You are on page 1of 7

I.

TUJUAN A. Mempelajari proses filtrasi pada pengolahan air baku B. Menghitung efisiensi kekeruhan pada proses filtrasi C. Menentukan hubungan antara laju alir dengan efisiensi kekeruhan pada proses filtrasi D. Melakukan optimasi laju alir terhadap efisiensi kekeruhan pada proses filtrasi DASAR TEORI A. Teknologi Filtrasi Penyaringan merupakan proses pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Proses penyaringan bisa merupakan proses wal (primary treatment) atau penyaringan dari proses sebelumnya. Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, saringan yang digunakan adalah single medium. Sebaiknya bila ukuran padatan beragam, digunakan saring dual medium atau three medium. Penyaringan air olahan yang mengandung padatan beragam dari ukuran besar sampai kecil/halus. Penyaringan dilakukan dengan cara membuat saringan bertingkat, yaitu saringan kasar, saringan sedang sampai saringan halus. Untuk merancang system penyaringan ini perlu penelitian terlebih dahulu terhadap beberapa factor sebagai berikut: 1. Jenis limbah padat (terapung atau tenggelam) 2. Ukuran padatan: ukuran yang terkecil dan ukuran yang terbesar 3. Perbandingan ukuran kotoran padatan besar dan kecil 4. Debit air olahan yang akan diolah Bentuk dan jenis saringan bermacam-macam. Penyaringan bahan padatan kasar menggunakan saringan berukuran 5 -20 mm, sedangkan padatan yang halus (hiperfiltrasi) dapat menggunakan saringan yang lebih halus lagi. Saringan ini diusahakan mudah diangkat dan dibersihkan. Bahan untuk penyaringan kasar dapat terbuat dari logam tahan karat seperti stainless steel, kawat tembaga, batu kerikil, btu bara, karbon aktif. Penyaringan untuk padatan yang halus dapat menggunakan kain polyester atau pasir. Jenis saringan yang biasa digunakan adalah saringan bergetar, barscreen racks, dan bak penyaringan saringan pasir lambat. Jenis saringan yang banyak digunakan adalahsaringan bak pasir dan batuan. Saringan pasir menggunakan batu kerikil dan pasir. Pasir yang baik untuk penyaringan adalah pasir kuasa. Jenis saringan menurut konstruksinya dibedakan menjadi saringan miring, saringan pembawa, saringan sentrifugal dan drum berputar. Kecepatan penyaringan dikelompokan menjadi tiga: 1. Single medium: saringan untuk menyaring air yang mengandung padatan dengan ukuran seragam 2. Dual medium: saringan untuk menyaring air limbah yang didominasi oleh dua ukuran padat 3. Three medium: saringan untuk menyaring air limbah yang mengandung 3 ukuran padatan

II.

Gambarnya seperti berikut ini:

Ukuran filter dibagi menjadi: 1. Pasir sangat kasar (very coarse sand) : 2 1 mm 2. Pasir kasar (coarse sand) : 1 0,5 mm 3. Pasir sedang (medium sand) : 0,5 0,25 mm 4. Pasir halus (fine sand) : 0,25 0,1 mm 5. Pasir sangat halus (very fine sand) : 0,1 0,05 mm Sistem aliran air olahan dalam system filtrasi terdiri dari beberapa macam. Penentuan aliran ini memperhatikan sifat dari limbah padat yang akan difiltrasi. Sistem aliran tersebut dibagi menjadi empat system, yaitu aliran horizontal, aliran gravitasi, aliran dari bawah ke atas dan aliran ganda. Gambar model aliran filter:

B. Tahap tahap Operasi Filtrasi Operasi media butiran melibatkan 2 (dua) tahap yaitu : tahap filtrasi dan tahap pencucian balik. 1. Tahap Filtrasi Terdapat pedoman untuk melakukan operasi filtrasi media butiran dalam dua cara yang berbeda, yaitu : a. Constant Head, merupakan operasi filtrasi pada mana permukaan air di atas unggun media butiran (yang digunakan sebagai gaya dorong) selama operasi berlangsung hingga operasi pencucian balik harus dilakukan, dijaga konstan. b. Constant Flow, merupakan operasi filtrasi pada mana laju alir umpan masuk unit filter selama operasi berlangsung hingga operasi pencucian balik harus dilakukan, dijaga konstan. Untuk menjaga agar laju alir umpan atau laju alir filtrasi dapat konstan, maka harus diberikan suatu tambahan gaya dorong secara bertahap yang bertujuan untuk mengimbangi tumbuhnya hilang tekan yang ada selama operasi filtrasi akibat adanya penurunan porositas unggun media filter. Sebaliknya apabila digunakan besar gaya dorong konstan, maka laju filtrasi akan berkurang sebagaimana porositas unggun media filter juga berkurang. Berkaitan dengan kedua pedoman tersebut pada umumnya dalam pengoperasian unit filter media butiran maka operasi filtrasi akan diakhiri apabila padatan tersuspensi telah cukup banyak terakumulasi hingga pada kondisi : 1. Penggunaan habis terhadap gaya dorong yang tersedia. 2. Laju filtrasi telah menurun hingga di bawah tingkat yang telah ditentukan sebelumnya. 3. Unggun media filter telah jenuh sehingga padatan tersuspensi mulai masuk terbawa aliran efluen operasi filtrasi menandakan titik breakthrough telah tercapai. Apabila salah satu kondisi di atas telah tercapai maka unit filter harus dilakukan pencucian balik. 2. Tahap Pencucian Balik Tahap pencucian balik bertujuan untuk membersihkan padatan tersuspensi yang telah terakumulasi pada media butiran. Pada umumnya dilakukan dengan mengalirkan air bersih dengan arah ke atas dengan laju alir tertentu sehingga media filter akan berada dalam kondisi terfluidisasi atau terekspansi minimal sebesar 50 %. Tahap pencucian balik ini diakhiri apabila efluen dari operasi pencucian balik ini telah jernih atau telah mencapai nilai kekeruhan pada tingkat yang telah ditentukan. Dengan demikian media filter akan menjadi bersih dan siap untuk dioperasikan kembali. C. Mekanisme Filtrasi Pada tahap filtrasi, air umpan dialirkan melewati unggun media filter dengan laju alir pengumpanan tertentu sesuai dengan jenis operasi filtrasinya. Dengan adanya media butiran maka akan terjadi pemindahan padatan tersusensi

yang terkandung dalam air umpan, di mana secara garis besar mekanisme pemindahan tersebut melibatkan proses sebagai berikut : a. Straining Di sini padatan tersuspensi yang berukuran lebih besar dari pori-pori media filter akan tertahan secara mekanik, sedang padatan tersuspensi berukuran lebih kecil dari media filter akan masuk dan terperangkap lebih jauh dalam poripori media filter. b. Sedimentasi Di sini padatan tersuspensi mengendap di atas media filter dalam unggun filter. Dalam alirannya sering terjadi penggabungan antar padatan tersuspensinya untuk membentuk partikel yang lebih besar sebelum terjadi pemindahan melalui mekanisme tersebut di atas. Penahanan padatan tersuspensi melalui sekali kontak dapat dikategorikan sebagai gaya elektrokimia, gaya Van Der Waals, dan adsorpsi fisis. Dengan melakukan pengkondisian awal secara kimia terhadap air sebelum diumpankan pada unit filter, maka padatan berukuran kecil hingga ukuran submikron akan dapat melalui operasi filtrsi media butiran. c. Mekanisme pemindahan padatan tersuspensi pada unggun filter dimulai dari bagian atas dari filter. Sebagaimana pori media filter terbuka maka akan terisi dengan padatan tersuspensi yang terfilter dan padatan akan terbawa lebih jauh masuk ke dalam unggun media filter. Apabila kapasitas unggun telah penuh dan menjadi jenuh maka filter harus segera dicuci. D. Efisiensi Filtrasi Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktorfaktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula kualitas air hasil filtrasi, efisiensinya, dan sebagainya. Faktorfaktor tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman media, ukuran dan material, konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan, dan temperatur. 1. Debit Filtrasi Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan partikelpartikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos. 2. Konsentrasi Kekeruhan Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya dilakukan proses koagulasi flokulasi dan sedimentasi.

3. Temperatur Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuan besar partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter. 4. Kedalaman media, Ukuran, dan Material Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama. Lagipula ditinjau daris segi biaya, media yang terlalu tebal tidaklah menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media filtrasi berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media. Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan menyebabkan lolosnya partikelpartikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikelpartikel halus yang tertahan) yang terlalu cepat. 5. Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat filter dalam keadaan kotor. Untuk melewati lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas media dengan yang ada didasar media akan berbeda di saat proses filtrasi berlangsung. Perbedaan inilah yang sering disebut dengan kehilangan tekanan (headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat atau bertambah besar pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan bertambah besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori (tersumbat) sehingga terjadi clogging.

E. Pengaruh Laju Alir Filtrasi Terhadap Efisiensi Pengolahan Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan diperlukan keseimbangan antara debit filtrasi dan kondisi media yang ada. Debit yang terlalu cepat akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien. Untuk itu, perlu dilakukan optimasi antara laju alir dengan efisiensi, untuk mendapatkan laju alir yang optimal. F. Teknologi Koagulasi Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solidhalus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble). Bila koagulan ditambahkan ke dalam air, reaksi yang terjadi antara lain adalah: Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok; Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada koloid; Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap. Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain: 1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan; 2. Jumlah dan karakteristik koloid; 3. Derajat keasaman air (pH); 4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle; 5. Temperatur air; 6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur; 7. Karakteristik ion-ion dalam air. G. Penggabungan Teknologi Koagulasi dengan Teknologi Filtrasi Koagulan akan menggumpalkan pengotor ukuran halus dan melayang dalam air, biasa disebut koloid, menjadi partikel berukuran besar. Melalui flokulasi, partikel yang sudah menggumpal akan menyatu menjadi gumpalan yang lebih besar. Gumpalan hasil flokulasi disebut flok. Bahan kimia yang sering ditambahkan sebagai koagulan adalah kaporit, tawas dan kapur.

Hasil proses koagulasi flokulasi ini selanjutnya dipisahkan dengan metode filtrasi. Pengolahan terdiri dari dua tahap dalam dua bak atau drum yang terpisah. Tahap pertama, yaitu koagulasi-flokulasi berlangsung dalam tangki satu. Sedangkan operasi filtrasi berlangsung dalam tangki dua. Berikut ini ialah desain contoh penggabungan teknologi koagulasi-flokulasi dengan teknologi filtrasi:

H. Koagulan Tawas

III.

ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan : 1. Satu unit filter media butiran 2. Satu unit turbidimeter 3. Satu unit wadah bevolume 100 liter 4. Gelas ukur berukuran 1000 ml 5. Dua beker plastik berukuran 1 liter 6. Botol plastik untuk sampling 7. Alat timbangan Bahan yang digunakan : 1. Air kran 100 liter 2. Bentonite 80 gr untuk membuat air yang mengandung padatan tersuspensi. 3. Tissue untuk membersihkan tabung untuk uji kekeruhan sample.

You might also like