You are on page 1of 7

TUGAS KELOMPOK 1

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

1. 2. 3. 4. 5. Twinni Derizqy

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksaan konstruksi bangunan. Sehingga dalam perencanaan teknis pembangunan gedung, maka diperlukaan system proteksi kebakaran pada bangunan dan gedung. Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan bangunan termasuk rumah dan gedung adalah pengamanan terhadap bahaya kebakaran sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 Tentang persyaratan teknis system proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan. Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Tindakan pengamanan ini umumnya diwujudkan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Tindakan pengamanan ini dilakukan dengan penyedian atau pemasangan sarana pemadam kebakaran. Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan merupakan kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik kerugian materiil maupun kerugian nonmeteriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu produsi/aktifitas, jika tidak ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya. 1.2. Maksud dan Tujuan Persyaratan teknis system proteksi kebakaran dimaksudkan sebagai acuan bagi penyelenggara bangunan gedunga yang aman terhadap bahaya kebakaran. Tujuan Peryaratan teknis system proteksi kebakaran untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan yang aman bagi manusia, harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan kesejateraan social. 1.3. Ruang Lingkup

Persyaratan teknis system proteksi kebakaran bangunan gedung dan lingkungan meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai pada tahap pemanfaatan, sehingga bangunan gedung senantiasa andal dan berkualitas sesuai fungsinya. 1.4. Istilah dan Definisi a. Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. b. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. c. Perencanaan tapak adalah perencanaan yang mengatur tapak (site) bangunan,meliputi tata letak dan orientasi bangunan, jarak antar bangunan, penempatan hidran halaman, penyediaan ruang-ruang terbuka dan sebagainya dalam rangka mencegah dan meminimasi bahaya kebakaran. d. Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk

dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.

e. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan. f. Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegakdan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,seperti APAR dan pemadam khusus. g. Pencegahan kebakaran pada bangunan gedung adalah mencegah terjadinya kebakaran pada bangunan gedung atau ruang kerja. Bila kondisi-kondisi yang berpotensi terjadinya kebakaran dapat dikenali dan dieliminasi akan dapat mengurangi secara substansial terjadinya kebakaran. h. Pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaranatau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantailantaibangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupunminimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensimenimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif. i. Pengawasan dan pengendalian adalah upaya yang perlu dilakukan oleh pihakterkait dalam melaksanakan pengawasan maupun pengendalian dari tahapperencanaan pembangunan bangunan gedung sampai dengan setelah terjadikebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungannya.

j.

Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah setiap ketentuan atau syarat-syarat teknis yang harusdipenuhi dalam rangka mewujudkan kondisi aman kebakaran pada bangunangedung dan lingkungannya, baik yang dilakukan pada tahap perencanaan,perancangan, pelaksanaan konstruksi dan pemanfaatan bangunan.

k. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksikebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya l. Penyelenggara bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi bangunan gedung, dan pengguna bangunan gedung m. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atauperkumpulan yang menurut hukum sah sebagai pemilik gedung. n. Pengguna bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung dan/atau bukanpemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunangedung, yang menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung ataubagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan. o. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha danlembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung,termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang berkepentingandengan penyelenggaraan bangunan gedung.

p. Daerah adalah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta padaProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya. q. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden RepublikIndonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. r. Pemerintah daerah adalah bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagaiunsur penyelenggara pemerintahan daerah, kecuali untuk Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur. s. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpekerjaan umum. 1.5. Acuan Normatif a. Undang Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Teknis Manajeman Proteksi Kebakaran di Perkotaan. e. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4532).

f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, danTata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia. g. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun2004 tentang Kabinet Indonesia Bersatu;4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.

You might also like