di brankas ;

Saksi Suparno, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ; Bahwa pada waktu saksi memarkir mobil di rumah dinas Samirin Darwoto telah melihat mobil Wisnugroho ada di belakang dan Soebiantoro sebelumnya sudah turun dan waktu itu saksi tahu Wisnugroho berada di depan teras dan sepintas saksi melihat Wisnugroho masuk ke rumah dinas terdakwa, namun saksi tidak tahu siapa

98

yang masuk lebih dahulu antara Wisnugroho dan Subiantoro ke rumah dinas tersebut; Saksi Wisnugroho Herdi Wibowo, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ; Bahwa yang datang duluan ke rumah dinas terdakwa adalah Subiantoro ; Bahwa saksi menyerahkan tas kresek warna hitam yang telah disiapkan Siti Sulastri, namun saksi tidak tahu persis isinya apakah uang atau bukan ; Bahwa kuitansi yang diserahkan kepada terdakwa adalah 2 (dua) lembar masingmasing rangkap 3 (tiga) ; Saksi Siti Sulastri, pada pokoknya menerangkan : Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ; Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 Krisanto memerintahkan secara lisan kepada saksi untuk mengambil uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 ke Titik Wismiyati ; Bahwa yang memfotocopi 2 (dua) lembar kuitansi senilai Rp. 1.125.000.000,00 adalah saksi dan bukti berupa fotocopi 2 (dua) lembar kuitansi senilai Rp. 1.125.000.000,00 adalah yang saksi fotocopi ; Bahwa yang masuk duluan ke rumah dinas terdakwa adalah Subiantoro yang kemudian disusul Wisnugroho ; Bahwa pada awalnya mobil Wisnugroho menghadap ke utara kemudian mobilnya diputar menghadap ke selatan ; Menimbang, bahwa terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : Bahwa terdakwa sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar sejak tahun 1999 sampai tahun 2004 yang dilantik sejak tanggal 28 Agustus 1999 dan berakhir masa jabatan pada tanggal 28 Agustus 2004 yang mempunyai tugas pokok memimpin sidang dan mendapat gaji sebesar Rp. 5.000.000,00 dari juru bayar yang diambil dari Bendahara DPRD ;

99

Bahwa selain gaji tersebut terdakwa kalau ada rapat mendapat uang rapat setiap dua bulan sekali;

bahwa Sruktur DPRD Kabupaten Blitar adalah Ketua, Tiga Wakil ketua, Komisi A bidang Pemerintahan, Komisi B bidang Perekonomian, Komisi C Bidang Keuangan, Komisi D bidang Pembangunan dan Komisi D ;

Bahwa anggota DPRD Kabupaten Blitar berjumlah 45 orang termasuk Ketua dan wakil Ketua ;

Bahwa prosedur pengajuan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 adalah sebelumnya RAPBD yang dibuat eksekutif diajukan ke Panitia Anggaran, lalu Panitia Musyawarah membuat jjadwal dan memanggil Panggar untuk membahas anggaran yang diajukan tersebut. Kemudian Sidang Paripurna pertama yang dihadiri oleh Eksekutif (Bupati atau yang mewakili), lalu pimpinan memanggil ketua fraksi-fraksi untuk menyikapi pengajuan anggaran tersebut. Pada sidang Kedua ketua fraksifraksi menyikapi dan menyumbang saran, kemudian pada Sidang ketiga penyampaian jawaban eksekutif atas sumbang saran dan tanggapan pandangan umum dari fraksi-fraksi tersebut. Setelah itu dalam sidang keempat laporan Panitia Anggaran dengan membacakan hasil bahasan untuk menerima atau tidak yang hasilnya di kirim ke fraksi-fraksi untuk menyetujui tidaknya RAPBD dan pimpinan menyerahkan sepenuhnya kepada fraksi-fraksi. Kemudian dalam sidang kelima kalau fraksi-fraksi setuju maka RAPBD ditetapkan sebagai APBD ;

Bahwa kelima sidang tersebut yang memimpin terdakwa dan tidak ada masalah ; Bahwa apabila ada penggelembungan atau perubahan anggaran dibahas oleh Panitia Anggaran dan tim Anggaran dan apabila terjadi perbedaan anggaran dalam RAPBD dengan APBD maka yang bertanggung jawab adalah Panitia Anggaran dan Tim Anggaran ;

Bahwa yang menjadi Ketua Panitia Anggaran adalah Masdaim Rifai, sedangkan Tim Anggaran dari Eksekutif yang diketuai oleh Sekda ;

Bahwa terdakwa tidak terlibat dalam Panitia Anggaran ;

100

Bahwa terdakwa terdakwa sebagai Ketua DPRD menerima buku pembahasan RAPBD dan tidak ada perubahan dan diterima dan sesuai dengan APBD seharusnya tidak ada perubahan ;

Bahwa pada waktu membicarakan perubahan anggaran tidak ada masalah ; Bahwa apabila dalam RAPBD ada revisi-revisi, maka revisi tertulis ; Bahwa adanya perubahan/perbedaan di RAPBD dari Rp. 6.678.250.000,00 menjadi Rp. 7.035.250.000,00 terdakwa tidak mengetahui karena hanya menerima laporanlaporan dan yang mengerti adalah panitia anggaran dan fraksi-fraksi ;

Bahwa terdakwa maupun anggota dewan lainnya tidak pernah mengadakan pertemuan dengan Bupati Di Pendopo ;

Bahwa sebelum masa jabatan terdakwa berakhir tidak pernah Sekda datang ke rumah dinas Ketua DPRD dan selama terdakwa berada di rumah dinasnya, baik sekda maupun yang lainnya tidak pernah datang ;

Bahwa terdakwa tidak pernah mendengar guyonan anggota dewan mengenai tali asih atau pesangon anggota dewan dan terdakwa maupun anggota dewan tidak pernah minta uang pesangon serta tidak ada pesangon anggota dewan dari eksekutif ;

Bahwa setelah mengikuti upacara 17 Agustus 2004 saksi berada di rumah dan tidak pernaha lagi ke rumah dinas dan datang lagi pada waktu serah terima jabatan pada tanggal 28 agustus 2004 ;

Bahwa selama di rumah pribadi tidak ada Wisnugroho maupun orang lain yang datang membawa tas kresek warna hitam;

Bahwa terdakwa tidak pernah menerima uang dari Sekda, Wisnugroho, Siti Sulastri atau Krisanto maupun staf lainnya ;

Bahwa terdakwa tidak pernah mendengar Mahmud maupun Kustanto menerima uang dari eksekutif ;

Bahwa karyono tidak pernah datang ke rumah terdakwa untuk menanyakan uang taliasih anggota dewan ;

Bahwa masalah anggaran eksekutif dan legislatif yang tahu Panitia anggaran ;

101

Bahwa selama di rumah dinas terdakwa tidak ada tamu dan kalau ada tamu dari pihak keluarga dari Srengat;

Bahwa kalau terdakwa pergi memakai kendaraan dinas yang disopiri Adi Yanuanto dengan cara diantar jemput, dan kendaraan ditaruh digarasi rumah pribadi terdakwa sedangkan kuncinya dibawa Adi Yanuanto ;

Bahwa terdakwa tidak tahu atas bukti berupa kuitansi-kuitansi senilai Rp. 10.000.000,00 , Rp. 20.000.000,00 , Rp. 200.000.000,00 dan fotocopi kuitansi senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 dan tandatangan dalam kuitansikuitansi bukan tanda tangan terdakwa ;

Bahwa atas isi dan kesimpulan dari Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 yang dibuat dan ditandatangani oleh Ir. Indriani Budhiarti dan Drs. Kuntoro dari Laboratorium Forensik Cabang Surabaya tersebut terdakwa menyatakan tidak benar;

Bahwa atas dakwaan Penuntut Umum yang menyatakan terdakwa telah menerima uang sebesar Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 dengan ada dua fotocopi kuitansi adalah tidak benar ;

Bahwa selama menjabat Ketua DPRD terdakwa hanya membeli tanah seluas 50 ru dengan harga Rp. 50.000.000,00 ; Menimbang, bahwa di persidangan telah diajukan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00 ; 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ; 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ; a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00 b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00

1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

102

1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Rancangan PAK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 750 tanggal 13 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 ; SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 ; Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan Berita Acara Pemeriksaan

Laboratorium Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 yang dibuat dan ditandatangani oleh Ir. Indriani Budhiarti dan Drs. Kuntoro dari Laboratorium Forensik Cabang Surabaya ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi yang telah memberikan keterangannya di bawah sumpah yang saling bersesuaian satu dengan lainnya dikaitkan pula dengan keterangan Terdakwa serta memperhatikan pula Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 dan barang bukti lainnya yang dihadapkan ke persidangan, maka Majelis Hakim memperoleh faktafakta hukum yang terungkap di persidangan sebagai berikut : Bahwa terdakwa adalah sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar periode tahun 1999 sampai tahun 2004, yang mempunyai tugas memimpin sidang paripurna :

103

Bahwa pada bulan Desember 2004 di Pendopo Kabupaten Blitar telah terjadi pertemuan antara Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil Bupati, Sekda (saksi Soebiantoro) dengan Pimpinan Dewan yang terdiri dari terdakwa, Arif Fuadi, Gianto dan Made, yang dalam pertemuan tersebut terdakwa membicarakan masalah uang pesangon sebagai tali asih anggota dewan, demikian juga dalam rapat DPRD juga ada permintaan mengenai uang pesangon untuk anggota Dewan tersebut ;

Bahwa terdakwa menyatakan tidak pernah dengan anggota dewan lainnya mengadakan pertemuan dengan bupati di pendopo ;

Bahwa atas perintah secara lisan dari Bupati dan Sekda (saksi Subiantoro) maka Kabag Keuangan (Saksi Krisanto) menganggarkan uang pesangon/tali asih anggota DPRD Kabupaten Blitar pada pos belanja Kesekretariatan PEMKAB Blitar, yaitu pada pos pembinaan dan pemrosesan keuangan dalam perubahan Anggaran tahun 2004 dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) pada saat pembahasan RAPBD tahun 2004 dengan rincian setiap anggota dewan mendapat Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan khusus pimpinan dewan ditambah lagi uang sebesar Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) ;

Bahwa sekira pada bulan Februari 2004 atas perintah lisan dari Bupati (saksi Imam Muhadi) dan Sekda (saksi Subiantoro) karena ada permintaan dari terdakwa, maka uang sebesar Rp. 1,125 milyar tersebut dicairkan dan atas perintah atasan pula uang pesangon tersebut agar diserahkan ke saksi Titik Wismiati, maka saksi Krissanto (Kabag Keuangan) mengajukan nota dinas dana untuk Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,yang semula di Sekretariat DPRD dialihkan ke Sekretariat dalam pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan dengan memo(catatan) agar saksi Siti Sulastri mengajukan SPP rincian dana , bulan maret 2006, dana disimpan dulu dan untuk Dewan, kemudian pada tanggal 5 Februari 2004 saksi Titik Wismiati atas perintah Krissanto berupa memo tersebut membuatkan SPP sebanyak 8 (delapan) lembar yang setelah diparaf dan diketahui oleh Saksi Hasan Alhabsi (Asisten II) lalu diajukan ke bagaian anggaran untuk diparaf dan dilengkapi SKO dan diajukan ke saksi Kadmiarsih (Kasubag

104

Angggaran untuk dibuatkan 8 (delapan) lembar SPMG, dan pada tanggal 18 Februari 2004 saksi Lilik Purwanto mencairkan dana sebesar Rp. 1.125.000.000,00 di Bank Jantim dan uang itu diserahkan kepada saksi Titik Wismiati untuk di simpan di Brankas : Bahwa kedelapan SPMG tersebut dari Pos Pembinaan dan Pembinaan Keuangan pada Sekretaritan Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran 2004 yang terdiri dari SPMG : o Penyusunan Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses Penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. o Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 dari Biaya Proses Perhitungan Tahun 2003 sebesar Rp. 200.000.000,00. o Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyusunan PAK Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. o Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00. o Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00. o Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00. o Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00. o Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00. Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 pagi hari saksi Krisanto (Kabag Keuangan) memerintahkan saksi Siti Sulastri untuk mengambil uang ke saksi Titik Wismiati sebesar Rp. 1.125.000.000,00 untuk Dewan sesuai Nota Dinas saksi Krisanto, kemudian uang tersebut dihitung oleh saksi Titik Wismiati lalu uang tersebut oleh saksi Siti Sulastri dibawa ke ruangannya dan dari uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut

105

sesuai dengan perintah saksi Krisanto maka yang sebesar Rp. 900.000.000,00 saksi Siti Sulastri masukkan dalam 45 (empat puluh lima) amplop warna coklat yang masingmasing berisi Rp. 20.000.000,00 dan dimasukan dalam tas kresek warna hitam, sedangkan uang yang sebesar Rp. 225.000.000,00 dibungkus kertas koran yang dimasukan dalam tas kresek warna hitam dan kemudian kedua bungkusan dalam tas kresek hitam tersebut dimasukan lagi dalam satu tas kresek warna hitam ; Bahwa kemudian setelah saksi Wisnoegroho mendapat telepon dari saksi Subiantoro yang menanyakan saksi Krisanto maka saksi Wisnugroho menemui saksi Siti Sulastri menanyakan titipan uang dan memerintah untuk membuar kuitansi yang setelah itu saksi Siti Sulastri membuat 2 (dua) kuitansi senilai Rp. 900.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 masing-masing rangkap 3 (tiga) dengan nama penerima Samirin Darwoto ; Bahwa kemudian saksi Wisnoegroho dan saksi Siti Sulastri dengan menggunakan

mobil sendiri membawa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 dalam tas kresek warna hitam tersebut yang pada waktu bersamaan saksi Subiantoro dengan menggunakan mobil yang dikemudikan saksi Suparno pergi menuju Pendopo Kabupaten Blitar yang saat itu saksi Subiantoro masuk ke dalam pendopo sedangkan saksi Wisnugroho maupun saksi Siti Sulastri menunggu diluar tetap dalam mobil, dan selang beberapa waktu kemudian saksi Soebiantoro keluar pendopo dan dengan menggunakan mobil yang dikemudikan Suparno tersebut pergi menuju ke rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar (terdakwa) yang terletak di jalan Merdeka Blitar dan saat itu pula saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri dari pendopo juga menuju ke rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar dengan menggunakan mobil dan uang yang berada dalam tas kresek warna hitam tetap ada di dalam mobil tersebut ; Bahwa setelah sampai di rumah dinas Ketua DPRD tersebut saksi Subiantoro turun dari mobil demikian pula saksi Wisnugroho juga turun dari mobilnya dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan tas kresek warna hitam yang berisi uang yang sudah disiapkan Saksi Siti Sulastri, lalu saksi Subiantoro dan saksi Wisnugroho masuk ke dalam rumah dinas terdakwa dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan tas kresek

106

warna hitam yang berisi uang yang sudah disiapkan sedangkan saksi Siti Sulastri tetap menunggu di dalam mobil Wisnugroho, dan tak lama selang waktu kemudian saksi Wisnugroho keluar dari rumah dinas dengan sudah tidak membawa tas kresek warna hitam maupun stopmap kemudian saksi Subiantoro juga keluar dengan membawa Stopmap dan diserahkan kepada Wisnugroho, yang setelah dibuka oleh saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri dalam Stopmap tersebut masih tetap ada kuitansi yang pada nama penerima Samirin Darwoto sudah di paraf yang sebelumnya kuitansikuitansi tersebut belum diparaf ; Bahwa saksi Subiantoro menerangkan bahwa pada waktu masuk ke dalam rumah dinas terdakwa tersebut ternyata saksi Wisnugroho sudah ada di ruang tamu yang saat itu saksi Subiantoro hanya melihat stopmap warna hijau atau biru di atas meja dan tidak melihat ada bungkusan, lalu terdakwa menyuruh saksi Subiantoro untuk mengembalikan stopmap tersebut kepada pemiliknya, yaitu saksi Wisnugroho kemudian saksi Subiantoro ke luar menyerahkan stopmap kepada saksi Wisnugroho yang sudah ada di mobil bersama saksi Siti Sulastri, namun saksi Subiantoro tidak mengetahui isi stopmap tersebut ; Bahwa setelah dari rumah dinas terdakwa, baik saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri, saksi Subiantoro dan saksi Suparno langsung pulang ke kantor Bupati dan sampai di kantor masih dalam jam akantor (dinas) yang setelah itu saksi Wisnugroho melaporkan kepada saksi Krisanto kalau uang untuk DPRD sudah diserahkan kepada terdakwa serta menyerahkan 2 (dua) lembar kuitansi bukti penerimaan masing-masing sebesar Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00, dan tak lama kemudian terdakwa menelpon saksi Subiantoro untuk meminta kembali kuitansi-kuitansi yang diserahkan saksi Wisnugroho dengan alasan bahwa terdakwa hanya pinjam, lalu saksi Subiantoro memerintahkan kepada saksi Wisnugroho untuk mengembalikan kuitansi tersebut kepada terdakwa, namun sebelum dikembalikan 2 (dua0 lembar kuitansi tersebut oleh saksi Siti Sulasatri di fotocopi untuk diserahkan dan disimpan oleh saksi Titik Wismiati, sedangkan aslinya diserahkan kepada terdakwa di rumah dinasnya ;

107

Bahwa terdakwa menyatakan tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 dari saksi Wisnugroho dan tidak pernah ada tamu di rumah dinas terdakwa;

Bahwa pada bulan Desember 2003 saksi Siti Sulastri atas perintah saksi Krisanto telah mengambil uang dari saksi Titik Wismiati sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) sesuai dengan SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 yang diambil dari pos biaya penyusunan APBD tahun 2004 pada Sekretariat Pemkab Blitar yang dana tersebut berasal dari APBD, dan oleh saksi Siti Sulastri uang sebesar Rp. 10.000.000,00 tersebut diserahkan dan diterima sendiri oleh terdakwa di rumah dinasnya yang atas penyerahan uang tersebut dibuatkan bukti berupa kuitansi tertanggal 30 Desember 2003 ;

Bahwa atas perintah atasannya saksi Krisanto pernah menyerahkan uang sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sesuai dengan SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 yang diambil dari pos Pengadaan Alat-alat Kebersihan Sekretariat Pemkab Blitar yang dana tersebut berasal dari APBD dan uang tersebut saksi Krisanto serahkan dan diterima oleh terdakwa serta terdakwa menandatangani kuitansi tertanggal 24 Juni 2004 ;

Bahwa dana sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari Pos Proses Penyusunan Perhitungan APBD 2003 pada Sekretariat Pemkab Blitar yang berasal dari APBD sesuai SPMG nomor 699 telah cair dan dana tersebut telah terdakwa terima berdasarkan kuitansi tertanggal 31 Maret 2004 ;

Bahwa tanda tangan dalam kuitansi-kuitansi yang tertera dengan nominal sebesar Rp. 10.000.000,00 , Rp. 20.000.000,00 dan Rp. 200.000.000,00 dengan penerima uang bernama Samirin Darwoto tersebut adalah tanda tangan terdakwa ;

Bahwa terdakwa menyatakan tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 10.000.000,00, Rp. 20.000.000,00 maupun Rp. 200.000.000,00 dan tanda tangan dalam bukti kuitansikuitansi bukan tanda tangan terdakwa ;

Bahwa dana yang dianggarkan untuk Pemerintah Kabupaten Blitar (ekseklutif) tidak boleh diterima atau dipergunakan untuk keperluan DPRD Kabupaten Blitar (legislatif) ;

108

Bahwa terdakwa sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar bukan pengguna anggaran Sekretarian Pemkab Blitar Eksekutif) ;

Bahwa untuk pencairan SPMG harus dilengkapi dengan nota dinas, SKO, SPP, kuitansi dan bukti-bukti pendukung lainnya ;

Bahwa perubahan anggaran pada biaya pembinaan dan pemrosesan keuanggan Sekretariat Pemkab dalam RAPBD 2004 sebelum dibahas di Panggar Dewan oleh saksi Krisanto dianggarkan sebesar Rp.5.353.250.000,00 dan karena atas perintah atasan saksi Krisanto serta permintaan uang pesangon dari dewan maka terjadi perubahan dalam RAPBD menjadi Rp. 6.053.250.000,00 dan berubah lagi dalam APBD menjadi Rp. 6.678.250.000,00, dimana atas perubahan-perubahan tersebut dalam rapat di Panggar Dewan dan oleh fraksi-fraksi dalam rapat paripurna tidak dibahas dan tanpa revisi ;

Bahwa pembahasan RAPBD dibahas dalam rapat Panggar dengan Tim Anggaran ; Bahwa pengeluaran dana dari anggaran Sekretariat Pemkab pasti diketahui oleh Sekda, dan yang bertanggung jawab atas keuangan Sekretariat Pemkab tersebut adalah Sekda ;

Bahwa saksi Subiantoro sebagai Sekda adalah juga sebagai Ketua Tim Anggaran Eksekutif (Pemerintah Kabupaten Blitar) ;

Bahwa prosedur pencairan dana adalah harus sesuai dengan APBD dan dari Kabag atau Dinas-Dinas mengajukan dana dengan nota dinas yang telah ditandatangani kemudian diajukan SEKDA yang setelah disetujui kemudian dibuatkan SPP oleh Pemegang Kas lalu diajukan kepada Asisten II bidang Administrasi dan Umum untuk diparaf dan kemudian dikembalikan lagi ke Kabag Keuangan untuk dibuatkan SPMG (surat perintah membayar giro) dan SKO (Surat Keputusan otoritas), setelah itu diserahkan ke pemegang Kas untuk pencairan dana dan setelah cair diserahkan kepada pos-pos yang mengajukan dan sebagai pertanggung jawaban anggaran harus menyerahkan kuitansi serta bukti-bukti pendukung lainnya ; Menimbang, bahwa Terdakwa telah diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum

dengan Dakwaan yang disusun secara subsidaritas yaitu Dakwaan Primair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

109

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP; dakwaaan Subsidair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang R.I.Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; dakwaan Lebih Subsidair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP; dakwaan Lebih Subsidair Lagi perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; dakwaan Lebih-Lebih Subsidair Lagi perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Menimbang, bahwa untuk dapat dipersalahkan melanggar Pasal-Pasal tersebut, maka semua unsur yang terkandung dalam Pasal-Pasal yang didakwakan tersebut harus terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa. Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum disusun secara Subsidaritas maka terlebih dahulu Majelis akan mempertimbangkan Dakwaan Primair yaitu melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP, yang unsur-unsurnya adalah : 1. Setiap Orang;

110

2. Secara Melawan Hukum Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain Atau Suatu Korporasi; 3. Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara; 4. Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang Menyuruh Melakukan, dan Turut Serta Melakukan; Ad.1. Unsur Setiap Orang Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Setiap Orang sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi. Menimbang, bahwa menurut Martiman Projo Hamidjojo, SH, MM dalam bukunya Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi, Penerbit CV. Mandar Maju Bandung tahun 2001 hal. 52-53, disebutkan istilah yang lazim dalam perundang-undangan pidana ataupun KUHP memakai kata Barangsiapa atau salinan dari Hij die (teks KUHP) dan yang dimaksud dengan Setiap orang atau Barang siapa adalah orang atau orang-orang yang apabila orang atau orang-orang tersebut terbukti memenuhi unsur-unsur delik yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka orang-orang itu disebut sebagai si pelaku atau si pembuat dari delik tersebut. Menimbang, bahwa menurut R. Wiyono, SH dalam bukunya Pembahasan UndangUndang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Penerbit Sinar Grafika Jakarta tahun 2005, hal. 27 disebutkan bahwa dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut tidak ditentukan adanya suatu syarat, misalnya syarat Pegawai Negeri yang harus menyertai setiap orang yang melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud. Oleh karena sesuai dengan apa yang dimaksud dengan setiap orang dalam Pasal 1 angka 3 Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) dapat terdiri atas orang perseorangan dan/atau korporasi.

111

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan terdakwa Samirin Darwoto telah membenarkan identitasnya sebagaimana dalam surat dakwaan Penuntut Umum, sehingga terdakwa adalah orang sebagai subyek hukum yang didakwa melakukan tindak pidana. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka Majelis tidak sependapat dengan Penuntut Umum maupun Penasihat hukum terdakwa dan Majelis berpendapat unsur ke-1 setiap orang telah terpenuhi. A.d.2. Unsur Dengan Secara Melawan Hukum Melakukan Perbuatan

Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi. Menimbang, bahwa unsur kedua ini terdiri dari beberapa sub unsur (elemen) yang masing-masing saling berkaitan (berhubungan). Dimana yang dimaksud dengan secara melawan hukum dalam rumusan delik ini berdasarkan penjelasan pasal 2 ayat (1) UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.Oleh karena itu perbuatan melawan hukum dapat diartikan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan (hukum tertulis) dan/atau rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial. Menimbang, bahwa dari fakta yang teruangkap di persidangan, maka unsur kedua ini akan dipertimbangkan sebagai berikut : Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi : Krisanto (Kabag Keuangan) dan Wisnugroho (Kasubag Anggaran), Siti Sulastri (staf Bagian Anggaran), Titik Wismiati (Kasir dan Pembantu Pemegang Kas) serta barang bukti surat biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD dialihkan Sekretariat pada Belanja dan Jasa (jenis Belanja, Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan Keuangan

112

terungkap fakta-fakta :pada tanggal 25 Agustus 2004 pagi hari saksi Krisanto (Kabag Keuangan) memerintahkan saksi Siti Sulastri (staf Bagian Anggaran) untuk mengambil uang ke saksi Titik Wismiati (Kasir/Pembantu Pemegang Kas) sebesar Rp. 1.125.000.000,00 dari pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan untuk Dewan sesuai Nota Dinas (memo) saksi Krisanto dan SPMG : o Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses Penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. o Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 dari Biaya Proses Perhitungan Tahun 2003 sebesar Rp. 200.000.000,00. o Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyusunan PAK Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. o Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00. o Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00. o Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00. o Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00. o Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00. kemudian uang tersebut dihitung oleh saksi Titik Wismiati lalu uang tersebut oleh saksi Siti Sulastri dibawa ke ruangannya dan dari uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut sesuai dengan perintah saksi Krisanto maka yang sebesar Rp. 900.000.000,00 saksi Siti Sulastri masukkan dalam 45 (empat puluh lima) amplop warna coklat yang sesuai dengan jumlah anggota DPRD Kabupaten Blitar sebanyak 45 (empat puluh lima) orang yang masing-masing berisi Rp. 20.000.000,00 dan dimasukan dalam tas kresek warna hitam, sedangkan uang yang sebesar Rp. 225.000.000,00 dibungkus kertas koran yang

113

dimasukan dalam tas kresek warna hitam dan kemudian kedua bungkusan dalam tas kresek hitam tersebut dimasukan lagi dalam satu tas kresek warna hitam ; Bahwa berdasarkan keterangan saksi Subiantoro (Sekda), saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri diperoleh petunjuk setelah saksi Wisnoegroho mendapat telepon dari saksi Subiantoro yang menanyakan saksi Krisanto maka saksi Wisnugroho menemui saksi Siti Sulastri menanyakan titipan uang dan memerintah untuk membuat kuitansi yang setelah itu saksi Siti Sulastri membuat 2 (dua) kuitansi senilai Rp. 900.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 masing-masing rangkap 3 (tiga) dengan nama penerima Samirin Darwoto ; Bahwa berdasarkan keterangan saksi Wisnoegroho dan saksi Siti Sulastri dengan

menggunakan mobil sendiri membawa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 dalam tas kresek warna hitam tersebut yang pada waktu bersamaan saksi Subiantoro dengan menggunakan mobil yang dikemudikan saksi Suparno pergi menuju Pendopo Kabupaten Blitar yang saat itu saksi Subiantoro masuk ke dalam pendopo sedangkan saksi Wisnugroho maupun saksi Siti Sulastri menunggu diluar tetap dalam mobil, dan selang beberapa waktu kemudian saksi Soebiantoro keluar pendopo dan dengan menggunakan mobil yang dikemudikan Suparno tersebut pergi menuju ke rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar (terdakwa) yang terletak di jalan Merdeka Blitar dan saat itu pula saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri dari pendopo juga menuju ke rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar dengan menggunakan mobil dan uang yang

berada dalam tas kresek warna hitam berisi uang Rp. 1.125.000.000,00 tetap ada di dalam mobil tersebut. Bahwa berdasarkan keterangan saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri dan saksi Suparno di peroleh petunjuk bahwa setelah sampai di rumah dinas Ketua DPRD tersebut saksi Subiantoro turun dari mobil demikian pula saksi Wisnugroho juga turun dari mobilnya dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan tas kresek warna hitam yang berisi uang yang sudah disiapkan Saksi Siti Sulastri, lalu saksi Subiantoro dan saksi Wisnugroho masuk ke dalam rumah dinas terdakwa dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan

114

tas kresek warna hitam yang berisi uang yang sudah disiapkan dan dibawa oleh saksi Siti sulastri, sedangkan saksi Siti Sulastri tetap menunggu di dalam mobil Wisnugroho. Bahwa berdasarkan keterangan saksi Subiantoro, saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri bahwa tidak lama selang waktu kemudian saksi Wisnugroho keluar dari rumah dinas dengan sudah tidak membawa tas kresek warna hitam maupun stopmap kemudian saksi Subiantoro juga keluar dengan membawa Stopmap dan diserahkan kepada Wisnugroho, dan berdasarkan keterangan saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri bahwa setelah dibuka dalam stopmap tersebut masih tetap ada 2 (dua) lembar kuitansi atas penerimaan uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 yang masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 yang pada nama penerima Samirin Darwoto sudah di paraf yang sebelumnya kuitansi-kuitansi tersebut belum diparaf ; Bahwa berdasarkan keterangan saksi Subiantoro, saksi Krisanto, saksi Siti Sulastri, saksi Wisnugroho dan saksi Titik Wismiati bahwa setelah sampai kembali di kantor tidak lama kemudian terdakwa menelpon saksi Subiantoro untuk meminta kembali 2 (dua) kuitansi sebagai tanda penerimaan uang tersebut dan sebelum kuitansi-kuitansi tersebut dikembalikan dan diserahkan oleh saksi Wisnugroho terlebih dahulu difotocopi oleh saksi Siti sulastri ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta ataupun petunjuk sebagaimana dipertimbangkan di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.

1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) yang diserahkan saksi Wisnugroho sebagai Kasubag Anggaran Pemkab Blitar yang berasal dari pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada anggaran Sekretariat Kabupaten Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Siti Sulastri, saksi Titik Wismiati, saksi Krisanto serta barang bukti berupa 1 (satu) bendel SPMG nomor 08 tertanggal tanggal 30 Januari 2004 dengan salah satu lampiran berupa kuitansi tertanggal 30 Desember 2006 bahwa uang sebesar Rp. 10.000.000,00 yang diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab Blitar, yang dana tersebut diambil dari Kasir dan Pembantu Pemegang Kas Pemkab Blitar (saksi Titik Wismiati) yang oleh saksi

115

Siti Sulastri sebagai staf Bagian Anggaran tersebut diserahkan dan diterima sendiri oleh terdakwa di rumah dinasnya yang atas penyerahan uang tersebut dibuatkan bukti berupa kuitansi tertanggal 30 Desember 2003 dan nama penerima adalah Samirin Darwoto (terdakwa) ; Menimbang, bahwa tanda tangan dalam kuitansi tertanggal 30 Desember 2003.dengan nominal sebesar Rp. 10.000.000,00 dengan nama penerima Samirin Darwoto berdasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Subiantoro, saksi Drs. Gunawan, saksi Sumardjo dan saksi Krisanto telah mengenali corak dan modelnya sebagai tanda tangan terdakwa dan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 tanda tangan tersebut adalah produk yang sama dengan tanda tangan atas nama Samririn Darwoto dalam tanda tangan pembanding (KT), sehingga tanda tangan yang ada dalam kuitansi tertanggal 30 Desember 2003 adalah tanda tangan terdakwa , Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana

dipertimbangkan di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.10.000.000,00 dari Staf Bagian Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri dan uang/dana tersebut diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Lilik Purwanto, saksi Titik Wismiati, saksi Krisanto, saksi L. Nina Dwi Rahayu, saksi Lilik Purwanto barang bukti berupa 1 (satu) bendel SPMG nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 dengan salah satu lampiran berupa kuitansi tertanggal 24 Juni 2004 bahwa uang sebesar Rp. 20.000.000,00 yang

diambil dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar telah dibuatkan SPP serta SPMG dan telah cair, dan berdasarkan keterangan saksi Krisanto Kabag Keuangan Pemkab Blitar telah menyerahkan uang sebesar Rp. 20.000.000,00 tersebut dan diterima oleh terdakwa dengan menandatangani kuitansi penerimaan tertanggal 24 Juni 2004 tersebut; Menimbang, bahwa tanda tangan dalam kuitansi tertanggal 24 Juni 2004 dengan nominal sebesar Rp. 20.000.000,00 dengan nama penerima Samirin Darwoto walaupun

116

berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 tanda tangan dalam kuitansi tersebut tidak dapat dilakukan pemeriksaan karena merupakan double stroke,namun beradasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Subiantoro, saksi Drs. Gunawan, saksi Sumardjo dan saksi Krisanto mengenali corak dan model tanda tangan dalam kuitansi tertanggal 24 Juni 2004 sebagai tanda tangan terdakwa , sehingga tanda tangan yang ada dalam kuitansi tersebut adalah tanda tangan terdakwa , Menimbang, bahwa beradasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana

dipertimbangkan di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.20.000.000,00 dari Kabag Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana tersebut diambil dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Lilik Purwanto, saksi Titik Wismiati, saksi Krisanto, saksi L. Nina Dwi Rahayu serta barang bukti berupa 1 (satu) bendel SPMG nomor 699 tanggal 2 April 2004 dengan salah satu lampiran berupa kuitansi tertanggal 31 Maret 2004 bahwa uang sebesar Rp. 200.000.000,00 yang diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan perhitungan APBD 2003 Pemkab Blitar pada Sekretariat Pemkab Blitar telah dibuatkan SPP ,SPMG serta dilampiri SKO yang dana tersebut telah dicairkan dan berdasarkan keterangan saksi Krisanto uang sejumlah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tersebut diterima oleh terdakwa ; Menimbang, bahwa tanda tangan dalam kuitansi tertanggal 31 Maret 2004.dengan nominal sebesar Rp. 200.000.000,00 dengan nama penerima Samirin Darwoto, berdasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Subiantoro, saksi Drs. Gunawan, saksi Sumardjo dan saksi Krisanto mengenali dari corak dan modelnya sebagai tanda tangan terdakwa dan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 tanda tangan dalam kuitansi tersebut adalah produk yang sama dengan tanda tangan atas nama Samririn Darwoto dalam tanda tangan pembanding (KT), sehingga tanda tangan yang ada dalam kuitansi tertanggal 31 Maret 2004 adalah tanda tangan terdakwa ,

117

Menimbang,

bahwa

berdasarkan

fakta

ataupun

petunjuk

sebagaimana

dipertimbangkan di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Pemkab Blitar telah cair dari Kas Pemkab Blitar dan telah diterima oleh terdakwa ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta maupun petunjuk sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, maka terdakwa telah menerima uang masing-masing senilai Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) ditambah Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) ditambah Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) ditambah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang jadi seluruhnya sejumlah Rp. 1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh lima milyar rupiah) dari pos-pos pada Anggaran Pemerintah Kabupaten Blitar (eksekutif) ; Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dalam pasal 78 ayat (1) dinyatakan : Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD di biayai dan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, kemudian dalam pasal 29 ayat (5) juga dinyatakan : Anggaran Belanja

Sekretariat DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dalam pasal 18 ayat (1) huruf f angka ke-3 dinyatakan DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap Pelaksanaan Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah ; Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah dalam pasal 4 dinyatakan :Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efesien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan, kemudian dalam pasal 10 ayat (3) ditentukan bahwa setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut. Demikian pula dalam pasal 27 ayat (1) menyatakan :

118

Setiap pembebanan APBD harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih ; Menimbang, bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah dalam pasal 49 ayat (5) dinyatakan : Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih, kemudian dalam pasal 55 ayat (1) juga dinyatakan ; Pengguna Anggaran dilarang melakukan tindakan yang mengekibatkan beban APBD jika dana untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau dananya tidak cukup tersedia dan dalam ayat (2) dinyatakan : Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban Belanja Daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan. Menimbang, bahwa berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri nomor 161/3211/SJ tanggal 29 desember 2003 tentang Pedoman , Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD yang diantaranya mengatur bahwa untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau untuk membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan pimpinan atas nama Lembaga perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan, dan penyususunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran ; Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan peraturan-peraturan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dan DPRD masing-masing mempunyai angaran sendiri-sendiri, dimana penggunaan anggaran harus cukup atau tersedia dananya dan sesuai dengan peruntukannya yang telah ditetapkan serta didukung dengan bukti-bukti yang lengkap dan sah, sehingga anggaran yang diperuntukan Pemerintah Daerah tidak boleh dipergunakan atau dialihkan kepada DPRD ;

119

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi : Imam Muhadi; Hasan Al Habsy; Wisnugroho; Lilik Purwanto; Subiantoro; gunawan; Kustanto, Sumardjo dan Krisanto bahwa eksekutif /Pemerintah Kabupaten (in casu PEMKAB Blitar) dan Legislatif (in casu DPRD Kabupaten Blitar) masing-masing mempunyai anggaran sendiri-sendiri dan anggaran eksekutif tidak dapat diambil maupun dipergunakan/dipakai oleh legislatif ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi serta barang bukti Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Jawa Timur Nomor 171.423/71/012/1999 tertanggal 16 Oktober 1999 tentang Pengesahan Pimpinan dewan Perwakilan Rakyat daerah Kabupaten Tingkat II Blitar bahwa terdakwa adalah sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan persesuaian keterangan keterangan saksi Krisanto, Saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri, saksi Titik Wismiati dan barang bukti surat biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD dialihkan Sekretariat pada Belanja dan Jasa (jenis Belanja, Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan Keuangan surat biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD dialihkan Sekretariat pada Belanja dan Jasa (jenis Belanja), Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan Keuangan bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) sebagaimana dipertimbangkan di atas adalah untuk pesangon para anggota dewan sebanyak 45 orang dan uang tambahan Pimpinan Dewan yang diterima di rumah dinas terdakwa, dan uang sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan Rp. 20.000.000,00 ( dua puluh juta rupiah) di terima terdakwa di rumah dinasnya, demikian pula uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) telah diterima oleh terdakwa dalam kaitannya sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar, sehingga terdakwa menerima uang-uang tersebut dalam kedudukannya sebagai Ketua DPRD Blitar yang hanya memberikan kuitansi tanpa didukung kelengkapan bukti sah lainnya ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan terdakwa sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar dan bukan sebagai pengguna anggaran pada Sekretariat Pemerintah

120

Kabupaten Blitar, dan berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan ahli dan ketentuanketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 bahwa dana/anggaran pada eksekutif (in casu Pemerintah Kabupaten Blitar) tidak boleh diambil ataupun dipergunakan oleh legislatif (in casu DPRD Kabupaten Blitar), sehingga tindakan terdakwa yang menerima uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah), Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan Rp. 20.000.000,00 ( dua puluh juta rupiah) Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sebagaimana di pertimbangkan di atas adalah bertentangan dengan ketentuan peraturan-peraturan yang ada, yaitu UndangUndang Nomor 22 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 ; Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi adalah suatau perbuatan atau serangkaian perbuatan yang dengan perbuatan tersebut dapat bertambah harta-hartanya atau kekayaannya, baik dapat berupa barang-barang atau keuangan. Sedang yang diperkaya ini adalah orang yang bersangkutan sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang bersifat alternatif, maksudnya apabila salah satu terpenuhi maka terpenuhilah unsur ini ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta dipersidangan, yaitu dengan diterimanya uang sebesar Rp.1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) oleh terdakwa dari Kasubag Anggaran Pemkab Blitar (saksi Wisnugroho) sebagaimana dipertimbangkan di atas berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto, saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri, saksi Titik Wismiati dan saksi Drs. Karyono dengan barang bukti berupa surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD di alihkan ke Sekretariat pada Belanja barang dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja) Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan maupun barang bukti 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) dan Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) maka telah diperoleh petunjuk bahwa uang sebesar Rp.1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) tersebut

121

yang sebesar Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) diperuntukan untuk dana uang pesangon/tali asih bagi Anggota DPRD Kabupaten Blitar yang berjumlah 45 (empat puluh lima) orang termasuk terdakwa yang masing-masing anggota mendapatkan Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), sedangkan yang sebesar Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) merupakan uang tambahan bagi Pimpinan Dewan (DPRD Kabupaten Blitar) sebanyak 4 (empat) orang termasuk terdakwa sehingga terdakwa mendaparkan bagaian sebesar Rp. 56.250.000,00 (lima puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian sebagaimana dipertimbangkan di atas dari SPMG No. 08 tanggal 30 januari 2004 terdakwa menerima uang sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), dari SPMG nomor 699 tanggal 2 April 2004 terdakwa menerima uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dan dari SPMG nomor1387 tanggal 6 Juli 2004 terdakwa menerima uang sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka akibat dari perbuatan terdakwa yang menerima/memperoleh uang yang berasal dari anggaran Sekkab Blitar tersebut, terdakwa telah bertambah hartanya atau kekayaannya sebesar Rp. 56.250.000,00 (lima puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) ditambah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) ditambah Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), sehingga berjumlah Rp. 286.250.000.000,00 (dua ratus delapan puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ; Menimbang, bahwa mengenai keterangan saksi A de charge Adi Yanuanto yang telah selesai tugas menjalankan tugas sebagai sopir sejak tanggal 20 Agustus 2004 sebagai sopir terdakwa, maka saksi tersebut tidak mengetahui peristiwa yang terjadi pada tanggal 25 Agustus 2004 dirumah dinas terdakwa sebagaimana dipertimbangkan diatas ; Menimbang, bahwa mengenai alasan Penasehat Hukum terdakwa yang menyatakan bukti-bukti berupa kwitansi yang tidak diberi materai dan tidak jelas asal maupun peruntukannya, maka Majelis berpendapat untuk keharusan adanya materai dalam kwitansi adalah untuk memenuhi bea materai demikian pula mengenai asal maupun peruntukannya

122

adalah telah dipertimbangkan sebagai sesuatu yang tidak prosedural atau merupakan perbuatan melawan hukum sebagaimana dipertimbangkan dalam pembuktian unsur diatas ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diuraikan di atas, maka Majelis tidak sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa dan karenanya Majelis berpendapat bahwa unsur ke-2 Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri telah terpenuhi ; A.d.3. Unsur Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara : Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara (R. Wiyono SH dalam bukunya Undang-Undang Pemberantasan Tindak pidana korupsi hal. 32) Menimbang, bahwa selanjutnya yang dimaksud dengan keuangan negara sebagaimana dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara baik tingkat pusat ataupun di daerah. Menimbang, bahwa arti dapat dalam dalam unsur ke 4 ini haruslah diartikan sebagai sebagai suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian negara dengan tanpa dirinci dan menyebut bentuk dan jumlah kerugian negera tertentu sebagaimana halnya tindak pidana materiil (Drs. Adami Chazawi, SH dalam bukunya Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia hal. 45). Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan keterangan saksi-saksi : Imam Muhadi, Subiantoro dan Krisanto bahwa pada bulan Deseber 2003 di Pendopo Kabupaten Blitar telah diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil bupati (Heri Nugroho), Sekda (saksi Subiantoro) dengan Ketua DPRD Kabupaten Blitar (terdakwa), Sugianto, Made dan arif Fuadi masing-masing Wakil Ketua DPRD dan dalam pertemuan tersebut dewan meminta uang pesangon/tali asih

123

bagi anggota dewan yang akan memasuki purna bhakti. Demikian pula berdasarkan keterangan saksi Gunawan dan saksi Karyono yang mendengar kalau anggota Dewan akan mendapatkan uang pesangon/tali asih ; Menimbang, bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto dengan

saksi Imam Muhadi serta barang bukti surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD di alihkan ke Sekretariat pada Belanja barang dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja) Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan bahwa pada waktu rapat antara Tim Anggaran dari Pemkab Blitar dengan Panitia Anggaran dari DPRD Kabupaten Blitar tersebut Panitia Anggaran meminta dana uang pesangon yang diganti dengan istilah Jasa Kerja untuk dianggarkan di Sekkab, maka saksi Krisanto yang juga sebagai Sekretaris Tim Anggaran akhirnya menganggarkan dana pesangon sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (Satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) dengan cara memasukkan ke pos-pos Sekretariatan Sekkab, yaitu pada Pos Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran 2004 yang terdiri dari : o pos Biaya Proses Penyusunan APBD tahun 2004 200.000.000,00. o Pos Biaya Proses Perhitungan Tahun 2003 sebesar Rp. 200.000.000,00. o Pos Biaya Penyusunan PAK Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. o pos Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00. o pos Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00. o pos Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00. o pos Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00. o pos Biaya Penyelenggaraan Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00. Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta ataupun petunjuk sebagaimana telah dipertimbangkan dalam unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) yang diserahkan saksi sebesar Rp.

124

Wisnugroho sebagai Kasubag Anggaran Pemkab Blitar yang berasal dari pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada anggaran Sekretariat Kabupaten Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana dalam pertimbangan unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.10.000.000,00 dari Staf Bagian Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri dan uang/dana tersebut diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab Blitar ; Menimbang, bahwa beradasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana dalam pertimbangan unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.20.000.000,00 dari Kabag Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana tersebut diambil dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana dalam pertimbangan unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Pemkab Blitar telah cair dari Kas Pemkab Blitar dan telah diterima oleh terdakwa ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka uang sejumlah Rp. 1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh lima milyar rupiah) yang telah terdakwa terima tersebut berasal dari pos-pos anggaran yang diperuntukan bagi Pemerintah

Kabupaten Blitar (eksekutif), yaitu pada pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan dan pos Pengadaan Alat Kebersihan Sekretariat Pemkab Blitar , dan berdasarkan keterangan saksi-saksi bahwa anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan maupun Pengadaan Alat Kebersihan Sekretariat berasal dari APBD Kabupaten Blitar; Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dalam pasal 78 ayat (1) dinyatakan : Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD di biayai dan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

125

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan ahli (Abu Umar) bahwa tim telah menemukan adanya kerugian uang negara sebesar Rp. 1.835.000.000,00 / Rp. 1,835 milyar dengan rincian telah diterbitkan dan dicairkan SPMG : Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 sebesar Rp. 510.000.000,00.

Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00. Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 125.000.000,00. Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00. Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00. Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00. Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00. Nomor 669 tanggal 2 April 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

sesuai dengan kuitansi yang menerima dana sebesar Rp. 1.835.000.000,00, yaitu : 1. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Mahmud senilai Rp. 500.000.000,00. 2. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp. 10.000.000,00. 3. Kuitansi tanggal 31 Maret 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp. 200.000.000,00. 4. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp. 900.000.000,00. 5. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp. 225.000.000,00. dan kuitansi-kuitansi tersebut tidak dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung lainnya dan tidak sesuai dengan peruntukannya;

126

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas bahwa dana sebesar Rp. 1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) telah cair (keluar) yang diterima oleh terdakwa dengan tidak sesuai prosedur seperti pertanggung jawabannya hanya berupa kuitansi tanpa didukung bukti lainnya dan tidak sesuai dengan peruntukkannya dan dana tersebut merupakan anggaran yang diperuntukan bagi Pemerintah Kabupaten Blitar (Eksekutif) yang pendanaan tersebut berasal dari APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka akaibat perbuatan terdakwa tersebut negara telah mengalami kerugian keuangan sebesar Rp. 1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan di atas maka Majelis tidak sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa dan karenanya Majelis berpendapat bahwa unsur ke-3 dakwaan praimair ini telah terpenuhi ; Ad.4. Unsur Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang Menyuruh Lakukan Atau Turut Serta Melakukan Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan orang yang melakukan adalah seorang yang sendirian telah berbuat mewujudkan segala anasir atau elemen dari peristiwa pidana, dan yang dimakud dengan yang menyuruh lakukan artinya bukan orang itu sendiri yang melakukan peristiwa pidana akan tetapi ia menyuruh orang lain. Sedangkan arti turut melakukan dalam arti kata bersama-sama melakukan, sedikit-dikitnya ada dua orang ialah orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger) peristiwa pidana itu. ( R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), hal 62 63) ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa dihubungkan dengan surat bukti dan barang bukti yang diajukan di persidangan telah terungkap fakta-fakta sebagai berikut : Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi : Imam Muhadi, Subiantoro dan Krisanto bahwa pada bulan Deseber 2003 di Pendopo Kabupaten Blitar telah diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil Bupati (Heri

127

Nugroho), Sekda (saksi Subiantoro) dengan Ketua DPRD Kabupaten Blitar (terdakwa), Sugianto, Made dan Arif Fuadi masing-masing Wakil Ketua DPRD dan dalam pertemuan tersebut dewan meminta uang pesangon/tali asih bagi anggota dewan yang akan memasuki purna bhakti. Demikian pula berdasarkan keterangan saksi Gunawan dan saksi Karyono yang mendengar kalau anggota Dewan akan mendapatkan uang pesangon/tali asih ; Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto dengan saksi Imam

Muhadi serta barang bukti surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD di alihkan ke Sekretariat pada Belanja barang dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja) Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan bahwa pada waktu rapat antara Tim Anggaran dari Pemkab Blitar yang diketuai oleh Sekda (saksi Soebintoro) dengan Panitia Anggaran dari DPRD Kabupaten Blitar yang diketuai oleh saksi Masdaim Rifai tersebut Panitia Anggaran meminta dana uang pesangon yang diganti dengan istilah Jasa Kerja untuk dianggarkan di Sekkab, maka saksi Krisanto yang juga sebagai Sekretaris Tim Anggaran akhirnya menganggarkan dana pesangon sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (Satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) dengan cara memasukkan ke pospos Sekretariatan Sekkab, yaitu pada Pos Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretaritan Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran 2004 yang terdiri dari : o pos Biaya Proses Penyusunan APBD tahun 2004 o Pos Biaya Proses Perhitungan Tahun 2003 o Pos Biaya Penyusunan PAK Tahun 2004 o Pos Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati o pos Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah o pos Biaya Pembinaan Administrasi Daerah o pos Biaya Pengendalian Administrasi Umum o pos Biaya Penyelenggaraan Pemerintahan

128

sehingga dalam penyusunan telah terjadi perubuhan dalam RAPBD dan jumlah anggaran dalam RAPBD juga mengalami perbedaan dan perubahan dalam APBD yang telah disahkan dengan PERDA Nomor 1 Tahun 2004 ; Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto dan Abu Umar (ahli) bahwa ada perubahan pada pos biaya pembinaan dan pemrosesan keuangan Sekkab dalam RAPBD tahun 2004 dari dana sebesar Rp. 6.053.250.000,00 berubah menjadi Rp. 6.678.250.000,00 yang tertuang dalam APBD sehingga ada kenaikan sebesar Rp. 625.000.000,00, dan sebelum dibahas di Panggar dianggarkan sebesar Rp. 5.353.250.000,00 ; Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Subiantoro, saksi Masdaim Rifai, saksi Kustanto, saksi Krisanto, ahli Abu Umar dan keterangan terdakwa bahwa yang membahas RAPBD untuk menjadi APBD adalah Panitia Anggaran dengan Tim Anggaran, dan atas perubahan jumlah anggaran dalam RAPBD dengan APBD etersebut tidak dibahas serta tidak ada revisi ; Bahwa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus duapuluh lima juta rupiah) dari pos Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretaritan Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran 2004 telah cair/ keluar dan diterima oleh terdakwa ; Bahwa uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Pemkab Blitar telah cair dari Kas Pemkab Blitar dan telah diterima oleh terdakwa ; bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dari Kabag Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana tersebut diambil dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar ; bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.10.000.000,00 dari Staf Bagian Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri dan uang/dana tersebut diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab Blitar ;

129

Bahwa berdasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Hasan Al Habsyi, saksi Kadmiarsih, saksi Krisanto dan Abu Umar (ahli) bahwa setiap pengeluaran dana pada anggaran Kesekretariatan Pemkab pasti Sekda mengetahuinya ; menimbang, bahwa syarat adanya turut serta (medeplegen) dalam pasal 55 ayat (1)

ke-1 KUHP ini, terdiri dari : 1. adanya kerjasama secara sadar, yaitu adanya kesadaran bersama ini tidak berarti ada permufakatan terlebih dulu, cukup apabila ada pengertian antara peserta pada saat perbuatan dilakukan dengan tujuan mencapai hasil yang sama. 2. ada pelaksanaan bersama secara fisik, yaitu perbuatan yang langsung menimbulkan selesainya delik ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan sebagaimana di

pertimbangkan di atas bahwa terjadi pertemuan di pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri oleh Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil Bupati (Heri Nugroho), Sekda (saksi Subiantoro) dengan Ketua DPRD Kabupaten Blitar (terdakwa), Sugianto, Made dan Arif Fuadi masingmasing Wakil Ketua DPRD dan di dewan dibahas masalah uang pesangon/tali asih untuk anggota dewan , sehingga baik terdakwa maupun saksi Soebiantoro mengetahui adanya uang pesangon untuk anggota dewan, kemudian saksi Soebiantoro yang saat itu sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar yang juga sebagai Ketua Tim Anggaran dari eksekutif (Pemkab Blitar) adalah atasan dari saksi Krisanto yang saat itu sebagai Kabag Keuangan juga sebagai Sekretaris Tim Anggaran telah menyuruh saksi Krisanto untuk memasukan dana uang pesangon permintaan dewan ke pos-pos sekretariatan Pemkab blitar, lalu saksi Krisanto menganggarkan uang pesangon/tali asih tersebut ke pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar yang semula dianggarkan sebesar Rp. 5.353.250.000,00 (lima milyar tiga ratus lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) menjadi Rp.6.053.250.000,00 (enam milyar lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) dalam RAPBD tahun 2004, dalam dalam rapat pembahasan RAPBD tersebut oleh Panitia Anggaran Dewan yang juga dihadiri oleh saksi Subiantoro (Ketua Tim Anggaran dan saksi Krisanto (sekretaris Tim Anggaran) terjadi permintaan penambahan

130

uang pesangon/taliasih dan nama pesangon diganti dengan Jasa Kerja,

sehingga yang

semula pada pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun 2004 sebesar Rp.6.053.250.000,00 (enam milyar lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) berubah lagi/bertambah menjadi Rp. 6.678.250.000,00 (enam milyar enam ratus ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) dalam APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar yang disahkan dengan PERDA Nomor 1 Tahun 2004, dan atas perubahan/perbedaan yang signifikan jumlah anggaran pada pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun 2004 dengan APBD tahun 2004 tersebut tidak ada pembahasan maupun revisi baik dalam rapat antara Panitia Anggaran Dewan dengan Tim Anggaran, rapat pendapat fraksi maupun sidang-sidang paripurna yang dipimpin oleh terdakwa, dan apabila tidak ada pembahasan atau revisi maka nilai/jumlah dana angaran pada pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar seharusnya tetap atau tidak berubah ; Menimbang, bahwa dengan dimasukannya dana/uang pesangon dalam pos Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Sekkab Blitar, maka pada bulan Maret 2004 saksi Soebiantoro sebagai Sekda selaku atasan saksi Krisanto (Kabag Keuangan) telah memerintahkan kepada saksi Krisanto untuk mencairkan dan menyimpan dulu uang pesangon/taliasih untuk dewan tersebut, lalu atas perintah tersebut saksi Krisanto melaksanakannya dengan membuat nota dinas dengan memo yang berupa surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD di alihkan ke Sekretariat pada Belanja barang dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja) Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan dengan rincian obyek kepada Bendahara (saksi Titik Wismiati). Kemudian pada saat anggota DPRD Kabupaten Blitar akan purna bhakti, maka pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi Soebiantoro dan saksi Wisnugroho (Kasubag Anggaran) telah menyerahkan uang pesangon untuk Anggota Dewan sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) kepada terdakwa di rumah dinas terdakwa sebagaimana yang telah dipertimbangkan dalam unsur ke-2 di atas;

131

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas bahwa saksi Subiantoro telah berperan aktif melakukan perbuatan-perbuatan mulai dari pembicaraan masalah uang pesangon/taliasih, penyusunan dan pembahasan anggaran untuk memasukkan uang pesangon/taliasih untuk Anggota Dewan sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) dalam pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun 2004 maupun APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar sampai dengan penyerahan uang tersebut kepada terdakwa, demikian pula saksi Krisannto juga berperan dengan melakukan perbuatan-perbuatan mulai dari penyusunan dan pembahasananggaran untuk memasukkan uang pesangon/taliasih untuk Anggota Dewan sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) dalam pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat

Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun 2004 maupun APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar sampai dengan pencairan dana/uang pesangon untuk anggota dewan tersebut, Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan bahwa uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Pemkab Blitar, Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dari Kabag Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana tersebut diambil dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar dan Rp.10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah) dari Staf Bagian Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri dan uang/dana tersebut diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab Blitar yang telah diterima terdakwa tersebut sesuai dengan keterangan saksi Krisanto adalah berdasarkan perintah dari saksi Soebiantoro selaku Sekda dan saksi Subiantoro sebagai Sekda mengetahui semua pencairan dan pengeluaran Anggaran pada Sekretariat Pemkab Blitar ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan terdakwa bukan sebagai pengguna anggaran pada Sekretariat Pemkab Blitar. Akan tetapi berdasarkan sebagaimana pertimbangan di atas bahwa terdakwa telah menerima dana/uang yang berasal dari anggaran pada Sekretariat Pemkab Blitar, sehingga tidaklah mungkin terdakwa menerima dana/uang

132

tersebut tanpa keterlibatan atau keterkaitan dengan orang-orang yang mempunyai kewenangan untuk mencairkan/mengeluarkan dana yang tersedia dalam Anggaran Sekkab Blitar, yaitu SEKDA Blitar dan Kabag Keuangan Pemkab Blitar ; Menimbang, bahwa keterangan saksi Subiantoro selaku Sekda Kabupaten Blitar yang menerangkan tidak pernah memerintah Kabag Keuangan (saksi Krisanto) dan menerangkan pada tanggal 25 Agustus 2004 saat saksi Subiantoro masuk kerumah dinas terdakwa ternyata sudah ada saksi Wisnugroho diruang tamu dan tidak melihat bungkusan kecuali hanya sebuah map, menurut hemat majelis Hakim keterangan saksi Subiantoro tersebut bersifat subyektif karena saksi Subiantoro mempunyai kepentingan terhadap perkara ini dimana saksi Subiantoro sebagai tersangka dalam perkara yang terpisah. Oleh karena itu keterangan saksi Subiantoro ini dikesampingkan ; Menimbang, bahwa mengenai pendapat dari ahli bernama Solih Muadi yang diajukan Penasihat Hukum Terdakwa yang menyatakan bahwa untuk perkara penyertaan atau bersama-sama tersebut pelaku utama harus diperiksa atau diadili terlebih dahulu untuk menentukan ada tidaknya penyertaan, maka Majelis berpendapat dalam tindak pidana adanya unsur turut serta atau bersama-sama tidak ada suatu teori hukum yang mengharuskan (mengkontruksikan) bahwa salah satu pelaku sebagai pelaku utama harus terlebih dahulu diperiksa dan diadili dan berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 7K/Kr/1969 tanggal 22 Nopember 1969 bahwa untuk memeriksa perkara terdakwa Pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih dahulu pelaku utama dalam perkara itu. Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis tidak sependapat dengan ahli Solih Muadi dan karenanya harus dikesampingkan.; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka Majelis tidak sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa dan karenanya Majelis berpendapat unsur ke-5 turut serta melakukan dalam dakwaan primair ini telah terpenuhi ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan-pertimbangan di atas, maka semua unsur dakwaan primair telah terpenuhi, dan karenanya Majelis berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan seperti dalam

133

dakwaan primair karena telah memenihi unsur-unsur dalam pasal 2 ayat (1) UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP ; Menimbang, bahwa karena dakwaan primair telah terbukti maka dakwaan selebihnya tidak perlu dipertimbangkan lagi ; Menimbang, bahwa alasan Penasehat Hukum terdakwa bahwa dalam perkara ini saksi pelapor tidak diajukan dan di periksa dipersidangan, maka Majelis berpendapat berdasarkan pasal 3l ayat (l) jo pasal 4l ayat (2) huruf e UU No. 20 tahun 200l tentang Perubahan atas UU No. 3l tahun l999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa untuk perlindungan Hukum terghadap pelapor maka terdapat larangan atas hal-hal yang memungkinkan dapat diketahuinya identitas pelapor guna memberikan rasa aman bagi pelapor, sehingga diketahuinya identitas pelapor adalah merupakan suatu larangan apalagi untuk diperiksa di persidangan sehingga sangat dimungkinkan untuk diketahui identitasnya , dan berdasarkan keterangan ahli yang diajukan Penasehat Hukum terdakwa menyatakan bahwa dalam KUHAP tidak diatur/ditenhtukan saksi pelapor harus diperiksa dipersidangan ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan, maka Majelis tidak sependapat dengan alasan Penasehat hukum terdakwa dan karenanya harus ditolak ; Menimbang, bahwa mengenai bukti P.2 yang diajukan oleh Penasehat Hukum terdakwa oleh karena tidak didukung oleh alat-alat bukti sah lainnya, maka haruslah dikesampingkan dan tidak perlu dipertimbangkan ; Menimbang, bahwa selama proses persidangan berlangsung Majelis tidak menemukan adanya alasan pemaaf mapun pembenar pada diri terdakwa yang dapat menghapuskan pertanggung-jawaban pidana atas segala perbuatan pidana yang

dilakukannya, maka kepada Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.

134

pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dan karenanya patut dijatuhkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya ; Menimbang, bahwa oleh karena selama proses pemeriksaan terhadap Terdakwa telah dilakukan penahanan, maka sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHAP penahanan yang telah dijalani Terdakwa tersebut dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; Menimbang, bahwa karena terdakwa ditahan, maka sesuai pasal 193 ayat (2) huruf b KUHAP jo. pasal 21 ayat (4) KUHAP Majelis mempunyai cukup alasan untuk menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan. Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 diatur mengenai komulasi penjatuhan hukuman pokok, yaitu hukuman penjara dan hukuman denda, maka kepada diri Terdakwa selain dijatuhi pidana penjara juga patut untuk dijatuhkan pidana denda yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini. Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, disebutkan bahwa selain tindak pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam KUHP, pidana tambahan dalam tindak pidana korupsi salah satunya adalah pembayaran uang pengganti yang jumlah sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. Menimbang, bahwa untuk menentukan besarnya uang pengganti tersebut majelis berpendapat sesuai dengan telah dipertimbangkan dalam unsur ke 2 dalam Dakwaan primair tersebut diatas yaitu Terdakwa telah memperkaya dirinya sendiri sebesar Rp. 286.250.000.000,00 (dua ratus delapan puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), sehingga berdasarkan hal tersebut adalah cukup beralasan apabila Terdakwa di pidana pula dengan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti sebesar Rp.

135

286.250.000.000,00 (dua ratus delapan puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) dengan ketentuan apabila Terdakwa tidak membayar uang pengganti tersebut paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya harus disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut (Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001). Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di depan persidangan berupa : 1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00 ; 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ; 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ; a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00 b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00 1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Rancangan PAK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 745 tanggal 13 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 954 tanggal 5 Mei 2002 ;

136

SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 ;

masih diperlukan dalam perkara lainnya, maka barang-barang bukti tersebut harus dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk bukti dalam perkara lain Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana, maka sesuai Pasal 197 ayat (1) huruf i KUHAP dan Pasal 222 ayat (1) KUHAP kepada Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini ; Menimbang, bahwa sebelum Majelis menjatuhkan pidana kepada terdakwa, maka sesuai pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP akan dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang memberatkan maupun hal-hal yang meringankan bagi diri terdakwa, yaitu sebagai berikut : Hal-hal yang memberatkan : Sebagai Ketua DPRD Terdakwa tidak memberikan contoh/teladanbagi rakyat Blitar; Terdakwa sebagai Ketua DPRD seharusnya mengawasi pelaksanaan APBD agar berjalan baik dan tidak justru sebaliknya dengan melakukan penyimpangan Perbuatan Terdakwa mengakibatkan kerugian negara yang sangat besar. Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan semangat Pemerintah dalam memberantas dan memerangi tindak pidana korupsi Terdakwa tidak mengakui perbuatannya. Terdakwa sudah menikmati hasil perbuatannya.

Hal-hal yang meringankan : Terdakwa mengaku belum pernah dihukum Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan. Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga. Terdakwa sudah berusia lanjut

137

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini, maka segala hal yang tertuang dalam berita acara persidangan adalah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam putusan ini ; Mengingat akan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan ketentuan pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan perkara ini ;

MENGADILI :

1. Menyatakan terdakwa H. Samirin Darwoto tersebut di atas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :KORUPSI YANG

DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA 2. Menjatuhkan Pidana kepada Terdakwa tersebut oleh karenanya dengan Pidana Penjara selama ..dan pidana denda sebesar Rp. subsidair kurungan. 3. Menetapkan masa penahanan yang dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, 4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan. 5. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti sebesar Rp. 286.250.000.000,00 (dua ratus delapan puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan jika Terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama satu bulan sejak putusan ini memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk mencukupi uang pengganti tersebut dan dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi

138

untuk membayar uang pengganti maka akan diganti dengan pidana penjara selama tahun. 6. Menetapkan barang bukti berupa : 1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ; 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ; a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00 b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00 1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Rancangan PAK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 750 tanggal 13 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 ; SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 ; dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk bukti dalam perkara lain 7. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah)

139

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Blitar pada hari R A B U, tanggal 27 Desember 2006 oleh kami SIH YULIARTI, S.H. sebagai Hakim Ketua Majelis, SINUNG BARKAH PRACAYA, S.H. dan SIGIT PANGUDIANTO, S.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam persidangan yang yang terbuka untuk umum pada hari K A M I S,

tanggal 28 Desember 2006 oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi oleh Hakim hakim Anggota tersebut, dibantu SURIP, S.H. Panitera Penganti pada Pengadilan Negeri Blitar, yang dihadiri oleh MUZAIRI, S.H. sebagai Penuntut Umum serta dihadapan terdakwa dengan didampingi Tim Penasihat Hukumnya ;

HAKIM-HAKIM ANGGOTA,

HAKIM KETUA MAJELIS,

SINUNG BARKAH PRACAYA, S.H.

SIH YULIARTI, S.H.

SIGIT PANGUDIANTO, S.H.

PANITERA PENGGANTI,

SURIP, S.H.

140

. keterangan Terdakwa dihubungankan dengan surat bukti yang diajukan

dipersidangan telah terungkap fakta bahwa Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM, sebagaimana identitas yang tercantum dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Pejabat Negara dengan Jabatan Bupati Blitar berdasarkan Surat Keputusan Mendagri dan Otoda No.131.25.598 tanggal 21 Desember 2000, periode tahun 2001 -2006. Menimbang, bahwa Terdakwa aquo diajukan ke depan persidangan berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dengan status Terdakwa yang memangku Jabatan sebagai Bupati Blitar, sehingga segala fasilitas maupun sarana yang ada dalam jabatan tersebut Terdakwa memiliki kewenangan untuk menggunakannya, dengan demikian Majelis berpendapat bahwa pengertian setiap orang tidak sesuai dengan pengertian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, sehingga unsur ke 1 Setiap Orang tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Menimbang, bahwa oleh karena salah satu unsur dari Pasal 2 ayat (1) UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, tidak terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa, maka Terdakwa harus dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam Dakwaan Primair dan Terdakwa haruslah dibebaskan dari Dakwaan Primair tersebut.

141

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan Dakwaan Subsidair, yaitu melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, yang unsur-unsurnya sebagai berikut : 1. Setiap Orang; 2. Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain Atau Korporasi; 3. Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan, Atau Sarana Yang Ada Padanya Karena Jabatan Atau Kedudukan; 4. Dapat Merugikan Keuangan Negara Atau Perekonomian Negara 5. Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang Menyuruh Melakukan, Dan Yang Turut Serta Melakukan;

Ad.1. Unsur Setiap Orang Menimbang, bahwa yang dimaksud setiap orang sebagaimana Pasal 3 UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, adalah orang perseorangan yang merupakan subyek hukum (recht person) dalam perkara tindak pidana korupsi dengan ketentuan bahwa pelaku tindak pidana korupsi tersebut harus memangku suatu jabatan atau kedudukan dan mampu bertannggung jawab atas segala perbuatan sebagai orang yang memiliki segala kewenangan dalam jabatan tersebut.

Menimbang, bahwa Penasehat Hukum Terdakwa dalam pembelaannya menyatakan sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ke 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999, dijelaskan bahwa yang dimaksud setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi, sehingga apabila dikaitkan dengan tindak pidana yang dirumuskan, setiap orang itu hanya

142

akan mempunyai arti apabila dalam persidangan dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang sah apakah orang tersebut benar telah melakukan suatu perbuatan yang dapat di pidana dalam Tindak Pidana Korupsi ? Dengan demikian Penasehat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan Jaksa Penuntut Umum apabila yang dimaksud setiap orang/barangsiapa dalam perkara ini adalah Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM.

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di depan persidangan berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan Terdakwa yang dihubungkan dengan surat bukti yang diajukan di persidangan telah terungkap fakta bahwa Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Pejabat Negara dalam Jabatan Bupati Blitar Periode 2001-2006 berdasarkan SK Mendagri No. 131.35.598 tanggal 21 Desember 2000.

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke depan persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam perkara aquo adalah sangat berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dengan status Terdakwa selaku Pegawai Negeri Sipil yang memangku Jabatan sebagai Bupati Blitar, sehingga segala fasilitas maupun sarana yang ada dalam jabatan tersebut menjadi kewenangan Terdakwa untuk menggunakannya dan Terdakwa sendiri mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya, hal mana sesuai dengan pengertian setiap orang yang dimaksud Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis tidak sependapat dengan Penasehat Hukum Terdakwa dan berpendapat Unsur ke 1 Setiap Orang telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.2. Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain Atau Korporasi

143

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi adalah sama artinya dengan mendapatkan untung untuk diri sendiri atau orang lain atau korporasi dan di dalam ketentuan tentang tindak pidana korupsi yang terdapat dalam Pasal 3 unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi tersebut adalah tujuan dari pelaku tindak pidana korupsi (R. Wiyono, SH dalam bukunya Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Penerbit Sinar Grafika Jakarta tahun 2005, hal. 38), dan sesuai pula dengan Putusan MA RI tanggal 29 Juni 1989 Nomor 813K/Pid/1987 di dalam pertimbangan hukumnya antara lain menyebutkan bahwa unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan cukup dinilai dari kenyataan yang terjadi atau dihubungkan dengan perilaku Terdakwa yang sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya karena jabatan atau kedudukannya.

Menimbang, bahwa terhadap uraian unsur ke 2 ini Penasehat Hukum Terdakwa menyatakan bahwa dari keseluruhan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan tidak terbukti adanya niat atau maksud sebagai tujuan dalam diri Terdakwa untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, sehingga unsur ke 2 tidak terbukti dilakukan oleh Terdakwa dengan alasan sebagai berikut : 1. Pengeluaran dana berdasarkan SPMG kode D digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan kepentingan Pemerintah Kabupaten Blitar, tidak ada bukti dana tersebut digunakan untuk menguntungkan Terdakwa. 2. Pemindahbukuan dana Kas Daerah sebesar Rp. 5.000.000.000,- ke rekening atas nama Krisanto dan Priono Hadi, Begitu pula Deposito dan Giro atas nama Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 27.000.000.000,- dipindahbukukan ke rekening atas nama Krisanto adalah diluar pengetahuan Terdakwa dan bukan atas perintah Terdakwa. 3. Tidak pernah terbukti adanya perbuatan Terdakwa yang telah memperkaya orang lain yaitu saksi Krisanto SE, MM, saksi Solichin Inanta, SH, Msi, saksi Drs. Ec. M. Rusjdan, MM, dan saksi Bangun Suharsono.

144

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa yang dihubungkan dengan barang bukti dan surat bukti yang diajukan di persidangan telah terungkap fakta-fakta sebagai berikut: Bahwa pada awalnya Terdakwa selaku Bupati Blitar meminta dana kepada Kasubag Anggaran (Saksi Krisanto) sebesar Rp. 2.000.000.000,- yang akan digunakan untuk kegiatan Parpol diluar anggaran yang sudah ditetapkan dalam APBD. Bahwa atas permintaan Terdakwa tersebut saksi Krisanto melaporkan kepada Kabag Keuangan (saksi Solichin Inanta) dan selanjutnya Kabag Keuangan mengadakan pertemuan dengan Kasubag Anggaran Krisanto dan Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) serta mengundang Kepala Kantor Kas Daerah (saksi M. Rusjdan) untuk mencarikan jalan keluar dalam memenuhi permintaan dana oleh Terdakwa tersebut. Bahwa atas inisiatif Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) ditemukan cara pengeluaran dana diluar APBD adalah melalui SPMG PA (Pengembalian Ayat), dan setelah dikonsultasikan ke Propinsi Tingkat I Jawa Timur, dapat dicairkan melalui SPMG PA asalkan dapat dipertanggungjawabkan dan oleh karena pencairan SPMG PA tersebut diambilkan dari ayat/sisi penerimaan, maka harus dikembalikan lagi ke pos penerimaan. Bahwa selanjutnya mereka berempat melaporkan hal tersebut kepada Sekretaris Daerah (saksi Soebiantoro) dan oleh Sekretaris Daerah disuruh langsung melaporkan kepada Terdakwa selaku Bupati, atas laporan tersebut Terdakwa menyetujuinya dan akan bertanggung jawab. Bahwa setelah mendapat persetujuan Terdakwa, Kasubag Anggaran (saksi Krisanto) memberitahukan kepada Kasubag Perbendaharaan (saksi Kadmiarsih) agar dibuatkan SPMG PA yang kemudian diberi kode D dan ditandatangani Kabag Keuangan tanpa adanya lampiran SPP dan SKO, kemudian SPMG PA tersebut di kirim ke Kantor Kas Daerah untuk diterbitkan Cek Pembayarannya.

145

Bahwa semua pencairan SPMG PA dilakukan oleh Bendaharawan Gaji Sekretariat (saksi Lilik Purwanto) yang selanjutnya dana diserahkan kepada Kasubag Anggaran (saksi Krisanto) dan oleh Krisanto diserahkan kepada Terdakwa.

Bahwa tahun 2002 telah dicairkan SPMG PA sebanyak 59 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 17.047.950.000,-, tahun 2003 sebanyak 56 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 27.060.318.225,- dan tahun 2004 sebanyak 78 lembar SPMG PA dengan total nilai sebesar Rp. 24.230.116.900,-

Bahwa pada tanggal 12 Maret 2003 dan tanggal 13 Maret 2003 berdasarkan surat dari Kepala Kantor Kas Daerah (saksi Solichin Inanta) simpanan deposito dan giro Pemerintah Kabupaten Blitar telah dipindahbukukan ke rekening atas nama Krisanto sebesar Rp. 27.000.000.000,- dan oleh Krisanto setelah dicairkan sebesar Rp. 24.000.000.000,- diserahkan kepada Terdakwa sedangkan sisanya sebesar Rp. 3.000.000.000,- dikembalikan lagi ke rekening Kas Daerah (DAU).

Bahwa pada rekening nomor 144-00-020178-6 atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM di Bank Mandiri tanggal 24 Juni 2002 terdapat tranfer dana dari Krisanto sebesar Rp. 1.560.000.000,- dan pada tanggal 1 Jui 2002 sebesar Rp. 400.000.000,-

Bahwa di Bank Jatim Terdakwa mempunyai beberapa rekening yaitu rekening No.0143006646, No.0142342499, No. 0143003677, yang keseluruhannya atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM, sedangkan rekening No. 143850005 adalah rekening Gardu Taskin Bupati Blitar.

Bahwa untuk rekening No. 143006646 sesuai dengan bukti alokasi setoran terdapat setoran tunai sejumlah Rp. 3.015.939.833,- untuk rekening No.0142342499 setoran tunai sebesar Rp. 44.195.217,44, rekening No. 0143003677 setoran tunai sebesar Rp. 2.100.353.500,- sehingga jumlah setoran tunai yang ada di Bank Jatim adalah Rp. 3.015.939.833,- + Rp. 44.195.217,44 + Rp. 2.100.353.500,- = Rp. 5.070.488.540,44

146

Bahwa pada Bank Mandiri Terdakwa mempunyai rekening No. 144.00.020178-6 atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM terdapat setoran tunai sebesar Rp. 712.185.000,-

Bahwa pada Bank BNI Terdakwa mempunyai rekening No.183002848137.901 atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM 16.000.000,terdapat setoran tunai sebesar Rp.

Bahwa Terdakwa juga mempunyai rekening pada Bank BCA yaitu rekening No. 00901586861 atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM yang jumlah setoran tunainya sebesar Rp. 4.859.656.600,-

Bahwa rekening No. 0009-01-017002 tasa nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM pada Bank BRI terdapat setoran tunai sebesar Rp. 100.000.000,-

Bahwa sebagai Bupati Terdakwa mempunyai penghasilan yang berupa : 1. Gaji Bupati sebesar Rp. 11.000.000 sampai dengan Rp. 15.000.000,-/bulan 2. Gaji Pegawai Negeri Sipil sebesar Rp. 1.450.000,-/bulan 3. Gaji dari Rumah Sakit Syuhada Haji sebesar Rp. 3.000.000,-/bulan 4. SHU dari Yayasan Syuhada Haji sebesar + Rp. 1.250.000,-/bulan 5. Jasa Pungut PBB sebesar 1% /tahun dan jasa penyelesaian sengketa tanah yang sifatnya insidentil Sehingga rat-rata penghasilan riil yang diterima Terdakwa adalah sebesar + Rp. 20.700.000,-/bulan

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Terdakwa yang tidak mengakui adanya penerbitan dan pencairan SPMG kode D adalah hak Terdakwa dan oleh karena keterangan Terdakwa tersebut tidak didukung dengan bukti-bukti yang ada dan tidak ada bukti pertanggungjawaban mengenai penggunaan dana permintaan Terdakwa yang dipergunakan untuk pembayaran gaji ketiga belas, jamuan tamu VVIP, penyelesaian demo masyarakat, bantuan ke masjid-masjid maupun penggunaan dana yang lain maka Majelis patut mengesampingkan keterangan Terdakwa tersebut.

147

Menimbang, bahwa terhadap pencairan deposito/giro Pemerintah Kabupaten Blitar melalui rekening atas nama Krisanto yang juga dibantah Terdakwa, Majelis berpendapat apabila dilihat dari proses awal pendepositoan dana Pemerintah Kabupaten Blitar tersebut adalah dengan SK Bupati No.151/2002, SK Bupati No.152/2002, SK Bupati No.153/2002 tanggal 15 Mei 2002 dan SK Bupati No. 334/2002 tanggal 7 september 2002, maka sudah seharusnya pencairan dananya juga dengan SK Bupati atau setidak-tidaknya dengan sepengetahuan Terdakwa Selaku Bupati. Adalah sangat tidak masuk akal apabila pencairan deposito dengan total nominal yang sangat fantastis yaitu sebesar Rp. 24.000.000.000,tidak diketahui oleh Terdakwa selaku Bupati. Dan disamping itu dikaitkan dengan keterangan terdakwa sendiri di persidangan yang menyatakan bahwa pada bulan Agustus 2004 telah terjadi unjuk rasa (demontrasi) dari masyarakat dan LSM mengenai kekosongan kas pada Pemerintah Kabupaten Blitar dimana saat itu terdakwa sama sekali tidak mengingat akan deposito dan giro yang merupakan aset Pemerintah Kabupaten Blitar, namun terdakwa justru membuat wacana mencari pinjaman pada KPRI Praja Mukti, yang atas hal tersebut memberikan petunjuk pada Majelis bahwa terdakwa saat itu mengetahui kalau Deposito dan giro tersebut telah dicairkan.

Menimbang, bahwa adanya transfer dana dari Krisanto ke rekening atas nama Terdakwa di Bank Mandiri sebesar Rp. 1.560.000.000,- dan yang kedua sebesar Rp. 400.000.000,- sehingga keseluruhan sejumlah Rp. 1.960.000.000,- menurut Terdakwa adalah dana pinjaman yang sekarang sudah dikembalikan sesuai dengan kuitansi tanggal 27 Juni 2002dan kuitansi tanggal 4 Juli 2002 akan tetapi tanda tangan didalam kuitansi tersebut telah disangkal oleh saksi Krisanto sehingga Majelis berkesimpulan bukti kuitansi tersebut patut untuk dikesampingkan dan sesuai dengan keterangan saksi Krisanto yang telah memberikan keterangan di bawah sumpah menyatakan dana-dana yang telah di transfer ke rekening Terdakwa adalah berasal dari pencairan SPMG kode D dan bukan merupakan dana pinjaman.

148

Menimbang, bahwa mengenai setoran-setoran tunai yang ada pada rekeningrekening atas nama Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM di Bank jatim, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BCA Cabang Blitar sebagaimana terbukti dari aplikasi setoran apabila dihubungkan dengan penghasilan riil yang diterima Terdakwa selaku Bupati Blitar dan penghasilan-penghasilan yang sah lainnya yaitu sebesar Rp. 20.700.000,- /bulan, ternyata sangat tidak realistis seperti setoran tunai di Bank Jatim dalam satu bulan ada yang jumlahnya sebesar Rp. 500.000.000,- Rp. 175.000.000,- Rp. 200.000.000,- bahkan ada setoran yang jumlahnya Rp. 1.000.385.000,- dalam satu bulan, yang atas setoran-setoran tersebut Terdakwa tidak dapat membuktikan asal dananya, karenanya menjadi petunjuk bagi Majelis bahwa dana-dana yang disetorkan secara tunai tersebut berasal dari pencairan SPMG kode D maupun pencairan deposito Pemerintah Kabupaten Blitar yang semuanya dicairakan oleh saksi Krisanto dan diserahkan kepada Terdakwa.

Menimbang, bahwa atas uraian pertimbangan tersebut diatas, Majelis berpendapat bahwa Terdakwa telah menguntungkan dirinya sendiri sebesar Rp. 36.718.329.540,44 dengan perincian sebagai berikut : 1. Setoran tunai di Bank Jatim 2. Setoran tunai di Bank Mandiri 3. Setoran tunai di Bank BNI 4. Setoran tunai di Bank BCA 5. Setoran tunai di Bank BRI 6. Pencairan deposito Pemkab 7. Transfer dari Krisanto Sehingga jumlah keseluruhan sebesar sebesar sebesar sebesar sebesar sebesar sebesar sebesar Rp. 5.070.488.540,44 Rp. Rp. Rp. Rp. 712.185.000,16.000.000,4.859.656.000,100.000.000,-

Rp. 24.000.000.000,Rp. 1.960.000.000,-

Rp. 36.718.329.540,44

149

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penasehat Hukum Terdakwa dan berdasarkan pertimbagan tersebut diatas unsur ke 2 yaitu, dengan tujuan mengungtungkan diri sendiri telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.3. Unsur Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan Atau Sarana Yang Ada Padanya Karena Jabatan Atau Kedudukan Menimbang, bahwa R. Wiyono SH dalam bukunya Undang-Undang Pemberantasan Tindak pidana korupsi hal. 38-40 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan adalah menggunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang melekat pada jabatan atau kedudukan yang dijabat atau diduduki oleh pelaku tindak pidana korupsi untuk tujuan lain dari maksud diberikannya kewenangan, kesempatan atau sarana tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan kewenangan adalah serangkaian hak yang melekat pada jabatan atau kedudukan dari pelaku tindak pidana korupsi untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas pekerajaannya dapat dilakukan dengan baik. Yang dimaksud dengan kesempatan adalah peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku tindak pidana korupsi, peluang mana tercantum di dalam ketentuan-ketentuan tentang tata kerja yang berkaitan dengan jabatan atau kedudukan yang dijabat atau diduduki oleh pelaku tindak pidana korupsi. Sedangkan yang dimaksud dengan jabatan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 adalah kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi negara. Dan yang dimaksud dengan kedudukan sebagaimana ketentuan Pasal 3 UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, dipergunakan untuk pelaku

150

tindak pidana korupsi Pegawai Negeri sebagai pelaku tindak pidana korupsi yang tidak memangku suatu jabatan tertentu baik jabatan struktural maupun jabatan fungsional.

Menimbang, bahwa Penasehat Hukum Terdakwa di dalam uraian unsur ke-3 ini menyatakan bahwa Terdakwa tidak terbukti menyalahgunakan kewenangan/kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, sehingga unsur ke-3 tidak terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa dengan alasan sebagai berikut : Bahwa Terdakwa selaku Bupati telah mendelegasikan kewenangan dalam pengelolaan keuangan kepada Sekretaris Daerah dan perangkat pengelola keuangan daerah sesuai Pasal 2 ayat (2) PP Nomor 105 tahun 2000 sehingga kewenangan pengelolaan keuangan daerah sudah tidak melekat pada diri Terdakwa selaku Bupati. Bahwa apabila ada tindakan para pengelola keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar yang telah menyimpang bukan merupakan tanggung jawab Terdakwa, karena

perbuatan tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan dan bukan atas perintah Terdakwa. Bahwa perbuatan Terdakwa yang memerintahkan untuk mengeluarkan dana APBD yang belum dianggarkan guna kepentingan mendesak bukan merupakan bagian dari pelaksanaan kewenangan melainkan wujud dari tanggung jawab moral seorang Bupati dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi Pemerintah Kabupaten Blitar.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa dihubungkan dengan surat bukti dan barang bukti yang diajukan di persidangan telah terungkap fakta-fakta sebagai berikut : Bahwa Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM adalah seoarang Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Pejabat Negara dalam Jabatan Bupati Blitar

151

periode tahun 2001-2006 berdasarkan Surat Keputusan Mendagri dan Otoda Nomor 131.25.598 tanggal 31 Desember 2000 dengan tugas mengatur kebijaksanaan umum tentang Pemerintahan Daerah terutama yang disebut Daerah Otonomi. Bahwa pada awal tahun 2002 Terdakwa meminta disediakan dana sebesar Rp. 2.000.000.00,- untuk kegiatan Parpol kepada saksi Krisanto (Kasubag Anggaran). Bahwa atas permintaan dana tersebut, diluar yang dianggarkan dalam APBD, Krisanto melaporkan pada saksi Solichin Inanta (Kabag Keuangan) dan untuk mencarikan jalan keluarnya diadakan rapat di Bagian Keuangan yang dihadiri oleh Kabag Keuangan (saksi Solichin Inanta), Kasubag Anggaran (saksi Krisanto), Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) dan Kepala Kantor Kas Daerah (saksi M. Rusjdan). Bahwa dari hasil pertemuan tersebut, atas ide dari Kasubag Pembukuan disepakati bahwa pengeluaran dana diluar APBD ditempuh dengan cara Pengembalian Ayat (PA) yaitu realisasi pengeluaran yang diamblikan dari ayat/sisi pemerimaan, selanjutnya dikonsultasikan ke Bagian Keuangan Propinsi Jawa Timur dengan penjelasan bahwa perngeluaran dana dengan cara Pengembalian Ayat dapat dibenarkan dengan syarat harus dapat dipertanggungjawabkan. Bahwa kemudian oleh mereka berempat cara tersebut dilaporkan kepada Sekretaris Daerah (saksi Soebiantoro) dan oleh Sekretaris Daerah disuruh langsung melaporkan kepada Terdakwa selaku Bupati. Setelah melapor kepada Terdakwa mengenai

pengeluaran dana melalui Pengembalian Ayat, dan Terdakwa menyetujui dan akan bertanggung jawab. Bahwa setelah mendapat persetujuan Terdakwa, Krisanto memberitahukan kepada Kasubag Perbendaharaan (saksi Kadmiarsih) agar diterbit SPMG PA yang kemudian diberi kode d atau D yang ditandatangani Kabag Keuangan Solichin Inanta tanpa dilampiri SPP dan SKO sebanyak dua lembar dengan nilai nominal masing-masing Rp. 1.000.000.000,- sesuai dengan permintaan Terdakwa, selanjutnya SPMG PA tersebut dikirim ke Kantor Kas Daerah untuk diterbitkan cek pembayarannya dan

152

setelah dicairkan oleh bendahara gaji sekretariat (saksi Lilik Purwanto) diserahkan kepada Krisanto dan oleh Krisanto diserahkan kepada Terdakwa. Bahwa selanjutnya untuk memenuhi permintaan Terdakwa secara berturut-turut dan dengan proses yang sama dikeluarkan dana melalui SPMG PA yaitu untuk tahun 2002 diterbitkan SPMG PA sebanyak 59 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 17.047.950.000,-, tahun 2003 sebanyak 56 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 27.060.318.225,- dan tahun 2004 sebanyak 78 lembar SPMG PA dengan total nilai sebesar Rp. 24.230.116.900,Bahwa pencairan dana melalui SPMG PA tersebut oleh Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) pertanggungjawabannya disisipkan/ditambahkan pada pos belanja pegawai di 32 Unit Kerja dan 22 Kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar dengan alasan untuk memudahkan karena pencairan dana tersebut tidak ada bukti pengeluarannnya, akibtanya terjadi selisih anggaran antara realisasi berdasarkan SPMG dan yang tercantum dalam buku sisa perhitungan APBD. Bahwa berdasarkan SK Bupati Nomor 151 tahun 2002, Nomor 152 tahun 2002, Nomor 153 tahun 2002 dan Nomor 334 tahun2002 yang ditandatangani oleh Terdakwa, Pemerintah Kabupaten Blitar mempunyai dana yang tersimpan dalam bentuk deposito dan giro di Bank Jatim, Bank BNI, dan Bank BRI Cabang Blitar sebesar Rp. 27.000.000.000,- dan berdasarkan Surat Kepala Kantor Kas Daerah yang ditandatangani oleh Solichin Inanta simpanan dalam bentuk deposito/giro tersebut telah telah dipindahbukukan ke rekening atas nama Krisanto dan setelah dicairkan Krisanto, diserahkan kepada Terdakwa sebesar Rp. 24.000.000.000,sisanya Rp. 3.000.000.000,- dimasukan ke rekening DAU. Bahwa dana-dana yang diterima Terdakwa, menurut Terdakwa dipergunakan untuk tamu-tamu VVIP, sumbangan ke masjid-masjid, penyelesaian demo dan lain-lain, akan tetapi tidak ada bukti pendukungnya misalnya kuitansi atau yang lainnya.

153

Menimbang, bahwa dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajibannya Terdakwa selaku Bupati harus berpedoman pada aturan yang ada yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. - Pasal 43 huruf d : Mempunyai perundangan. - Pasal 44 ayat (1) : Kepala Daerah memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD. - Pasal 44 ayat (2) : Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD. 2. PP Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. - Pasal 1 angka 4 : Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah adalah Kepala Daerah yang karena jabatannya pengelolaan keuangan daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungajwaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada DPRD. - Pasal 2 ayat (1) : Kepala Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Umum kewajiban menegakan seluruh peraturan

Pengelolaan Keuangan Daerah. - Pasal 2 ayat (2) : Kepala Daerah mendelegasikan sebagian atau seluruh kewenangannya kepada Sekretaris Daerah atau perangkat pengelola keuangan daerah - Pasal 4 : Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan asas keadilan dan kepatutan

154

3. KEPMENDAGRI Nomor 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman Penyusunan Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. - Pasal 31 ayat (1) : Kepala daerah adalah pemegang kekuasaan umum

pengelolaan keuangan daerah. - Pasal 32 ayat (2): Bendahara umum daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah. - Pasal 49 ayat (5) : Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

Menimbang, bahwa pada saat menjalankan jabatannya selaku Bupati dengan segala kewenangan, kesempatan, maupun sarana yang ada karena jabatan atau kedudukannya Terdakwa sepatutnya dapat meduga pencairan SPMG kode D untuk tahun 2002, 2003, dan 2004 yang dilakukan oleh perangkat pengelolaan keuangan daerah tanpa melalui prosedur yang sah yaitu tidak dilengkapi dengan SPP dan SKO, sedangkan untuk

pertanggunjawabannya disiasati dengan cara disisipkan/ditambahkan pada pada pos anggaran belanja pegawai di 32 Unit Kerja dan 22 Kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar.

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2) PP Nomor 105 Tahun 2000 Kepala Daerah (Terdakwa) telah mendelegasikan kewenangannya dalam pengelolaan keuangan daerah kepada Sekretaris Daerah dan perangkat pengelola keuangan di bawahnya, hal tersebut bukan berarti kewenangan Terdakwa atas pengelolaan keuangan sudah tidak melekat lagi pada pada diri Terdakwa, karena sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 PP Nomor 105 tahun 2000 dan KEPMENDAGRI nomor 59 Tahun 2002 Pasal 31 ayat (1)

155

Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah, sehingga ia harus bertanggung jawab atas semua pengelolaan keuangan daerah baik yang dilakukan Terdakwa sendiri maupun yang dilakukan oleh perangkat pengelola keuangan keuangan di bawahnya dan sesuai dengan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 harus di pertanggungjawabkan kepada DPRD.

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis tidak sependapat dengan Penasehat Hukum Terdakwa dan berkesimpulan unsur ke 3 yaitu menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.4. Unsur Dapat Merugikan Keuangan Negara Atau Perekonomian Negara Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara (R. Wiyono SH dalam bukunya Undang-Undang Pemberantasan Tindak pidana korupsi hal. 32)

Menimbang, bahwa selanjutnya yang dimaksud dengan keuangan negara sebagaimana dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara baik tingkat pusat ataupun di daerah.

Menimbang, bahwa arti dapat dalam dalam unsur ke 4 ini haruslah diartikan sebagai sebagai suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian negara dengan tanpa dirinci dan menyebut bentuk dan jumlah kerugian negera tertentu sebagaimana halnya tindak

156

pidana materiil (Drs. Adami Chazawi, SH dalam bukunya Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia hal. 45).

Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di depan persidangan telah terungkap fakta-fakta sebagai berikut : Bahwa atas permintaan dana dari Terdakwa diluar yang telah dianggarkan dalam APBD, telah disepakati pencairannya melalui SPMG PA atau SPMG kode D yaitu realisasi pengeluaran yang diamblikan dari ayat/sisi pemerimaan yang tanpa dilampiri oleh SPP dan SKO. Bahwa untuk tahun 2002 secara bertahap telah diterbitkan SPMG kode D sebanyak 59 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 17.047.950.000,yang ada

pertanggungjawabannya sebanyak 2 SPMG kode D untuk membayar saluran proyek popoh sebesar Rp. 222.2750.000,- yaitu SPMG kode D Nomor 13 tanggal 10 Juli Tahun 2002 dan SPMG kode D Nomor 21 tanggal 18 Agustus 2002, sehingga sisa yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp. 16.825.000.000,Bahwa pada bulan Juli 2002 telah terjadi pemindahbukuan dana dari rekening Kas Daerah ke rekening atas nama Krisanto di Bank Jatim sebesar total Rp. 2000.000.000,- dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahwa untuk tahun 2003 penerbitan SPMG kode D sebanyak 56 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 27.060.318.225,yang seluruhnya tidak dapat

dipertanggungjawabkan. Bahwa pada bulan Maret 2003 telah terjadi pemindahbukuan dana dari rekening Kas Daerah ke rekening atas nama Priono Hadi di Bank Mandiri sebesar Rp. 3.000.000.000,-, ini pun tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahwa simpanan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam bentuk deposito/giro telah dipindahbukukan ke rekening atas nama Krisanto di Bank BNI 46 Cabang Blitar dengan nomor rekening 183.01.93.8133.901 sebesar Rp. 5.000.000.000,- di Bank Jatim Cabang Blitar dengan nomor rekening 720.110.010.002969 sebesar Rp.

157

19.000.000.000,- sehingga jumlah keseluruhan sebesar Rp. 24.000.000.000,- tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahwa pada Desember 2003 sesuai bukti STS ada dana setor kembali ke Kas Daerah sebesar Rp. 19.305.000.000,- dengan perincian sebagai berikut : 1. STS yang dilakukan saksi Lilik Purwanto selaku bendahara gaji sebesar Rp.15.705.000.000,- yang dananya berasal dari : - Pinjaman KPRI Praja Mukti - Pinjaman dana PBB dan PBHTB/BRI - Dari bendahara gaji 2. STS yang dilakukan saksi Titik Wismiati 3. STS bendahara bagian tata pemerintahan 4. STS bendahara Dinas P dan K sebesar Rp.12.285.000.000,sebesar Rp. 1.500.000.000,sebesar Rp. 1.920.000.000,sebesar Rp. 1.650.000.000,sebesar Rp. 1.800.000.000,sebesar Rp. 150.000.000,-

Bahwa STS yang dananya berasal dari pinjaman KPRI Praja Mukti, Pinjaman dana PBB dan PHTB di BRI selanjutnya dilunasi dengan menggunakan SPMG kode D tahun 2004.

Bahwa pada awal Januari 2004 Kas Daerah telah mengembalikan dana-dana yang disetor berdasarkan STS dari Titik Wismiati, Bendahara tata pemerintahan dan Dinas P dan K.

Bahwa STS yang riil masuk ke Kas Daerah hanyalah sebesar Rp. 1.920.000.000,Bahwa dana total yang tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk tahun 2003 adalah sebesar (Rp. 27.060.318.225,- + Rp. 3.0000.000.000,- + Rp. 24.000.000.000,- ) Rp. 1.920.000.000 = Rp. 52.140.318.225

Bahwa untuk tahun 2004 diterbitkan 78 lembar SPMG PA dengan total nilai sebesar Rp. 24.230.116.900,- yang dapat dipertanggungjawabkan antara lain : 1. Membayar Jembatan Jugo 2. Membayar Pinjaman KPRI Praja Mukti 3. Membayar Pinjaman PBB/PBHTB 4. Membayar Kesbanglinmas sebesar Rp. 4.085.000.000,sebesar Rp. 5.702.096.000,sebesar Rp. 1.515.100.000,sebesar Rp. 1.564.907.000,-

158

5. Membayar PHBN

sebesar Rp.

550.000.000,-

Jumlah Rp. 13.417.103.000,Bahwa dana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan adalah sebesar Rp. 24.230.116.900 Rp. 13.417.103.000,- = Rp. 10.813.013.900,-

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis berpendapat bahwa kerugian negara yang timbul untuk tahun 2002 sebesar Rp. 18.825.200.000,-; tahun 2003 sebesar Rp. 52.140.318.225,- dan tahun 2004 sebesar Rp. 10.813.013.000,- sehingga total kerugian negara adalah sebesar Rp. 81.778.532.125,- (delapan puluh satu milyar tujuh ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus tiga puluh dua ribu seratus dua puluh lima rupiah).

Menimbang, bahwa atas pertimbangan-pertimbangan tersebut majelis tidak sependapat dengan Penasehat Hukum Terdakwa dan berpendapat unsur ke 4 yaitu dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.5. Unsur Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang Menyuruh Lakukan Atau Yang Turut Serta Melakukan Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan yang melakukan artinya secara

lengkap memenuhi semua unsur delik, yang dimakusd dengan yang menyuruh lakukan artinya menggerakan orang lain, sedangkan arti turut serta melakukan adalah bersepakat dengan orang lain untuk membuat rencana untuk melakukan suatu perbuatan pidana (lihat buku Hukum Pidana oleh Prof. Dr.Schaffineister, Prof. Dr.N. Keijer, Mr.E.PH. Sitorus, Penerjemah Prof. Dr. J.E. Sahetapy, SH.MA hal.249).

Menimbang, bahwa Penasehat Hukum Terdakwa dalam penguraian unsur ke 5 ini menyatakan bahwa Terdakwa yang menjabat sebagai Bupati Blitar tidak melakukan pencairan SPMG kode D, pemindahbukuan Kas Daerah k rekening pribadi dan pencairan

159

deposito ke rekening pribadi, karenanya Dakwaan sebagai orang yang melakukan tidaklah terbukti. Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di depan persidangan telah terungkap fakta-fakta sebagai berikut : Bahwa awalnya Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM selaku Bupati meminta disediakan dana diluar anggaran APBD kepada Kasubag Anggaran Krisanto, kemudian permintaan dana tersebut oleh Krisanto dilaporkan kepada Kabag Keuangan (saksi Solichin Inanta), selanjutnya untuk mencarikan jalan keluarnya diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Kabag. Keuangan (saksi Solichin Inanta), Kasubag Anggaran (saksi Krisanto), Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) dan Kepala Kantor Kas Daerah (saksi M. Rusjdan) dan hasil pertemuan tersebut disepakati menggunakan cara melalui SPMG PA atau SPMG kode D. Bahwa selanjutnya Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) berkonsultasi ke Bagian Keuangan Propinsi dan mendapat penjelasan dapat mengeluarkan dana diluar APBD melalui SPMG PA dengan syarat harus dipertanggungjawabkan. Bahwa kemudian mereka berempat melaporkan hal tersebut kepada Sekretaris Daerah (saksi Soebiantoro) dan oleh Sekretaris Daerah disuruh langsung melaporkan kepada Terdakwa selaku Bupati dan atas laporan tersebut Terdakwa menyetujui dan akan bertanggung jawab. Bahwa setelah mendapat persetujuan Terdakwa mulailah diterbitkan SPMG PA atau SPMG kode D tanpa dilampiri SPP dan SKO oleh Kasubag Perbendaharaan (saksi Kadmiarsih) yang ditandatangani Kabag Keuangan (saksi Solichin Inanta), selanjutnya dikirim ke Kantor Kas Daerah untuk diterbitkan cek pembayarannya. Bahwa secara berturut-turut dan dengan proses yang sama guna memenuhi permintaan Terdakwa telah diterbitka SPMG kode D sejak tahun 2002, tahun 2003 dan tahun 2004 sebanyak 192 lembar SPMG kode D dengan nilai total Rp. 68.338.385.125,-

160

Menimbang, bahwa di dalam Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP, mengenai penyertaan (delneming), menurut doktrin yang ada diperlukan dua syarat bagi adanya turut serta melakukan tindak pidana yaitu : 1. Kerjasama yang sadar antara pelaku yang merupakan suatu kehendak bersama di antara mereka. 2. Mereka harus bersama-sama melakukan kehendak tersebut. Menimbang, bahwa dari fakta-fakta tersebut diatas nampak bahwa Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM bersama-sama dengan Krisanto, Solichin Inanta, M. Rusjdan, dan Bangun Suharsono ada kerja sama yang sadari atau memiliki kehandak yang sama dan mereka melaksanakan kehendak tersebut secara bersama-sama. Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis tidak sependapat dengan Penasehat Hukum Terdakwa dan berkesimpulan unsur ke 5 Pasal 55 ayat (1) Ke 1 KUHP yaitu turut serta melakukan telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.6. Unsur Yang Dilakukan Secara Berlanjut Menimbang, bahwa menurut doktrin yang ada disebutkan untuk perbuatan berlanjut hanya dapat berlaku jika dipenuhi 3 syarat yaitu : 1. Harus ada penentuan kehendak dari si pelaku yang meliputi semua perbuatan itu. 2. Perbuatan itu harus sejenis. 3. Tenggang waktu antara perbuatan itu tidaklah terlalu lama. Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di depan persidangan telah terungkap fakta-fakta sebagai berikut : - Bahwa untuk memenuhi permintaan dana oleh Terdakwa diluar yang dianggarkan dalam APBD disepakati bersama antara Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM selaku Bupati, dengan Kabag Keuangan (saksi Solichin Inanta), Kasubag Anggaran (saksi Krisanto), Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) dan Kepala Kantor Kas Daerah (saksi M. Rusjdan), yaitu ditempuh dengan cara menerbitkan SPMG PA

161

atau SPMG kode D yang dilakukan tanpa prosedur yang sah, tanpa dilengkapi SPP dan SKO. - Bahwa secara berturut-turut dan dengan proses yang sama dikeluarkan SPMG PA atau SPMG kode D yang tanpa dilampiri SPP dan SKO secara bertahap untuk tahun 2002, sebanyak diterbitkan SPMG PA atau SPMG kode D sebanyak 59 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 17.047.950.000,-, untuk tahun 2003 diterbitkan SPMG PA atau SPMG kode D sebanyak 56 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 27.060.318.225,- dan tahun 2004 diterbitkan SPMG PA atau SPMG kode D sebanyak 78 lembar SPMG PA dengan total nilai sebesar Rp. 24.230.116.900,- Bahwa selain pengeluaran dana dengan cara pencairan penerbitan SPMG kode D, guna memenuhi permintaan dana oleh Terdakwa juga dilakukan pemindahbukuan dari rekening Kas Daerah di pindah ke rekening pribadi atas nama Krisanto yang asalnya dari deposito/giro Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 24.000.000.000,-, dimana pendepositoannya berdasarkan SK Bupati Nomor 151/2002, SK Bupati Nomor 152/2002, SK Bupati Nomor 153/2002. Menimbang, bahwa dari uraian fakta-fakta tersebut diatas Majelis berpendapat unsur ke 6 yaitu dilakukan secara berlanjut telah terbukti secara sah dan meyakinkan. Menimbang, bahwa berdasarkan semua pertimbangan-pertimbagan tersebut diatas maka semua unsur dalam Dakwaan subsidair yaitu melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa oleh karenanya majelis berpendapat Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam Dakwaan Subsidair. Menimbang, bahwa selama proses persidangan Majelis tidak menemukan adanya alasan pemaaf mapun pembenar yang dapat menghapuskan pidana, maka terhadap diri

162

Terdakwa patut dijatuhkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya dan dirasa adil apabila pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa berupa Pidana Penjara. Menimbang, bahwa oleh karena dalam perkara ini Terdakwa berada dalam tahanan, maka sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHAP penahanan yang telah dijalani Terdakwa tersebut dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan dan sesuai pula dengan Pasal 197 ayat (1) huruf K KUHAP memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan. Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, selain dijatuhi pidana penjara atasdiri Terdakwa juga patut untuk dijatuhkan pidana denda yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini. Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, disebutkan bahwa selain tindak pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam KUHP, pidana tambahan dalam tindak pidana korupsi salah satunya adalah pembayaran uang pengganti yang jumlah sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. Menimbang, bahwa untuk menentukan besarnya uang pengganti tersebut majelis berpendapat sesuai dengan telah dipertimbangkan dalam unsur ke 2 dalam Dakwaan subsidair tersebut diatas yaitu Terdakwa telah menguntungkan dirinya sendiri sebesar Rp. 36.718.329.540,44 sehingga berdasarkan hal tersebut adalah cukup beralasan apabila Terdakwa di pidana pula dengan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti sebesar Rp. 36.718.329.540,44 dengan ketentuan apabila Terdakwa tidak membayar uang pengganti tersebut paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya harus disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut (Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001).

163

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di depan persidangan berupa : Bundel SPMG kode d atau D tahun 2002, 2003, 2004; Rekening Koran Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Blitar tahun 2002, 2003, 2004; Buku Pengeluaran dan Penerimaan Keuangan Kantor Kas Daerah tahun 2002, 2003, 2004; Potongan Cek Bendahara Gaji /Pemegang Kas Sekretariat Kabupaten Blitar tahun 2002,2003, 2004; Bukti penyetoran Kembali ke Kantor Kas Daerah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 19.305.000.000; Buku sisa perhitungan APBD tahun 2002, 2003, 2004; Buku APBD dan PAK 2002, 2003, 2004; Buku Penerimaan dan Pengeluaran (DPA Model B XIII); Blanko B XIII (Daftar Pembukuan Administratif) tahun 2003; Laporan Pertanggungjawaban RSU Wlingi tahun 2003; Surat Permohonan Pinjaman Uang Pemerintah Kabupaten Blitar kepada KPRI Praja Mukti Desember 2003; Surat Perjanjian Hutang Piutang antara Pemerintah Kabupaten Blitar dengan KPRI Praja Mukti tertanggal 11 Desember 2003; Tanda Bukti/Kwitansi pengembalian uang dari Pemerintah Kabupaten Blitar ke KPRI Praja Mukti; Daftar Realisasi Gaji Riil Tahun 2002 Dan 2003; Buku Biaya Operasional (B V) tahun 2002 dan 2003 dan dokumen penggelembungan Pos Operasional tahun 2003; Laporan Pendapatan tahun 2004 RSU Ngudi Waluyo Wlingi;

164

Konsep Buku Kas Penerimaan dan Pengeluaran bulan Januari sampai dengan Desember 2002;

Rekening Koran atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM pada bank; a. Pada Bank Jatim Cabang Blitar dengan No. Rekening 014234499; 014003677; 0143202511; 0142899999; 0143006646; 0143850005; 0143201377;

0142900611; 0142347766; b. Pada Bank BCA Cabang Blitar dengan Rekening No. 00901586861 c. Pada Bank BNI Cabang Blitar dengan Rekening No. 183.002848137.901 dan Rekening No. 183.000033690.901 d. Pada Bank Mandiri Cabang Blitar dengan Rekening No. 144-00-0201768-6 e. Pada Bank BRI Cabang Blitar dengan Rekening No. 0009-01-017002-50-8 Keseluruhannya tetap terlampir dalam berkas perkara Sedangkanuntuk barang bukti berupa : 1. Sertifikat tanah dan bangunan An. Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM dii Jl. Manggar Jl. Tanjung kota Blitar (HGB No. 00646); 2. Sertifikat dan tanah An. Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM di Jl. Kali Brantas Blitar SHM No.1475; 3. Tanah berserta suratnya An. Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM di Kel. Kauman Blitar (SHM No.1413) 4. Sebidang tanah pertanian dan suratnya di Kel. Kepanjen Kidul Kauman Blitar An. Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM (SHM 01414) Keempatnya sesuai dengan Bukti T-14, dan T-15 dihubungkan dengan keterangan saksi Zaenal Efendi adalah milik Yayasan Monumen Syuhada Haji, oleh karenanya harus dikembalikan kepada Yayasan Monumen Syuhada Haji. - Dan untuk barang bukti berupa : 1. Sertifikat tanah dan bangunan An. Nurul Nahdiyah di Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 12 Blitar (SHM No.2192).

165

2.

Tanah dan bangunan rumah berserta suratnya An. Faivina Rahmawati Fajri di Jl. Menanggal Selatan No. 137 A Surabaya (SHM No.712)

Keduanya sesuai dengan Bukti T 18, dan T 19, dan ternyata jual belinya dilakukan pada tahun 2002 dan tahun 2003 dan apabila dikaitkan dengan tempus delicti/waktu tindak pidana yang telah dilakukan Terdakwa maka cukup beralasan apbila dirampas untuk negara guna memenuhi uang pengganti yang telah ditetapkan. Untuk barang bukti sebidang tanah dan bangunan berserta sertifikatnya HGB No. 100/WRG atas nama Nurul Nahdliyah sesuai dengan sebab dan tanggal perubahan adalah berdasarkan jual beli tertanggal 29 Januari 2002 dan dikaitkan dengan penerbitan SPMG Kode D yang pertama yaitu : No. 1/D/R tanggal 4 maret 2002, maka pembeliannya ternyata sebelum terjadinya tindak pidana sehingga cukup beralasan untuk dikembalikan kepada Ny. Nurul Nahdliyah. Dan untuk barang bukti berupa sertfikat tanah dan bangunan An Nurul Nahdliyah HGB No. 1656 di Perum Gadang CR F-11 Malang, sesuai dengan bukti T 16 ternayata jual belinya dilakukan pada tahun 1999 sebelum terdakwa menjabat sebagai Bupati, karenanya harus dikembalikan kepada pemiliknya Nurul Nahdliyah. Dan untuk barang bukti berupa satu unit mobil Toyota Land Cruiser No.Pol B 8622BB bserta BPKB dan STNKnya menurut keterangan Terdakwa dibeli dari haisl penjualan mobil Toyota Land Cruiser No.Pol B 1876 Pemberian Yusuf Merukh (surat surat bukti T 17) akan tetapi mengenai kapan jula beli tersebut tidak pernah diajukan ke depan persidangan maka majelis hakim memandang cukup beralasan apabila dirampas untuk negara guna memenuhi uang pengganti. Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana, maka sesuai Pasal 197 ayat (1) huruf i KUHAP dan Pasal 222 ayat (1) KUHAP kepada Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini.

166

MENGADILI

1. Menyatakan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut di atas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :KORUPSI YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA 2. Menjatuhkan Pidana kepada Terdakwa tersebut oleh karena itu dengan Pidana Penjara selama : 5 (lima) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar akan diganti dengan pidana kurungan selama : 6 (enam) bulan; 3. Menetapkan masa penahanan yang dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, kecuali waktu selama terdakwa dirawat nginap di rumah sakit di luar rumah tahanan negara yang tidak ikut dikurangkan ; 4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan. 5. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana tambahan untuk

membayar uang pengganti sebesar Rp. 306.250.000.000,00 (tiga ratus enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan jika Terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama satu bulan sejak putusan ini memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk mencukupi uang pengganti tersebut dan dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka akan diganti dengan pidana penjara selama : 1 (satu ) tahun. 6. Menetapkan barang bukti berupa : 1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00 8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ; 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ; a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00 b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00

167

1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ; 1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Rancangan PAK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ; 1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 750 tanggal 13 April 2004 ; 1 (satu) bendel SPMG nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 ; SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 ;

dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk bukti dalam perkara lain. 7. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa Rp. 5.000,- (Lima ribu rupiah) Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Blitar pada hari Selasa tanggal 29 Agustus 2006 oleh kami SIH YULIARTI, S.H. sebagai Hakim Ketua Majelis, SIGIT PANGUDIANTO, S.H. dan MOCHAMAD DJOENAEDI, S.H. M.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut

diucapkan dalam persidangan yang yang terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 31 Agustus 2006 oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi oleh Hakim hakim Anggota tersebut, dibantu SURIP, S.H. Panitera Penganti pada Pengadilan Negeri Blitar, yang

168

dihadiri oleh MUZAIRI, S.H. sebagai Penuntut Umum serta dihadapan terdakwa dengan didampingi Tim Penasihat Hukumnya ;

HAKIM-HAKIM ANGGOTA,

HAKIM KETUA MAJELIS,

SIGIT PANGUDIANTO, S.H.

SIH YULIARTI, S.H.

MOCHAMMAD DJOENAEDI, S.H. M.H.

PANITERA PENGGANTI,

SURIP, S.H.

You might also like