You are on page 1of 11

KOPERASI

I. PENGERTIAN KOPERASI Secara harfiah, koperasi yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu Coperation, terdiri dari dua suku kata : - Co yang berarti bersama - Operation = bekerja Secara umum, koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis. Pokok Pikiran mengenai Pengertian Koperasi : 1. Merupakan perkumpulan orang orang termasuk badan hukum yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. 2. Menggabungkan diri secara sukarela menjadi anggota dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai pencerminan demokrasi dalam ekonomi. 3. Kerugian dan keuntungan ditanggung dan dinikmati bersama secara adil. 4. Pengawasan dilakukan oleh anggota. 5. Mempunyai sifat saling tolong menolong. 6. Membayar sejumlah uang sebagai simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai syarat menjadi anggota. UU No. 25 Tahun 1992 (Perkoperasian Indonesia) Menurut pasal 1 UU No.25 Tahun 1992, yang dimaksud dengan Koperasi di Indonesia adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang beradasarkan atas dasar asas kekeluargaan.

II.

KARAKTERISTIK KOPERASI Berbeda dengan badan usaha komersial pada umumnya, koperasi memiliki karakteristik tersendiri ,yaitu : 1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya satu kepentingan ekonomi yang sama.

2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berdasarkan nilai-nilai percaya diri untuk menolong serta bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. 3. Koperasi didirikan, dimodali,dibiayai, dan diawasi, serta dimanfaatkan sendiri oleh anggota. 4. Tugas pokok badn usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota. 5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya, maka kelebihan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.

III.

PRINSIP KOPERASI Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 UU No. 25 tahun 1992, Koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Keanggotaanya sukarela dan terbuka. yaitu keanggotaanya bersifat sukarela terbuka bagi semua orang yang bersedia mengunakan jasa jasanya, dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan tanpa membedakan gender. 2. Pengawasan dan pengelolaan dilakukan secara demokratis. Anggota yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Laki laki dan perempuan yang dipilih sebagai pengurus atau pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota. Dalam koperasi primer, anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara). Pada tingkatan lain koperasi juga dikelola secara demokratis. 3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya masing-masing anggota. SHU adalah sisa setelah dikurangi dengan biaya-biaya tertentu yang akan dibagikan ke para anggota sesuai dengan perimbangan jasanya masingmasing. Jasa para anggota diukur berdasarkan jumlah kontribusi masingmasing terhadap pembentukan SHU Ini. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal. Pembatasan bunga atas modal merupakan cerminan bahwa selain menaruh perhatian terhadap pemberian imbalan yang wajar atas partisipasi para

anggotanya, koperasi juga mendorong dan menumbuhkan rasa kesetiakawanan antar sesame anggota koperasi. 5. Kemandirian Agar dapat mandiri, koperasi harus mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat agar dapat mengakar kuat, sehinga dapat diterima oleh masyarakat. Dan, agar diterima oleh masyarakat, koperasi harus

memperjuangkan kepentingan serta peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

IV.

TUJUAN KOPERASI Tujuan koperasi sebagaimana dicantumkan dalam pasal 3 UU No.25 tahun 1992 sebagai berikut: Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal 3 UU No.25 tahun 1992 tersebut, secara garis besarnya, tujuan koperasi adalah: 1. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. 2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. 3. Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

V.

EKUITAS KOPERASI 1. Modal Anggota Istilah Modal dalam pengertian ini lebih memiliki arti sebagai sumber pembelanjaan usaha yang berasal dari setoran para anggota. dikelompokkan, sebagai berikut: a. Simpanan Pokok, adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya yang harus disetorkan oleh setiap anggota pada waktu masuk menjadi anggota. Jenis simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama oaring tersebut masih menjado anggota koperasi. Dapat

b. Simpanan Wajib, adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu, seperti sebulan sekali. c. Simpanan Sukarela, adalah jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan dan dapat diambil setiap saat. 2. Modal Sumbangan Adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. Modal dumbangan tidak dapat dibagikan kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan. 3. Modal Penyertaan Adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan. 4. Cadangan Adalah bagian dari SHU yang disisihkan oleh koperasi untuk suatu tujuan tertentu, missal pengembangan usaha. 5. SHU Adalah selisih antara penghasilan yang diterima koperasi selama periode tertentu.

VI.

ANGGARAN DASAR KOPERASI Anggaran Dasar Koperasi paling sedikit memuat ketentuan sebagai berikut: Daftar nama pendiri; Nama dan tempat kedudukan; Maksud dan tujuan serta bidang usaha; Ketentuan mengenai keanggotaan; Ketentuan mengenai Rapat Anggota; Ketentuan mengenai pengelolaan; Ketentuan mengenai permodalan; Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya; Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha; Ketentuan mengenai sanksi.

VII.

KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA Anggota koperasi memiliki peran ganda, sebagai pemilik sekaligus pengguna pelayanan koperasi. Sebagai pemilik, anggota berpartisipasi dalam memodali, mengambil keputusan, mengawasi, dan menanggung resiko. Sebagai pengguna, anggota berpartisipasi dalam memanfaatkan pelayanan koperasi. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dan bila dilanggar, maka akan dikenakan sanksi. Sedangkan hak adalah sesuatu yang seharusnya diperoleh. Bila hak ini tidak terpenuhi, maka yang bersangkutan dapat menuntut. Tetapi bila hak tersebut tidak digunakan, maka tidak ada sanksi untuk itu. Anggota koperasi berkewajiban : 1. Mematuhi AD dan ART serta keputusan yang telah ditetapkan dalam Rapat Anggota. 2. Menandatangani perjanjian kontrak kebutuhan. Sehingga, anggota bemar benar sebagi pasar tetap dan potensial bagi koperasi. 3. Menjadi pelangan tetap 4. Memodali koperasi 5. Mengembangkan kekeluargaan 6. Menjaga rahasia perusahaan dan organisasi koperasi kepada pihak luar. 7. Menanggung kerugian yang diderita koperasi, proporsional dengan modal yang disetor. Anggota koperasi berhak : 1. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota. 2. Memilih pengurus dan pengawas 3. Dipilih sebagai pengurus atau pengawas 4. Meminta diadakan rapat anggota 5. Mengemukakan pendapat kepada pengurus di luar rapat anggota, baik diminta atau tidak 6. Memnfaatkan pelayanan koerasi dan mendapat pelayanan yang samadengan anggota lain, 7. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi 8. Menyetujui atau mengubah AD / ART serta ketetapan lainya. dan memelihara kebersamaan atas dasar

VIII. STRUKTUR ORGANISASI KOPERASI 1.. Rapat Anggota 2. Pengawas 3. Pengurus 4. Manajer 5. Komite

IX. JENIS KOPERASI Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Jenisnya adalah : 1. Koperasi Konsumen Koperasi yang beranggotakan para konsumen dengan menjalankan kegiatan jual beli, menjual barang konsumsi. Koperasi jenis ini adalah, kopkar dan koperasi pegawai (KPRI), serta KSU dan KUD. Pada KSU dan KUD, selain menjual barang konsumsi juga kebutuhan lain. Misal KUD, lingkup usahanya biasanya disesuaikan dengan kondisi atau komoditi setempat. Semisal KUD Mina untuk lingkungan nelayan. Tujuannya adalah untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi anggotanya dengan cara mengadakan barang atau jasa yang murah, berkualitas, dan mudah didapat. 2. Koperasi Pemasaran Definisi Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang melakukan kegiatan penjualan produk/jasa koperasinya atau anggotanya. Atau koperasi yang beranggotakan orang-orang yang mempunyai kegiatan di bidang pemasaran barang-barang dagangan. Misalnya, koperasi pemasaran ternak sapi anggotanya adalah pedagang sapi, koperasi pemasaran elektronik anggotanya adalah pedagang barang-barang elektronik dan koperasi pemasaran alat-alat tulis kantor anggotanya adalah pedagang barang-barang alat tulis kantor. 3. Koperasi Produsen Koperasi yang beranggotakan para pengusaha kecil (UMKM) dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya. Misalnya koperasi perajin tahu dan tempe (Kopti) dan koperasi pengrajin barang-barang seni/kerajinan (koprinka). Contohnya

adalah Kopti Jakarta Selatan dan Koperasi Pengrajin Susu Bandung Selatan (KPBS). Tujuannya adalah memberikan keuntungan yang sebesar besarnya bagi anggotanya dengan cara menekan biaya produksi serendah-rendahnya dan menjual produk dengan harga setinggi-tingginya. 4. Koperasi Simpan Pinjam Koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung

(menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan dari, oleh, dan untuk anggota.

X. BENTUK DAN KEDUDUKAN 1. Koperasi terdiri dari dua bentuk, yaitu Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. 2. Koperasi Primer adalah koperasi yang beranggotakan orang seorang, yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) orang. 3. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang beranggotakan Badan-Badan Hukum Koperasi, yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi yang telah berbadan hukum. 4. Pembentukan Koperasi (Primer dan Sekunder) dilakukan dengan Akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar. 5. Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia. 6. Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah. 7. Di Indonesia, hanya ada 2 (dua) badan usaha yang diakui kedudukannya sebagai badan hukum, yaitu Koperasi dan Perseroan Terbatas (PT). Oleh karena itu, kedudukan/status hukum Koperasi sama dengan Perseroan Terbatas.

XI. LANGKAH MENDIRIKAN KOPERASI Tahap I : Persiapan Mendirikan Koperasi 1. Anggota masyarakat yang akan mendirikan koperasi harus mengerti maksud dan tujuan berkoperasi serta kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi untuk meningkatkan pendapatan dan manfaat yang sebesarbesarnya bagi anggota. Pada dasarnya koperasi dibentuk dan didirikan berdasarkan kesamaan kepentingan ekonomi. 2. Agar orang-orang yang akan mendirikan koperasi memperoleh pengertian, maksud, tujuan, struktur organisasi, manajemen, prinsip-prinsip koperasi, dan prospek pengembangan koperasinya, maka mereka dapat meminta penyuluhan dan pendidikan serta latihan dari Kantor Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah setempat. Tahap II: Rapat Pembentukan Koperasi 1. Proses pendirian sebuah koperasi diawali dengan penyelenggaraan Rapat Pendirian Koperasi oleh anggota masyarakat yang menjadi pendirinya. Pada saat itu mereka harus menyusun anggaran dasar, menentukan jenis koperasi dan keanggotaannya sesuai dengan kegiatan usaha koperasi yang akan dibentuknya, menyusun rencana kegiatan usaha, dan neraca awal koperasi. Dasar penentuan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Misalnya, Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. 2. Pelaksanaan rapat pendirian yang dihadiri oleh para pendiri ini dituangkan dalam Berita Acara Rapat Pembentukan dan Akta Pendirian yang memuat Anggaran Dasar Koperasi. 3. Apabila diperlukan, dan atas permohonan para pendiri, maka Pejabat Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah dalam wilayah domisili para pendiri dapat diminta hadir untuk membantu kelancaran jalannya rapat dan memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya.

Tahap III: Pengesahan Badan Hukum 1. Para pendiri koperasi mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian secara tertulis kepada Pejabat, dengan melampirkan:

2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi satu di antaranya bermaterai cukup (dilampiri Anggaran Dasar Koperasi).

Berita Acara Rapat Pembentukan. Surat bukti penyetoran modal. Rencana awal kegiatan usaha.

2. Permohonan pengesahan Akta Pendirian kepada pejabat, tergantung pada bentuk koperasi yang didirikan dan luasnya wilayah keanggotaan koperasi yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut:

Kepala Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Kab/Kodya mengesahkan akta pendirian koperasi yang anggotanya berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kodya.

Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Propinsi/DI mengesahkan akta pendirian koperasi Primer dan Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam wilayah Propinsi/DI yang bersangkutan dan Koperasi Primer yang anggotanya koperasinya bersangkutan. berdomisili berdomisili di di beberapa wilayah Propinsi/DI, kerja Kanwil namun yang

Sekretaris Jenderal Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah (Pusat) mengesahkan akta pendirian Koperasi Sekunder yang anggotanya berdomisili di beberapa propinsi/DI.

3. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan diberitahukan oleh Pejabat kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.

4. Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya penolakan. 5. Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang. 6. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan. 7. Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Daftar Pustaka

Rudianto. (2010). AKUNTANSI KOPERASI Jakarta : PT. Penerbit Erlangga.

http://gudangupil.com/tata-cara-pendirian-koperasi/indo/ (diakses 24 Februari 2011)

http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-pengertian-koperasi/ (diakses 24 Februari 2011)

You might also like