You are on page 1of 4

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG TRADISI NYADRAN, BARIKAN DAN SELAMETAN TEGAL DESA DI DAERAH LAWANG, MALANG, JAWA TIMUR

Anggota Kelompok : Siska Oktafina D. Zidny Furaidah Pangesti Dimy Arta M. Dwi Susan Ervin Jumiatin (0910910072) (0910910026) (0910913030) (0910910056) (0910913018)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alamnya. Nyadran merupakan salah satu tradisi ritual adat jawa untuk mensyukuri sesuatu yang telah dimiliki, mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan menjaga kondisi lingkungan serta jiwa seluruh masyarakat disekitarnya. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, adat nyadran ini sudah mulai dilupakan, karena dianggap memiliki nilai yang kurang realistis dan sudah banyak masyarakat yang meninggalkan budaya nyadran tersebut. Karena sering dianggap tidak masuk akal. Akan tetapi pada kenyataannya, beberapa golongan masyarakat tertentu juga masih mempercayainya. Karena dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi dan jika melupakannya mereka akan menerima resikonya. Seperti di salah satu desa di daerah lawang. Masyarakat desa ini mulai anak-anak, remaja hingga tua masih sangat mempercayai adat nyadran ini. Mereka sering melakukannya untuk tujuan mensyukuri hasil alam atau hasil panen yang mereka terima setiap tahun. Upacara nyadran ini dilakukan setiap tahun sekali setelah musim panen. Para masyarakat berbondong-bondong pergi ke sungai untuk menyerahkan beberapa syarat yang digunakan untuk melakukan upacara nyadran tersebut. Syarat tersebutharus lengkap dan sesuai. Karena jika tidak sesuai, maka akan menimbulkan bencana. Baik itu bencana alam maupun penyakit dan kematian yang menyerang masyarakat setempat. Adapun beberapa syarat tersebut adalah takir. Takir yaitu suatu bungkusan dari daun yang berisi nasi putih, ayam kampung yang hanya digunakan bagian kepala, kaki, sayap dan jerohannya saja. Selain itu juga takir yang berisi bunga, daun sirih, gambir, jambe dan serangkaian bunga setaman yang digunakan untuk kematian. Selain itu takir yang berisi kemiri, kemiri,kencur,kunir,tumbar,asem,terasi,cikalan dan pisang,pisang yang digunakan harus pisang raja. Selain takir, juga membawa dupa dan kemenyan untuk dibakar disungai tersebut. Upacara nyadran ini dilaksanakn pada hari jumat legi. Karena hari itu dianggap hari yang sakral oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang masih menerapkan upacara tradisional seperti di daerah Lawang ini. Upacara nyadran ini ditujukan kepada nenek moyang yang dipercayai berada atau sebagai penunggu daerah tersebut, karena sudah berates ratus tahun hidup dan akhirnya mati disitu. Selain untuk syukuran atas hasil panen, nyadran juga biasa digunakan untuk mengundang hujan pada hajat tertentu atau agar cepat panen. Setelah nyadran dilakukan, beberapa hari kemudian diikuti dengan adanya acara hiburan seperti wayang, kuda lumping, orkes dangdut dan tarian yang disebut Bantengan. Acara ini juga diikuti oleh semua masyarakat setempat.

Biasanya yang lebih sering dipakai adalah acara Bantengan, karena warga Lawang memiliki kelompok dalam bidang ini, sehingga selain menghemat biaya juga dapat menyalurkan bakat tari dan kreatifitas warga Lawang. Selain nyadran juga terdapat ritual adat lagi yang disebut dengan Barikan. Barikan ini juga dilakkukan secara serentak oleh seluruh warga Lawang. Barikan ini juga ditujukan untuk nenek moyang dalam rangka ucapan stukur atas hasil panen ataupun dalam meminta sesuatu biasanya rezeky. Barikan ini pelaksanaannya hamper sama dengan nyadran, namun barikan ini dilakukan di bawah pohon beringin yang terdapat di atas sungai. Persayaratan upacara barikan ini juga sama dengan nyadran, yaitu beberapa macam takir dan pembakaran dupa dan kemenyan. Namun jiak pada barikan, takir tersebut juga ikut dibakar di bawah pohon beringin tersebut. Pohon beringin ini tidak ada yang berani menebang, karena selain kepercayaannya, juga warga percaya bahwa jika pohon beringin tersebut ditebang, maka sumber iar sungai akan tersumbat dan akan mengganggu kegiatan warga khususnya dalam bidang pertanian. Selain kedua upacarA tersebut, juga di susul dengan selametan yang disebut sebagai selametan tegal desa. Selametan tegal desa ini yaitu para warga melakukan selametan di rumahnya masing-masing secara bersama-sama. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah persepsi masyarakat tentang adanya upacara adat tradisional yang masih sering dilakukan? 2. Jenis ritual atau upacara adat seperti apa sajakah yang masih diterapkan oleh warga Lawang? C. Tujuan 1. Mengetahui persepsi masyarakat tentang adanya upacara adat tradisional yang masih sering dilakukan 2. Mengetahui Jenis ritual atau upacara adat seperti apa sajakah yang masih diterapkan oleh warga Lawang D. Manfaat Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat tentang ritual adat jawa dan bagaimana prosesnya, sehingga dapat dijadikan sebagai tolok ukur perkembangan adat tradisional di Jawa Timur

You might also like