You are on page 1of 5

Sex Reversal

Dalam ilmu genetika ikan, modifikasi kelamin dikenal dengan istilah sex reversal atau pengarahankelamin. Dengan metode ini, jenis kelamin dapat diarahkan sesuai dengan keinginan; menjadi jantan ataubetina. Keputusan untuk menjantankan atau membetinakan ikan dapat didasarkan kepada harga jual atauperforma ikan akibat perbedaan kelamin. Untuk ikan tertentu, ikan jantan lebih diminati, dan begitusebaliknya. Untuk melakukan kegiatan ini, beberapa jenis hormon estrogen dan androgen dapat digunakan;masing-masing untuk pembetinaan dan penjantanan.Umumnya, proses sex reversal dilakukan secara oral atau melalui pakan dan melalui perendaman(dipping). Untuk fase larva, kita dapat melakukannya melalui oral dan atau dipping dan untuk fase telurdapat dilakukan dengan dipping. Pada beberapa jenis ikan yang lain, perlakuannya diterapkan pada saatsedang hamil atau bunting. Untuk yang terakhir ini (biasanya pada beberapa jenis ikan hias berukuran kecil),Anda dapat menerapkannya dengan cara merendam induk yang sedang bunting tersebut. Sex reversal adalah proses memproduksi ikan monosex atau memproduksi ikan dengan satu jeniskelamin yaitu jantan atau betina saja. Sex reversal dengan pemberian

metiltestosteron dikenal cukup efektif untuk memproduksi populasi jantan. Pemberian metiltestosteron melalui oral (pakan) dianggap kurangefisien karena memerlukan dosis tinggi dan waktu pemberiannya relatif lebih lama walaupun tingkatkeberhasilan merubah kelamin jantan dapat mencapai 96 100%, sedangkan pemberian metiltestosteron melalui metode perendaman (dipping) lebih efisien karena dosis yang diberikan relatif kecil dan waktukontaknya lebih singkat walaupun tingkat keberhasilan merubah kelamin jantan dibawah 96% (Zairin, 2002),hal ini didukung oleh penelitian Priambodo (1998), pada ikan nila bahwa dengan dosis 0,9-1,2 dengan lamaperendaman dua jam sudah dapat merubah jenis kelaminnya. Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan yang seharusnyaberkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukanpada saat belum terdiferensiasinya gonad ikan secara jelas antara jantang dan betina pada waktu menetas.Sex reversal merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya. Teknik sex reversal mulai dikenal padatahun 1937 ketika estradiol 17 disintesis untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Pada mulanya teknik iniditerapkan pada ikan guppy (Poecilia reticulate ). Kemudian dikembangkan oleh Yamamato di Jepang padaikan medaka (Oryzias latipes). Ikan medaka betina yang diberi metiltestosteron akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui berbagai penelitian teknik ini menyebar keberbagai negara lain dan diterapkan padaberbagai jenis

ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat yang baik untuk melakukan sex reversal adalah beberapahari sebelum menetas (gonad belum didiferensiasikan).Teori ini pun berkembang karena adanya fakta yangmenunjukkan bahwa sex reversal dapat diterapkan melalui embrio dan induk yang sedang bunting(Masduki, 2011).

Penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal). Kegiatanbudidaya secara monosex (monoculture) akan bermanfaat dalam mempercepat pertumbuhan ikan. Hal inidikarenakan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Beberapaikan yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat daripada jenis betina misalkan ikan nila dan ikan leleAmerika. Untuk mencegah pemijahan liar dapat dilakukan melalui teknik ini. Pemijahan liar yang tidakterkontrol dapat menyebabkan kolam cepat penuh dengan berbagai ukuran ikan. Total biomass ikan tingginamun kualitasnya rendah. Pemeliharaan ikan monoseks akan mencegah perkawinan dan pemijahan liarsehingga kolam tidak cepat dipenuhi ikan. Selain itu ikan yang dihasilkan akan berukuran besar danseragam. Contoh ikan yang cepat berkembangbiak yaitu ikan nila dan mujair.Pada beberapa jenis ikan hiasseperti cupang, guppy, kongo dan rainbow akan memiliki penampilan tubuh yang lebih baik pada jantandaripada ikan betina. Dengan demikian nilai jual ikan jantan lebih tinggi ketimbang ikan betina (Masduki,2011). Sex reversal juga dapat dimanfaatkan untuk teknik pemurnian ras ikan. Telah lama diketahui ikandapat dimurnikan dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina. Menjelang diferensiasigonad sebagian dari populasi betina tersebut diambil dan diberi hormon androgen berupa metiltestosteronsehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan dengan saudaranya dan diulangi beberapakali sampai diperoleh ikan dengan ras murni (Masduki, 2011).Pada kasus hermaprodit, hormon yang diberikan hanya akan mempercepat proses perubahansedangkan pada sex reversal perubahannya benar-benar dipaksakan. Ikan yang seharusnya berkembangmenjadi betina dibelokkan perkembangannya menjadi jantan melalui prosespenjantanan (maskulinisasi).Sedangkan ikan yang seharusnya menjadi jantan dibelokkan menjadi betina melalui proses pembetinaan(feminisasi) (Masduki, 2011).Sex reversal dapat dilakukan melalui terapi hormon (cara langsung) dan melalui rekayasakromosom (cara tidak langsung). Pada terapi langsung hormon androgen dan estrogen mempengaruhifenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif. Metode langsung dapat diterapkan pada semua jenis ikanapapun sex kromosomnya. Cara langsung dapat meminimalkan jumlah kematian ikan. Kelemahan dari caraini adalah hasilnya tidak bisa seragam dikarenakan perbandingan alamiah kelamin yang tidak selalu sama.Misalkan pada ikan hias, nisbah kelamin

anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan: 50% betina padapemijahan pertama, dan 30% jantan:50% betina pada pemijahan berikutnya (Masduki, 2011).

Methyl Testosterone (MT) Hormon androgen yang paling umum yang digunakan dalam aplikasi sex reversal untuk maskulinisasi (pengarahan kelamin menjadi jantan) adalah 17-methyltestosterone yang diperkirakanefektif digunakan pada lebih dari 25 spesies yang telah diuji. Methyl testosterone merupakan androgenyang paling sering dipakai untuk merubah jenis kelamin dan penggunaan metiltestosteron pada dosis yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula. 17- methyltestosterone (17-MT) merupakanhormon sistetik yang molekulnya sudah dimodifikasi agar tahan lama di dalam tubuh. Hal ini dikarenakanpada karbon ke-17 telah ditempeli gugus metal agar tahan lama (Junior, 2002).

Efek Estrogenik Penelitian mengenai adanya feminisasi pada ikan liar di perairan tawar dan estuari telah banyakdilaporkan di Inggris dan beberapa negara Eropa, Jepang dan Amerika Serikat. Laporan awal yang palingekstensif mengenai feminisasi akibat pengaruh air limbah dilakukan Jobling dan koleganya pada tahun 1998pada ikan roach (Rutilus rutilus) di >50 titik sungai di Inggris (Liney, et al., 2005) dan Guillette dan koleganyapada tahun 2000 yang telah menemukan adanya pengaruh tersebut pada alligator di beberapa danau diFlorida (Sumpter, 2005). Gangguan endokrin yang muncul tersebut berkaitan dengan ekspose ikan padabuangan dari instalasi pengolahan air limbah industri dan domestik. Kebanyakan laporan mengenaipengaruh feminisasi dari air limbah pada ikan adalah adanya induksi pada vitellogenin, perubahan tingkathormon steroid seks pada ikan juvenil dan ikan dewasa, kelemahan pada perkembangan gonad, perubahanwaktu diferensiasi seks dan interseks pada gonad (Liney, et al., 2005). Spesies ikan air tawar liar yang menampakkan adanya kejadian interseks yang tidak biasa telahdilaporkan pada ikan roach (Rutilus rutilus), gudgeon (Gobio gobio), barbel (Barbus plebejus), danshovelnose sturgeon (Scaphirhynchus platyorynchus), sedangkan pada ikan estuari telah dilaporkan padaikan flounder Eropa (Platichthyes flesus) and flounder Jepang (Pleuronectes yokohamae) (Jobling, et al.,2002). Fenomena serupa ditemukan juga pada ikan mas (Cyprinus carpio) (Lavado, et al., 2004), bream(Abramis brama) (Vethaak, et al., 2005) dan white perch (Morone americana) (Kavanagh, et al., 2004).Pada ikan roach, Rutilus rutilus, ekspose selama 300 hari pada air limbah konsentrasi 0, 15.2, 34.8,and 78.7% (yang

diencerkan dengan air bersih) telah merangsang feminisasi pada individu jantan yangdiukur dari induksi vitellogenin (Gambar 2) dan perubahan histologi gonad, menyebabkan perubahan yangsignifikan pada perkembangan ginjal (Gambar 3), modulasi fungsi immum (jumlah total trombosit) danmenyebabkan kerusakan genotoksik (induksi mikronukleus dan kerusakan single-strand pada insang dan seldarah) (Liney, et al., 2006).Pengaruh interseks akibat gangguan endokrin terhadap kemampuan fertilisasi (kualitas

gamet)dipublikasikan oleh Jobling, et al. (2002). Pada ikan roach, persentase ikan yang mampu melakukanspermiasi dan fertilisasi menurun dengan adanya indikasi interseks yang lebih akut.

Efek Androgenik Adanya gangguan endokrin yang mengarah pada maskulinisasi pada ikan liar berkaitan denganbuangan limbah dari industri pengolahan kayu. Pengaruh limbah kayu pada sistem sitokrom P450 pada ikan telah teridentifikasi dengan adanya interferensi pada sistem reproduksi yang meliputi depresi siskulasihormon steroid, keterlambatan waktu pematangan, ukuran gonad yang lebih kecil, perubahan padaekspresi karakter seks sekunder (Larsson, et al., 2002), munculnya tingkah laku dan warna tubuh seperti jantan pada ikan betina (Larsson, et al., 2006). Laporan awal mengenai fenomena ini dipublikasikan olehHowell dan koleganya pada tahun 1980 yang mengidentifikasi adanya perkembangan pemanjangan siripanal yang menirukan gonopodium jantan pada mosquitofish (Gambusia sp.) betina (Larsson, et al.,

2006).Maskulinisasi ikan yang ditemukan di aliran sungai yang menerima limbah kayu diperkuat olehpenelitian Larsson, et al. (2006). Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya multiple ligand terhadapreseptor androgen yang ditemukan pada limbah kayu, salah satunya adalah progesteron. Treatment biologidapat mengurangi progesteron tersebut tetapi tidak mengurangi jumlah aktifitas pengikatan reseptoandrogen.Selain pada masquitofish, penelitian mengenai pengaruh limbah kayu yang menyebabkangangguan endokrin telah dipublikasikan terjadi pada ikan lake whitefish, (Coregonus clupeaformis), perch(Perca fluviatilis), largemouth bass(Micropterus salmoides), longear sunfish (Lepomis megalotis) (Fentress,et al., 2006), sidat (Anguilla rostrata), white suckers (Catosomus commersoni), fathead minnows(Pimephales promelas), viviparous eelpout (Zoarces viviparus) (Larsson, et al., 2002), guppy (Poeceliareticulata) (Larsson, et al., 2006) dan longnose sucker (Catostomus catostomus) (McMaster, et al., 2005).Sedangkan pada invertebrata dilaporkan pertama kali oleh Blaber tahun 1970 yang menemukan adanyastruktur seperti penis disamping tentakel kanan dogwhelks (Nucella lapillus) (Sumpter, 2005).

Pada ikan longear sunfish (Lepomis megalotis) liar, adanya limbah dari olahan kayu tidakberpengaruh terhadap fisiologi reproduksi jantan tetapi dapat menekan tingkat testosteron danvitellogenin pada ikan 1% dari aliran air (Gambar 6) (Fentress,betina ketika limbah mencapai et al., 2006).Menurunnya tingkat vitellogenin berdampak pada lebih sedikitnya telur yang dikeluarkan induk betinaataupun memperpendek waktu pijah pada saat musim pemijahan. Menurut (Larsson, et al., 2002), terdapathubungan yang jelas antara pergeseran seks rasio dengan ekspose terhadap limbah olahan kayu. Padaviviparous eelpout, terdapat embrio betina yang lebih sedikit dibandingkan dengan jantan pada daerahyang lebih dekat dengan sumber limbah kayu. Dalam ekosistem alami perairan, hampir dapat dipastikan bahwa kematian dan perubahan jeniskelamin sejenis ikan tidak selalu karena sebab faktor tunggal tetapi karena beberapa faktor.Faktor-faktor yang dimaksud adalah: 1. Penomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang bersifatmemperkuat daya racun. 2. Penomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih yang salingmenetralisir, sehingga zatzat yang tadinya beracun berhasil dikurangi dinetralisir daya racunyasehingga tidak membahayakan. 3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan sertaadaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu sendiri (Sudarmadi, 1993).

Jenis ikan Pada dasarnya perubahan jenis kelamin pada ikan tidak hanya pada ikan tertentu, melainkan padasemua jenis ikan yang berada pada daerah atau habitat sungai yang sedang mengalami pencemaran,pencemaran sungai tempat habitat ikan dapat tercemari limbah dari pabrik maupun dari limbahperorangan, limbah pabrik sendiri dapat berupa limbah beraneka macam bahan kimia, semisal, pewarnadari limbah pabrik tekstil, dapat pula berupa cairan kimia lainnya dari pabrik kimia. Sedang pada limbahperorangan yakni berupa air urin yang di buang di sungai, kandungan pada urin yang berupa zat sintesisdari penggunaan pil kb yang dapat mempengaruhi langsung terhadap kelamin ikan, yang di akibatkan darihormone sintesi estrogen yang terkandung dalam pil KB.

You might also like