You are on page 1of 99

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PARIWISATA (SUB SEKTOR PERHOTELAN) DI SULAWESI SELATAN PERIODE 1990-2009

SKRIPSI

PASKALIA
A11107040

JURUSAN ILMU EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKLUTAS EKONOMI MAKASSAR 2011


ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA
1

PADA INDUSTRI PARIWISATA (SUB SEKTOR PERHOTELAN) DI SULAWESI SELATAN PERIODE 1990-2009

Skripsi Sarjana Lengkap Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

OLEH :

PASKALIA A11107040
Disetujui

PEMBIMBING I

PEMBIMBING II

Dr. Paulus Uppun, SE,MA NIP:19651231 198503 1 015

Fitriwati Djaman, SE,M.Si NIP. 19800821 200501 2 002

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak mulai dari penelitian sampai penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini disampaikan terima kasih yang setulus-tukusnya kepada Ayahanda Krisno Sampe dan Almarhum Ibunda Sriwanty Tenrani, dimana dengan berkah dan doa tulusnya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan tugas- tugas akademik selama menjalani kuliah. Dalam kaitan dengan hal tersebut, maka disamapaikan juga rasa hormat dan terima kasih kepada Bapak Dr. Paulus Uppun,MA dan Ibu Fitriwati Djaman, Msi selaku pembimbing I dan II, atas segala bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini mulai dari penelitian sampai penulisan.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
3

1. Kepada Om Frengky sekeluarga, dan seluruh Keluarga besar dari Pihak

Ayahanda dan Ibunda serta kakak dan adik ( Wandi, Ata, Kenny, dan Resky) atas perngertian, perhatian, motivasi serta bantuannya.
2. Buat Indra Yosari Tampang allo makasi atas pengertian, perhatian,

motivasi, serta bantuannya selama kuliah, 3. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi beserta dosen-dosen khususnya dosen ilmu ekonomi yang telah memberi ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan studinya.
4. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Prof. Dr.Rahmatiah. SE.,MA

Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.


5. Dr. Paulus Uppun,MA selaku Penasehat Akademik penulis selama di

bangku kuliah yang telah banyak memberikan nasehat 6. Seluruh Staf Pegawai pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
7. Bapak Pimpinan Badan Pusat Statistik Makassar, beserta seluruh Staf. 8. Bapak Pimpinan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi

Selatan
9. Seluruh teman- temanku Soulmate (Tiwi si buta, Sinta paling

Bureng, Imha kapan tingginya, Rara bedak mu tebal sekali, Irna si Sinis), serta Nurlia ondel- ondel, Wahyuni.
10.

Buat PWI (Widya dan Irha) serta bojie, Downah, Dian

makasi atas dukungannya selama ini.


11.

Endriko (richo), dan Mardy terima kasih buat laptop yang sudah

diperbaiki.

Kami yakin tulisan ini sangat jauh dari sempurna, sehingga sangat diperlukan saran dan kritikkan yang konstruktif dari para pembaca, sehingga dapat bermanfaat bagi kita sekalian khusunya bagi penulis pribadi. Akhir kata, tidak ada harapan lain dari penulis kecuali pembaca akan dapat memperoleh manfaat besar dari skripsi ini. Makassar, November 2011

Paskalia

DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN. .. ii
5

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR RUMUS.. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah............. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............. 1.4 Sistematika Penulisan............... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

iii vi vii viii ix

1 4 4 5

2.1 Landasan Teori..................... 7 2.1.1 Industri Pariwisata dan Penyerapan Tenaga Kerja.. 7 2.1.2 Jenis dan Fungsi Pariwisata.... 11 2.1.3 Industri Pariwisata dan Kesempatan Kerja,.. 14

2.1.4 Penawaran Pariwisata.. 21 2.1.5 Fungsi Permintaan Perusahaan Akan Tenaga Kerja.. 24 2.2 Kerangka Konseptual . 27 2.3 Studi Empiris Sebelumnya ..29 2.4 Hipotesis. BAB III MOTODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data.. 32 3.2 Metode Analisis ... 32 31

3.2.1 Pengujian Asumsi Klasik .. 33 3.2.2 Analisis Regresi .................... 36 3.2.3 Pengujian Hipotesis ...................... 38 3.3 Batasan Variabel... 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Jumlah Hotel di Sulawesi Selatan tahun 1990-2009 43 4.2 Analisis Deskriptif Variabel........................................................... 45 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian.......... 51 4.4 Pengujian Asumsi Klasik 54 4.4.1 Hasil Uji Multikolinearitas............................................. 55 4.4.2 Hasil Uji Autokolerasi 56 4.4.3 Hasil Uji Heteroskedisitas... 58 4.4.4 Uji Normalitas.. 59 4.5 Pengujian Hipotesis 64

4.5.1 Uji - F............................................................................. 64 4.5.2 Uji - t . 65 4.5.3 Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2).. 69 4.6 Pembahasan 70 4.6.1 Variabel Wisatawan Domestik ....................................... 70 4.6.2 Variabel Wisatawan Asing ......................... 71 4.6.3 Variabel Jumlah Kamar................................................... 73 4.6.4 Variabel Pendapatan Hotel ............... 74

BAB V PENUTUP 5.1 5.2 Kesimpulan ................................................................................ 76 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... x LAMPIRAN... xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2.1.1 Kriteria Pengujian Autokorelasi 34 Table 4.1.1 Jumlah dan Perkembangan Hotel di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009 . . 42 Table 4.2.2 Perkembangan Jumlah Kamar Hotel di Sulawesi Selatan
8

Tahun 1990-2009......... . 44 Table 4.2.1 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja yang di Serap Langsung di Bidang Perhotelan di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009. 45 Table 4.2.2 Perkembangan Jumlah Wisatawan Domestik di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009.................................. 47 Table 4.2.3 Perkembangan Jumlah Wisatawan Asing di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009 49 Table 4.2.4 Perkembangan Pendapatan Hotel di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009 .. . 50 Tabel 4.3.1 Tabel 4.3.2 Tabel 4.4.1 Statistik Deskriptif....... 51 Statistik Deskriptif dengan Ln........ 54 Hasil Uji Multikolinearitas..... 56

Tabel 4.4.2.1 Klasifikasi Nilai Durbin Watson untuk Autokorelasi.... 57 Tabel 4.4.2.2 Hasil Uji Autokorelasi........... 57 Tabel 4.4.4.3 Hasil Uji Normalitas (One Sample Kolmogrof Smirnov Test) 63 Tabel 4.5.1 Tabel 4.5.2 Tabel 4.5.3 Hasil Uji F (Anova) 64 Hasil Uji t ..... 65 Koefisien Determinan (Adjust R2)... 70

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.4 Gambar 2.1.5 Gambar 2.2.1

Gambar Permintaan Kamar Hotel .. 22 Fungsi Permintaan Tenaga Kerja 25 Kerangka Pikir.... 29

Gambar 4.4.3.1 Grafik Scatterplot (Uji Heterokedastisitas). 59 Gambar 4.4.4.1 Grafik Histogram (Uji Normalitas) 61

10

Gambar 4.4.4.2 Grafik Normal Plot.. 62

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.3.1 Rumus 3.2.2

Uji Durbin Watson (DW)... 35 Analisis Regresi Berganda..... 36

Rumus 3.2.3.1 F hitung... 38 Rumus 3.2.3.2 t hitung... 39 Rumus 3.2.3.3 Koefisien Determinan. 40

11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara- negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata. Menurut Kusumowindo (1981) memberikan pengertian tenaga kerja sebagai berikut: tenaga kerja adalah jumlah semua penduduk dalam

12

suatu negara yang dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja meraka, mereka pun berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dalam undang- undang pokok ketenagakerjaan no.4 tahun 1969 dinyatakan bahwa, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaga kerja sendiri baik tenaga kerja fisik maupun tenaga kerja pikiran. (Soeroto, 1986) Salah satu usaha untuk meningkatkan kesempatan kerja adalah melalui pembangunan di sektor industri. Pembangunan di sektor industri merupakan bagian dari usaha jangka panjang untuk memperbaiki struktur ekonomi yang tidak seimbang. Sehubungan dengan upaya pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh dan mengglobal dimana segenap kemampuan modal dan potensi sumber daya alam dan sumber daya lainnya perlu dimaksimalkan. Hal ini perlu ditunjang oleh kebijaksanaan dan langkah- langkah yang tepat untuk meningkatkan kemampuan yang lebih besar. Pengembangan kepariwisataan diharapkan menjadi salah satu penghasil devisa yang diandalkan di luar non migas. Oleh karena itu dalam rangka pengembangan dunia kepariwisataan, perlu ditingkatkan upaya dalam bentuk industri kepariwisataan, baik oleh pemerintah, semua jajaran terkait seperti
13

Departemen Seni dan Budaya, Dinas Pariwisata, dan Perusahaan Swasta yang bergerak dibidang industri pariwisata. Untuk menunjang upaya tersebut dalam hal ini melalui kerja sama dikalangan pemerintah dan swasta, maka berbagai kebijaksanaan seperti promosi, mutu pelayanan, dan mutu obyek wisata melalui kerja sama sektoral secara terpadu dilaksanakan upaya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing dan domestik dimana dampaknya diharapkan akan memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Kesempatan kerja menurut Payaman, (1985) mengemukakan bahwa besarnya permintaan perusahaan akan tenaga kerja pada dasarnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Sulawesi selatan sebagai salah satu daerah pariwisata bahari maupun pariwisata alam lainnya akan semakin membuka peluang pembangunan sarana penunjang lainnya, seperti pembangunan hotel, rumah makan, dan pengembangan transportasi dalam rangka pelayanan kepada para wisatawan. Pembangunan tersebut diharapkan akan membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat produktivitas dan pendapatan masyarakat dalam kegiatan perekonomian khususnya pada bidang kepariwisataan. Pengembangan pariwisata yang diprogramkan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta akan diarahkan kepada usaha untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara karena merupakan sumber devisa yang cukup signifikan. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah secara positif mempengaruhi tingkat kesempatan kerja khususnya dibidang
14

pariwisata. Oleh karena itu sektor patiwisata perlu didukung oleh beberapa indikator penunjang, baik dibidang transportasi maupun dibidang akomodasi serta pelayanan. Sehingga volume wisatawan yang berkunjung kedaerah- daerah khususnya di Sulawesi Selatan semakin meningkat, yang pada akhirnya bermuara pada penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta dapat pula mempengaruhi tingkat produktivitas masyarakat dalam kegiatan perekonomian, khususnya pada bidang industri pariwisata. Sejalan dengan upaya pengembangan pembangunan industri pariwisata maka pemerintah telah memberikan berbagai kebijaksanaan, antara lain pemberian visa selama dua bulan untuk wisatawan dari 26 negara pasar wisatawan yang potensial, pemberian insentif berupa keringanan pada perpajakan dan retribusi daerah serta kemudahan bagi investor untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Selatan. Melihat perkembangan sektor pariwisata selama ini di daerah Sulawesi Selatan yang mampu memberi sumbangan terhadap daerah tersebut, maka dari sinilah awal persoalan yang terpikirkan yaitu Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pariwisata (Kasus Pada Sub Sektor Perhotelan) di Sulawesi Selatan Periode 1990-2009 yang terjadi dalam dua puluh tahun terakhir (1990-2009)
1.2 Masalah Pokok

Berkaitan dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka masalah pokok dalam penulisan ini adalah:
15

Seberapa besar peranan dan pengaruh sektor pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Selatan selama tahun 1990-2009
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Ada pun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut


1. Untuk mengetahui potensi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja

dibidang perhotelan daerah Sulawesi Selatan


2. Untuk mengetahui hubungan antara kunjungan wisatawan dengan

peningkatan tenaga kerja yang diserap dibidang perhotelan pada sektor pariwisata daerah Sulawesi Selatan Ada pun manfaat dari penulisan ini sebagai berikut: 1. Diharapkan dapat menjadi masukkan bagi para penentu kebijakan dalam merencanakan dan mengarahkan kepariwisataan di masa yang akan datang. 2. Sebagai bahan informasi bagi penulis dan para pembaca pada umumnya mengenai masalah pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja. 3. Sebagai bahan referensi bagi yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai obyek ini.
1.4 Sistematika Penulisan

16

Untuk lebih mengarahkan penelitian penulis, penelitian ini dibagi menjadi sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Merupakan bab yang berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka

Merupakan bab yang berisi uraian secara ringkas teori-teori yang menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti. Dalam hal ini permasalahan yang diuraikan yaitu tinjauan umum tentang industri pariwisata dan penyerapan tenaga kerja, tinjauan umum tentang jenis dan fungsi pariwisata, penawaran pariwisata Fungsi Permintaan Perusahaan Akan Tenaga Kerja, studi empiris serta kerangka pikir dan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian

Merupakan bab yang berisi penjelasan secara rinci mengenai semua unsur metode dalam penelitian ini, yaitu penjelasan mengenai jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data serta batasan variabel. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Merupakan bab yang berisi analisis dan pembahasan hasil penelitian berupa perkembangan pembangunan hotel di

Sulawesi selatan, pengaruh jumlah wisatawan dalam penyerapan


17

tenaga kerja khususnya dalam bidang perhotelan di Sulawesi selatan. Bab V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan , keterbatasan penelitian dan saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Industri Pariwisata dan Penyerapan Tenaga Kerja Dapat dikatakan bahwa industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara karena melalui pembangunan industri tersebut dapat diharapkan akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi dan pada gilirannya nanti dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Jadi jelasnya pembangunan industri akan dapat menciptakan kesempatan kerja, yang sekaligus dapat menampung angkatan kerja yang terusmenerus meningkat setiap tahunnya.
18

Dalam perencanaan penyerapan tenaga kerja, dengan melalui penambahan modal dalam setiap aktifitas pembangunan akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan penyediaan lapangan kerja yang cukup besar. Penyediaan lapangan kerja tersebut dapat dilakukan dengan menghasilkan barang dan jasa dimana kegiatan tersebut memerlukan faktor- faktor produksi sehingga dengan adanya proses produksi dapat menciptakan lapangan kerja (Suroto, 1980). Secara umum ada beberapa keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh dalam pengembangan sektor pariwisata antara lain sebagai berikut: peningkatan pertumbuhan urbanisasi sebagai akibat adanya pembangunan prasarana dan sarana kepariwisataan dalam suatu wilayah atau daerah tujuan, kegiatan beberapa industri yang berhubungan dengan pelayanan wisatawan seperti perusahaan angkutan, akomodasi, perhotelan, restoran, kesenian daerah, perusahaan meubel dan lain- lain, meningkatkan produk hasil kebudayaan disebabkan meningkatnya konsumsi oleh para wisatawan, menyebabkan pemerataan pendapatan,

meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha, salah satu usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan penghasilan devisa negara, memperluas pasaran barangbarang yang dihasilkan dalam negeri, pariwisata dapat memulihkan kesehatan baik jasmani maupun rohani serta dapat menghilangkan prasangka dan kepicikan, membantu terciptanya saling pengertian antara penduduk yang datang dengan penduduk negara yang dikunjunginya. Menurut R.S Darmajadi (Pengantar Pariwisata, 2002) menyatakan bahwa: Industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama mengahasilkan produk produk maupun jasa
19

pelayanan atau service yang nantinya baik langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan nantinya. Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika melakukan perjalanan. Dengan demikian akan terlihat tahap tahap wisatawan sebagai konsumen yang memerlukan pelayanan tertentu. Pengertian pariwisata menurut Youti (1985) menyataan bahwa:

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata- mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam Selanjutnya pengertian pariwisata dikemukakan oleh Pendit (1965) menyatakan bahwa: Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bergeraknya manusia dan benda yang membawa dinamika dalam kehidupan Manusia bukan saja merupakan faktor produksi (economic resources) tetapi juga merupakan sasaran (objectives) dalam pembangunan nasional. Pemanfaatan SDM secara efektif untuk mengelola kekuatan ekonomi potensial (SDA) dengan bantuan peralatan modal (dana). Teknologi merupakan sasaran strategis dalam sub sistem ekonomi yang harus dibina dan dikembangkan. Analisis ekonomi Harros dan Domar mengatakan bahwa, apabila penduduk bertambah maka pendapatan per kapita akan berkurang, kecuali bila
20

pendapatan rill bertambah. Selanjutnya bila angkatan kerja bertambah, maka output juga harus bertambah untuk mempertahankan kesempatan kerja penuh dan bila ada investasi maka pendapatan rill juga harus bertambah untuk mencegah adanya kapasitas menganggur (Irawan W. Suparmoko). Sasaran pembangunan dewasa ini adalah meningkatkan pembangunan industri yang relative padat karya dalam rangka penanggulangan masalah ketenagakerjaan. Akhir- akhir ini pertambahan angkatan kerja yang berlangsung jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan menyerap tenaga kerja, ini dikarenakan semakin berkembangnya sistem padat modal (Priyono

Tjiptoheriyanto, 1982). Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Payaman Simanjuntak, 1985). Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor perekonomian. Pariwisata menjadi sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sektor andalan, karena sebagai sebuah industri, pariwisata banyak
21

membawa efek (multiplier effect) dalam pembangunan di berbagai sektor serta diyakini sebagai sebuah industri masa depan yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Di banyak negara, kepariwisataan merupakan sektor penting sebagai katalisator perkembangan perekonomian, sebab industri pariwisata dipercaya dapat meningkatkan devisa negara (foreign exchanges) dan sekaligus dapat menyedot kesempatan kerja bagi masyarakat setempat (Yoeti, 1997). 2.1.2 Jenis dan Fungsi Pariwisata Sesuai potensi alam yang dimiliki suatu negara, maka timbul bermacammacam pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan mempunyai ciri tersendiri. Jenis- jenis pariwisata dapat dibedakan menurut letak geografis yaitu: pariwisata lokal, pariwisata regional, dan pariwisata nasional yang terdiri dari pariwisata dalam negeri dan pariwisata internasional. Menurut pengaruhnya terhadap pembayaran yaitu: pariwisata aktif dan pariwisata pasif. Dikatakan pariwisata aktif karena dengan masuknya wisatawan asing tersebut, berarti dapat memasukkan devisa bagi negara yang dikunjungi, yang dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara tersebut. Dan disebut pariwisata pasif, karena dilihat dari pemasukkan devisa, kegiatan ini merugikan asal wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri. Berdasarkan Instruksi Presiden No. 9/1969 mengenai tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia meliputi tiga aspek pokok yaitu segi sosial, segi ekonomi,
22

dan segi budaya. Dengan demikian fungsi pariwisata juga mencakup tiga aspek tersebut. Hal ini seperti dikemukakan oleh Hartono (1974, hal 45) seperti berikut ini: Peranan pariwisata dalam pembangunan Negara pada garis besarnya, berintikan tiga segi yaitu segi ekonomi (sumber devisa dan pajak), segi sosial (penciptaan kesempatan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan

kebudayaan kita pada wisatawan asing) Fungsi pariwisata dari segi ekonomi dapat dikemukakan bahwa dari sektor pariwisata dapat diperoleh devisa, baik berupa pegeluaran para wisatawan asing maupun sebagai penanam modal dalam industri pariwisata termasuk penerimaan berupa retribusi bagi wisatawan. Adapun jumlah penerimaan dari sektor pariwisata ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: Jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah pengeluaran wisatawan, lamanya wisatawan yang menginap Fungsi sosial yang paling dominan dari sektor pariwisata adalah perluasan penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha kepariwisataan dengan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pariwisata sangat membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat membantu mengurangi persoalan pengangguran. Penciptaan kesempatan kerja secara langsung dapat dikemukakan, misalnya di bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan, obyek wisata, dan kantor pariwisata pemerintah. Sedangkan penyerapan tenaga kerja tidak langsung, seperti

23

meningkatnya hasil produksi di bidang pertanian dan kerajinan tangan karena termotivasi dengan kunjungan wisatawan. Dalam hal fungsi pariwisata dari segi budaya dapat diartikan sebagai memperkenalkan dan mendayagunakan kebudayaan Indonesia. Seperti diketahui bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan milik rakyat sebuah negara yang merupakan manifestasi dari karya dan kreasi yang spiritual dari manusia yang membentuk rakyat sebuah negara dan menjadi sasaran utama dari perasaan keingintahuan dari seseorang yang asing bagi negara tersebut. Seperti dimaklumi tentang alam Indonesia seperti panorama alam, iklim tropis, daerah khatulistiwa yang dipadukan dengan aneka ragam koleksi seni budaya dan tata kehidupan masyarakat yang khas adalah merupakan salah satu sumber berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia. 2.1.3 Industri Pariwisata dan Kesempatan Kerja Berdasarkan penelitian UNDP/ILO (Man Power Survey on Tourist Development and Tourist Industry in Indonesia 1974), pada tahun 1974 tenaga kerja dalam sektor pariwisata berjumlah 48.300. Apabila rangkaian tenaga itu dilengkapi tenaga kerja pada industri penunjang pariwisata, seperti perusahaan kerajinan, dekorasi hotel, toko souvenir dan sebagainya, maka jumlah tenaga kerja yang diserap makin banyak lagi. Selisi tenaga kerja terampil di bidang pariwisata, kita juga membutuhkan tenaga ahli kepariwisataan. Tenaga ahli yang memiliki wawasan luas, baik di bidang perencanaan, pengembangan, maupun pemasaran.

24

Semuanya itu, baik tenaga- tenaga terampil di industri maupun tenaga- tenaga ahli tadi harus memiliki sikap yang benar- benar professional (Spilane 1987). Perkembangan industri pariwisata berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja, walaupun khususnya bidang perhotelan bersifat padat karya. Namun demikian tenaga kerja yang dibutuhkan adalah mereka yang memiliki keterampilan teknis dan manejerial. Untuk itu diperlukan pendidikan kejuruan yang efektif. Berhubung investasi yang dibutuhkan sangat besar (gedung, peralatan, tenaga ahli), maka ditinjau dari segi komersial semata- mata tidak menguntungkan (Spilane, 1987). Untuk lebih meningkatkan jasa pelayanan dalam pariwisata berbagai langkah dan kebijaksanaan antara lain dengan melaksanakan penataran, penyuluhan kepada biro perjalanan, pengusaha restoran dan pendidikan keterampilan, serta penyegaran- penyegaran untuk pemandu wisata dalam bertugas. Dengan berbagai langkah kebijaksanaan tersebut diharapkan dapat dicapai beberapa tujuan sekaligus, yaitu: memperbesar output dan sekaligus meninggikan mutu, akan dapat bekerja secara produktif, dalam jangka panjang akan dapat tercipta suatu mekanisme antara jenjang karir di perusahaan dan tingkat pendidikan. Sebagaimana telah dipaparkan di muka, kebutuhan tenaga kerja industri pariwisata yang sangat menonjol adalah bidang perhotelan. Selain itu juga yang paling rumit diatasi. Hal ini disebabkan oleh sifat pekerjaan yang menuntut paduan pendidikan dan pengalaman.
25

Jumlah fasilitas hotel dan akomodasi lainnya di propinsi Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 2006 sampai 2009 menunjukkan adanya kenaikan yang cukup berarti. Pada tahun 2006 jumlah hotel dan akomodasi lainnya yaitu sebanyak 416 buah, pada tahun 2009 meningkat menjadi 509 buah, atau meningkat sebesar 22,41 persen (BPS SulSel, 2009). Dengan kenaikan jumlah hotel dan akomodasi lainnya selama kurun waktu tersebut maka perbandingan antara jumlah kamar hotel dan personil maka untuk kamar dibutuhkan personil baru selama periode 4 tahun yang akan datang. Dari jumlah tersebut 70 % memerlukan pendidikan khusus (30% sisanya tidak memerlukan pendidikan khusus). Hal ini berarti bahwa dalam masa lima tahun mendatang diperlukan untuk 12.054 orang atau rata- rata 2.400 orang pertahunnya (Hartono, hal 50). Satu soal lain adalah tenaga pramuwisata. Dari jumlah pemandu yang sudah ada, masih perlu ditingkatkan mutunya. Berkembangnya berbagai daerah tujuan wisata di Indonesia menuntut tersedianya pemandu yang bermutu tinggi. Hal ini selain menyangkut masalah kemampuan, juga kelakuan dari para pemandu tersebut. Peningkatan jumlahnya bukanlah merupakan masalah yang berat untuk diatasi. Salah satu di antaranya ialah merekrut mahasiswa- mahasiswa terutama jurusan bahasa asing. Mereka ini dalam waktu singkat dapat diajarkan teknikteknik memberikan penerangan dan diadakan ujian- ujuan resmi secara berkala oleh Dinas Pariwisata di daerah.

26

Berkembangnya suatu daerah pariwisata suatu daerah tidak hanya membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat, tetapi juga menarik pendatangpendatang baru dari luar daerah, justru karena tersedianya lapangan kerja tadi. Para pendatang itu tidak selalu memiliki sifat dan adat kebiasaan yang sama dengan penduduk setempat. Perlu diperhatikan juga, bahwa pekerjaan yang diperlukan di daerah- daerah pariwisata memiliki sifat yang agak khusus pula. Setidak- tidaknya memerlukan sikap dan keterampilan tertentu yang sering kali tidak memiliki penduduk setempat. Hal itu dengan sendirinya mendorong pihak industri untuk memperkerjakan tenaga- tenaga dari luar daerah guna mengisi kebutuhan mereka. Terutama jenis- jenis pekerjaan manejerial dengan upah lebih tinggi. Dan hal ini bisa menimbulkan persaingan yang tidak seimbang bagi penduduk setempat. Terdesaknya penduduk setempat dari jabatan- jabatan menghasilkan sikap negatif terhadap keberadaan industri yang sangat lambat laun bisa menjalar menjadi sikap negatif terhadap turis secara keseluruhan (Spilane, 1987). Dalam taraf perkembangannya dewasa ini, industri pariwisata telah menjadi industri raksasa yang bersifat internasional. Pada tahun 1980 sebanyak 280 juta orang melakukan perjalanan ke luar negeri dengan pengeluaran biaya sebesar US $ 85 milyar. Sebesar 75 % untuk berwisata. Pada banyak negara maju, bidang pariwisata sudah dijadikan bidang studi sendiri universitas. Yang diajarkan tidak hanya keterampilan dan teknis manejemen saja, tetapi mencakup berbagai cabang ilmu sosial lainnya karena ternyata pariwisata menyentuh hampir segala aspek kehidupan manusia seperti yang disinggung di atas.
27

Pariwisata- terutama pariwisata internasional termasuk dalam program pembangunan nasional di Indonesia dan juga sebagai salah satu sektor pembangunan ekonomi. Dari pariwisata diharapkan diperoleh devisa, baik dalam bentuk pengeluaran uang dari para wisatawan di negara kita maupun sebagai penanaman modal asing dalam industri pariwisata (Soemarjan, 1974 hal 4). Potensi pariwisata sebagai sumber devisa besar sekali. Menurut beberapa ahli, pariwisata dewasa ini sudah menjadi bidang usaha atau industri terbesar ketiga setelah minyak dan perdagangan senjata. Bahkan ada yang mengatakan bidang usaha terbesar setelah minyak. Menurut catatan World Tourism Organization (WTO), dalam tahun 1979 sebanyak 270 juta orang melakukan perjalanan keluar negeri dengan mengeluarkan sebesar US $ 75 milyar. Dalam tahun 1980, orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri meningkat menjadi 280 juta orang (Spilane, 1987). Belanja para wisatawan asing di suatu negara tujuan merupakan penerimaan valuta asing atau devisa. Semakin besar belanja tersebut akan makin memperkuat neraca pembayaran Negara tujuan. Dari segi lain, negara dapat penambahan- penambahan pandapatan dari penerimaan pajak- pajak dari sektor usaha yang bersangkutan dengan kepariwisataan. Disamping itu belanja wisatawan itu dapat pula merangsang pertumbuhan sektor ekonomi lain. Industri hotel yang memerlukan bahan- bahan makanan daging, telur, sayuran, alat- alat dekorasi, dan sebagainya. Hal ini merangsang tumbuhnya usaha- usaha peternakan, perkebunan, industri ringan, dekorasi dan lain- lain (Projogo, hal 29)

28

Wisatawan- wisatawan yang membeli barang seni sebagai cindera mata akan merangsang kegiatan kreasi seni, sehingga seniman- seniman memerlukan bahan mentah tertentu untuk ungkapan kreasi seninya yang berupa kayu, cat, kertas, amplas dan lain- lain. Para pengrajing terangsang pula untuk memproduksi barang- barangnya lebih banyak lagi. Toko cindera mata tumbuh sebagai penyalur barang- barang kreasi seni maupun produksi pengrajin. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata merangsang tumbuhnya usaha- usaha ekonomi tertentu yang saling merangkai dan saling menunjang. Dalam teknisinya, hal tersebut diartikan memberikan dasar- dasar perekonomian suatu negara. Hubungan- hubungan yang terjalin antara wisatawan dengan masyarakat yang dikunjunginya sedikit banyak akan menempuh nilai hidup baru dalam arti memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai- nilai kehidupan lain. Manusia akan belajar menghargai nilai- nilai orang lain disamping nilai- nilai yang dimilikinya. Dalam hubungan dengan kegiatan wisatawan dalam negeri, maka orang akan lebih mengenal tanah airnya. Hal ini akan mendorong sikap tolenransi dalam pergaulan yang merupakan sarana kuat dalam pembangunan bangsa. Bila dikaitkan dengan hubungannya dengan orang asing, hubungan ini disamping memperluas nilai pergaulan juga akan memperkuat nilai pribadi sendiri karena nilai pribadi asli yang ramah merupakan daya tarik yang dihargai orang asing tersebut. Para wisatawan ingin sesuatu yang lain, yang asli (Prajogo, hal 35). Dari pertimbangan di atas tampak bahwa pengembangan industri pariwisata akan memperluas kesempatan kerja. Industri pariwisata merupakan industri yang sifatnya menyerap kebutuhan tenaga orang tidak hanya
29

mementingkan mesin- mesin saja. Sebagai industri yang sifatnya pelayanan jasa maka disamping membutuhkan unsur cepat, mudah, nikmat, juga ramah. Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyerapan dari sektor pariwisata : 1) Jumlah wisatawan Secara teoritis (apriori) dalam Ida Austriana, 2005 semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata juga akan semakin meningkat. 2) Jumlah kamar (Tingkat Hunian Hotel)

30

Menurut

Dinas

Pariwisata

hotel

merupakan

suatu

usaha

yang

menggunakan bangunan atau sebagian dari padanya yang khusus disediakan, dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Dewasa ini pembangunan hotel-hotel berkembang dengan pesat, apakah itu pendirian hotel- hotel baru atau pengadaan kamar- kamar pada hotel- hotel yang ada. Fungsi hotel bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Perhotelan memiliki peran sebagai penggerak pembangunan daerah, perlu dikembangkan secara baik dan benar sehingga dapat meningkatkan pendapatan industri, penyerapan tenaga kerja serta perluasan usaha. Hotel merupakan salah satu jenis usaha yang menyiapkan pelayanan jasa bagi masyarakat dan wisatawan. Tingkat Hunian Hotel merupakan suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang mampu untuk dijual (Vicky,Hanggara). Dengan tersedianya kamar hotel yang memadai, para wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah, terlebih jika hotel tersebut nyaman untuk disinggahi. Sehingga mereka akan merasa lebih aman, nyaman dan betah untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata. Oleh karena itu industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, akan memperoleh pendapatan yang semakin banyak apabila para wisatawan tersebut semakin lama menginap (Badrudin, 2001). Sehingga juga akan meningkatkan pendapatan atau omzet perhotelan.
31

2.1.4

Penawaran Pariwisata Pengertian penawaran dalam pariwisata meliputi semua macam produk

dan pelayanan/jasa yang dihasilkan oleh kelompok perusahaan industri pariwisata sebagai pemasok, yang ditawarkan baik kepada wisatawan yang datang secara langsung atau yang membeli melalui Agen Perjalanan (AP) atau Biro Perjalanan Wisata (BPW) sebagai perantara (Yoeti, 2008). Ada pun harga yang diinginkan konsumen (wisatawan) akan terbentuknya bila tingkat harga yang diinginkan sama dengan jumlah kamar yang tersedia seperti ditunjukkan oleh titik E (equalibrium), yaitu titik perpotongan kurva permintaan AB dan penawaran CD, seperti tampak pada Gambar 2.2.

Y 16 0 12 0 80 40 A 25 50 75 D 10 0 E 32 E C B

Permintaan Kamar Hotel dalam Ribuan

Gambar 2.1.4 Permintaan Kamar Hotel


Sumber : Yoeti, 2008

Keseimbangan penawaran dan permintaan dikatakan stasioner dalam arti bahwa sekali harga keseimbangan tercapai, biasanya cenderung untuk tetap dan tidak berubah selama permintaan dan penawaran tidak berubah. Dengan perkataan lain, jika tidak ada pergeseran penawaran maupun permintaan, tidak ada yang mempengaruhi harga akan mengalami perubahan Menurut Spillane (1987), penawaran pariwisata dapat dibagi menjadi : 1. Proses produksi industri pariwisata Kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri ditunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu, antara lain : a. Promosi untuk memperkenalkan obyek wisata b. Transportasi yang lancar c. Kemudian keimigrasian atau birokrasi d. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman e. Pemandu wisata yang cakap f. Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang wajar g. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik

33

h. Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup 2. Penyediaan lapangan kerja Perkembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja. Berkembangnya suatu daerah pariwisata tidak hanya membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat, tetapi juga menarik pendatang-pendatang baru dari luar daerah justru karena tersedianya lapangan kerja tadi. 3. Penyediaan Infrastruktur Industri pariwisata juga memerlukan prasarana ekonomi, seperti jalan raya, jembatan, terminal, pelabuhan, lapangan udara. Jelas bahwa hasil pembangunan fisik bisa ikut mendukung pengembangan pariwisata.

4. Penawaran jasa keuangan Tata cara hidup yang tradisional dari suatu masyarakat juga merupakan salah satu sumber yang sangat penting untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Bagaimana kebiasaan hidupnya, adat istiadatnya, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke suatu daerah. Hal ini dapat dijadikan sebagai event yang dapat dijual oleh pemerintah daerah setempat (Yoeti, 2008). 2.1.5 Fungsi Permintaan Perusahaan Akan Tenaga Kerja

34

Perusahaan dalam melakukan proses produksi disebabkan oleh satu alasan, yaitu karena adanya permintaan akan output yang dihasilkannya. Jadi permintaan akan input akan timbul karena adanya permintaan akan output. Inilah sebabnya mengapa permintaan input tersebut oleh ahli ekonomi Alfred Marshall sebagai derived demand atau permintaan turunan. Permintaan akan output sendiri

dianggap sebagai "permintaan asli" karena timbul langsung dari adanya kebutuhan manusia (Boediono, 1982, 89). Dari teori perilaku produsen diketahui bahwa posisi keuntungan maksimum (posisi keseimbangan) produsen tercapai apabila memenuhi syarat: MR = MC ................................................................... (2.1) Dalam hal ini MR merupakan nilai rupiah produksi marginal yang diperoleh dari mengalikan harga produk yang berlaku dengan produksi marginal. Sehingga dapat dibuat persamaan sebagai berikut : VMP = P.MPTK ........................................................ (2.2) Jumlah nilai VMP menggambarkan tambahan pendapatan yang diterima oleh pengusaha bila menambah penggunaan tenaga kerja satu unit lagi. Bila perusahaan menggunakan garis wage rate sebagai dasar maka tambahan biaya yang harus dibayar perusahaan adalah sama dengan tingkat upah (W) berfungsi sebagai MC adalah W , sehingga posisi optimal adalah : VMP = w ................................................................ (2.3)

35

Jadi dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih besar dari pada W, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1.5 Fungsi Permintaan Tenaga Kerja

Upa h VMPTK T
W1 1
W

M Maksimum Laba

W2 2 Sumber : Simanjutak, 1985


O O

D = MPTK x P
B
Kuantitas tenaga kerja

Keterangan: Dari gambar diatas, garis DD menggambarkan nilai hasil marjinal karyawan (VMPTK) untuk setiap kuantitas tenaga kerja. Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA == 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke-100 dinamakan VMPTK nya dan besarnya sama dengan MPTK.P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W). oleh sebab itu laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan

memperkerjakan tenaga kerja hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba

36

maksimum dan nilai MPTK.P sama dengan upah yang dibayarkan pada karyawan. Dengan kata lain pengusaha mencapai laba maksimum bila MPTK.P = W . Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari pada ON, misalnya OB maka akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah pada tingkat yang berlaku (W), padahal hasil nilai marginal yang diperolehnya sebesar W2 yang lebih kecil dari pada W. Jadi pengusaha cenderung untuk menghindari jumlah karyawan yang lebih besar dari pada ON. Penambahan karyawan yang lebih besar dari ON dapat dilaksanakan hanya bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W atau pengusaha dapat menaikkan harga jual barang. Kondisi laba maksimal dapat diperoleh dengan melalui empat persamaan berikut : 1. MPR = (MPL).(MR) 2. MPR = (MPL).P 3. P. (MPL) = W
W

4. MPL =
P

Di mana : MPL = Marginal Product Labour MR = Marginal Revenue P = Price W = Wage


37

2.2 Kerangka Konseptual Industri pariwisata merupakan industri yang sifatnya menyerap kebutuhan tenaga orang dan tidak hanya mementingkan mesin- mesin sebagai industri yang sifatnya jasa (service) maka disamping memerlukan unsure cepat, aman, murah, mudah, nikmat, dan juga ramah. Perkembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja, walaupun khususnya bidang perhotelan bersifat padat karya. Namun demikian tenaga kerja yang dibutuhkan adalah mereka yang memiliki keterampilan teknis dan manajerial. Untuk itu diperlukan pendidikan kejuruan yang efektif. Berhubung investasi yang diperlukan sangat besar (gedung, peralatan, tenaga ahli) maka ditinjau dari segi komersial semata- mata tidak menguntungkan. Adapun kesempatan kerja yang berhubungan langsung di bidang kepariwisataan yaitu jumlah tenaga kerja yang terdapat pada bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan, pramuwisata, dan tenaga kerja pemerintah yaitu kantor pariwisata pemerintah. Disamping itu kegiatan pariwisata dapat mendorong pertumbuhan sektor lain, sehingga perluasan kesempatan kerja akan bertambah dan akan terbuka lapangan kerja baru di sektor tersebut. Misalnya, peningkatan di bidang perhotelan yang secara langsung diiringi dengan permintaan akan segala fasilitas perhotelan yaitu permintaan akan barang- barang kerajinan meubel, hasilhasil pertanian, perternakan dan lain- lain, dimana industri tersebut di atas dapat menciptakan kesempatan kerja secara tidak langsung dalam sektor pariwisata.
38

Untuk daerah Sulawesi Selatan pertumbuhan kesempatan kerja dari tahun ke tahun sangat berarti dalam memecahkan masalah kesempatan kerja dari jumlah angkatan kerja yang terjadi setiap tahun. Dalam kondisi seperti itu kebutuhan wisatawan akan dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bahkan peningkatan pendapatan dan devisa daerah. Dalam hal penciptaan lapangan kerja yang berhubungan langsung kepariwisataan, dapat dilihat pada semakin bertambahnya jumlah tenaga kerja pada sektor- sektor industri jasa pada khususnya. Jumlah tenaga kerja pada hotel- hotel, restoran, usaha tour dan travel, dan lain- lainnya merupakan gambaran bahwa sektor pariwisata di daerah ini telah membuka lahan tempat bekerja bagi masyarakat.
2.2.1 KERANGKA PIKIR :

INDUSTRI PARIWISATA

WISATAWAN ASING

WISATAWAN DOMESTIK

KAMAR

OMSET

PENYERAPAN TENAGA KERJA

2.3 Studi Empiris Sebelumnya

39

Abdullah (1998), dalam penelitiannya dengan judul Pariwisata dan Kesempatan Kerja Di Kabupaten Selayar hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa potensi sarana dan prasarana pariwisata sebagai penunjang pengembangan kepariwisataan kabupaten selayar yang tersedia pada saat itu masih belum memadai dan masih sangat terbatas. Sektor pertanian dan perikanan masih merupakan mata pencarian utama masyarakat selayar. Sejalan dengan kunjungan wisatawan yang masih rendah kesempatan kerja yang diserap pada industri wisata secara langsung terbilang sangat rendah, namun menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hubungan antara kunjungan wisatawan dengan penciptaan kesempatan kerja sektor pariwisata di Kabupaten Selayar berdasarkan analisa 10 tahun terakhir menampakkan suatu hubungan positif. A. Tenri Abeng (2001): Pengaruh Industri Pariwisata Terhadap Kesempatan Kerja di Makassar. Mengungkapkan bahwa peran pariwisata dalam pembangunan nasional di Indonesia mencakup tiga segi yaitu: dari segi ekonomi yakni sebagai sumber penghasilan devisa dan pendapatan dari segi sosial sebagi penciptaan kesempatan kerja dari segi budaya yaitu memperkenankan dan memberdaya gunakan budaya bangsa. Perkembangan pariwisata di Sulawesi Selatan cukup cerah dengan melihat potensi pariwisata yang ada di daerah ini, serta adanya kenaikan tiap tahun jumlah arus wisatawan yang berkunjung kedaerah ini. Ramli (2003): Perkembangan Industri dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pangkep Periode 1996-2000. Untuk mengembangkan sektor industri dalam keutuhannya dengan kemapuan penyerapan tenaga kerja tentunya tidak
40

lepas kaitannya dengan seluruh potensi yang ada khususnya terhadap pihak- pihak yang mempunyai wewenang dalam sektor industri dan ketenagakerjaan, termasuk partisipasi aktif dari seluruh masyarakat, dalam mengupayakan peningkatan dan pengembangan dari sumber daya manusia. Sehingga pada sektor industri dapat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pendapatan perkapita.

2.4 Hipotesis Ada pun hipotesis yang dapat diajukan berdasarkan permasalahan diatas adalah: Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 1) wisatawan domestik berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja 2) wisatawan asing berpengaruh Positif terhadap penyerapan tenaga kerja 3) jumlah kamar berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja 4) Pendapatan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja

41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis dan Sumber Data Setelah menentukan obyek penelitian, maka jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan (Library Research) serta laporan dokumentasi. Adapun sumber data yang dibutuhkan dalam penulisan ini yaitu diperoleh pada instansi tempat penelitian berdasarkan dokumentasi kepustakaan, litenaturlitenatur dan laporan lainnya sehubungan dengan perkembangan pariwisata dan kesempatan kerja di daerah Sulawesi Selatan yang berupa faktor penunjang industri pariwisata, perkembangan kunjungan wisata, perkembangan tenaga kerja dan kontribusi sektor pariwisata dalam penciptaan kesempatan kerja. 3.2 Metode Analisis

42

Berdasarkan landasan teori serta untuk mencapai tujuan dalam penelitian dan hipotesis yang diajukan maka dilakukan pengujian dengan model regresi linier berganda (Gujarati, 1995), dari model dasar yaitu :

3.2.1

Pengujian Asumsi Klasik Model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah

menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik regresi meliputi (Imam Ghozali;2002): a. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross sectional).

43

Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan rumus sebagai

berikut: d =

(
i =2

i 1 )
2 i

........................................ (3.3.1)

i= 1

Dimana : d = nilai D-W stat = nilai residual dari persamaan regresi pada periode i

i 1 = nilai residual dari persamaan regresi pada periode i-1


Kemudian dhitung dibandingkan nilai dtabel pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, didasarkan atas hal berikut ini (Ghazali 2000:61) : 1) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper boud (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak terjadi gejala autokorelasi. 2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower boud (dI), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti terjadi autokorelasi positif. 3) Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dI), maka koefisien autokorelasi lebih kecildaripada nol, berarti terjadi autokorelasi negative. 4) Bila DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dI) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dI), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

44

Apabila terjadi pelanggaran pada asumsi ini maka tindakan perbaikan model adalah dengan melakukan transformasi dengan cara mensubtitusi nilai p, dimana nilai p dihitung berdasarkan nilai d pada model asli. Nilai p=1-(d/2), dimana nilai d = nilai Durbin Watson. Tabel 3.2.1.1 Kriteria pengujian Autokorelasi

Null Hipotesis

Hasil Estimasi

Kesimpulan Tolak Tidak ada kesimpulan Tolak Tidak ada kesimpulan Diterima

H0 0 < dw < dl H0 Dl dw du H1 4 dl<dw<4 H1 4 du dw 4 dl Tidak ada autokorelasi, baik Du < dw < 4 du positip maupun negatip Sumber : Gujarati (1995) b. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman dan barlett. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi varabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan

45

sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang terletak di Studentized. 1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. c. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya: 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3.2.2 Analisis Regresi
46

Untuk menemukan pemecahan masalah yang ditemukan dan membuktikan hipotesis, maka metode analisis yang digunakan adalah model analisis kuantitatif maupun dengan model analisis kulitatif, sesuai dengan kebutuhan permasalahan dan hipotesis yang ditampilkan. Hubungan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Y= f(X1 X2 X3 X4) ... (1) Y= 0. X1b1.X2b2.X3b3.X4b4+e....... (2)

Dimana: Y = Jumlah tenaga kerja yang diserap langsung pada bidang perhotelan X1 = Jumlah wisatawan domestik X2 = Jumlah wisatawan asing X3 = Jumlah kamar X4 = Pendapatan 0 = Konstanta 1 2 3 4 = Parameter yang akan diestemasi e = Bilangan eksponensial Ln = logaritma natural
47

= error term Untuk mengestimasi parameter- parameter tersebut maka sebaiknya persamaan fungsi pada poin (2) di atas dibentuk dalam model linear sehingga menjadi: LnY = 0 + 1LnX1 + 2LnX2 + 3LnX3 + 4LnX4 (3) Dimana parameter- parameternya menjelaskan tentang angka elastisitas masing- masing variable X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y. Untuk menguji masing- masing angka elastisitas tersebut digunakan uji parsial yakni uji-t (t-test) dan untuk menguji apakah model tersebut di atas cukup baik atau layak, maka digunakan uji-F (ANOVA). 3.2.3 Pengujian Hipotesis Pengujian terhadap masing - masing hipotesis yang diajukan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : (Gujarati, 1995) Uji Signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (Xi) terhadap variable dependen (Y) baik secara bersama - sama maupun parsial pada hipotesis 1 (H1) sampai dengan hipotesis 4 (H4) dilakukan dengan Uji - F (F - test) dan Uji - t (t - test) pada level 5% ( = 0,05). a. Uji - F Uji ini digunakan untuk menguji kelayakan model (goodness of fit). Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut : H1 : b1, b2, b3, b4 0
48

Artinya Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka model yang digunakan dalam kerangka pikir teoritis layak untuk digunakan, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka model yang digunakan dalam kerangka pikir teoritis tidak layak untuk digunakan. Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus : ......... (3.2.3.1)

Jika F-hitung > F-tabel (a, k-1, n-l), maka H0 ditolak; H1 diterima, ada pengaruh dan

Jika F-hitung < F-tabel (a, k-l, n-k), maka H0 diterima; H1 ditolak, tidak ada pengaruh.

b. Uji - t Uji Keberartian Koefisien (bi) dilakukan dengan statistik - t. Hal ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variable independennya. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut : H1 : bi 0 Artinya Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan, artinya secara parsial variable bebas (X1 s/d X4) berpengaruh signifikan terhadap variable dependen (Y) = hipotesis diterima, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan, artinya secara parsial variabel bebas (X1 s/d X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y), hipotesis ditolak.
49

Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus: (3.2.3.2) ..(3.12) Jika t-hitung > t-tabel t hitung < -t tabel (, n-k-l),

maka H0 ditolak; variabel independen secara individu


berpengaruh terhadap variabel dependen.dan

Jika t-hitung < t-tabel dan t tabel < -t hitung (, n-k-

l), maka H0 diterima. variabel independen secara individu tak


berpengaruh terhadap variabel dependen.

c.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 R2 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut: R2 = ESS TSS ..(3.2.3.3)

R2 = Koefisien determinasi majemuk (multiple coeficient of determinant), yaitu proporsi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama.

50

ESS = Explained sum of squares, atau jumlah kuadrat yang dijelaskan atau variabel nilai variabel terikat yang ditaksir di sekitar rata-ratanya. TSS = Total sum of squares, atau total variabel nilai variabel terikat sebenarnya di sekitar rata-rata sampelnya. Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik atau makin tepat garis regresi yang diperoleh. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka menunjukkan semakin tidak tepatnya garis regresi untuk mengukur data observasi.

3.3 Batasan Variabel 1. Industri Pariwisata adalah suatu industri yang terdiri dari bermacammacam perusahaan yang secara bersama- sama menghasilkan barang dan jasa berupa produk wisata yang dibutuhkan wisatawan seperti obyek wisata, fasilitas yang berupa akomodasi dan perhotelan, serta transportasi. 2. Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha, misalnya pada industri pariwisata.. 3. Wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungan tersebut. 4. wisatawan asing adalah wisatawan yang berasal adri luar negeri.

51

5. wisawatan domestik adalah wisatawan yang berasal dari dalam negeri atau negeri sendiri. 6. jumlah kamar hotel adalah ruang yang disediakan atau di miliki hotel untuk disediakan sebagai penginapan. 7. Pendapatan adalah merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. BAB IV

ANALISIS
4.1 Perkembangan Jumlah Hotel di Sulawesi Selatan tahun 1990-2009 Table 4.1.1 Jumlah dan Perkembangan Hotel di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009
Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Hotel (bangunan) 222 225 300 310 333 376 381 388 392 403 403 404 406 409 415 450 457 466 487 509 Perkembangan Jumlah Hotel (%) 1,33 8,33 3,23 6,91 11,44 1,31 1,8 1,02 2,72 0,25 0,49 0,73 1,45 7,78 1,53 1,93 4,31 4,32

52

Sumber : Badan Pusat Statistik Makassar

Pada tabel 4.1.1 menunjukkan jumlah usaha hotel dan akomodasi lainnya di Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 1990-2009 menunjukan adanya kenaikan yang cukup berarti. Sejak tahun 1990 hingga tahun 2009 jumlah kamar hotel di Sulawesi selatan rata-rata mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sejak tahun 1999 jumlah hotel/akomodasi lainnya sebanyak 403, pada tahun 2005 meningkat menjadi 450 buah, atau meningkat sebesar 7,78%. Kenaikan jumlah hotel dan akomodasi lainnya selama kurun waktu tersebut, tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah tempat tidur. Hal ini disebabkan karena adanya hotel yang tutup. Pada tabel 4.1.2 kamar yang tersedia yaitu sebanyak 8.013 kamar pada tahun 1999, pada tahun 2005 menurun menjadi 7.932 kamar, atau turun sebesar 4,11 persen. Penurunan jumlah kamar ini disebabkan oleh keadaan krisis ekonomi
53

yang terjadi di Indonesia. Setelah terjadi krisis ekonomi kamar yang di huni kembali mengalami peningkatan sampai pada tahun 2006 sebesar 8616 unit hingga tahun 2009 jumlah kamar yang di huni terus meningkat tetapi pada dua tahun tersebut pertumbuhan jumlah kamar yang dihuni mengalami penurunan sebesar 4,52 % hingga 2,76 %. Hal ini juga dapat disebabkan kurang atau tidak lengkapnya fasilitas hotel dan strategi promosi yang tidak baik.

Table 4.1.2 Perkembangan Jumlah Kamar Hotel di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Jumlah Kamar (unit) 4313 5047 5166 5299 3834 6270 7852 7622 8476 8013 7981 7888 Perkembangan (%) 14.54 2.30 2.51 -37.81 38.21 20.15 -3.02 10.07 -5.78 -0.40 -1.17
54

2002 7927 2003 7932 2004 8258 2005 7932 2006 8616 2007 9024 2008 9835 2009 10114 Sumber : Badan Pusat Statistik Makassar

0.49 0.06 3.95 -4.11 7.94 4.52 8.25 2.76

4.2 Analisis Deskriptif Variabel Table 4.2.1 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja yang di Serap Langsung di Bidang Perhotelan di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Tenaga Kerja (Orang) 1768 1916 2256 2508 3776 3979 4091 5758 4954 5679 5103 5663 5250 Perkembangan (%) 7.72 15.07 10.04 33.58 5.10 2.73 28.95 -16.22 12.77 -11.28 9.89 -7.87
55

2003 5121 2004 5149 2005 5262 2006 5049 2007 6513 2008 6658 2009 7322 Sumber : Badan Pusat Statistik Makassar

-2.52 0.54 2.15 -4.22 11.17 2.18 9.07

Pada tabel 4.2.1 tahun 1998 dan 1999 jumlah tenaga kerja yang mampu di serap oleh sektor pada industri pariwisata maksimum hanya sebesar 33,58% dan jumlah tertinggi hanya sebesar 7322 orang. Secara agregat, data tahun 1997-1999 menunjukkan bahwa pada masa krisis tidak terjadi penurunan jumlah tenaga kerja, bahkan sebaliknya terjadi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja meskipun dengan tingkat yang relatif rendah. Pada tahun 1998 ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, Sektor pariwisata khususnya perhotelan di Sulawesi selatan hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 4954 orang atau menurun -16.22 %. Dalam periode tahun 1997-2008 tersebut, terdapat beberapa periode yang berpotensi memberikan perubahan besar dalam penyerapan tenaga kerja di perhotelan di Sulawesi selatan , pertama adalah periode tahun 1997-1998 yang ditandai dengan terjadinya krisis keuangan Asia, Sebagaimana diuraikan sebelumnya, pada saat krisis 1997-1998 telah terjadi PHK besar-besaran namun pada tahun 1999, penyerapan tenaga kerja justru mengalami peningkatan yang positif meskipun kecil yaitu sebesar 12,77% kedua adalah periode tahun 20002008 yang relative kurang stabil dimana kembali terjadi krisis global , yang disertai dengan penurunan jumlah tenaga kerja khususnya periode tahun 20062008 dimana pertumbuhan penyerapan tenaga kerja hanya menurun sekitar
56

-4,22% hingga 2.18 % meskipun secara angka realnya jumlah tenaga kerja meningkat hingga mencapai besaran 7322 orang.

Table 4.2.2 Perkembangan Jumlah Wisatawan Domestik di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Wisatawan Domestik (Orang) 266289 284091 311684 336689 351433 404858 419213 414841 147402 259617 371662 400223 487193 557776 694467 783088 1120895 1212982 Perkembangan (%) 6.27 8.85 7.43 4.19 13.19 3.42 -1.05 -181.43 43.22 30.14 7.14 17.85 12.65 19.68 11.32 30.14 7.60
57

2008 2032021 2009 2715715 Sumber : Badan Pusat Statistik Makassar

40.31 25.17

Jika dilihat pada Tabel 4.2.2 dan Tabel 4.2.3 jumlah wisatawan domestik dan jumlah wisatawan asing yang berkunjung di Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi. Khususnya Pada tahun 1998 jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke Sulawesi Selatan mengalami penurunan -181.43 persen yaitu sebesar 147402 orang yang sebelumnya mengalami penurunun tetapi pada tahun 1998 yang mengalami penurunan drastis, sedangkan jumlah wisatawan asing terus mengalami penurunan sejak tahun 1997 hingga tahun 2000 yang angkanya mencapai -732.22 atau menurun dari 83954 orang menjadi 10088 orang. Hal ini disebabkan karena terjadi krisis ekonomi yang melanda semua sub sektor Krisis ekonomi

perekonomian di Indonesia termasuk sub sektor pariwisata.

membuat situasi menjadi tidak kondusif bagi wisatawan yang ingin berwisata di Indonesia. Propinsi Sulawesi selatan adalah salah satu Propinsi yang terkena dampak krisis tersebut dengan menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Propinsi Sulawesi selatan. Tahun 2003 hingga tahun 2007 jumlah wisatawan kembali mengalami fluktuasi yang disebabkan pada tahun 2002 terjadi peristiwa bom Bali 1 yang mengakibatkan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara merasa takut untuk berpergian melakukan kunjungan wisata di Propinsi-Propinsi yang menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW). Sedangkan pada tahun berikutnya jumlah wisatawan domestik dan asing terus mengalami peningkatan. Hingga tahun 2009 jumlah wisatawan domestik mencapai jumlah 2715715 orang dan jumlah wisatawan asing sebesar 35712 orang.
58

Table 4.2.3 Perkembangan Jumlah Wisatawan Asing di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009 Wisatawan Asing (Orang) 1990 95117 1991 100077 1992 115694 1993 152014 1994 198536 1995 243698 1996 260094 1997 239560 1998 102136 1999 83954 2000 10088 2001 9563 2002 10997 2003 12094 2004 13197 2005 16172 2006 22249 2007 24531 2008 31215 2009 35712 Sumber : Badan Pusat Statistik Makassar Tahun Perkembangan (%) 4.96 13.50 23.89 48.19 18.53 6.42 -8.57 -1.35 -21.65 -732.22 -5.48 13.04 9.07 8.36 18.40 27.31 9.30 21.41 12.6

59

Table 4.2.4 Perkembangan Pendapatan Hotel di Sulawesi Selatan Tahun 1990-2009 Pendapatan Hotel (Jutaan Rupiah) 1990 16206.39 1991 19692.46 1992 22318.2 1993 20248.86 1994 27043.56 1995 32331.19 1996 36076.91 1997 37242.95 1998 21893.71 1999 32655.69 2000 31330.71 2001 76127.67 2002 83559.89 2003 92985.08 2004 100864.4 2005 109584.9 2006 110543.93 2007 164798.7 2008 208707 2009 250354.35 Sumber : Badan Pusat Statistik Makassar TAHUN PERKEMBANGAN (%) 17.70 11.77 -10.22 25.13 16.35 10.38 3.13 -70.11 32.96 -4.23 58.84 8.89 10.13 7.81 7.95 0.86 32.92 21.03 16.64

Tabel 4.2.4 menunjukkan bahwa Pendapatan Hotel di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun pada tahun 1998 hingga tahun
60

2000

pendapatan hotel di Sulawesi selatan mengalami penurunan sebesar

-70,11% atau 21893.71 juta rupiah dari pendapatan sebelumnya sebesar 37242.95 juta rupiah. Sementara itu dilihat dari pertumbuhannya, pendapatan hotel di

Sulawesi selatan sempat mengalami penurunan khususnya pada masa-masa krisis dan masa pemulihan setelah krisis tahun 1998 dan tahun 2008. Rata

pertumbuhan pendapatn hotel berkisar 0,86 % hingga 58,84 %. 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan pengolahan data diperoleh nilai minimum, maksimum, rata rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation) dari masing-masing variable penelitian. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.1 di bawah ini. Tabel 4.3.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Statistik Sebelum Ln N Penyerpan tenaga kerja Wisnu Wisman Jumlah kamar Produksi (omset yang di peroleh hotel) Valid N (listwise) 20 20 20 20 20 Descriptive Statistics Minimum Maximum 1768.00 7322.00 Mean 4688.7500 Std. Deviation 1576.37074

147402.00 2715715.00 678606.9500 650934.30041 9563.00 260094.00 88834.9000 86841.96746 3834.00 10114.00 7369.9500 1774.08483 16206.00 250354.00 74629.6500 67290.67601

20

Sumber : Data Statistik yang diolah tahun 1990- 2009

61

Berdasarkan tabel 4.3.1 dapat dilihat bahwa dengan N = 20 waktu amatan, variabel dependen penyerapan tenaga kerja mempunyai nilai minimum 1768,00 orang dan nilai maksimum 7322,00 orang . Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 1576,37074 orang dan nilai rata - rata (mean) sebesar 4688,7500 orang. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Dari hasil analisis diatas, jumlah wisatawan domestik memiliki nilai minimum sebesar mempunyai nilai minimum 147402.00 orang yang terjadi pada tahun 1990 dan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum sebesar 2715715.00 orang pada tahun 2009. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 650934.30041 orang, dan nilai rata - rata (mean) sebesar 678606.9500 orang. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Variabel independen wisatawan asing mempunyai nilai minimum 9563.00 orang yang terjadi pada tahun 2001 dan nilai maksimum 260094.00 orang pada tahun 1996. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) wisatawan asing sebesar 86841.96746 orang dan nilai rata - rata (mean) sebesar 88834.9000

orang. Nilai rata - rata (mean) wisatawan asing yang lebih besar dibandingkan

62

nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Variabel independen wisatawan domestik mempunyai nilai minimum 11.90% pada tahun 1998 dan nilai maksimum 14.81% pada tahun 2009. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 0,72% dan nilai rata - rata (mean) sebesar 13,13%. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. ini berarti selama periode 1990-2009. Dan variabel independen jumlah kamar mempunyai nilai minimum 8.25% pada tahun 1994 dan nilai maksimum 9.22% pada tahun 2009. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 0,27% dan nilai rata - rata (mean) sebesar 8.87%. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Dari hasil analisis deskriptif statistik diatas, dapat kita lihat bahwa variabel jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan, wisatawan asing, wisatawan domestik, jumlah kamar, dan produksi (omset yang diperoleh hotel) menimbulkan permasalahan dalam pengolahan data. Oleh karena itu, dalam pengolahan data ini dibentuk model regresi semi log dengan mentransformasikan nilai jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan, wisatawan asing, wisatawan domestik, jumlah kamar, dan

63

produksi (omset yang diperoleh hotel) ke Logaritma Natural (LN), dan dari penggunaan Logaritma Natural maka diperoleh hasil seperti tabel 4.4.2 berikut: Tabel 4.3.2 Statistik Deskriptif Deskriptif Statistik dengan Ln Descriptive Statistics Std. N Penyerpan tenaga kerja Wisnu Wisman Jumlah kamar Produksi (omset yang di peroleh hotel) Valid N (listwise) 20 20 9.69 12.43 10.8651 .85929 20 20 20 20 Minimum Maximum 7.48 11.90 9.17 8.25 8.90 14.81 12.47 9.22 Mean 8.3824 13.1355 10.8058 8.8727 Deviation .41513 .72458 1.19971 .27320

Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009 4.4 Pengujian Asumsi Klasik Karena data yang digunakan adalah data sekunder maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu : Multikolonieritas, Heteroskedastisitas, Autokorelasi dan Uji Normalitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.

64

4.4.1

Hasil Uji Multikolinearitas Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan

regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya (independen) berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2009). Sementara melihat besaran korelasi antara variabel independen (dapat dilihat pada tabel 4.4.1) tampak bahwa hanya variabel wisatawan asing yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel produksi (omset yang diperoleh hotel) dengan tingkat korelasi 0,917 atau sekitar 92 %. Oleh karena korelasi ini masih dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas yang serius.

65

Tabel 4.4.1 Uji Multikolinearitas Coefficient Correlationsa Model LnX4 X2 Correlations LnProduksi (omset yang di 1.000 .613 peroleh hotel) LnWisman .613 1.000 LnJumlah Lnkamar LnWisnu Covariances LnProduksi (omset yang di peroleh hotel) LnWisman LnJumlah Lnkamar LnWisnu -.612 -.917 .050 .008 -.039 -.040 -.127 -.509 .008 .003 -.002 -.006

X3 -.612 -.127 1.000 .416 -.039 -.002 .080 .023

X1 -.917 -.509 .416 1.000 -.040 -.006 .023 .038

a. Dependent Variable: Y : jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di


bidang perhotelan

Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009

4.4.2

Hasil Uji Autokolerasi Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara

anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross sectional). Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. (Ghozali, 2009). Menurut Muhammad Iqbal Hasan

66

(2001:290) klaisfikasi nilai d yang dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi. Tabel 4.4.2.1 Klasifikasi Nilai DW untuk Autokorelasi Nilai <1,10 1,10 1,54 1,55 2,45 2,46 2,90 >2,91 Sumber: Iqbal Hasan (2001) Keterangan Ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan Ada autokorelasi

Tabel 4.4.2.2 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate DurbinWatson

1 .904a .817 .768 .19989 1.492 a. Predictors: (Constant), LnX4, LnX2, LnX3, LnX1 b. Dependent Variable: LnY Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009 berdasarkan nilai DW=1.492 (1,10 1,54) artinya Tidak ada kesimpulan
.

67

4.4.3

Hasil Uji Heteroskedisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi varabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang terletak di Studentized. 1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas.

Gambar 4.4.3.1 Hasil Uji Heterokedasitas

68

Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009

Berdasarkan plot di atas bahwa tidak ada plot yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah sumbu Y sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedisitas. 4.4.4 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya:

69

3) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas. 4) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Berdasarkan dari histogram di atas, menunjukkan pola regresi normal yang memenuhi asumsi normalitas karena histogram yang ada menyerupai lonceng (mendekati pola distribusi normal).

Gambar 4.4.4.1 Grafik Distribusi Normal Variabel Pengganggu

70

Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009

Sedangkan berdasarkan grafik normal plot (dapat dilihat pada gambar 4.4), dapat dilihat bahwa titik - titik menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.4.4.2 Grafik Normal Plot

71

Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal tersebut. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis non parametric Kolmogorof - Smirnov (K-S) (Ghozali, 2009).

Tabel 4.4.4.3 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


72

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LnY N Normal Parameters


a

LnX1 20 13.1355 .72458 .203 .203 -.128 .908 .382

LnX2 20 10.8058 1.19971 .171 .124 -.171 .766 .600

LnX3 20 8.8727 .27320 .296 .112 -.296 1.322 .061

LnX4 20 10.8651 .85929 .204 .204 -.119 .911 .377

20 Mean Std. Deviation 8.3824 .41513 .269 .109 -.269 1.202 .111

Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.

Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009

Berdasarkan Uji Normalitas menggunakan analisis non parametric Kolmogorof - Smirnov (K-S) (dapat dilihat pada gambar 4.5.4.3) diperoleh hasil bahwa variabel wisatawan domestik, wisatawan asing , jumlah kamar, produksi (omset yang diperoleh hotel), dan penyerapan tenaga kerja mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel - variabel tersebut terdistribusi secara normal.

4.5 Pengujian Hipotesis


73

Hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut : 4.5.1 Uji - F Berdasarkan Uji - F diperoleh pengaruh secara bersama - sama empat variabel independen Jumlah wisatawan asing, Jumlah wisatawan domestik, Jumlah kamar dan pendapatan Hotel terhadap variabel dependen penyerapan tenaga kerja sebagai berikut. Tabel 4.5.1 Hasil Uji F ANOVA Sum of Squares Regression Residual Total b. Dependent Variable: LnY Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009 Berdasarkan Uji - F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung sebesar 16,738 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai F hitung > F tabel ( 16,738 > 3,11) dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen penyerapan tenaga kerja atau secara bersama - sama variabel independen Jumlah wisatawan domestik, Jumlah 2.675 .599 3.274

Model 1

Df 4 15 19

Mean Square .669 .040

F 16.738

Sig. .000a

a. Predictors: (Constant), LnX4, LnX2, LnX3, LnX1

74

wisatawan asing, Jumlah kamar dan pendapatan Hotel berpengaruh terhadap variabel dependen penyerapan tenaga kerja. 4.5.2. Uji - t Sementara itu secara parsial pengaruh dari empat variabel independen tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 4.5.2 Uji t Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1 (Constant) LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 B -.421 .379 .486 .771 .553 Std. Error 2.341 .196 .216 .282 .224 .661 1.248 .507 1.145 Beta t -.180 1.931 2.048 2.729 2.470 Sig. .860 .073 .046 .016 .026

a. Dependent Variable: Penyerapan tenaga kerja Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009

Dari tabel 4.6.2 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai
75

berikut : Y = a0.x1bi.e (b2X2.b3X3.b4X4) lnY = a + b1lnX1 + b2ln X2 + b3ln X3+ b4lnX4 + LnY = -0.421 + 0,379X1 + 0.086 X2 + 0.771 X3 + 0,553 X4 LnTK = -0,421 +0,379 Wisatawan Domestik + 0.086 wisatawan Asing + 0.771 Jumlah Kamar + 0,553 Jumlah Pendapatan Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas diperoleh koefisien regresi Jumlah Wisatawan domestik sebesar (+)0,379. Koefisien tersebut

mengindikasikan adanya hubungan positif antara variabel Wisatawan domestik terhadap penyerapan tenaga kerja, artinya apabila wisatawan domestik (wisnu) meningkat sebesar 1 %, maka akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan sebesar (+)0,379 %, dengan asumsi wisatawan asing , jumlah kamar dan produksi(omset yang diperoleh hotel) tetap. Koefisien regresi wisatawan asing sebesar (+)0,086. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara variabel wisatawan asing terhadap penyerapan tenaga kerja, Artinya apa bila wisatawan asing meningkat sebesar 1 %, maka akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan sebesar (+)0,086%, dengan asumsi wisatawan domestik , jumlah kamar dan produksi (omset yang diperoleh hotel) tetap.

76

Koefisien regresi jumlah kamar sebesar (+)0,771. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara variable jumlah kamar terhadap penyerapan tenaga kerja, Artinya apa bila jumlah kamar meningkat sebesar 1 %, maka akan meningkatkankan jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan sebesar (+)0,771%, dengan asumsi wisatawan asing , wisatawan domestik dan produksi (omset yang diperoleh hotel) tetap. Koefisien regresi produksi (omset yang diperoleh hotel) sebesar (+)0,553. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara variabel produksi (omset yang diperoleh hotel) terhadap penyerapan tenaga kerja, Artinya apa bila produksi (omset yang diperoleh hotel) meningkat sebesar 1 %, maka akan meningkatkankan jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan (+)0,553%, dengan asumsi wisatawan asing , wisatawan domestik dan jumlah kamar tetap. Sedangkan nilai konstanta (-) 0,421 berarti, jika wisatawan asing , wisatawan domestik, jumlah kamar dan produksi (omset yang diperoleh hotel) di abaiakan (tetap) maka besarnya jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan adalah (-) 0,421 atau jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan (-) 0,421. Berdasarkan koefisien beta regresi pada tabel 4.6.2 dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah kamar memiliki pengaruh yang paling besar terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan dengan nilai koefisien beta regresi sebesar (+) 0,771, diikuti variabel wisatawan
77

domestik, wisatawan asing, dan produksi (omset yang diperoleh hotel) dengan nilai beta regresi berturut - turut sebesar (+) 0,379, (+)0,086, dan (+) 0, 553. Dari hasil Uji - t dapat dilakukan pembahasan hipotesis yang diajukan sebagai berikut : 1. Wisatawan domestik berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar 1.931 dan t tabelnya 1,753 dengan tingkat signifikansi 0,073. Karena t hitung lebih besar dari t tabel (1.931 > 1,753) dan tingkat signifikansi sebesar 0,073, maka secara parsial variabel wisatawan domestik berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap variabel dependen penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian hipotesis ditolak. 2. Wisatawan asing berpengaruh Positif terhadap penyerapan tenaga kerja Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar (+) 2,048 dengan tingkat signifikansi 0,046. Karena t hitung lebih besar dari t tabel (2,048 > 1,753) serta tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung bertanda positif, maka secara parsial variabel independen wisatawan asing berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel dependen penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. Dengan demikian hipotesis diterima. 3. Jumlah kamar berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja

78

Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar (+) 2,729 dengan tingkat signifikansi 0,016 Karena t hitung lebih besar dari t tabel (2,729 > 1,753) serta tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05

sebesar 0,016 dan nilai t hitung bertanda positif, maka secara parsial variabel independen jumlah kamar berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. Dengan demikian hipotesis diterima. 4. Produksi (omset yang di peroleh hotel) berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar 2,470 dengan tingkat signifikansi 0,026. Karena negatif t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,470 > - 1,753) dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka secara parsial variabel independen produksi (omset yang diperoleh hotel) berpengaruh positif signifikan terhadap variable dependen penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian hipotesis diterima.

4.5.3 Uji Koefisien Determinan (R2) Berdasarkan tampilan SPSS model summary diperoleh hasil bahwa nilai R2 sebesar 0,81 hal ini berarti 81% variasi penyerapan tenaga kerja dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen wisatawan domestik, wisatawan asing, jumlah kamar, dan produksi (omset yang diperoleh hotel). Sedangkan sisanya sebesar 19% dijelaskan oleh sebab - sebab lain diluar model.

79

Tabel 4.5.3 Adjusted R2 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .904a .817 .768 .19989 a. Predictors: (Constant), LnProduksi (omset yang di peroleh hotel), Wisman, Jumlah kamar, Wisnu b. Dependent Variable: Penyerapan tenaga kerja

Sumber : Statistik Statistik yang diolah tahun 1990-2009

4.6 Pembahasan 4.6.1 Variabel Wisatawan Domestik Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan wisatawan domestik selama periode penelitian mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan namun tidak signifikan. Disebabkan wisatawan domestik tidak terlalu meningkatkan pendapatan hotel karena wisatawan domestik kebanyakan memiliki keluarga di daerah tujuan wisata tersebut sehingga mereka lebih memilih tinggal bersama keluarga mereka. Wisatawan domestik yang datang ke Sulawesi selatan, akan tetap mendorong peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja, tetapi tidak akan berdampak besar pada bidang perhotelan namun peningkatan penyerapan tenaga kerjanya terdapat pada bidang restoran, travel, dan kerajinan tangan atau karya seni demikian pula sebaliknya. (wisatawan domestik berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga

80

kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan namun tidak signifikan, maka hipotesis ditolak). 4.6.2 Variabel Wisatawan Asing Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan wisatawan asing selama periode penelitian mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan secara signifikan . Semakin tinggi jumlah wisatawan asing maka semakin besar jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan (Wisatawan asing berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan, diterima). Jumlah wisatawan asing yang terus mengalami peningkatan akan meningkatkan kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan

menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Semakin banyak jumlah wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Dengan adanya kegiatan konsumtif dari wisatawan mancanegara, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata juga akan semakin meningkat. Meningkatnya pendapatan pada sektor pariwisata pada akhirnya akan medorong kemampuan

81

industri pariwisata khususnya perhotelan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja di daerah tersebut. Rata - rata wisatawan asing pada periode 1990-2009 berada pada kisaran yang cukup tinggi yakni rata-rata 888.3490, jauh diatas ketentuan minimal. Tingginya jumlah wisatawan asing mengindikasikan adanya sumber lapangan kerja baru yang ideal. Pulihnya perekonomian secara berangsur - angsur telah mendorong optimalisasi kegunaan sumber daya manusia (SDM) melalui penyerapan tenaga kerja. penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan mengalami peningkatan seiring dengan pulihnya perekonomian Indonesia. Di sisi lain pada tahun penelitian 1990-2009, di mana masa setelah krisis 1998 dan tahun 2008 secara institusional, Salah satu dampak krisis adalah terjadinya pada saat krisis jumlah pendapatan hotel mengalami penurunan sehingga hotel di Sulawesi selatan melakukan pengurangan karyawan (PHK) yang cukup tajam akibat besarnya kerugian. Sebagai akibatnya, penyerapan tenaga kerja berkurang. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ida Austriana (2005) yang menyatakan bahwa semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata juga akan semakin meningkat. 4.6.3 Variabel Jumlah Kamar

82

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan jumlah kamar selama periode penelitian mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan secara signifikan. Semakin tinggi jumlah kamar akan mendorong jumlah produksi (omset yang diperoh hotel). (Jumlah kamar berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan, diterima). Jumlah kamar mencerminkan produksi hotel. Semakin banyak jumlah kamar maka semakin besar pula risiko yang ditanggung oleh pihak hotel. Akibat tingginya jumlah kamar setiap hotel akan lebih berhati - hati (selektif) dalam menyalurkan penambahan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan adanya potensi kerugian yang di alami oleh pihak hotel. pembangunan hotel-hotel berkembang dengan pesat, apakah itu pendirian hotel- hotel baru atau pengadaan kamar- kamar pada hotel- hotel yang ada. Fungsi hotel bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Perhotelan memiliki peran sebagai penggerak pembangunan daerah, perlu dikembangkan secara baik dan benar sehingga dapat meningkatkan pendapatan industri, penyerapan tenaga kerja serta perluasan usaha. Hotel merupakan salah satu jenis usaha yang menyiapkan pelayanan jasa bagi masyarakat dan wisatawan. Penurunan jumlah kamar ini disebabkan oleh keadaan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Penurunan dari jumlah kamar ini pun sangat berdampak pada
83

penyerapan tenaga kerja, sebab jika jumlah kamar mengalami penurunan ini berarti pendapatan yang diperoleh hotel akan berkurang, untuk menutupi dari kerugian yang akan didapat oleh pihak hotel maka pihak hotel melakukan pengurangan karyawan. Setelah terjadi krisis ekonomi kamar yang di huni kembali mengalami peningkatan sampai pada tahun 2006. Hal tersebut terlihat dari data yang di peroleh, pada data table 4.2.2 menunjukan peningkatan di setiap tahunnya. Hasil ini mendukung teori dari (Badrudin, 2001) Oleh karena itu industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, baik berbintang maupun melati akan memperoleh pendapatan yang semakin banyak apabila para wisatawan tersebut semakin lama mengeinap. Sehingga juga akan meningkatkan pendapatan atau omzet perhotelan. 4.7.4 Variabel Pendapatan (omset yang di peroleh hotel) Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan Produksi (omset yang di peroleh hotel) selama periode penelitian mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan secara signifikan. (Produksi (omset yang di peroleh hotel) berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, diterima). Produksi (omset yang di peroleh hotel) tentunya berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. Produksi (omset yang di peroleh hotel) sebagai variabel pendapatan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hubungan tersebut terjadi
84

baik pada seluruh periode, maupun pada periode sebelum dan sesudah krisis. Saat krisis ekonomi menimpa menunjukkan bahwa Pendapatan Hotel di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun pada tahun 1998 hingga tahun 2000 pendapatan hotel di Sulawesi selatan mengalami penurunan secara umum.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

85

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh wisawatan domestik terhadap jumlah tenaga kerja yang penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel wisatawan domestik berpengaruh positif terhadap variabel penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan, tetapi tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis 1 ditolak. 2. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh wisawatan asing terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel wisatawan asing berpengaruh positif terhadap variabel penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis 2 diterima. 3. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh jumlah kamar terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel jumlah kamar berpengaruh positif terhadap variabel penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis 3 diterima.

86

4. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai produksi (omset yang di peroleh hotel) terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel produksi (omset yang di peroleh hotel) berpengaruh signifikan terhadap variable penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis 4 diterima. 5.2

Saran
Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini untuk

pihak-pihak yang berkepentingan dimasa mendatang demi pencapaian manfaat yang optimal, dan pengembangan dari hasil penelitian berikut : 1. Bagi penelitian selanjutnya Untuk agenda penelitian mendatang dapat dikembangkan penelitian dengan periode penelitian yang lebih panjang. Dengan demikian mampu memberikan gambaran kondisi penyaluran penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan secara lebih luas. Diharapkan dapat meneliti dengan variabel-variabel lain diluar variabel ini agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. 2. Bagi Pihak Industri Pariwisata

87

Berdasarkan hasil uji t, Pertumbuhan wisatawan asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. diharapkan dapat meningkat terhadap penyerapan tenaga kerja karena memberikan devisa yang cukup besar bagi pendapatan negara ini juga merupakan tujuan utama dari suatu industri pariwisata. Salah satu cara agar dapat menaikkan jumlah wisatawan asing yakni dapat dilakukan misalnya dengan memberikan promosi dan objek wisata yang lebih menarik. Berdasarkan hasil uji t, wisatawan domestik berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abdullah yang menyatakan bahwa wisatawan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan. Berdasarkan hasil uji t, jumlah kamar berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang perhotelan.

DAFTAR PUSTAKA Abdullah , 1998, Pariwisata dan Kesempatan Kerja Di Kabupaten Selayar, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar, Tidak di Publikasikan.

88

Abeng. Tenri, 2001, Pengaruh Industri Pariwisata Terhadap Kesempatan Kerja di Makassar, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar, Tidak di Publikasikan. Austriana, Ida. 2005, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata. Disertasi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi,Universitas Diponegoro. Biro Pusat Statistik: Sulawesi Selatan dalam Angka (beberapa edisi) BPS, Makassar. Boediono, 1982 Ekonomi Mikro, BPFE, Yogyakarta. Darmadjati, R.S : Pengantar Pariwisata; Pradya Paramita, 2002., Dayan, A :Pengantar Metode Statistik, LP3ES, Jakarta, 1977 Departemen PARTPOSTEL Republik Indonesia: Indonesia Tourism, Postard Telecomucation, Jakarta : LP3ES, 1984. Derektorat Jenderal Pariwisata: Pengantar Pariwisata Indonesia, Jakarta, 1985. Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan: Perhotelan dan Pariwisata, Makassar, 2009.

Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan: Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Sulawesi Selatan, Makassar, 2009. Djojohadi Kusumo, Sumitro: Indonesia Dalam Perkembangannya, Kini dan Masa Datang, Jakarta: LP3SES, 1984.
89

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Mc Graw Hill, New York. Hartono, Hari: Perkembangan Pariwisata, Kesempatan Kerja dan

Permasalahannya, Prisma No. 1, 1974. Pendit, Nyoman S: Pariwisata: Sebuah Analisis dan Informasi, Djambatan, Jakarta, 1965. Projogo, M.J: Pengantar Pariwisata Indonesia; Jakarta: Direktorat Jenderal Pariwisata, 1976. Ramli, 2003, Perkembangan Industri dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pangkep Periode 1996-2000 ,Skripsi, Universitas

Hasanuddin, Makassar, Tidak di Publikasikan. Rudi, Badrudin. 2001. Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah Istimewa Yogyakarta Melalui Pembangunan Industri Pariwisata.

Kompak.No. 3. Hal. 1-13 Sagir, Suharsono: Kesempatan Kerja Ketahanan Dalam Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya, Bandung, 1982. Salah, Wahab. 2003. Manajemen Kepariwisataan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Simanjuntak, Payaman.J 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Spilane, James DR: Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya; Yogyakarta: Kanisius, 1987. Sukirno, Sadono: Ekonomi Pembangunan, Medan: Borta Gorat, 1996.
90

Sumarjan , Selo: Pariwisata dan Kebudayaan, Prisma No.1, 1974. Suparmoko (1972), Penngantar Ekonomi Pembangunan, BPTE- UGM, Yogyakarta. Tjiptoherijanto, Priyono. "Situasi Angkatan Kerja dan Lapangan Kerja Sejak Sensus 1971". Analisis CSIS Voi. 3,1989. Undang- undang No.5, Tahun 1974: Pokok Pemerintahan di Daerah, Pradnya Paramita, Jakarta, 1984. Vicky hanggara, 2009, Pengertian Tingkat Hunian Hotel, (http://vickyhanggara.blog.friendster.com/2009/pengertian-tingkat hunian hotel/),diakses 2 Maret 2010. Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Kompas. Yoeti, Oka A: Pemasaran Pariwisata, Angkasa, Bandung, 1985. Yoeti, Oka. 1997. Ekowisata : Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. Jakarta : P. Pertja.

91

LAMPIRAN
Descriptive Statistics
N Penyerpan tenaga kerja Wisnu Wisman Jumlah kamar Produksi (omset yang di peroleh hotel) Valid N (listwise) 20 16206.00 250354.00 74629.6500 67290.67601 20 20 20 20 Minimum 1768.00 147402.00 9563.00 3834.00 Maximum 7322.00 2715715.00 260094.00 10114.00 Mean 4688.7500 678606.9500 88834.9000 7369.9500 Std. Deviation 1576.37074 650934.30041 86841.96746 1774.08483

20

Deskriptif Statistik dengan Ln

Descriptive Statistics N LnY LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 Valid N (listwise) 20 20 20 20 20 20 Minimum Maximum 7.48 11.90 9.17 8.25 9.69 8.90 Mean 8.3824 Std. Deviation .41513 .72458 1.19971 .27320 .85929

14.81 13.1355 12.47 10.8058 9.22 8.8727 12.43 10.8651

92

Uji Multikolinearitas Coefficient Correlationsa Model 1 Correlations LnProduksi (omset yang di peroleh hotel) LnWisman LnJumlah Lnkamar LnWisnu Covariances LnProduksi (omset yang di peroleh hotel) LnWisman LnJumlah Lnkamar LnWisnu LnX4 1.000 .613 -.612 -.917 .050 .008 -.039 -.040 X2 .613 1.000 -.127 -.509 .008 .003 -.002 -.006 X3 -.612 -.127 1.000 .416 -.039 -.002 .080 .023 X1 -.917 -.509 .416 1.000 -.040 -.006 .023 .038

a. Dependent Variable: Y : jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap


langsung di bidang perhotelan

Hasil Uji Heterokedasitas

93

Grafik Distribusi Normal Variabel Pengganggu

Grafik Normal Plot

94

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

95

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LnY N Normal Parametersa Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. 20 .41513 .269 .109 -.269 1.202 .111 LnX1 20 LnX2 20 LnX3 20 LnX4 20 .85929 .204 .204 -.119 .911 .377

8.3824 13.1355 10.8058 8.8727 10.8651 .72458 1.19971 .27320 .203 .203 -.128 .908 .382 .171 .124 -.171 .766 .600 .296 .112 -.296 1.322 .061

Hasil Uji F ANOVA

Model 1 Regression Residual Total

Sum of Squares 2.675 .599 3.274

df 4 15 19

Mean Square .669 .040

F 16.738

Sig. .000a

a. Predictors: (Constant), LnX4, LnX2, LnX3, LnX1 b. Dependent Variable: LnY

96

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Consta nt) LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 B -.421 .379 .486 .771 .553 Std. Error 2.341 .196 .216 .282 .224 .661 1.248 .507 1.145 Standardize d Coefficients Beta t -.180 1.931 2.048 2.729 2.470 Sig. .860 .073 .046 .016 .026

a. Dependent Variable: Penyerapan tenaga kerja

Adjusted R2

97

Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tenaga Kerja (Y) 1768 1916 2256 2508 3776 3979 4091 5758 4954 5679 5103 5663 5250 5121 5149 5262 5049 6513 6658 7322

Wisatawan Domestik (X1) 266289 284091 311684 336689 351433 404858 419213 414841 147402 259617 371662 400223 487193 557776 694467 783088 1120895 1212982 2032021 2715715

Wisatawan Asing (X2) 95117 100077 115694 152014 198536 243698 260094 239560 102136 83954 10088 9563 10997 12094 13197 16172 22249 24531 31215 35712 Model Summaryb

Jumlah Kamar (X3) 4313 5047 5166 5299 3834 6270 7852 7622 8476 8013 7981 7888 7927 7932 8258 7932 8616 9024 9835 10114

Pendapatan Hotel (Jutaan Rupiah) (X4) 16206.39 19692.46 22318.2 20248.86 27043.56 32331.19 36076.91 37242.95 21893.71 32655.69 31330.71 76127.67 83559.89 92985.08 100864.4 109584.9 110543.93 164798.7 208707 250354.35

Model

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .904a .817 .768 .19989 a. Predictors: (Constant), LnProduksi (omset yang di peroleh hotel), Wisman, Jumlah kamar, Wisnu b. Dependent Variable: Penyerapan tenaga kerja

98

99

You might also like