You are on page 1of 11

Silahkan download e-book ini di halaman download pada situs

www.tinyurl.com/syariah

PRAKTEK PENGELOLAAN WAKAF

Perwakafan di Indonesia

Setelah Undang-undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat berhasil dikeluarkan,


muncul lagi satu ide baru untuk merancang UU Wakaf. Gagasan merancang UU Wakaf
terungkap dalam workshop pemberdayaan ekonomi umat melalui pengelolaan wakaf
produktif, sebuah acara yang pernah digelar di sebuah acara The International Institute of
Islamic Thought (IIIT) bekerja sama dengan Departemen Agama RI di Batam. Wakaf
produktif, dianggap sebagai sumber dana yang sangat bisa diandalkan untuk menyejahterakan
rakyat miskin.
Wakaf produktif saat ini merupakan gagasan baru. Namun, praktiknya sudah
berlangsung sejak zaman sahabat Nabi Muhammad saw mewakafkan tanah pertanian untuk
dikelola dan diambil hasilnya. Hasil perkebunan itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.
Beberapa sahabat terdekat Nabi saw bahkan berniat mewakafkan seluruh tanah pekebunan
dan harta miliknya. Inilah yang sedang ramai di dijalankan oleh beberapa lembaga atau badan
wakaf, seperti dimesir dengan wizarotul auqofnya. Nampaknya belakangan, wacana wakaf
produktif ini sedang ramai di bahas di negara kita. Mengingat, belakangan, wakaf tanah
sering banyak bermasalah. Tanah yang diwakafkan ternyata diperebutkan lagi oleh ahli waris.
Ini menjadi kecenderungan setelah luas lahan makin sempit yang mengakibatkan harga tanah
melambung tinggi.

I.Sekilas mengenai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Perwakafan


Tanah Milik

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang perwakafan tanah milik terdiri dari
tuju (7) bab, dengan sistematik peraturan sebagai berkut:1
1
H. Abd Rohman, SH, MH. Masaah perwakafan tanah milik dan kedudukan tanah wakaf di negara kita , edisi
refisi ,PT. Aditya Citra Bakti, hal:73-74).
* Di samping Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, ada beberapa
peraturan lain yang mengatur masalah perwakafan di Indonesia, antara lain Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 6 Tahun 1977 tentang Tata Pendaftaran Tanah mengenai Perwakafan tanah milik; Peraturan
Menteri Agama No. 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan PP. No. 28 Tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik; Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No.
Kep/D/75/1978 tentang Formulir dan Pedoman Pelaksanaan Peraturan-peraturan tentang Perwakafan
Tanah Milik; Keputusan Menteri Agama No. 73 Tahun 1978 tentang Pendelegasian wewenang kepada

19
Bab I : Ketentuan umum (pasal 1)
Bab II : Fungsi wakaf
Bagaia pertama : pasal 2
Bagian kedua :Unsur-unsur dan syarat-syarat wakaf ( pasal 3 s/d
pasal 6)
Bagian ketiga : kewajiban dan hak nadzir (pasal 7-8)
Bab III : Tata cara mewakafkan dan pendaftaranya
Bagian pertama : Tata Cara Perwakafan Tanah Milik (pasal 9)
Bagian kedua : Pendaftaran Wakaf Tanah Milik (pasal 10)
Bab IV : Perubahan, Peneyelesaian Perselisihan dan Pengawasan Tanah milik
Bagian pertama : Perubahan, Perwakafan Tanah Milik (pasal 11)
Bagian kedua : Penyelesaian Perselisihan Perwakafan Tanah Milik
(pasal 12)
Bagian ketiga : Pengawasan Perwakafan Tanah Milik (pasal 13)
Bab V : Ketentuan Pidana (pasal 14 s/d 15)
Bab VI : Ketentuan Peralihan (pasal 16s/d 17)
Bab VII : Ketentuan Penutup ( Pasal 18)*

Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1977 ini untuk masa sekarang harus dilihat
sebagai suatu “lex specialis” dari ketentuan mengenai wakaf secara umum. Kita lihat dari
ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan ini hanya terfokus pada wakaf tanah saja.
Mengingat kenyataan yang ada, maka peraturan di maksud mempunyai relevansi yang sangat
besar dalam pengaturan mengenai wakaf di indonesia, mengingat sebagian besar orang yang
berwakaf adalah berupa wakaf tanah. Sedangkan benda bergerak belum diatur. Karena benda-
benda bergerak di Indonesia belum ada peraturannya, maka perwakafan di Indonesia cukup
sulit untuk dikembangkan. Apalagi kebanyakan nadzir wakaf juga kurang professional dalam
pengelolaan wakaf. Mereka belum bisa mengembangkan wakaf secara produktif. Begitu
pentingnya wakaf bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, maka UU Wakaf yang
mendukung pengelolaan wakaf secara produktif di negara kita sangat diperlukan.
Untuk sementara ini, UU yang di jadikan landasan hukum wakaf selain tanah di
negara kita adalah Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 215 ayat 4, bunyi pasal tersebut bisa
dilihat di buku: Hukum Perwakafan di Indonesia, Drs .H. Suparman SH. darul ulum press
1999, hal 349 ).

Kepala Kanwil Departemen Agama Propinsi/setingkat di seluruh Indonesia untuk


mengangkat/memberhentikan setiap kepala KUA Kecamatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf, dan lain-lain.

20
Bidang hukum yang diatur oleh kompilasi hukum Islam adalah divisihukum Perkawinan,
Kewarisn dan Perwkafan , rincianya sebagai berikut.:1
Buku I : tentang Hukum Perkawinan
Pasal 1 s/d 170
Buku II : tentang Hukum Kewarisan
Pasal 171 s/d pasal 214
Buku III : tentang Hukum perwkafan
Pasal 215 s/d pasal 229.
A.Pengelolaan wakaf di Indonesia

Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 215 ayat 1 wakaf adalah suatu perbuatan
hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang sengaja memisahkan sebagian
dari harta benda yang di milikya dan melembagakanya untuk selama-lamanya guna
kepentingan ibadah atau keperluan umum yang sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan demikian secara yuridis, benda tersebut tidak saja terlepas dari penguasaan
pemiliknya, akan tetapi juga keluar dari dunia perdagangan sehingga tidak lagi dapat di
jadikan objek perbuatan.
Mengingat besarnya potensi yang ada dalam rangka mensejahterakan umat di suatu
negara, maka wakaf memerlukan pengelola yang akan bertindak untuk dan atas nama wakaf
dan mengurus segala macam harta benda yang termasuk dalam lingkup wakaf tersebut,
pengelola terebut dalam hukum di sebut nadzir. Nadzir bukanlah pemilik dan tidak dapat
disamakan dengan pemilik, akan tetapi ia hanya bersetatus sebagai pengelola sebagaimana
layaknya pegawai-pegawai dalam suatu perusahaan. Dalam Peraturan pemerintah No.28
tahun 1977 (pasal 1 ayat (4) ) dan dalam Kompilasai Hukum Islam (pasal 215 ayat (5)) kita
jumpai adanya suatu rumusan yang sama tentang siapa sebenarnya Nadzir itu Texnya :
Nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan
pengurusan benda wakaf.
Adapun persayaratan Nadzir diatur dalam pasal 219 Kompilasi Hukum Islam dan pasal 6 PP
No. 28 tahun 1977 yaitu :2
1.Warga Negara Republik Indonesuia
2. Beragama Islam
3. Dewasa
4. Sehat Jasmani dan Rohani

1
Drs .H. Suparman SH. Hukum Perwakafan di Indonesia, darul ulum press 1999, hal 102 ).
2
Ibid, hal 350.

21
5. Tidak berada di bawah penganmpunan
6. Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak tanah / benda yang di wakafkan.

Kemudain persayaratan Nadzir yang berbentuk Hukum diatur dalam pasal 219 ayat (2)
Kompilasi Hukum Islam dan pasal (6) ayat (2) PP No.28 1977 yang berbunyi:
1. Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
2.Mempunyai perwakilan di kecamatan tempat letaknya tanah /benda yang
diwakafkan.
B.Tata Cara Perwakafan Tanah

Wakaf sebagai suatu perbuatan hukum, maka untuk mewujudkanya di perlukan


prosedur atau tata cara yang telah di garisakan dalam Undang-Undang.
Mengenai tata cara perwakafan tanah di Indonesia secara umum telah di sebutkan di PP no.
28 tahun 1977 Bab III Bagian prtama pasal 9 dan Kompilasi Hukum Islam Buku III, Bab III
Bagian kesatu pasal 223 yang ringkasnya sebagai berikut:1
1. Pihak yang mewakafkan tanahnya di haruskan datang di hadapan PPAIW untuk
melaksanakan Ikrar wakaf.
2 PPAIW seperti yang di maksud dalam ayat 1 diangkat dan diberhetikan oleh mentri
agama.
3. Isi dan bentuk ikrar wakaf di tetapkan oleh mentri agama
4. Pelaksanaan ikrar demikian pula pembuatan akta ikrar wakaf di anggap sah jika di
hadiri dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi.
5. Dalam melaksanakan ikrar seperti yang dimaksud ayat 1 pihak yang mewakafkan di
haruskn menyerahkan kepada PPAIW surat-surat sebagai berikut:
a.Sertifikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah lainya.
b.Surat keterangan dari kepala desa yang diperkuat oleh kepala kecamatan
setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah dan tidak tersangkut
dalam sengketa.
c.Surat keterangan pendaftaran tanah.
d.Izin dari Bupati / walikotamadya kepala daerah cq. Kepala sub Direktorat Agraria
setempat)*

II.Praktek perwakafan tanah oleh Muhammadiyah

1
H. Abd Rohman, SH, MH. Masaah perwakafan tanah milik dan kedudukan tanah wakaf di negara kita , edisi
refisi ,PT. Aditya Citra Bakti, hal 99-100.
*prosedur ini menurut PP no. 28 tahun 1977, dan ada sedikit perbedaan formulasi dengan KHI namun
intinya sama.

22
Muhammadiyah adalah salahsatu organisasi kemasyarakatan yang cukup berhasil
dalam mengelola harta wakaf dalam kontek keindonesiaan, di bawah ini akan penulis uraikan
sekilas tentang wakaf yang di dikelola oleh muhammadiyah.

A.Menejemen Penghimpunan Wakaf Muhammadiyah.


Secara umum, ada empat pola yang di gunakan Muhammadiyah dalam menghimpun
wakaf tanah yaitu wakaf, hibah, pembelian dan wasiat. Dalam prakteknya, Muhammadiyah
cenderung untuk memberlakukan tanah yang di peroleh melalui titel wakaf, hibah maupu
pembelian sebagai harta wakaf.
Dalam Muhammadiyah, tanah wakaf yang di beli melalui pembelian, dan uangnya
berasal dari sumbangan masyarakat, di anggap semacam wakaf kolektif. Nampaknya ini juga
yang kini sedang di jalankan oleh ICMI orsat kairo dengan nama DANA WAKAF
KOLEKTIF. Hanya saja sumbangan yang di dapatkan ICMI itu di ivestasikan di bank dan
tidak dibelikan tanah.
Secara matriks, cara memperoleh tanah dapat dilihat sebagai berikut:1
1. Menurut Fiqh Islam
transaksi melaui
-----wakaf----------------------------Tanah wakaf
2. Menurut PP NO.28 tahun 1977
transaksi melalui
-----wakaf----------------------------Tanah wakaf
3. Praktek dalam Muhammadiyah
transaksi melalui
wakaf
hibah Tanah wakaf
pembelian

B. Pendayagunaan tanah wakaf Muhammadiyah


Secara garis besar, ada tiga bentuk bagaimana Muhammadiyah mengelola tanah
wakaf yaitu:
1.Pemanfaatan tanah .
Tanah-tanah yang di kuasai atau di miliki oleh Muhammadiyah pada umumnya di gunakan
untuk berbagai kegiatan diantaranya.
1. keperluan peribadatan, seperti masjid, musholla / surau / langgar.
2. Keperluan sosial, seperti sekolah, panti asuhan, yatim piyatu dan rumah sakit.
3. Penunjang kegiatan seperti sawah dan kebun.
1
Drs.H.Adijani al-Alabij, SH. Perwakafan Tanah di Indonesia Rajawali press 1989, hal 94.

23
2. Peralihan hak tanah (ibdal)
Yang dimaksud pealihan hak di sini ada dua macam yaitu:
1.Peralihan dalam bentuk dijual kembali oleh Muhammadiyah, ditukarkan,
diwakafkan atau dengan cara lainya. Perihal model ini pernah terjadi di kabupaten
Hulu Sungai Utara (Alabio ).
2.Perubahan hal dalam bentuk status, misalnya dari hak pakai menjadi hak milik atau
sebaliknya, dan seterusnya.
3. Menggandakan harta wakaf
Maksud dari poin ini adalah apa yang terjadi pada kasus kartu maqbaroh.

C.Contoh kasus sengketa tanah yang di alami Muhammadiyah


Karena tanah wakaf dikelola Muhammaiyah cukup banyak dan melalui rentang
waktu yang lama, maka tiak bisa dihindari beberapa sengketa dengan fihak-fihak tertentu.
Dari pengumpulan data di lapangan, diantara model sengketa yang pernah terjadi adalah
sengketa tanah wakaf di banjar baru.
Ringkas ceritanya. Pada tanggal 30 januari 1967 seorang dermawan di banjarmasin
mewakafkan sedivisitanah miliknya di banjarbaru seluas 5610 m2 kepada pimpinan
Muhammadiyah Cabang Banjar baru. Perwkafan dilakukan diatas segel surat tanda
penyerahan Hak Milik yang masing-masing di tandatangani oleh kedau fihak, dua oang saksi
dan diketaui oleh kepala kampung dan kepala KUA kecamatan Banjar baru.
Dalam segel penyerahan disebutkan bahwa tanah tersebut akan di gunakan untuk:
- Membangun masjid
- Sekolah Islam
- Balai pengobatab dan
- Rumah yatim piyatu.
Pada tahun 1968, pimpinan Muhammadiyah cabang banjarbaru mulai melakukan
langkah-lamngkah persiapan, namun persiapan ini terhenti tanpa kemajuan yang berarti.
Kemudian tanggal 1 januari 1980, barulah Pihak muhammadiyah secara resmi membentuk ke
panitiaan pembangunan masjid Muhammadiyah banjarbaru. Pada tanggal 15 september 1980,
siwakif semula menulis surat kepada pimpinan Muhammadiyah bahwa yang bersangkutan
memberi waktu satu tahun sejak di terimanya surat ini. Kalau dalam satu tahun ini pihak
Muhammadiyah tidak berhasil merealisaikan rencananya untuk membangun masjid dan harus
selesai 100% maka wakif akan menarik kembali tanah wakaf tersebut. Alasan utama
penarikan ini menurut wakif adalah karena sudah lebih dari 13 tahun diserahkan, tanah
tersebut belum berhasil dimanfaatkan oleh Muhammadiyah.
Selanjutnya pada tanggal 11 April 1981, piminan Muhammadiyah menyurati si Wakif
menguraikan kembali proses penyerahan wakaf tahun 1967 dengan dalil-dalil agama. di

24
sebutkan bahwa niat murni wakif sah adanya dan telah diterima Tuhan dan karenanya tidak
dapat dan tidak patut di tarik kembali .
Kemudian tanggal 20 Februari 1982 pimpinam Muhammadiyah menyurati wakif lagi
memberitahukan tentang akan dibangunya masjid dalam waktu dekat.
Namun demikian pada tanggal 5 maret 1982 wakif mengirim surat kepada Pimpinan
Muhammadiyah menyatakan kehawatiranya tentang perkembangan wakaf yang setelah 15
tahun belum di bangun. Karena itu si wakif beramaksud memindahkan tangan tanah wakaf
kepada panitia lain yang sudah siap membangun gedung. Sampai tahun 1986 sengketa
tersebut belum selesai secara tuntas, walaupun pimpinan muhammadiyah ternyata telah
berhasil menbangun gedung sekolah di tanah wakaf tersebut.1

Perwakafan Di Beberapa Negara Timur Tengah

Di beberapa negara lain, terutama negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim, wakaf
merupakan salah satu lembaga sosial yang sangat efektif dan mendapatkan perhatian yang
cukup besar dari pemrintah seperti di Mesir, Sudan, dan Kuwait.
Di bawah ini akan penulis uraikan secara singkat tentang perkembangan seputar wakaf di
negara-negara tersebut.

1.Lembaga wakaf Haiat al-Auqof al-Mishriyah

A.Latar Belakang Sejarah Perkembangan Wakaf di Mesir di abad 19 sampai abad 20.2

Secara singkat Penerapan Wakaf di Mesir terlaksana melalui beberapa tahapan:

*Tahapan pertama
Tahapan ini di mulai dengan penidirian lembaga sosial Diwan al-Auqof oleh Muhammad
Ali Basya pada tahun 1835, Diwan ini adalah merupakan lembaga wakaf pertama di mesir
yang berada dalam kontrol mentri penidikan.
*Tahapan kedua 1878-1912
Peride ini di di awali dengan reorganisasi Diwan al-Auqof oleh Khodiwi ‘Abbas tahun
1878, selanjutnya pada tahun 1882 status Diwan secara resmi telah berdiri sendiri dan
independen ( terpisah secara struktural dengan departemen pendidikan)
*Tahapan ketiga

1
Ibid, hal 85-86
2
Khulush Mahmud Khulush, al-musykilaat allati tuwaajihu muassaat al-waqfi al-mu’ashir, Diktat
wakaf ,hal 8.

25
Dalam masa ini dilakukan beberapa perbaikan dengan mendirikan atau mengeluarkan
peraturan wkaf baru yang di pimpin langsung oleh seoranng nadzir --dari pemerintah—
dibantu oleh lembaga tertinggi wakaf. Pada tahapan ini pula tepatnya tahun 1923 nadzir
(pengelola) wakaf resmi di tangani langsung oleh pemerintah melalui wizarotul Au-qof.
*Tahapan keempat.
Dalam perkembangan selanjutnya, setelah mengalami beberap kali perubahan peraturan,
Wizarotul Auqof meras perlu mengambil strategin baru dalam mengelola hrta wkaf ini. Untuk
itu pada bulan oktober tahun 1972 Pemerintah melaui Wizarorul Auqof mendrikan lembaga
wakaf baru dengan nama Haiat al-Auqof al-Mishriyah. Tahun 1972 pemerintah secara resmi
mengeluarkan UU no 1141 tentang pemberian otoritas kapada Haiat al-Auqof al-Mishriyah
untuk mengelola seluruh dana wakaf dimesir ( sehingga wizarotul Auqof bisa konsentrasi
ketugas-tugas yang lain.)

B.Struktur Organisasi Haiat al-Auqof al-Mishriyah


Struktur Organisasi Haiat al-Auqof al-Mishriyah terdiri dari :1
-Direktorat Jendral
-Direktur umum
-Direktur umum divisi investasi
-Direktur umum divisi property
-Direktur umum divisi kependudukan
-Wakil (utusan) departemen sosial
-Wakil (utusan) departemen perumahan
-Wakil (utusan) departemen ekonomi
-Wakil (utusan) departemen wakaf
-Wakil (utusan) pemerintah daerah
-Ketua dewan fatwa departemen wakaf
-Ulama’ fiqh yang dipilih departemen wakaf
-Direktur utama Bank nasr al-Ijtima’i
-Direktur utama Bank Faisal al-Islamy al-Mishry
-Notaris yang dipilih oleh menteri kehakiman
-Kepala kantor Agraria

C.Kesimpulan

1
Ibid, hal 12
* Untuk lebih jelasnya baca buku, Dr M. Syauqi fanjary stajribah al-waqf al-khairy

26
- Dalam undang-undang No 80 tahun 1971, 75% dari hasil investasi harta wakaf di berikan
kepada wizarotul Auqof dan disalurkan esuai dengan permintaan si wakif, 15 % di berikan
kepada haiat untuk pembiayaan administrasi dan 10% di biarkan sebagai dana cadangan.
- Ada satu bentuk pendayagunaan wakaf khoiry seperti yang telah di lakukan oleh mustasyar
Syauqi fanjari yaitu dengan pertama menggunakan syahadati tstitsmariyah di bank ahli ( ini
perlu di pertegas status hukumnya). Kedua menggunakan hisabat istitsmariyah dengan bank
faisal al-Islami.*
2. Lembaga wakaf Haiat al-waqf al-Islamii Sudan

Secara singkat penerapan wakaf di Sudan terlaksana melalui dua tahap;


Tahap pertama .
Tahapan ini di mulai dengan reorganisasi ulang lembaga wakaf dengan nama haiat al-
waqf al- islamy. Adapun tujuan dari reorganisasi ini adalah Haiat agar bisa lebih leluasa
mengelola harta wakaf tanpa ada campur tangan pemerintah.
Pada Prakteknya, Haiat al-waqf al-Islami mempunyai dua posisi, pertama :Sebagai nadzir, hal
ini bisa terjadi ketika di temukan wakaf majhul yaitu harta–harta wakaf yang tidak diktahui
sertifikat-sertifikatnya dan tidak pula tujuanya juga harta-harta wakaf baru yang di mobilisasi.
Sebaliknya harta-harta wakaf yang nadzirnya masih ada, maka fungsi haiat di sini hanya
sebagai pengawas saja.
Tahapan kedua.
Tahapan ini di mulai pada penghujung tahun 1991 dengan di susunnya undang-undang
pemerintah yang memberikan otoritas penuh kepada haiat untuk memanfaatkan dan
memperdayakan harta wakaf yang di sediakan oleh pemerintah ke berbagai proyek investasi
untuk kesejahteraan umat.
Secara umum, pelaksanan lembaga wakaf di sudan memiliki dua aktifitas pentinng yaitu:
1.Mobilisasi harta wakaf (penghimpunan)
2.Pendayagunaan dan investasi harta wakaf.1

Menejemen penghimpunan Haiat al-waqf al-Islamy Sudan

sDalam rangka meningkatkan kwalitas pengelolaan wakaf secara optimal, Lembaga


wakaf Sudan malakukan evaluasi dan perbaikan struktur organisasi wakaf, juga mengadakan
study kelayakan ke beberapa lembaga wakaf yang dianggap berhasil serta menghadirkan
produk-produk yang berkwalitas dan di invsetasikan ke perusahaan-perusahaan. Dengan
1
Dr. Mundir qohf: al-waqf al-Islami,tathowwuruhu, idarotuhu, wa tanmiyatuhu. Dar el-fikr
Damaskus,cet 2000, hal:295

27
demikian di harapkan mampu memenuhi kebutuhan pengembangan social masyarakat.
Diantara cara yang di lakukan Sudan dalam meghimpun dana wakaf adalah mengajak kepada
para donator agar menginvestasikan harta ke lembaga-lembaga wakaf yang ada, yang
nantinya akan di gunakan untuk pembangunan proyek. Dari hasil proyek tersebut akan di
alokasikan untuk pemberdayaan umat dan untuk kemaslahatan umum.
. Secara umum arah pendayagunaan dan tujuan lembaga wakaf haiat al-waqf al-Islami
di sudan bisa di singkronkan ke hal-hal sebagai berikut:1
1. Pemberian beasiswa dan asrama kepada pelajar
Dalam pelaksanaan proyek ini, haiat al-Waqf al-islami mengadakan koordinasi
dengan Shunduq al-Qoumi al-Thullab (dana beasiswa nasional) Sudan.
2. Pembangunan rumah sakit dan apotik
Proyek dilakukan kerja sama dengan Diwan zakat. Diwan zakat yang menyediakan
obat-obatan( Diwan zakat adalah satu-satunya lembaga amil zakat sudan yang
resmi dan independen, ia dibawah pengawasan kementrian Pencanangan
Pembangunan nasional).
3. Penyediaan asrama haji.
4. Pendirian percetakan, hususnya percetakan al-quran.
5. Mendirikan pasar yang berskala besar.
Pemerintah Sudan berhasil mendirikan pasar-pasar perdagangan yang terebar di
beberapa kota di sudan dinataranya di khurtum.

Menejemen Pendayagunaan Haiat al-waqf al-Islamy Sudan

Aktifitas kedua lembaga wakaf ini adalah memanfaatkan harta-harta wakaf lama yang
ada di sudan serta menginfestasikanya. Disini ada dua pola, pertama untuk harta wakaf yang
jelas tujuannya, syarat-syaratnya dan lengkap dengan aktenya hususnya yang berhubungan
dangan tata cara pengangkatan nadzir maka fungsi Haiat Wakaf disini hanyalah membantu
nadzir dalam mengembangakn wakafnya tesedebut.
Sedangkan harta wakaf majhul, yang tidak di ketahui akte-aktenya dan tujuan-
tujuannya, maka posisi Haiat wakaf di sini nadzir yang bertanggung jawab atas
pengelolaanyan.2

2.Kuwait

1
Dr. Mundir qohf: al-waqf al-Islami,tathowwuruhu, idarotuhu, wa tanmiyatuhu. Dar el-fikr
Damaskus,cet 2000, hal:296 -297
2
Ibid, 298

28
A. Sejarah Perkembangan wakaf di Kuwait
Kesadaran masyarakat Kuwait akan pentingnya wakaf telah lama muncul
bersamaan dengan didirikanya negara kuwait itu sendiri. Pada awalnya lembaga
wakaf di Kuwait berada dalam kekuasaan pemerintah, namun dalam perkembangan
selanjutnya, ketika harta wakaf itu mengalami peningkatan yang cukup pesat dan
bentuk wakafpun mulai bermacam-macam, maka pada bulan robi’ul awwal 1368

29

You might also like