You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Sudah menjadi pendapat umum bahwa antara pendidikan dan kehidupan adalah dua hal identik yang tak terpisahkan, bagaikan air dengan ikannya. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Pepatah menyatakan bahwa sepanjang hidup adalah pendidikan (long life education). Kehidupan manusia adalah persoalan pendidikan. Pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia mulai mencoba untuk mendidik diri dan sesamanya dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada materi yang berisi tentang pengetahuan umum berupa wawasan asal mula, eksistensi dan tujuan kehidupan. Filsafat merupakan induk semua bidang studi dan disiplin ilmu pengetahuan dengan sudut pandang yang bersifat komprehensif berupa hakikat. Sedangkan pendidikan adalah suatu bidang ilmu sekaligus disiplin ilmu pengetahuan yang persoalan khasnya adalah menumbuhkembangkan potensi manusia menjadi semakin dewasa dan matang. Jadi filsafat pendidikan mempunyai persoalan sentral berupa hakikat pematangan potensi manusia. Dari latar belakang di atas penulis mebuat makalah dengan judul Pengertian Filsafat Ilmu Pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas kita dapat menarik suatu rumusan masalah yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan filsafat? 2. Apa yang dimaksud dengan ilmu? 3. Apa yang dimaksud filsafat ilmu? 4. Apa yang dimaksud pendidikan? 5. Apa pengetian filsafat pendidikan?
1

6. Apa aliran-aliran dalamfilsafat pendidikan? 7. Bagaimana aplikasi filsafat ilmu dalam dunia pendidikan? 8. Apa manfaat filsafat pendidikan?

C. TUJUAN Dari rumusan masalah di atas kita dapat mengetahui tujuan pembuatan makalah ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui arti filsafat, 2. Untuk mengetahui arti ilmu, 3. Untuk mengetahui arti filsafat ilmu, 4. Untuk mengetahui pengertian pendidikan, 5. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan, 6. Mengetahui aliran yang ada dalam filsafat pendidikan, 7. Untuk mengetahui aplikasi filsafat ilmu dalam dunia pendidikan. 8. Untuk mengetahui manfaat filsafat pendidikan.

BAB II PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FILSAFAT Secara Etimologi, filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan. Filsafat berasal dari kata bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari dua suku kata yaitu philos yang berarti cinta dan sophos yang berarti kebijaksanaan. Pengertian filsafat secara luas (Terminologi) adalah :
1.

Usaha spekulatif manusia yang sangat rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh pengetahuan selengkap mungkin tentang seluruh realitas Ikhtiar atau usaha untuk menentukan batas-batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh (holistic dan comprehensive) Wacana tempat berlangsungnya penelusuran kristis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan. Dapat dipandang sebagai suatu tubuh pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita lihat dan katakan. Dia harus seiring dan sejalan dalam aplikasi dan penerapannya di lapangan.

2.

3.

4.

Sedangkan menurut beberapa tokoh antara lain: Aristoteles mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan). Rene Descartes filsafat mempunyai arti kumpulan semua pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan filsafat adalah pemikiran radikal. Penyelidikan dengan pemikiran mendalam atau perenungan mengenai objek sampai keakar-akarnya (radik). Maksudnya adalah berfikir mendalam sampai ditemukan unsur-unsur inti yang secara sistematik yang menjadikan objek pemikiran itu ada sebagaimana halnya. Sering pula dikatakan bahwa filsafat adalah perenungan mengenai objek sampai pada tingkat kebenaran hakiki, yaitu kebenaran tingkat abstrakuniversal yang bersifat mutlak

2. PENGERTIAN ILMU Sementara membahas tentang ilmu perlu didekati dari dua segi, yaitu etimologi dan terminology. Menurut asal usul kata science berasal dari kata Latin Scientia yang berarti pengetahuan. Pada kelanjutannya kata itu berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya mempelajari, atau mengetahui. Pada abad XVII, science memang diartikan apa saja yang harus dipelajari seperti menjahit atau menunggang kuda. Baru setelah abad XVII, katascience mengalami penghalusan berarti pengetahuan yang teratur.(The Liang Gie, 1998:15) Kata ilmu merupakan suatu perkataan yang memiliki makna ganda, artinya mengandung lebih dari satu arti (The liang Gie,2000:85). Ilmu dalam pengertiannya yang lengkap dan menyeluruh adalah serangkaian kegiatan manusia dengan pikirannya dan menggunakan berbagai tata cara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang teratur mengenai gejala-gejala alami, kemasyarakatan dan individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan atau melakukan penerapan Dari segi maknanya menurut The Liang Gie (2000:86), pengertian ilmu sekurang-kurangnya ada tiga hal, yakni; pengetahuan, aktifitas dan metode. Kaitan dalam hal pertama dan yang umum diikuti, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge). Diantara para filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of knowledge). Dengan mengutip pendapat Jhon G. Kemeny, The Liang Gie (2000:87) mengistilahkan ilmu dalam arti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method). Terlepas berbagai makna dari pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas dan metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak bertentangan bahkan sebaliknya, ketiga hal tersebut merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu tidak harus diusahakan dengan aktifitas manusia, aktifitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktifitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.

3. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu maka kita lihat pendapat dari beberapah tokoh: Michael V. Berry The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods.
4

(Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubunganhubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah). May Brodbeck Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science. (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu. Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti : Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan? (Landasan ontologis) Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis) Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)

4. PENGERTIAN PENDIDIKAN Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala hal lingkungan dan sepanjang hidup atau segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah atau pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal .Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan
5

kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan serta tugas sosial mereka. Sedangkan pendidikan menurut definisi alternatif atau luas terbatas adalah usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintahan , melalui kegiatan bimbingan, pengjaran yang berlangsung disekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan hidup sekarang atau yang akan datang.Pendidikan atau pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal serta informasi disekolah maupun luar sekolah yang berlangsung seumur hidup bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan individu agar kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat

5. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN Filsafat pendidikan secara langsung memberikan perhatiannya pada apa yang merupakan kegiatan filsafat secara keseluruhan, baik dalam system maupun dalam orientasi. yang membedakan aktivitasnya hanya pada kosentrasinya yang ditunjukkan untuk menganalisis realitas yang terbatasa dalam berbagai problem dan isu pendidikannya. Para ahli banyak memberikan definisi tentang filsafat pendidikan, namun kesemuanya hampir sepakat untuk mengatakan bahwa filsafat pendidikan mengandung makan kritis, sistematis, dan rapikal tentang berbagai masalah kependidikan guna pencaharian konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang dapat mengarahkan manusia dalam rancangan yang integral agar kependidikan benar-benar dapat menjawab kebutuhan masyarakat dalam rangka kemajuan-kemajuan. berikut ini beberapa definisi yang telah diberikan para ahli terhadap filsafat pendidikan:
Omar Mohammad Al-Thoummy al-Syaibany meyebutkan, bahwa

filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pendangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan.
M. Arifin Ed. mengemukakan, bahwa filsafat pendidikan adalah upaya

memikirkan permasalahan pendidikan


Ali Khalid Abu al-ainain. mengemukakan bahwa, filsafat pendidikan

merupakan upaya berfikir filosofis tentang realitas kependidikah dalam hal ini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
B.Othanel

Educational

Smith, philosophy of education, Encyclopedia of research, hlm.957-963) mengemukakan bahwa, filsafat


6

pendidikan adalah menyelidiki hakikat pelaksaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan, yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap stuktur dan kegunaanya. Dalam beberapa pendapat diatas sama-sama menitik beratkan filsafat pendidikan dalam upaya menerapkan kaidah-kaidah berfikir filsafat dalam ragam pencarian sulusi berbagai ragam problem pendidikan yang akan melahirkan pemikiran utuh dalam pendidikan yang tentunya merupakan langkah penting dalam menemukan teori-teori tentang pendidikan. hal ini sangat penting untuk menemukan teori-teori pendidikan. hal ini sangat penting untuk menentukan arah gerak semua aktivitas pendidikan. Beberapa aliran filsafat pendidikan; o o o Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalamanpengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan

6. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN Aliran-aliran yang berkembang saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-teori yang dikemukan oleh para filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang berkembang saat ini antara lain:
Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah

roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi.
7

Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali
Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang

realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme

adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach
Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika

asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-

pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat

atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
Filsafat Pendidikan Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan

konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral
8

di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam

pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari

gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

7. PENTINGNYA FILSAFAT ILMU DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Terdapat cukup alasan yang baik untuk belajar filsafat, khususnya apabila ada pertanyaan-pertanyaan rasional yang tidak dapat atau seyogyanya tidak dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu. Misalnya: apakah yang dimaksud dengan pengetahuan, dan/atau ilmu? Dapatkah kita bergerak ke kiri dan kanan di dalam ruang tetapi tidak terikat oleh waktu? Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sekitar pendidikan dan ilmu pendidikan. Landasan filsafat pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan kacamata yang dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu maka ia harus dibentuk bukan hanya mempelajari tentang filsafat, sejarah dan teori pendidikan, psikologi, sosiologi, antropologi atau disiplin ilmu lainnya, akan tetapi dengan memadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatanpendekatannya kepada kerangka konseptual kependidikan. Pedagogik bersifat filosofis dan empiris. Berfikir filosofis pada satu sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan bersama-sama. Pedagogik mewujudkan teori tindakan yang didahului dan diikuti oleh berfikir filosofis.
9

Dalam berfikir filosofis tentang data normative pedagogic didahului dan diikuti oleh oleh pengalaman dan penyelesaikan empiris atas fenomena pendidikan. Itulah fenomena atau gejala pendidikan secara mikro. Tetapi ilmu pendidikan harus sedapat mungkin melakukan pengumpulan datanya sendiri langsung dari fenomena pendidikan, baik oleh partisipanpengamat (ilmuwan) ataupun oleh pendidik sendiri yang juga biasa melakukan analisis apabila situasi itu memaksanya harus bertindak kreatif. Tentu saja untuk itu diperlukan prasyarat penguasaan atas sekurangkurangnya satu ilmu Bantu yaitu filsafat umum.

Kajian Filsafat Ilmu Pendidikan

Baiklah sekarang kita lihat dasar-dasaar filsafah keilmuan terkait dalam arti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan aksiologis, dan dasar antropolgis ilmu pendidikan. Kajian ontologis ilmu pendidikan Pertama-tama panda latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapokan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya). Kajian epistemologis ilmu pendidikan Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun telaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin stui empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.

10

Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan unuk mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka validitas internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahwa dalam menjelaskaan objek formalnya, telaah ilmu pendidikan tidaak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebgaai ilmu otonom yang mempunyi objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hnya menggunkaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963). Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942).
Kajian aksiologis ilmu pendidikan

Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaikbaiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Implikasinya ialah bahwa ilmu pendidikan lebih dekat kepada ilmu perilaku kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat unifikasi satu-sayunyaa metode ilmiah (Kalr Perason,1990) Kajian antropologis ilmu pendidikan Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara pendidik sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula dimana terjadi pemberian bantuan kepada pihak yang belakangan dalaam upaayanya belajr mencapai kemandirian dalam batas-batas yang diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat dialogis ini maka 3 dasar antropologis berlaku universal tidak hanya (1) sosialitas (2) individualitas (3) moralitas dasar antropologis (4) religiusitas.

11

Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup : 1) Relasi esame manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to person relationship) 2) Pentingnya ilmu pendidikan memepergunakan metode fenomenologi secara kualitatif. 3) Orang dewasa yang berpran sebagai pendidik (educator) 4) Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner, student) 5) Tujaun pendidikan (educational aims and objectives) 6) Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan 7) Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution) Itulah lingkup pendidikan yang mikroskopis sebagai hasil telaah ilmu murni ilmu pendidikan dalam arti pedagogic (teoritis dan sistematis). Mengingat pendidikan juga dilakukan dalam arti luas dan makroskopis di berbagai lembaga pendidikan formal dan non-formal, tentu petugas tenaga pendidik di lapangan memerlukan masukan yang berlaku umum berupa rencana pelajaran atau konsep program kurikulum untuk lembaga yang sejenis. Oleh karena itu selain pedagogic praktis yang menelaah ragam pendidikan diberbagai lingkungan dan lembaga formal, informal dan nonformal (pendidikan luar sekolah dalam arti terbatas, dengan begitu, batang tubuh diatas tadi diperlukan lingkupnnya sehingga meliputi: a) Konteks sosial budaya (socio cultural contexs and education) b) Filsafat pendidikan (preskriptif) dan sejarah pendidikan (deskriptif) c) Teori, pengembangan dan pembinaan kurikulum, serta cabang ilmu pendidikan lainnya yang bersifat preskriptif. d) Berbagai studi empirik tentang fenomena pendidikan e) Berbagai studi pendidikan aplikatif (terapan) khususnya mengenai pengajaran termasuk pengembangan specific content pedagogy. 8. MANFAAT FILSAFAT PENDIDIKAN Kualitas suatu masyarakat memiliki hubungan stategis dengan dunia pendidikan, utamanya dunia sekolahan, karena didalamnya ada upaya yang sungguh-sungguh tentang kependidikan untuk mempersiapkan generasi yang terampil dan memilki ilmu-ilmu pengerahuan dengan dilandasi pada iman dan taqwa kepada Tuhan YME dalam konteksnya yang luas. Adapaun manfaat filsafat diantaranya sbagai berikut: bahwa sekolah cenderung akan untuk mengupayakan perubahanperubahan tingkah laku yang merupakan cerminan dari setiap individu yang bernaung dalam suatu masyarakat.

pendidikan sekolah dapat dilihat sebagai manusia sejatinya yang disengaja, terarah, dan terata sedemikian rupa untuk menuju pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi kehidupan dan penyempurnaanya.

12

pendidikan dan nilai nilai yang dianut sebagai suatu landasan berfikir dan berbuat dalam tatanan hidup suatu masyarakat. slanedangkan untuk pendidik dan anak didik sebagai subyek-subyek yang terlihat langsung dalam pelaksanaan pendidikan. Filsafat pendidikan diharapkan dapat mencapai kompetensi sebagai berikut:

menghargai kedudukan akal pikiran manusia

filsafat merupakan sumber perenungan yanga dalam dan kontinou

menyakini hasil pikiran sebagai sumber kebenaran

pemikiran sebebas bebasnya pemikiran rasional, kritis tidak dibelenggu oleh idiologi, kepercayaan/agama

13

BAB III PENUTUP

14

DAFTAR PUSTAKA

http://yousziey.blogspot.com/2011/10/pengertian-filsafat-ilmupendidikan.html Diakses 6 oktober 2012 http://intanrumapea.wordpress.com/2011/10/21/filsafat-ilmu-dan-filsafatpendidikan/ http://muminatus.blog.com/filsafat-dalam-ilmu-pendidikan/ http://m-azharighalib.blogspot.com/2010/03/filsafat-pengatahuan-ilmu-danilmu.html

15

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing : Drs. Sumargono, M.Pd. Disusun Oleh : Kelompok 10


1.

Siska Santi Wulandari Defi Ayu Ambarwati Dedi Hariyanto Yenny Sulistyowati

(105495) (105496) (105532) (105715)

2.
3. 4.

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA JOMBANG 2012
16

KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, kasih, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat dan salam penulis lantunkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut syariatnya. Makalah yang berjudul Pengertian Filsafat Ilmu Pendidikan. Ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Filsafat Pendidikan. Banyak pihak telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Drs. Sumargono, M.Pd Selaku dosen pembimbing mata kuliah Filsafat

Pendidikan,
2. Kedua orang tua yang senantiasa memberi semangat kepada kami,

3. Serta teman-teman yang telah mendukung, 4. Serta semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini. Penulis sadar bahwa Tugas akhir ini sangatlah jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga proposal ini dapat mendekati sempurna. Tidak lupa penulis mohon maaf atas semua kekeliruan dan kekhilafan selama penulis menyelesaikan Proposal ini. Semoga proposal ini bisa memberi kebaikan dan kemanfaatan bagi kita semua.

Jombang, 11 Oktober 2012 ,

17

Penulis.

DAFTAR ISI Kata Pengantar . Daftar Isi . .. Bab I Pendahuluan ii iii 1 1 1 1 3 3 3 4 5 5 7 8 11

ii

A. Latar Belakang Masalah .. B. Rumusan Masalah .. D. Tujuan Penelitian . Bab II Pembahasan . 1. Pengertian Filsafat ..... 2. Pengertian Ilmu .. 3. Pengertian Filsafat Ilmu .. 4. Pengertian Pendidikan .... 5. Pengertian Filsafat Pendidikan . 6. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan .. 7. Pentingnya Filsafat Ilmu dalam Dunia Pendidikaan 8. Manfaat Filsafat Ilmu . Bab III Penutup . Daftar Pustaka ..

18

You might also like