Professional Documents
Culture Documents
Menurut Prasasti Canggal, wangsa ini didirikan pada tahun 732 M oleh Sanjaya. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Mataram Kuno, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa.
Setelah Raja Sanjaya meninggal, ia digantikan oleh putranya yaitu Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran mendirikan banyak candi-candi. Beberapa diantaranya adalah Candi Sewu, Candi Plaosan, dan Candi Kalasan. Dari candicandi tersebut, bisa diketahui bahwa Rakai Panangkaran beragama Buddha. Rakai Panangkaran digantikan berturut-turut oleh Rakai Warak dan Rakai Garung.
Raja selanjutnya adalah Rakai Pikatan. Rakai Pikatan bergelar Sri Maharaja Rakai Pikatan. Rakai Pikatan mempunyai cita-cita untuk menguasai pulau Jawa. Untuk mewujudkan cita-citanya ini, Rakai Pikatan berusaha untuk menyatukan Dinasti Sanjaya dengan Dinasti Syailendra. Untuk itu, Rakai Pikatan meminang putri kerajaan Syailendra yang bernama Pramodhawardani, yaitu putri kerajaan Syailendra. Tetapi, kekuasaan dinasti Syailendra yang tadinya berada pada Pramodhawardani, jatuh ke tangan Balaputradewa. Balaputradewa tidak setuju untuk menyerahkan dinasti Syailendra pada Rakai Pikatan, sehingga terjadilah perang antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa, dimana Balaputradewa kalah dan lari dari Jawa, kemudian ia lari ke kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Raja berikutnya adalah Sri Maharaja Rakai Kayuwangi. Dalam menyatukan pemerintahannya, Rakai Kayuwangi dibantu oleh suatu dewan penasehat merangkap staf pelaksana, yang terdiri dari 5 patih dan diketuai oleh seorang mahapatih. Rakai Kayuwangi berusaha keras memajukan pertanian dan keagamaan. Hal ini dibuktikan oleh prasasti yang ditemukan di daerah Dieng dan daerah Plaosan.
Kemudian, Rakai Kayuwangi digantikan oleh Rakai Watuhumalang. Pada masa pemerintahan raja ini, masalah keagamaan lebih mendapat perhatian dibandingkan masalah pemerintahan. Raja berikutnya adalah Dyah Balitung, yang bergelar Sri Maharaja Watakura Diah Balitung. Raja ini adalah seorang raja yang besar dan cakap. Ia berhasil menghadapi dan mengatasi masalah yang dihadapi Kerajaan Mataram dan mepersatukan kembali kerajaankerajaan yang hampir terpecah belah akibat pertentangan antarkaum bangsawan. Kesejahteraan rakyat meningkat dan keamanan terjamin, bahkan daerah kekuasaannya meluas hingga Jawa Timur. Diah Balitung memerintah Mataram sampai tahun 910 M. Masa pemerintahannya banyak meninggalkan prasasti. Prasasti terpenting adalah Prasasti Mantyasih (Kedu) yang berisi tentang silsilah raja-raja Mataram dan Raja Sanjaya sampai dengan Raja Diah Balitung. Pada masa pemerintahannya, Raja Balitung menyempurnakan struktur pemerintahan dengan menambah susunan hierarki. Bawahan raja terdiri atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan i Hino sebagai tangan kanan raja yang didampingi oleh dua pejabat lainnya, Rakryan i Halu, dan Rakryan i Sirikan. Struktur ini juga digunakan oleh kerajaan-kerajaan Hindu berikutnya, seperti kerajaan Singasari dan Majapahit.
Setelah Raja Balitung wafat pada tahun 910, Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami pemerintahan riga raja seblum akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Sri Maharaja Daksa, yang pada masa pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino, tidak lama memerintah Kerajaan Mataram Kuno. Penggantinya, Sri Maharaja Tulodhong juga mengalami nasib serupa. Raja berikutnya dari Dinasti Sanjaya adalah Sri Maharaja Rakai Wawa. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram Kuno dilanda kekacauan dari dalam, yang membuat kacau ibu kota. Sementara itu, kekuatan ekonomi dan politik Kerajaan Sriwijaya makin mendesak kedudukan Mataram di Jawa. Pada masa itu, wilayah kerajaan juga dilanda oleh bencana letusan Gunung Merapi. Seluruh masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh Rakai Wawa. Ia wafat secara mendadak. Kedudukannya kemudian digantikian oleh Mpu Sindok yang waktu itu menjadi Rakryan i Hino Mpu Sindok yang menggantikan kedudukan dari Rakai Wawa, kemudian memindahkan kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur, dan disana ia mendirikan kerajaaan Medang Kemulan.