You are on page 1of 6

1.

Pengertian Eklampsia Eklampsia merupakan gejala yang lebih berat dan berbahaya dari pre eklampsia, dengan tambahan gejala-gejala tertentu (Wiknjosastro, 1999) dan Cunningham (1995) menambahkan bahwa eklampsia ditandai dengan gejala tonik klonik menyeluruh yang terjadi pada wanita hamil dengan hipertensi yang diperberat oleh kehamilan, kadang-kadang disertai dengan koma. Eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Kelanjutan pre eklampsia berat menjadi eklampsia dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma. Eklampsia didiagnosa jika pre eklampsia berkembang menjadi kejang biasanya terjadi terutama pada persalinan, dapat terjadi sampai 10 hari post partum, namun dapat juga terjadi pada saat hamil (Manuaba, 2003).

1. Etiologi Sampai saat ini, etiologi pasti dari pre eklampsia-eklampsia belum diketahui. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan dari etiologi pre eklampsia-eklampsia, sehingga kelainan tersebut sering disebut the diseases of teory (Sudinaya, 2000). Teori tersebut antara lain : 1. Peran prostasiklin dan tromboksan pada pre eklampsia-eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan trombin dan plasmin. 1. Peran faktor imunologis Pre eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya, hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

1. Peran faktor genetik/familia

Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi pre eklampsia-eklampsia pada anak dan cucu ibu hamil yang menderita pre eklampsia. 1. Faktor Predisposisi 1. Usia Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini tentu akan menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan pada usia diatas 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama. Hipertensi pada kehamilan paling sering mengenai wanita yang lebih tua, yaitu dengan bertambahnya usia menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis mengahadapi resiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan. Wanita hamil dengan usia kurang dari 20 tahun insidens pre eklampsia-eklampsia lebih dari 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten (Manuaba,2003). Oleh karena itu semakin lanjut usia maka kualitas sel telur sudah berkurang hingga berakibat juga menurunkan kualitas keturunan yang dihasilkan. Sementara usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini tentu akan menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. 1. Sosial Ekonomi Beberapa ahli menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonomi yang lebih baik akan lebih jarang menderita pre eklampsia, bahkan setelah faktor ras ikut diperhitungkan (mungkin ada perbedaan perlakuan / akses terhadap berbagai etnik di banyak negara (Cunningham,1995). 1. Paritas Menurut Chesley pengaruh paritas sangat besar dalam terjadinya pre eklampsia atau hipertensi pada kehamilan. Hipertensi pada kehamilan sering ditemukan pada wanita nulipara. Pre eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida dibandingkan multigravida. Insiden tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua (Manuaba, 2003). 1. Riwayat keluarga dengan pre eklampsia-eklampsia Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko meningkat sampai diatas 25%. Faktor gen diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin (Manuaba, 2003). 1. Malnutrisi Hasil pengamatan menyebutkan bahwa makanan yang kurang mengandung protein sebagai penyebab peningkatan insiden eklampsia (Cunningham,1995). 1. Penyakit Ginjal

Pada pre eklampsia-eklampsia, arus darah efektif ginjal berkurang lebih dari 20%, filtrasi glomerulus berkurang lebih dari 30%. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai nekrosis tubular akut dan nekrosis korteks renalis. Ureum-kreatinin meningkat jauh diatas normal. Terjadi juga peningkatan pengeluaran protein. 1. Kehamilan ganda Protein urin dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar (Manuaba, 2003). 1. Mola Hidatidosa Diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan menyebabkan pre eklampsia-eklampsia. Pada kasus mola hipertensi dan protein urin terjadi lebih awal (Manuaba, 2003). 1. Diabetes Militus Kemungkinan patofisiologinya bukan pre eklampsia murni, melainkan disertai kelainan ginjal/vaskuler primer akibat diabetesnya (Manuaba,2003). 10. Bayi dengan hidropfetalis 11. Penyakit vaskuler Lebih dari 1/3 pasien pre eklampsia terjadi pembalikan ritme diurnal, tekanan darah naik pada malam hari. Juga terdapat lama perubahan siklus diurnal menjadi 20 jam pre hari, dengan penurunan selam tidur, yang mungkin disebabkan perubahan dipusat pengatur tekanan darah atau pada reflek baroreseptor. 1. Patofisiologi Pre eklampsia-Eklampsia Vasospasme merupakan patofisiologi untuk pre eklampsia-eklampsia. Konsep ini pertama kali ditemukan oleh Volhard tahun 1918 (Cit. Cunningham, 1995). Dibuat berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap pembuluh darah dasar kecil pada pangkal kuku, fundus okuli sert konjungtiva bulbi dan juga sudah diperkirakan dari perubahan histology pada berbagai organ yang terkena. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses terjadinya hipertensi arterial. Kemungkinan vasospasme juga membahayakan, pembuluh darah sendiri terkena pembuluh darah dalam vasa vasorum terganggu sehingga terjadi kerusakan vaskuler (Cunningham, 1995). Perdarahan, infark, nekrosis, dan trobosis pembuluh darah kecil ditemukan dalam berbagai alat tubuh serta penimbunan fibrin dalam pembuluh darah, hal ini mungkin sekali dapat disebabkan oleh vaso spasme arteriola. Akibat dari vasospasme dapat terjadi perubahan baik anatomi maupun fisiologik dari organ-organ sebagai berikut : 1. 1. Plasenta, pada pre eklampsia terdapat spasmus arterioleaspiralis desidua dengan akibat menurunnya pembuluh darah ke plasenta. Hal ini disebabkan karena arteria

2.

3. 4.

5.

6. 7. 8.

spiralis mengalami kontriksi dengan penyempitan akibat arteriosis akut disertai necritizing arteriophaty. Menurunnya aliran darah ke plasenta mengkibatkan gangguan fungsi dari plasenta. Pada hipertensi yang lebih pendek bias terjadi gawat janin sampai kematian karena kekurangan oksigenasi. 2. Ginjal, menunjukkan perubahan berupa : kelainan glomerulus, hyperplasia sel-sel jukstaglomerulus, kelainan-kelainan pada tubulus-tubulus henle dan spamus pembuluh darah ke glomerulus berkurang, terdapatnya proteinuria serta terjadi retensi garam dan air. 3. Hati, terjadi perubahan tes faal dan keutuhan hepar pada pemeriksaan mikroskopis pada tepi tubulus. 4. Otak, pada keadaan yang belum lanjut hanya ditemukan oedema dan anemia pada korteks serebri dan pada keadaan yang lanjut ditemukan perdarahan. Aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada pre eklampsia tetap pada batas normal, pemakaian oksigen menurun hanya karena eklampsia. 5. Retina, dapat terlihat oedema pada discus optikus dan retina, ablosia retina dapat terjadi sehingga dapat menyebabkan kebutaan tetapi tidak menetap dan penglihatan dapat kembali sekitar 1 minggu. 6. Paru-paru, dapat terjadi oedema yang merupakan sebab utama kematian penderita pre eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya karena dekompensasi kordis kiri. 7. Jantung, mengalami perubahan degeneratif pada miokardium serta terdapatnya perubahan sub endokarial disebelah kiri septum interventrikuler. 8. Kelenjar drenal, dapat menunjukkan kelainan berupa perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat (Rachimhadi, 2003).

Hemokonsentrasi yang menyertai pre eklampsia-eklampsia belum diketahui sebabnya. Kenyataan tidak ada hipervolemia pada kehamilan sangat besar kemungkinannya terjadi akibat vaso kontriksi menyeluruh atau akibat peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga menyebabkan jumlah cairan intravaskuler lebih sedikit dan jumlah cairan vaskuler berlebihan. Hal ini menyebabkan pada pre eklampsia-eklampsia lebih peka terhadap kehilangan darah sekalipun. Selain itu juga terdapat perubahan hematologist berupa trombositopenia, kadang sebagaian pembekuan menurun dan eritrosit mengalami trauma sehingga mudah berubah bentuk dan cepat mengalami hemolisis serta terdapat perubahan kadar renin, angitensin II dan aldosteron dalam plasma yang menurun sehingga mendekati rentang nilai normal seperti wanita hamil yang seharusnya meningkat selama kehamilan normal (Cunningham, 1995). 1. Gambaran Klinik dan Diagnosa 1) Pre eklampsia

Dua gejala penting dan tidak disadari oleh wanita hamil adalah hipertensi dan proteinuria (Cunningham,1995). Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan bisa 2 pon/minggu atau 3 kg/bulan, diikuti oedema, hipertensi dan adanya proteinuria.

Diagnosis pre eklampsia pada umumnya didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda utama yaitu hipertensi, proteinuria dan oedema. Tetapi adanya satu tanda harus menimbulkan suatu kewaspadaan (Rachimhadi, 2003).

2)

Eklampsia

Eklampsia ditandai dengan gejala kejang tonik klonik menyeluruh yang terjadi pada wanita hamil dengan hipertensi diperberat oleh kehamilan, kadang-kadang disertai dengan koma (Cunningham,1995).

1. 2.

Hubungan usia dengan Kejadian Pre eklampsia-Eklampsia

Kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia 20-35 tahun, usia ini merupakan usia yang tidak beresiko sedangkan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun meningkatkan kejadian komplikasi kehamilan (Manuaba, 2003). Menurut Wahyudi (2000) saat terbaik bagi seorang perempuan untuk hamil adalah saat usia 20-35 tahun. Sel telur sudah diproduksi sejak dilahirkan namun baru terjadi ovulasi ketika masa pubertas, sel telur yang keluar hanya satu setiap bulannya, ini menunjukkan adanya unsur seleksi yang terjadi hingga diasumsikan sel telur yang berhasil keluar adalah sel telur yang unggul. Oleh karena itu semakin lanjut usia maka kualitas sel telur sudah berkurang hingga berakibat juga menurunkan kualitas keturunan yang dihasilkan. Sementara usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organorgan reproduksi belum sempurna, hal ini tentu akan menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Usia aman untuk hamil dan bersalin adalah 20-35 tahun dan kematian pada ibu hamil dan bersalin di bawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun 2-5 kali lebih tinggi (Sarwono, 2003). Kehamilan pada usia diatas 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antar perdarahan, gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama. Pada usia tua meskipun mental dan sosial ekonomi lebih mantap dibandingkan dengan usia muda tetap fisik mengalami kemunduran (Rochjati, 1994). Menurut Chesley (1995) Pre ekalampsia-eklampsia hampir selalu merupakan penyakit wanita nullipara meskipun pre eklampsia lebih sering didapatkan pada awal dan akhir usia reproduktif, yaitu usia remaja atau usia diatas 35 tahun, namun pre eklampsia diatas 35 tahun biasanya menunjukkan hipertensi yang diperberat oleh kahamilan. Insidens pre eklampsia-eklampsia tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil berusia kurang dari 20 tahun insidens lebih dari 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten. Hipertensi pada kehamilan paling sering mengenai wanita nulipara, wanita yang lebih tua, yaitu dengan bertambahnya usia menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis menghadapi resiko yang

lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan. Insiden hipertensi karena kehamilan pada wanita muda tidak lebih tinggi (Manuaba, 2003). Resiko paling besar yang harus dihadapi ibu yang telah berumur diatas 35 tahun adalah mempunyai anak dengan syndroma down. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia. 1. D. Hipotesis 1. Umur ibu hamil merupakan faktor risiko kejadian pre eklampsia-eklampsia. 2. Umur ibu hamil kurang 20 tahun lebih berisiko terjadi pre eklampsia-eklampsia dibandingkan dengan umur lebih 35 tahun.

You might also like