You are on page 1of 14

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran yang Dibimbing Oleh Drs. Parno, M.Si

Oleh: Evan Triardian Uswatul Munawaroh 100321400 100321400874

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA OKTOBER 2012

ABSTRAK Munawaroh, Uswatul., Triardian, Evan. 2012. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah. Makalah, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang, Pembimbing: Drs. Parno, M.Si. Kata kunci : pembelajaran, masalah, sintaks

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi, yang ditandai oleh membanjirnya informasi dan pesatnya perkembangan teknologi, maka tantangan generasi yang akan datang lebih berat dibandingkan dengan generasi terdahulu. Karena itu generasi muda juga harus dibekali sesuai dengan tantangannya ke depan. Dalam hal ini, generasi muda harus dibekali untuk kreatif, kompetitif, dan kooperatif. Untuk membekali ketiga kemampuan tersebut, dunia pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Dalam perkembangan dunia global yang sangat cepat ini, siswa yang mampu menghadapinya adalah siswa yang berkembang pola pikirnya dan siswa yang mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Karena itu satuan pendidikan harus mampu mengkondisikan bagaimana supaya siswa dapat menjadi pemecah masalah yang baik. Satuan pendidikan harus mampu memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengembangkan diri terutama dalam pemecahan masalah. Jadi siswa tidak cukup jika hanya dapat mengerjakan soal-soal yang ada di dalam buku teks pelajaran. Di zaman sekarang ini, kita tidak lepas dari pada perubahan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus mampu menyiapkan siswanya untuk mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan itu tidak dapat dihentikan, tetapi hanya dapat diikuti dengan meningkatkan kreatifitas dan daya saing siswa dalam dunia global. Maka peserta didik harus dididik sesuai dengan zaman yang akan dihadapinya. Misalnya, saat ini peserta didik diajari mengetik dengan menggunakan mesin ketik manual, sedangkan peserta didik akan menghadapi dunia teknologi. Atau misalnya dalam proses pembelajaran matematika guru yang bertindak aktif, sedangkan peserta didik pasif. Padahal di era sekarang ini guru hanya sebagai fasilitator saja. Maka hal ini akan sangat tidak

sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk mampu berkompetisi di era global seperti sekarang ini. Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, maka secara khusus proses pembelajaran di kelas juga harus ikut berubah sesuai dengan tantangan zaman tersebut, sehingga satuan pendidikan mampu menyiapkan anak yang kreatif, kooperatif dan kompetitif. Salah astu inovasi pembelajaran untuk menjadikan anak kreatif dan kompetitif dan mampu bekerja sama (kooperatif) adalah dengan menerapkan proses pembelajaan yang berbasis pada masalah.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. Apa pengertian dari pembelajaran berbasis masalah (PBM) ? Teori apa yang melandasi model/metode PBM ? Apa tujuan dari pembelajaran berbasis masalah (PBM) ? Bagaimana karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah (PBM) ? Bagaimana langkah-langkah atau sintaks dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah (PBM)? 6. 7. Lingkungan belajar seperti apa yang digunakan dalam PBM ? Apa kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM) ?

1.3 TUJUAN 1. 2. 3. 4. 5. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran berbasis masalah (PBM) ? Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran berbasis masalah (PBM) ? Untuk mengetahui teori apa yang melandasi model/metode PBM ? Untuk mengetahui karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah (PBM) ? Untuk mengetahui langkah-langkah atau sintaks dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah (PBM)? 6. 7. Untuk mengetahui lingkungan belajar untuk menunjang berlangsungnya PBM Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM) ?

BAB II ISI

2.1 PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) a. pembelajaran berbasisi masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. b. pembelajaran berbasisi masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar , bekerja secara kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud (Duch, dalam Eneng Nur Saadah, 2012) c. pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang merangsang siswa aktif untuk memecahkan permasalahan dalam situasi nyata (Glazer, dalam Eneng Nur Saadah, 2012) d. menurut Tan (dalam Djamilah, 2011) juga menyebutkan bahwa PBM telah diakui sebagai suatu pengembangan dari pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang menggunakan masalahmasalah yang tidak terstruktur (masalah-masalah dunia nyata atau masalahmasalah simulasi yang kompleks) sebagai titik awal dan jangkar atau sauh untuk proses pembelajaran. Dari beberapa uraian mengenai pengertian pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real word) untuk memulai pembelajaran. Dalam pemebelajaran berbasisi masalah, siswa memiliki peran sebagai problem-solver sedangkan guru memiliki peranan sebagai tutor atau pelatih. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dengan

pendekatan kontruktivis, karena disini guru hanya berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, pemberi fasilitas penelitian, menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual pada peserta didik. Prinsip utama pendekatan kontruktivis adalah

pengetahuan tidak diterima secara pasif, tetapi dibangun secara aktif oleh siswa (Abbas,2000 dalam Eneng Nur Saadah,2012)

2.2 TUJUAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. Dengan

pembelajaran berbasis masalah ini siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Bagan dibawah ini menunjukkan bagaimana PBM dapat menjadi wahana proses penguasaan konseptual fisika, serta pelatihan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, serta kecakapan ilmiah, dalam rangka mengoptimalkan pencapaian fisika(Abbas, 2000 dalam Eneng Nur Saadah 2012) Penguasaan konseptual Kecakapan ilmiah PBM Keterampilan berpikir kritis Keterampilan berpikir kreatif Pencapaian fisika

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan

memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran sains maupun dalam banyak disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran berjalan dengan fleksibel. Jika seorang peserta didik dihadapkan pada suatu

masalah pada akhirnya bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.

2.3 TEORI BEBERAPA TEORI YANG MELANDASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) ATAU PROBLEM-BASED LEARNIG Pembelajaran bebrbasisi masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang siswa pikirkan (kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Dalam perkembangannya, pembelajaran berbasisi masalah dilandasi oleh teori yang dikemukakan oleh Dewey, Piaget dan Vigotsky, serta Bruner.

a.

Teori Dewey Seperti halnya cooperative learning, PBL menemukan akar

intelektualnya dalam hasil karya John Dewey. Dalam Democracy dan Education (1916), Dewey mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengatasan masalah kehidupan nyata. Pedadogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa diberbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah social dan intelektual penting. Dewey menganjurkan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya purposeful (memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak dan bahwa pembelajaran yang purposeful ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dengan memerintahkan siswa dalam kelompok-kelompok untuk menangani proyek-proyek yang mereka amati dan mereka pilih sendiri. Visi pembelajaran yang purposeful dan problem centered (dipusatkan pada masalah) yang didukung

oleh hasrat untuk mengeksplorasi situasi-situasi secara personal berarti baginya jelas berhubungan dengan PBM dengan filosofi dan pedagogi pendidikan Dewey.

b. Teori Piaget dan Vygotsky Para psikolog Eropa, Jean Piaget dan Lev Vigotsky mempunyai peran instrumental dalam mengembangkan konsep contructivism (kontruktivisme) yang banyak menjadi sandaran PBM. Perpektif kognitif-kontruktivis yang menjadi landasan PBM, banyak meminjam pendapat Piaget. Perspektif ini mengatakan seperti yang juga dikatakan Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengkontruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya. Menurut Piaget, anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia di sekitarnya. Rasa ingin tahu itu memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. Ketika tumbuh semakin dewasa dan memperoleh lebih banyak kemampuan bahasa dan memori, tampilan mental mereka tentang dunia menjadi lebih luas dan lebih abstrak. Pada semua tahap perkembangan, anak perlu memahami lingkungan mereka, memotivasi mereka untuk menyelidiki dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu. Seperti halnya Piaget, Vygotsky juga percaya bahwa intelek berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkn dan ketika mereka berusaha mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pengalamanpengalaman ini. Dalam usaha menemukan pemahaman ini, individu

menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dan mengkontruksikan makna baru. Keyakinan Vygotsky berbeda dengan keyakinan Piaget dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks social dan kullturnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek social belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi social dengan orang lain memacu pengkontruksian ideide dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar.

Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yaitu Tingkat perkembangan actual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembanga actual menentukan fungsi intelektual individu dan kemampuan untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Sedangkan tingkat perkembangan potensial didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju.

c. Teori Bruner Bruner mengembangkan teori pembelajaran discovery learning yaitu sebuah model pembelajarana yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejat terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi). Tujuan pendidikan bukan hanya untk memperbesar dsar pengetahuan siswa tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan) dan discovery (penemuan). PBM juga menyandarkan diri pada konsep yang berasal dari Bruner yakni idenya tentang scaffolding. Bruner mendefinisikan scaffolding sebagai sebuah proses dari pelajar untuk mengatasi masalah tertentu yang berada diluar kapasitas perkembangannya dengan bantuan guru atau orang yang lebih mampu. Peran dialog dalam proses belajar juga penting bagi Bruner. Bruner percaya bahwa interaksi social di dalam dan di luar sekolah banyak bertanggung jawab atas perolehan bahasa dan perilaku mengatasi masalah anak.

2.4 KARAKTERISTIK PPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) Akinoghu dan Tandagon (dalam Eneng Nur Saadah, 2012) mengemukakan enam karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pembelajaranberbasis masalah. 1. Proses belajar harus dimulai dengan suatu masalah, terutama masalah yang belum terpecahkan.

2. Isi dari suatu permasalahan merupakan isu-isu yang menarik perhatian siswa. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. 3. guru hanya sebagai fasilitator dalam kelas 4. siswa harus diberi waktu untuk berpikir atau mengumpulkan informasi dan menyusun strategi pemecahan masalah, dalam hal ini pemikiran-pemikiran kreativ harus didukung. 5. tingkat kesukaran dari masalah yang akan dipecahkan tidak terlalu sulit sehingga bias menakuti siswa 6. kenyamanan dan keamanan lingkungan pembelajaran harus diciptakan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir siswa dalam pemecahan masalah. Masalah yang disajikan pada siswa harus dapat diselesaikan melalui kegiatan penyelidikan (investigation) dan penemuan (inquiry). Savery dan Duffy (dalam Eneng Nur Saadah,2012) mengemukakan dua hal yang harus dijadikan pedoman dalam menyajikan permasalahan. Pertama, permaslahan harus sesuai dengan konsep dan prinsip yang akan dipelajari. Kedua, permasalahan yang disajikan adalah permasalahan riil, artinya masalah itu ada dalam kehidupan sehari-hari siswa. Savote dan Hughes (dalam Eneng Nur Saadah, 2012) mengemukakan bahwa saat pemecahan masalah proses yang akan dialami siswa adalah sebagai berikut. 1. Engagement. Siswa berperan secara aktif sebagai pemecah masalah. Siswa dihadapkan pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan pemecahannya. 2. Inquiry. Siswa kerja sama dengan siswa lainnya untuk menemukan dan mengumpulkan informs melalui kegiatan penyelidikan. 3. Solution Building. Siswa bekerja sama melakukan diskusi untuk menemukan penyelesaian permasalahan yang disajikan.

4. Debriefing and reflection. Siswa melakukan sharing mengenai pendapat dan idenya dengan siswa lain melalui kegiatan Tanya jawab untuk mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah 5. Presentation of finding. Siswa menuliskan rencana, laporan kegiatan atau produk lain yang dihasilkannya selama pembelajaran, kemudian

mempresentasikan kepada siswa lain, misalnya di depan kelas.

2.5 SINTAKS PBM Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap yaitu : (1) mengorientasikan siswa pada masalah (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar (3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok (4) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja (5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Kelima tahap tersebut akan dijelaskan pada tabel berikut ini: Tahapan Tahap 1 : Orientasi siswa terhadap masalah Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Kegiatan guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalahnya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu

Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

mereka berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi teerhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka gunakan.

2.6 LINGKUNGAN Lingkungan belajar dan sistem manajemen. Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur secara ketat yang dibutuhkan untuk pembelajaran langsung, lingkungan belajar dan system manajemen pada PBL dicirikan oleh: terbuka, proses domokrasi, dan peranan siswa aktif. Dalam kenyataan keseluruhan proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang autonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang aman secara intelektual. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBL yang terstruktur dan dapat dipredikisi, norma disekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa bukan guru.

2.7 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) a. 1. Kelebihan Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa. 2. 3. 4. 5. 6. Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah. Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen Keterampilan berfikir tingkat tinggi, mendorong siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas

b. 1.

Kekurangan Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah.

2.

Memungkin peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu yang relatif lama.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Saadah, Eneng Nur. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika SMA, Skripsi diterbitkan, Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. Widjajanti, Djamilah Bondan. 2011. Problem-based Learning dan Contoh Implementasinya. Makalah, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 10 Maret 2011. Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (Online), (http://langitpena.wordpress.com/about/), diakses 23 Oktober 2012 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), (Online), (http://www.kampusinfo.com/2012/08/model-pembelajaran-berbasis-masalah-pbm.html), diakses 23 Oktober 2012 Pembelajaran berbasis masalah, pbl, problem based learning, (Online), (http://bismillah36.wordpress.com/), diakses 23 Oktober 2012

You might also like