You are on page 1of 241

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi. Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi. Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran 2010. Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama,

Didik Suhardi, SH., M.Si NIP. 196312031983031004

iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ iii DAFTAR ISI ............................................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1 A. LATA BELAKANG ........................................................................................................ 1

BAB II DASAR HUKUM DAN TUJUAN...................................................................................... 5 A. B. DASAR HUKUM.......................................................................................................... 5 TUJUAN ..................................................................................................................... 6

BAB III KONSEP SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL.................................................................................................................... 7 A. B. C. D. Pengertian Sekolah Bertaraf internasional................................................................. 7 Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf internasional ................................................... 8 Tujuan Diselenggarakan RSBI..................................................................................... 9 Karakteristik RSBI ...................................................................................................... 9

BAB IV PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ..................... 13 Pengertian IKKM dan IKKT dalam Penyelenggaraan SBI ........................................... 13 Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan atau IKKM dalam Penyelenggaraan RSBI 14 1. Pemenuhan Standar Isi ........................................................................................ 15 2. Pemenuhan Standar Proses ................................................................................. 17 3. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).................................................... 18 4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................................... 27 5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana......................................................... 28 6. Pemenuhan Standar Pengelolaan ........................................................................ 28 7. Pemenuhan Standar Pembiayaan ........................................................................ 31 8. Pemenuhan Standar Penilaian ............................................................................. 31 C. Pemenuhan IKKT bertaraf internasional (pengayaan, perluasan, dan pendalaman SNP) dalam Penyelenggaraan RSBI .................................................................................. 33 D. Persyaratan Penyelenggaraan RSBI ............................................................................. 63 E. Prosedur Penyelenggaraan RSBI ................................................................................. 66 BAB V PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RSBI........................................................ 73 A. Sosialisasi Sekolah Sebagai Rintisan SBI (RSBI) (RSBI) ............................................... 73 B. Pembentukan Tim Pengembang Rintisan SBI (RSBI) di Sekolah................................... 74 C. Sosialisasi dan Pemahaman RKS dan RKAS................................................................... 74 D. Menentukan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan (milestone ) .............................. 75 E. Model-Model Penyelenggaraan.................................................................................. 75 F. Implementasi Pentahapan Pelaksanaan Program dan Kegiatan RSBI ........................... 79 BAB VI PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL................................................................................................................ 127 A. B. Kultur lingkungan kondusif .................................................................................... 128 Kultur belajar......................................................................................................... 129 v A. B.

C. D.

Kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan ................................................ 130 Kultur keunggulan global dan atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) 143

BAB VIII KEWENANGAN PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ......................................................................................................................................... 155 A. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Pendidikan ....................................... 155 B. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Penyelenggaraan RSBI ...................... 157 BAB IX PENGGUNAAN DANA BANTUAN (SUBSIDI) PEMERINTAH....................................... 173 A. B. C. D. E. F. Latar Belakang ....................................................................................................... 173 Tujuan Umum........................................................................................................ 173 Dasar Hukum......................................................................................................... 174 Sasaran.................................................................................................................. 174 Penggunaan Dana Bantuan Persiapan RSBI............................................................ 174 Penggunaan Dana Penyelenggaraan RSBI .............................................................. 180

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................................... 191

vi

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB I PENDAHULUAN
A. LATA BELAKANG Sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 pada pasal 31 dinyatakan bahwa: (1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; serta (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan tiga rencana strategis dalam jangka menengah, yaitu: (1) peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar, (2) peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing, dan (3) peningkatan manajemen, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Berkaitan dengan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf internasional ini, maka: (1) pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas) adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan internasional, (2) pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal, (3) pendidikan bertaraf internasional juga harus relevan, yaitu bahwa penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, orang tua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan kemampun pemerintah daerahnya (kabupaten/kota dan propinsi); dan (4) pendidikan bertaraf internasional harus memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara nasional maupun internasional. Untuk menuju kepada satuan pendidikan yang bertaraf internasional atau sekolah bertaraf internasional (SBI) tersebut, maka pemerintah sejak tahun 2007 telah melaksanakan pembinaan kepada sekolah atau satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional atau RSBI, yang berasal dari sekolahsekolah yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai sekolah standar nasional. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa untuk menjadi SBI memerlukan biaya yang sangat mahal, sehingga ditempuh dengan tidak mendirikan baru, akan tetapi diawali dari SSN tersebut. Sedangkan secara yuridis, pembinaan RSBI ini dilakukan sesuai dengan Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 25 bahwa Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Penyelenggaraan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasiona, yang selanjutnya disebut dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (disingkat dengan RSBI) dilatarbelakangi oleh alasan-alasan berikut: 1. Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen dapat mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya kinerja sekolah, dan kenggulan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional, akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisai ini. 2. Dalam upaya peningkatan mutu, efisien, relevan, dan memiliki daya saing kuat, maka dalam penyelenggaraan SBI pemerintah memberikan beberapa landasan yang kuat yaitu: (a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat (3) dinyatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional; (b) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (disingkat SNP); (c) UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 menetapkan tahapan skala prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Demikian pula dalam Renstra 2010-2014 bahwa pemerintah mentargetkan pada tahun 2014 minimal 50% kabupaten/kota di Indonesia telah ada SBI. 3. Penyelenggaraan RSBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan (kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan (kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus memperhatikan perbedaan kecerdasan, kecakapan, bakat dan minat peserta didik. Jadi, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan potensi intelektual, emosional, dan spriritualnya. Para peserta didik tersebut merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan merupakan salah satu faktor daya saing yang kuat, yang secara potensial mampu merespon tantangan globalisasi. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumberdaya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. 4. Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilaiannya. Maksudnya adalah pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai (learning to know), tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong menerapkan nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to live together) dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai dirinya (learning to be). Berdasarkan berbagai peraturan perundangan dan beberapa pertimbangan/alasan di atas, maka penting kiranya pemerintah berkewajiban untuk memberikan arahan, bimbingan dan pengaturan terhadap sekolah-sekolah yang akan atau telah ditetapkan sebagai satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional atau disebut dengan Rintisan SBI (RSBI), baik untuk sekolah negeri maupun swasta supaya kedepan pengembangannya lebih terarah, terencana, dan sistematis, serta diharapkan di setiap daerah Kabupaten/Kota di Indonesia terdapat minimal satu satuan dan jenis pendidikan yang bertaraf internasional atau SBI. Untuk itu, Direktorat Pembinaan SMP perlu untuk membuat adanya suatu panduan penyelenggaraan RSBI ini, yang dapat dipergunakan sebagai acuan oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder) dalam rangka penyelenggaraan RSBI.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB II DASAR HUKUM DAN TUJUAN


A. DASAR HUKUM Penyelenggaraan RSBI ini berlandaskan pada: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 50 menyatakan bahwa: a. Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. b. Ayat (3): pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf internasional. 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 mengatur perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan. 6. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan. 7. Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 tentang Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, antara lain pada halaman 10 disebutkan .........diharapkan seluruh pemangku kepentingan untuk menjabarkan secara operasional sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah bertaraf internasional... 8. Permendiknas Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun 2007; Nomor 12, 13, 16, 18, 19, 20, 24, dan 41 Tahun 2007. 9. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 25 menyebutkan: Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. 10. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kepesertadidikan

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

B. TUJUAN Panduan Penyelenggaraan RSBI ini disusun untuk memberikan penjelasan dan ketentuan secara umum bagi para pemangku kepentingan pendidikan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah dalam menyelenggarakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya panduan ini diharapkan seluruh pemangku kepentingan: 1. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang konsep rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI); 2. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang penyelenggaraan RSBI dalam hal: tujuan penyelenggaraan, kurikulum, pengembangan SDM, proses pembelajaran, manajemen, sarana/prasarana, pembiayaan, dan sistem penilaian. 3. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang peserta didik RSBI, kultur sekolah, penanaman karakter, persyaratan, prosedur, perijinan, pengendalian dan pengawasan serta sanksi pelanggaran.

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB III KONSEP SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
Sebelum memahami tentang RSBI, maka terlebih dahulu diketahui tentang SBI itu sendiri. Oleh karena itu dalam penjelasan ini akan diuraikan masing-masing tentang SBI dan RSBI tersebut. A. Pengertian Sekolah Bertaraf internasional Seperti dijelaskan dalam kebijakan Depdiknas Tahun 2007 Tentang Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum internasional. Hal ini sejalan dengan pengertian SBI yang tertuang dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu bahwa Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Dengan konsep ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar nasional pendidikan yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Selanjutnya komponen-komponen, aspek-aspek, dan indicator-indikator SNP tersebut diperkaya, diperkuat, dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu atau lebih anggota OECD (Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore dan Hongkong), dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dengan demikian diharapkan SBI harus mampu memberikan jaminan bahwa baik dalam penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya lebih tinggi standarnya daripada SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat nasional maupun internasional melalui berbagai strategi yang dapat dipertanggungjawabkan. Sesuai dengan konsep di atas, maka dalam upaya mempermudah sekolah dalam memahami dan menjabarkan secara operasional dalam penyelenggraan pendidikan yang mampu menjamin mutunya bertaraf internasional, maka dapat dirumuskan bahwa SBI pada dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan delapan (8) unsur SNP yang
7

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

disebut sebagai indikator kinerja kunci minimal (disingkat IKKM) dan diperkaya/dikembangkan/diperluas/diperdalam dengan komponen, aspek, atau indikator kompetensi yang isinya merupakan penambahan atau pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan dari delapan SNP tersebut sebagai indikator kinerja kunci tambahan (disingkat IKKT) dan berstandar internasional dari salah satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. Untuk dapat memenuhi karakteristik dari konsepsi SBI tersebut, maka sekolah dapat melakukan antara lain dengan dua cara, yaitu: (1) adaptasi, yaitu pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan/penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional; dan (2) adopsi, yaitu penambahan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

B. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf internasional Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa satuan pendidikan yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional disebut juga dengan rintisan SBI. Dikatakan sebagai rintisan adalah sekolah-sekolah tersebut dipersiapkan secara bertahap melalui pembinaan oleh pemerintah dan stakeholders, dalam jangka waktu tertentu yaitu empat tahun diharapkan sekolah tersebut mampu dan memenuhi kriteria untuk menjadi SBI. Selama masa rintisan, sekolah melakukan upaya-upaya baik melalui adaptasi atau adopsi mengembangkan delapan SNP dan lainnya dalam kerangka pemenuhan IKKT. Dalam hal ini peran semua pihak, khususnya pemerintah daerah provinsi dan masyarakat diharapkan dapat terlibat sepenuhnya, di samping peran pemerintah pusat juga tinggi, termasuk di dalamnya pemerintah daerah kab/kota. Bentuk tanggung jawab masingmasing pihak tersebut adalah sesuai kewenangannya sebagaimana diatur dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009. Selama masa rintisan, penyelenggaraan RSBI tersebut pada setiap tahunnya dilakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi untuk membina dan sekaligus mengetahui sejauhmana tercapainya pemenuhan IKKT. Sehingga pada saatnya nanti sekolah tersebut dikatakan sebagai SBI atau tidak lagi menjadi rintisan. Bagi sekolah yang ternyata belum atau tidak memenuhi kriteria sebagai SBI, maka akan diupayakan tetap sebagai rintisan secara mandiri di bawah kewenangan pemerintah daerah provinsi. Dan tidak menutup kemungkinan sekolah tersebut justru kembali menjadi SSN.

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

C. Tujuan Diselenggarakan RSBI Tujuan penyelenggaraan RSBI adalah: 1. Untuk membina sekolah yang secara bertahap ditingkatkan dan dikembangkan komponen, aspek, dan indikator SNP dan sekaligus keinternasionalannya; 2. Untuk menghasilkan suatu sekolah yang memenuhi IKKM (SNP) dan memenuhin IKKT sekaligus, sehingga dapat menjadi SBI; 3. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai standar kompetensi lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi pada salah satu sekolah terakreditasi di negara anggota OECD atau negara maju lainnya; 4. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan keunggulan lokal ditingkat internasional; 5. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing dalam berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak, perunggu dan bentuk penghargaan internasional lainnya; 6. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing kerja di luar negeri terutama bagi lulusan sekolah menengah kejuruan; 7. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan berperan aktif secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan dunia dari perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup; 8. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara professional. D. Karakteristik RSBI Pada umumnya sekolah disebut sebagai sekolah internasional antara lain memiliki ciriciri: (a) sebagai anggota atau termasuk dalam komunitas sekolah dari negaranegara/lembaga pendidikan internasional yang ada di negara-negara OECD dan/ atau negara maju lainnya, (b) terdapat guru-guru dari negara-negara tersebut, (c) dapat menerima peserta didik dari negara asing, dan (d) terdapat kegiatan-kegiatan kultur sekolah atau pengembangan karakter peserta didik yang menghargai atau menghormati negara/bangsa lain di dunia, toleransi beragama, menghormati dan saling menghargai budaya tiap bangsa, menghormati keragaman etnis/ras/suku, mampu berkomunikasi berbasis TIK dan berbahasa inggris/asing lainnya, dan sebagainya. Sedangkan rintisan sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang sedang berproses untuk mampu memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, baik dalam hal masukan, proses dan hasil-hasil pendidikan terhadap berbagai komponen, aspek, dan indikator pendidikan. Pada saatnya nanti diharapkan memiliki atau bercirikan keinternasionalan seperti kemitraan dengan bukti nyata berupa perjanjian yang secara substantif terlegitimasi dari salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya (termasuk juga dari dalam negeri) yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Dalam lulusan RSBI diharapkan, selain menguasai kompetensi dengan SNP di Indonesia, juga telah berusaha untuk menguasai kemampuan-kemampuan kunci global tertentu, khususnya dalam bidang matematika, sains, teknologi informasi dan komunikasi serta bahasa asing, agar setara dengan rekannya dari lulusan negara-negara maju tersebut. Untuk itu pengakraban peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang diunggulkan dalam era global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan RSBI. Nilai-nilai progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara Indonesia dengan negara-negara maju, khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi. Perkembangan ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan disiplin ilmu keras (hard science) dan disiplin ilmu lunak (soft science). Disiplin ilmu keras meliputi matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, dan terapannya yaitu teknologi yang meliputi teknologi komunikasi, transportasi, manufaktur, konstruksi, bio, energi, dan bahan. Disiplin ilmu lunak (soft science) meliputi, misalnya, sosiologi, ekonomi, bahasa asing (Inggris, utamanya), dan etika global. Penyelenggaraan RSBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijabarkan dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan dalam Permendiknas nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta dalam Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 Tentang Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 bahwa sekolah harus memenuhi delapan unsur Standar Nasional Pendidikan terdiri dari: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian, dimana semuanya itu merupakan obyek penjaminan mutu pendidikan/sekolah. Sebagai suatu sistem, penjaminan akan mutu internasional dapat ditunjukkan oleh sekolah dengan karakteristik sebagai berikut: a. output/lulusan RSBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global. SNP merupakan standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang berakar Indonesia, namun tidak berarti bahwa output satuan pendidikan tidak boleh melampui SNP. SNP boleh dilampaui asal memberikan nilai tambah yang positif bagi pengaktualan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun spiritualnya. Selain itu, nilai tambah yang dimaksud harus mendukung penyiapan manusia-manusia Indonesia abad ke-21 yang kemampuannya berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental kuat, integritas etik dan moralnya tinggi, dan peka terhadap tuntutan-tuntutan keadilan sosial. Sedang penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global merupakan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bersaing dan berkolaborasi secara global dengan bangsa-bangsa lain, yang

10

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

setidaknya meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang canggih serta kemampuan berkomunikasi secara global. b. proses penyelenggaraan RSBI mampu mengakrabkan, menghayatkan dan menerapkan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir dan canggih), norma-norma untuk mengkonkretisasikan nilai-nilai tersebut, standarstandar, dan etika global yang menuntut kemampuan bekerjasama lintas budaya dan bangsa. Selain itu, proses belajar mengajar dalam SBI harus pro-perubahan yaitu yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru, a joy of discovery, yang tidak tertambat pada tradisi dan kebiasaan proses belajar di sekolah yang lebih mementingkan memorisasi dan recall dibanding daya kreasi, nalar dan eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru. Proses belajar mengajar SBI harus dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera agar mampu mengaktualkan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional maupun spiritualnya sekaligus. Penting digaris bawahi bahwa proses belajar mengajar yang bermatra individual-sosial-kultural perlu dikembangkan sekaligus agar sikap dan perilaku peserta didik sebagai makhluk individual tidak terlepas dari kaitannya dengan kehidupan masyarakat lokal, nasional, regional dan global. Bahasa pengantar yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing (khususnya Bahasa Inggris) dan menggunakan media pendidikan yang bervariasi serta berteknologi mutakhir dan canggih, misalnya laptop, LCD, dan VCD. c. Oleh karenanya, tafsir ulang terhadap praksis-praksis penyelenggaraan proses belajar mengajar yang berlangsung selama ini sangat diperlukan. Proses belajar mengajar di sekolah saat ini lebih mementingkan jawaban baku yang dianggap benar oleh guru, tidak ada keterbukaan dan demokrasi, tidak ada toleransi pada kekeliruan akibat kreativitas berpikir karena yang benar adalah apa yang dipersepsikan benar oleh guru. Itulah yang disebut sebelumnya sebagai memorisasi dan recall. SBI harus mengembangkan proses belajar mengajar yang: (1) mendorong keingintahuan (a sense of curiosity and wonder), (2) keterbukaan pada kemungkinan-kemungkinan baru, (3) prioritas pada fasilitasi kemerdekaan dan kreativitas dalam mencari jawaban atau pengetahuan baru (meskipun jawaban itu salah atau pengetahuan baru dimaksud belum dapat digunakan); dan (4) pendekatan yang diwarnai oleh eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru. d. input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya proses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bertarap internasional meliputi siswa baru (intake) yang diseleksi secara ketat dan masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana, dan lingkungan sekolah. Intake (siswa baru) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SD, ujian akhir sekolah, scholastic aptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes wawancara. Siswa baru SBI memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan berbakat luar biasa. Sementara itu, SBI memiliki instrumental inputs ideal sebagai berikut.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

11

Belajar Untuk Masa Depanku

e. Kurikulum diperkaya (diperkuat, diperluas dan diperdalam) agar memenuhi standar isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari berbagai sekolah dari dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memiliki reputasi internasional. Guru harus memiliki kompetensi bidang studi (penguasaan matapelajaran), pedagogik, kepribadian dan sosial bertaraf internasional, serta memiliki kemampuan berkomunikasi secara internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan salah satu bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Selain itu, guru memiliki kemampuan menggunakan ICT mutakhir dan canggih. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan internasional dalam manajemen, kepemimpinan, organisasi, administrasi, dan kewirausahaan yang diperlukan untuk menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuan komunikasi dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Tenaga pendukung, baik jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya memadai untuk mendukung penyelenggaraan SBI. Tenaga pendukung yang dimaksud meliputi pustakawan, laboran, teknisi, kepala TU, tenaga administrasi (keuangan, akuntansi, kepegawaian, akademik, sarana dan prasarana, dan kesekretariatan. Sarana dan prasarana harus lengkap dan mutakhir untuk mendukung penyelenggaraan RSBI, terutama yang terkait langsung dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik buku teks, referensi, modul, media belajar, peralatan, dsb. Organisasi, manajemen dan administrasi SBI memadai untuk menyelenggarakan SBI, yang ditunjukkan oleh: (1) organisasi: kejelasan pembagian tugas dan fungsi, dan koordinasi yang bagus antar tugas dan fungsi; (2) manajemen tangguh, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi; dan (3) administrasi rapi, yang ditunjukkan oleh pengaturan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan secara efektif dan efisien. Lingkungan sekolah, baik fisik maupun nir-fisik, sangat kondusif bagi penyelenggaraan RSBI. Lingkungan nir-fisik (kultur) sekolah mampu menggalang konformisme perilaku warganya untuk menjadikan sekolahnya sebagai pusat gravitasi keunggulan pendidikan yang bertaraf internasional. Dengan demikian, tolok ukur atau karakteristik RSBI adalah sekolah harus mampu memenuhi delapan obyek atau unsur pendidikan tersebut yang secara rinci dijabarkan dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai jaminan akan mutu pendidikannya yang telah berstandar nasional. Di samping itu, sekolah juga harus mampu memenuhi indikator-indikator kinerja kunci tambahan, yaitu indikator-indikator kinerja sekolah yang berstandar internasional sebagaimana dijelaskan di atas. Secara garis besar dapat dilihat dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009. Secara konsep karakteristik RSBI dapat dilihat dalam Lampiran 1.

12

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB IV PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

Sebagai suatu sistem pendidikan, setiap sekolah harus memenuhi berbagai komponen yang sekaligus menjadi sasaran untuk pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri yaitu terdiri: komponen akreditasi, komponen kurikulum, komponen proses pembelajaran, komponen penilaian, komponen pendidik, komponen tenaga kependidikan, komponen sarana dan prasarana, dan komponen pengelolaan serta komponen pembiayaan pendidikan. Dalam praktik penyelenggaraannya, semua komponen tersebut merupakan obyek penjaminan mutu pendidikan. Maksudnya adalah bahwa mutu pendidikan yang akan dicapai oleh sekolah obyeknya adalah komponen-komponen pendidikan tersebut. Tingkatan dan kualifikasi mutu pendidikan yang akan dicapai sebagai RSBI untuk menuju SBI minimal adalah bertaraf atau setara dengan tingkatan dan kualifikasi mutu pendidikan dari negaranegara anggota OECD, negara maju lain, dan atau sekolah bertaraf internasional lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Komponen-komponen pendidikan dalam sistem tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu dalam IKKM dan IKKT. Oleh karena itu, setiap sekolah yang menyelengarakan pendidikan sebagai RSBI harus didasarkan atas kedua hal tersebut untuk dapat dipenuhi semuanya.

A. Pengertian IKKM dan IKKT dalam Penyelenggaraan SBI Pengertian unsur indikator kinerja kunci minimal (IKKM) di sini adalah suatu standar kinerja sekolah yang meliputi unsur-unsur pendidikan yaitu: akreditasi, kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan pendidikan. Bagi sekolah yang dirintis sebagai SBI, maka diharuskan terlebih dahulu memenuhi standar minimal dari berbagai unsur pendidikan tersebut. Indikator-indikator pendidikan tersebut merupakan kunci pokok yang harus dipenuhi sebagai tolok ukur bahwa sekolah yang bersangkutan minimal telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan semua Permendiknas yang mengatur tentang masing-masing SNP tersebut. Sesuai dengan konsep RSBI yang dikembangkan sebelumnya bahwa RSBI pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan Sekolah yang dirintis untuk memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum internasional. Pengertian SNP yang diperkaya adalah dipahami sebagai pendalaman, perluasan, dan penguatan terhadap tiap komponen pendidikan disebut dengan indikator kinerja kunci tambahan (IKKT), yaitu diperkaya tentang standar isinya, standar proses pembelajarannya, standar kompetensi lulusannya, standar penilaiannya, standar pendidik dan tenaga kependidikannya, standar sarana dan prasarananya, dan standar pengelolaannya serta standar pembiayaannya. Dalam pengayaan tersebut mengenai
13

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

luasan, kedalaman, dan cakupannya sangat ditentukan oleh: (1) kondisi dan kemampuan sekolah; (2) tuntuan di era globalisasi; (3) tujuan yang diinginkan (termasuk visi dan misi sekolah yang bersangkutan); dan (4) dukungan berbagai pemangku kepentingan untuk penyelenggaraan RSBI, termasuk di dalamnya adalah Pemerintah Daerah Provinsi sebagai penyelenggara dan peran pemerintah daerah kabupaten/kota untuk membantunya. Sedangkan pengertian tentang mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya, termasuk yang ada di dalam negeri, adalah yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan tetap pada jati diri bangsa Indonesia. Artinya, RSBI pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia tetap terdapat ciri keindonesiaannya, dimana yang dikatakan bertaraf di sini misalnya dilihat dari kelulusan adalah sebagai rintisan berusaha untuk dapat bertaraf tentang kompetensi, kemampuan, dan profesionalitas lulusan minimal sama atau lebih tinggi daripada kompetensi, kemampuan, dan profesionalitas lulusan dari sekolah internasional dari negara-negara tersebut. Misalnya, lulusan RSBI di Indonesia bidang metematika harus minimal sama dengan lulusan sekolah internasional dari salah satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya, termasuk yang ada di dalam negeri, yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Demikian pula halnya untuk bidang-bidang lainnya yaitu sains (IPA), Bahasa Inggris, TIK, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemaknaan mengacu di sini dalam hal kelulusan lebih dititikberatkan kepada kesesamaan atau kesetaraan akan kompetensi, kemampuan, dan profesionalitasnya. B. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan atau IKKM dalam Penyelenggaraan RSBI Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagi sekolah yang bertaraf internasional (RSBI) harus memenuhi dua indikator kinerja sekolah, yaitu Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT). Sebagai RSBI maka wajib berusaha selama menjadi rintisan mampu memenuhi IKKM ini, karena komponenkomponen IKKM merupakan standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan dalam UUSP Nomor 20 Tahun 2003, dijabarkan lebih lanjut dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih lanjut dioperasionalkan dalam Peraturan atau Keputusan Menteri Pendidikan Nasional serta Kebijakan Direktorat Pembinaan SMP, yaitu sebagai SNP minimal yang terdiri dari pemenuhan terhadap standar kompetensi lulusan, standar isi, pemenuhan standar proses pembelajaran, pemenuhan standar penilaian, pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan, pemenuhan standar sarana dan prasarana, pemenuhan standar pengelolaan, dan pemenuhan standar pembiayaan pendidikan. Apabila telah memenuhi IKKM ini, maka sekolah akan lebih mudah untuk memenuhi IKKT-nya. Sebagai pedoman RSBI dalam pemenuhan SNP (IKKM) ini adalah telah diatur dalam beberapa peraturan perundangan, seperti: 1. Pemenuhan SKL mengacu kepada Permendiknas No 23 Tahun 2006

14

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

2. Pemenuhan standar isi mengacu kepada Permendiknas No 22 Tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 dan No 6 Tahun 2007 tentang Implementasi Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 3. Pemenuhan standar proses mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007 4. Pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan mengacu kepada Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah, Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pengaturan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan. 5. Pemenuhan standar Sarana dan Prasarana Pendidikan mengacu kepada Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan, Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Pelaksanaan dan Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP, dan Permendiknas No 24 Th 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana 6. Pemenuhan standar pengelolaan mengacu kepada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dan termasuk pemenuhan akreditasi sekolah mengacu kepada Permendiknas Nomor 12 Tahun 2009. 7. Pemenuhan standar pembiayaan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dan Permendiknas No 78 Tahun 2009. 8. Pemenuhan standar penilaian mengacu kepada Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007.

1. Pemenuhan Standar Isi Sebagai sekolah yang dirintis menuju bertaraf internasional, maka dalam penyelenggaraan pendidikannya harus memenuhi standar isi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Dijelaskan bahwa Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, termasuk di dalamnya adalah jenjang SMP. Standar isi secara keseluruhan mencakup: (1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, (2) beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, (3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, yang dalam hal ini disusun dalam Buku-1 KTSP termasuk di dalamnya adalahstruktur kurikulum dan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan (4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

15

Belajar Untuk Masa Depanku

a. Kerangka Dasar Kurikulum Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum antara lain: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; beragam dan terpadu; tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni; relevan dengan kebutuhan kehidupan; menyeluruh dan berkesinambungan; belajar sepanjang hayat; seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum: siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan; menegakkan 5 pilar belajar; peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan percepatan; suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat; menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah; dan diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan. Struktur kurikulum yang harus dikembangkan dan disusun adalah: kedalaman muatan kurikulum dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai siswa dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum; (a) merupakan pola dan susunan matapelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran; (c) kompetensi terdiri dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL); dan (d) muatan Lokal dan Pengembangan Diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum sekolah b. Beban Belajar Beban belajar diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sistem : (a) Tatap Muka (TM), yaitu kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidikan, (b) Penugasan Terstruktur (PT), yaitu kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk siswa, dirancang guru untuk mencapai kompetensi Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh guru dan (c) Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT), yaitu kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk siswa, dirancang guru untuk mencapai kompetensi - Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh siswa.

16

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Dalam sistem penyelenggaraan dapat dilaksanakan dengan system paket dan system SKS. Sistem penyelenggaraan paket adalah dimana program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh mata pelajaran dan beban studi yang sudah ditetapkan untuk setiap tingkatan kelas, sesuai dengan struktur yang berlaku pada satuan pendidikan dimaksud. Sedangkan Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri jumlah beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester. Dan untuk meningkatkan atau mencapai ketuntasan yang diinginkan, maka diperlukan adanya program pengembangan diri. Pengembangan diri pada dasarnya adalah: tidak termasuk beban belajar, karena substansinya dipilih sendiri oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat, serta dalam pelaksanaannya dialokasikan waktu ekuivalen 2 (dua) jam pelajaran. c. KTSP Operasional (Kurikulum Sekolah) Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sekolah dan Kepala Sekolah mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan : kerangka dasar kurikulum, dan standar kompetensi di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau Provinsi. d. Kalender sekolah/pendidikan Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, dan hari libur. 2. Pemenuhan Standar Proses Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, dimana proses pembelajaran ditinjau dari sisi manajemen adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan, sehingga terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Karakteristik proses pembelajaran tersebut haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memberikan motivasi kepada peserta didik agar mampu membangkitkan semangat belajar, kreatif, dinamis, dan mandiri sesuai dengan bakat dan minatnya. Kondisi seperti inilah yang diharapkan dapat terjadi dalam proses pembelajaran. Seperti diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa setiap sekolah harus memenuhi standar proses, sebagaimana tertuang dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Standar proses adalah kriteria minimal SNP yang meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

17

Belajar Untuk Masa Depanku

Standar perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang kelas, yang sekurang-kurangnya memuat standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi: (a) persyaratan yang harus dipenuhi yaitu: jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, beban tugas minimal pendidik, sumber belajar, rasio maksimal peserta didik dan guru, dan pengelolaan kelas; (b) pelaksanaan pembelajaran yang meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup pembelajaran. Sedangkan untuk penilaian hasil belajar harus mengacu kepada standar penilaian yang menekankan pada proses dan hasil pendidikan. Pelaksanaan penilaian harus dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram, yang selanjutnya akan dijelaskan dalam bab tersendiri. Standar pengawasan proses pembelajaran dilakukan yang dibedakan dalam pengawasan yang bersifat pemantauan, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran. Pelaporan-pelaporan pemantauan, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran harus dibuat dan dipergunakan untuk masukan, perbaikan, dan tindak lanjut terhadap substnasi, pendukung, dan pelaksana pembelajaran itu sendiri sehingga dapat lebih ditingkatkan proses pelaksanaan pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian sampai dengan pengawasan berikutnya. 3. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka dalam penyelenggaraan pendidikan RSBI harus memenuhi (dalam pengertian menghasilkan lulusan) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan SMP, Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran, dan Standar Kompetensi Lulusan per Mata Pelajaran, yaitu: a. Standar Kompetensi Lulusan SMP: 1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja 2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri 3) Menunjukkan sikap percaya diri 4) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas 5) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional 6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumbersumber lain secara logis, kritis, dan kreatif 7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif 8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya

18

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

9) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari 10) Mendeskripsi gejala alam dan sosial 11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab 12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 13) Menghargai karya seni dan budaya nasional 14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya 15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang 16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun 17) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat 18) Menghargai adanya perbedaan pendapat 19) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana 20) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana 21) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah 22) Memahami dan menghayati jiwa kewirausahaan. b. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran: Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompokkelompok mata pelajaran, yaitu: (1) Agama dan Akhlak Mulia;(2) Kewarganegaraan dan Kepribadian;(3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (4) Estetika;dan (5) Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan. Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) untuk masing-masing satuan pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut: 1) Agama dan Akhlak Mulia a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja b) Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan c) Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dan santun yang d) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan e) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntunan agamanya f) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab g) Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama 2) Kewarganegaraan dan Kepribadian

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

19

Belajar Untuk Masa Depanku

a) Menerapkan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia b) Mematuhi aturan-aturan sosial, hukum dan perundangan c) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional d) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab e) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri f) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun g) Menunjukkan sikap percaya diri h) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis i) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya j) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya k) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, dan aman dalam kehidupan sehari-hari l) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat m)Menghargai adanya perbedaan pendapat n) Menghargai karya seni dan budaya nasional Indonesia 3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi a) Mencari dan menerapkan informasi secara logis, kritis, dan kreatif b) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif c) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya d) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari e) Mendeskripsi gejala alam dan sosial f) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab g) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya h) Menerapkan hidup bersih, sehat bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang i) Memiliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris sederhana k) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah

4) Estetika a) Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi seni b) Menghargai karya seni, budaya, dan keterampilan sesuai dengan kekhasan lokal c) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni 5) Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

20

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

a) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan waktu luang dengan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab b) Mencari dan menerapkan berbagai informasi tentang potensi sumber daya lokal untuk menunjang hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan waktu luang

c. Standar Kompetensi Lulusan Tiap Mata Pelajaran SMP: 1) Pendidikan Agama Islam SMP a) Menerapkan tata cara membaca Al-quran menurut tajwid, mulai dari cara membaca Al- Syamsiyah dan Al- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf b) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna c) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah d) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat e) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara 2) Pendidikan Agama Kristen SMP a) Menjelaskan karya Allah dan penyelamatan bagi manusia dan seluruh ciptaan b) Menginternalisasi nilai-nilai kristiani dengan menanggapinya secara nyata c) Bertanggung jawab terhadap diri dan sesamanya, masyarakat dan gereja sebagai orang yang sudah diselamatkan 3) Pendidikan Agama Katolik SMP a) Peserta didik dapat menguraikan pemahaman tentang pribadinya sebagai pria dan wanita yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan untuk berelasi dengan sesama dan lingkungannya. b) Peserta didik dapat menguraikan pemahamannya tentang Yesus Kristus dan bagaimana meneladani Yesus yang mewartakan Bapa dan Kerajaan Allah c) Peserta didik dapat menguraikan makna Gereja sebagai sakramen keselamatan dan bagaimana mewujudkannya dalam hidup nyata. d) Peserta didik dapat menguraikan pamahaman tentang hidup bermasyarakat dan bagaimana melaksanakan kehidupan bermasyarakat sesuai ajaran Firman Allah dan pengajaran Yesus Kristus. 4) Pendidikan Agama Hindu SMP a) Meyakini kemahakuasaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) sebagai Asta Aiswarya, Awatara, Dewa dan Bhatara

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

21

Belajar Untuk Masa Depanku

b) Memahami ajaran Sad Ripu, Sad Atatayi, Sapta Timira sebagai aspek diri yang harus dihindari c) Memahami latar belakang timbulnya Yadnya dan hakikatnya d) Memahami Weda sebagai kitab suci dan para Rsi penerima wahyu e) Memahami keberadaan orang suci agama Hindu f) Memahami hari-hari suci keagamaan dan hakikatnya g) Memahami ajaran kepemimpinan Hindu h) Memahami hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit i) Memahami Dharma Gita, sejarah masuknya agama Hindu ke Indonesia, dan keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia 5) Pendidikan Agama Buddha SMP a) Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tri Ratna dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan kebijaksanaan (panna) b) Membaca Paritta dan Dhammapada serta mengerti artinya c) Beribadah (kebaktian) dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan masing-masing aliran d) Meneladani sifat, sikap dan kepribadian Buddha, Bodhisattva, dan para peserta didik utama Buddha e) Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk memecahkan masalah f) Memahami sejarah kehidupan Buddha Gotama g) Mengungkapkan sejarah perkembangan agama Buddha h) Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan di SMA 6) Pendidikan Kewarganegaraan SMP a) Memahami dan menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara b) Menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sesuai dengan suasana kebatinan konstitusi pertama c) Menghargai perbedaan dan kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat dengan bertanggung jawab d) Menampilkan perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 e) Menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan kehidupan demokrasi dan kedaulatan rakyat f) Menjelaskan makna otonomi daerah, dan hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah g) Menunjukkan sikap kritis dan apresiatif terhadap dampak globalisasi h) Memahami prestasi diri untuk berprestasi sesuai dengan keindividuannya 7) Bahasa Indonesia SMP a) Mendengarkan

22

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian berita radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah, dan pembacaan berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair, kutipan, dan sinopsis novel b) Berbicara Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama c) Membaca Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel remaja, antologi puisi, novel dari berbagai angkatan d) Menulis Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama, puisi, dan cerpen 8) Bahasa Inggris SMP a) Mendengarkan Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari b) Berbicara Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari c) Membaca Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari d) Menulis Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari 9) Matematika SMP a) Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya (komutatif, asosiatif, distributif), barisan bilangan sederhana (barisan aritmetika dan sifat-sifatnya), serta penggunaannya dalam pemecahan masalah

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

23

Belajar Untuk Masa Depanku

b) Memahami konsep aljabar meliputi: bentuk aljabar dan unsur-unsurnya, persamaan dan pertidaksamaan linear serta penyelesaiannya, himpunan dan operasinya, relasi, fungsi dan grafiknya, sistem persamaan linear dan penyelesaiannya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah c) Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran dan pengukurannya, meliputi: hubungan antar garis, sudut (melukis sudut dan membagi sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segi empat, teorema Pythagoras, lingkaran (garis singgung sekutu, lingkaran luar dan lingkaran dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok, prisma, limas dan jaring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung, kerucut, bola, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah d) Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel, gambar, diagram, grafik), rentangan data, rerata hitung, modus dan median, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah e) Memahami konsep ruang sampel dan peluang kejadian, serta memanfaatkan dalam pemecahan masalah f) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan g) Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama 10) Ilmu Pengetahuan Alam SMP a) Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh b) Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi keragamannya berdasarkan ciri, cara-cara pelestariannya, serta saling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam ekosistem c) Memahami sistem organ pada manusia dan kelangsungan makhluk hidup d) Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan wujud zat, perubahan, dan kegunaannya e) Memahami konsep gaya, usaha, energi, getaran, gelombang, optik, listrik, magnet dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari f) Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya 11) Ilmu Pengetahuan Sosial SMP a) Mendeskripsikan keanekaragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan b) Memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian manusia c) Membuat sketsa dan peta wilayah serta menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan d) Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di geosfer dan dampaknya terhadap kehidupan e) Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan sejak Pra-Aksara, Hindu Budha, sampai masa Kolonial Eropa

24

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

f) Mengidentifikasikan upaya penanggulangan permasalahan kependudukan dan lingkungan hidup dalam pembangunan berkelanjutan g) Memahami proses kebangkitan nasional, usaha persiapan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia h) Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya dan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan, serta mengidentifikasi berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya i) Mengidentifikasi region-region di permukaan bumi berkenaan dengan pembagian permukaan bumi atas benua dan samudera, keterkaitan unsurunsur geografi dan penduduk, serta ciri-ciri negara maju dan berkembang j) Mendeskripsikan perkembangan lembaga internasional, kerja sama internasional dan peran Indonesia dalam kerja sama dan perdagangan internasional, serta dampaknya terhadap perekonomian Indonesia k) Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi serta mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya l) Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi berupa kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan 12) Seni Budaya SMP a) Seni Rupa Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui gambar bentuk obyek tiga dimensi yang ada di daerah setempat Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui gambar/ lukis, karya seni grafis dan kriya tekstil batik daerah Nusantara Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa murni yang dikembangkan dari beragam unsur seni rupa Nusantara dan mancanegara. b) Seni Musik Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu daerah setempat secara perseorangan dan berkelompok. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu tradisional nusantara secara perseorangan dan kelompok Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu mancanegara secara perseorangan dan kelompok c) Seni Tari Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari daerah setempat Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari Nusantara Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari mancanegara d) Seni Teater Mengapresiasi dan bereksplorasi teknik olah tubuh, pikiran dan suara

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

25

Belajar Untuk Masa Depanku

Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater terhadap keunikan dan pesan moral seni teater daerah setempat Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater terhadap keunikan dan pesan moral seni teater Nusantara Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater tradisional, modern dan kreatif terhadap keunikan dan pesan moral seni teater daerah setempat, Nusantara dan mancanegara 13) a) b) c) d) e) f) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar permainan, olahraga serta atletik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Mempraktekkan senam lantai dan irama dengan alat dan tanpa alat Mempraktekkan teknik renang dengan gaya dada, gaya bebas, dan gaya punggung Mempraktekkan teknik kebugaran dengan jenis latihan beban menggunakan alat sederhana Mempraktekkan kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti melakukan perkemahan, penjelajahan alam sekitar dan piknik Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan tubuh serta lingkungan, mengenal berbagai penyakit dan cara pencegahannya serta menjauhi narkoba

14) Keterampilan SMP a) Kerajinan Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan untuk fungsi pakai/hias berbahan lunak alami maupun buatan dengan teknik lipat, potong dan rekat serta teknik butsir dan cetak dengan ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan jahit dan sulam dengan ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan anyaman dan makrame Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik potong sambung dan teknik potong konstruksi dengan ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik sayat dan ukir dengan ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya b) Teknologi Rekayasa Mengapresiasi dan menciptakan karya teknologi rekayasa alat penerangan dan alat yang menimbulkan suara dengan listrik arus lemah (baterai) Mengapresiasi dan menerapkan karya teknologi rekayasa penjernihan air dengan teknologi mekanis dan teknologi kimia Mengapresiasi dan membuat benda teknologi rekayasa alat yang berputar secara mekanis dan digerakkan dengan listrik c) Teknologi Budidaya Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya pemeliharaan dan perawatan hewan unggas petelor dan bibit hewan unggas
26

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya tanaman obat dan tanaman hias yang menggunakan media tanah Mengapresiasi dan menerapan teknologi budidaya ikan air tawar dan ikan hias air tawar di dalam kolam d) Teknologi Pengolahan Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan manisan basah dan kering bentuk padat dari bahan nabati Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk pengawetan bahan mentah nabati dan hewani dengan cara diasinkan Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk pengawetan bahan nabati dan hewani dengan cara dikeringkan 15) Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP a) Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya di masa datang b) Menguasai dasar-dasar ketrampilan komputer c) Menggunakan perangkat pengolah kata dan pengolah angka untuk menghasilkan dokumen sederhana d) Memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk memperoleh informasi

4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seperti telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kualifikasi akademik ditempuh melalui pendidikan formal atau melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi akademik yang ditempuh melalui pendidikan formal adalah minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sedangkan kualifikasi akademik guru yang ditempuh melalui uji kelayakan dan kesetaraan adalah bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijasah dan pelaksanaannya dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi kewenangan untuk menguji untuk diangkat menjadi guru. Kualifikasi akademik yang melalui uji ini sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi guru dalam bidang-bidang yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi. Sedangkan standar kompetensi guru yang juga harus dipenuhi adalah terdiri dari: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Sebagai bukti bahwa guru telah memenuhi persyaratan sebagai pendidik yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi, maka diwajibkan juga memiliki sertifikat dalam jabatannya sebagai guru yang dapat diperoleh melalui sertifikasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini telah ditetapkan melalui Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

27

Belajar Untuk Masa Depanku

Selain guru atau tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi, maka tenaga kependidikan lain juga harus memenuhi persyaratan, khususnya tentang kepala sekolah. Hal ini telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Dijelaskan bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Standar kepala sekolah pada jenjang SMP harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi. Kualifikasi kepala sekolah terdiri atas kualifikasi umum dan kualifikasi khusus. Kualifikasi umum meliputi: (a) memiliki kualifikasi akademik S1 arai D-IV kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi, (b) pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun, (c) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun, dan (d) memiliki pangkat serendah-rendahnya IIIC bagi PNS dan non PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang. Kualifikasi khusus adalah: berstatus sebagai guru SMP, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP, dan memilki sertifikat kepala sekolah SMP yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah. Disamping kepala sekolah memenuhi persyaratan kualifikasinya, maka juga dituntut memenuhi kompetensinya, yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Selanjutnya dalam hal pemenuhan tenaga kepandidikan lainnya, seperti laboran, tenaga tata usaha/karyawan, dan sebagainya dapat mengacu kepada peraturan lain yang maih relevan. 5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana Standar sarana dan prasarana merupakan kebutuhan utama sekolah juga yang harus terpenuhi sesuai dengan amanat UUSPN No 20 Th 200, PP No 19 Th 2005, dan Permendiknas No 24 Th 2007. Selain itu, juga harus memenuhi dari ketentuan pembakuan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dijabarkan dalam: (1) Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan; (2) Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP; dan (3) Panduan Pelaksanaan dan Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP. Standar sarana dan prasarana pendidikan yang dimaksudkan di sini baik mengenai jumlah, jenis, volume, luasan, dan lain-lain sesuai dengan kategori atau tipe sekolahnya masingmasing. 6. Pemenuhan Standar Pengelolaan Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional. Beberapa aspek standar pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi adalah meliputi: (1) perencanaan program, (2)

28

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

pelaksanaan rencana kerja, (3) pengawasan dan evaluasi, (4) kepemimpinan sekolah/madrasah, dan (5) sistem informasi manajemen. Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi sekolah, tujuan sekolah, rencana kerja sekolah. Standar pelaksanaan rencana kerja sekolah, maka harus terpenuhi dan terealisasi beberapa aspek dalam penyelenggaraan pendidikan yaitui: kepemilikan pedoman-pedoman sekolah yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis, struktur organisaisi sekolah, pelaksanaan kegiatan, bidang kesisweaan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, dan peran serta masyarakat dan kemitraan. Pengawasan dan evaluasi yang harus juga dipenuhi dan dilaksanakan sekolah adalah: aspek-aspek program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan, evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan akreditasi sekolah. Kepemimpinan sekolah yang diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah antara lain: adanya kepala sekolah yang memenuhi persyaratan, minimal satu wakil kepala sekolah yang dipilih secara demokratis, kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) sekolah, dan terdapat pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada wakilnya. Sedangkan sistem informasi manajemen (SIM) merupakan suatu sistem yang mengaplikasikan berbagai bidang pendidikan berbasiskan komputer/internet. Hal ini diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah untuk mengelola dan mendukung berbagai administrasi sekolah, memberikan fasilitas yang efisien, dan sebagai bentuk layanan informasi dan komunikasi kepada para pemangku kepentingan. Salah satu komponen SNP atau IKKM yang harus dipenuhi juga adalah komponen akreditasi sekolah. Akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan dan/atau program pendidikan, yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan alat regulasi (self-regulation) agar sekolah mengenal kekuatan dan kelemahan serta melakukan upaya yang terus-menerus untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahannya. Dalam hal ini akreditasi memiliki makna proses pendidikan. Di samping itu, akreditasi juga merupakan penilaian hasil dalam bentuk sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah yang telah memenuhi standar layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di dalam proses akreditasi, sebuah sekolah dievaluasi dalam kaitannya dengan arah dan tujuannya, serta didasarkan kepada keseluruhan kondisi sekolah sebagai sebuah institusi belajar berdasarkan pada standar mutu tertentu. Standar diharapkan dapat mendorong dan menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan, yaitu standar mutu nasional maupun internasional. Proses akreditasi sekolah berfungsi untuk: (a) pengetahuan, yakni sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

29

Belajar Untuk Masa Depanku

yang terkait, mengacu pada standar yang ditetapkan beserta indikator-indikatornya; (b) akuntabilitas, yakni sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah kepada publik, apakah layanan yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat; (c) pembinaan dan pengembangan, yakni sebagai dasar bagi sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan atau pengembangan mutu sekolah. Hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai: acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan rencana pengembangan sekolah; umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah; pendorong motivasi untuk sekolah agar terus meningkatkan mutu sekolahnya secara bertahap, terencana, dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional bahkan regional dan internasional. Beberapa langkah yang perlu dilakukan sekolah dalam persiapan akreditasi adalah sebagai berikut: (a) pemantapan rencana pengembangan sekolah dan komponen akreditasi, (b) pembentukan/pemantapan tim penjamin mutu sekolah, (c) pemantapan sistem informasi manajemen, (d) pra-evaluasi diri untuk mengetahui kesiapan sekolah, (e) pengembangan dan pemantapan komponen sekolah, (f) evaluasi diri dan penyiapan aplikasi akreditasi. Strategi sekolah dalam pelaksanaan akreditasi antara lain dapat ditempuh dengan: (a) penyiapan warga seklah, (b) penyiapan dokumen dan komponen akreditasi, (c) pendampingan dan penjelasan selama visitasi, dan (d) klarifikasi temuan. Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah. Peringkat tersebut terdiri atas tiga klasifikasi berdasarkan skor keseluruhan komponen yang diperoleh, yaitu: A (Amat Baik); B (Baik); C (Cukup). Bagi sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C (Cukup), dinyatakan tidak terakreditasi. Setelah menerima hasil akreditasi dan saran-sarannya, sekolah perlu mencermati, menindaklanjuti, dan melakukan refleksi terhadap hasil akreditasi dan saransarannya. Apabila memperoleh akreditasi A (Amat Baik) atau B (Baik), sekolah tetap mencermati hasil penilaian dan saran pada setiap komponen. Pada komponenkomponen yang masih belum optimal hasilnya, sekolah perlu mengkaji apa penyebabnya dan bagaimana strategi untuk mengoptimalkan. Hasil C (Cukup) pada dasarnya belum menunjukkan kinerja sekolah yang memuaskan. Apalagi kalau hasilnya tidak terakreditasi. Beberapa atau bahkan pada setiap komponen masih terdapat indikator-indikator yang kondisi/mutunya kurang baik. Sekolah, termasuk tim penjamin mutu perlu melakukan pengkajian secara sistematis. Komponen apa saja yang kurang baik dan apa penyebabnya serta upaya apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya. Sekolah diberi kesempatan dua tahun untuk meningkatkan kinerjanya, kemudian bisa mengajukan akreditasi lagi. Dengan demikian sebagai SBI, maka sekolah harus terus menerus melakukan upaya untuk mempertahankan mutu pendidikan dengan nilai akreditasi sekolah (IKKM) yang maksimal yaitu A sebagai sekolah bertaraf internasional.

30

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

7. Pemenuhan Standar Pembiayaan Dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 telah ditetapkan bahwa setiap sekolah harus memenuhi standar pembiayaan yang memadai yang didasarkan atas kebutuhan pencapain ketuntasan kompetensi, sebagaimana yang ada dalam kurikulum sekolah. Diasumsikan bahwa, makin tinggi standar prestasi atau hasil-hasil pendidikan yang dituntut atau ditetapkan, maka akan memerlukan pembiayaan yang makin tinggi pula. Rendahnya prestasi atau hasil-hasil pendidikan antara lain disebabkan oleh karena rendahnya standar pembiayaan pendidikan. Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama, baik pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota serta masyarakat maupun orang tua peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kewajiban masing-masing sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan. Pembiayaan meliputi biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan pendidikan, dan biaya pribadi. Sekolah diharapkan mampu menggali potensi daerah, masyarakat, dan lingkungan untuk pemenuhan standar penyelenggaraan atau bakan biaya satuan pendidikan tersebut. Namun demikian, penetapan standar pembiayaan pendidikan ini tetap harus memperhatikan aspek: gender, latar belakang ekonomi peserta didik/orang tua, geografi, dan sebagainya. Pemerintah melalui dana BOS diharapkan dapat memberikan stimulan kepada stakeholder lain dalam kerangka memenuhi standar pendidikan pada setiap sekolah/daerah. Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota sangat diharapkan untuk menetapkan standar biaya pendidikan, sehingga dapat diketahui sejauhmana kekurangan yang diperlukan dari BOS pusat yang ada untuk dipenuhi oleh pemerintah daerah dalam upaya memenuhi tuntutan mutu pendidikan yang ditetapkan. Apabila ternyata dari pemerintah dan pemerintah daerah belum cukup, maka masyarakat dapat memberikan bantuan kepada skolah, melalui pungutan sekolah dan atau sumbangan menurut kemampuan masyarakat. 8. Pemenuhan Standar Penilaian Standar penialaian pendidikan adalah SNP yang berkaitan dengan prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Hal ini sesui dengan PP No 19 Th 2005 dan Permendiknas No 20 Tahun 2007. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan untuk pengambilan keputusan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian adalah: bertujuan mengukur pencapaian kompetensi, menggunakan acuan kriteria yaitu membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditentukan/ditetapkan, dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan, hasil penilaian dipergunakan sebagai tindak lanjut berupa perbaikan (remidial), pengayaan, dan percepatan pencapaian kompetensi peserta didik, serta penilaian disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam pembelajaran.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

31

Belajar Untuk Masa Depanku

Penilaian juga dapat dipergunakan untuk perbaikan dan peningkatan program penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan penilaian harus dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyajian hasil, sampai dengan pemanfaatan atau tindak lanjut penilaian. Pelaksanaan penilaian atau asesmen pada dasarnya adalah prosedur atau langkah-langkah untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik, yang dapat dilakukan melalui pengukuran dengan hasil bersifat numerik/kuantitaif, dan/atau non pengukuran dengan hasil bersifat deskriptif atau kualitatif. Evaluasi merupakan kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program dan berfokus kepada keberhasilan program tersebut atau kelompok peserta didik apakah berhasil atau gagal. Dalam lingkup mikro, maka evaluasi merupakan penilaian sistemik terhadap keberhasilan suatu program untuk mengetahui kemampuan, kreativitas, sikap, minat, bakat, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan penilaian harus memenuhi beberapa prinsip penilaian, yaitu: valid, reliabel, jujur, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil, terbuka, menyeluruh, terpadu, berkesinambungan, mengakui kompetensi yang telah dimiliki, dan menggunakan acuan kriteria. Berdasarkan perencanaan dan penafsiran hasil penilaian, maka acuan penilaian yang dipergunakan dapat menggunakan dua macam yaitu acuan norma dan atau acuan kriteria. Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang berbeda dan digambarkan menurut distribusi normal. Hasil tes seseorang dibandingkan dengan hasil tes keseluruhan dalam kelompoknya, sehingga diketahui posisi seseorang tersebut. Sedangkan tes acuan kriteria berasumsi bahwa semua orang mampu relajar apa saja, kapan, dan dimana saja. Dalam acuan kriteria, penafsiran hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai peserta didik harus ditetapkan terlebih dahulu. Hasil-hasil pencapaian ketuntasan oleh peserta didik berdasarkan hasil tes dengan acuan kriteria ini dapat dipergunakan untuk perbaikan/remidi, pengayaan, atau percepatan, dan juga dapat dipergunakan sebagai salah satu persyaratan untuk kenaikan kelas peserta didik. Untuk mewujudkan sistem penilaian yang memenuhi kriteria di atas, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan atau memenuhi kualitas penilaian itu sendiri, baik kualitas alat atau instrumen penilaian yang dipergunakan maupun kualitas dalam pelaksanaan penilaian itu sendiri. Kualitas instrumen ditentukan oleh kesahihan, kehandalan, dan efisiensi; sedangkan pelaksanaannya berkaitan dengan keadaan penilai, yang dinilai, cara menilai, dan kondisi penilaian. Kesahihan atau validitas berkaitan dengan ketepatan pengukuran, kehandalan atau reliabilitas berkaitan dengan keajegan hasil-hasil penilaian, dan efisiensi berkaitan dengan kemudahan dan murahnya penggunaan instrumen penilaian. Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan ujian nacional sebagaimana amanat UUSPN No 20 Tahun 2003, sehingga setiap sekolah yang ditetapkan sebagai SBI tetap wajib mengikutinya. Demikian juga halnya sekolah, juga

32

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

wajib mengadakan ujian sekolah sebagai tolok ukur untuk penentuan kelulusan peserta didik. Antara hasil ujian sekolah dan ujian nacional adalah sama-sama kedudukkannya, yaitu untuk menentukan kelulusan peserta didik. Ujian nacional bukan satu-satunya penentu kelulusan, demikian halnya ujian sekolah juga bukan satu-satunya untuk menentukan kelulusan peserta didik. . C. Pemenuhan IKKT bertaraf internasional (pengayaan, perluasan, dan pendalaman SNP) dalam Penyelenggaraan RSBI Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sekolah yang termasuk sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional harus memenuhi Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT), yaitu sebagai ciri-ciri keinternasionalan sekolah. Dimana IKKT ini merupakan syarat mutlak bagi RSBI yang harus dipenuhi sebelum ditetapkan sebagai SBI. Pemenuhan IKKT oleh sekolah dapat dilakukan secara bertahap dan dengan skala prioritas. Sebagai tambahan dari komponen-komponen dalam IKKM, maka IKKT adalah merupakan pengayaan dari tiap standar, komponen, aspek, dan indikator dalam IKKM tersebut. Makin banyak komponen IKKM yang dapat ditambahkan (yang berarti makin banyak pengayaan, perluasan, dan pendalaman), maka akan makin kuat eksistensi sebagai sekolah yang dirintis menjadi SBI untuk benar-benar nantinya sebagai SBI. Adapun komponen-komponen IKKM yang dapat dikembangkan atau ditambahkan untuk memenuhi jaminan mutu pendidikan yang dirintis atau setelah menjadi bertaraf internasional antara lain sebagai berikut: 1. Pengayaan, perluasan, penyelenggaraan SBI dan pendalaman (IKKT) Standar Isi dalam

Dalam pengayaan atau pengembangan standar isi SNP menjadi bertaraf internasional sebagai indikator kinerja kunci tambahan (IKKT), dapat dilakukan dengan adopsi atau adaptasi. Penambahan atau pengembangan Standar Kompetensi (SK) dan atau beberapa Kompetensi Dasar (KD) serta indikatorindikator kompetensi dari masing-masing SKL SMP, SK-KMP, dan SKL tiap mata pelajaran. Cakupan, luasan, dan kedalaman masing-masing (SK,KD, dan indikator kompetensi) disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Diharapkan sekolah mampu mengembangkan (dalam pengertian lebih tinggi/banyak) SK, KD, dan indikator kompetensi tersebut sesuai dengan standar yang ada dan berlaku di sekolah bertaraf internasional baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Standar isi yang telah diperkaya atau dikembangkan SK, KD atau IK-nya, maka selanjutnya dikembangkan menjadi suatu silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berlaku untuk selama tiga tahun pembelajaran. Semua itu kemudian disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di sekolah yang bersangkutan sebagai SBI. Sistematika dan format

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

33

Belajar Untuk Masa Depanku

pembuatan KTSP ini dapat mengacu dari ketentuan yang telah ada selama ini. Dengan demikian, ditinjau dari kurikulum yang dilaksanakan, SBI dengan kurikulum yang benar-benar telah menjamin mutu pendidikannya bertaraf internasional. Direktorat Pembinaan SMP telah memberikan beberapa contoh pengayaan atau pengembangan standar isi SNP untuk menjadi bertaraf internasional, khususnya untuk Mata Pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD, yaitu: a. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata pelajaran Matematika adalah tentang: Tesselasi, Estimasi dan Aproksimasi, Strategi Pemecahan Masalah, dan ICT matematika. b. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata pelajaran IPA adalah tentang: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan, Materi dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam Semesta c. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata pelajaran Bahasa Inggris seperti terlihat di bawah ini yang digaris bawah dan cetak tebal: 1) Mendengarkan: Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.) dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi. 2) Berbicara: Mengungkapkan makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.) dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi. 3) Membaca: Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.) dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi. 4) Menulis: Mengungkapkan makna dalam wacana tertulis interpersonal dan transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.) dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi.

34

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

d. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata pelajaran TIK/PTD terdapat penambahan SK/KD dalam SKL Menggunakan perangkat pengolah kata, pengolah angka, pengolah basis data, pengolah grafis dan pengolah animasi untuk menghasilkan karya informasi (lihat garis bawah). Di samping itu juga terdapat penambahan muatan Standar Isi dalam Mata Pelajaran PTD, yaitu: sistem teknik, teknologi pengendali, teknologi konstruksi, dan yang pilihan antara lain meliputi teknologi produksi, teknologi transportasi, dan teknologi penjernihan air. Selanjutnya sekolah dapat mengembangkan sendiri bersama stakeholder lain tentang Standar Isi ini untuk mata pelajaran lainnya, seperti IPS; Olah raga, kesehatan, dan jasmani; Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Pendidikan Berbasis Keunggulan Global, Seni Budaya, dan sebagainya sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah atau daerah. 2. Pengayaan, perluasan, penyelenggaraan SBI dan pendalaman (IKKT) Standar Proses dalam

Mengajar atau teaching adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan peserta didik, dan bukan pada apa yang dipelajari peserta didik. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran perlu direncanakan dan dirancang secara optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan. Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal; (b) Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik peserta didik karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan, (c) Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media dan sumber belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

35

Belajar Untuk Masa Depanku

secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang profesional dan peduli terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya. Penilaian hasil belajar terhadap peserta didik dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long contiuning education). Prinsip pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai kefektifan dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, antara lain: (a) Pembelajaran berfokus pada peserta didik (student cenrtered), artinya orientasi pembelajaran terfokus kepada peserta didik. Peserta didik menjadi subyek pembelajaran dan kecepatan belajar peserta didik yang tidak sama perlu diperhatikan, (b) Pembelajaran terpadu (integrated learning), maksudnya pengelolaan pembelajaran/KBM dilakukan secara integratif. Semua tujuan pembelajaran yang berupa kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir, yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan, (c) Pembelajaran individu (individual learning), artinya peserta didik memiliki peluang untuk melakukan pembelajaran secara individual, (d) Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan pembelajaran satu kemampuan dasar baru belajar ke kemampuan dasar berikutnya, (e) Pemecahan masalah (problem solving), artinya proses dan hasil pembelajaran mengacu pada aktifitas pemecahan masalah yang ada di masyarakat, yaitu dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual, (f) Experience-based learning, yakni pembelajaran dilaksanakan melalui pengalaman-pengalaman belajar tertentu dalam mencapai kemampuan belajar tertentu.Selain pemanfaatan prinsi-prinsip tersebut, guru dimungkinkan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran lain yang sesuai dengan tuntutan perkembangan. a. Pengayaan pembelajaran pembelajaran. dengan memperbanyak variasi dan metode

Pada dasarnya penggunaan metode dan banyaknya jenis pembelajaran yang dipergunakan pendidik pada dasarnya sangat tergantung daripada tuntutan kompetensi dalam kurikulum (standar isi dan SKL). Baik bagi SBI ata sekalipun SSN pada dasarnya semua metode dan jenis pembelajaran secara prinsip sama. Pembedanya adalah disebabkan karena kurikulum atau kompetensi-kompetensi yang berbeda dari setiap kategori sekolah tersebut. Beberapa alsannya adalah: (a) Makin banyak kompetensi dalam kurikulum, maka makin banyak metode dan jenis pembelajaran yang harus dipergunakan, (b) makin sulit atau kompleks kompetensi, maka menuntut makin banyak metode dan variasi pembelajaran, (c) makin luas, dalam, dan makin banyak cakupan kurikulum (isi), maka makin menuntut metode dan jenis pembelajaran yang relevan. Dengan asumsi bahwa sekolah yang menyelenggarakan SBI adalah akan makin tinggi tuntutan penggunaan metode dan jenis pembelajaran, mengingat isi kurikulum (SKL, SK, KD, dan IK) akan semakin banyak, luas, dalam, dan tingkat kesulitan/kekomplekan makin tinggi. Sedangkan pada sekolah yang masih dalam kelompok SSN isi kurikulum relative lebih rendah, lebih sedikit, dan lebih sederhana

36

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

dibandingkan dengan isi kurikulum SBI. Dengan demikian dapat diasumsikan kelompok sekolah ini lebih sedikit metode dan variasi pembelajarannya. Berdasarkan uraian di atas, maka penting dipahami bahwa metode dan variasi pembelajaran pada SBI menuntut lebih kompleks dan lebih banyak daripada SSN, sehingga standar proses pembelajaran ini harus diperkaya dengan model-model proses pembelajaran lain sesuai dengan tuntutan isi kurikulum SBI. Dalam hal ini juga dituntut bahwa proses pembelajaran tersebut harus menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. Beberapa contoh model-model pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk memenuhi tuntutan isi kurikulum SBI adalah sebagai berikut: 1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Landasan filosofi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak peserta didik sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Dalam konteks itu, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Peserta didik perlu menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian peserta didik memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya ini, peserta didik memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru (pengetahuan, keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru. Pembelajaran kontektual merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran, pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

37

Belajar Untuk Masa Depanku

peserta didik dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : (a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic, (c) Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya, (d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), (e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan, (g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2) Model Pembelajaran Examples non examples, dengan langkah-langkah : (a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP, (c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisa gambar , (d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, (e) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, (f) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, dan (g) Kesimpulan. 3) Model Pembelajaran Picture and picture, dengan langkah-langkah : (a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (b) Menyajikan materi sebagai pengantar, (c) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi, (d) Guru menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, (e) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, (f) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, dan (g) kesimpulan/rangkuman 4) Model Pembelajaran Numbered heads together, dengan langkah-langkah : (a) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor, (b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, (c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya, (d) Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil

38

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

melaporkan hasil kerjasama mereka, (e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain dan (f) Kesimpulan. 5) Model Pembelajaran Cooperative script (Skrip kooperatif) : metode belajar dimana peserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari), dengan langkah-langkah : (a) Guru membagi peserta didik untuk berpasangan, (b) Guru membagikan wacana/materi tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan, (c) Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar, (d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, (e) Sementara pendengar (Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya), (f) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas, (g) Kesimpulan Peserta didik bersama-sama dengan Guru, dan (h) Penutup. 6) Model Pembelajaran Kepala bernomor struktur, dengan langkah-langkah : (a) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor, (b) Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai, (c) Misalnya : peserta didik nomor satu bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor dua mengerjakan soal dan peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya, (d) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Peserta didik disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini peserta didik dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka, (e) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain, dan (f) Kesimpulan. 7) Model Pembelajaran Tim peserta didik kelompok prestasi, dengan langkah-langkah : (a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll), (b) Guru menyajikan pelajaran, (c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, (d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, (e) Memberi evaluasi, dan (f) Kesimpulan. 8) Model Pembelajaran tim ahli, dengan langkah-langkah : (a) Peserta didik dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim, (b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, (d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, (e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

39

Belajar Untuk Masa Depanku

sungguh, (f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (g) Guru memberi evaluasi, (h) Penutup 9) Model Pembelajaran Berdasarkan masalah, dengan langkah-langkah : (a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih, (b) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll, (c) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, (d) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, (e) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 10) Model Pembelajaran Artikulasi, dengan langkah-langkah : (a) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa, (c) Untuk mengetahui daya serap peserta didik, bentuklah kelompok berpasangan dua orang, (d) Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya, (e) Suruh peserta didik secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta didik sudah menyampaikan hasil wawancaranya, (f) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik, (g) Kesimpulan/penutup 11) Model Pembelajaran Main mapping, dengan langkah-langkah : (a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban, (c) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang, (d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi, (e) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru, (f) Dari data-data di papan peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru 12) Model Pembelajaran Mencari pasangan (make-a match), dengan langkah-langkah : Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu;Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban); Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin ; Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya; Demikian seterusnya; Kesimpulan/penutup

40

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

13) Model Pembelajaran Think pair and share, dengan langkah-langkah : Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru; Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya; Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para peserta didik; Guru memberi kesimpulan; Penutup 14) Model Pembelajaran Debate, dengan langkah-langkah: Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra; Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas; Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya; Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi ; Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap; Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai. 15) Model Pembelajaran Role playing, dengan langkah-langkah: Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan; Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm; Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang ; Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan ; Masing-masing peserta didik duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan ; Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas ; Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; Guru memberikan kesimpulan secara umum; Evaluasi ; Penutup 16) Model Pembelajaran Group investigation, dengan langkah-langkah: Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen; Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok ; Guru memanggil ketua-ketua untuk satu ; ateri tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain; Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan ; Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok; Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan; Evaluasi ; Penutup 17) Model Pembelajaran Talking stick, dengan langkah-langkah :Guru menyiapkan sebuah tongkat ; Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya ; Setelah selesai membaca buku

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

41

Belajar Untuk Masa Depanku

dan mempelajarinya mempersilahkan peserta didik untuk menutup bukunya ; Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru; Guru memberikan kesimpulan; Evaluasi ; Penutup 18) Model Pembelajaran Bertukar pasangan, dengan langkah-langkah : Setiap peserta didik mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau peserta didik menunjukkan pasangannya; Guru memberikan tugas dan peserta didik mengerjakan tugas dengan pasangannya ; Setelah selesai setiap pasangan bergabungdengan satu pasangan yang lain; Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka; Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula 19) Model Pembelajaran Snowball throwing, Langkah-langkah : Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok ; Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama 15 menit ; Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian ; Evaluasi ; Penutup 20) Model Pembelajaran Student facilitator and explaining, Langkah-langkah : Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai ; Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi ; Memberikan kesempatan peserta didik/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya ; Guru menyimpulkan ide/pendapat dari peserta didik; Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; Penutup 21) Model Pembelajaran Course review horay, Langkah-langkah : Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi ; Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab; Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing peserta didik ; Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar () dan salan diisi tanda silang (x); Peserta didik yang sudah mendapat tanda vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay atau yel-yel lainnya ; Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh ; Penutup

42

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

22) Model Pembelajaran Demonatrtation, Langkah-langkah :Guru menyampaikan TPK; Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan ; Siapkan bahan atau alat yang diperlukan ; Menunjukan salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan ; Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisa ; Tiap peserta didik atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman peserta didik didemontrasikan ; Guru membuat kesimpulan 23) Model Pembelajaran Pengajaran langsung (explicit instruction), dengan langkahlangkah : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik ; Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan ; Membimbing pelatihan ; Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik ; Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan 24) Model Pembelajaran Kooperatif terpadu membaca dan menulis, dengan langkahlangkah :Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen ; Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran ; Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas ; Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok ; Guru membuat kesimpulan bersama ; Penutup 25) Model Pembelajaran Lingkaran kecil-lingkaran besar, dengan langkah-langkah : Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar ; Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam ; Dua peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan ; Kemudian peserta didik berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.; Sekarang giliran peserta didik berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya 26) Model Pembelajaran Tebak kata: media yang dipergunakan: Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.; Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga, dengan langkah-langkah : Jelaskan TPK atau materi 45 menit ; Suruhlah peserta didik berdiri didepan kelas dan berpasangan ; Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.; Sementara peserta didik membawa kartu 10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.; Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

43

Belajar Untuk Masa Depanku

telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.; Dan seterusnya 27) Model Pembelajaran Concept sentence, dengan langkah-langkah : Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai ; Guru menyajikan materi secukupnya ; Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen ; Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan ; Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat ; Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu Guru; Kesimpulan 28) Model Pembelajaran Complete sentence : Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap, dengan langkah-langkah : Guru menyampaikan yang ingin dicapai ; Menyampaikan materi secukupnya atau peserta disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya ; Bentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen ; Bagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh); Peserta diharap berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia ; Bicarakan bersama-sama anggota kelompok ; Setelah jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau hapal; Kesimpulan 29) Model Pembelajaran Time token (Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali), dengan langkah-langkah : Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL) ; Tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu 30 detik. Tiap peserta didik diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan ; Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang peserta didik diserahkan. Setiap bebicara satu kupon ; Peserta didik yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis ; Dan seterusnya 30) Model Pembelajaran Keliling kelompok (Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya ), Caranya: Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan ; Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya ; Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan 31) Model Pembelajaran Dua tinggal dua tamu, Caranya : Peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa; Setelah selesai, dua orang dari masingmasing bertamu kedua kelompok yang lain; Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka ; Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain; Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

44

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

32) Model-model pembelajaran lainnya seperti PAKEM/PAIKEM, CBSA, dan sebagainya sesuai dengan tuntutan isi kurikulum SBI

Khusus untuk pembelajaran Matematika perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Membiasakan peserta didik untuk menggali informasi dari website, library, atau dari resources yang lain dan diminta untuk menyajikannya kepada stakeholders (temantemannya, guru, atau orangtua, dll) dalam berbagai bentuk: paper, alat peraga, dll 2) Membiasakan peserta didik untuk menulis jurnal refleksi belajarnya 3) Membiasakan penggunaan software dan hardware matematika dalam kegiatan belajar peserta didik 4) Membekali guru dalam pelatihan tentang strategi pemecahan masalah 5) Menyisipkan soal-soal non rutin yang menantang (kategori problem solving) secara sistematis dalam pembelajaran atau dalam buku teks 6) Sebelum mengenalkan materi baru, guru perlu melakukan asesmen (terutama asesmen informal) terhadap bekal pengetahuan, pengalaman, keterampilan, bahkan harapan yang dibawa peserta didik ke dalam kelas. Bentuk asesmennya bisa dengan cara membuat peta konsep, atau sekedar tanya jawab. 7) Bekal yang dimiliki peserta didik hendaknya diperhatikan dan dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan kegiatan belajar peserta didik. Pembelajaran harus berangkat dari apa yang dikenal peserta didik. 8) Alat peraga manipulatif perlu disediakan sebanyak mungkin dalam pembelajaran konsep matematika. Kalau alat peraganya hanya satu, alat peraga tersebut tidak lagi berstatus kongkrit, tetapi sudah semi abstrak, dan tidak mudah untuk diotakatik (dimanipulasi) dengan tangan peserta didik secara efisien. 9) Pembelajaran matematika hendaknya mendorong terciptanya pembelajaran kooperatif. Guru dapat mengembangkan atau memodifikasi nama dan langkahlangkah pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Namun demikian, pembelajaran kooperatif ini hendaknya jangan menjadi obsesi. Tidak setiap informasi cocok disajikan dengan kooperatif. Ada informasi yang menuntut pembelajaran klasikal, dan ada pula yang secara individual. 10) Tugas yang diberikan hendaknya bersifat menantang dan bermakna. Suatu tugas akan menantang peserta didik belajar jika tugas tersebut tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sulit. Suatu tugas dipandang bermakna bagi peserta didik kalau tugas tersebut membantu peserta didik menghubungkan materi yang satu dengan yang lain, dan mampu meningkatkan bekal yang memadai untuk mempelajari materi berikutnya. 11) Perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, yaitu: penguasaan konsep matematika,kemampuan memecahkan masalah,kemampuan bernalar dan berkomunikasi,kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, serta mengatasi masalah sehari-hari.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

45

Belajar Untuk Masa Depanku

Khusus untuk pembelajaran IPA perlu juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik berpikir, bersikap, dan bekerja secara ilmiah. 2) Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk belajar secara aktif. 3) Membantu peserta didik mengembangkan kerangka kerja konseptual, mengambil keputusan, dan keterampilan pemecahan masalah. 4) Mendorong peserta didik berdiskusi dan beraktivitas kelompok. 5) Membantu peserta didik mengalami (kognitif, afektif, dan psikomotorik) IPA melalui cara-cara yang bervariasi, menarik, dan menyenangkan. 6) Menilai pemahaman peserta didik sesering mungkin melalui proses pembelajaran. 7) Melatih peserta didik agar dapat mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan mengkomunikasikan data. 8) Menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mengembangkan teknologi sederhana. 9) Melatih peserta didik berkompetisi dan menghargai hasil karya orang lain. Khusus untuk pembelajaran TIK/PTD perlu memperhatikan hal-hal : 1) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh. 2) Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar peserta didik memiliki kompetensi yang telah ditetapkan. 3) Pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sumber belajar dan sarana yang tersedia 4) Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran materi tertentu). 5) Pembelajaran memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi peserta didik yang bersangkutan. 6) Sifat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam program TIK adalah : Teori dan Praktek yang mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata pelajaran TIK 7) Pembelajaran didasarkan pada teori konstruktivisme. Dalam pelaksanaannya sebaiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan/atau analisis sistem yang dicapai melalui aktivitas belajar sambil melakukan (Learning by Doing). Pemberian peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru; Metoda pembelajaran: demonstrasi, diskusi, studi kasus, percobaan, dan pembuatan karya bidang TIK. 8) Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pembelajaran pada program TIK untuk memperoleh pandangan yang lebih baik dan komprehensif mengenai produk produk teknologi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman yang utuh dan benar terhadap suatu produk teknologi diharapkan peserta didik dapat menggunakan produk-produk tersebut lebih optimal, aman dan bertanggung jawab. Untuk jangka panjang, pendekatan ini berfungsi untuk melakukan inovasi (pengembangan) suatu produk.

46

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

9) Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah melalui proses berpikir yang sistematis. .. b. Pengayaan pembelajaran dengan menggunakan fasilitas (berbasis) TIK. Sebagaimana dijelaskan dalam pembelajaran yang memenuhi SNP di atas, yaitu bahwa dalam standar proses pembelajaran harus memenuhi tiga komponen, yaitu persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Pada dasarnya RSBI dituntut untuk mencoba dan mendalami model-model pembelajaran sebagaimana juga telah dijelaskan sebelumnya. Semua model pembelajaran tersebut akan dapat berlangsung lebih efektif dan efisien adalah dengan memanfaatkan perkembangan fasilitas TIK melalui pembelajaran dengan elektronik atau disebut dengan e-learning. E-learning juga akan memberikan peluang bagi pengajar dan peserta didik untuk secara mandiri baik dalam mengajar maupun belajar. Sangat diharapkan bahwa bagi sekolah yang telah sebagai SBI dapat mengimplementasikan proses pembelajaran ini dengan berbasis TIK tersebut. Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology (ICT) adalah: (a) mentransfer area teknologi dari sistem informasi, (b) cara untuk mendeskripsikan sejumlah sistem informasi, pengguna, dan manajemen untuk kepentingan organisasi, disamping termasuk perangkat keras juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi, (c) teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalan komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video, penggunaan teknologi dalam pengendalian dan memproses informasi, keterpaduan antara hardware (komputer, LCD proyektor, printer, camera, scanner, dll), shoftware (sistem aplikasi, program aplikasi, dan jaringan seperti internet, LAN, program multi media, homepage), dan brainware (SDM yang mengoperasikan hardware dan shoftware). Internet (kependekan dari interconnected-networking) merupakan jaringan global yang menghubungkan jutaan komputer melalui suatu jaringan. Terdapat lima aplikasi standar dalam internet yang dapat dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu Email, Mailing list (milis), Newsgroup, Files Transfer Protocol (FTP), dan World Wide Web (www). Internet juga merupakan fondasi transformasi aplikasi Web yang biasa disebut Website, yaitu kumpulan dari halaman-halaman situs yang terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya di dalam World Wide Web (www) di internet. Sebuah Website dapat berupa sebuah hasil kerja dari perorangan, organisasi, perusahaan dengan menunjukkan beberapa topik khusus atau kepentingan tertentu seperti penanyangan Sekolah, Dinas Pendidikan Kab/Kota, dll. Website ini memiliki peranan penting yaitu sebagai media informasi, komunikasi, dan transaksi. Untuk proses pembuatan bahan ajar atau pembelajaran dimulain dari penulisan uraian teori, gambar, tabel, penugasan, pembuatan soal, dll dapat dilakukan dalam suatu sistem yang menjamin kompatibilitas dan keutuhan yaitu dengan sistem manajemen materi pembelajaran (Learning Content Management System). Dan untuk keperluan penayangan, pengaturan akses, penjadwalan penayangan, pencatatan nilai

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

47

Belajar Untuk Masa Depanku

ujian/tugas, dll memerlukan suatu media yang disebut dengan Sistem Manajemen Pembelajaran (learning management system). Dengan demikian pembelajaran berbasis TIK (e-learning) adalah pembelajaran yang dibantu dengan sebuah media berupa aplikasi berbasis Web yang dalam beberapa bagian proses pembelajarannya dapat dilakukan dengan berinteraksi dalam sebuah website, seperti: penayangan materi on-line, penugasan on-line, tatap muka virtual (video conference), dan tes, ulangan, ujian on-line, dan dilengkapi dengan materi yang off-line. Pengembangan program pembelajaran berbasis TIK adalah kegiatan pengembangan pembelajaran yang memanfaatkan TIK dari berbagai sumber belajar. Infrastruktur yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran berbasis TIK antara lain: ruang server dan sistem operasi, laboratorium komputer, perangkat keras, perangkat lunak (data base dan aplikasi e-learning), SDM, koneksi internet. c. Model pembelajaran dalam Bahasa Inggris Implementasi pembelajaran dalam bahasa Inggris harus menghindari dihasilkannya lulusan dengan bahasa Inggris kelas 2 karena jeleknya tatabahasa dan ucapan. Perlu diperhatikan beberapa hal agar program pembelajaran dalam bahasa Inggris dapat diimplementasikan dengan tingkat pencapaian yang tinggi dalam kompetensi bidang studi maupun kompetensi dalam bahasa Inggris. Tingkat pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa Inggris yang lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan. Program semacam ini disebut program imersi (immersion program). Di beberapa negara yang telah mengimplementasikan program semacam ini (misalnya Canada, Australia, Hongaria, Finlandia, dan Hongkong) dengan guru yang kompetensi dalam bahasa target (inggris) sangat tinggi (bahkan dengan penutur asli) dan sarana pendukung yang memadai pada umumnya melaporkan hasil bahwa: (a) Capaian kompetensi dalam bidang studi di kelas tersebut sebanding dengan kelas reguler; (b) Penguasaan yang tinggi dan seimbang dalam bahasa target (bahasa yang hendak dikuasai bahasa inggris) dan bidang studi biasanya sulit dicapai secara bersamaan. Artinya, pencapaian yang tinggi dalam satu aspek cenderung dibarengi oleh pencapaian yang agak rendah dalam aspek lainnya. Apabila pencapaian kompetensi dalam bahasa target tinggi, pencapaian kompetensi dalam bidang studi tidak setinggi pencapaiannya dalam bahasa target atau sebaliknya.; (c) Penguasaan bahasa lulusan/peserta didik dalam bahasa target jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan/peserta didik yang mengikuti kelas reguler, tetapi tidak sepadan dengan kemampuan penutur asli karena diwarnai oleh sejumlah kesalahan tatabahasa dan ucapan. Agar pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan seimbang, perlu upaya pengembangan program-program pendukung antara lain: (a) Penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung; (b) Penyelenggaraan Bridging Course bahasa Inggris; (c) Penyediaan Self-Access Learning Centre; (d) Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mendorong atau memfasilitasi penggunaan bahasa Inggris di sekolah secara efektif. Selain itu perlu dikembangkan model pembelajaran dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter sekolah.

48

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Berikut ini diuraikan beberapa contoh model pembelajaran mata pelajaran Matematika dan IPA (MIPA). Model pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam bahasa Inggris (subject matter and language) dan keduanya diberi perhatian secara proporsional. Focus on language sangat penting untuk menghindarkan peserta didik dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris. Berikut adalah contoh model penyelenggaraan pembelajaran. Terpisah (parallel): perkembangan bahasa peserta didik difasilitasi melalui kegiatan penunjang di luar pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris yang diikuti peserta didik di sekolah, yaitu: (a) Peserta didik menerima pelajaran tambahan berupa English for Mathematics and Science yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris dan/atau guru MIPA. Materi pelajaran tambahan ini didasarkan pada kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema pelajaran yang ada pada pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Idealnya sebelum peserta didik mempelajari pokok bahasan tertentu, peserta didik sudah diperkenalkan dengan bahasa (kosa kata, tata bahasa, ekspresi, dsb.) yang akan dipergunakan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut.; (b) Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan team-teaching antara guru bahasa Inggris dan guru MIPA tidak dapat berjalan dengan baik.; (c) Dalam model ini pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris berlangsung dengan tahapan-tahapan pembelajaran seperti pada pembelajaran MIPA pada umumnya.; (d) Model ini agak mahal dan memerlukan waktu cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian tujuan (peningkatan kemahiran berbahasa Inggris). Terpadu (integrated): perkembangan bahasa peserta didik difasilitasi secara terpadu dalam pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Artinya, peserta didik menerima materi English for Mathematics and Science bersamaan ketika mereka menerima pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Model ini cocok/sesuai untuk guru MIPA dengan pengetahuan kebahasaan tinggi. Secara umum, pembelajaran terbagi menjadi tiga tahap utama, yaitu tahap persiapan (preparation), tahap pembelajaran (the lesson), dan tahap penguatan/pengayaan (reinforcement/ enrichment). Catatan: Pembelajaran yang tidak boleh menggunakan bahasa Inggris adalah pada Mata Pelajaran: Pendidikan Agama, PKn, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Muatan Lokal.

3. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam penyelenggaraan RSBI Telah dijelaskan sebelumnya bahwa SNP untuk SKL SMP secara kuantitatif terdapat sejumlah 22 buah SKL (dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006), dan standar kompetensi (SK) untuk tiap kelompok mata pelajaran (SK-KMP) terdiri dari: kelompok mata pelajaran
49

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

: (1) Agama dan Akhlak Mulia sebanyak tujuh (7) buah;(2) Kewarganegaraan dan Kepribadian sebanyak 14 buah;(3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebanyak 10 buah; (4) Estetika sebanyak tiga (3) buah;dan (5) Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan sebanyak dua (2) buah. Sedangkan untuk SKL tiap mata pelajaran adalah: SKL Pendidikan Agama Islam sebanyak lima (5) buah, SKL Pendidikan Agama Kristen sebanyak ltiga (3) buah, SKL Pendidikan Agama Katholik sebanyak empat (4) buah, SKL Pendidikan Agama Hindu sebanyak sembilan (9) buah, SKL Pendidikan Agama Budha sebanyak delapan (8) buah, SKL Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebanyak delapan (8) buah, SKL Bahasa Indonesia sebanyak empat (4) buah, SKL Bahasa Inggris sebanyak empat (4) buah, SKL Matematika sebanyak tujuh (7) buah, SKL IPA sebanyak enam (6) buah, SKL IPS sebanyak 12 buah, SKL Seni Rupa sebanyak tiga (3) buah, SKL Seni Musik sebanyak tiga (3( buah, SKL Seni Tari sebanyak tiga (3) buah, SKL Seni Teater sebanyak empat (4) buah, SKL Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan sebanyak enam (6) buah, SKL Keterampilan Kerajinan sebanyak lima (5) buah, SKL Keterampilan Teknologi Rekayasa sebanyak tiga (3) buah, SKL Keterampilan Teknologi Budidaya sebanyak tiga (3) buah, SKL Keterampilan Teknologi Pengolahan sebanyak tiga (3) buah, dan SKL TIK sebanyak empat (4) buah. Sebagai RSBI, maka diharapkan dapat memperkaya atau menambah jumlah SKL SMP, SKL atau SK-KMP, dan SKL per mata pelajaran atau menerapkan standar kelulusan sekolah yang lebih tinggi dari yang ditetapkan secara nasional.Berikut ini dijelaskan tentang beberapa contoh mata pelajaran yang ditambahkan IKKT. a. Sebagai contoh penambahan SKL SMP SNP dikembangkan dari 22 SKL SMP SNP menjadi 24 SKL SMP SBI, dengan demikian terdapat penambahan dua (2) SKL, yaitu: (1) memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang TIK dan mampu memilih serta memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari secara bijaksana (menguasai teknologi informasi dan komunikasi); (2) memiliki ketangguhan, kedisiplinan, dan kecermatan dalam bekerja.

b. Contoh penambahan SKL mata pelajaran Matematika dari 7 SKL SNP menjadi 11 SKL SMP SBI, dengan demikian terdapat 4 SKL adalah: (1) Memiliki kemampuan menggali dan mengkomunikasikan ide-ide matematis secara tertulis maupun lisan; (2) Memiliki kemampuan refleksi terhadap kemampuan atau pemikiran matematikanya sendiri; (3) Memiliki kemampuan matematika dengan keterampilan ICT tertentu; (4) Memiliki berbagai macam strategi pemecahan masalah matematika. c. SKL SNP mata pelajaran IPA sebanyak 6 buah dan SKL SBI tetap 6 buah (tidak ada penambahan, karena setelah dikaji telah memenuhi atau setara dengan negaranegara lain) atau dengan kata lain jumlah SKL SNP sama dengan SKL SBI mapel IPA. Namun terdapat penambahan SK, KD, dan IK (Indikator Kompetensi) dari SKL SNP tersebut. Untuk SKL SNP Mata pelajaran Bahasa Inggris, untuk menjadi SKL SBI tidak ada penambahan SKL, atau dengan kata lain jumlah SKL SNP sama dengan SKL SBI pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Namun terdapat penambahan SK, KD, dan IK (Indikator Kompetensi).

d.

50

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

e.

Mata pelajaran TIK dikembangkan menjadi Mata Pelajaran TIK/PTD (Pendidikan Teknologi Dasar), sehingga terdapat satu (1) penambahan SKL mata pelajaran TIK/PTD ini, dari jumlah SKL SNP empat (4) buah menjadi lima (5) buah untuk SKL SBI. Contoh penambahan satu buah SKL tersebut yaitu memahami prinsip-prinsip teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi dan masyarakat, penanganan produk teknologi serta perancangan dan pembuatan produk teknologi. Sementara itu, Direktorat Pembinaan SMP belum membuatkan contoh penambahan SKL untuk mata pelajaran lainnya, seperti mata pelajaran IPS (tidak termasuk sejarah), mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga-kesehatan dan jasmani, dan Mata Pelajaran Seni Budaya (tidak termasuk muatan lokal). Sangat diharapkan penyelenggara SBI dapat menambahkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah/daerah serta tuntuan global.

f.

4. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam penyelenggaraan RSBI Pendidik (guru) memiliki tugas dan tanggung jawab yang amat strategis dalam peran dan fungsinya sebagai pendidik SBI, yaitu harus memenuhi IKKM pendidik (SNP pendidik). Tugas, peran, dan fungsi pendidik harus mampu ditunjukkan dalam kompetensi dan profesinya, baik kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan, sebagaimana telah dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2006. Pemenuhan standar kompetensi guru tersebut harus ditunjukkan dengan pemenuhan sertifikasi kompetensi sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007. Terpenuhinya standar pendidik (IKKM) ini berarti telah mampu menunjukkan sebagai tenaga profesional yang akan membawa kepada pencapaian standar mutu pendidikan sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006. Namun demikian, sebagai tenaga pendidik yang telah memenuhi standar nasional atau IKKM, apabila daalam menjalankan tugas dan fungsinya pada sekolah yang bertaraf internasional dituntut juga harus memenuhi IKKT dalam upaya memenuhi tuntutan pencapaian mutu pendidikan yang bertaraf internasional pula. Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) sebagai guru RSBI antara lain adalah: (1) semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK; (2) guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris; dan (3) minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMP. Pendidik yang menjalankan profesinya pada SBI, maka dalam melaksanakan proses pembelajaran sepanjang diperlukan dan sesuai dengan kebutuhannya, selain menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris juga bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan dalam forum internasional, seperti bahasa Perancis, Jerman, Spanyol, Jepang, Arab, dan China. Sangat dimungkinkan bagi guru RSBI untuk mampu memenuhi juga tuntutan kompetensi profesional yang ditunjukkan dengan pemenuhan sertifikasi profesi yang bertaraf internasional sesuai dengan bidang keahlian dan profesi yang dimiliki.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

51

Belajar Untuk Masa Depanku

Dalam hal sekolah kekurangan pendidik, maka dapat mempekerjakan pendidik warga negara asing apabila tidak ada pendidik warga negara Indonesia yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk mengampu mata pelajaran/bidang studi tertentu paling banyak 30% dari keseluruhan pendidik dan harus mampu berbahasa Indonesia dengan baik. Sedangkan untuk tenaga kependidikan seperti telah ditetapkannya standar kepala sekolah sebagai tenaga kependidikan dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 adalah untuk memberikan jaminan terhadap proses perencanaan, penyelenggaraan, pelayanan, pengontrolan, dan evaluasi pendidikan dapat mencapai standar mutu yang diinginkan. Dengan kata lain, seorang kepala sekolah harus mampu menjalankan tugas, fungsi, dan peran profesionalitas dan kompetensinya secara penuh. Kepala sekolah harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang manajer atau pemimpin institusi pendidikan baik yang bersifat edukatif maupun administratif. Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi kompetensinya yaitu kompetensi kepribadian, supervise manajerial, supervise akademik, evaluasi pendidikan, penelitian pengembangan, dan kompetensi sosial. Pemenuhan akan kompetensi dan tugas tanggungjawab sebagai kepala sekolah tersebut, berarti telah mampu menunjukkan jaminan kepada pemangku kepentingan terhadap institusi atau sekolah yang dipimpinnya memenuhi standar nasional, dan khusus kepala sekolahnya telah memenuhi standar kependidikan (kepala sekolah). Pemenuhan kompetensi dan pemenuhan keberhasilan yang dijalankan akan tugas tanggungjawabnya tersebut, berarti kepala sekolah dapat memenuhi standar minimal sebagai kepala sekolah (mencapai IKKM sebagai tenaga kependidikan). Namun demikian, sebagai tenaga kependidikan pada SBI kepala sekolah juga masih dituntut untuk memenuhi syarat untuk pemenuhan IKKT (indikator kinerja kunci tambahan), yaitu: (a) berkewarganegaraan Indonesia; (b) berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi atau dari perguruan tinggi negara lain yang diakui setara S2 di Indonesia; (c) telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah; (d) mampu berbahasa Inggris, dan/atau bahasa asing lainnya secara aktif; (e) memiliki skor TOEFL 7,5 atau bahasa asing lainnya secara aktif; (f) memiliki jiwa kewirausahaan; (g) kemampuan di bidang manajemen, organisasi, dan kepemimpinan pendidikan serta kewirausahaan; (h) mampu membangun jejaring internasional; (i) kemampuan mengoperasikan komputer/teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya; dan (j) kemampuan mengembangkan rencana pengembangan sekolah (RPS)/rencana kerja sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Di samping itu, sebagai SBI maka sekolah dapat memiliki sekurang-kurangnya adalah kepala sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan dari Standar Nasional Pendidikan tentang Tenaga Kependidikan. Demikian juga halnya dengan keberadaan wakil kepala sekolah dan urusan sekolah, maka dapat dikembangkan jumlahnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tiap sekolah.

52

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Hal ini penting mengingat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah bertaraf internasional akan banyak berhubungan dengan lingkungan dan pergaulan internasional. Dalam mengemban tugas profesionalitasnya pada SBI, maka diperlukan jiwa kepemimpinan kepala sekolah yang kreatif, inovatif, dinamis, berani mengambil resiko, berani menghadapi tantangan, demokratis, dan tidak melupakan sifat kepemimpinan yang mampu menjadi tauladan sekaligus mampu memberikan motivasi kepada bawahannya (ing ngarso sung tulodho-ing madyo mangun karso-tut wuri handayani). 5. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan SBI Selain dijamin bahwa SBI harus memenuhi standar sumber daya manusianya (pendidik dan tenaga kependidikan), maka juga dituntut memenuhi standar sarana dan prasarana. Sebagai IKKM (indikator kinerja kunci minimal) yang harus dipenuhi, maka sarana dan prasarana dijamin akan mutunya. Pemenuhan baik secara kuantitas maupun kualitas sarana dan prasarana tersebut, sekolah yang bertaraf internasional harus memenuhi spesifikasinya untuk memberikan jaminan bahwa secara teknis IKKM sarana prasarana memenuhi persyaratan internasional. Standar sarana dan prasarana pokok sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan SBI seperti: (a) laboratorium Bahasa Inggris, (b) laboratorium IPA ( laboratorium Biologi, Laboratorium Fisika-Kimia), (c) laboratorium komputer, (d) jaringan internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab. Komputer, ruang kelas, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media, dan sebagainya), (e) pusat multi media, (f) peralatan media pembelajaran di kelas (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll), (g) laboratorium IPS, (h) laboratorium Matematika, (i) Laboratorium PTD. Di samping itu, sebagai sekolah yang bertaraf internasional wajib memberikan jaminan atau mampu memenuhi sarana dan prasarana tambahan yang sesuai tuntutan kurikulum bertaraf internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional mampu menunjukkan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) tentang sarana prasarana tersebut, yaitu: (1) setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK; (2) perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia (e-library); (3) dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain sebagainya; dan (4) laboratorium tambahan seperti pengembangan laboratorium alam, green hause, dan sebagainya, (5) ruang data dab informasi, (6) ruang riset dan pengembangan bagi pendidik dan lainnya, (7) ruang para wakil kepala sekolah, (8) ruang seminar, diskusi, workshop, dll, (8) ruang atau sarpras lainnya seperti luas tanah sesuai tuntutan kurikulum RSBI.

6. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pengelolaan dalam penyelenggaraan RSBI

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

53

Belajar Untuk Masa Depanku

Sekolah bertaraf internasional dalam pengelolaan sekolah dituntut berhasil mengimplementasikan prinsip-prinsip pokok manajemen berbasis sekolah, yaitu kemandirian atau otonomi, keterbukaan, akuntabilitas, partisipatif, fleksibilitas, dan sustainibilitas. Dalam tataran implementasinya, RSBI harus mampu menjamin pengelolaan sekolah memenuhi fungsi-fungsi manajemen secara profesional sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan, yaitu: (a) perencanaan terdiri: kepemilikan rumusan visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, rencana kerja sekolah, (b) pelaksanaan rencana kerja terdiri pedoman sekolah, ruktur organisasi sekolah, pelaksanaan kegiatan sekolah, bidang kepeserta didikan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, dan peranserta masyarakat dan kemitraan sekolah; (c) pegawasan dan evaluasi terdiri program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan akreditasi sekolah; (d) kemepimpinan; dan (e) SIM sekolah. Selanjutnya, sebagai RSBI maka sekolah harus memenuhi IKKT pengelolaan pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya ISO 14000; (2) Merupakan sekolah multi-kultural; (3) Menjalin hubungan atau mitra dengan sekolah bertaraf internasional di dalam dan atau luar negeri; (4) Bebas narkoba dan rokok; (5) Bebas kekerasan (bullying); (6) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah; (7) mempersiapkan peserta didik yang diharapkan mampu meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi ilmu pengetahuan, matematika, teknologi, seni, dan olah raga, (8) menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada delapan standar nasional pendidikan. Pemenuhan sertifikasi ISO 9001 pada dasarnya adalah sekolah dituntut untuk mampu memberikan jaminan bahwa sistem manajemen mutu yang diterapkan telah memenuhi standar manajemen internasional. Oleh karena itu persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah untuk mengembangkan sistem manajemen mutu pengelolaan pendidikan harus dipenuhi. Khususnya dalam pengelolaan dan pengembangan dokumentasi manajemen mutu harus memperhatikan kebutuhan sekolah sebagai RSBI dan persyaratan ISO 9001. Penerapan sistem manajemen mutu yang berstandar ISO 9001 pada dasarnya dalam kerangka pemenuhan akan kebutuhan pelanggan, yaitu peserta didik, orang tua, masyarakat, lulusan, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan menerapkan standar sistem manajemen mutu ISO 9001 ini akan menghasilkan tata kelola sekolah yang bermutu dengan ditandai oleh pencapaian standar kompetensi lulusan tinggi dan proses layanan pendidikan memadai. Untuk itu diperlukan adanya dokumen kebijakan dan sasaran dengan standar mutu tinggi, serta pedoman dan prosedur layanan yang standar juga. Tanggungjawab manajemen sekolah harus mampu ditunjukkan dengan komitmennya untuk mengembangkan, menerapkan sistem manajemen mutu, dan secara terus menerus meningkatkan efektivitasnya. Dalam hal menjalin hubungan kerjasama kemitraan adalah kerjasama dalam bidang akademik dan non-akademik dengan satuan pendidikan setara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya. Tujuan

54

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

kerja sama ini antara lain untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan dasar atau pendidikan menengah dan memperluas jaringan kemitraan untuk kepentingan satuan pendidikan. Kerja sama akademik dan non-akademik tersebut dapat berbentuk: (a) penyelenggaraan program sekolah kembaran (sister school); (b) penyelengggaraan program kegiatan perolehan kredit; (c) penyelenggaraan program transfer kredit; (d) pertukaran peserta didik; (e) pertukaran pendidik dan/atau tenaga kependidikan; (f) pemanfaatan bersama berbagai sumberdaya; (g) penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; (h) pemagangan khusus pendidikan menengah kejuruan; (i) penyelenggaraan pertemuan ilmiah; (j) penyelenggaraan program penelitian; dan/atau (k) penyelenggaraan seminar bersama. Kerja sama pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dapat dibatalkan, apabila setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim Pengendali pusat terbukti melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara substansi, kerja sama ini penting untuk : (a) pengembangan kurikulum SBI, (b) legitimasi kurikulum SBI, (c) pembelajaran, (d) evaluasi (penilaian hasil belajar, akreditasi), (e) ujian dan sertifikasi internasional, (f) dan lainnya. Sebagai wujud nyata kerja sama ini antara lain dibutktikan dengan adanya perjanjian kesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding) atau Perjanjian Kerjasama atau bentuk lainnya. Pencapaian IKKT pengelolaan sekolah dapat dijamin apabila sistem yang diterapkan dilakukan yang secara teknis dengan berbasis TIK, seperti manajemen dalam aspek: kepeserta didikan, akademik atau pembelajaran, fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan sebagainya. Untuk dapat memenuhi IKKT pengelolaan yang memenuhi indikator kinerja tambahan ini secara memadai, maka diperlukan adanya pola kepemimpinan sekolah yang dinamis, kreatif, dan memiliki jiwa entrepreneurship. Bagi kepala sekolah dan jajarannya diharapkan mampu berupaya secara terus menerus untuk mencari terobosan dalam berbagai bidang dan kepada semua lapisan masyarakat/lembaga demi terpenuhinya standar SBI secara cepat dan memadai. Pengelolaan SBI dapat diselenggarakan secara satu sistem-satu atap, satu sistem tidaksatu atap, atau beda sistem tidak-satu atap. Model terpadu-satu sistem-satu atap dilaksanakan dalam satu lokasi dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama. Model terpisah-satu sistem-tidak satu atap dilaksanakan dalam lokasi yang berbeda atau terpisah dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama. Dan model terpisah-beda sistem-tidak satu atap dilaksanakan di lokasi yang berbeda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda. Disamping telah terakreditasi secara nasional oleh Badan Akreditasi Sekolah-Nasional dengan kualifikasi sangat baik (A), maka SBI juga harus memenuhi jaminan mutu berstandar internasional. Salah satu upaya yang harus dipenuhi adalah bersertifikasi atau terakreditasi secara internasional. Hal ini dipergunakan sebagai indikator kinerja kunci tambahan yang sangat penting untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa sekolah tersebut telah terjamin mutunya setara internasional pula.

(Catatan: Hal ini berlaku khusus bagi sekolah yang bermitra dengan sekolah lain dan menuntut adanya persyaratan akreditasi internasional dari sekolah mitra).

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

55

Belajar Untuk Masa Depanku

Hasil akreditasi yang dilakukan oleh badan akreditasi sekolah pada salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Beberapa negara anggota OECD tersebut adalah: Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore dan Hongkong yang mutunya telah diakui secara internasional. Di samping itu, sekolah juga dapat diakreditasi oleh pusat-pusat pelatihan, industri, lembaga-lembaga tes/sertifikasi internasional seperti misalnya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusatpusat studi dan organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO, UNICEF, SEAMEO, dan sebagainya. Proses yang ditempuh oleh sekolah apabila akan memperoleh akreditasi internasional diantaranya melalui pentahapan: (a) pemenuhan persyaratan minimal yang ditetapkan, misalnya telah memenuhi SNP atau IKKM, (b) melakkan evaluasi diri (internal sekolah), (c) mengajukan ke lembaga/badan akreditasi internasional dari salah satu negara anggota OECD tersebut atau dari negara maju lainnya, (d) dilakukan verifikasi eksternal, (e) penetapan sebagai sekolah yang terakreditasi internasional untuk jangka waktu tertentu, (f) dilakukan penilaian pertengahan masa atau tahun tertentu, (g) penetapan kembali apabila memenuhi persyaratan, dan seterusnya. Pada dasarnya sertifikasi akreditasi adalah bukan harga mutlak, akan tetapi setiap periode waktu tertentu akan gugur apabila berdasarkan penilaian tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai skeolah yang bertaraf internasional. 7. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pembiayaan dalam penyelenggaraan RSBI Unsur pembiayaan pendidikan merupakan salah satu indikator pokok maupun tambahan yang sangat penting untuk dapat dipenuhi oleh setiap penyelenggara pendidikan bertaraf internasional. Jenis-jenis pembiayaan pendidikan yang harus dipenuhi meliputi pembiayaan investasi, pembiayaan operasional, dan pembiayaan personal. Apabila suatu sekolah bertaraf internasional telah mampu menjamin terpenuhinya pembiayaan investasi, operasional, dan personal pendidikan, maka berarti sekolah tersebut telah memenui standar pembiayaan (IKKM pembiayaan). Sebagai sekolah bertaraf internasional juga dituntut mampu memenuhi IKKT pembiayaan, yaitu menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target Indikator Kinerja Kunci Tambahan tersebut. Pendidikan yang efisien dapat dipastikan efektif, akan tetapi pendidikan yang efektif belum tentu efisien. Efisiensi pendidikan dapat diukur melalui dua indikator pokok efisiensi, yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal pendidikan adalah rasio antara keluaran pendidikan (hasil pendidikan) dengan input pendidikan. Pendidikan dikatakan

56

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

efisien secara internal apabila dengan biaya yang relatif tetap atau biaya makin rendah menghasilkan keluaran yang makin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hasil atau keluaran diukur dari prestasi akademik, jumlah kelulusan, pencapaian kompetensi, atau kenaikan kelas. Dari sisi produk, dikatakan efisien pendidikan tersebut apabila makin sedikit anak yang mengulang kelas, remidi, dan atau drop out/putus sekolah. Sedangkan efisiensi eksternal lebih menunjukkan kepada rasio antara out comes atau dampak pendidikan terhadap input pendidikan. Out comes diukur dari indikator lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (pendidikan), memperoleh pekerjaan dan atau penghasilan (ekonomi), kedudukan (sosial), kematangan kepribadian, dan sebagainya. Pendidikan dikatakan efisien secara eksternal apabila dengan biaya yang relatif tetap atau makin kecil menghasilkan dampak pendidikan yang makin tinggi. Analisis cost effectiveness dapat dipergunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat efisiensi pendidikan secara eksternal tersebut. Beberapa hal yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan untuk RSBI jenjang pendidikan SMP ini adalah: a. Biaya penyelenggaraan RSBI memenuhi standar pembiayaan pendidikan dan menerapkan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel; b. Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat sesuai dengan kewenangannya berkewajiban membiayai penyelenggaraan RSBI; c. RSBI dapat memungut biaya pendidikan untuk menutupi kekurangan biaya diatas standar pembiayaan yang didasarkan pada RPS/RKS dan RKAS; d. Pemerintah dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan SBI yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau masyarakat; e. Pemerintah provinsi dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan RSBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah kabupaten/kota, atau masyarakat; f. Pemerintah kabupaten/ kota dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan RSBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, atau masyarakat; g. Masyarakat dapat memberi bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan RSBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat; h. Bantuan pada RSBI dituangkan dalam dan digunakan sesuai dengan rencana pengembangan sekolah/rencana kerja sekolah, rencana kegiatan, dan anggaran sekolah; i. Bantuan pada RSBI dapat dihentikan apabila sekolah yang bersangkutan tidak menunjukkan kinerja yang sesuai dengan tujuan penyelenggaraan RSBI; j. Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan RSBI berpedoman pada prinsip efisiensi, efektivitas, keterbukaan dan akuntabilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

57

Belajar Untuk Masa Depanku

k. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam pembiayaan penyelenggaraan RSBI dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia. Di samping itu, sekolah wajib mengalokasikan beapeserta didik atau bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik warga negara Indonesia yang memiliki potensi akademik tinggi tetapi kurang mampu secara ekonomi paling sedikit 20% dari jumlah seluruh peserta didik. Bagi sekolah rintisan SBI diharapkan mampu memberikan atau memenuhi jaminan akan efsisiensi pendidikan sebagai salah satu IKKT, sehingga publik akan memiliki tingkat kepercayaan tinggi, dan citra yang terbangun di publik meningkat, dan selanjutnya akan menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama di masyarakat terhadap pentingnya pendidikan yang bertaraf internasional. Pendidikan yang bertaraf internasional secara otomatis memerlukan biaya yang besar, karena target pencapaian kompetensi lulusan juga tinggi, yaitu bertaraf internasional. Dengan demikian pendidikan dengan biaya tinggi akan tetapi juga menghasilkan lulusan yang bertaraf internasional bukanlah disebut pendidikan mahal. Kesan pendidikan yang mahal pada dasarnya adalah tidak ada, yang sebenarnya terjadi adalah pendidikan apakah efisien atau tidak efisien. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya sinergi antara berbagai pihak antara sekolah, komite sekolah, Bappeda (Provinsi dan Kabupaten/Kota), DPRD Tk I dan II, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, Direktorat Pembinaan SMP serta pihak lain para pemangku kepentingan. Secara bertahap sekolah bersama komite sekolah yang didukung oleh daerahnya masing-masing mampu secara mandiri menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional secara efektif dan efisien. Sebab sesuai dengan kewenangannya, maka pemerintah pusat akan memberikan dana bantuan dalam waktu dan jumlah yang terbatas. Setelah ditetapkan bukan sebagai rintisan lagi, maka sekolah bersama-sama komite sekolah, pemerintah kabupaten/kota, dan provinsi harus melanjutkan dan berupaya secara mandiri mampu menyelenggarakan SBI. 8. Pengayaan, perluasan, penyelenggaraan RSBI dan pendalaman (IKKT) Standar penilaian dalam

Pada dasarnya sistem penilaian yang dilakukan oleh sekolah yang ditetapkan sebagai RSBI adalah tetap mengacu pada rambu-rambu yang dikeluarkan oleh BSNP atau Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, yaitu memenuhi standar penilaian sebagai wujud dari pemenuhan IKKM penilaian atau telah mampu memenuhi standar penilaian. a. Penilaian hasil belajar didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini: Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

58

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. b. Teknik dan Instrumen Penilaian Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. c. Mekanisme Penilaian oleh Pendidik Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar (KD) dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

59

Belajar Untuk Masa Depanku

Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk SATU NILAI PRESTASI BELAJAR peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.

Namun demikian, sebagai SRBI sekolah harus melakukan pengembangan sistem penilaian yang bersifat memperkaya, memperluas, dan bervariatif untuk mencapai standar IKKT penilaian, yaitu yang berlaku di dunia pendidikan bertaraf intenasional. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam sistem penilaian yang merupakan IKKT penilaian bagi RSBI, yaitu: Pertama, input penilaian seperti instrumen penilaian, acuan atau kriteria penilaian, standar pencapaian ketuntasan kompetensi, bahan atau materi yang dinilai (cakupan atau kedalaman), dan fasilitas sumber daya penilaian. Khusus dalam hal kriteria atau standar penilaian seperti penentuan KKM, target ketuntasan kompetensi, target nilai ujian akhir semester, ujian akhir tahun, ujian sekolah, ujian nasional lebih besar darpada bukan RSBI. Kedua, adalah proses penilaian yang dirintis berstandar internasional, dalam hal ini sekolah dengan menggunakan berbagai input penilaian tersebut dapat melaksanakan penilaian kepada peserta didik menggunakan berbagai pendekatan atau model penilaian dari salah satu anggota negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, yaitu untuk menilai kinerja, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan lainnya yang mencerminkan bentuk penilaian sesungguhnya (authentic assesment). Dan, ketiga adalah kriteria hasil pendidikan, yang pada prinsipnya adalah minimal sama atau setara dengan standar dari sekolah-sekolah yang telah bertaraf internasional atau bahkan lebih tinggi acuan atau standarnya, baik menggunakan acuan norma maupun acuan kriteria. RSBI menerapkan dan mengembangkan model penilaian berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Sebagaimana telah diuraikan dalam pembelajaran berbasis TIK, maka sistem penialaian merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya juga harus berbasis TIK. Jenis-jenis penilaian dan evaluasi yang berbasis TIK antara lain: ulangan harian on-line, ulangan tengah semester on-line, ulangan akhir semester on-line, ulangan akhir tahun on-line, ujian sekolah on-line dan ujian nasional serta internasional on line. Penayangan penilaian tersebut terutama adalah hasil-hasilnya, dan beberapa pelaksanaan ujian atau ulangan juga dapat dilakukan. Penayangan soal-soal ulangan dan ujian merupakan bagian dari penilaian berbasis TIK. Dengan sistem ini, maka semua pihak dapat mengetahui sistem penilaian oleh sekolah secara cepat dan akurat serta bersifat transparan.

60

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Pelaksanaan penilaian dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran di kelas/laboratorium (berbasis kelas) melalui test tertulis, pengumpulan kerja peserta didik (potofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek) dan kinerja (performance). Prosedur pelaksanaan penilaian disesuaikan dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran. Melalui keterpaduan antara penilaian dan pembelajaran, pelaksanaan penilaian dilakukan pada sebelum pembelajaran, selama pembelajaran dan setelah pembelajaran. Teknik penilaian menggunakan on going assessment dengan multi metode meliputi penilaian proses dan produk, antara lain: paper and pencil test, performance test, portfolio, individual oral presentations, yang dilakukan baik secara formal maupun informal. Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Instrument dikembangkan secara sistimatis sesuai dengan prosedur pengembangan instrumen. Instrumen harus valid, reliablel, fokus pada kompetensi yang diharapkan, komprehensif, obyektif, berkesinambungan, dan mendidik. Oleh karena itu, bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang tergolong teknik: a. Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan dan sebagainya. b. Tes lisan: pada test lisan, soal-soal dan jawabannya disampaikan secara lisan. Test yang dilakukan dengan cara demikian akan memungkinkan peserta didik dapat belajar kembali, hal ini disebabkan adanya dialog antara peserta didik dengan penguji. Intrumen yang digunakan dapat berupa daftar pertanyaan. c. Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan uji petik kerja produk, uji petik kerja prosedur, atau uji petik kerja prosedur dan produk. Pada test unjuk kerja ini guru mengevaluasi peserta didik mengenai aspek-aspek keterampilan, kemampaun dan sikap melakukan sesuatu dalam bidang teknologi, baik di dalam workshop, di lingkungan sekolah, maupun di lapangan dalam kehidupan sehari-hari. Pada test semacam ini, soal-soal test biasanya disampaikan dalam bentuk tugastugas. Penilaiannya dilakukan baik terhadap proses pelaksanaan tugas-tugas tersebut maupun terhadap hasil yang dicapai. d. Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah. e. Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi. f. Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara g. Portofolio: Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja dan tugas-tugas peserta didik yang diberi komentar oleh guru tentang kemajuan peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Penilaian portofolio ini bermanfaat untuk pelayanan peserta didik secara individual. Skor nilai dalam portofolio menggunakan cacatan perkembangan peserta didik yang dilakukan oleh guru. Untuk membuat penilaian yang adil, obyektif, dan akurat, guru harus bersikap optimal, yaitu: (a) Memanfaatkan bukti-bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah penilaian yang dilakukan dengan berbagai cara, (b) membuat keputusan yang adil terhadap penguasaan kemampuan peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja yang dikumpulkan seperti dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi dalam bidang karya peserta didik. h. Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

61

Belajar Untuk Masa Depanku

i. Penilaian Antarteman: penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal.

Beberapa hal khusus sebagai RSBI yang harus diperhatikan terkait dengan system penilaian ini adalah: a. Peserta didik wajib mengikuti ujian nasional dan sangat diharapkan bahwa hasilhasil atau prestasi ujian nasional lebih baik daripada sekolah yang bukan RSBI. Hasil ujian nasional dipergunakan sebagai salah satu syarat kelulusan peserta didik, di samping nilai ujian sekolahnya. b. sekolah melaksanakan ujian sekolah yang mengacu pada kurikulum satuan pendidikan yang bersangkutan sebagai RSBI. Ujian sekolah ini juga dipergunakan sebagai persyaratan atau penentu kelulusan peserta didik, di samping nilai lain yang diuji secara nasional. c. sekolah dapat melaksanakan ujian sekolah dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Hal ini didasari bahwa pada setiap proses pembelajaran telah terbiasa dan menggunakan pendekatan bahasa pengantar dengan bahasa ingris, bahan ajar berbahasa inggris, dan penugasan-penugasan berbahasa inggris. d. sekolah dapat memfasilitasi peserta didiknya untuk mengakses sertifikasi yang diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang sederajat dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Peserta didik yang telah menyelesaikan program pendidikan dan lulus ujian nasional serta ujian sekolah yang diselenggarakan oleh RSBI memperoleh ijazah. Peserta didik yang mengikuti dan lulus sertifikasi dari lembaga yang diakui secara internasional berhak memperoleh sertifikat yang diakui secara inernasional.Ujian ini dilaksanakan bersama dan atau oleh mitranya sebagaimana dalam pembelajaran. Persyaratan dan criteria bagi peserta didik untuk dapat mengikuti ujian ini ditentukan oleh sekolah dan atau bersama mitranya. Khusus bagi peserta didik yang memenuhi syarat ikut ujian, akan tetapi kurang mampu dalam pembiayaan, maka menjadi tanggungjawab penyelenggara RSBI atau stakeholder lainnya. e. Sekolah dapat membuat raport sesuai dengan kurikulum yang dilaksanakan dan dapat berbentuk bahasa inggris dan bahasa Indonesia, di samping juga memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan selama ini oleh pemerintah.

Catatan: Selama masa rintisan, sistem dan standar penilaian menggunakan atau menerapkan dari apa yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP dan untuk ujian pengayaan sebagai RSBI secara nasional tetap dilaksanakan oleh pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP). Ujian ini dapat dilakukan dengan bahasa pengantar bahasa inggris dan atau bahasa indonesia. Demikian juga dalam hal sertifikasi akan diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMP.

62

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

63

Belajar Untuk Masa Depanku

D. Persyaratan Penyelenggaraan RSBI Untuk dapat menetapkan dan mnyelenggarakan RSBI, maka diperlukan adanya persyaratan-persyaratan dan prosedur atau mekanisme yang harus dipenuhi dan ditempuh oleh semua pihak pemangku kepentingan menyelenggarakan RSBI. Diperlukannya persyaratan-persyaratan tertentu dalam penyelenggaraan RSBI adalah untuk menjamin bahwa sekolah yang ditetapkan telah memenuhi IKKM dan IKKT sehingga layak disebut sebagai sekolah bertaraf internasional. Sedangkan prosedur atau mekanisme penyelenggaraan juga diperlukan untuk memberikan jaminan bahwa RSBI yang diselenggarakan adalah telah memperoleh ijin resmi dari pemerintah dimana secara hukum, sosial, dan aspek lainnya adalah diakui keberadaannya (legal). 1. Persyaratan Umum Penyelenggaraan RSBI Sesuai dengan ketentuan dan kebijakan RSBI Departemen Pendidikan Nasional sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa untuk menyelenggarakan RSBI harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yang secara umum (berlaku untuk semua jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah), yaitu: a. Sekolah membuat proposal yang diajukan kepada Direktorat Pembinaan SMP oleh Dinas Pendidikan Propinsi melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai RSBI; b. Sekolah mendapatkan akreditasi yang memenuhi ketentuan BAN-S sekolah dengan nilai minimal predikat A; c. Sekolah memperoleh ijin resmi untuk menyelenggarakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Yayasan (bagi sekolah swasta). 2. Persyaratan Khusus Penyelenggaraan RSBI Di samping persyaratan umum di atas, sekolah yang akan melaksanakan/menyelenggarakan RSBI harus memenuhi persyaratan khusus. Persyaratan khusus yang dimaksudkan di sini adalah persyaratan-persyaratan yang hanya berlaku untuk jenjang pendidikan SMP, yaitu sebagai berikut: a. Persyaratan Khusus bagi RSBI Negeri yang Diselenggarakan oleh Pusat dan Provinsi 1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM)*), yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan evaluasi SSN tahun terakhir; Catatan: *) telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. 2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai syarat layak tidaknya dilakukan verifikasi RSBI oleh Direktorat pembinaan SMP bersama Dinas Pendidikan propinsi dan Kabupaten/Kota. Secara administratif sekolah melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN; Catatan: Apabila suatu daerah telah menetapkan dan mempersiapkan suatu sekolah negeri sebagai rintisan SBI dan dilakukan evaluasi oleh pusat ternyata benar-benar memenuhi karakteristik RSBI dan bahkan telah melampui sebagai SSN, maka sekolah yang bersangkutan dapat diberikan SK sebagai rintisan SBI daerah oleh pemerintah pusat (meskipun belum dirintis sebagai SSN sebelumnya). Hal ini hanya bersifat khusus dan kasus saja, hanya dengan pertimbangan dan kebijakan tertentu, tidak berlaku secara umum sebagaimana yang lainnya.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

63

Belajar Untuk Masa Depanku

3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah propinsi. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan dari pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan untuk memberikan pembinaan dan menyelenggarakan RSBI, yang berupa pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pendanaan yang dianggarkan dalam APBD; 4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah kabupatn/kota untuk menyelenggarakan RSBI. Secara administratif sekolah mengirmkan surat pernyataan kepada Dit. PSMP yang berisi kesanggupan dari bupati/walikota untuk membantu memenuhi IKKM dan IKKT melalui pemberian subsidi dana dari APBD; 5) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite sekolah untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk membantu pencapaian pemenuhan IKKM dan IKKT khususnya pemberian bantuan dana dari masyarakat; 6) Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan disetujui/disyahkan oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi; 7) Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan kerjasama dengan sekolah/lembaga; 8) Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan RSBI, yaitu tentang kesanggupan untuk menjalankan semua program apabila ditetapkan sebagai RSBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila melanggar perjanjian; 9) Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat. b. Persyaratan Khusus bagi RSBI Negeri yang Diselenggarakan oleh Propinsi 1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM), yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan evaluasi SSN tahun terakhir; 2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai syarat layak tidaknya dilakukan verifikasi RSBI oleh Dinas Pendidikan Propinsi dan Pusat. Secara administratif sekolah melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN; 3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah daerah tingkat I (propinsi). Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan dari pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan untuk memberikan pembinaan dan menyelenggarakan RSBI, yang berupa pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pendanaan yang dianggarkan dalam APBD atau dibuat dalam bentuk surat perjanjian bersama antara sekolah dengan pemerintah provinsi; 4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah kabupatn/kota untuk membantu menyelenggarakan RSBI. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan dari bupati/walikota untuk memenuhi IKKM dan IKKT melalui bantuan pemberian subsidi dana dari APBD atau dibuat dalam bentuk surat perjanjian bersama antara sekolah dengan Pemda kabupaten/kota; 5) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite sekolah untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah

64

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

6)

7) 8)

9)

melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk membantu mencapai pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pemberian dana dari masyarakat; Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan disetujui/disyahkan oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan kerjasama dengan sekolah/lembaga lain; Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan RSBI, yaitu tentang kesanggupan untuk menjalankan semua program apabila ditetapkan sebagai RSBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila melanggar perjanjian; Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

c. Persyaratan Khusus bagi RSBI Swasta yang Diselenggarakan oleh Yayasan atau Lembaga Lainnya: 1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM), yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan evaluasi SSN tahun terakhir (apabila telah ditetapkan sebagai SSN oleh pemerintah pusat). Catatan: sekolah yang akan diajukan sebagai RSBI TIDAK HARUS BERSTATUS SEBAGAI SSN YANG DITETAPKAN PUSAT; 2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP apabila sekolah tersebut statusnya SSN yang ditetapkan oleh pusat, sebagai syarat layak tidaknya dilakukan verifikasi RSBI oleh propinsi/pusat. Secara administratif sekolah melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN. Sedangkan apabila tidak berstatus sebagai SSN pusat, maka tidak perlu melampirkan; 3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari yayasan atau lembaga lainnya. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan dari yayasan atau lembaga lainnya yang berisi kesanggupan untuk memberikan pembinaan yang berupa pemenuhan IKKM dan IKKT melalui bantuan dana yang dianggarkan dalam APB yayasan atau dibuat dalam bentuk surat perjanjian bersama antara sekolah dengan yayasan atau lembaga lainnya; 4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite sekolah untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk membantu mencapai pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pemberian dana; 5) Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan disetujui/disyahkan oleh komite sekolah, Yayasan/lembaga lain dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi; 6) Surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan kerjasama dengan sekolah/lembaga lain; 7) Surat pernyataan kesanggupan untuk menjalankan semua program apabila ditetapkan sebagai RSBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila melanggar perjanjian; 8) Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah dan yayasan/lembaga lain.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

65

Belajar Untuk Masa Depanku

E. Prosedur Penyelenggaraan RSBI Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksudkan dengan prosedur penyelenggaraan Rintisan SBI disini adalah mekanisme atau tata urutan pelaksanaan penyelenggaraan/penetapan sekolah sebagai rintisan SBI. Beberapa prosedur atau pentahapan yang harus dilalui adalah: (a) prosedur pendirian, (b) pelaksanaan verifikasi, (c) penetapan sebagai rintisan SBI, dan (d) persiapan sekolah sebelum melaksanakan/menyelenggarakan rintisan SBI. Pada dasarnya semua langkah tersebut dapat dilakukan oleh para pemangku kepentingan, yaitu Direktorat pembinaan SMP, Dinas Pendidikan propinsi, dan dibantu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. 1. Pendirian Penyelenggaraan RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP Pengertian pendirian penyelenggaraan RSBI di sini adalah bahwa sekolah atau yayasan yang akan menyelenggarakan rintisan pendidikan bertaraf internasional harus terlebih dahulu mengajukan kepada pihak-pihak terkait. Oleh karena itu dalam proses pengajuan pendirian ini diusulkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi ditujukan kepada Mendiknas melalui Direktur Pembinaan SMP Ditjen Manajemen pendidikan Dasar dan Menengah. a. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP Secara garis besar langkah-langkah awal yang ditempuh oleh Direktorat Pembinaan SMP dalam pendirian penyelenggaraan rintisan SBI ini adalah: menetapkan konsep dan persyaratan atau kriteria rintisan (sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya); memilih sekolah SSN yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria; menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi; mengirimkan informasi kepada Dinas Pendidikan propinsi dan Kabupaten/Kota tentang data sekolah yang akan diverifikasi; melaksanakan verifikasi bersama Dinas Pendidikan Propinsi.
MENETAPKAN KONSEP DAN KRITERIA MEMILIH SMP SSN YANG MEMENUHI KRITERIA MENETAPKAN SMP SBG CALON SEMENTARA RSBI

DAFTAR LONG LIST

DAFTAR SHORT LIST

USULAN DAERAH SESUAI KRITERIA MELAKSANAKA N VERIFIKASI BERSAMA DINAS DAERAH MENGIRIMKAN DATA/INFORMASI CALON SEMENTARA YANG AKAN DIVERIFIKASI

Gambar 1. Proses Awal Pendirian Penyelenggaraan RSBI

b. Pelaksanaan Verifikasi RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP Dalam pelaksanaan verifikasi ini Direktorat Pembinaan SMP melakukan secara bersama-sama dengan Dinas Pendidikan Propinsi dan dibantu Kabupaten/Kota. Hal ini lebih didasarkan atas pertimbangan bahwa pemerintah daerah tingkat I yang
66

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

memiliki kewenangan penyelenggaraan nantinya, dan tingkat II memiliki tanggung jawab membantu pembinaan. Di samping itu, daerah lebih memahami masing-masing profil dan kondisi sekolah calon rintisan yang ada di wilayahnya. Materi yang dipergunakan untuk dasar verifikasi adalah seperangkat instrumen yang meliputi instrumen kinerja sekolah (sebagai instrumen utama), instrumen pendukung (instrumen yang mengungkap keinternasionalan sekolah), instrumen kualitatif, instrumen dokumen portofolio, profil sekolah, dan panduan penilaian/pensekoran. Tujuan verifikasi ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kinerja sekolah dan eksistensi sekolah serta untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan sekolah sebagai rintisan. Sebagai sasaran atau responden dalam verifikasi ini adalah unsur kepala sekolah dan jajarannya, guru, peserta didik, komite sekolah, tenaga pendukung sekolah, Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Petugas verifikasi berasal dari unsur dari Direktorat Pembinaan SMP, perguruan tinggi, LPMP, praktisi, Balitbang Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi, dan sebagainya. Beberapa hal pokok yang harus dipahami dalam melaksanakan verifikasi adalah: (a) calon sementara sekolah yang akan diverifikasi bisa ditambah/dirubah atas usulan daerah, asalkan memenuhi kriteria yang ditetapkan pusat; (b) petugas pendamping dari daerah semata-mata untuk memberikan penilaian ke sekolah dan masukan kepada pusat; (c) keputusan final tentang sekolah yang layak ditetapkan sebagai rintisan adalah oleh pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP). Data-data yang diperoleh selama verifikasi selanjutnya dianalisa tiap sekolah, baik secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Hasil analisa data ini akan dihasilkan daftar calon tetap sebagai rintisan SBI. c. Penetapan Calon Tetap Rintisan SBI oleh Direktorat Pembinaan SMP Telah dijelaskan di atas bahwa kewenangan untuk penetapan sekolah sebagai rintisan adalah pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP). Pemerintah daerah/yayasan sebatas pada memberikan masukan dan atau pertimbangan secara obyektif tentang sekolah yang diverifikasi. Dasar penetapan sekolah sebagai rintisan SBI adalah hasil dari pensekoran/penilaian kinerja sekolah (IKKM), IKKT, profil sekolah, dokumen portofolio, dan data lain yang relevan. Kriteria nilai kinerja minimal adalah yang termasuk kategori baik/layak sebagai rintisan SBI, yaitu merupakan gabungan dari nilai kinerja IKKM dan IKKT. Profil sekolah dipergunakan sebagai tambahan penguatan, di samping sebagai cek silang terhadap data kinerja sekolah. Untuk sementara daerah yang ditetapkan sekolahnya sebagai rintisan SBI adalah daerah kabupaten/kota yang sama sekali belum ada dan daerah lain yang memiliki sekolah memenuhi kriteria yang ditetapkan (dalam jumlah terbatas), meskipun telah ada rintisan SBI sebelumnya.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

67

Belajar Untuk Masa Depanku

SEKOLAH/DINAS PENDIDIKAN DAERAH/YAYASA N MENGUSULKAN RSBI DILAMPIRI

SELEK. TAHAP I (SYARAT UMUM)

SHORT LIST CALON RINT.SBI

VERIFIKASI KE SEKOLAH, DINAS, DAN PEMDA

PERSYARATAN NYA

PENYUSUNAN KRITERIA CALON RSBI

SEKOLAH MEMBUAT PROPOSAL DAN MENGUMPULKAN PERSYARATAN LAIN

KONDISI SEKOLAH DAN DAERAH

PENYUSUNAN KONSEP RSBI PENETAPAN SEKOLAH SEBAGAI RSBI


ANALISIS DATA VERIFIKASI

PENGGABUNGAN NILAI VERIFIKASI DAN PERSYARATAN YG DIAJUKAN

DAFTAR CALON TETAP RSBI

WORKSHOP CALON TETAP RSBI

PERBAIKAN PROPOSAL DAN PEMBUATAN RKS DAN RKAS RSBI

Gambar 2. Prosedur pendirian RSBI


Selanjutnya Direktorat Pembinaan SMP melaksanakan workshop untuk memberikan pemahaman tentang RSBI dan SBI kepada calon rintisan SBI. Selama workshop ini sekolah diberikan materi tentang berbagai aspek seperti: kebijakan Direktorat Pembinaan SMP, konsep RSBI, manajemen RSBI, dan aspek-aspek lain yang termasuk dalam IKKM dan IKKT. Secara khusus sekolah diharapkan membuat RKS dan RKAS selama kegiatan workshop. Berdasarkan hasil verifikasi dan kegiatan workshop ini, maka Direktorat Pembinaan SMP menetapkan sekolah sebagai calon tetap Rintisan SBI. Secara skematis pelaksanaan verifikasi dan penetapan sekolah sebagai rintisan SBI dapat dilihat pada Gambar 4. d. Persiapan Sekolah sebagai RSBI Direktorat Pembinaan SMP dalam melaksanakan verifikasi dan penetapan sekolah sebagai rintisan adalah satu tahun sebelum tahun ajaran dimulai. Tujuannya antara lain adalah agar sekolah memiliki cukup waktu untuk melakukan persiapan-persiapan sebelum melaksankan berbagai program atau kegiatan untuk mengimplmenetasikan pendidikan bertaraf internasional. Beberapa kegiatan pokok yang dapat dilakukan oleh sekolah dan atau Dinas Pendidikan Daerah antara lain:

68

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

1) Peningkatan Kapasitas/kemampuan: a) Meningkatkan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan (capacity building) sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, misalnya adalah: Tenaga pendidik: ditingkatkan kemampuan mengajar dengan bilingual (bahasa Inggris), kemampuan komputer/TIK, kemampuan bidang studi, dan pengembangan kurikulum SBI; Kepala sekolah: ditingkatkan kemampuan bahasa Inggris, TIK, manajemen ISO 9001: 2000 dan ISO 14000 serta kemampuan mengembangkan RKS dan RKAS; Tenaga pendukung: ditingkatkan kemampuan bahasa Inggris dan TIK. b) Mengembangkan kurikulum RSBI sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah, terutama dalam hal pengembangan silabus, RPP, bahan ajar, sistem penilaian, dan perangkat pendukung kurikulum; c) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan kurikulum RSBI; d) Merintis jalinan kerjasama atau sister school dengan sekolah lain, perguruan tinggi, dan sebagainya. 2) Penerimaan Peserta Didik Baru
Sekolah Bertaraf Internasional mensyaratkan calon siswa baru harus memiliki kompetensi dan kecerdasan tinggi. Hal ini didasari oleh tuntutan kurikulum bertaraf internasional, yang mengharuskan anak-anak yang masuk dalam kelas internasional harus mampu berkompetisi secara global dengan anak-anak dari negara lain. Beberapa kemampuan umum yang lazim menjadi tolok ukur keinternasionalan adalah kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris (bahasa asing), kemampuan dalam sains, kemampuan dalam bidang teknologi, dan kemampuan lain yang bersifat karya-karya inovatif dan kreatif. Oleh karena itu, sekolah dapat menerapkan aturan atau kriteria khusus bagi calon-calon siswa baru yang akan masuk dalam kelas internasional. Beberapa contoh kriteria tersebut adalah: (a) memiliki rata-rata nilai akademik (raport) dari kelas IV sd VI SD minimal 7,0, (b) memiliki kemampuan mengoperasionalkan komputer, (c) memiliki kemampuan dasar Bahasa Inggris, (d) memiliki kecerdasan di atas ratarata, (e) memiliki pemikiran, sikap dan perilaku yang kritis dan inovatif, (f) dan sebagainya. Untuk menjaring kemampuan anak tersebut perlu dilakukan seleksi secara ketat melalui tes dan non tes yang digabung menjadi satu secara proporsional dengan cara anak dijaring sejak duduk di Sekolah Dasar atau menggunakan dokumen portofolio prestasi anak ketika di SD. Kemudian diseleksi melalui tes yang terdiri dari tes kemampuan akademik atau Test Potensi Akademik, tes kemampuan komputer/TIK, dan tes psikologi. Sekolah dapat menambahkan bentuk seleksi lainnya seperti melalui wawancara atau dengan kuesioner untuk mengungkap beberapa hal yang mendukung penilaian guna menentukan kelulusan calon siswa. Tidak kalah pentingnya adalah mengungkap tentang latar belakang anak, keluarga, dan aspek lainnya. Namun demikian bagi sekolah harus tetap memperhatikan betul terhadap anak-anak yang potensial akan tetapi latar belakang ekonominya kurang mampu harus tetap memiliki hak yang sama menjadi siswa internasional. Prinsip affirmative action bagi anak miskin dengan kemampuan akademik tinggi merupakan skala prioritas yang harus diperhatikan bagi sekolah, komite sekolah dan pemerintah daerahnya. Pelaksanaan seleksi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak lain yang relevan. Sistem yang dipergunakan
69

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

dapat terintegrasi dengan seleksi calon siswa lain dari sekolah lain apabila secara on line dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Kemudian sekolah melakukan seleksi secara khusus sesuai dengan kepentingannya. Tidak menutup kemungkinan pemerintah daerah membuat kebijakan khusus bagi rintisan SBI untuk melakukan seleksi secara tersendiri tanpa terikat oleh peraturan yang diberlakukan kepada sekolah bukan rintisan SBI. Melalui sistem seleksi seperti ini diharapkan sekolah benar-benar memperoleh calon-calon peserta didik yang dapat berprestasi dan mampu bersaing dengan lainnya yang sederajad, baik di dalam maupun di luar negeri. 3) Workshop Persiapan Rintisan SBI a) Setelah ditetapkan sebagai rintisan SBI, sekolah wajib mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SMP; b) Tujuan workshop antara lain untuk sosialisasi dan penguatan kapasitas sekolah sebelum menyelenggarakan RSBI; c) Biaya penyelenggaraan workshop antara lain menggunakan dana subsidi persiapan rintisan SBI; d) Segala sesuatu tentang penyelenggaraan workshop diatur khusus dalam panduan workshop.

2. Pendirian Penyelenggaraan Rintisan RSBI oleh Dinas Pendidikan Propinsi Pada dasarnya untuk pendirian penyelenggaraan RSBI oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan atau Tingkat II adalah sama dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh Direktorat pembinaan SMP, yaitu melakukan proses awal penyelenggaraan RSBI, melaksanakan verifikasi bersama-sama dengan pusat, pusat (Dit. PSMP) menetapkan sekolah sebagai RSBI, dan persiapan oleh sekolah sebelum melaksanakan pendidikan bertaraf internasional. Perbedannya adalah bahwa pemerintah daerah bertanggungjawab penuh dalam pembiayaan bersama komite sekolah yang bersangkutan. Beberapa hal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan Atau Tingkat II adalah sebagai berikut: 1. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan Atau Tingkat II: a. Konsep dan persyaratan atau kriteria RSBI yang dipergunakan sebagai dasar untuk penentuan calon sekolah yang akan diverifikasi tetap sama menggunakan yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP; b. Memilih sekolah SSN yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria; c. Menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi; d. Mengirimkan informasi kepada sekolah yang akan diverifikasi; e. Melaksanakan verifikasi bersama antara Direktorat Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Pelaksanaan Verifikasi oleh Direktorat PSMP, Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II a. Pelaksanaan verifikasi oleh petugas dari Direktorat PSMP, Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota b. Verifikasi menggunakan instrumen yang dibuat oleh Dit. PSMP c. Teknik analisis data dan penilaian sama dengan yang dilakukan oleh Dit. PSMP

70

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

3. Menetapkan Sekolah sebagai RSBI Penetapan sekolah yang layak sebagai RSBI daerah (Tingkat I dan atau Tingkat II) dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP, sedangkan daerah bertanggungjawab dalam penyelenggaraannya. 4. Persiapan oleh Sekolah sebagai RSBI (Sebelum Melaksanakan Pendidikan Bertaraf Internasional) Setelah sekolah ditetapkan sebagai RSBI oleh Dit. PSMP, maka sekolah dan pemerintah daerah tingkat I dan II harus melaksanakan berbagai langkah persiapan, seperti yang dilakukan oleh sekolah lain yang ditetapkan sebagai RSBI oleh Direktorat pembinaan SMP, yaitu meningkatkan kapasitas sekolah, melaksanakan penerimaan siswa baru rintisan SBI, dan melaksanakan workshop RSBI. 5. Pemerintah daerah tingkat I dan II melaksanakan monitoring dan evaluasi secara periodik.

3. Pendirian Penyelenggaraan RSBI oleh Yayasan/Lembaga Lain (untuk Sekolah Swasta) Pada dasarnya untuk pendirian penyelenggaraan RSBI oleh yayasan/lembaga lain adalah sama dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh Direktorat pembinaan SMP atau Daerah Tingkat I dan II, yaitu melakukan proses awal penyelenggaraan SMP-BI, melaksanakan verifikasi, menetapkan sekolah sebagai RSBI, dan persiapan oleh sekolah sebelum melaksanakan pendidikan bertaraf internasional. Beberapa hal yang dilakukan oleh Yayasan/Lembaga lain adalah sebagai berikut: 1. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Yayasan/Lembaga lain a. Konsep dan persyaratan atau kriteria RSBI yang dipergunakan sebagai dasar untuk penentuan calon sekolah yang akan diverifikasi tetap sama menggunakan yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP; b. Memilih sekolah yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria; c. Menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi; d. Mengirimkan informasi kepada sekolah yang akan diverifikasi; e. Melaksanakan verifikasi. 2. Pelaksanaan Verifikasi a. Pelaksanaan verifikasi oleh petugas dari Yayasan dan Direktorat Pembinaan SMP serta Dinas Pendidikan Daerah; b. Perangkat instrumen verifikasi menggunakan sama dengan yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP; c. Teknik analisis data dan penilaian dilakukan oleh pusat (Direktorat Pembinaan SMP) 3. Menetapkan Sekolah sebagai RSBI Penetapan sekolah sebagai RSBI yayasan dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP. 4. Persiapan oleh Sekolah sebagai RSBI (Sebelum Melaksanakan Pendidikan Bertaraf Internasional) Setelah sekolah ditetapkan sebagai RSBI, maka harus melaksanakan berbagai langkah-langkah persiapan, seperti yang dilakukan oleh sekolah lain yang ditetapkan sebagai RSBI oleh Direktorat pembinaan SMP, yaitu meningkatkan kapasitas sekolah, penerimaan siswa baru, dan melaksanakan workshop Rintisan SBI. Yayasan atau pihak penyelenggara rintisan SBI berkewajiban melakukan monitoring dan evaluasi secara periodik.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

71

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB V PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RSBI


Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pengembangan RKS dan RKAS merupakan bagian awal dari pelaksanaan pendidikan bertaraf internasional yang mutlak harus dilakukan sekolah. RKS dan RKAS yang baik akan mendukung pelaksanaan yang baik pula, sehingga hasilnyapun akan maksimal. Demikian pula sebaliknya, kegagalan pelaksanaan dan hasil juga bisa disebabkan adanya perencanaan sekolah yang jelek (tidak baik). Untuk mencapai tujuan yang diharapkan sebagai sekolah rintisan yang bertaraf internasional, maka sekolah harus melaksanakan berbagai kegiatan/program/ antara lain: (a) sosialisasi sekolah sebagai rintisan SBI (RSBI), (b) pembentukan tim pengembang rintisan SBI (RSBI), (c) sosialisasi dan pemahaman RKS dan RKAS, (d) menentukan tonggak-tonggak kunci keberhasilan, (e) model-model penyelenggaraan RSBI, dan (f) implementasi pentahapan pelaksanaan program dan kegiatan RSBI. Masing-masing pelaksanaan kegiatan tersebut diuraikan di bawah ini.

A. Sosialisasi Sekolah Sebagai Rintisan SBI (RSBI) (RSBI)


Bagi sekolah yang telah ditetapkan sebagai Rintisan SBI (RSBI) diharapkan mampu melaksanakan sosialisasi kepada stakeholder atau pemangku kepentingan (orang tua siswa, komite sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Komisi Pendidikan di DPRD, dan lembaga atau masyarakat lain yang terkait). Tujuan sosialisasi ini adalah untuk memberikan informasi, penjelasan, dan harapan-harapan tentang hal-hal yang terkait dengan keberadaan sekolah ditetapkan sebagai Rintisan SBI (RSBI). Beberapa hal pokok yang disosialisasikan antara lain: (a) dasar-dasar / landasan yuridis pentingnya Rintisan SBI (RSBI), (b) program-program sekolah yang akan direncanakan/dilaksanakan sebagai Rintisan SBI (RSBI), (c) target atau indikator keberhasilan sekolah sebagai Rintisan SBI (RSBI), baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, (d) peran serta stakeholder dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), (e) hal lain yang dipandang perlu oleh sekolah. Pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan sedini mungkin, dengan harapan akan menjadi perhatian dan pemahaman yang sama sejak awal, sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi sekolah. Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai strategi dan media, misalnya: melalui rapat-rapat, pertemuan, brosur, media cetak, media elektronik, dan sebagainya. Pada dasarnya sosialisasi tidak dibatasi oleh waktu, akan tetapi diharapkan makin cepat dan makin banyak jangkauan sosialisasi akan makin baik. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai sekolah Rintisan SBI (RSBI), sekolah sangat membutuhkan peran serta dari masyarakat dan fihak-fihak lain yang terkait sangat tinggi. Hal ini antara lain didasarkan atas kebutuhan unit cost operasional per anak per tahun sangat tinggi pula, yaitu minimal di atas lima juta rupiah. Partisipasi tersebut dapat langsung berupa finansial maupun non finansial. Sebagai bahan bandingan, bagi kelompok sekolah SSN (sekolah standar nasional) besarnya unit cost operasional per anak per tahun kurang lebih tiga juta rupiah, dan untuk kelompok sekolah potensial dan kelompok sekolah paling bawah (rintisan) jeuh lebih kecil daripada itu. Standar ideal bagi SMP yang bukan Rintisan SBI (RSBI), rata-rata biaya per anak per tahun adalah dua juta rupiah. Biaya yang dimaksudkan di atas adalah hanya khusus biaya operasional. Dengan
73

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

demikian sangatlah strategis bagi sekolah Rintisan SBI (RSBI) untuk dapat melaksanakan sosialisasi tentang penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI) ini, mengingat sangatlah besar akan biaya operasional yang harus ditanggung oleh setiap siswa. Untuk itu, peran masyarakat dan stakeholder lainnya sangatlah diharapkan.

B. Pembentukan Tim Pengembang Rintisan SBI (RSBI) di Sekolah


Dalam upaya memperlancar, mempermudah manajemen, dan membangun sistem di sekolah yang lebih baik dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), maka diharapkan setiap sekolah membentuk Tim Pengembang yang bertugas membantu kepala sekolah dalam hal penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI). Tujuan utamanya adalah untuk mempercepat penyiapan penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), pengembangan berbagai aspek pendidikan (IKKM) yang akan dikembangkan menjadi aspek-aspek yang berciri internasional (IKKT), dan membantu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program Rintisan SBI (RSBI) di sekolah. Di samping itu, Tim Pengembang berperan aktif untuk membantu penataan manajemen sekolah, khususnya dalam hal mencari jalinan kerjasama dengan pihak lain dan mempersiapkan sistem manajemen yang berstandarkan internasional. Anggota Tim Pengembang ini diusahakan terdiri dari unsur guru dan karyawan yang memiliki kemampuan manajerial yang baik, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Tim harus diberikan waktu khusus untuk menjalankan tugasnya. Struktur organisasi Tim dapat dibuat secara jelas sehingga tugas tanggung jawab serta wewenangnya dapat dirinci dan jelas pula. Secara prinsip, keberadaan tim ini bertanggung jawab kepada kepala sekolah.

C. Sosialisasi dan Pemahaman RKS dan RKAS


Sebagaimana halnya sekolah yang bukan Rintisan SBI (RSBI), maka bagi sekolah yang ditetapkan menjadi Rintisan SBI (RSBI) diwajibkan membuat RKS dan RKAS, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan oleh sekolah dalam membuat RKS dan RKAS ini antara lain: (a) tim Rintisan SBI (RSBI) sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan RKS dan RKAS ini, (b) harus melibatkan semua warga sekolah, (c) melibatkan komite sekolah, (d) melibatkan pihak lain yang dipandang perlu, (e) dibuat dua macam yaitu RKS (jangka panjang/menengah) dan jangka pendek (satu tahun) disebut RKAS. Bilamana diperlukan, maka di dalam RKS dan RKAS tersebut terdapat berbagai program dan kegiatan persiapan yang akan dijalankan sebelum benar-benar melaksanakan RSBI sesungguhnya. Maksudnya adalah, sebelum benar-benar melaksanakan RSBI, sekolah harus melakukan persiapan-persiapan khusus sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Diharapkan dalam pelaksanaan persiapan inii terdapat sharing dana dari pemerintah daerah dalam upaya memberikan bantuan (tenaga, dana, dan lainnya), sehingga dapat dicapai persiapan yang optimal (hal ini akan diatur tersendiri). Agar apa saja yang tertuang dalam RKS dan RKAS dapat dijalankan dan dihasilkan sesuai tujuan, maka sekolah wajib melaksanakan sosialisasi RKS dan RKAS kepada semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI). Tujuannya antara lain untuk: (a) memberikan pemahaman yang sama mengenai berbagai hal yang akan dijalankan sekolah sebagai Rintisan SBI (RSBI); (b) memberikan pemahaman yang sama tentang tugas dan tanggung jawab setiap pemangku kepentingan, khususnya tim

74

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

pengembang Rintisan SBI (RSBI); (c) menyamakan gerak langkah pelaksanaan program secara proporsional dan profesional; dan (d) menghindari atau mengeliminir kesalahan dan penyimpangan yang akan terjadi terhadap RKS dan RKAS yang telah dirumuskan. Pelaksanaan sosialisasi dan strateginya dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah, namun disarankan semakin cepat disosialisasikan akan semakin baik. Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan ini akan makin mendukung kesuksesan pelaksanaan program nantinya.

D. Menentukan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan (milestone )


Setelah RKS dan RKAS dipahami dan disepakati bersama antara pemangku kepentingan, maka sekolah diharapkan menyusun dan merumuskan tonggak-tonggak kunci keberhasilan yang berisi tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan dicapai. Manfaat adanya tonggak-tonggak kunci keberhasilan ini direncanakan adalah: Bagi sekolah dapat dipergunakan sebagai target yang harus dicapai sekolah dari rintisan menjadi SBI sepenuhnya; Bagi sekolah dapat secara bertahap menyelenggarakan pendidikan dengan perbaikan atau peningkatan berbagai aspek sehingga menjadi SBI penuh dalam jangka waktu yang pendek; Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi serta Direktorat Pembinaan SMP dapat dipergunakan untuk melakukan pembinaan secara kongkret pada aspekaspek apa saja yang masih belum memenuhi syarat atau sebagai kekurangan sekolah pada setiap tahunnya; Bagi pihak-pihak lain yang terkait dapat ikut serta melakukan pembinaan dalam rangka mempercepat pencapaian sekolah bertaraf internasional. E. Model-Model Penyelenggaraan
Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka dituntut harus memenuhi indikator-indikator kinerja kunci minimal maupun tambahan (IKKM dan IKKT) sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dimana terdapat beberapa indikator kinerja yang standar minimal akan dimiliki sama antara satu dengan seklah lainnya, dan akan terdapat variasi yang tinggi aapabila dilihat dari sisi pemenuhan IKKT nantinya. Hal ini sangat tergantung dari kemampuan dan kondisi sekolah/daerahnya masingmasing. Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, maka terdapat berbagai alternatif model penyelenggaraan RSBI, dimana suatu daerah/sekolah penyelenggara dapat memilih salah satu diantaranya sesuai dengan kebutuhan, kekhasan, keunikan, dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap sekolah, baik untuk penyelenggaraan sekolah yang baru maupun pengembangan Sekolah yang sudah ada sebelumnya. Beberapa alternatif model penyelenggaraan RSBI tersebut adalah sebagai berikut: (a) satu sistem-satu atap; (b) satu sistem tidak- satu atap; dan (c) beda sistem tidak-satu atap. 1. Model terpadu-satu sistem-satu atap dilaksanakan dalam satu lokasi dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpadusatu sistem-satu atap yaitu penyelenggaraan RSBI pada jenjang SMP di dalam satu lokasi dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama. RSBI yang diselenggarakan dengan model ini dapat dipimpin oleh seorang direktur/manajer yang mengkoordinasikan tiga kepala sekolah yang memimpin setiap satuan pendidikan dasar dan menengah (SD-SMP-SMA/SMK). Pengertian terpadu-satu sistem-satu atap di

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

75

Belajar Untuk Masa Depanku

sini adalah bahwa keberadaan SD, SMP, SMA, dan SMK RSBI berada dalam satu lokasi atau tempat aeral tertentu, tidak terpisah-pisah atau berbeda lokasi/tempat. Dengan model ini akan memerlukan sarana dan prasarana, khususnya tanah, sangat luas yaitu minimal lima sampai enam hektar atau lebih dengan asumsi IKKM untuk luas tanah jenjang SD satu hektar dan SMP seluas satu setengah hektar. Model ini sangat dimungkinkan hanya dengan membanguan sekolah baru. Terdapat beberapa kemungkinan terjadi dalam penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya): a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP) diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi satu lokasi; b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP) diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi satu lokasi dengan sistem pengelolaan yang sama atau terpadu. Dalam hal ini terdapat beberapa kepala sekolah sesuai jumlah sekolah, dan terdapat manajer/direktur yang mengelola (memadukan) semua sekolah; c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi satu lokasi; d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi satu lokasi dengan sistem manajemen yang sama. Dalam hal ini masing-masing ada kepala sekolah dan terdapat direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua sekolah tersebut; e. Ditinjau dari sisi pentahapan penyelenggaraan pendidikan, sangat mungkin ada sekolah yang masih dalam tahap rintisan, sementara sekolah lain sudah memasuki tahap mandiri, dan lokasinya dan atau sistem manajemennya sama; f. Semua model tersebut dapat terjadi apabila dalam suatu daerah memiliki kemampuan yang memadai terhdap sarana dan prasarana (tanah) untuk menyelenggarakan secara terpadu. Keuntungan penyelenggaraan model ini antara lain: (a) ditinjau dari sisi fungsi-fungsi manajemen seperti regulasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat diterapkan satu sistem manajemen sekolah yang terintegrasi, (b) mudah melakukan koordinasi, komunikasi, dan lainnya antar jenjang pada semua bidang manajemen dalam sisi manajemennya terhadap unsur-unsur sekolah (SDM, sarana prasarana, keuangan, akademik, pembelajaran, evaluasi, dan sebagainya), (c) pengembangan kelembagaan dapat lebih mudah dan terintegrasi, (d) pengelolaan hasil-hasil pendidikan (lulusan) dapat lebih mudah dikelola, dan sebagainya. Namun demikian, kelemahan dengan model ini antara lain: memerlukan lahan luas, lebih kompleks permasalahan yang timbul, dan sebagainya. Dengan mempertimbangkan luasnya tugas tanggung jawab direktur, maka penyelenggara RSBI dalam model ini dapat mengangkat pembantu-pembantu direktur yang bertugas untuk menangani berbagai bidang persekolahan. Beberapa bidang tersebut antara lain bidang: akademik (kurikulum, PBM, dan Penilaian), kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, hubungan kerjasama, penelitian dan pengembangan, dan sebagainya. Banyak sedikitnya pembantu direktur tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Tiap pembantu direktur bertanggung jawab kepada direktur dalam menjalankan tugasnya, yaitu mengkoordinasikan bidang-bidang persekolahan pada semua jenjang sekolah/pendidikan yang ditanganinya. Sistem pengelolaan pendidikan yang diterapkan dalam pola ini adalah sama untuk semua jenjang pendidikan RSBI yang diselenggarakan, baik manajemen untuk SD, SMP maupun SMA/SMK.

76

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

2. Model terpisah-satu sistem-tidak satu atap dilaksanakan dalam lokasi yang berbeda atau terpisah dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpisahsatu sistem-tidak satu atap yaitu penyelenggaraan rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMP di dalam lokasi yang berbeda atau terpisah dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama. Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model ini dapat dipimpin oleh seorang direktur/manajer yang mengkoordinasikan tiga kepala Sekolah yang memimpin setiap satuan pendidikan dasar dan menengah yang berada pada lokasi berbeda. Dalam model penyelenggaraan ini perbedaan yang mendasar dengan model pertama adalah hanya pada letak atau lokasi sekolah yang tidak menjadi satu area/tempat. Misalnya SD RSBI di lokasi A, SMP RSBI di lokasi B, SMA RSBI di lokasi C, dan SMK RSBI di lokasi D atau diantaranya ada dua jenjang pendidikan satu lokasi, sementara lainnya terpisah. Model ini dimungkinkan terjadi karena keterbatasan lokasi atau tanah yang tidak mencukupi untuk menjadikan satu lokasi dari semua jenjang pendidikan RSBI. Terdapat beberapa kemungkinan terjadi dalam penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya): a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi; b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi dengan sistem pengelolaan yang sama atau terpadu. Dalam hal ini terdapat dua kepala sekolah, dan ada manajer/direktur yang mengelola (memadukan) keduanya; c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbedabeda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi; d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbedabeda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi dengan sistem manajemen yang sama atau terpadu. Dalam hal ini masing-masing ada kepala sekolah dan ada direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua sekolah tersebut; e. Ada dua sekolah dengan jenjang berbeda dalam satu lokasi (misalnya SD dan SMP), sementara sekolah dengan jenjang tertentu (misalnya SMA/SMK) di lokasi lain. Pengelolaan yang dalam satu lokasi dengan pola yang sama, sementara yang terpisahpun (SMA/SMK) menggunakan pola sama yaitu terdapat kepala sekolah. Seorang manajer/direktur bertnggung jawab mengelola dua kelompok sekolah yang berbeda lokasi tersebut; f. Semua model tersebut dapat terjadi apabila dalam suatu daerah mengalami keterbatasan sarana dan prasarana (tanah) yang memenuhi syarat untuk terpadu. g. Ada keinginan kuat masing-masing sekolah untuk menunjukkan kemampuan masing-masing dengan tanpa dicampuri oleh sekolah lain; h. Ada tujuan tertentu masing-masing sekolah yang akan menunjukkan ciri-cirinya masing-masing sesuai dengan kondisi sekolah; Dalam model menajemennya sama dengan model pertama, dimana dari semua jenjang sekolah tersebut dikendalikan oleh satu pimpinan (manajemen). Bukan satu jenjang pendidikan satu manajemen. Meskipun berbeda lokasinya tidak mempengaruhi dalam sistem manajemen yang diterapkan. Dengan model ini ditinjau dari sisi manajemen

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

77

Belajar Untuk Masa Depanku

memerlukanl koordinasi dan komunikasi yang lebih intensif. Karena sistem pengelolaannya sama dan yang berbeda hanya lokasi atau tempat sekolah pelaksana RSBI yang berbeda (tidak menjadi satu tempat), maka model organisasi yang diterapkan atau dikembangkan sama dengan model penyelenggaraan satu atap satu sistem.
3. Model terpisah-beda sistem-tidak satu atap dilaksanakan di lokasi yang berbeda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda.

Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpisah-beda sistem-tidak satu atap yaitu penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMP di lokasi yang berbeda-beda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda-beda juga. Pengertian terpisah di sini adalah bahwa keberadaan sekolah yang menyelenggarakan RSBI tidak berada dalam satu lokasi atau tempat, dimana secara geografis terpisahkan secara alam (kondisi lingkungan). Sedangkan sistem pengelolaan yang dimaksudkan adalah sekolah satu dengan lainnya dikendalikan, diatur, dikelola, ditangani oleh masing-masing penyelenggara di sekolah masingmasing. Dalam hal ini tidak ada kaitan atau hubungan atau koordinasi antara satu sekolah dengan lainnya. Mereka menyelenggarakan dengan polanya masing-masing. Di samping itu, sangat dimungkinkan dua sekolah dalam satu lokasi dengan pengelolaan terpadu, sementara sekolah yang ada di tempat lain dikelola tersendiri (misalnya dalam satu daerah kabupaten/kota). Terdapat beberapa kemungkinan terjadi dalam penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya): a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi; b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi dengan sistem pengelolaan yang berbeda atau tidak terpadu. Dalam hal ini terdapat dua kepala sekolah, tanpa ada manajer/direktur yang mengelola (memadukan) keduanya; c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbedabeda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi; d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbedabeda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi dengan sistem manajemen yang berbeda. Dalam hal ini masing-masing ada kepala sekolah dan tidak ada direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua sekolah tersebut; e. Ada dua sekolah dengan jenjang berbeda dalam satu lokasi (misalnya SD dan SMP), sementara sekolah dengan jenjang tertentu (misalnya SMA/SMK) di lokasi lain. Pengelolaan yang dalam satu lokasi dengan pola yang sama (terpadu) sehingga terdapat seorang manajer/direktur yang bertanggungjawab keduanya, sementara yang terpisah (SMA/SMK) menggunakan pola tersendiri yaitu terdapat kepala sekolah tanpa adanya direktur/manajer yang membawahinya; f. Semua model tersebut (terpisah-beda sistem) dapat terjadi apabila dalam suatu daerah mengalami keterbatasan sarana dan prasarana (tanah) yang memenuhi syarat untuk terpadu. Demikian juga dalam hal manajemen, daerah tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan koordinasi, komunikasi, dan pelaksanaan program secara terpadu atau tersistem, sehingga pola yang diterapkan berbeda lokasi dan berbeda sistem manajemennya;

78

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

g. Ada keinginan kuat masing-masing sekolah untuk menunjukkan kemampuan masing-masing dengan tanpa dicampuri oleh sekolah lain; h. Ada tujuan tertentu masing-masing sekolah yang akan menunjukkan ciri-cirinya masing-masing sesuai dengan kondisi sekolah; F. Implementasi Pentahapan Pelaksanaan Program dan Kegiatan RSBI Pengembangan RSBI dilakukan secara intensif, terarah, terencana, bertahap berdasarkan skala prioritas mengingat keterbatasan sumber daya dan mempertimbangkan keberagaman status serta eksistensi sekolah-sekolah yang ada saat ini. Kondisi sekolah saat ini beragam, diantaranya adalah: (a) terdapat sejumlah sekolah yang hampir memenuhi syarat sebagai sekolah bertaraf internasional (telah hampir memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal atau Standar Nasional Pendidikan) dan sekolah-sekolah ini hanya memerlukan dukungan kecil atau fasilitasi-fasilitasi ringan, dan (b) terdapat sejumlah sekolah yang memerlukan persiapan dan dukungan secara intensif untuk menjadi sekolah bertaraf internasional. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pengembangan SMP di Indonesia untuk menjadi RSBI dilakukan secara bertahap dan mendasarkan pada data-data aktual dan faktual sehingga pembinanan atau intervensi yang dilakukan terhadap SMP RSBI tidak harus seragam. Bagi sekolah-sekolah yang hampir memenuhi IKKM atau SNP, dalam intervensi atau pembinaan tidak harus mulai dari nol, atau sebaliknya. Terlebih bagi sekolah-sekolah swasta yang telah memenuhi IKKM atau SNP dan akan atau telah menjadi RSBI, maka pembinaan yang dilakukan juga harus proporsional. Berdasarkan pada kondisi, fakta, dan kenyataan yang ada, maka sangat diharapkan dalam pengembangan RSBI pada jenjang SMP ini tidak dilakukan secara tiba-tiba, tetapi pengembangan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Direktorat Pembinaan SMP mengembangkan RSBI pada jenjang SMP, khususnya sekolah negeri dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Dengan kata lain, Direktorat Pembinaan SMP dalam melakukan pengembangan RSBI tidak membentuk atau mendirikan RSBI yang serba baru semua komponen pendidikan, yaitu dimulai dari pembinaan rintisan SBI dari sekolah yang ada dan memenuhi kriteria yang ditentukan dikembangkan menuju SBI dalam kurun waktu tertentu. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tentang pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah suatu sekolah yang hampir atau telah memenuhi IKKM atau Standar Nasional Pendidikan (SNP) plus penambahan (pengayaan, pendalaman, dan perluasan) pada tiap komponen pendidikan yaitu meliputi kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian serta dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang bertaraf internasional. Sedangkan yang dimaksudkan dengan rintisan adalah suatu fase atau tahapan awal dari pengembangan RSBI yang masih bersifat sementara, uji coba, berkembang, belum mampu mandiri, dan masih memerlukan campur tangan pembinaan dari pihak lain untuk menuju ke arah SBI. Dengan demikian, RSBI adalah suatu tahap awal pengembangan sekolah menjadi sekolah bertaraf internasional, yang dilakukan pembinaan secara bertahap agar komponenkomponen pendidikannya mencapai taraf internasional, baik tentang kelulusan, kurikulum (isi), proses pembelajaran, ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen, penilaian maupun pembiayaan. Pada saatnya nanti apabila benar-benar semua itu telah memenuhi standar internasional, maka dari tahap rintisan ini akan dikembangkan menjadi SBI. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan RSBI yang dilakukan oleh Direktorat

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

79

Belajar Untuk Masa Depanku

Pembinaan SMP ini bersifat hanya sementara. Sebagai sekolah Rintisan SBI, maka pada setiap tahunnya akan dilakukan evaluasi untuk menentukan keberlanjutan rintisan, apakah tetap sebagai rintisan atau meningkat menjadi mandiri dan atau bahkan turun menjadi sekolah formal mandiri (SSN). Direktorat Pembinaan SMP bersama dengan Dinas Pendidikan Propinsi dan dibantu Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk melaksanakan pembinaan rintisan sekolah bertaraf internasional ini. Selama kurun waktu pembinaan tersebut, sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan harus selalu berupaya untuk memenuhi IKKM dan IKKT yang bertaraf internasional. Apabila sekolah telah memenuhi kriteria sebagai RSBI secara penuh (terpenuhinya IKKM dan IKKT taraf internasional), maka selanjutnya akan dibina dan dikembangkan menjadi SBI, tidak lagi disebut sebagai rintisan RSBI. Bagi sekolah yang ditetapkan menjadi rintisan SBI , maka diharapkan sekolah tersebut mampu melakukan langkah-langkah strategis, sebagai suatu persiapan menuju sekolah yang benar-benar memiliki karakteristik internasional yang mandiri. Strategi yang dapat ditempuh secara ideal antara lain melalui analisis SWOT di sekolahnya sendiri, untuk mengetahui sejauhmana potensi kekuatan sekolah untuk menjadi rintisan SBI , seberapa besar kelemahan yang ada, seberapa besar ancaman dari dalam dan dari luar sekolah, serta seberapa besar peluang yang ada bagi sekolah untuk melaksanakan rintisan SBI . Dari hasil analisis ini selanjutnya sekolah secara khusus dapat melakukan berbagai langkah yang tepat untuk mengatasi berbagai kendala, kelemahan, dan ancaman yang timbul, sehingga dalam waktu yang relatif pendek sekolah mampu menjalankan rintisan SBI secara baik dan profesional menurut kemampuan dan kondisi masing-masing. Oleh karena itu, bagi sekolah-sekolah yang telah ditetapkan sebagai rintisan SBI , maka diharapkan dapat mengembangkan berbagai program/kegiatan untuk pemenuhan IKKM dan IKKT, khususnya pengembangan kapasitasnya diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Kapasitas Sekolah Terhadap Standar Kompetensi Lulusan Sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang Penjaminan Mutu Pendidikan bagi Sekolah Bertaraf Internasional antara lain adalah perlunya sekolah rintisan SBI untuk mengembangkan dan menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai salah satu IKKT sekolah bertaraf internasional. Sebagai langkah awalnya sekolah harus mampu melaksanakan IKKM tentang SKL sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL SMP. Selanjutnya, sekolah secara mandiri dan otonom untuk mengembangkan SKL sendiri dan bertaraf internasional sehingga memenuhi IKKT SKL bertaraf internasional, termasuk di dalamnya adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf internasional.
Pengembangan kapasitas sekolah terhadap pemenuhan IKKT tentang SKL ( termasuk di dalamnya adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf internasional) ini dapat ditempuh melalui berbagai upaya, diantaranya adalah: (a) memperluas dan memperdalam SKL dan KTSP yang sudah ada di sekolah sesuai Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006, dan (b) mengadopsi atau mengadaptasi dari SKL internasional yang ada dari sekolah/lembaga lain/negara lain. Secara teknis langkah-langkah yang ditempuh dan dicapai sekolah dalam pengembangan IKKT SKL (termasuk di dalamnya adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf internasional.) yang bertaraf internasional ini apabila peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan di atas dapat dipenuhi dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas IKKT SKL ini dapat

80

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

dilakukan melalui: (a) memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan serta komite sekolah/stakeholder sekolah yang ada, (b) melaksanakan kerjasama dengan sekolah lain yang bertaraf internasional, (c) melaksanakan kerjasama/menggalang partisipasi dan dukungan dari lembaga: LPTK, LPMP, PPPG, Puskur, BSNP, Puspendik, dan lembaga lain yang relevan. Catatan: Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan model SKL bertaraf internasional untuk SMP.

2. Pengembangan Kapasitas Sekolah Terhadap Kurikulum


Sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang Penjaminan Mutu Pendidikan bagi Sekolah Bertaraf Internasional antara lain adalah perlunya sekolah rintisan SBI untuk mengembangkan dan menetapkan kurikulum sebagai salah satu IKKT sekolah bertaraf internasional. Pengembangan kapasitas kurikulum RSBI antara lain meliputi pengembangan silabus, pengembangan RPP, pengembangan bahan ajar, pengembangan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Untuk tiga aspek terakhir (pengembangan bahan ajar, pembelajaran, dan penilaian) akan dibahas tersendiri. Sebagai langkah awalnya sekolah harus mampu melaksanakan IKKM tentang kurikulum sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi SMP. Dengan kata lain, sekolah rintisan SBI harus telah memilki seperangkat kurikulum sesuai IKKM (SNP). Selanjutnya, sekolah secara mandiri dan otonom untuk mengembangkan kurikulum sendiri dan bertaraf internasional sehingga memenuhi IKKT kurikulum bertaraf internasional, baik mengenai silabus maupun RPP-nya. Pengembangan kapasitas sekolah terhadap pemenuhan IKKT tentang kurikulum (silabus dan RPP) ini dapat ditempuh melalui berbagai upaya, diantaranya adalah: (a) memperluas, menambah, dan memperdalam kurikulum yang telah ada dan memenuhi IKKM (SNP), dan (b) mengadopsi atau mengadaptasi dari kurikulum internasional yang ada dari sekolah/lembaga lain/negara lain dengan tetap memperhatikan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Secara teknis langkah-langkah yang ditempuh dan dicapai sekolah dalam pengembangan IKKT kurikulum yang bertaraf internasional ini apabila peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan di atas dapat dipenuhi dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas IKKT kurikulum ini dapat dilakukan melalui: (a) memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan serta komite sekolah/stakeholder sekolah yang ada, (b) melaksanakan kerjasama dengan sekolah lain yang bertaraf internasional, (c) melaksanakan kerjasama/menggalang partisipasi dan dukungan dari lembaga: LPTK, LPMP, PPPG, Puskur, BSNP, Puspendik, dan lembaga lain yang relevan. Catatan: Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan model kurikulum bertaraf internasional untuk SMP.

3. Pengembangan Bahan Ajar


Direktorat pembinaan SMP bekerjasama dengan berbagai pihak (BSNP, Balitbang Depdiknas khususnya Pusat Kurikulum dan Penilaian, Perguruan Tinggi, sekolah pelaksana rintisan SBI , dan pemangku kepentingan lainnya), telah mengembangkan bahan ajar dalam bahasa Inggris untuk mata pelajaran Matematika dan IPA kecuali TIK dan Bahasa Inggirs. Bahan ajar tersebut selanjutnya didistribusikan ke sekolah rintisan SBI untuk dapat dipergunakan dala PBM dan atau sekolah berhak untuk memperkaya,

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

81

Belajar Untuk Masa Depanku

melengkapi, dan membuat bahan ajar sendiri sesuai kebutuhan. Bahan ajar di sini dikembangkan dalam segi isi, cakupan, kedalaman, dan variasinya disesuaikan dengan tuntutan kurikulum. Sedangkan dari segi kebahasaan, maka diharapkan setiap sekolah atau guru mampu mengembangkan bahan ajar dalam bentuk sajian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahan ajar ini dapat dikembangkan dalam bentuk modul, diktat, buku, dan lainnya sesuai dengan strategi pembelajaran yang diterapkan. Mengingat kurikulum yang dikembangkan dalam RSBI ini adalah berbasis kompetensi, penting untuk diperhatikan oleh guru dalam kaitannya dengan pengembangan bahan ajar yang mengacu standar kompetensi ini, yaitu: (a) memilih bahan ajar berdasarkan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus diajarkan kepada peserta didik, (b) cara mengajarkan bahan ajar kepada peserta didik agar mereka menguasai standar kompetensi (kompetensi dasar) yang telah ditetapkan, (c) bahan ajar adalah apa yang harus diajarkan/dipelajari oleh siswa dalam rangka untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan, dan (d) bahan ajar terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan nilai/sikap yang diturunkan dari standar kompetensi. Pengertian dari fakta adalah: nama (orang, obyek, tempat), lambang, peristiwa sejarah, dsb; konsep adalah: definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri, dsb; prinsip adalah: dalil, rumus, hukum, teori, postulat, dsb.; proseduradalah: bagan arus/alur, langkah-langkah kerja, urutan, dsb.; nilai/sikap: kejujuran, kasih sayang, kesopanan, toleransi, empati, dsb.; dan keterampilan meliputi: olah raga, kejuruan, kesenian, dan sebagainya. Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar antara lain: (a) prinsip relevansi, yaitu keterkaitannya dengan standar kompetensi; (b) prinsip konsistensi, yaitu yang diajarkan harus konsisten dengan standar kompetensi yang akan dicapai; dan (c) prinsip kecukupan, yaitu bahan ajar cukup memadai untuk membantu siswa dalam menguasai standar kompetensi. Langkah-langkah dalam pemilihan bahan ajar antara lain: (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor); (b) mengidentifikasi jenis-jenis bahan ajar (fakta, konsep, prinsip, prosedur, nilai, dsb.); (c) memilih jenis bahan ajar yang sesuai dengan standar kompetensi; (d) memilih sumber bahan ajar (buku, jurnal, internet, majalah, koran, VCD, CD Room, dsb.); (e) penentuan cakupan dan urutan; (f) penentuan cakupan (ruang lingkup) bahan ajar; (g) penentuan kedalaman bahan ajar; dan (h) penentuan urutan bahan ajar, baik menggunakan pendekatan prosedural maupun pendekatan hierarkis. Sekolah dapat mengusahakan beberapa sumber bahan ajar yang lainnya seperti: buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal ilmiah, ilmuwan/Pakar, profesional/Paktisi, buku kurikulum, terbitan berkala (harian, mingguan, bulanan), internet, media audiovisual, dan lingkungan (alam, sosial, perusahaan, dsb.)

4. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Pembelajaran


Sekolah rintisan SBI -SMP berasal dari Sekolah Standar Nasional. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih sangat jarang sekolah yang telah menerapkan PBM dengan standar internasional, kecuali sekolah koalisi yang telah mulai merintis dengan pembelajaran MIPA bilingual. Sebagai rintisan SBI , maka sekolah diwajibkan mengembangkan PBM yang mengarah kepada standar internasional. Pengembangan pemelajaran diantaranya adalah menerapakan pembelajaran bilingual dan menggunakan

82

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

fasilitas ICT secara optimal. Dalam pentahapan pelaksanaan pembelajaran bilingual atau pembelajaran dalam bahasa Inggris, sekolah dapat menerapkan pada minimal satu kelas rombongan belajar pada kelas tujuh, yang selanjutnya dalam jangka waktu tiga tahun sekolah mampu melaksanakan hal tersebut kepada semua kelas dan tingkatan yang bertaraf internasional. Namun demikian semua itu sangat tergantung dari kondisi dan kemampuan tiap sekolah. Perlu diperhatikan beberapa hal agar program pembelajaran dalam bahasa Inggris (bilingual) dapat diimplementasikan dengan tingkat pencapaian yang tinggi dalam kompetensi bidang studi maupun kompetensi dalam bahasa Inggris. Tingkat pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa Inggris yang lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan. Agar pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan seimbang, perlu upaya pengembangan program-program pendukung secara nyata antara lain: penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung, penyelenggaraan Bridging Course bahasa Inggris, penyediaan Self-Access Learning Centre, dan pelaksanaan kegiatan English Experience Day di sekolah secara efektif. Selain itu perlu dikembangkan model pembelajaran dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter yang ada pada sekolah pelaksana program. Berikut ini diuraikan beberapa contoh model pembelajaran dimaksud. Model pembelajaran yang baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam bahasa Inggris (subject matter and language) dan keduanya diberi perhatian secara proporsional. Focus on language sangat penting untuk menghindarkan siswa dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris. Pengembangan model-model pembelajaran yang lain agar pemenuhan IKKT pembelajaran terpenuhi, maka dapat dilakukan oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi/kemampuan sekolah. Beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh sekolah adalah: (a) pemenuhan pengembangan kapasitas tenaga pendidik sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, (b) pemenuhan pengembangan kapasitas sekolah tentang sarana dan prasarana, (c) pengembangan kapasitas peserta didik, khususnya kemampuan berbahasa Inggris, dan (d) penciptaan iklim atau budaya belajar bertaraf internasional di lingkungan sekolah. Strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk pengembangan IKKT pembelajaran ini antara lain: (a) pelatihan/workshop tentang Bahasa Inggris, (b) pemberian tugas pengambangan bahan ajar, media pembelajaran, dll; (c) pelatihan TIK dan perangkat lunaknya, (d) magang atau melaksanakan school sister dengan sekolah lain dari negara lain atau di dalam negeri yang sudah bertaraf internasional, dan sebagainya.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

83

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 3. Proses Pembelajaran 5. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Sistem Penilaian


Sebagai sekolah rintisan SBI , maka dalam sistem evaluasi dan penilaian tetap mengacu kepada SNP dan sekaligus standar internasional. Artinya, peserta didik akan dinilai dan dievaluasi dengan standar nasional penilaian/evaluasi dan juga standar atau kriteria internasional. Meskipun sebagai RSBI, sekolah ini tetap diwajibkan mengikuti sistem evaluasi yang dilaksanakan oleh BSNP/pemerintah. Sehingga lulusannya juga memiliki kualifikasi dan kompetensi yang berstandar nasional. Namun demikian, peserta didik juga akan dikenakan sistem evaluasi atau penilaian yang berstandar atau berlaku secara internasional. Untuk itu, sekolah dapat mengembangkan dan mengambil langkah-langkah nyata sebagai upaya menuju sistem evaluasi dan penilaian yang berstandar nasional maupun internasional, misalnya: (a) pengembangan sistem penilaian dalam PBM yang bervariasi dan dengan model penilaian yang standar; (b) melaksanakan try out untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi; (c) melaksanakan kerjasama dan mengoptimasikan pembinaan dari Puspendik Depdiknas, Lembaga Uji dan Sertifikasi Internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan internasional dalam bidang pendidikan; (d) dan sebagainya.

6. Pengembangan Kapasitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Tenaga pendidik dan kependidikan yang dimakdsudkan di sini meliputi muru (sebagai tenaga pendidik), kepala sekolah (sebagai tenaga kependidikan), dan tenaga kependidikan lainnya seperti laboran, pustakawan, tata usaha, penjaga sekolah, dan sebagainya. Semua tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah rintisan SBI harus dikembangkan kemampuan (kapasitasnya) sampai memenuhi kriteria sebagai tenaga di sekolah yang bertaraf internasional.

a. Pengembangan Kapasitas Pendidik (Guru) Pengembangan kapasitas guru meliputi peningkatan kemampuan/kompetensi yang utama meliputi kemampuan bidang studi, peningkatan bahasa Inggris untuk pembelajaran, peningkatan kemampuan komputer atau TIK, dan kemampuan pengembangan bahan ajar. Pengembangan kemampuan guru ini dapat dilakukan oleh berbagai pihak terkait seperti Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan Propinsi dan
84

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Kabupaten/Kota, LPMP, dan sekolah sendiri sebagai rintisan SBI . Dalam kerangka pembinaan, Direktorat Pembinaan SMP telah melaksanakan workshop untuk peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru tersebut dalam hal: pemahaman kurikulum internasional, pengembangan kurikulum yang bertaraf internasional, peningkatan pembelajaran bilingual (kemampuan Bahasa Inggris, penilaian dalam SBI, dan hal lain yang relevan. Hal ini didasarkan atas pemahaman bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Gambar 4. Tenaga Kependidikan Harus Menguasai ICT Implikasi dari semua itu dan dalam upaya pemenuhan IKKM dan IKKT bagi guru RSBI , maka sekolah rintisan SBI harus melaksanakan berbagai kegiatan untuk peningkatan kapasitas guru khususnya meliputi kemampuan guru untuk: (a) mengembangkan kompetensi lulusan sekolah bertaraf internasional, (b) mengembangkan silabus bertaraf internasional, (c) membuat RPP, (d) mengajar dengan bilingual yaitu menggunakan salah satu bahasa asing, khususnya dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dengan demikian guru harus memiliki kemampuan berbahasa inggris, (e) menerapkan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang bertaraf internasional, dengan menarpak prinsip pembelajaran tuntas, PAKEM, CTL, dan lain-lain, (f) mampu menggunakan perangkat TIK untuk proses pembelajaran atau untuk pengembangan profesinya, misalnya menggunakan komputer, internet, LCD, berbagai program komputer, OHP, dan sebagainya, (g) menerapkan berbagai metode penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran bertaraf internasional, (h) mengembangkan berbagai media pembelajaran dan bahan ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum bertaraf internasional, (i) dan sebagainya. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam pengembangan kapasitas guru ini adalah peningkatan kualifikasinya, dimana sebagai guru SBI minimal terdapat sejumlah 20% guru-guru yang telah berpendidikan S2 dari program studi perguruan tinggi yang terakreditasi A. Sangat dimungkinkan sekolah mendorong bagi guru-gurunya yang belum memiliki untuk menempuh pendidikan S2. Untuk merealisasikan progam-program tersebut, maka beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah secara bertahap dan berkelanjutan antara lain: (a)
85

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

melaksanakan pelatihan salah satu bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, (b) melaksanakan pelatihan pengembangan kurikulum, silabus, dan RPP yang bertaraf internasional, (c) melaksanakan pelatihan TIK, (d) melaksanakan pelatihan CTL, mastery learning, dll untuk mendukung PBM yang bilingual, (e) melaksanakan pelatihan manajemen mutu ISO khususnya yang berkaitan dengan tugas guru, (f) melaksanakan IHT untuk mempercepat guru dalam penguasaan PBM bertaraf internasional, (g) melaksanakan pelatihan pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran, (h) dan sebagainya. Startegi yang dapat ditempuh antara lain melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, LPMP, lembaga internasional, sister school dengan sekolah internasional, magang di sekolah internasional, in house training, dan sebagainya. Terkait dengan tugas utama guru pada sekolah rintisan SBI ini, maka tugas dan tanggungjawab Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota antara lain: (a) memberikan pembinaan, pembimbingan, dan pengarahan secara nyata untuk peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru, (b) pengembangan pola rekruitmen tenaga guru yang mengacu kepada kriteria guru pada SBI, misalnya yang memiliki kemampuan ICT dan berbahasa Inggris, (c) penataan penempatan guru yang proporsional dan profesional sesuai dengan kebutuhan sekolah dan daerah, (d) apabila diperlukan dan dengan pertimbangan tertentu, misalnya untuk mempercepat ketercapaian dan kesuksesan SBI di daerahnya, maka perlu adanya penataan ulang penempatan guru, (e) meningkatkan kualifikasi guru yang belum memenuhi persyaratan sebagaimana amanat undang-undang, misalnya dengan studi lanjut, (f) memfasilitasi sekolah/guru untuk melaksanakan studi banding ke sekolah lain/negara lain yang telah melaksanakan SBI, (g) kerjasama dengan LPMP dan perguruan tinggi setempat untuk peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru, (h) dan sebagainya. Sedangkan bagi Dinas Pendidikan Propinsi dapat melaksanakan pembinaan, pembimbingan, pemberdayaan, dan pengarahan yang lebih luas kepada sekolah-sekolah pelaksana SBI, khususnya untuk peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru. b. Pengembangan Kapasitas Tenaga Kependidikan (Kepala Sekolah)
Direktorat pembinaan SMP juga telah melakukan workshop bagi para kepala sekolah rintisan SBI untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensinya dalam jabatannya sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan pada sekolah rintisan SBI , memiliki tugas dan fungsi cukup strategis. Sebagai kepala sekolah RSBI harus memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) memiliki visi, misi, dan strategi, (b) kemampuan mengkoordinasikan menyerasikan sumberdaya dengan tujuan, (c) kemampuan mengambil keputusan secara terampil, (d) toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang, tetapi tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi standar, dan nilainilai, (e) memobilisasi sumberdaya, (e) memerangi musuh-musuh kepala sekolah, (f) menggunakan sistem sebagai cara berpikir, mengelola dan menganalisis sekolah, (g) menggunakan input manajemen, (h) menjalankan perannya sebagai manajer, pemimpin, pendidik, wirausahawan, regulator, penyelia, pencipta iklim kerja, administrator, pembaharu, dan pembangkit motivasi, (i) melaksanakan-dimensidimensi tugas, proses, lingkungan, dan keterampilan personal, (j) menjalankan gejala

86

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

empat serangkai yaitu merumuskan sasaran, memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, melakukan analisis SWOT dan mengupayakan langkahlangkah untuk meniadakan persoalan, (k) menggalang teamwork yang cerdas dan kompak, (l) mendorong kegiatan-kegiatan yang kreatif, (m) menciptakan sekolah belajar, (n) menerapkan manajemen berbasis sekolah, (o) memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar, dan (p) memberdayakan sekolah. Implikasi dari tugas dan tanggung jawab kepala sekolah tersebut, maka bagi tiap sekolah rintisan SBI harus meningkatkan kapasitas kepala sekolahnya, yaing berupa pelatihan, kerjasama dengan lembaga lain, magang, dan sebagainya. Materi pengembangan kapasitas kepala sekolah diantaranya dalam hal kemampuan: intelektualitas, manajemen, kepribadian, keterampilan dalam berbagai bidang, bahasa Inggris, manajemen ISO, komunikasi, penguasaan ICT, dan sebagainya, sehingga karakteristik kepala sekolah yang tangguh dan berwawasan internasional dapat tercapai secara bertahap dan berkelanjutan. Disamping itu, kepala sekolah rintisan SBI juga harus berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten dan Propinsi dapat berperan lebih proporsional dalam hal melaksanakan pembinaan, penempatan/pengangkatan, pembimbingan, dan pengarahan kepada kepala sekolah yang bertugas di sekolah rintisan SBI . Prinsip-prinsip mengedepankan aspek profesionalitas dan kualitas lebih diutamakan dalam pengembangan kepemimpinan sekolah yang bertaraf internasional.

c. Pengembangan Kapasitas Tenaga Kependidikan Lainnya (Pendukung)


Seperti diketahui bahwa tenaga pendukung sekolah pada umumnya terdiri dari laboran komputer, laboran IPA, laboran bahasa, tenaga TU, pustakawan, teknisi komputer, tenaga administrasi keuangan, tenaga administrasi kepegawaian, tenaga administrasi akademik, tenaga administrasi sarpras, tenaga administrasi kesekretariatan, dan tenaga lainnya. Kemapuan atau kompetensi utama yang diperlukan sebagai kemampuan tenaga pendukung antara lain: (a) memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya, (b) memiliki keterampilan sesuai dengan bidang tugasnya, (c) memiliki kemampuan berkomunikasi berbahasa asing (bahasa Inggris), (d) memiliki kemampuan ICT, (e) dan sebagainya.

Dalam kerangka pengembangan SBI, maka bagi semua tenaga pendukung tersebut juga harus ditingkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang memadai sebagai tenaga kependidikan di sekolah rintisan SBI . Pengembangan kapasitas tenaga pendukung yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai penyelenggara RSBI antara lain melakukan upaya-upaya sebagai berikut: (a) melaksanakan pelatihan salah satu bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, (b) melaksanakan pelatihan ICT, (c) melaksanakan pelatihan manajemen mutu khususnya yang berkaitan dengan tugas tenaga pendukung, (d) dan sebagainya. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi diharapkan dapat melaksanakan pembinaan secara intensif bagi tenaga pendukung, baik secara kuantitas maupun kualitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka pada sekolah yang bertaraf internasional. d. Pengembangan Kapasitas dan Pemberdayaan Tim Pengembang RSBI

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

87

Belajar Untuk Masa Depanku

Dalam rangka sebagai pengembangan rintisan SBI , maka diharapkan setiap sekolah memiliki tim pengembang RSBI pada masing-masing sekolah. Tim ini sifatnya tidak permanen, dan bertanggungjawab untuk membantu mempercepat sekolah untuk dapat mencapai sekolah yang benar-benar bertaraf internasional atau memenuhi IKKM dan IKKT. Oleh karena itu keberadaan tim ini harus benar-benar ditingkatkan kapasitas dan diberdayakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pemberdayaan adalah prinsip dasar kehidupan dan kesuksesan yaitu kebangga-an dan perasaan sukses yang datang dari kepemilikan suatu pekerjaan dan rasa bertanggungjawab terhadap hasil kerja. Orang termotivasi untuk melakukan perbaikan secara terus menerus karena mereka menikmati rasa kebanggaan yang mereka peroleh dari prestasinya. Orang berdaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ada rasa memiliki terhadap pekerjaannya, bertanggungjawab, andil dalam memajukan pekerjaan di tempat kerjanya, pekerjaannya sangat berarti bagi tempat kerjanya, tahu dimana harus berdiri, memiliki kontrol terhadap pekerjaan, dan pekerjaan merupakan bagian hidupnya. Untuk dapat memberdayakan orang, maka dalam hal pemberian wewenang dan tanggungjawab dapat ditempuh melalui: pemberian pekerjaan yang bermakna, pemecahan masalah secara berkelompok, variasi tugas, prestasi kerja terukur, adanya tantangan, pemberian kepercayaan, ujian karena keberhasilan, penghargaan atas ideide brilian, perlakuan secara manusiawi, dan sebagainya. Untuk itu, sekolah harus melaksanakan program-program misalnya pelatihan, magang, sister school dengan sekolah lain, dan sebagainya untuk meningkatkan kapasitas tenaga kependidikan ini sesuai bidangnya, yang secara umum adalah peningkatan kapasitas bahasa Inggris, TIK, manajemen, administrasi sekolah, dan sebagainya. Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi untuk membantu peningkatan kapasitas tenaga kependidikan ini adalah melalui magang atau pelatihan untuk lebih memahamkan tentang: (a) kedudukan dan kapasitas dirancang untuk memberikan kepemilikan dan tanggungjawab, (b) pentingnya gerakkan kerja secara kelompok, (c) peningkatan kemampuan dan kesanggupan kerja seseorang, (d) pemahaman kepemimpinan dan pemberdayaan, (e) pemahaman pendelegasian dan kontrol, (f) pemahaman visi, misi, tujuan, dan strategi yang jelas dan dapat diterima oleh warga sekolah lain, (g) cara-cara komunikasi yang efektif tentang rencana, implementasi, dan hasil kerja, (h) pemahaman sistem yang memberdayakan terhadap komunikasi, konpensasi, evaluasi, disiplin, kebijakan personel, seleksi dan promosi, informasi, pelatihan dan pengem-bangan, pengembangan karir, dan (i) pemahaman dan komitmen terhadap pemberdayaan.

e. Pengembangan Kapasitas Peserta Didik tentang Bahasa Inggris dan TIK


Pengembangan kapasitas peserta didik terhadap kemampuan Bahasa Inggris dan TIK mutlak harus dilakukan oleh sekolah. Hal ini dalam upaya untuk memenuhi IKKT yang wajib dicapai sekolah. Tujuannya antara lain adalah agar terjadi interaksi dalam pembelajaran yang komunikatif dan efektif. Guru mengajar dengan Bahasa Inggris dan TIK, maka peserta didik juga harus memiliki kapasitas yang sama yaitu Bahasa Inggris dan TIK. Sehingga akan terjadi pembelajaran dengan bilingual dan pemanfaatan TIK secara profesional.

88

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Untuk mencapai semua itu, maka sekolah harus mengupayakan suatu program dan langkah-langkah kegiatan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal Bahasa Inggris dan TIK. Bentuknya antara lain: kursus/pelatihan, pengayaan dengan kegiatan ekstra kurikuler, IHT, kerjasama dengan lembaga kursus, kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan selama peserta didik masih di sekolah (belum lulus) sampai dicapai tingkat penguasaan tertentu (dengan test TOEFL).

7. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Bidang Sarana dan Prasarana Sebagai rintisan SBI , maka setiap sekolah harus memiliki sarana dan prasarana pokok sebagai berikut: tanah, gedung, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium fisikakimia-biologi-komputer-bahasa-IPS-matematika-PTD, dll, kantin, auditorium, sarana OR, pusat belajar dan riset guru, unit kesehatan, toilet, tempat ibadah, dan tempat bermain, kreasi dan rekreasi dan sebagainya yang bertaraf internasional. a. Pengembangan Luas Tanah Dalam jangka menengah dan panjang diharapkan sekolah rintisan SBI telah menyelenggarakan pembelajaran bertaraf internasional minimal 12 rombongan belajar, sehingga dituntut memenuhi IKKM tentang luas tanah dan IKKT sekaligus seluas minimal 15000 m2 ( 1.5 ha). Keperuntukan luas tanah tersebut antara lain untuk: (a) pembangunan gedung atau ruang: kelas, semua laboratorium, kepala sekolah dan jajarannya, guru, perkantoran, perpustakaan, multi media, olah raga dalam sekolah, riset guru, kurikulum, penilaian, kesiswaan, kesehatan, auditorium, ibadah, kreasi dan rekreasi, koperasi, kantin, kesenian, unjuk prestasi, tempat parkir, OSIS, kamar kecil/mandi, rumah dinas Kepala Sekolah, guru, dan karyawan, dan sebagainya; (b) sarana olah raga di luar sekolah (renang, sepak bola, bola voly, atletik, basket, dll); (c) tamanisasi; (d) sarana pembelajaran; (e) dan sebagainya.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

89

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 5. Luas Tanah RSBI Mengingat penetapan rintisan SBI sekarang ini masih banyak yang belum memenuhi ketentuan luas tanah tersebut, maka bagi sekolah-sekolah yang kondisinya kurang dari ketentuan ini diharapkan dapat melakukan upaya-upaya pemenuhan sehingga pembelajaran dan manajemen dalam sekolah rintisan SBI dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Beberapa upaya yang dapat ditempuh antara lain: (a) kerjasama dengan pemerintah daerah tingkat I atau II untuk perluasan tanah yang memiliki kekuatan hukum tetap (bersertifikat), (b) bekerjasama dengan komite sekolah, (c) membuat master plan atau rancangan pembangunan sekolah bertaraf internasional termasuk Rencana Anggaran Bangunan melalui kerjasama dengan jasa konsultan bagunan/arsitek, (d) kerjasama dengan lembaga lain internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) dan sebagainya. 8. Pengembangan kapasitas Laboratorium (IPA, Matematika, Bahasa, Komputer, IPS, dll) Bagi sekolah rintisan SBI pemenuhan IKKM tentang laboratorium IPA, Bahasa, dan Komputer dan isinya mutlak harus terlaksana. Sedangkan laboratorium untuk mata pelajaran lain menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah sebagai rintisan SBI . Untuk memenuhi IKKT laboratorium bertaraf internasional, maka

90

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

setiap laboratorium tersebut harus dilengkapi dengan jaringan internet. Ukuran laboratorium minimal (8 X 15)m untuk kapasitas peserta didik antara 24-30 orang. Diharapkan isi laboratorium memenuhi spesifikasi dan kualitas yang memadai sesuai tuntutan kurikulum bertaraf internasional.

Gambar 6. Laboratorium IPA

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

91

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 7. Laboratorium TIK

92

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 8. Laboratorium Bahasa Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan laboratorium dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKT laboratorium bertaraf internasional sesuai dengan kelas yang dibuka untuk rintisan SBI, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

93

Belajar Untuk Masa Depanku

9. Pengembangan kapasitas Ruang Kelas Luasan pembakuan ruang kelas bagi rintisan SBI pada dasarnya berukuran sama dengan IKKM ruang kelas yaitu minimal (7 X 9) m untuk kapasitas peserta didik antara 24-30 orang. IKKT yang harus dipenuhi di dalam ruang kelas antara lain: fasilitas tulis menulis guru (papan, whall chart, papan magnet/electric, layar monitor, dll), komputer guru, komputer siswa, jaringan internet untuk komputer guru dan tiap siswa, AC, media pembelajaran, LCD, TV, VCD, tape recorder/radio, locker/almari guru dan siswa, dan kebutuhan lain sesuai dengan tuntutan kurikulum dan pembelajaran. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ruang kelas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi fasilitas sesuai standar IKKT bertaraf internasional sesuai dengan kelas yang dibuka untuk rintisan SBI-SMP, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.

Gambar 9. Ruang Kelas dan Perlengkapan Belajar Berbasis TIK 10. Pengembangan Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan merupakan salah satu IKKM yang harus dipenuhi, dan bahkan sebagai sekolah rintisan SBI sangat membutuhkan pemenuhan fasilitas tambahan, sehingga sebagai IKKT perpustakaan yang bertaraf internasional dapat tercapai. Fasilitas yang harus dipenuhi sebagai IKKM dan IKKT perpustakaan antara lain: mebelair; rak/tempat buku; komputer administrasi dan jaringan internet, buku-buku seperti referensi, manual, jurnal, pegangan guru, pegangan peserta didik, majalah, suart kabar, dll; ruang baca umum dan khusus, ruang diskusi, ruang pertemuan, ruang media, komputer pengunjung dan jaringan internet, AC, ruang tamu, kantin, ruang reproduksi, dan sebagainya. Pembangunan ruang perpustakaan luasnya minimal memenuhi ketentuan IKKM
94

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

perpustakaan, dan dikembangkan sesuai dengan IKKT perpustakaan yang bertaraf internasional.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

95

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 10. Ruang Perpustakaan Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM perpustakaan dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan penerbit, pusat perbukuan, dan percetakan, (e) kerjasama dengan lembaga/perpustakaan daerah, (f) kerjasama dengan lembaga/sekolah bertaraf internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (g) dan sebagainya.

96

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

11. Pengembangan tempat Kreasi,Kesenian, Bermain, dan Rekreasi Mengingat bahwa para peserta didik sekolah rintisan SBI adalah memiliki beberapa kelebihan dan didukung oleh fasilitas dan proses pembelajaran yang bertaraf internasional, maka akan tercipta kreasi peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan keterampilan mereka. Bentuk kreasi atau hasil-hasil karya mereka misalnya kerajinan, kesenian, karya teknologi, karya ilmiah, penelitian, penemuan, keagamaan, pengabdian masyarakat, dan sebagainya. Semua karya peserta didik tersebut memerlukan sarana untuk unjuk penampilan yang memadai. Fasilitas yang diperlukan adalah: ruang, peralatan presentasi, peralatan media sesuai karyanya, fasilitas promosi, dan sebagainya. Luasan atau ukuran bangunan atau tempat sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas hasil-hasil karya peserta didik/sekolah. Disamping itu, fasilitas ini dapat pula dibangun sebagai sarana bermain atau rekreasi warga sekolah untuk memberikan rasa nyaman dan senang dalam kehidupan di sekolah. Tujuannya antara lain untuk menyeimbangkan kerja antara otak kanan dan kiri , sehingga dihasilkan lulusan yang kompeten, berkerpibadian baik, dan memiliki jiwa yang entrepreneurship.

Gambar 11. Ruang Kesenian Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya. 12. Pengembangan Laboratorium Pendidikan Teknologi Dasar Di samping beberapa laboratorium seperti dijelaskan di atas, bagi sekolah rintisan SBI dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan IKKT Laboratorium Teknologi Dasar. Fsilitas yang harus ada dalam laboratorium ini antara lain: komputer, jaringan internet, AC, media praktik teknologi informasi, media praktik

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

97

Belajar Untuk Masa Depanku

teknologi komunikasi, media praktik teknologi rekayasa, media praktik teknologi manufacturing, media praktik teknologi bio, media praktik teknologi bogabusana, media praktik teknologi industri, media praktik teknologi konstruksi, media praktik teknologi transportasi, media praktik teknologi lainnya sesuai kebutuhan, mebelair, dan sebagainya. Luas atau ukuran laboratorium ini minimal sama dengan laboratorium lainnya.

98

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 12. Fasilitas PTD Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas laboratorium teknologi dasar ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas riset guru, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya. 13. Pengembangan Ruang Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Untuk mendukung tatalaksana persekolahan yang baik sebagai rintisan SBI, maka dibutuhkan adanya ruang kepala sekolah dan wakil-wakilnya yang memadai. Oleh karena itu sekolah diharuskan menyediakan ruang kepala sekolah dan para wakilnya untuk menunjang kegiatan, tugas, dan tanggungjawabnya secara profesional. Ukuran ruang kepala sekolah dan wakil-wakilnya masing-masing minimal (7X5) m, terutama diperuntukkan sebagai ruang tamu, ruang kerja, ruang penyimpanan arsip/administrasi, dan kamar kecil. Fasilitas di dalamnya

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

99

Belajar Untuk Masa Depanku

yang utama adalah mebeler, AC, CCTV, komputer, jaringan internet, almari, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Diuayakan pembangunan ruang ini berdekatan dengan ruang perkantoran/tata usaha dalam upaya kemudahan melakukan koordinasi.

Gambar 13. Ruang Kepala Sekolah dan Wakil Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM ruang kepala sekolah dan para wakilnya serta dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM ruang kepala sekolah dan wakilwakilnya, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya. 14. Pengembangan Ruang Guru Pengembangan dan pemenuhan ruang guru sekolah rintisan SBI sesuai tuntutan IKKM dan IKKT harus terpenuhi. Tujuannya antara lain agar guru dapat menajalankan tugas profesionalitasnya dengan baik, seperti membuat persiapan pembelajaran, melakukan penilaian, penyusunan bahan ajar, melakukan penelitian/pembuatan karya ilmiah, dan sebagainya. Ukuran atau luas ruang guru

100

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

sangat tergantung dengan jumlah guru yang ada di sekolah. Namun demikian, minimal tiap guru membutuhkan space tempat kerja guru (2X2) m. Dengan asumsi bahwa tiap guru memerlukan fasilitas mebelair, komputer, jaringan internet, almari/locker, AC, kamanr kecil, dan lainnya.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

101

Belajar Untuk Masa Depanku

102

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 14. Ruang Guru Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT ruang guru dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT ruang, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.
103

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

15. Pengembangan Laboratorium di Luar Kelas/Sekolah Pengembangan kapasitas IKKT laboratorium pembelajaran yang harus dipenuhi sesuai tuntutan kurikulum bertaraf internasional antara lain laboratorium IPA dan IPS atau laboratorium pendukung lainnya. Hal ini sangat penting bahwa dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL menuntut adanya fasilitas di luar sekolah untuk pencapaian kompetensi peserta didik. Terutama untuk pembelajaran yang harus melakukan pengamatan, praktik lapangan, dan percobaan-percobaan. Untuk memenuhi kepentingan tersebut, maka sekolah harus menyediakan lahan dan fasilitas yang diperlukan. Luasan, variasi, dan banyaknya laboratorium dan fasilitas pendukung lain tergantung kepada kondisi sekolah. Diharapkan, apabila luasan terbangun maksimal 40-50% dari luas tanah yang ada, maka kebutuhan pemenuhan laboratorium di luar sekolah ini dapat terpenuhi dengan memadai.

104

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 15. Laboratorium Alam Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan laboratorium, fasilitas pendukung, dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKT laboratorium di luar sekolah bertaraf internasional, (b)

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

105

Belajar Untuk Masa Depanku

kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, perusahaan, masyarakat sekitar sekolah, pemerintah desa, (d) dan sebagainya. 17. Pengembangan Ruang Multi Media Keberadaan ruang multi media merupakan IKKT sebagai sekolah rintisan bertaraf internasional. Luas atau ukura ruang multi media minimal sama dengan ukuran laboratorium bahasa. Fasilitas yang harus dipenuhi dalam ruang ini antara lain: AC, komputer dengan jaringan internet, TV, VCD, Film, OHP, LCD, Monitor, CCTV, berbagai media untuk semua mata pelajaran, khususnya yang utama untuk mapel MIPA, CD/kaset, dan sebaginya. Mengingat kebutuhan fasilitas ruang multi media sangat banyak dan bervariasi, maka kecukupan luas bangunan dapat ditambah dari standar IKKM sesuai dengan kebutuhan sekolah.

106

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 16. Ruang Multi Media Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM multi media dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya. 18. Ruang Akademik Ruang akademik merupakan pusat pengembangan kurikulum, pembelajaran, dan sistem penilaian. Untuk kebutuhan ini dapat dibangun secara terpisah dalam tiga ruang atau satu ruang besar untuk keperluan tiga hal pokok di atas. Luas atau ukuran masing-masing ruang ini minimal sama dengan luas ruang kepala sekolah. Fasilitas yang harus terpenuhi diantaranya adalah: komputer dengan jaringan internet tiap ruang, mebelair, almari, locker, etalase, AC, perangkat lunak pengembangan aplikasi administrasi sekolah khususnya yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, scaner, dan sebainya. Pada dasarnya ruang ini sekaligus sebagai pusat data dan informasi akademik dan sistem penilaian sekolah.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

107

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 17. Ruang Akademik Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM akademik dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya. 19. Pengembangan Ruang Unit Kesehatan (PMR, UKS) Pemenuhan IKKM dan IKKT unit kesehatan di sekolah rintisan SBI adalah untuk mendukung terpenuhinya penylenggaraan pendidikan yang menghasilkan lulusan sehat jasmani dan rohani sekaligus. Fasilitas ini juga untuk memberikan pendidikan kepada anak tentang pentingnya kesehatan, sehingga diperlukan

108

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

tenaga ahli/dokter dan berbagai fasilitas pendukung, seperti: ruangan, peralatan periksa kesehatan yang memadai, AC, obat-obatan, dan sebagainya.

Gambar 18. Fasilitas Ruang Kesehatan Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas unit kesehatan ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan Puskesmas atau rumah sakit atau PMI, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya. 20. Pengembangan Ruang Perkantoran Untuk mendukung kesuksesan dalam tata kelola administrasi sekolah, maka mutlak dibutuhkan ruang perkantoran atau tata usaha yang memadai. Sebagai sekolah rintisan SBI , maka selain pemenuhan IKKM, maka juga diperlukan pemenuhan IKKT ruang perkantoran/tatausaha. Beberapa pekerjaan administrasi

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

109

Belajar Untuk Masa Depanku

sekolah yang harus disediakan fasilitas dan ruangan antara lain administrasi kesiswaan, pembelajaran, ketenagaan, sarana dan prasarana, dan sebagainya. Pembangunan ruang perkantoran ini ukurannya sangat ditentukan oleh kebutuhan sekolah, namun demikian minimal dengan ukuran tiap bidang pekerjaan administrasi tersebut adalah (7X5) m.

Gambar 19. Ruang Data Beberapa fasilitas yang harus terpenuhi antara lain: mebelair, almari, komputer, jaringan internet, mesin ketik, kamar kecil, ruang tamu, dan sebagainya.Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM ruang perkantoran dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya. 21. Pengembangan Ruang Auditorium/Unjuk Prestasi Sekolah Sebagai sekolah bertaraf internasional dituntut memenuhi kebutuhan IKKM dan IKKT auditorium sekolah yang multi guna (seminar, lokakarya, unjuk prestasi siswa, wisuda, dan sebagainya). Luas atau ukuran fasilitas ini minimal (20 X40) m. Fasilitas di dalamnya antara lain meliputi: ruang peralatan, ruang tamu, ruang persiapan, ruang utama, ruang balkon, ruang pimpinan dan staf, ruang media, ruang hias, ruang dapur, ruang transit, dan ruang lainnya serta didukung peralatan komputer, AC, jaringan internet, TV, LCD, layar monitor, Film, dan sebaginya.

110

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 20. Ruang Aula Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT auditorium, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya. 22. Pengembangan Ruang dan Fasilitas Bimbingan-Konseling dan Karier Sebagai sekolah rintisan SBI diwajibkan memenuhi IKKM dan IKKT tentang Ruang dan Fasilitas Bimbingan-Konseling dan Karier. Sebagai ukuran bahwa telah bertaraf internasional apabila lulusannya mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang bertaraf internasional juga. Untuk itu, sangat diperlukan adanya proses pembelajaran yang mampu memberikan bekal kompetensi anak sesuai dengan bakat dan minat serta kemampuannya. Sehingga diperlukan proses pembimbingan yang kontinyu, terprogram, insedental, dan berkelanjutan. Peran guru, kepala seklah, dan komite sekolah dalam mengarahkan peserta didik sangat diperlukan.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

111

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 21. Ruang BP/BK Untuk itu harus dipenuhi sekolah tentang Ruang dan Fasilitas BimbinganKonseling dan Karier yang memadai, yaitu: ruang luasnya minimal sama dengan ruang kelas, ruang tamu, ruang bimbingan putra, ruang bimbingan putri, mebelair, AC, komputer, jaringan internet, mebelair, almari, dan sebagainya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan perguruan tinggi, (f) kerjasama dengan lembaga tes psikologi, (g) dan sebagainya. 23. Pengembangan Ruang Humas Sebagai sekolah rintisan SBI sangat dituntut terpenuhinya IKKM dan IKKT ruang dan fasilitas untuk hubungan masyarakat. Keberadaan fasilitas ini untuk mendukung kesuksesan sekolah dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk sister school dengan sekolah bertaraf internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya dalam bidang pendidikan. Luasan ruang yang diperlukan minimal setengahnya ukuran auditorium sekolah. Beberapa fasilitas minimal yang harus ada antara lain: ruang pimpinan, ruang staf, ruang tamu, ruang pertemuan, ruang peralatan, kamar mandi/WC, ruang media, komputer dan jaringan internet, mebelair, TV, VCD, LCD, AC, dan lainnnya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas ruang humas, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan lainnya. 24. Pengembangan Ruang Kesiswaan atau OSIS Kegiatan ekstra kurikuler ataupun kegiatan pembiasaan dan pengembangan diri peserta didik sangat dituntut dapat terpenuhi oleh sekolah dalam upaya
112

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

meningkatkan daya inovasi, kreasi, dan peningkatan kompetensi anak. Oleh karena itu diperlukan IKKM dan IKKT fasilitas kesiswaan dan OSIS seperti: ruangan, komputer dan jaringan internet, mebelair, almari, etalase, media pembelajaran, dan fasilitas lain yang diperlukan sesuai dengan bakat, minat, dan kreasi anak. Ukuran atau luasan ruang yang diperlukan minimal dua kalinya dengan ruang kelas atau laboratorium. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT ruang kesiswaan dan OSIS ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah lain, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya. 26. Ruang bendahara/keuangan Sebagai sekolah yang dirintis bertaraf internasional, maka diperlukan adanya ruang khusus bendahara/keuangan yang representatif. Tujuannya antara lain untuk memberikan rasa aman, kelancaran, dan pembuatan pertanggungjawaban penggunaan dana dengan baik sesuai peraturan yang berlaku. Fasilitas yang dibutuhkan antara lain: brankas, mesin ketik, AC, komputer (bila perlu terpasang jaringan internet), mebelair, almari atau locker, dan lainnya yang dipandang penting). Luasan atau ukuran ruang keuangan ini menyesuaikan dengan kondisi sekolah dengan tetap memperhatikan fasilitas yang seharusnya ada dilengkapi dengan staf keuangan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM ruang keuangan dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya. 27. Pengembangan Ruang Ibadah Pemenuhan ruang ibadah sekolah rintisan SBI di Indonesia sangat dituntut untuk dipenuhi mengingat landasan berbagsa dan bernegara adalah Pancasila yang menunjung tinggi terhadap keyakinan dan agama yang harus diimplementasikan selama pendidikan peserta didik sekalipun bertaraf internasional. Ukuran dan luasan ruang atau bangunan sangat ditentukan oleh jumlah penganut agama dan keyakinan warga sekolah. Hal terpenting adalah sekolah harus memenuhi semua fasilitas untuk semua warga sekolah sesuai keyakinan dan agamanya. Beberapa fasilitas tersebut adalah: ruang/gedung, mebelair, sound system, gudang, peralatan ibadah lainnya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM tempat ibadah, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

113

Belajar Untuk Masa Depanku

orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya. 28. Penge mbangan Ruang Komite Sekolah Pemenuhan ruang Komite Sekolah mutlak harus terpenuhi sebagaimana tuntutan dalam IKKM dan IKKT. Peran Komite Sekolah sebagai link-supportingadvising-controlling amat diperlukan dalam pengembangan rintisan SBI , sehingga harus dipenuhi kebutuhan fasilitasnya. Beberapa fasilitas minimal yang harus dipenuhi antara lain: ruangan, komputer dan jaringan internet, mebelair, almari, AC, dan sebaginya. Luasan fasilitas ini minimal sama dengan ruang kepala sekolah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas ruang komite sekolah, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan perusahaan, dan sebagainya 29. Pengembangan Ruang Koperasi Ruang koperasi sebagai fasilitas penunjang bagi rintisan SBI di Indonesia sangat bermanfaat untuk warga sekolah, sesuai dengan amanat UUD 1945, khususnya koperasi peserta didik dan guru-karyawan. Sebagai suatu bentuk badan usaha di sekolah diharapkan dapat dikelola secara profesional. Bentuk usaha yang dapat dikembangkan dapat berbagai macam, misalnya toko/swalayan, katering/kantin, jasa telekomunikasi, dan usaha-usaha lain sesuai dengan kondisi lingklungan konsumen. Sehingga dalam pengembangan sarana koperasi antara lain: ruang/gedung, mebeler, komputer dan internet, etalase, perkantoran, manajer dan stafnya, dan peralatan lain sesuai dengan jenis usaha atau bentuk koperasi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan perguruan tinggi, (f) kerjasama dengan lembaga perbankan, (g) kerjasama dengan lembaga koperasi lain, (h) dan sebagainya. 30. Pengembangan Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah Secara prinsip pemenuhan sarana Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah bagi sekolah rintisan SBI harus tersedia sesuai dengan IKKM dan IKKT dan tidak ada perbedaan dari segi kualitas antara satu dengan lainnya. Jumlah Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah menyesuaikan dengan jumlah rombongan belajar (putra dan putri disendirikan), jumlah guru, jumlah karyawan, dan pimpinan sekolah.

114

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 22. Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah 31. Pengembangan Ruang dan Fasilitas Kantin Pemenuhan sarana kantin sekolah bagi rintisan SBI sangat penting untuk memenuhi tuntutan IKKM dan IKKT. Kantin bisa terpusat atau bisa juga tiap departemen/bagian di sekolah dengan pertimbangan faktor efisiensi dan efektivitas layanan. Sasarannya adalah semua warga sekolah. Prinsip dasarnya bahwa untuk membantu kesuksesan penyelenggaraan SBI, maka sarana ini sangat diperlukan, karena termasuk kebutuhan asasi manusia. Persyaratan penting adalah hygienis, minimal empat sehat lima sempurna, dan memenuhi perysratan kesehatan. Menu, jumlah, variasi, dan kualitas sarana dan isinya termasuk bahan yang disajikan sangat tergantung dengan budaya, karakteristik masyarakat atau warga sekolah. Luasan dan ukuran sarana ini sangat tergantung dari jumlah siswa, guru, karyawan, dan lainnya. Fasilitas yang diperlukan utamanya adalah dapur, ruang bahan, ruang peralatan kantin, peralatan saji, ruang makan, dan fasilitas penunjang lainnya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan koperasi, (f) dan sebagainya. 32. Pengembangan Fasilitas / Ruang Olah Raga
115

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas olah raga diusahakan berada di luar sekolah, akan tetapi masih berada di dalam lingkungan atau kompleks sekolah. Beberapa fasilitas olah raga tersebut antara lain: (a) lapangan sepak bola, bola voli, sepak takrau, batminton, basket, atletik, tenis meja, dll; (b) catur, kolam renang, senam, tenis lapangan, lapangan sepak bola putsal, dan sebagainya. Spesifikasi semua fasilitas tersebut mengikuti standar internasional. Namun demikian untuk pengembangan jenis dan jumlah kegiatan olah raga yang akan diselenggarakan sangat ditentukan oleh kebutuhan sekolah masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas olah raga dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas olah raga, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) dan sebagainya. 33. Pengembangan Sarana dan Prasarana lain (Rumah/Asrama untuk Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, dan Siswa; ruang pramuka, tempat penjaga sekolah, tempat parkir, dan sebagainya)

Pemenuhan IKKT tentang Rumah/Asrama untuk Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, dan Siswa; ruang pramuka, tempat penjaga sekolah, tempat parkir, dan sebagainya adalah sangat perlu untuk sekolah rintisan SBI . Ketercapaian pemenuhan semua ini akan sangat mendukung tercapainya pembelajaran yang efektif dan efsisien. Di samping itu untuk memberikan rasa aman, kesejahteraan, dan jaminan terhadap kelancaran penyelenggaraan pendidikan secara profesional. Luasan dan ukuran masing-masing sangat ditentukan oleh kondisi sekolah dan masyarakat, kemampuan sekolah, dan tuntutan kurikulum, dan dukungan pihak lainnya. Namun demikian diharapkan sekolah dapat mengupayakan pemenuhan semuanya itu dalam jangka waktu yang pasti. 33. Pengembangan Kapasitas Sumber Dana dan Pendanaan Sekolah Pemenuhan IKKM dan IKKT tentang sumber dana dan pendanaan/pembiayaan dalam sekolah rintisan SBI sangatlah diperlukan. Penyelenggaraan sekolah yang bertaraf internasional memiliki konsekuensi pembiayaan yang besar, khususnya dalam tahapan rintisan dan pengembangan sekolah untuk mencapai tingkat kompetensi dan lulusan peserta didik yang bertaraf internasional. Unsur-unsur pokok yang memerlukan pembiayaan besar antara lain meliputi pembiayaan pengembangan SDM yang profesional dan bertaraf internasional, sarana dan prasarana bertaraf internasional, pengembangan kurikulum bertaraf internasional,

116

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

pencapaian manajemen standar ISO, PBM yang bilingual, penilaian bertaraf internasional, akreditasi internasional, dan pengembangan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, dalam tahap rintisan ini tanggung jawab untuk pendanaan/pembiayaan ditanggung bersama oleh berbagai pihak, yaitu pemerintah pusat, pemerintah tingkat I, pemerintah tingkat II, komite sekolah atau pihak lain. Diharapkan dalam jangka waktu tiga tahun sejak ditetapkan sebagai rintisan SBI , sekolah dan pemerintah daerah bersama komite sekolah mampu menyelenggarakan secara mandiri. Tidak menutup kemungkinan pemerintah pusat dalam memberikan bantuan yang bersifat pancingan ini makin lama makin kecil secara proporsional. Untuk itu, sejak ditetapkan sebagai rintisan SBI , sekolah bersama komite sekolah dan pemerintah daerah telah membuat perencanaan yang matang untuk mengembangkan SBI ini sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Penggalian berbagai sumber dana dapat dilakukan pada berbagai stakeholder sekolah yang ada. Pendanaan atau pembiayaan penyelenggaraan SBI dilakukan secara transparan, akuntabel, proporsional, dan profesional dengan tetap mempertimbangkan aspek pemerataan dan skala prioritas. Misalnya dalam pendanaan pengembangan sumber daya sekolah, maka pembiayaan atau pendanaan terlebih dahulu diutamakan untuk pengembangan SDM dan sarana/prasarana. Hal lain yang juga amat penting dalam hal pembiayaan ini adalah pemanfaatan dana secara efisien, dimana merupakan salah satu IKKT bagi sekolah bertaraf internasional, yaitu dicapai tingkat efisiensi yang tinggi. Maksudnya, rasio antara hasil-hasil pendidikan SBI terhadap biaya yang diperlukan selalu pada proporsi atau rasio yang maksimal (idealnya satu atau 100%). Makin besar biaya pendidikan dan makin tinggi hasil pendidikan menunjukkan penyelenggaraan pendidikan efsisien. Dengan biaya minimal dan hasil pendidikan maksimal, maka juga efisien, atau dengan biaya btetap dan hasil pendidikannya makin meningkat berarti juga efisien. Oleh karena itu, pendidikan mahal dan pendidikan gratis pada dasarnya adalah tidak ada. Untuk menghasilkan beberapa sumber pendanaan dan sekaligus memperoleh dana yang besar, maka sekolah dapat melakukan berbagai upaya, misalnya: (a) terdapat subsidi pemerintah (pusat/propinsi/kabupaten/kota); (b) terdapat subsidi dari donatur tetap; (c) kerjasama dengan lembaga/salah satu negara anggota OECD atau negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan; (d) kerjasama dengan dunia usaha/industri, (e) kerjasama dengan lembaga donor; (f) kerjasama dengan komite sekolah; (g) kerjasama dengan lembaga non profit; (h) mengupayakan adanya badan usaha di sekolah (unit produksi); dan sebagainya.

34. Pengembangan Lingkungan Sekolah

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

117

Belajar Untuk Masa Depanku

Secara umum yang dimaksudkan dengan lingkungan sekolah ini ditinjau dari tingkatannya terdiri dari lingkungan global/internasional, regional, nasional, daerah, dan sekolah itu sendiri. Ditinjau dari aspek-aspeknya maka lingkungan sekolah terdiri dari lingkungan sosial, politik, ekonomi, keamanan, geografis, demografi, budaya, kemajuan IPTEK, dan sebagainya. Ditnijau dari tingkatan mikro maka lingkungan sekolah terdiri dari kondisi intern sekolah dan ekstern sekolah, yaitu secara intern sekolah meliputi warga sekolah dan kondisi sekolah itu sendiri. Sedangkan secara ekstern terdiri dari masyarakat sekitar sekolah, tingkat ekonomi masyarakat sekitar, budaya masyarakat yang ada, lingkungan alam sekitar sekolah, faktor keamanan sekolah, letak atau posisi sekolah secara kewilayahan, dan sebagainya.

Gambar 23. Pengolahan Sampah

118

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Gambar 24. Lingkungan Sekolah Sebagai sekolah yang merintis SBI, maka diharapkan sekolah mampu secara optimal mengembangkan lingkungannya, baik lingkungan ditinjau secara bertingkat sampai dengan lingkungan mmikro di sekolah. Pengembangan yang dimaksudkan adalah bagaimana upaya-upaya sekolah untuk secara optimal mampu memberdayakan, memanfaatkan, dan menciptakan kondisi lingkungan yang benar-benar memberikan kontribusi positif untuk menuju sekolah sebagai SBI. Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain: (a) pengembangan kurikulum yang akan dijalankan melibatkan lingkungan sekolah secara keseluruhan sehingga bercirikan internasional dan sekaligus sesuai dengan tuntutan sekitarnya; (b) kerjasama dengan berbagai pihak untuk memperoleh dukungan dari segi politis, ekonomi, sosial, dan keamanan; (c) pemberdayaan dan pemanfaatan lingkungan sekolah untuk kegiatan PBM; (d) pemberdayaan tokoh masyarakat/lembaga berpengaruh; (e) pemberdayaan lingkungan perusahaan; (f) pemberdayaan aparat pemerintah sekitar; (i) pendataan dan analisis kontinyu perkembangan penduduk; (j) pemberdayaan dan pemanfaatan teknologi; (k) dan sebagainya. 35. Pengembangan Budaya Sekolah Pengembangan budaya sekolah yang dimaksudkan di sini adalah pengembangan budaya sekolah yang bermutu. Artinya, sekolah sebagai rintisan SBI diharapkan mampu menciptakan suatu kondisi sekolah yang selalu berorietntasi pada pola kehidupan kampus yang bermutu. Pada dasarnya, budaya adalah nilai dan keyakinan

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

119

Belajar Untuk Masa Depanku

dalam suatu masyarakat, baik yang berdaya preservatif maupun progresif, yang digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku bagi masyarakat pendukungnya. Nilai dan keyakinan memberi tahu mana yang benar dan yang salah. Nilai-nilai yang merupakan kolektifitas saripati kualitas kejiwaan manusia diwujudkan dlm bentuk nilai religi, ekonomi, teori, solidaritas, seni, dan politik. Keyakinan melibatkan istilah: jika...., maka Jika saya melakukan ini, maka akibat/hasil-nya adalah seperti ini. Sedangkan mutu, dalam arti umum, adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yg tersirat. Dalam pendidikan (sekolah sebagai sistem), mutu mencakup input, proses dan output. Input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar (PBM), PBM adalah kejadian berubahnya peserta didik dari belum terdidik menjadi terdidik, dan output adalah prestasi belajar (hasil PBM). Budaya mutu adalah nilai dan keyakin-an mutu dalam suatu masyarakat yang digunakan sebagai sumber pengga-langan konformisme perilaku yang bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya. Dalam suatu penelitian menunjukkan: ada korelasi antara peningkatan budaya mutu dan peningkatan mutu. Budaya mutu diperlukan karena pendidikan memerlukan penggalangan konformisme perilaku yang bermutu tinggi antar unsur yang terkait dalam organisasi pendidikan. Sekolah sebagai organisasi memiliki sifat pasanganrenggang atau diskoneksi antara kebijakan dan hasil, cara dan tujuan akhir, peraturan dan kegiatan senyatanya, bahkan antar unsur. Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam rangka mwnuju pada budaya sekolah atau budaya mutu di sekolah ini antara lain: bangunlah teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis serta perkuat nilai-nilai, keyakinan dan normanorma inti yang mendukung peningkatan mutu pendidikan secara konsisten melalui pemberdayaan, arahan, bimbingan, modeling, coaching, pujian, seremonial keberhasilan mutu, dan pemberian hadiah atas prestasinya. Secara lebih rinci pentahapan pengembangan budaya sekolah atau budaya mutu di sekolah ini antara lain adalah: (a) fahamilah budaya mutu yang ada saat ini (nilai-nilai, keyakinan, norma, perilaku, dsb.); (b) identifikasikan budaya mutu (nilai-nilai, keyakinan, norma dan perilaku) yang perlu diperkuat dan yang perlu diubah; (c) ika perubahan budaya mutu yang diinginkan cukup signifikan, buatlah komitmen bersama dan yang disepakai oleh semua unsur terkait; (d) hadapilah resistensi untuk berubah, jangan dihindari, melalui diskusi kelompok terfokus; (e) garisbawahi prioritas-prioritas nilainilai, keyakinan, dan perilaku tambahan yang diperlukan untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan, akan tetapi keberadaan mereka belum ada saat ini; dan (f) sekolah harus memiliki kebijakan mutu, sistem mutu, manajemen mutu, jaminan mutu, rencana mutu, pengendalian mutu, pengamatan mutu, dan audit mutu, yang disusun bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan mutu. Selanjutnya sekolah dapat mengembangkan Sekolah Belajar yang memiliki perilaku-perilaku berikut: (a) memberdayakan sumberdaya manusianya seoptimal mungkin; (b) memfasilitasi warganya untuk belajar terus, belajar kembali, dan belajar melupakan; (c) mendorong kemandirian (otonomi) setiap warga sekolahnya;

120

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

(d) memberikan tanggungjawab kepada warganya; (e) mendorong warganya untuk mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya; (f) mendorong adanya teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman; (g) menanggapi dengan cepat terhadap pasar atau pelanggan (siswa utamanya); (h) mengajak warganya menjadikan sekolahnya berfokus pada pelanggan (siswa utamanya); (i) mengajak warganya untuk siap/nikmat dalam menghadapi perubahan; (j) mengajak warganya berpikir sistem, baik dalam cara berpikir, cara mengelola, maupun cara menganalisis sekolahnya; (k) mengajak warganya untuk komitmen terhadap keunggulan mutu; (l) mengajak warganya untuk melakukan perbaikan secara terus menerus, dan (m) melibatkan warganya secara total dalam penyelenggaraan sekolah. 36. Pemenuhan IKKM dan IKKT Akreditasi Pemenuhan IKKM dan IKKT akreditasi sekolah akan tercapai apabila semua pengembangan pemenuhan komponen-komponen pendidikan di atas telah terpenuhi semua. Dengan kata lain, baik akreditasi sekolah dalam negeri maupun akreditasi sekolah dari lembaga internasional/negara maju dapat dilakukan apabila semua komponen pendidikan dapat terpenuhi IKKM dan IKKT-nya. 37. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Manajemen dan Organisasi Sekolah Sebagai sekolah RSBI, maka manajemen sekolah harus berstandar internasional. Untuk itu sekolah diharuskan mengembangkan manajemen sekolahnya kearah sistem manajemen mutu sebagaimana yang telah distandarkan dalam ISO. Implementasi MBS di sekolah selama ini secara konsep telah memberikan pemahaman dan pengalaman yang dapat dijadikan tonggak atau dasar bagi sekolah untuk mencapai sistem manajemen mutu tersebut. MBS yang bercirikan otonomi/kemandirian, transparansi, akuntabilitas, fleksibilitas, kerjasama/penggalangan partisipasi masyarakat, dan sustainibilitas diharapkan dapat sebagai modal bagi SBI untuk mengembangkan lebih jauh dan sesuai tuntutan manajemen internasional. Berbagai langkah yang dapat ditempuh oleh sekolah menuju sistem manajemen mutu yang berstandar internasional antara lain: (a) melaksanakan MBS secara totalitas, (b) melaksanakan pengkajian dan pemahaman terhadap kriteria standar sistem manajemen mutu ISO; (c) melengkapi berbagai perangkat dan sistem TIK pendukung terselenggaranya sistem manajemen mutu di sekolah yang berupa perangkat lunak dan keras; (d) mengembangkan SDM yang mampu menjalankan sistem manajemen mutu berstandar internasional yang berupa pelatihan, magang, dan sejenisnya; (e) dan sebagainya. Sedangkan dalam hal pengembangan organisasi sekolah untuk mendukung tercapainya RSBI adalah didasarkan atas kontribusinya terhadap pencapaian tujuan sekolah. Dalam pengembangan struktur organisasi sekolah, maka tugas dan fungsi dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan struktur organisasi sekolah tersebut.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

121

Belajar Untuk Masa Depanku

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan organisasi sekolah adalah: (a) organisasi sekolah membagi pekerjaan keseluruhan menjadi bagianbagian yang saling terkait sehingga dapat memanfaatkan sumberdaya manusia secara efektif; (b) sekolah diorganisasikan sedemikian rupa sehingga kesatuan dan kerja tim lebih ditekankan melalui koordinasi upaya yang efektif untuk mencapai tujuan sekolah; (c) struktur organisasi agar dibuat sesederhana mungkin, konsisten dengan kebutuhan untuk mengkoordinasikan pekerjaan sekolah; (d) setiap unit dalam struktur organisasi sekolah harus tugas dan fungsinya, kewenangan, dan tanggungjawabnya; (e) setiap orang dalam struktur organisasi harus mengetahui kepada siapa dia harus memper- tanggungjawabkan kinerjanya; (f) dan sebagainya. Pengembangan budaya organisasi sekolah juga merupakan faktor penting untuk mencapai suatu sekolah yang bermutu dan bertaraf internasional, oleh karena itu langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mencapai semua itu antara lain: (a) fahamilah budaya organisasi yang ada saat ini (keyakinan, nilai-nilai, norma, perilaku, dsb.); (b) identifikasikan budaya organisasi (nilai-nilai, keyakinan, norma dan perilaku) yang perlu diperkuat dan yang perlu diubah; (c) jika perubahan budaya organisasi yang diinginkan cukup signifikan, buatlah komitmen bersama dan yang disepakai oleh semua unsur terkait; (d) bangunlah teamwork yang kompak, cerdas, dinamis dan lincah; (e) perkuat keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma inti yang mendukung pengembangan budaya organisasi sekolah secara konsisten melalui pemberdayaan, arahan, bimbingan, pemodelan, pelatihan, lokakarya, pujian, seremonial keberhasilan, dan pemberian hadiah atas prestasinya; (f) hadapilah resistensi untuk berubah, jangan dihindari, melalui diskusi kelompok terfokus; (g) garisbawahi prioritas-prioritas keyakinan, nilai-nilai, norma-norma dan perilaku tambahan yang diperlukan untuk men-dukung pengembangan organisasi sekolah, yang keberadaannya belum ada saat ini; dan (h) sekolah harus memiliki kebijakan, sistem, manajemen, jaminan, rencana, pengendalian, pengamatan dan audit organisasi sekolah yang disusun bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan organisasi sekolah. Beberapa langkah yang dapat ditempuh sekolah untuk meningkatkan kapasitas organisasi persekolahan, diantaranya: (a) menjalin kerjasama atau networking dengan sekolah lain/lembaga lain dari salah satu negara anggota OECD atau dari negara maju lainnya yang memiliki keunggulan pendidikan; (b) pelatihan kapasitas pejabat/penanggungjawab RSBI atau program terhadap pengembangan modelmodel organisasi; (c) pelatihan pelatihan peningkatan kapasitas pejabat/penanggungjawab terhadap struktur keorganisasian sekolah sesuai kebutuhan sekolah yang mencerminkan adanya pembagian tugas dan pendelegasian wewenang yang jelas tiap fungsi/jabatan dalam organisasi; (d) meningkatkan kapasitas tiap pejabat/penanggungjawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya melalui pelatihan, magang, dan sebagainya; (e) meningkatkan kapasitas pemahaman dan keterampilan penanggungjawab program/jabatan dalam bidang koordinasi, konsolidasi, perencanaan, pengevaluasian, peregulasian, dan sebagainya melalui pelatihan atau sejenisnya.

122

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

G. Implementasi Pemantauan dan Evaluasi Sebagaimana lazimnya penyelenggaraan pendidikan yang lain, maka dalam penyelenggaraan RSBI ini juga akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinyu dan berkesinambungan. Bahkan untuk hal ini akan dilakukan lebih ketat, mengingat sebagai sekolah yang bertaraf internasional memerlukan perhatian yang lebih oleh semua pihak yang terkait. Pada dasarnya monitoring dan evaluasi ini dilakukan adalah dalam kerangka pembinaan sekolah sebagai penyelenggara SBI, baik oleh pusat maupun daerah. 1. Pemanatauan RSBI Pemantauan atau monitoring adalah suatu kegiatan, bertujuan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan RSBI, apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, sejauhmana kendala dan hambatan ditemui, dan bagaimana upaya-upaya yang sudah dan harus ditempuh untuk mengatasi kendala dan hambatan yang muncul selama pelaksanaan program RSBI. Monitoring lebih berpusat kepada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring ini dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk mensukseskan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan bersama-sama antara pusat dan daerah (termasuk komite sekolah) melakukan monitoring ini sesuai dengan kapasitas dan tugas tanggungjawabnya masing-masing. Beberapa unsur yang dilakukan dalam monitoring terutama adalah semua unsur yang termasuk dalam IKKM (akreditasi, standar kurikulum, standar pembelajaran, standar penilaian, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan). Disamping itu juag dimonitor tentang aspek-aspek dalam IKKT, yaitu berbagai aspek yang merupakan ciri-ciri keinternasionalan dari pengembangan unsur-unsur IKKM. Dalam pelaksanaan, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun monitoring dilakukan oleh pusat, dan diharapkan frekuensi monitoring yang dilakukan oleh daerah (dalam hal ini Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota) lebih daripada itu. Prinsipnya, makin sering dilakukan kegiatan ini oleh daerah, maka akan makin memberikan dampak positif bagi sekolah. 2. Evaluasi RSBI Kegiatan evaluasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan RSBI dan sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan evaluasi ini dilakukan pada waktu akhir tahun kegiatan/akhir tahun ajaran, sehingga dilakukan setiap satu tahun sekali. Di samping itu, evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan/atau mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional yang berdasarkan pada komponen-komponen penjaminan mutu Sekolah Bertaraf Internasional. Pelaksanaan evaluasi dilakukan berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) kejelasan tujuan dan hasil yang hendak diperoleh dari evaluasi, (2) pelaksanaan dilakukan secara komprehensif (input, proses, dan output), objektif,

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

123

Belajar Untuk Masa Depanku

transparan, dan akuntabel, (3) dilakukan oleh evaluator yang profesional, (4) dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pemangku kepentingan, (5) dilaksanakan tepat waktu, (6) dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan, dan (7) mengacu pada indikator keberhasilan kinerja. Tujuan utama kegiatan evaluasi ini antara lain: (a) untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) untuk mengetahui keberhasilan program, (c) untuk bahan masukan dalam perencanaan penyelenggaraan RSBI tahun berikutnya, (d) untuk memberikan penilaian layak tidaknya dilanjutkan sebagai SBI, dan (e) secara umum untuk melakukan pembinaan bagi sekolah yang menyelenggarakan RSBI agar pada tahun berikutnya diperoleh hasil yang lebih baik/meningkat secara signifikan. Secara substansi, pada dasarnya evaluasi ini adalah evaluasi kinerja sekolah penyelenggara RSBI. Dengan demikian materi yang dijadikan bahan untuk melakukan evaluasi adalah meliputi aspek-aspek pendidikan, baik yang termasuk dalam SNP serta yang lebih penting lagi adalah aspek-aspek pendidikan yang dikembangkan dan dijalankan di sekolah sebagai ciri keinternasionalannya dalam IKKT. Secara metodologis, evaluasi ini dilakukan menggunakan pendekatan expost facto, yaitu mengungkap apa saja yang telah terjadi dan dilakukan oleh sekolah/pihak lain terkait dalam penyelenggaraan RSBI. Dalam evaluasi ini tidak dilakukan sampling responden, artinya semua sekolah yang melaksanakan RSBI akan dievaluasi. Instrumen dikembangkan dalam bentuk kuesioner/angket dari unsur-unsur pendidikan RSBI seperti dijelaskan di atas (IKKM dan IKKT) Untuk kelengkapan data agar lebih komprehensif, maka instrumen juga dikembangkan dalam bentuk isian terbuka (kualitatif dan kuantitatif). Sumber data diambil dari para pengelola RSBI, guru, siswa, komite sekolah, dan Dinas Pendidikan Kab/Kota. Hasil analisis dari data evaluasi ini akan disampaikan kembali ke sekolah dan pihak lain terkait untuk dipergunakan sebagai masukan dan perbaikan program RSBI tahun berikutnya. H. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi dan Pelaporannya Pelaksana kegiatan monitoring dan evaluasi dalam implementasi program RSBI terdiri dari : 1. Tim Monitoring dan Evaluasi Direktorat Pembinaan SMP Direktorat Pembinaan SMP melakukan monitoring dan evaluasi pada semua program. Kegiatan ini dilaksankan pada akhir program kegiatan untuk mengetahui keberhasilan program dilihat dari berbagai unsur IKKM dan IKKT. Untuk programprogram SBI Indikator-indikator penilaian disesuaikan dengan rencana program yang direncanakan melalui RKS dan RKAS RSBI, sehingga yang lebih diprioritaskan adalah implementasi program RSBI. 2. Tim Monitoring dan Evaluasi Propinsi Selain Direktorat Pembinaan SMP, untuk melakukan monitoring dan evaluasi juga dilibatkan Tim ME dari tingkat propinsi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meng124

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

efisiensi-kan waktu dan dana, terutama bagi sekolah-sekolah yang sulit dijangkau. Tim ME propinsi akan membantu pelaksanaan ME, sekaligus juga melakukan monitoring pelaksanaan program melalui hirarki birokrasi (Dinas Pendidikan Propinsi). Monitoring dari propinsi ini penting dilakukan untuk menjamin pelaksanaan program dan transparansi kegiatan-kegiatan di sekolah sebagai RSBI. 3. Laporan Monitoring dan Evaluasi Laporan monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat kemajuan sekolah secara komprhensif. Di samping itu secara keseluruhan juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul atau yang terjadi di masing-masing sekolah. Khusus untuk laporan monitoring dimaksudkan untuk meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada saat program masih berjalan. Dengan demikian program-program dapat berjalan sesuai dengan rencana.

I.

Pelaporan Pelaksanaan 1. Tingkat Sekolah Sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SBI diwajibkan membuat pelaporan. Pelaporan yang dimaksudkan di sini adalah tentang semua hal yang dijalankan sekolah beserta hasil-hasilnya dan termasuk penggunaan keuangannya. Pelaporan oleh sekolah dibagi menjadi dua, yaitu pelaporan kemajuan pelaksanaan program yang dilakukan pada setiap pertengahan tahun ajaran (Bulan Nopember-Desember), dan pelaporan keterlaksanaan dan hasil-hasilnya pada setiap akhir tahun ajaran (Bulan Mei-Juni). Hal-hal pokok yang harus dilaporkan antara lain meliputi pengembangan, pelaksanaan penyelenggaraan SBI, dan hasil-hasilnya tentang unsur-unsur dan indikator-indikator dalam IKKM dan IKKT. Pelaporan dibuat rangkap empat, yaitu untuk propinsi, kabupaten/kota, komite sekolah, dan sekolah, yang harus dilegalisir atau disetujui oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kab/Kota setempat. 2. Tingkat Propinsi Pelaporan tingkat propinsi harus dibuat mengingat pembinaan rintisan SBI harus dilakukan secara komprehensif dan integratif, di samping itu pembinaan juga harus dilakukan secara terus-menerus dan bersama-sama dengan pembinaan tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian di tingkat propinsi cq Dinas pendidikan propinsi harus membuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk kabupaten-kabupaten atas masukan dari sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya.

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

125

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB VI PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

Pengertian kultur menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah pembudidayaan, pengembangbiakan, kebudayaan, peradaban, tamadun; adat, etik, gaya hidup, pandangan hidup, kebiasaan, nilai, norma, tata cara, tata susila, dan tradisi. Sedangkan pengertian kultur secara umum yaitu suatu nilai dan keyakinan dalam suatu masyarakat, baik yang berdaya preservatif maupun progresif, yang digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku bagi masyarakat pendukungnya. Nilai dan keyakinan memberi tahu mana yang benar dan yang salah. Nilai-nilai yang merupakan kolektifitas saripati kualitas kejiwaan manusia diwujudkan dalam bentuk nilai religi, ekonomi, teori, solidaritas, seni, dan politik. Misalnya budaya mutu, maka dimaksudkan di sini adalah nilai dan keyakinan mutu dalam suatu masyarakat yang digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku yang bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya. Budaya belajar di sekolah, merupakan nilai dan keyakinan belajar yang ada di sekolah dapat dipergunakan sebagai suatu perilaku belajar menjadi suatu kebiasaan, tuntutan, dan jaminan yang akan mengantarkan kesuksesan dan keberhasilan pelajar dalam wujud social, ekonomi, politik, keagamaan, dan sebagainya. Masyarakat belajar pada dasarnya tercipta dari lingkungan belajar dengan etos dan semangat tinggi yang sudah menjadi darah daging dalam kehidupan pembelajar. Budaya lingkungan kondusif, baik lingkungan mental maupun fisik, adalah suatu keyakinan dan nilai bahwa dengan lingkungan yang kondusif misalnya di sekolah, akan mendukung terhadap suatu kehendak, cita-cita, tujuan pendidikan yang akan merubah kehidupan seseorang/masyarakat menjadi lebih baik. Dalam hal ini, SBI diharapkan dapat mengkondisikan keadaan, fisik, kehidupan, organisasi, pembelajaran, dan sebagainya menjadi suatu perilaku yang mematri dalam kehidupan kampus sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Untuk menumbuhkembangkan budaya (dalam pengertian apa saja atau umum tentang nilai dan keyakinan) mejnadi suatu perilaku nyata, maka dapat dilakukan langkah-langkah pendukung sebagai suatu pengkondisian kebiasaan atau rutinitas yang sekaligus sebagai prasyarat secara terukur antara lain sebagai berikut: (1) memberdayakan sumberdaya manusianya seoptimal mungkin, (2) memfasilitasi warganya untuk belajar terus, belajar kembali, dan belajar melupakan, (3) mendorong kemandirian (otonomi) setiap warga sekolahnya, (4) memberikan tanggungjawab kepada warganya, (5) mendorong warganya untuk mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya, (6) mendorong adanya teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, (7) menanggapi dengan cepat terhadap pasar atau pelanggan (peserta didik utamanya), (8) mengajak warganya menjadikan sekolahnya berfokus pada pelanggan (peserta didik utamanya), (9) mengajak warganya untuk siap/nikmat dalam menghadapi perubahan, (10) mengajak warganya berpikir sistem, baik dalam cara berpikir, cara mengelola, maupun cara menganalisis sekolahnya, (11) mengajak warganya untuk komitmen terhadap keunggulan,

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

127

Belajar Untuk Masa Depanku

(12) mengajak warganya untuk melakukan perbaikan secara terus menerus, dan (13) melibatkan warganya secara total dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan berbagai langkah tersebut, maka SBI dapat menciptakan atau mewujudkan kultur atau budaya menjadi nilai-nilai yang nyata untuk terciptanya suatu kondisi sekolah yang berperilaku warganya dan lingkungan secara terukur, menyatu dalam kehidupan pribadi/kelompok, dan menimbulkan kehidupan sekolah sebagai wahana pembelajaran yang kondusif pula. Penciptaan keyakinan dan nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sekolah sehingga mendukung sekolah sebagai SBI antara lain melalui pembudayaan atau pembiasaan untuk menjalankan tata kehidupan dalam bidang-bidang lingkungan, pembelajaran, kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan, keunggulan global, dan sebagainya secara bersusila, bertatakrama, bernorma, bernilai, dan akhirnya mampu menjadi adat istiadat yang beradab. A. Kultur lingkungan kondusif Pemahaman tentang lingkungan dapat dimaknakan sebagai suatu keadaan yang melingkupi, mengitari, dan mempengaruhi terhadap kehidupan yang ada di dalamnya. Pada umumnya, lingkungan di sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan mental (non fisik). SBI diharapkan mampu mengembangkan lingkungan sekolah baik lingkungan fisik maupun lingkungan mental tersebut, seperti lingkungan yang bersih, tertib, indah, rindang, aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, dan bebas budaya kekerasan. Pengembangan yang dimaksudkan di sini adalah menciptakan suatu kondisi fisik sekolah yang mampu mendukung kehidupan sekolah yang nyaman, dan lingkungan mental para pelaku pendidikan untuk berperilaku dengan nilai-nilai dan keyakinan yang secara bersama-sama dan sekeyakinan sehingga tercipta atmosfer mental akademik tinggi untuk mencapai tujuan pendidikan. Beberapa program dan kegiatan sekolah yang dapat dikembangkan untuk menciptakan kultur lingkungan kondusif secara fisik antara lain: (a) penyediaan dan penampungan air bersih; (b) pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah; (c) pengadaan dan pemeliharaan air limbah; (d) pemeliharaan WC; (e) pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan ; (f) pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah; (g) pengadaan dan pemeliharaan kantin; (h) pendidikan kesehatan, (i) tamanisasi, (j) sanitasi, (k) pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah, (l) penataan fisik kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, interior, dsb.), (m) pengaturan ruangan, (n) pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar, (o) dan sebagainya. Dengan menciptakan lingkungan fisik sekolah yang kondusif untuk kehidupan pendidikan tersebut, maka diharapkan akan mampu memberikan kenyaman, ketentraman, ketenangan, semangat, dan daya tahan tinggi bagi pendidik untuk mendidik anak, bagi peserta didik untuk mengoptimalkan belajar, bagi pengelola untuk melayani pendidik dan peserta didik. Dengan kondisi seperti ini, maka kehidupan sekolah yang akan timbul adalah kekeluargaan, keprofesionalitasan, dan kemasyarakatan yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Sedangkan untuk mengembangkan dan menciptakan kultur lingkungan kondusif dalam aspek mental (non fisik) khususnya bagi peserta didik diantaranya melalui beberapa

128

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

program dan kegiatan seperti: konseling kesehatan; bakti sosial; perkemahan; teater, musik, olahraga; kepramukaan; dokter kecil, PMR; karnaval, bazaar; lomba; latihan kepemimpinan; penanaman kreativitas-keterampilan-kewirausahaan, penanaman budi pekerti- tata krama-sopan santun; pembinaan sosial-keagamaan; ESQ, dan sebaginya. Penguatan kondisi mental peserta didik seperti ini pada dasarnya akan menghasilkan suatu kepribadian peserta didik yang dapat berperilaku (bermakna berbudaya: berkeyakinan dan bernilai) untuk menjadi orang yang berguna, mau berjuang, berkomitmen, dan memiliki daya tahan mental tinggi menghadapi tugas dan beban belajar. Ketaatan agama, kepatuhan sosial, taat azas-norma-nilai, loyalitas-nasionalismekekeluargaan, dan peningkatan wawasan ke depan (global) akan terbentuk dengan sendirinya melalui berbagai kegiatan ini, sehingga aspek-aspek kekerasan, asusila, amoral,dan lain-lain dapat dihilangkan atau terkurangi secara proporsional. Gabungan antara pengkondisian lingkungan fisik dan non fisik (mental) tersebut secara optimal, maka akan menghasilkan suatu kehidupan sekolah yang berbudaya, yaitu kehidupan dengan nilai-nilai dan keyakinan yang dapat dimanifestasikan dalam belajar (bagi peserta didik), mengajar (bagi pendidik), pelayan (bagi pengelola pendidikan), dan lainnya untuk secara ikhlas dan bertanggungjawab terhadap kesuksesan pendidikan. B. Kultur belajar Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa kultur atau budaya belajar di sekolah, merupakan nilai dan keyakinan belajar yang ada di sekolah untuk dipergunakan sebagai suatu perilaku belajar menjadi suatu kebiasaan, tuntutan, dan nilai jaminan yang akan mengantarkan kesuksesan dan keberhasilan yang belajar dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, keagamaan, dan sebagainya. Di sini diperlukan adanya suatu prasyarat yang mendukung untuk terciptanya kehidupan atmosfer akademik di sekolah. Beberapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum mengkondisikan suatu keadaan menjadi atmosfer akademik adalah: (a) kebiasaan ketika belajar di sekolah dasar, di rumah, keluarga, kondisi masyarakat asal, keyakinan/agama, strata sosial, faktor ekonomi, kondisi fisik, dan lainnya; (b) kondisi fisik lingkungan sekolah; (c) sumber daya sekolah; (d) karakteristik layanan sekolah; (e) kepemimpinan dan manajemen sekolah; (f) dukungan pihak terkait; (g) peluang masa depan lulusan; (h) dan sebagainya yang secara faktual berpengaruh langsung terhadap kehidupan akademik sekolah sekarang ini. Selanjutnya sekolah melakukan suatu kajian terhadap semua itu yang secara metodologis dapat dibenarkan untuk menghasilkan suatu simpulan-simpulan penting sebelum membuat program dan kegiatan yang mendukung terciptanya kultur belajar dan mengajar yang baik dan menjadi perilaku kebiasaan. Penciptaan masyarakat sekolah sebagai masyarakat belajar bukanlah suatu hal yang dengan cepat dalam waktu singkat dapat mudah direalisasi. Hasil ini memerlukan suatu proses panjang dan memerlukan komitmen dan konsistensi kebijakan atau kebersamaan. Masyarakat atau warga belajar adalah suatu kelompok warga/masyarakat yang selalu berprinsip tiada hari tanpa belajar, waktu adalah ilmu, dan sebagainya. Untuk memberikan kesempatan dan mengkondisikan semua itu, maka sekolah harus melakukan upaya-upaya pengkondisian warga sekolah itu sendiri agar mau belajar tanpa ada batas karena waktu, mau belajar tanpa batas karena sarana prasarana, belajar tanpa

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

129

Belajar Untuk Masa Depanku

tergantung pihak lain, yaitu mau belajar karena keyakinan bahwa sebagai suatu keharusan dan kebutuhan dirinya masing-masing atas dasar kesadaran yang tinggi. Beberapa program dan kegiatan yang dapat mendukung terciptanya kultur belajar (sekaligus mengajar) di sekolah antara lain melalui: (a) pendampingan atau asistensi, (b) bimbingan terprogram, (c) regulasi layanan prima dan optimal, (d) penugasan terprogram ataupun tidak terprogram (mandiri/tidak terstruktur), (e) unjuk prestasi, (f) lomba akademik, (g) pemberdayaan pemangku kepentingan yang bersifat akademik, (h) dan program lain sesuai kondisi sekolah. Semuanya itu sangat memerlukan adanya dukungan semua sumber daya sekolah secara penuh bahwa kehidupan belajar di sekolah adalah ua puluh empat jam. Keberhasilan pengkondisian kultur belajar tersebut pad akhirnya peserta didik akan menjadi pusat segalanya oleh sekolah untuk diberdayakan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dengan standar tertentu oleh sekolah. Segala metode dan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru/sekolah dapat dioptimalkan dengan kondisi ini. Sikap dan perilaku profesionalisme semua warga sekolah dapat diwujudkan. Sehingga peseta didik selalu memiliki optimism tinggi terhadap keberhasilannya, dan juga berdampak kepada wujud kehidupan antar pribadi yang saling menghargai, peka terhadap kejadian, dan respek terhadap fenomena social yang disemangati oleh jiwa kekeluargaan dan saling membutuhkan.

C. Kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, dituntut mampu untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi unggul, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Oleh karena itu penting untuk diciptakan suatu kondisi yang tidak hanya sebagai suatu symbol, akan tetapi benar-benar menjadi suatu perilaku warga sekolah yang merupakan suatu nilai atau keyakinan bahwa keunggulan kompetitif tersebut hanya bias diperoleh apabila terdapat jiwa kompetitif, kolaboratif, dan entrepreneurship (kewirausahaan). Kompetitif merupakan jiwa dan semangat untuk menang, unggul, lebih dari yang lain, dan tidak mau dikalahkan. Kolaboratif pada dasarnya merupakan sarana untuk berkembang yang pada aspek tertentu tidak bias hanya berjuang sendiri dalam upaya memperoleh keunggulan, kelebihan, dan keberhasilan. Kewirausahaan merupakan jiwa mandiri tanpa tergantung orang lain, kemampuan manajerial usaha, dan kemampuan tentang core atau bidang usaha itu sendiri. Orang yang memiliki kompetensi kewirausahaan adalah secara oromatis memiliki jiwa kompetisi tinggi dan mampu memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya yang lebih unggul. 1. Kultur kompetitif Salah satu karakteristik peserta didik SBI adalah memiliki keunggulan kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, akademik, social, dan kecerdasan lainnya. Penggarapan anak yang cerdas ini memerlukan suatu kondisi yang tepat dan memadai.

130

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Pembelajaran bagi anak cerdas juga menuntut layanan yang prima, cepat, tepat, dan terdapat kebebasan yang diberikan dalam kerangka mengembangkan potensinya. Oleh karena itu penting bagi sekolah untuk menciptakan suatu kondisi belajar yang mampu menumbuhkan jiwa dan semangat kompetitif bagi peserta didik. Beberapa program dan kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: (a) lomba karya tulis ilmiah, (b) lomba karya tulis non ilmiah, (c) lomba karya kreatif peserta didik, (c) lomba penelitian sederhana, (d) lomba keagamaan, (e) lomba bidang social kerakyatan, (f) lomba-lomba lainnya, (g) debat akademik, (h) debat keagamaan, kesosialan, ekonomi, dll, (i) pengembangan bakat minat, (j) penghargaan prestasi, (k) penanganan anak khusus, (l) presentasi ajang kreasi, (m) dan sebagainya. Penanganan dan penciptaan kondisi yang kompetitif bagi anak untuk berprestasi harus didukung oleh regulasi, sumber daya sekolah, dan suasana lingkungan yang menantang bagi anak untuk harus berbuat dan melakukan. 2. Kultur kolaboratif Keberhasilan seseorang tidak akan lepas dari orang lain. Dalam kehidupan dimanapun (termasuk di sekolah) akan terdapat saling ketergantungan. Sifat individualis lebih banyak kejelekkannya daripada kebersamaan. Beberapa prinsip kehidupan tersebut harus ditanamkan kepada peserta didik dan warga sekolah lainnya agar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dapat diraih dengan maksimal.Dan sekolah, sebagai suatu kelompok social pendidikan diharapkan mampu untuk menciptakan suatu kondisi belajar peserta didik untuk memiliki keyakinan tentang pentingnya saling menghargai, saling membutuhkan, memberi dan menerima, bersama lebih kuat daripada sendiri, dan sebagainya. Pengkondisian sekolah yang bernuansa kolaboratif tetap bertujuan untuk menghasilkan prestasi bagi peserta didik baik akademik maupun non akademik. Sebagai SBI diuntut mampu untuk menghasilkan prestasi peserta didik yang berdaya saing tinggi dan berkompetisi tingkat nasional maupun internasional. Sehingga program-program yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam kerangka menumbuhkan perilaku kolaboratif antara lain: (a) pembentukan organisasi-organisasi intra sekolah, (b) pembentukan kelompok belajar, (c) penyelenggaraan tutor sebaya, (d) pembentukan jaringan kerjasama antar kelompok, (d) pembentukan jalinan kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah, (e) out bond, (f) pelibatan antar warga sekolah dalam kegiatan-kegiatan, (g) program penanaman kegotongroyongan, (h) dan sebagainya. 3. Kultur kewirausahaan Penting untuk diketahui bahwa secara psikologis dan social anak tingkatan SMP masih dalam taraf belajar, bahkan masih terdapat sekelompok anak SMP yang cenderung masih berkarakter bermain. Wawasan untuk bekerja dan bertanggungjawab belum terbentuk secara penuh mengingat usia dan keremajaannya. Anak usia ini masih sangat tinggi potensi untuk kreatifitas dan

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

131

Belajar Untuk Masa Depanku

inovasinya. Sehingga potensi untuk dikembangkan dan diberikan muatan jiwa entrepreneurhip-nya, dalam artian bukan untuk tujuan langsung bekerja/keterampilan motoriknya. Dalam konteks ini, penting diciptakan suatu kondisi bagi peserta didik untuk memiliki wawasan, jiwa, dan pandangan akan pentingnya berwirausaha. Secara akademik, sekolah memiliki potensi untuk itu semua, sebab dalam implementasi kurikululmnya antara lain terdapat materi-materi pendukung yang cukup, seperti: mata pelajaran TIK, PTD, PKH, muatan local, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, keterampilan, dan materi lain yang juga mendukung dalam bidang sains dan teknologi lainnya. Dari sisi SDM, terdapat berbagai keahlian pendidik dan tenaga kependidikan yang apabila dioptimalkan mampu sebagai advisor atau tenaga ahli dalam bidangnya masing-masing untuk kepentingan penanaman jiwa wirausaha ini. Sumber daya fasilitas juga memadai. Jalinan kerjasama dengan para pemangku kepentingan juga ada. Sehingga, dapat diciptakan suatu kondisi sekolah yang bernuansa kewirausahaan. Keyakinan dan nilai-nilai kewirausahaan dapat merupakan suatu perilaku di sekolah yang dikondisikan dengan mendasarkan pada aspek-aspek kreativitas, inovasi, dan system yang ada. Beberapa program dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya menumbuhkembangkan kultur kewirausahaan antara lain: (a) workshop/temu usaha oleh wirausahawan tulen, (b) program pembelajaran kewirausahaan, (c) magang kewirausahaan, (d) program karya alternative peserta didik, (e) program konsultasi usaha, (f) pendirian unit-unit usaha sekolah, (g) bermitra usaha, (h) dan sebagainya. Semua program ini dipergunakan sebagai wadah atau tempat bagi warga sekolah untuk menyalurkan, membentuk, mengakomodasi, memberikan peluang, dll dalam melakukan kegiatan-kegiatan usaha di sekolah yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi maupun non ekonomi. Khusus untuk sasarannya adalah peserta didik, maka pihak sekolah dapat melakukan upaya-upaya lain dalam kerangka menciptakan kondisi yang berperilaku wirausaha, seperti: (a) pelatihan kewirausahaan, (b) pengembangan hasil-hasil pembelajaran PTD, TIK, Keterampilan, Muatan Lokal, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), dan sebagainya, (c) lomba presentasi proposal bisnis sederhana, (d) pengembangan kantin kejujuran, (e) pendirian usaha sekolah oleh peserta didik sebagai pengelola, (f) pemanfaatan dan tindak lanjut karya kreatif dan karya ilmiah peserta didik melalui unit-unit usaha peserta didik, (g) pembentukan unit Pengembangan Ekonomi Kreatif, (h) dan sebagainya. Di samping pengkondisian kultur kewirausahaan yang secara praktis dapat dilakukan tersebut di atas, maka tidak kalah pentingnya adalah sekolah melakukan upayaupaya lain sebagai pelengkap dan pendukung seperti penanaman dan pemahaman tentang etika bisnis atau etika usaha. Kompetensi ini penting diberikan peserta didik atau pelaku usaha di sekolah untuk memberikan pemahaman dan penanam moral akan pentingnya suatu budaya baik tertulis atau tidak tertulis dalam kerangka mendukung kesuksesan berwirausaha.

132

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Catatan: Sekolah dapat menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) atas dasar PP Nomor 19/2005 dan PP No 38/2007. Juga dapat mengembangkan kegiatankegiatan yang bersifat ekonomi-kreatif berdasarkan Inpres No 6 Tahun 2009. Terdapat 14 bidang yang dapat dikembangkan menjadi ekonomi kreatif.

4. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Sejalan dengan perubahan tatanan dunia dan tuntutan zaman, dituntut adanya peningkatan mutu pendidikan sehingga diharapkan juga terjadi penuntasan wajar yang bermutu dan bermoral. Dengan kata lain, penuntasan wajar yang bermutu dan bermoral adalah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang dapat menciptakan atau mewujudkan insan Indonesia yang cerdas secara komprehensif dan insan Indonesia yang kompetitif. Oleh karena itu Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) dapat dijadikan sebagai salah satu solusi penyempurna (penambah/pelengkap) pendidikan, untuk mewujudkan insan Indonesia yang cerdas secara komprehensif dan insan Indonesia yang kompetitif tersebut, baik melalui penyelenggaraan Sekolah Potensial/SPM, Sekolah Standar Nasional maupun Sekolah Bertaraf Internasional. Hal ini sesuai dengan amanat UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, yaitu pasal 50 (5) : Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Selanjutnya lebih ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 14: (1) Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. (2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. Dengan demikian adalah penting adanya panduan yang memberikan arahan tentang implementasi pendidikan berbasis keunggulan lokal di sekolah.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

133

Belajar Untuk Masa Depanku

a. Tujuan PBKL Adapun tujuan PBKL antara lain adalah: 1) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang keagamaan 2) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang akhlak mulai (budi pekerti) 3) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang kewarganegaraan 4) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang kepribadian 5) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains 6) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang teknologi 7) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang estetika 8) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang jasmani dan olah raga 9) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang kesehatan 10) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan keunggulan lokal dalam bidang lainnya. b. Pengertian dan Pengembangan Program PBKL Sebagaimana kita pahami bahwa wilayah kesatuan Repubilk Indonesia kaya dan terdiri dari beraneka ragam budaya, suku, agama, adat istiadat, bahasa daerah, dan secara geografis terdiri dari berbagai pulau serta berbagai kondisi kehidupan masyarakat seperti daerah terpencar, terpencil, terisolir, pinggiran, perkotaan, dan sebgainya. Kondisi yang beraneka ragam yang dibungkus dalam bhineka tunggal ika, melahirkan kondisi kehidupan yang beraneka ragam juga. 1) Keragaman potensi Dengan demikian, terdapat beraneka ragam potensi dan kemampuan daerah/masyarakat yang sangat mungkin berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Di samping dipengaruhi oleh kondisi yang secara alami ada tersebut, keanekaragaman potensi juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang ada. Karena manusia memiliki sifat pembaharu, berubah, dinamis, dan memiliki tujuan hidup yang lebih baik. Perkembangan dan kemajuan global juga sangat potensi mempengaruhi terhadap kondisi yang alami ada, karena pada dasarnya suatu daerah/masyarakat tidak bisa menutup diri terhadap era globalisasi tersebut. Untuk kondisi yang terakhir ini, akan mempengaruhi lahirnya potensi-potensi yang baru/berkembang daripada sebelumnya yang tidak ada/belum berkembang, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dengan kata lain, suatu kondisi (potensi) secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu potensi karena
134

yang berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis yang berbasis

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

telah ada dan secara alami ada, dan potensi yang diadakan atau dikembangkan karena tuntutan atau pengaruh eksternal. Berdasarkan pengertian di atas, maka secara umum dapat dirinci beberapa kondisi (potensi) pada suatu daerah atau masyarakat, diantaranya dapat dikelompokkan dalam: Potensi keagamaan dan akhlak mulia Potensi kewarganegaraan dan kepribadian Potensi ilmu pengetahuan dan teknologi Potensi estetika dan seni budaya Potensi jasmani, olah raga dan kesehatan Potensi lingkungan Potensi lainnya. 2) Potensi lokal Di atas telah dijelaskan tentang pengertian potensi, keanekaragaman potensi, dan ciri-ciri umum potensi yang unggul. Untuk pengertian lokal, dalam pembahasan ini dimaksudkan adalah suatu kondisi lingkungan tertentu atau wilayah dengan batas-batas tertentu atau suatu daerah tertentu. Pengertian lokal ditinjau dari sudut pandang lingkungan tertentu, maka dapat termasuk lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lainnya yang secara kelembagaan memiliki sistem organisasi dan jaringan yang terstruktur atau tersistem yang secara yuridis diakui keberadaannya. Sedangkan pengertian lokal ditinjau dari sudut pandang geografis atau peta wilayah, maka dapat dimaknai lokal adalah suatu wilayah kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi yang semuanya itu merupakan bagian dari keseluruhan wilayah nasional suatu bangsa. Dengan demikian, suatu potensi lokal yang ada dalam ranah lingkungan dapat sekaligus juga bisa merupakan potensi dalam ranah kewilayahan. Sebagai contoh, potensi lokal yang ada dalam lingkungan sekolah, dimana sekolah tersebut berada dalam suatu wilayah tertentu, maka potensi tersebut dapat juga disebut sebagai potensi lokal pada suatu sekolah di wilayah yang bersangkutan. Dan untuk kepentingan disini, maka yang dimaksud dengan potensi lokal adalah potensi yang ada di suatu sekolah dan sekaligus juga berada dalam suatu wilayah tertentu (misalnya potensi lokal di sekolah x dalam kabupaten/kota y). 3) Karakteristik umum keunggulan Secara alami, potensi-potensi suatu daerah atau masyarakat ada yang bersifat kurang/tidak potensial, potensial (biasa saja), dan sangat potensial. Berdasarkan kriteria tertentu, dikatakan kurang/tidak potensial apabila suatu kondisi yang susah/tidak memungkinkan untuk bisa dikembangkan; dikatakan potensial apabila suatu kondisi yang bisa atau memiliki banyak kemungkinan dapat dikembangkan; sedangkan suatu kondisi disebut sangat potensial

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

135

Belajar Untuk Masa Depanku

apabila kondisi tersebut mudah dikembangkan, banyak dukungan, prospeknya sangat bagus/banyak keuntungan, dan memiliki keunggulan tertentu yang jarang atau tidak dimiliki oleh daerah lain. Secara umum, suatu kondisi (potensi) dikatakan unggul apabila memiliki ciriciri antara lain: memiliki nilai lebih; memiliki daya tarik banyak orang; bermanfaat lebih untuk kehidupan; dengan kelebihan tertentu, tidak setiap daerah/masyarakat memiliki; mudah dikembangkan menjadi nilai lebih; minimal dampak negatifnya apabila dikembangkan; hasilnya dapat dicapai dengan prestasi maksimal; mampu memberikan manfaat dalam berbagai bidang (pendidikan, ekonomi, sosial, pribadi, budi pekerti/akhlak mulia, IPTEK, keagamaan, dan sebagainya); diakui oleh masyarakat lain (lokal, nasional, atau internasional). 4) Potensi keunggulan lokal Dalam kerangka tanggung jawab secara moral dan material, maka berbagai potensi (terlebih yang unggul) wajib dikembangkan, dilestarikan, dan bahkan mungkin mampu berprestasi baik tingkat lokal, nasional ataupun mungkin internasional melalui berbagai cara, strategi atau lainnya dan salah satunya adalah melalui pendidikan. Karena pada dasarnya Tuhan telah membentuk umatnya dengan berbeda-beda kondisi agar manusia saling menghargai, damai, gotong royong, rukun, dan mau untuk merubah kodrat melalui upayaupaya sesuai kehendak-Nya. Anugerah tersebut memiliki berbagai potensi yang dapat memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat nantinya. Dengan kata lain, potensi yang diterima umat manusia harus disyukuri dan dioptimalkan untuk kesejahteraan manusia itu sendiri yaitu melalui pendidikan. Seperti dijelaskan di atas bahwa keanekaragaman potensi daerah bisa secara alami atau memang mengembangkan sesuatu sehingga menjadi potensi. Variasi potensi daerah sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu faktor geografi, demografi, agama, budaya, sosial, lingkungan, perkembangan IPTEK, dan sebagainya. Dengan demikian lebih lanjut akan sangat memungkinkan terjadi variasi potensi yang tinggi pula. Maksudnya, makin banyak atau makin aneka ragam yang mempengaruhi atau menentukan potensi daerah, maka akan makin banyak jenis potensi pada suatu daerah. Meskipun demikian, suatu potensi lokal belum tentu semuanya memiliki karakteristik sebagai sesuatu potensi yang unggul sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Penentuan potensi keunggulan lokal atau disebut potensi lokal yang unggul harus memenuhi berbagai kriteria tersebut, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berikut ini dijelaskan tentang potensi
136

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul ditinjau dari berbagai kelompok potensi. a) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang keagamaan dan akhlak mulia. Misalnya: pendalaman, pengkajian, dan pengamalan keagamaan serta pembinaan, pengembangan, dan pembentukan manusia yang akhlaqul karimah. b) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang kewarganegaraan dan kepribadian. Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, dan pengamalan Pancasila (dalam implementasinya dapat merujuk kepada pengamalan eka prasetya panca karsa dan atau butir-butir Pancasila). c) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang estetika, seni dan budaya. Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, apresiasi, diversifikasi, kreasi, dan pelestarian berbagai seni dan budaya daerah. d) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, penelitian, diversifikasi, refleksi, dan penerapan dalam kehidupan ataupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi itu sendiri. Potensi keunggulan lokal yang termasuk dalam bidang ini adalah sangat luas, yaitu dapat dijelaskan dari aspek geografis, sosial, ekonomi, dan lain-lain. e) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu yang secara geografis berbeda (misalnya wilayah pernanian atau perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, industri, kelautan, pegunungan, perkotaan, dan sebagainya), maka akan melahirkan suatu potensi keunggulan lokal yang berbeda pula. Misalnya: potensi keunggulan lokal daerah pertanian atau perkebunan dapat melahirkan suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: agropolitan pertanian, budi daya pertanian/tanaman hias, penelitian dan pengembangan benih dan varitas pertanian, dan sebagainya. Suatu potensi keunggulan lokal daerah peternakan dapat melahirkan suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: budi daya berbagai ternak (burung walet, sapi, kambing, dan sebagainya), pengembangan fasilitas budi daya ternak, penelitian, dan sebagainya. Suatu potensi keunggulan lokal daerah perikanan dapat melahirkan suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: budi daya perikanan dari berbagai jenis ikan, penelitian dan pengembangan bibit ikan, pengembangan fasilitas budi daya, pengembangan pakan, pengembangan atau pemanfaatan hasil, dan sebagainya. Suatu potensi keunggulan lokal daerah pertambangan (tambang emas, batu bara, timah, mangan, dan lain-lain) dapat melahirkan suatu
137

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: teknik atau cara penambangan, fasilitas penambangan, penelitian jenis tambang, pelestarian lingkungan pertambangan, dan sebagainya. Suatu potensi keunggulan lokal daerah kelautan (nelayan) dapat melahirkan suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: teknik atau cara menangkap ikan, pengembangan fasilitas nelayan, budi daya ikan tambak, penelitian, pelestarian lingkungan pantai, dan sebagainya. Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang jasmani, olah raga dan kesehatan. Misalnya: pembinaan, pendalaman, apresiasi, kreasi, dan pengamalan untuk berprestasi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan.

5) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Sebagaimana dijelaskan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa keunggulan lokal adalah suatu potensi lingkungan sekolah dalam suatu wilayah tertentu (daerah kabupaten, kota atau provinsi) yang memenuhi karakteristik tertentu pula. Karakteristik tersebut baik ditinjau secara umum maupun atas dasar pengelompokannya. Sedangkan pengertian berbasis lebih kepada makna yang didasarkan atas atau bertumpu kepada sesuatu. Dengan demikian, makna dari Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara yang didasarkan atas suatu potensi dari lingkungan sekolah dalam suatu wilayah tertentu (daerah kabupaten, kota

138

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

atau provinsi) yang memenuhi karakteristik tertentu pula sebagai sesuatu yang unggul. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) ini diselenggarakan secara formal pada jenjang pendidikan SMP untuk melengkapi dan atau menambahkan dari jenis pendidikan lainnya yaitu non formal maupun informal. Sebab, tidak menutup kemungkinan bagi suatu sekolah atau wilayah tertentu juga telah mengembangkan kedua jenis pendidikan tersebut yang juga berbasis pada keunggulan lokal. Dalam PBKL juga diharapkan juga mampu berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional melalui potensi lokal yang unggul. Walaupun jenis pendidikan ini adalah suatu pendidikan yang berbasis keunggulan lokal, namun secara substansi (yang selanjutnya dikembangkan dalam kurikulum, program, dan atau kegiatan) PBKL tetap harus memperhatikan tentang: peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah suatu bentuk pendidikan yang dapat diselenggarakan oleh jenis dan jenjang sekolah apapun, baik pada sekolah potensial/standar pelayanan minimal, sekolah standar nasional, rintisan sekolah bertaraf internasional maupun sekolah bertaraf internasional. Pendidikan berbasis keunggulan lokal bagi SMP atau yang sederajad dapat diselenggarakan baik secara terpisah maupun terintegrasi dalam mata pelajaran-mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Catatan: Sekolah dapat menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) atas dasar PP Nomor 19/2005 dan PP No 38/2007. Penyelenggaraan PBKL dapat mengacu kepada Buku Panduan Penyelenggaraan PBKL yang disusun tersendiri. 5. Pengembangan Ekonomi Kreatif di Sekolah Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

139

Belajar Untuk Masa Depanku

secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

a. Tujuan Secara umum tujuan diadakannya Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterimpilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Adapun secara khusus tujuan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif antara lain adalah: 1) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan dan pelatihan yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk membentuk jiwa dan pribadi yang kreatif, inovatif, wirausaha, dan mandiri sesuai dengan jenjang pendidikan dasar (SMP) 2) Mengembangkan kelembagaan sekolah yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP) 3) Meningkatkan dan mengembangkan potensi sekolah yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP) 4) Meningkatkan dan mengembangkan potensi SDM sekolah yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP) 5) Meningkatkan dan mengembangkan jalinan kerjasama atau kemitraan yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP) 6) Meningkatkan dan mengembangkan potensi (sumber daya) lingkungan sekolah (internal dan eksternal) yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP) 7) Mengembangkan kurikulum SMP dalam bidang: keimanan, ketaqwaan, kepribadian, budi pekerti, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, dan olahraga, yang mendukung kepada pemenuhan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif 8) Mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dalam bentuk pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif, baik secara terintegrasi maupun terpisah dalam penyelenggaraannya 9) Meningkatkan pembelajaran yang berkualitas dalam pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif

140

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

10) Menciptakan wadah kreativitas dan kewirausahaan bagi warga sekolah dan stakeholder dalam kerangka pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif b. Pengertian ekonomi kreatif dalam system pendidikan Sebagaimana telah dipahami bahwa prinsip ekonomi adalah suatu usaha dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya (profit ekonomi). Dengan demikian ekonomi kreatif adalah suatu bentuk pengembangan, penciptaan, penemuan, pendalaman, modifikasi, adaptasi, adopsi, dan lainnya oleh individu atau kelompok terhadap sesuatu aspek-aspek pendidikan (input) yang akan bernilai atau memberi keuntungan uang, kesejahteraan, kebutuhan primer manusia, dan sejenisnya. Sikap dan perbuatan untuk mencapai keuntungan ekonomi tersebut dapat dilakukan oleh SDM yang memiliki jiwa entrepreneur, yaitu SDM yang kreatif, inovatif, berani mengambil resiko, memiliki daya cipta, karsa serta karakteristik lainnya seperti dijelaskan sebelumnya. Implikasinya dalam dunia pendidikan antara lain bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dapat berorientasi pada hasil dan keuntungan ekonomi, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang (rate of return), dengan melalui berbagai kreativitas dalam fungsi, manajemen, dan tata kelola pendidikan. c. Pengertian dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) Berdasarkan pada uraian di atas dapat diberikan pemahaman bahwa Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) adalah suatu upaya-upaya yang dilakukan oleh satuan pendidikan atau penyelenggara pendidikan, dengan berbagai pendekatan kreatif dan inovatif yang dijiwai semangat entrepreneurship untuk menciptakan sesuatu atau mengembangkan sesuatu, sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan suatu keuntungan ekonomi. Dengan kata lain bahwa Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterimpilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia (Inpres No 6 Tahun 2009). Dalam PEK di suatu sekolah, maka bidang-bidang yang dikembangkan diletakkan pada suatu asumsi system pendidikan yang menuju pada system perusahaan, yang mencerminkan indicator-indikator untuk menghasilkan dan mencapai tujuan pendidikan yang bercirikan keuntungan ekonomi. Sistem yang dimaksudkan di sini adalah terdiri dari komponen input-proses dan output. Masing-masing komponen tersebut selanjutnya dikembangkan, dimana untuk tiap aspek dari komponen input dikembangkan menjadi proses kreatif yang akan dipergunakan untuk mengolah input, untuk menghasilkan sesuatu yang

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

141

Belajar Untuk Masa Depanku

bercirikan keuntungan (output) ekonomi. Maksudnya bahwa dalam PEK ini suatu system pendidikan atau persekolahan dikreate sedemikian rupa dari tiap aspek input pendidikan untuk menghasilkan ketuntungan-keuntungan (output/outcome/dampak/impact) yang diproses secara kreatif. Dalam pengembangan ekonomi kreatif ini akan memiliki perbedaan yang mendasar antara lembaga pendidikan tingkat dasar dengan tingkat menengah dan bahkan perguruan tinggi. Pada pendidikan dasar lebih mengutamakan PEK yang membekali peserta didik kepada muatan/penguatan kompetensi dasar untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat anak sesuai tingkat perkembangan remaja. Dalam hal ini bisnis oriented belum menjadi tujuan utama. Labih meletakkan fondasi kreativitas, kemandirian, wawasan, gagasan, ide, dan sebagainya dalam bentuk pengamatan, replica, model, apresiasi, dan sejenisnya yang mengarah kepada keuntungan ekonomi jangka panjang (rate of return bidang ekonomi). Pada pendidikan menengah sudah meningkat kepada pembentukan pribadi yang entrepreneur (penanaman jiwa wirausaha, manajemen dasar usaha, dan inti bisnis atau usaha), untuk diwujudkan dalam praktik usaha sederhana dengan keuntungan ekonomi. Sedangkan PEK pada perguruan tinggi sudah membentuk calon-calon wirausaha handal/tulen melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan yang professional. Kemudian secara substansi aspek-aspek pokok yang dapat dilakukan dalam PEK ditinjau dari sekolah sebagai system antara lain adalah: 1) Bidang SKL dan kurikulum, aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam PEK antara lain memuat: kompetensi aspek kepribadian, pengetahuan, biologi, fisika, kimia, perkebunan/tanaman, kerajinan, kesenian, estetika, olah raga/kesehatan, dll yang bersifat ekonomi/bisnis. 2) Bidang kelembagaan: struktur organisasi, bentuk badan hukum, perijinan, kerjasama, dll yang mewadahi dan mendukung kegiatan diklat atau upaya yang bersifat bisnis/ekonomi. 3) Bidang sarpras: memberdayakan yang ada, menciptakan berbagai peralatan/teknologi, modifikasi sarpras yang ada, menyewakan, dll baik untuk sarana diklat, produksi, konsumsi, rumah tangga, pertanian, transportasi, lingkungan, dll yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi. 4) Bidang manajemen: system POAC (Planing-Organizing-Actuating-Controlling), PDCA (Plan-Do-Check-Action), Just in Time, organisasi, administrasi, perencanaan usaha, melaksanakan usaha, patok duga, studi kelayakan, analisis SWOT, pemasaran, pengembangan/RD, analisis usaha, BEP, pelaporan/pembukuan, SIM, dll yang dapat dipergunakan untuk mengelola usaha professional. 5) Bidang SDM: kuantitas, kualitas/kompetensi, kualifikasi, pengalaman, bidang kemampuan/keahlian, pembinaan, rekruitmen, penghargaan, hukuman, dll yang mendukung penanganan usaha atau mewirausahakan birokrasi. 6) Bidang pendanaan: model swadaya, model kredit usaha, model saham, analisa biaya, efisiensi biaya, dll yang dipergunakan untuk kecukupan usaha. 7) Bidang jaringan usaha: komunikasi bisnis, pengembangan relasi, pembentukan jaringan, pembentukan kerjasama, pertukaran informasi, pengembangan substansi, dll untuk mendukung usaha.
142
Direktorat Pembinaan SMP QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

8) Bidang diklat: penerapan link and match, penerapan pola magang, penerapan buka-tutup, penerapan penelitian/observasi/eksperimen/unjuk kerja/refleksi/model proyek, dll untuk menghasilkan produk/keluaran yang bersifat ekonomik, pedagodik, akademik, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diberikan pemahaman bahwa PEK adalah suatu system yang dilaksanakan atas dasar system yang telah ada dan dikembangkan menjadi system yang berosientasi pada pencapaian keuntungan ekonomi (perusahaan), melalui pengembangan fungsi-fungsi sekolah dan manajemen usaha yang dilakukan secara kreatif dan bertanggungjawab untuk menuju kemandirian sekolah, masyarakat, dan bangsa atas keberhasilan menciptakan SDM yang berwirausaha

Catatan: Sekolah dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi-kreatif berdasarkan Inpres No 6 Tahun 2009. Terdapat 14 bidang yang dapat dikembangkan menjadi ekonomi kreatif. Pengembangan Ekonomi Kreatif oleh sekolah dapat mengacu kepada Buku Panduan Pengembangan Ekonomi Kreatif yang disusun tersendiri.

D. Kultur keunggulan global dan atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) Bagi sekolah yang dikembangkan untuk menjadi SBI atau yang telah menjadi SBI terdapat media khusus untuk mengembangkan kultur keunggulan global ini, yaitu Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) dan sebagai pendukungnya antara lain Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PP No 19/2005 dan PP No 38/2007). Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) di sini dimaksudkan adalah suatu bentuk pendidikan dan pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi wawasan global, pengetahuan dan sikap yang mencerminkan kehidupan dan pergaulan antar bangsa, dalam menghargai (toleransi) agama, suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit, budaya, nilai, norma, dan lainnya dari bangsa-bangsa lain di dunia ini. Melalui pendidikan ini diharapkan dalam lingkungan sekolah dapat menjadikan suatu perilaku warga sekolah yang membudaya (menjadi kebiasaan) untuk mampu bersikap atau berbuat yang mencerminkan kehidupan mendunia. Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) adalah suatu bentuk pendidikan yang memenuhi unsur-unsur pendidikan dengan muatan-muatan yang didasarkan atas keunggulan-keunggulan tertentu dan bersifat internasional (global). Suatu muatan atau potensi disebut memiliki keunggulan global antara lain bercirikan: (a) berguna untuk kehidupan di tingkat internasional, (b) semua negara memiliki potensi tersebut, (c) dapat dikompetisikan tingkat internasional, (d) berlaku universal, (e) dan sebagainya. 1. Tujuan Tujuan diselenggarakannya program-program atau kegiatan yang berbasis pada keunggulan global ini antara lain:
143

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Menghasilkan peserta didik yang bermartabat dan memiliki kompetensi untuk menghargai perbedaan dari orang lain/masyarakat/bangsa lain terhadap agama, suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit, budaya, nilai, norma, dan lainnya dalam kerangka membangun kerukunan hidup di dunia. b. Menciptakan kehidupan kampus sekolah yang bercirikan budaya nasional dan internasional, baik dalam berkomunikasi dan beraktivitas sehari-hari bagi warga sekolah. 2. Program/kegiatan Berdasarkan pemahaman di atas, maka bagi sekolah adalah menjadi sangat penting untuk menciptakan atau mengkondisikan suatu keadaan sekolah yang mampu menjadikan peserta didik dan pendidik atau warga sekolah lain untuk berkehidupan atau pembelajaran yang ada di sekolah bercirikan keunggulan global, diantaranya melalui program atau kegiatan: a. kajian/pembelajaran tentang: suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit, budaya, nilai, norma, dan lainnya dari negara lain b. student camp dengan sekolah dalam dan atau luar negeri c. english day bagi warga sekolah d. debat bahasa inggris antar sekolah dalam dan atau luar negeri e. LKIR/S berbahasa inggris tingkat nasional/regional f. magang guru ke sekolah internasional (dalam atau luar negeri) g. pertukaran pelajar dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri) h. teleconference dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri) i. interaksi dengan jasa internet dalam bermitra dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri) j. unjuk kreasi budaya nasional ke ajang internasional k. upacara berbaha inggris l. kegiatan sekolah berbahasa inggris m. dan sebagainya. Dengan melalui berbagai aktivitas ini diharapkan sekolah benar-benar mampu mencerminkan sebagai sekolah yang (bertaraf) internasional.

a.

144

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB VII PENANAMAN KARAKTER PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

A. Pengertian karakter dan pendidikan karakter Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak; sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008) bahwa karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek, sebaliknya adalah orang yang perilakuknya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya (kapasitas intelektual) yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Itulah karakter individu yang mulia yang dapat ditandai dengan nilai-nilai ketiga aspek tersebut sehingga dikatakan sebagai karakteristiknya. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Dengan demikian, individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasanaannya). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, kebangsaan maupun keinternasionalan sehingga menjadi manusia insan kamil. Untuk itu, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development. Hal ini berarti bahwa dalam pendidikan karakter di sekolah, maka semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan (the quality of relationships), penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

145

Belajar Untuk Masa Depanku

sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan dalam artian penanaman karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan (termasuk pendidikan karakter di sekolah) harus berkarakter sebagaimana dijelaskan di atas. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agaman yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya); tanggung jawab; jujur; hormat dan santun; kasih sayang, peduli, dan kerjasama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; serta toleransi, cinta damai, dan persatuan. Selain, pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya; rasa hormat dan perhatian; peduli; jujur; tanggung jawab; kewarganegaraan; ketulusan; berani; tekun; disiplin; visioner; adil; dan integritas. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. B. Pengembangan Karakter di RSBI Pengembangan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anakanak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik, maka anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Pendidikan karakter yang efektif apabila di sekolah terjadi semua peserta didik dan warga sekolah lainnya menunjukkan potensi mereka untuk menjadi insan kamil dan mencapai tujuan hidup yang mulia. Dalam hal ini, masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya untuk membentuk karakter sosialnya. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), acting, menuju kebiasaan (habit), sehingga karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Sebab seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya itu kalau tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal-hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).

146

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perpective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Dengan demikian, pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional (lihat Gambar 1).

Gambar 25. Keterkaitan komponen moral dalam pembentukan karakter Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar mengharagi pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk mengharagi nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domein affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan desiring the good atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek knowing the good (moral knowing), tetapi juga desiring the good atau loving

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

147

Belajar Untuk Masa Depanku

the good (moral feeling), dan acting the good (moral action). Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham. Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan moral action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh. Sebagaimana diketahui bahwa Pemerintah telah menetapkan lulusan SMP memiliki kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu penanaman karakter lulusan tersebut telah ditegaskan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada jenjang pendidikan SMP yang mengandung 22 rumusan karakter lulusan, dimana tiap rumusan karakter tersebut mengandung nilai-nilai kepribadian/budi pekerti/perilaku yang berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia, diri sendiri, dan lingkungan, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Rumusan, nilai-nilai, dan keterkaitan karakter pada kompetensi lulusan SMP yang di dalamnya mengandung komponen moral pengetahuan, sikap atau emosi, dan tindakan No. 1. Rusumusan Karakter pada Komponen SKL Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri Menunjukkan sikap percaya diri Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumbersumber lain secara logis, kritis, dan kreatif Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya Nilai-nilai karakter dalam perilaku Bertakwa Kaitan Karakter dan tujuan Tuhan

2. 3. 4.

Reflektif Percaya diri Taat, nasionalisme, internasionalisme Toleran, nasionalisme, internasionalisme Logis, kritis, analitis, kreatif

Diri sendiri Diri sendiri Sesama manusia, kebangsaan, keinternasionalan Sesama manusia, kebangsaan, keinternasionalan Diri sendiri

5.

6.

7. 8.

logis, kritis, kreatif dan Inovatif Cerdas, mandiri

Diri sendiri Diri sendiri

148

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

9.

10.

Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari Mendeskripsi gejala alam dan sosial

Analitis, cerdas, kreatif, inovatif Peka (sensitif), nasionalisme, internasionalisme Bertanggung jawab, kreatif, inovatif Kebersamaan (kooperatif) dan demokratis, nasionalisme Apresiatif, nasionalisme Apresiatif Hidup sehat

Diri sendiri

11. 12.

13. 14. 15.

16. 17.

Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Menghargai karya seni dan budaya nasional Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat Menghargai adanya perbedaan pendapat Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah Memiliki jiwa kewirausahaan

Lingkungan, kebangsaan, keinternasionalan Lingkungan, kebangsaan Sesama manusia, kebangsaan

Sesama manusia, kebangsaan Sesama manusia Diri sendiri

Santun Bertanggung jawab , nasionalisme, internasionalisme Toleran Ingin tahu nasionalisme, internasionalisme

Sesama manusia Diri sendiri dan Sesama manusia, kebangsaan, keinternasionalan Sesama manusia Diri sendiri Diri sendiri, kebangsaan, keinternasionalan Diri sendiri, kebangsaan, keinternasionalan Diri sendiri, kebangsaan, keinternasionalan

18. 19. 20.

21.

Nasionalisme, internasionalisme Nasionalisme, internasionalisme

22.

Berdasarkan uraian di atas nampak jelas bahwa lulusan SMP secara ideal akan memiliki kompetensi karakter yang lengkap yaitu nilai-nilai perilaku yang dapat digolongkan dalam

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

149

Belajar Untuk Masa Depanku

enam kelompok yaitu terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, sekitarnya, kebangsaan, dan keinternasionalan, yaitu:

lingkungan

a. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap Tuhan, meliputi: bertaqwa. b. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri, meliputi: reflektif, percaya diri, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, dan jiwa wirausaha serta kompeten di bidangnya. c. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap masyarakat/sesama manusia, meliputi: taat peraturan, toleran, kebersamaan (kooperatif), demokratis, apresiatif, santun, bertanggung jawab. d. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap lingkungan, meliputi: peka/peduli dan bertanggung jawab terhadap pelestarian tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam sekita; peduli dan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam sekitar;, dan peduli dan bertanggung jawab terhadap pemanfaatan tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam sekitar e. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap kebangsaan adalah: taat peraturan, toleran, peduli, kebersamaan (kooperatif), demokratis, apresiatif, santun, bertanggung jawab, konstruktif, nasionalisme, berwawasan kebangsaan, loyalitas, komitmen, rela berkorban, cinta tanah air, bela negara, dan nilai-nilai perilaku manusia lain yang relevan terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, dan lingkungan f. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap keinternasionalan adalah: toleransi, demokratis, kebersamaan, taat peraturan, dan nilai-nilai lain yang relevan dari perilaku manusia terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, dan lingkungan serta kebangsaan.

Dengan demikian lulusan SMP tidak hanya memiliki kompetensi yang bersifat pengetahuan saja (terlebih hanya diukur dengan Nilai Ujian Nasional), akan tetapi memiliki kompetensi yang secara akumulasi menjadi sebuah karakter lulusan yang komprehensif, sebagaimana dikelompokkan ke dalam enam kelompok nilai karakter di atas. Sekolah dapat menambah, memperkaya, memperdalam dan lainnya tentang nilai-nilai perilaku peserta didik yang diakumulasikan ke dalam suatu standar kompetensi lulusan atau dalam bentuk standar kompetensi, kompetensi dasar, dan atau indikator kompetensi lulusan SMP, sehingga benar-benar lulusan SMP memiliki karakter yang berdimensi kepada nilai-nilai perilaku kepada Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, kebangsaan, dan keinternasionalan secara utuh. Di samping itu, dalam pengembangan dan penanaman karakter pada RSBI dapat melalui: kurikulum, pembelajaran, penilaian, ketenagaan, pemberdayaan, pengelolaan, pembinaan kepesertadidikan, dan lainnya. 1. Implikasi pengembangan karakter dalam pendidikan karakter Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku

150

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian e. Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik. 2. Strategi pengembangan karakter dalam pendidikan karakter Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), insan kamil,atau insan paripurna yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual, dan intelektual peserta didik secara optimal. Strategi yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam pendidikan karakter ini antara lain dengan: a. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkret, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active learning, contextual teaching and learning, inquiry based learning, integrated learning); b. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conductive learning community) sehinga peserta didik dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat; c. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, dan acting the good; d. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan aspek-aspek kecerdasan manusia; e. Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip developmentally appropriate practices;

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

151

Belajar Untuk Masa Depanku

f. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh sekolah. Lingkungan sekolah harus berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan perhatian pada kesejahteraan lainnya; g. Model atau contoh perilaku positif. Bagian terpenting dari penetapan lingkungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh perhatian dan penuh penghargaan dari guru dan interaksinya dengan peserta didik; h. Menciptakan peluang bagi peserta didik untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk dalam kehidupan di kelas dan di sekolah. Sekolah harus menjadi lingkungan yang lebih demokratis sekaligus tempat bagi peserta didik untuk membuat keputusan dan tindakannya, serta untuk merefleksi atas hasil tindakannya; i. Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial. Bagian terpenting dari peningkatan perkembangan posisitf peserta didik termasuk pengajaran langsung keterampilan sosial-emosional, seperti mendengarkan ketika orang lain bicara, mengenali dan mengelola emosi, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang mengharagi kebutuhan (kepentingan) masing-masing; j. Melibatkan peserta didik dalam wacana moral. Isu moral adalah esensi pendidikan anak untuk menjadi prososial, dan moral manusia; k. Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk peserta didik; l. Tidak ada peserta didik yang terabaikan. Tolok ukur yang sesungguhnya dari kesuksesan sekolah termasuk pendidikan untuk semua bagi anak dalam upaya mewujudkan seluruh potensinya dengan membantu mengembangkan bakat khusus dan kemampuan mereka, dan dengan membangkitkan pertumbuhan intelektual, etika, dan emosi peserta didik. Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter ini juga terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (a) nilai-nilai perilaku (karakter) kompetensi lulusan, (b) muatan kurikulum nilai-nilai perilaku (karakter), (c) nilai-nilai perilaku (karakter) dalam pembelajaran, (d) nilainilai perilaku (karakter) pendidik dan tenaga kependidikan, dan (e) nilai-nilai perilaku (karakter) pembinaan kepesertadidikan. Secara grafis dapat dilihat dalam Tabel 4 di bawah ini.

152

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Tabel 2. Pengelolaan penyelenggaraan pendidikan karakter a. Perencanaan penyelenggaraan pendidikan karakter


Sasaran Komponen karakter Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral feeling Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf Moral feeling Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf Moral feeling Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf Moral action Moral action Moral action Moral action Moral action Moral action Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Moral action Moral action Tuhan Diri sendiri Sesama Lingkungan Kebangsaan keinternasionalan

No 1. 2. 3. 4. 5.

Unsur karakter Kompetensi lulusan Muatan kurikulum Pembelajaran Pendidik dan tenaga kependidikan Kepesertadidikan

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Keterangan:
Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai tindakan moral)

b. Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan karakter


Sasaran Komponen karakter Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral knowing Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk Moral knowing Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral action Moral action Moral action Moral action Moral action Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Nma Moral action Tuhan Diri sendiri Sesama lingkungan kebangsaan keinternasionalan

No 1. 2. 3. 4. 5.

Unsur karakter Kompetensi lulusan Muatan kurikulum Pembelajaran Pendidik dan tenaga kependidikan Kepesertadidikan

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Keterangan:
Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai tindakan moral)

c. Pengendalian penyelenggaraan pendidikan karakter


Sasaran Komponen karakter Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral knowing Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral feeling Moral action Moral action Moral action Moral action Tuhan Diri sendiri Sesama lingkungan kebangsaan keinternasionalan

No 1. 2. 3. 4. 5.

Unsur karakter Kompetensi lulusan Muatan kurikulum Pembelajaran Pendidik dan tenaga kependidikan Kepesertadidikan

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Nma Nma Nma Nma Nma

Nmk Nmk Nmk Nmk Nmk

Nmf Nmf Nmf Nmf Nmf

Keterangan:
Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai tindakan moral)

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

153

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB VIII KEWENANGAN PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL


Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 telah diamanatkan tentang keharusan untuk menyelenggarakan, mengelola, dan melakukan pembinaan terhadap sekolah yang telah memenuhi kriteria SBI pada setiap kabupaten/kota. Terkait dengan ini, maka kewenangan dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan SBI SMP telah juga diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 antara pemerintah (pusat), pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Demikian pula ditegaskan dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 22 (4) bahwa Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional dan yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (disebut dengan RSBI) kepada pemerintah provinsi. Dalam pasal 24 (1) disebutkan bahwa Pemerintah provinsi menerima satuan pendidikan yang diserahkan oleh kabupaten/kota , tetapi disebutkan dalam ayat (3) bahwa apabila hal tersebut belum dapat dipenuhi, maka pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Ayat (2) mengatakan Pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP bertaraf internasional dan/atau memfasilitasi penyelenggaraan paling sedikit 1 (satu) SMP yang diselenggarakan masyarakat di setiap kabupaten/kota di wilayahnya. Dan pemerintah kabupaten/kota dapat membantu penyelenggaraan SMP bertaraf internasional atau yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional (ayat 4). Sesuai kewenangannya, maka Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional pada suatu kab/kota karena dengan tujuan tertentu dan pemerintah provinsi maupun kab/kota tidak mampu menyelenggarakan, sementara itu pada daerah tersebut belum terdapat RSBI atau SBI (pasal 25). Direktorat Pembinaan SMP sejak tahun 2007 telah menetapkan beberapa SMP yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI) yaitu sebanyak 299 sekolah. Untuk sementara ini sesuai dengan kewenangannya, pemerintah telah melakukan pembinaan sebagaimana mestinya beserta pemerintah daerah. Dalam kerangka implementasi dari PP No 38 Tahun 2007, maka penting untuk segera dilaksanakan serah terima status penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan sekolah-sekolah tersebut dari pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi. Hal ini juga telah ditegaskan dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 bahwa pemerintah daerah provinsi menerima penyerahan penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan RSBI/SBI SMP dari pemerintah daerah kabupaten/kota. A. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Pendidikan Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, khususnya Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan, bahwa pengertian tentang urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi
155

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan adalah semua urusan pemerintahan (kecuali urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama), yaitu terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan, dan salah satunya adalah bidang urusan pendidikan. Setiap bidang urusan pemerintahan terdiri dari sub bidang, dan setiap sub bidang terdiri dari sub sub bidang, yang selengkapnya ada dalam lampiran, termasuk bidang urusan pendidikan. Pembagian urusan pemerintahan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya dan urusan pemerintahan tersebut terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar, dimana salah satunya adalah: bidang urusan pendidikan dari jumlah seluruhnya 26 urusan. Penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap. Pemerintahan daerah yang melalaikan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan pembiayaan bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah yang bersangkutan. Sebelum penyelenggaraan urusan pemerintahan ditangani pemerintah, maka pemerintah melakukan langkah-langkah pembinaan terlebih dahulu berupa teguran, instruksi, pemeriksaan, sampai dengan penugasan pejabat Pemerintah ke daerah yang bersangkutan untuk memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib tersebut. Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan, dengan memperhatikan keserasian hubungan Pemerintah dengan pemerintahan daerah dan antar pemerintahan daerah sebagai satu kesatuan sistem dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia melibatkan pemangku kepentingan terkait. Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan wajib dan pilihan berpedoman kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria tersebut. Urusan pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah ditetapkan dalam peraturan daerah untuk menjadi dasar penyusunan susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait , maka tata cara pengelolaan bersama urusan pemerintahan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

156

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintahan daerah untuk mendukung kemampuan pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Apabila pemerintahan daerah ternyata belum juga mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan setelah dilakukan pembinaan, maka untuk sementara penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah. Pemerintah menyerahkan kembali penyelenggaraan urusan pemerintahan apabila pemerintahan daerah telah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan. Khusus untuk Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta rincian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota sebagaimana tertuang dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini secara otomatis menjadi kewenangan provinsi dan urusan pemerintahan di Provinsi Papua dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang mengatur otonomi khusus daerah yang bersangkutan. B. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Penyelenggaraan RSBI Dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan RSBI dan SBI pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa terdapat pembagian kewenangan atau urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan RSBI dan SBI. Demikian pula ditegaskan dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 22 (4) bahwa Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional dan yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (disebut dengan RSBI) kepada pemerintah provinsi. Dalam pasal 24 (1) disebutkan bahwa Pemerintah provinsi menerima satuan pendidikan yang diserahkan oleh kabupaten/kota , tetapi disebutkan dalam ayat (3) bahwa apabila hal tersebut belum dapat dipenuhi, maka pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Ayat (2) mengatakan Pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP bertaraf internasional dan/atau memfasilitasi penyelenggaraan paling sedikit 1 (satu) SMP yang diselenggarakan masyarakat di setiap kabupaten/kota di wilayahnya. Dan pemerintah kabupaten/kota dapat membantu penyelenggaraan SMP bertaraf internasional atau yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional (ayat 4). Sesuai kewenangannya, maka Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional pada suatu kab/kota karena dengan tujuan tertentu dan pemerintah provinsi maupun kab/kota tidak mampu menyelenggarakan, sementara itu pada daerah tersebut belum terdapat RSBI atau SBI (pasal 25). Pemerintah kabupaten/kota dapat membantu penyelenggaraan RSBI dan SBI baik yang diselenggarakan oleh provinsi maupun pemerintah. Pemerintah kabupaten/kota juga dapat merintis SBI bekerjasama dengan provinsi atas dasar persetujuan pemerintah, untuk selanjutnya diserahkan penyelenggaraannya kepada pemerintah provinsi.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

157

Belajar Untuk Masa Depanku

1. Penyerahan kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional (SBI) dan yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI) kepada pemerintah provinsi. Pemerintah provinsi menerima satuan pendidikan (RSBI dan atau SBI) yang diserahkan oleh pemerintah kabupaten/kota atau provinsi mendirikan satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI). Dasar penyerahan kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI ini di samping Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 juga berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 sebagaimana disebutkan di atas, bahwa kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI adalah pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota (khusus untuk Sekolah Dasar). Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut terdapat enam (6) aspek yang menjadi kewenangan baik oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, yaitu aspek: kebijakan, pembiayaan, kurikulum, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, dan pengendalian mutu dalam penyelenggaraan RSBI/SBI. Secara substansi, apa-apa yang diserahkan dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi pada dasarnya adalah isi dari setiap aspek dari enam aspek tersebut. Sebelum pelaksanaan serah terima kewenangan, maka diharapkan terlebih dahulu terselenggara koordinasi dan musyawarah antara pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Koordinasi ini penting dilakukan untuk saling memahami, saling menyepakati, dan saling mendukung terhadap isi-isi dan mekanisme yang akan dilakukan dalam diserahterimakan. Untuk memberikan gambaran dan pemahaman tentang isi tiap aspek dalam penyerahan kewenangan ini, maka di bawah ini dijelaskan tentang kewenangan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota secara lebih rinci untuk tiap aspek tersebut beserta contoh berita acaranya. I. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG KEBIJAKAN SUB-SUB BIDANG KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN STANDAR DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI: 1. Melakukan kajian dan pemahaman bersama-sama dengan unsur legislatif daerah tentang regulasi dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP sebagaimana tercantum dalam Bab Dasar Hukum di atas, khususnya tentang: UUSPN No 20/2003, Peraturan Pemerintah

158

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Nomor 19/2005, Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007, Peraturan Pemerintah Nomor 48/2008, dan Permendiknas yang mengatur SNP. 2. Menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan pendidikan tingkat provinsi 3. Menetapkan kebijakan tentang koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam hal kebijakan operasional dan program pendidikan antar kabupaten/kota terhadap penyelenggaraan RSBI/SBI SMP 4. Menetapkan kebijakan operasional pendidikan tingkat provinsi sesuai dengan kewenangan tentang penyelenggaraan RSBI/SBI SMP 5. Menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan RSBI, baik yang dirintis oleh pemerintah pusat) maupun oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, 6. Menetapkan kebijakan operasional tentang serah terima penyelenggaraan RSBI/SBI SMP dari kabupeten/kota kepada pemerintah daerah provinsi 7. Membuat dan menetapkan perencanaan strategis penyelenggaraan pendidikan dasar, khususnya penyelenggaraan RSBI/SBI SMP pada tingkat provinsi dan mengupayakan tiap kab/kota terselenggara satu buah SMP RSBI atau SBI oleh provinsi sesuai dengan perencanaan strategis pendidikan nasional 8. Membuat dan menetapkan perencanaan penjaminan mutu pendidikan dasar khususnya RSBI/SBI SMP untuk memenuhi standar nasional, dalam aspekaspek SNP (8 aspek) sesuai dengan kemampuan daerah dan dituangkan dalam perencanaan pendidikan daerah provinsi sesuai dengan perencanaan strategis pendidikan nasional 9. Menetapkan semua kebijakan penyelenggaraan pendidikan di atas (point 2 sampai dengan 8) dalam bentuk Peraturan Daerah Bidang Pendidikan Pemerintah daerah provinsi 10. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam hal pelaksanaan kebijakan operasional dan program pendidikan antar kabupaten/kota tentang penyelenggaraan RSBI/SBI SMP 11. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyerahan urusan/kewenangan pengelolaan dan penyelenggaraan RSBI SMP, baik mengenai substansi maupun tanggungjawab/kewenangan masing-masing 12. Melaksanakan serah terima penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan RSBI/SBI SMP dari pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi (format Berita Acara lihat contoh) 13. Melaksanakan sosialisasi pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal/IKKM) dan pemenuhan dimensi-dimensi keinternasionalan (Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) pada RSBI/SBI SMP 14. Melaksanakan pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal atau IKKM) pada RSBI/SBI SMP 15. Melaksanakan koordinasi atas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas kabupaten/kota, untuk RSBI/SBI SMP sesuai pedoman yang ditetapkan pemerintah 16. Melaksanakan koordinasi dengan kabupaten/kota dalam pengelolaan dan penyelenggaraan penyiapan sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau disebut RSBI 17. Menyelenggarakan dan/atau mengelola RSBI dan SBI SMP tiap kabupaten/kota

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

159

Belajar Untuk Masa Depanku

18. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP sesuai kewenangannya, dengan mengacu pada kebijakan, konsep, kriteria, dan standar evaluasi yang disusun pusat serta berpedoman kepada perangkat instrumen yang disusun pusat 19. Membantu melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP yang dilaksanakan oleh pusat 20. Melaksanakan supervise RSBI/SBI SMP yang menjadi kewenangannya dan membantu pusat dalam melaksanakan hal yang sama 21. Membuat pelaporan hasil monitoring dan evaluasi RSBI/SBI SMP kepada pemerintah pusat 22. Mengembangkan sistem informasi manajemen pendidikan tingkat provinsi, termasuk RSBI/SBI SMP 23. Melaksanakan peremajaan data RSBI/SBI SMP dalam sistem infomasi manajemen pendidikan untuk tingkat provinsi B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA: 1. Melakukan kajian dan pemahaman bersama-sama dengan unsur legislatif daerah tentang regulasi dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP sebagaimana tercantum dalam Bab Dasar Hukum di atas, khususnya tentang: UUSPN No 20/2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005, Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007, Peraturan Pemerintah Nomor 48/2008, dan Permendiknas yang mengatur SNP. 2. Menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan pendidikan tingkat kabupaten/kota 3. Menetapkan kebijakan tentang koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah provinsi dalam hal kebijakan operasional dan program pendidikan terhadap penyelenggaraan RSBI/SBI SMP 4. Menetapkan kebijakan operasional pendidikan tingkat kab/kota sesuai dengan kewenangan tentang penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP 5. Menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan RSBI, yang dirintis oleh pemerintah daerah kabupaten/kota 6. Menetapkan kebijakan operasional tentang serah terima penyelenggaraan RSBI/SBI SMP dari kabupeten/kota kepada pemerintah daerah provinsi 7. Membuat dan menetapkan perencanaan strategis pendidikan dasar dan menyiapkan sekolah menjadi RSBI minimal satu SMP sebelum diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi, sesuai dengan kebijakan pendidikan provinsi dan pusat 8. Membuat dan menetapkan perencanaan penjaminan mutu pendidikan dasar khususnya RSBI/SBI SMP untuk memenuhi standar nasional, dalam aspekaspek SNP (8 aspek) sesuai dengan kemampuan daerah dan dituangkan dalam perencanaan pendidikan daerah sesuai dengan perencanaan strategis pendidikan provinsi dan nasional 9. Menetapkan semua kebijakan penyelenggaraan pendidikan di atas (point 2 sampai dengan 8) dalam bentuk Peraturan Daerah Bidang Pendidikan Pemerintah daerah kabupaten/kota

160

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

10. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah provinsi dalam hal pelaksanaan kebijakan operasional dan program pendidikan tentang penyelenggaraan RSBI/SBI SMP 11. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah provinsi dalam penyerahan urusan/kewenangan pengelolaan dan penyelenggaraan RSBI SMP, baik mengenai substansi maupun tanggungjawab/kewenangan masing-masing 12. Melaksanakan serah terima penyelenggaraan RSBI/SBI SMP dari pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi (lihat contoh Berita Acara) 13. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan sosialisasi pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal/IKKM) dan pemenuhan dimensi-dimensi keinternasionalan (Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) pada RSBI/SBI SMP 14. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal atau IKKM) pada RSBI/SBI SMP 15. Melaksanakan koordinasi dengan provinsi dalam membantu pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP, pengembangan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan dan kemampuan daerah kab/kota sesuai pedoman pngelolaan dan penyelenggaraan dari provinsi dan pusat 16. Melaksanakan koordinasi dengan provinsi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan penyiapan sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau disebut RSBI 17. Menyelenggarakan dan atau mengelola RSBI dan SBI Sekolah Dasar dan membantu penyelenggaraan dan atau pengelolaan RSBI dan SBI SMP sesuai kemampuan daerah 18. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP sekolah dasar 19. Membantu menyiapkan RSBI/SBI SMP yang akan dilakukan pemantauan dan evaluasi oleh provinsi dan/atau pusat 20. Membantu pemerintah daerah provinsi/pusat dalam pelaksanaan supervise RSBI/SBI SMP 21. Membuat pelaporan hasil monitoring dan evaluasi RSBI/SBI SMP kepada pemerintah pusat sesuai kewenangannya 22. Mengembangkan sistem informasi manajemen pendidikan tingkat kabupaten/kota, termasuk RSBI dan SBI 23. Melaksanakan peremajaan data RSBI/SBI SMP dalam sistem infomasi manajemen pendidikan untuk tingkat kabupaten/kota II. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG PEMBIAYAAN DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

161

Belajar Untuk Masa Depanku

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI: 1. Menyediakan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional sesuai kewenangannya, termasuk RSBI dan SBI SMP yang dituangkan dalam RAPBD provinsi 2. Memberikan biaya investasi baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan sampai terpenuhi SNP dan IKKT (Indikator Kinerja Kunci Tambahan) , khususnya bagi RSBI/SBI SMP 3. Memberikan biaya investasi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi sumberdaya manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja pegawai dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP 4. Memberikan biaya pengeluaran operasi personalia dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP. 5. Memberikan biaya pengeluaran operasi nonpersonalia dibiayai melalui belanja barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP 6. Memberikan biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP 7. Mengalokasikan biaya pendidikan dalam anggaran Pemerintah daerah yang sesuai dengan sistem penganggaran dalam peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah/pemerintah daerah 8. Memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan pemerintah 9. Memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan pemerintah provinsi 10. Memberikan biaya investasi di atas biaya investasi selain lahan RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi 11. Memberikan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah 12. Memberikan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah daerah provinsi, khususnya RSBI/SBI SMP 13. Memberikan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP 14. Memberikan biaya personalia PNS, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam RAPBD 15. Memberikan biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam RAPBD 16. Membantu memberikan pendanaan tentang biaya personalia bukan PNS,

162

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam RAPBD 17. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah 18. Memberikan pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah. 19. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah dan pemda provinsi sendiri serta dimasukkan dalam RAPBD 20. Memberikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan yang merupakan biaya penyelenggaran dan/atau pengelolaan pendidikan baik biaya investasi (lahan dan selain lahan pendidikan) maupun biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan biaya nonpersonalia pada RSBI dan SBI 21. Memberikan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi 22. Memberikan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi 23. Memberikan bantuan biaya pendidikan (biaya pendidikan mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) atau beapeserta didik (mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi 24. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi 25. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi 26. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi 27. Memberikan bantuan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi 28. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi 29. Membuat perencanaan anggaran pendidikan yang sejalan dengan: rencana pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka menengah; rencana kerja Pemerintah; dan rencana strategis pendidikan nasional dan provinsi 30. Membuat rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan yang dituangkan dalam RAPBD provinsi sesuai peraturan perundang-undangan. 31. Menjalankan penggunaan dana pendidikan dilaksanakan melalui sistem anggaran Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

163

Belajar Untuk Masa Depanku

32. Melaksanakan pembukuan realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku 33. Melaksanakan pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 34. Melaksanakan pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam rangka pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 35. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 36. Mewujudkan anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada sektor pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari belanja daerah provinsi. 37. Memberikan dana pendidikan diberikan kepada RSBI dan SBI dalam bentuk hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 38. Menyediakan bantuan biaya PHB, evaluasi, akreditasi, dan pengendalian mutu RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan pemerintah daerah provinsi 39. Mengijinkan RSBI/SBI SMP untuk memungut biaya pendidikan dari peserta didik, ortu/wali berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah, secara transparan, dalam rekening sekolah, bukan dari orang tidak mampu, menerapkan subsidi silang, tidak dikaitkan dengan syarat akademik, untuk peningkatan mutu pendidikan minimal 20%, tidak untuk komite sekolah, melibatkan akuntan publik.

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA: 1. Membantu penyediaan biaya penyelenggaraan dan pengelolaan RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 2. Membantu biaya Investasi baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 3. Membantu biaya Investasi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi sumberdaya manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja pegawai dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 4. Membantu biaya pengeluaran operasi personalia dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 5. Membantu biaya pengeluaran operasi nonpersonalia dibiayai melalui belanja barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 6. Membantu biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam
164

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 7. Mengalokasikan biaya pendidikan dalam anggaran sesuai dengan sistem penganggaran dalam peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 8. Membantu Investasi di atas biaya investasi lahan bagi RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pusat SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 9. Membantu memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan pemerintah dan pemerintah daerah provinsi SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 10. Memberikan biaya Investasi di atas biaya investasi selain lahan RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 11. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota 12. Membantu memberikan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah daerah kab/kota, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota 13. Membantu memberikan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota 14. Memberikan biaya personalia PNS yang dialokasikan dalam RAPBD, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang tidak diserahkan ke pemerintah provinsi 15. Memberikan biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan yang dialokasikan dalam RAPBD, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang tidak diserahkan ke pemerintah provinsi 16. Memberikan biaya personalia bukan PNS yang dialokasikan dalam RAPBD, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang tidak diserahkan ke pemerintah provinsi 17. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah dan provinsi sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota 18. Membantu memberikan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah provinsi sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota 19. Membantu pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah dan pemda provinsi serta dimasukkan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

165

Belajar Untuk Masa Depanku

20. Membantu memberikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan yang merupakan biaya penyelenggaran dan/atau pengelolaan pendidikan baik biaya investasi (lahan dan selain lahan pendidikan) maupun biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan biaya nonpersonalia pada RSBI dan SBI sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota 21. Membantu memberikan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 22. Memberikan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD RAPBD sesuai kemampuan daerah 23. Membantu memberikan bantuan biaya pendidikan (biaya pendidikan mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) atau beapeserta didik (mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 24. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 25. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 26. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 27. Memberikan bantuan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 28. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 29. Membuat perencanaan anggaran pendidikan yang sejalan dengan: rencana pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka menengah; rencana kerja Pemerintah dan provinsi; dan rencana strategis pendidikan nasional dan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 30. Membuat rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan yang dituangkan dalam RAPBD sesuai sesuai kemampuan daerah 31. Menjalankan penggunaan dana pendidikan dilaksanakan melalui sistem anggaran Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 32. Melaksanakan pembukuan realisasi penerimaan dan pengeluaran dana

166

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

pendidikan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku 33. Membantu melaksanakan pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 34. Membantu melaksanakan pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam rangka pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 35. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 36. Mewujudkan anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada sektor pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari belanja daerah kab/kota 37. Membantu memberikan dana pendidikan diberikan kepada RSBI dan SBI dalam bentuk hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 38. Membantu menyediakan bantuan biaya PHB, evaluasi, akreditasi, dan pengendalian mutu RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan pemerintah daerah dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah 39. Mengijinkan RSBI/SBI SMP untuk memungut biaya pendidikan dari peserta didik, ortu/wali berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah, secara transparan, dalam rekening sekolah, bukan dari orang tidak mampu, menerapkan subsidi silang, tidak dikaitkan dengan syarat akademik, untuk peningkatan mutu pendidikan minimal 20%, tidak untuk komite sekolah, melibatkan akuntan publik. III. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG KURIKULUM DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI: 1. Melaksanakan koordinasi dan supervisi KTSP RSBI dan SBI 2. Melaksanakan sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum RSBI dan SBI 3. Melaksanakan sosialisasi dan implementasi standar isi dan standar kompetensi lulusan RSBI/SBI SMP 4. Membantu mengembangkan model kurikulum RSBI dan SBI 5. Membantu sosialisasi dan fasilitasi implementasi kurikulum RSBI dan SBI 6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum RSBI dan SBI B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA: 1. Membantu provinsi/pemerintah pusat melaksanakan supervisi KTSP RSBI dan SBI 2. Membantu provinsi/ pemerintah pusat melaksanakan sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum RSBI dan SBI

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

167

Belajar Untuk Masa Depanku

3. Membantu provinsi/ pemerintah pusat melaksanakan sosialisasi implementasi standar isi dan standar kompetensi lulusan RSBI/SBI SMP

dan

4. Membantu provinsi/ pemerintah pusat mengembangkan model kurikulum RSBI dan SBI 5. Membantu provinsi/ pemerintah pusat sosialisasi dan fasilitasi implementasi kurikulum RSBI dan SBI 6. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam pengawasan pelaksanaan kurikulum RSBI dan SBI IV. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SARANA DAN PRASARANA DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI: 1. Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan prasarana baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI 2. Melakukan pengawasan terhadap pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI 3. Melaksanakan pengawasan penggunaan buku pelajaran RSBI dan SBI

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA: 1. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan prasarana baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI 2. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan terhadap pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI 3. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melaksanakan pengawasan penggunaan buku pelajaran RSBI dan SBI

V. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI: 1. Merencanakan sesuai kebutuhan dan pengadaan pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP dan mengangkat dan menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP
168
Direktorat Pembinaan SMP QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

2. Melaksanakan pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP 3. Melaksanakan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS antar kabupaten/kota dan untuk RSBI/SBI SMP 4. Melaksanakan peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP 5. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan SDM RSBI/SBI SMP dan membantu yang dilakukan oleh pemerintah pusat 6. Menghentikan pendidik dan tenaga kependidikan bagi RSBI/SBI SMP dengan seijin pemerintah pusat 7. Membantu dalam penyiapan sertifikasi pendidik 8. Melaksanakan pemetaan dan pengalokasian tenaga potensial pendidik dan tenaga kependidikan di daerah pada tingkat provinsi B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA: 1. Membantu menyiapkan kebutuhan dan pengadaan pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP 2. Koordinasi dengan provinsi dalam pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP 3. Membantu pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS antar sekolah/kab/kota yang dilakukan provinsi untuk RSBI/SBI SMP atas seijin pemerintah pusat 4. Membantu peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP oleh provinsi 5. Membantu pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SDM RSBI/SBI SMP oleh provinsi dan pemerintah pusat 6. Koordinasi dengan provinsi dalam menghentikan pendidik dan tenaga kependidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP atas ijin pemerintah pusat 7. Membantu dalam penyiapan sertifikasi pendidik 8. Membantu provinsi dalam melaksanakan pemetaan dan pengalokasian tenaga potensial pendidik dan tenaga kependidikan di kab/kota

VI. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG PENGENDALIAN MUTU DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI: 1. Penilaian Hasil Belajar a. Membantu pelaksanaan UN dan ujian akhir bertaraf internasional SMP b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan ujian sekolah skala provinsi c. Menyediakan biaya penyelenggaraan ujian sekolah skala provinsi
169

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

2. Evaluasi a. Melaksanakan evaluasi terhadap pengelola dan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP (kinerja sekolah) pada skala provinsi b. Membantu pemerintah pusat melaksanakan evaluasi nasional RSBI dan SBI pada skala provinsi khususnya pencapaian IKKM dan IKKT SMP c. Melaksanakan evaluasi pencapaian pemenuhan SNP (IKKM) RSBI/SBI SMP serta IKKT-nya sekaligus pada skala provinsi 3. Akreditasi a. Membantu pencapaian akreditasi nasional dan internasional b. Membantu penyiapan RSBI dan SBI untuk akreditasi nasional/internasional 4. Penjaminan Mutu a. Menjabarkan dan mengoperasionalkan penjaminan mutu RSBI dan SBI di provinsi b. Melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI/SBI SMP dalam penjaminan mutu untuk memenuhi standar internasional c. Membantu pemerintah pusat dalam melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI/SBI SMP dalam penjaminan mutu untuk memenuhi standar internasional d. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu satuan pendidikan skala provinsi, khususnya dari RSBI/SBI SMP B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA: 1. Penilaian Hasil Belajar a. Membantu pelaksanaan UAN dan ujian akhir bertaraf internasional SMP b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi dengan provinsi dalam pelaksanaan ujian sekolah RSBI/SBI dalam skala kab/kota c. Menganggarkan biaya US skala kab/kota untuk membantu RSBI/SBI SMP 2. Evaluasi a. Membantu provinsi dalam melaksanakan evaluasi terhadap pengelola dan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP (kinerja sekolah) b. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan evaluasi nasional RSBI dan SBI yang dilaksanakan oleh provinsi/ pemerintah pusat dalam pencapaian IKKM dan IKKT SMP 3. Akreditasi a. Membantu pencapaian akreditasi nasional dan internasional b. Membantu penyiapan RSBI dan SBI untuk akreditasi nasional/internasional 4. Penjaminan Mutu a. Membantu supervisi dan fasilitasi pemenuhan SNP (IKKM) RSBI/SBI SMP yang dilaksanakan pemerintah pusat dan provinsi b. Membantu melaksanakan supervisi dan fasilitasi pemenuhan IKKT
170

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

RSBI/SBI SMP yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan provinsi c. Membantu melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI dan SBI dalam penjaminan mutu untuk memenuhi standar internasional di kab/kota yang dilakukan provinsi dan pemerintah pusat d. Melaksanakan supervisi dan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal dalam penjaminan mutu yang diselenggarakan oleh RSBI/SBI SMP e. Membantu melakukan evaluasi dalam pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu RSBI/SBI SMP di kabupaten/kota

Untuk selanjutnya dilakukan serah terima tersebut, dengan Berita Acara Serah Terima Penyelenggaraan RSBI/SBI dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Daerah Provinsi. Adapun contoh format, sistematika, dan isi Berita Acara tersebut dapat dilihat dalam lampiran-1. Langkah-langkah serah terima RSBI/SBI adalah sebagai berikut: a. Pihak pertama dan pihak kedua secara bersama-sama memahami tentang kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku; b. Pihak pertama melakukan kajian lapangan dan perencanaan ke depan tentang kondisi sekolah menyangkut ketenagaan, sumber daya sarana dan prasarana, pendanaan pendidikan, dan lainnya serta pemetaan sekolah di daerahnya; c. Pihak pertama melakukan koordinasi internal untuk membahas dan menentukan sikap tentang apa saja yang diserahkan oleh pihak pertama kepada pihak kedua dengan segala konsekuensi yang ada; d. Pihak kedua melakukan konsolidasi internal untuk menerima peserahan dari pihak pertama; e. Pihak pertama dan kedua melakukan koordinasi dan musyawarah bersama tentang apa saja yang akan diserahkan pihak pertama kepada pihak kedua (isinya), dan sekaligus tentang format dan mekanisme serah terima yang akan dilakukan untuk disepakati; f. Pihak kedua melakukan peninjauan lapangan (pembuktian) terhadap apa saja yang akan diserahkan oleh pihak pertama; g. Pihak kedua melakukan persiapan-persiapan yang melibatkan berbagai pihak untuk menerima penyerahan dari pihak pertama; h. Pihak pertama dan kedua melakukan serah terima.

Catatan: Idealnya serah terima dilaksanakan sekali atau tidak bertahap, kecuali terdapat hal-hal khusus yang menurut pihak pertama dan kedua perlu untuk dilakukan serah terima secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

171

Belajar Untuk Masa Depanku

BAB IX PENGGUNAAN DANA BANTUAN (SUBSIDI) PEMERINTAH


A. Latar Belakang Sebagai konsekuensi dari penyelenggaraan RSBI ini salah satunya adalah pemenuhan IKKM dan IKKT tentang biaya pendidikan bertaraf internasional. Sebagai RSBI dituntut untuk mampu memenuhi semua aspek pendidikan bertaraf internasional, yaitu aspek standar kompetensi lulusan, kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian. Untuk memenuhi kepentingan semua itu, maka konsekuensinya adalah dengan menyedikan biaya yang cukup tinggi, baik oleh sekolah, komite sekolah, daerah, pusat, dan lainnya. Ada dua hal yang ditempuh untuk dapat segera diselenggarakannya RSBI di setiap daerah, yaitu pertama melaksanakan rintisan SBI secara bertahap dan berkelanjutan, dan kedua adalah secara bersama-sama antara pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat untuk bertanggung jawab dalam pembiayaan RSBI ini. Dengan pola sharing dana RSBI ini, maka diharapkan akselerasi penyelenggaraan RSBI akan makin cepat, sehingga dapat dipergunakan sebagai model bagi sekolah lain di setiap daerah. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk tahapan rintisan SBI ini adalah dengan memberikan dana bantuan kepada sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SBI. Dana bantuan tersebut adalah dana persiapan RSBI dan dana penyelenggaraan RSBI. Dana persiapan RSBI adalah sejumlah dana yang dipergunakan untuk mempersiapakan segala sesuatunya di sekolah sebelum menyelenggarakan RSBI, sedangkan dana penyelenggaraan adalah sejumlah dana yang dipergunakan untuk melaksanakan RSBI. Semua dana tersebut sifatnya hanya pancingan dan sementara, sehingga sangat diperlukan adanya tambahan bantuan lain dari komite sekolah dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, dipandang sangat penting disusunnya panduan penggunaan dana tersebut agar dapat dipergunakan secara optimal dan efisien oleh setiap penyelenggara rintisan SBI di daerah. B. Tujuan Umum Tujuan umum disusunnya panduan penggunaan dana ini adalah agar Kepala Sekolah dan jajarannya, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota, dan pihakpihak lain yang terkait setelah membaca dan memahami panduan ini dapat: 1. mengalokasikan dana bantuan secara proporsional pada aspek-aspek pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-masing, seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan, kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian yang semuanya bertaraf internasional, baik untuk bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI; 2. menggunakan dana bantuan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik untuk bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI;

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

173

Belajar Untuk Masa Depanku

3. wajib mencari solusi tambahan dana untuk menjalankan program dan kegiatan sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati, baik untuk penambahan bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI; 4. mempertanggungjawabkan penggunaan dana secara benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik untuk bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI; 5. mendorong semua pihak untuk secara terus menerus mengupayakan ketersediaan dana tiap tahun sesuai dengan kebutuhan sekolah sebagai rintisan SBI, mengingat dalam tahun tertentu bantuan dari pusat akan dihentikan. C. Dasar Hukum Sebagai dasar hukum penggunaan dana bantuan rintisan SBI ini antara lain adalah: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. Kepres RI Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan APBN yang telah dirubah dengan Kepres RI Nomor 72 Tahun 2004; 5. Kepmen Keuangan Nomor 331/M/V/9/1968 tentang Pedoman Bagi Pegawai yang diberi tugas melakukan Pemeriksaan umum Kas pada para Bendahara/Pemegang Kas; 6. Kepmen Keuangan Nomor 332/M/V/9/1968 tentang Buku Kas Umum dan Cara Mengerjakannya; 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1965 Tentang Pembentukan BPK. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan. 9. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah 10. Panduan Penggunaan Dana Bantuan RSBI. D. Sasaran Adapun sekolah sasaran (SMP) yang ditetapkan sebagai rintisan SBI dan akan mendapatkan bantuan dana blockgrant RSBI ini adalah sejumlah SMP yang ditetapkan sebagai Rintisan SBI oleh pemerintah. E. Penggunaan Dana Bantuan Persiapan RSBI Untuk melaksanakan sosialisasi sebagai calon RSBI dan untuk mulai mengatasi kondisi aspek SDM, fasilitas pendidikan dan aspek-aspek lainnya sebelum sekolah menyelenggarakan rintisan SBI, maka perlu adanya berbagai upaya yang harus dilakukan oleh semua pihak (pusat, daerah, komite sekolah, dan sekolah), sehingga ketika sekolah melaksanakan rintisan SBI benar-benar telah siap. Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh pusat (dalam hal ini Direktorat Pembinaan SMP) adalah dengan memberikan dana bantuan block grant persiapan kepada sekolah persiapan rintisan SBI.
174

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Pengertian persiapan di sini adalah bahwa bagi sekolah-sekolah yang pada akhirnya ditetapkan sebagai rintisan SBI harus melaksanakan berbagai upaya nyata untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan sekolah ditinjau dari dasar kriteria sekolah bertaraf internasional pada berbagai aspek pendidikan sebelum benar-benar melaksanakan rintisan SBI. Hal ini tentu saja akan berbeda upayanya antara satu sekolah dengan yang lain, mengingat kondisi berbagai aspek pendidikan di sekolah yang berbeda-beda pula. Semua itu harus dilakukan sebagai langkah persiapan bagi sekolah rintisan SBI. Strategi, cakupan, dan cara-cara untuk melaksanakan persiapan ini disesuaikan dengan kondisi dan potensi sekolah, dengan memberdayakan potensi sumber daya sekolah dan komite sekolah serta daerah (Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota). Keterlibatan stakeholder ini sangat penting mengingat kemungkinan banyak hal yang harus diatasi, sehingga memerlukan biaya yang banyak pula. Peran mereka dapat berupa memberikan bantuan pemikiran, dana, tenaga serta bantuan lain sesuai kebutuhan sekolah masing-masing. Kurun waktu efektif bagi sekolah untuk melaksanakan program dan kegiatan persiapan ini minimal satu tahun. Khusus dalam rangka menyiapkan sekolah rintisan SBI ini, maka Direktorat Pembinaan SMP akan memberikan dana bantuan block grant secara khusus. Dana bantuan jenisnya ada dua, yaitu pertama dana bantuan persiapan, dipergunakan untuk sosialisasi dan untuk mengembangkan aspek-aspek pendidikan seperti pembuatan SKL standar internasional, kebutuhan PBM standar internasional, SDM standar internasional, fasilitas standar internasional, manajemen sekolah dengan standar internasional, penggalian sumber dana, dan penyiapan sistem penilaian yang bertaraf internasional. Spesifikasi, jumlah, dan jenis kegiatan/fasilitas yang akan dipenuhi oleh sekolah diserahkan sepenuhnya kepada sekolah menurut kondisi dan kebutuhan tiap sekolah; kedua dana bantuan multi media, yaitu dipergunakan secara khusus untuk melengkapi fasilitas multi media laboratorium bahasa dengan komputer. Secara khusus pula, spesifikasi multi media laboratorium bahasa dengan komputer ini sudah ditetapkan oleh pusat (sekolah tidak diperkenankan merubah atau menggantinya). Dengan berbagai upaya persiapan tersebut di atas, maka diharapkan ketika sekolah akan melaksanakan rintisan SBI telah memiliki tingkat kesiapan yang optimal. 1. Tujuan Khusus Kegiatan Persiapan Sekolah Rintisan SBI Adapun yang menjadi tujuan khusus diselenggarakannya kegiatan persiapan sebelum melaksanakan rintisan SBI adalah: a. Untuk melaksanakan sosialisasi oleh Dit. PSMP kepada sekolah atau pihak lain yang terkait melalui workshop yang diselenggarakan oleh Dit. PSMP; b. Untuk melaksanakan sosialisasi tentang sekolah ditetapkan sebagai rintisan SBI kepada semua stakeholder (komite sekolah/orang tua siswa, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi, Anggota DPRD, Dewan Pendidikan, Bappeda, dan sebagainya). c. Untuk mengatasi berbagai kekurangan/kelemahan sekolah dalam hal aspek pendidikan, yaitu aspek SKL, kurikulum, PBM, SDM, manajemen, fasilitas,

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

175

Belajar Untuk Masa Depanku

pembiayaan, dan penilaian, yang semuanya dipersiapkan mengarah kepada bertaraf internasional. d. Untuk mengadakan atau menambah fasilitas multi media laboratorium bahasa dngan komputer. e. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lain di sekolah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. 2. Penggunaan Dana Bantuan Persiapan Penggunaan dana bantuan persiapan ini ditentukan oleh pusat (Dit. PSMP) dan juga oleh sekolah dengan menganut prinsip-prinsip MBS. Maksudnya adalah pusat akan menyelenggarakan workshop sosialisasi dengan menggunakan dana bantuan persiapan ini. Sisanya sekolah diberikan kebebasan untuk mengatur sendiri kebutuhan sekolah yang akan dibiayai dengan dana bantuan persiapan ini. Dana bantuan ini bersifat pancingan dan hanya satu kali saja, sehingga semua kekurangan dana persiapan menjadi tanggungjawab sekolah, komite sekolah dan daerah. Pengaturan dan kebutuhan sekolah tersebut didasarkan atas kondisi dan kebutuhan sekolah masing-masing. Secara khsusus tujuan disusunnya panduan penggunaan dana bantuan persiapan ini adalah setelah Kepala Sekolah dan warga sekolah beserta Komite Sekolah membaca dan memahami dapat:

a. mengalokasikan dana bantuan persiapan secara proporsional pada aspekaspek pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masingmasing, seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan, kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian yang semuanya bertaraf internasional; b. menggunakan dana bantuan persiapan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; c. wajib mencari solusi tambahan dana untuk persiapan menjalankan program dan kegiatan sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati; d. mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan persiapan secara benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,; Program, kegiatan, dan hal-hal pokok lain yang harus diperhatikan dan diprioritaskan oleh sekolah dalam berbagai program dan kegiatan yang akan dilakukan untuk persiapan menjadi rintisan SBI ini antara lain: 1. Program dan Kegiatan Sosialisasi Dalam upaya memperoleh dukungan dari semua stakeholder yang ada, maka sekolah terlebih dahulu dapat melakukan sosialisasi mengenai berbagai hal, khsususnya tentang sekolah sebagai rintisan SBI. Strategi sosialisasi ini dapat dilakukan sendiri atau kerjasama dengan berbagai pihak serta dapat juga dengan melalui berbagai media cetak dan elektronik.

176

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

2. Program Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan SKL internasional ini adalah: a. Program-program dan kegiatan-kegiatan yang mengupayakan perolehan SKL internasional baik dari dalam maupun dari luar negeri; b. Program-program penyusunan dan pembuatan SKL yang bertaraf internasional dan akan diberlakukan di sekolah; c. Program-program dan kegiatan untuk menyusun SKL internasional dengan cara memperluas dan memperdalam cakupan SKL nasional menjadi SKL internasional; d. Program dan kegiatan mendokumentasikan SKL internasional di sekolah. e. Program program pemenuhan prestasi dan kompetensi tingkat nasional dan internasional dalam bidang akademik dan non akademik. f. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masingmasing. 3. Program Pengembangan Kurikulum Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan kurikulum internasional ini adalah: a. Program-program yang berupaya untuk mengembangkan atau menjabarkan kurikulum internasional berdasarkan SKL internasional yang telah ditetapkan sebelumnya (mengadopsi atau mengembangkan sendiri), yaitu berupa penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator-indikator kompetensi, pemetaan kompetensi, penyusunan struktur kurikulum, dan pengembangan silabus; b. Program-program untuk membuat atau menyusun RPP tiap mata pelajaran yang telah ditetapkan dari semua silabus yang ada dan akan dipergunakan untuk proses pembelajaran selama tiga tahun ajaran; c. Program pembuatan dokumen kurikulum semua mata pelajaran internasional beserta perangkat pembelajaran lainnya yang merupakan bagian dari kurikulum internasional itu sendiri. d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masingmasing. 4. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM) Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan PBM bertaraf internasional ini adalah: a. Program-program yang berupaya untuk membuat dokumen rencana kegiatan pengelolaan atau manajemen pembelajaran bertaraf internasional di kelas (kegiatan pengelolaan PBM di kelas/laboratorium/lapangan, kegiatan remedial-pengayaan-percepatan, kegiatan pengaturan moving kelas, dll); b. Program-program yang berupa rintisan kegiatan pembelajaran di kelas teori maupun praktik di laboratorium untuk peningkatan kemampuan guru mengajar (misalnya IHT atau pendampingan termasuk penggunaan media pembelajarannya) dengan Bahasa Inggris dan kemampuan PBM lainnya.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

177

Belajar Untuk Masa Depanku

c. Program-program yang berupa rintisan pendampingan kepada guru dalam membuat instrumen penilaian beserta penerapan dan analisisnya atau penerapan perangkat lunak penilaian yang berbasis komputer atau internet. d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masingmasing. 5. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi guru-guru (semua mata pelajaran) sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500 dan mampu menerapkan dalam PBM sesuai dengan bidangnya masingmasing; b. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi kepala sekolah dan jajarannya sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500; c. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi karyawan (tenaga TU, laboran, teknisi, dan lainnya) sampai mencapai nilai TOEFL minimal 400; d. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan guru dan karyawan dalam bidang studinya atau latar belakang bidangnya masing-masing sesuai tuntutan kurikulum internasional; e. Program dan kegiatan untuk peningkatan manajerial dan kepemimpinan bagi kepala sekolah dan jajarannya; f. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan komputer dan internet bagi semua warga sekolah (kepala sekolah, wakil KS, guru, karyawan); g. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan menggunakan ICT dalam PBM h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masingmasing. 6. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk menyusun dan terdokumentasikannya rencana pengembangan fasilitas bertaraf internasional; b. Program pengadaan atau pembelian fasilitas pokok sekolah bertaraf/bertaraf internasional, seperti fasilitas (isinya): laboratorium IPA (Biologi, FisikaKimia), laboratorium komputer (melengkapi komputer dengan pentium 4), pemasangan atau penyempurnaan jaringan internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab. Komputer, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media, dan sebagainya), peralatan media pembelajaran di kelas internasional (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll); c. Program pengadaan atau pembelian fasilitas administrasi sekolah yang berupa ATK (untuk kesiswaan, tenaga, fasilitas, manajemen sekolah, penilaian, perkantoran, dll); d. Program pengadaan fasilitas komputer untuk dipergunakan guru (di ruang guru), ruang TU, ruang perpustakaan, ruang kelas internasional, ruang pusat media, ruang OSIS, dan ruang lain yang membutuhkan.

178

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masingmasing. 7. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk menyusun dokumen pengembangan manajemen sekolah bertaraf internasional yang melibatkan berbagai pihak, baik untuk jangka pendek maupun menengah/panjang; b. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi MBS (program atau kegiatan yang mencerminkan transparansi, akuntabel, dll) baik dalam bentuk administratif maupun action (misalnya dalam bentuk pelaporan, kerjasama dengan media masa cetak dan elektronik, dan sebagainya). c. Program dan kegiatan untuk pendokumentasian berbagai panduan khusus pengelolaan bertaraf ISO beserta operasional penerapannya dalam berbagai aspek pendidikan yang berbasis ICT, seperti manajemen aspek: kesiswaan, fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan sebagainya. d. Program dan kegiatan untuk memperoleh jalinan kerjasama dengan sekolah sederajad yang telah bertaraf internasional dalam bentuk apapun, baik dari dalam maupun luar negeri dalam bentuk MoU. e. Program dan kegiatan sebagai implementasi kerjasama tersebut, baik dalam jangka pendek maupun menengah/panjang. f. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masingmasing. 8. Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan Beserta Implementasinya Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk pembuatan pendokumentasian berbagai rencana kegiatan yang akan dilakukan termasuk pembuatan panduanpanduan program dan proposal khusus dalam upaya memperoleh sumber dana dari berbagai pihak. b. Program dan kegiatan dalam upaya penggalian sumber dana dan sekaligus penggalian dana, misalnya: (1) mengundang dan mengadakan pertemuan dengan stakeholder, khususnya komite sekolah/orang tua siswa; (2) mengundang dan mengadakan pertemuan dengan dunia usaha/industri untuk melakukan kerjasama secara nyata, khususnya dalam pendanaan pendidikan; (3) melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan ekonomi sesuai dengan potensi sekolah dan lingkungannya, baik usaha mandiri maupun kerjasama dengan pihak lain, dengan mengusahakan secara optimal bahwa bantuan ini dalam kurun waktu lima tahun bukan untuk investasi usaha ini. Biaya investasi usaha diambilkan dari sumber dana lain. c. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masingmasing.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

179

Belajar Untuk Masa Depanku

9. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf Internasional Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program-program dan kegiatan untuk memperoleh konsep dan panduan standar internasional sistem penilaian (yaitu standar nilai, standar metode penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar kompetensi yang dinilai, dll) dengan melalui berbagai upaya sesuai kondisi sekolah. b. Program-program dan kegiatan untuk pendokumentasian konsep dan panduan sistem penilaian dan yang akan diterapkan di sekolah (yaitu dokumen standar nilai, standar metode penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar kompetensi yang dinilai, dll). c. Kegiatan khusus pembuatan kisi-kisi kompetensi yang akan dinilai bertaraf internasional sesuai mapelnya; d. Kegiatan khusus pembuatan pembuatan instrumen atau perangkat soal dalam berbagai bentuk/jenis sesuai mapelnya yang sesuai tuntutan kurikulum internasional; e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masingmasing. 10. Program dan Kegiatan Lainnya Sekolah dapat melaksanakan program dan kegiatan lain yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Catatan: Penggunaan dana persiapkan dapat berubah keperuntukan sesuai dengan perkembangan, khsususnya pada saat dilakukan workshop sosialisasi RSBI, misalnya lebih difokuskan untuk: sosialisasi, penerimaan siswa baru, peningkatan kompetensi guru. F. Penggunaan Dana Penyelenggaraan RSBI Sebagai sekolah rintisan SBI, maka tanggungjawab untuk penyelenggaraannya menjadi kewajiban bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan sekolah beserta masyarakat. Mengingat dalam jangka pendek, sekolah belum akan mampu secara mandiri menyelenggarakan RSBI secara penuh. Proporsi tanggungjawab antara pusat, daerah, sekolah, dan masyarakat dalam hal ini tidaklah bersifat kaku, sebagai awal rintisan maka pusat memiliki porsi tanggungjawab yang paling besar, diikuti oleh daerah dan masyarakat/sekolah. Dalam jangka panjang peran tanggungjawab tersebut menjadi kebalikannya, khsususnya setelah sekolah dipandang mampu menyelenggarakan secara mandiri. Bantuan dana yang diberikan oleh pusat untuk penyelenggaraan rintisan SBI ini hendaknya juga diikuti (sharing) dengan pemerintah daerah dan masyarakat, mengingat besarnya unit cost per anak per tahun sebagai RSBI. Berkaitan dengan itu semua, maka penting untuk diberikan acuan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI,

180

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

sehingga keperuntukannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dan mampu mendorong timbulnya partisipasi semua pihak. 1. Maksud dan Tujuan Khusus Adapun yang dimaksud dengan penyelenggaraan rintisan SBI di sini adalah sekolah melaksanakan proses pembelajaran dan manajemen sekolah berdasarkan kepada standar internasional, sebagaimana proses pendidikan seperti yang biasa diselenggarakan, perbedaannya terletak pada standar internasional. Beberapa proses penting yang dilakukan antara lain: rekruitmen siswa baru, PBM dan penilaian, manajemen sekolah (terhadap unsur-unsur sekolah), dan pengembangan kerjasama dengan pihak-pihak lain, yang kesemuanya itu berdasarkan standar internasional. Dalam rangka penyelenggaraan ini sekolah telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan persiapan, seperti yang telah dijelaskan di atas. Diharapkan persiapan yang dilakukan tersebut telah mengantarkan sekolah untuk benar-benar mampu menyelenggarakan rintisan SBI tanpa hambatan yang berarti. Untuk menyelenggarakan rintisan SBI ini memerlukan biaya operasional dan investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama dengan berbagai pihak untuk bertanggungjawab dalam penyelenggaraan ini, khususnya mengenai pembiayaan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah pusat (Direktorat Pembinaan SMP) adalah memberikan bantuan dana block grant setiap tahun dalam kurun waktu tertentu. Diharapkan setelah dihentikan bantuan ini, sekolah dan pemerintah daerah bertanggungjawab untuk melanjutkannya. Sehingga bantuan ini juga hanya sebagai pancingan dan bersifat sementara saja. Secara khusus tujuan yang akan dicapai oleh sekolah menyelenggarakan rintisan SBI ini adalah: a. untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi bertaraf internasional; b. untuk menghasilkan kurikulum internasional dan diberlakukan di sekolah: c. untuk melaksanakan PBM dengan standar internasional; d. untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan bertaraf internasional; e. untuk nmeningkatkan prasarana, sarana, dan fasilitas pendidikan bertaraf internasional; f. untuk menerapkan manajemen sekolah dengan standar internasional; g. untuk menerapkan sistem penilaian dengan standar internasional; h. untuk meningkatkan sumber pendanaan dan biaya penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional; i. sebagai model sekolah lain di daerah masing-masing dalam penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional. Oleh karena itu dipandang penting untuk diberikan panduan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan ini, sehingga dapat membantu sekolah dan pihak lain yang terkait untuk secara bersama-sama bertanggungjawab terhadap kesuksesan penyelenggaraan rintisan SBI ini. Pada dasarnya penggunaan dana bantuan penyelenggaraan ini menganut prinsip-prinsip MBS. Maksudnya adalah sekolah diberikan kebebasan untuk mengatur sendiri kebutuhan sekolah yang akan dibiayai
181

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

dengan dana bantuan ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah masingmasing. Namun demikian dalam kerangka pembinaan sebagai sekolah rintisan, maka penggunaan dana ini diberikan rambu-rambu pengalokasian dan proporsinya. Secara khsusus tujuan disusunnya panduan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan ini adalah setelah Kepala Sekolah dan warga sekolah beserta Komite Sekolah membaca dan memahami dapat: a. mengalokasikan dana bantuan penyelenggaraan secara proporsional pada aspekaspek pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-masing, seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan, kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian yang semuanya bertaraf internasional; b. menggunakan dana bantuan penyelenggaraan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; c. wajib mencari solusi tambahan dana untuk persiapan menjalankan program dan kegiatan sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati; d. mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan secara benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,; 3. Proporsi Biaya Bantuan Blockgrant RSBI dan Rincian Program Pengembangan Rintisan SBI Adapun besarnya pembiayaan dari dana bantuan blockgrant RSBI untuk berbagai aspek pendidikan yang akan dikembangkan oleh sekolah sebagai rintisan SBI diatur secara proporsional sebagai berikut:
Tabel 3. Proporsi Penggunaan Dana Bantuan Blockgrant RSBI
PROPORSI (%) BESARNYA BIAYA BANTUAN 10 10 20 10 25 20 5 100

NO. 1 2 3 4 5 6 7

PROGRAM PENGEMBANGAN RINTISAN SBI Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Bertaraf Internasional Program Pembuatan Kurikulum Bertaraf Internasional Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar Internasional Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan sesuai Standar Internasional Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah Bertaraf Internasional Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf Internasional JUMLAH

KETENTUAN UMUM:

182

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

a.

b.

c.

d.

e. 1.

Dana bantuan ini hanya bersifat pancingan dan sementara saja. Sekolah harus berupaya untuk menambah biaya sendiri sesuai kebutuhan, demikian juga Daerah ikut bertanggungjawab terhadap biaya kebutuhan sekolah sebagai rintisan SBI. Dalam waktu tertentu biaya bantuan dari pusat akan dihentikan, dan selanjutnya menjadi tanggungjawab penuh sekolah, komite sekolah, dan daerah (propinsi dan kabupaten/kota); Maksimal proporsi penggunaan dana bantuan rintisan SBI tiap program tersebut seperti yang telah ditetapkan di atas, dan apabila terdapat kekurangan biaya dapat ditambah dari sumber dana lain. Apabila program yang dikembangkan ternyata tidak memerlukan sebesar biaya sesuai dengan proporsi di atas (kelebihan), maka dapat ditambahkan untuk biaya pelaksanaan program dari aspek lain, dengan menunjukkan bukti-bukti dan membuat surat pernyataan yang diketahui oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi; Proporsi penggunaan dana untuk tiap kegiatan di dalam tiap program besar ditentukan oleh sekolah sendiri bersama komite sekolah, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Sekolah dapat menambah atau mengembangkan program lain dengan biaya dari sumber dana lainnya di luar program-program di atas, sesuai dengan kebutuhan sekolah (lihat pada uraian penyelenggaraan dan implementasi pelaksanaan program dan kegiatan). Pendanaannya ditanggung sepenuhnya oleh komite sek0lah dan atau dari pemerintah daerah. Dengan kata lain, program RSBI TIDAK HANYA TERFOKUS PADA BEBERAPA PROGRAM SNP (komponen, aspek, dan indikator pendidikan) DI ATAS. Secara lebih rinci, penggunaan dana tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini: Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Bertaraf Internasional Tujuan utama yang diharapkan dapat dicapai oleh sekolah adalah tersusun dan terdokumentasikannya SKL Internasional yang akan diberlakukan di sekolah. Di samping itu, dikembangkan berbagai program untuk pencapaian dan pemenuhan prestasi, kejuaraan, dan kompetensi sebagai RSBI dalam taraf minimal nasional dan mampu mencapai hal yang sama untuk tingkat internasional, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan SKL internasional ini adalah: a. Program-program dan kegiatan-kegiatan yang mengupayakan perolehan SKL internasional baik dari dalam maupun dari luar negeri; b. Program-program penyusunan dan pembuatan SKL yang bertaraf internasional dan akan diberlakukan di sekolah; c. Program-program dan kegiatan untuk menyusun SKL internasional dengan cara memperluas dan memperdalam cakupan SKL nasional menjadi SKL internasional; d. Program dan kegiatan mendokumentasikan SKL internasional di sekolah. e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing. f. Mengadakan dan atau mengikuti berbagai perlombaan, kejuaraan, olimpiade, dan sebagainya pada tingkat nasional dan internasional dalam bidang akademik dan non akademik.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

183

Belajar Untuk Masa Depanku

Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Program pengembangan SKL internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan. b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam atau ke luar negeri. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat. d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10% 2. Program Pembuatan Kurikulum Bertaraf Internasional Tujuan utama program pengembangan kurikulum internasional ini adalah untuk menghasilkan dokumen kurikulum internasional yang akan diberlakukan di sekolah. Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka internasional ini adalah: pengembangan kurikulum

a. Program-program yang berupaya untuk mengembangkan atau menjabarkan kurikulum internasional berdasarkan SKL internasional yang telah ditetapkan sebelumnya (mengadopsi atau mengembangkan sendiri), yaitu berupa penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator-indikator kompetensi, pemetaan kompetensi, penyusunan struktur kurikulum, dan pengembangan silabus; b. Program-program untuk membuat atau menyusun RPP tiap mata pelajaran yang telah ditetapkan dari semua silabus yang ada dan akan dipergunakan untuk proses pembelajaran selama tiga tahun ajaran; c. Program pembuatan dokumen kurikulum semua mata pelajaran internasional beserta perangkat pembelajaran lainnya yang merupakan bagian dari kurikulum internasional itu sendiri. d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing. Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Program pengembangan kurikulum internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan. b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam atau ke luar negeri. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat. d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10% 3. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar Internasional

184

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Tujuan pengembangan program PBM bertaraf internasional ini adalah untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran yang bertaraf internasional dari tuntutan kurikulum internasional yang akan diberlakukan. Dengan kata lain, program-program yang akan dilaksanakan harus menghasilkan suatu PBM yang diimplementasikan di kelas internasional dengan standar bilingual (Bahasa Inggris), penggunaan media pembelajaran berbasis komputter dan internet serta ICT, implementasi metode pembelajaran dengan prinsip mastery learning (remedial, pengayaan, percepatan), dan sebagainya sesuai tuntutan kurikulum internasional. Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan PBM bertaraf internasional ini adalah: a. Program-program yang berupaya untuk membuat dokumen rencana kegiatan pengelolaan atau manajemen pembelajaran bertaraf internasional di kelas (kegiatan pengelolaan PBM di kelas/laboratorium/lapangan, kegiatan remedialpengayaan-percepatan, kegiatan pengaturan moving kelas, dll); b. Program-program yang berupa kegiatan pembelajaran di kelas teori maupun praktik di laboratorium untuk peningkatan kemampuan guru mengajar (misalnya IHT atau pendampingan termasuk penggunaan media pembelajarannya) dengan Bahasa Inggris dan kemampuan PBM lainnya. c. Program-program yang berupa pendampingan kepada guru dalam membuat instrumen penilaian beserta penerapan dan analisisnya atau penerapan perangkat lunak penilaian yang berbasis komputer atau internet. d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing. Ketentuan yang harus diperhatikan: b. Program pengembangan PBM internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan. c. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. d. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam atau ke luar negeri dalam rangka pengembangan PBM. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat. e. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 20% 4. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan sesuai Standar Internasional Tujuan pengembangan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan ini adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum internasional yang mensyaratkan adanya SDM sekolah yang memiliki kompetensi dan kualifikasi mengajar dan mengelola sekolah bertaraf internasional. Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

185

Belajar Untuk Masa Depanku

a. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi guruguru (semua mata pelajaran) sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500 dan mampu menerapkan dalam PBM sesuai dengan bidangnya masing-masing; b. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi kepala sekolah dan jajarannya sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500; c. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi karyawan (tenaga TU, laboran, teknisi, dan lainnya) sampai mencapai nilai TOEFL minimal 400; d. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan guru dan karyawan dalam bidang studinya atau latar belakang bidangnya masing-masing sesuai tuntutan kurikulum internasional; e. Program dan kegiatan untuk peningkatan manajerial dan kepemimpinan bagi kepala sekolah dan jajarannya; f. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan komputer dan internet bagi semua warga sekolah (kepala sekolah, wakil KS, guru, karyawan); g. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan menggunakan ICT dalam PBM h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing. Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Program peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan yang bertaraf internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan. b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam atau ke luar negeri atau untuk studi lanjut. Apabila akan melaksanakan studi lanjut atau studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat atau biaya sendiri. d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10% 5. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah Bertaraf Internasional Tujuan program pengembangan sarana dan prasana atau fasilitas sekolah bertaraf internasional ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fasilitas sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum bertaraf internasional. Fasilitas pendidikan yang dimaksudkan di sini adalah baik prasarana, sarana, peralatan, media pengajaran, dan fasilitas lain yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar dan manajemen di sekolah. Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk menyusun dan terdokumentasikannya rencana pengembangan fasilitas dalam jangka pendek dan panjang bertaraf internasional; b. Program pengadaan atau pembelian fasilitas pokok sekolah bertaraf/bertaraf internasional, seperti fasilitas (isinya): laboratorium IPA (Biologi, Fisika-Kimia),

186

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

laboratorium komputer (melengkapi komputer dengan pentium 4), pemasangan atau penyempurnaan jaringan internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab. Komputer, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media, dan sebagainya), peralatan media pembelajaran di kelas internasional (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll); c. Program pengadaan atau pembelian fasilitas administrasi sekolah yang berupa ATK (untuk kesiswaan, tenaga, fasilitas, manajemen sekolah, penilaian, perkantoran, dll); d. Program pengadaan fasilitas komputer untuk dipergunakan guru (di ruang guru), ruang TU, ruang perpustakaan, ruang kelas internasional, ruang pusat media, ruang OSIS, dan ruang lain yang membutuhkan. e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing. Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Tidak diperkenankan membeli atau mengadakan isi laboratorium bahasa, sebab akan diberikan bantuan khusus untuk kepentingan ini (diatur tersendiri dalam panduan ini, lihat bab sebelumnya); b. Program pengembangan sarana dan prasana atau fasilitas sekolah bertaraf internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan. c. Bentuk atau jenis, JUMLAH DAN SPESIFIKASI lainnya disesuaikan dengan tuntutan kurikulum standar internasional. d. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam atau ke luar negeri untuk keperluan pengembangan fasilitas ini. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat. e. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 25% 6. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional Tujuan Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional ini adalah untuk memenuhi kebutuhan manajemen sekolah yang bertaraf internasional. Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk menyusun dokumen pengembangan manajemen sekolah bertaraf internasional yang melibatkan berbagai pihak, baik untuk jangka pendek maupun menengah/panjang; b. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi MBS (program atau kegiatan yang mencerminkan transparansi, akuntabel, dll) baik dalam bentuk administratif maupun action (misalnya dalam bentuk pelaporan, kerjasama dengan media masa cetak dan elektronik, dan sebagainya). c. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi model manajemen sekolah dengan standar internasional (misalnya biaya operasional penerapan ISO

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

187

Belajar Untuk Masa Depanku

d.

e.

f. g.

9001). Program atau kegiatan utamanya adalah pendokumentasian konsep atau panduan umum manajemen internasional (ISO). Program dan kegiatan untuk pendokumentasian berbagai panduan khusus pengelolaan bertaraf ISO beserta operasional penerapannya dalam berbagai aspek pendidikan yang berbasis ICT, seperti manajemen aspek: kesiswaan, fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan sebagainya. Program dan kegiatan untuk memperoleh jalinan kerjasama dengan sekolah sederajad yang telah bertaraf internasional dalam bentuk apapun, baik dari dalam maupun luar negeri dalam bentuk MoU. Program dan kegiatan sebagai implementasi kerjasama tersebut, baik dalam jangka pendek maupun menengah/panjang. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Program pengembangan manajemen sekolah bertaraf internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan. b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan dengan tuntutan kurikulum standar internasional dan kebutuhan sekolah. c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam atau ke luar negeri untuk keperluan pengembangan manajemen ini. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat. d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 20% CATATAN: Khusus untuk Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan Beserta Implementasinya dibiayai dari sumber dana lainnya (komite sekolah, pemda, dan sebagainya) 7. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf Internasional Tujuan utama program pengembangan dan implementasi sistem penilaian bertaraf internasional ini adalah untuk memperoleh model sistem penilaian pendidikan yang bertaraf internasional beserta implementasinya di sekolah. Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program-program dan kegiatan untuk memperoleh konsep dan panduan standar internasional sistem penilaian (yaitu standar nilai, standar metode penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar kompetensi yang dinilai, dll) dengan melalui berbagai upaya sesuai kondisi sekolah. b. Program-program dan kegiatan untuk pendokumentasian konsep dan panduan sistem penilaian dan yang akan diterapkan di sekolah (yaitu dokumen standar nilai, standar metode penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar kompetensi yang dinilai, dll).

188

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

c. Kegiatan khusus pembuatan kisi-kisi kompetensi yang akan dinilai bertaraf internasional sesuai mapelnya; d. Kegiatan khusus pembuatan pembuatan instrumen atau perangkat soal dalam berbagai bentuk/jenis sesuai mapelnya yang sesuai tuntutan kurikulum internasional; e. Kegiatan khusus penilaian dan analisis nilai oleh semua guru yang mengajar kelas internasional. f. Pada tahun ketiga, kegiatan pelaksanaan ujian akhir sekolah dengan standar internasional; g. Kegiatan khusus pendokumentasian nilai di sekolah. h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing. Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Program pengembangan manajemen sekolah bertaraf internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan. b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam atau ke luar negeri untuk keperluan program ini. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat. d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 5% CATATAN: APABILA SEKOLAH AKAN MENGEMBANGKAN ATAU MENAMBAH PROGRAM LAIN, MAKA PENDANAAN DITANGGUNG OLEH KOMITE SEKOLAH DAN ATAU PEMERINTAH DAERAH ATAU LAINNYA DARI SUMBER DANA YANG SYAH. PROGRAM PENGEMBANGAN RSBI TIDAK HANYA TERBATAS PADA ASPEK-ASPEK TERSEBUT. UNTUK LEBIH LENGKAPNYA LIHAT PADA LAMPIRAN TENTANG KRITERIA SEKOLAH SEBAGAI RSBI. KETENTUAN LAIN TENTANG PENGGUNAAN DANA DAN PELAPORAN DIATUR TERSENDIRI DALAM BUKU PANDUAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN RSBI (JIKA ADA). PROGRAM-PROGRAM TERSEBUT TETAP MENGACU KEPADA PRINSIP SUBSIDI SILANG ATAU PENDAMPINGAN SESUAI KEBUTUHAN SEKOLAH, DAN UNTUK PROGRAM YANG TIDAK DIDANAI DARI PUSAT DIHARAPKAN TETAP ADA DAN DIBIAYAI DARI SUMBER DANA KOMITE SEKOLAH, PEMDA PROVINSI, PEMDA KABULATEN/KOTA, DLL.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

189

Belajar Untuk Masa Depanku

LAMPIRAN-LAMPIRAN

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

191

Belajar Untuk Masa Depanku

LAMPIRAN-1: Standar atau Karakteristik Umum Kinerja RSBI pada Jenjang Pendidikan SMP
No A Komponen Output sekolah Standar SBI khusus di SMP 1. Keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke sekolah internasional dalam negeri maupun di luar negeri dengan tetap berkepribadian bangsa Indonesia. 2. Tingkat DO nol % 3. Menguasai dan terampil menggunakan TIK 4. Mampu debat dengan Bahasa Inggris 5. Terdapat juara internasional dalam bidang: olah raga, kesenian, kesehatan, budaya, dll 6. Mampu menyelesaikan tugas tugas dan mengumpulkan portofolio dengan baik 7. Mampu meyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah 8. Mampu melaksanakan eksperiman dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan 9. Mampu menemukan/membuktikan pengalaman belajarnya dengan berbagai karya 10. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar 11. Memperoleh kejuaraan olimpiade internasional dalam bidang: matematika, fisika, biologi, kimia, stronomi, dan atau lainnya Iditunjukkan dengan sertifikat internasional) 12. NUAN rata-rata tinggi (> 8,0) 13. Memeiliki kemampuan penguasaan teknologi dasar 14. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global) dengan bukti ada piagam kerjasama atau MoU yang dilakukan oleh lulusan 15. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah, penelitian, dll dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 16. Memiliki dokumen dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan 17. Menguasai budaya bangsa lain 18. Memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan 19. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial, fisik maupun budaya. 20. Memiliki berbagai karya-karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, bangsa, dll 21. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan 1. 2. Memiliki program-program yang menumbuhkan kreativitas siswa, guru, dll Menerapkan beberapa strategi PBM: student centered, reflective learning, active learning, enjoyble dan joyful learning, cooperative learning, quantum learning, learning revolution, dan contextual learning. Memiliki renstra (rencana strategis) jangka panjang Memiliki renop (rencana operasional) satu tahunan Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan dana Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan barang/benda Terdapat kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan lainnya Menerapkan MBS: terdapat dokumen pelaporan program dan keuangan yang mencerminkan transparansi dan akuntabel. Melaksanakan manajemen sekolah menurut aspek dan fungsinya yang mengarah ISO (9000:2001) Memiliki publikasi rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah Memiliki suasana/budaya sekolah yang menjamin terjadinya PBM yang kondusif. Memiliki penerapan demokratisasi di sekolah Memiliki pembagian tugas, pemberian pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas kepada warga sekolah. Memiliki usaha-usaha sekolah yang mengarah kepada keuntungan ekonomi untuk membantu penyelenggaraan sekolah Memiliki dokumen kurikulum sekolah (KTSP) lengkap (silabus, RPP, dan bahan ajar) sesuai SNP dan juga terdapat dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI Memiliki pemetaan SK dan KD yang jelas dan menunjukkan keterkaitan antara masing-masing berdasarkan tujuan SBI yang akan dicapai Memiliki tim pengembang kurikulum (nasional dan internasional) di sekolah Jumlah guru terpenuhi sesuai type sekolah Kualifikasi guru 100% minimal S1 Terpenuhi semua tingkat kewenangan dan kesesuaian guru Terpenuhi semua guru memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru Semua guru mampu menggunakan ICT dalam PBM Sebagian besar guru memiliki kemampuan Bhs Inggris dengan TOEFL > 500 Kualifikasi guru 100% minimal S1 Memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru dan kepala sekolah Mampu menggunakan ICT Memiliki kemampuan Bhs Inggris dengan TOEFL > 500 Pengalaman kerja sebagai kepala sekolah minimal 5 tahun

Proses 1. Proses belajar mengajar 2. Manajemen

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

3.

Kepemimpi nan

10. 11. 12. 13. 14.

Input 1. Kurikulum

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

2. Guru dan guru BK

3. Kepala Sekolah

4. Tenaga Pendukung :

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

193

Belajar Untuk Masa Depanku

No

Komponen a. Pustakawan 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 1. 2. 3. 4.

Standar SBI khusus di SMP Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3 Bidang pendidikan: diutamakan kepustakaan Memiliki sertifikat pustakawan Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450) Pengalaman kerja sebagai pustakawan: minimal 5 tahun Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA/SMK Bidang pendidikan: IPA/Tekniki Memiliki sertifikat laboran Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450) Pengalaman kerja sebagai laboran: minimal 5 tahun Memiliki sertifikat komputer Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3 Bidang pendidikan: komputer/TI Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450) Pengalaman kerja sebagai teknisi: minimal 5 tahun Memiliki sertifikat komputer Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal S1 Bidang pendidikan: administrasi pendidikan Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm: minimal 5 tahun Memiliki sertifikat komputer Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3 Bidang pendidikan: akuntansi Memiliki sertifikat sebagai akuntan Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400) Pengalaman kerja sebagai adm keuangan: minimal 5 tahun Memiliki sertifikat komputer Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3 Bidang pendidikan: manajemen SDM Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm: minimal 5 tahun Memiliki sertifikat komputer Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA Bidang pendidikan: administrasi pendidikan Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400) Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi pendidikan : minimal 5 tahun Memiliki sertifikat komputer Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA Bidang pendidikan: administrasi sarpras Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm sarpras: minimal 5 tahun Memiliki sertifikat komputer Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMK/SMA Bidang pendidikan: kesekretariatan Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400) Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi kesekretariatan: minimal 5 tahun Memiliki sertifikat komputer Memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah Memiliki tupoksi yang jelas Memiliki sistem administrasi lengkap Memiliki SIM yang mutakhir

b. Laboran

c. Teknisi komputer

d. Kepala TU

e. Tenaga adm. Keuangan & akuntansi

f. Tenaga adm Kepegawaian

g. Tenaga adm.akademik

h. Tenaga adm sarpras

i. Tenaga adm kesekretariatan

5. Organisasi & Administrasi

5. Sarana & Prasarana a. Umum: 1. 2. 3. 4. Luas tanah 15000 m2 Luas Ruang kelas > 63 m2 Jumlah siswa per rombel: 24 anak Memiliki fasilitas ICT per kelas per tingkat

194

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

No

Komponen b. Perpustakaan 5. 6.

Standar SBI khusus di SMP O,2 m2/siswa dan menampung 5% seluruh siswa untuk membaca dan studi mandiri Memiliki buku teks dalam bentuk cetak atau digital untuk setiap mata pelajaran 1:1 (1 buku : 1 siswa); buku referensi 1:3 (1 buku: 3 siswa) 7. Berlangganan jurnal, majalah, buletin, surat kabar, dsb 8. Memiliki komputer untuk perpustakaan, termasuk untuk multimedia 5 buah 9. Memiliki ruang baca yang memadai 10. Tersedia akses internet yang terhubung dengan jaringan

c.LabFisika,Kimia ,Bahasa, IPS, Matematika, PTD

11. Memiliki satu Lab Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa, Matematika, PTD, dan IPS 12. Setiap Lab memiliki peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan spec. 13. Luas laboratorium minimal sesuai dengan SPM dalam SNP dan ber AC untuk kapasitas maksimum 24 siswa per rombel Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC Memiliki jumlah komputer sesuai dengan rata-rata jumlah siswa (maksimum 24 siswa per rombel) Memiliki software yang selalu update Memiliki teknisi komputer dengan jumlah yang memadai untuk membantu pelaksanaan pembelajaran dan perawatan komputer 18. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam lab. Komputer 19. 20. 21. 22. Memiliki satu kantin yang dapat menampung pejajan secara memadai Memiliki mebeler yang memadai sesuai dengan jumlah pejajan Memiliki lingkungan kantin yang sehat dan bersih Menyediakan makanan bergizi, fresh dan Terjangkau bagi warga sekolah 14. 15. 16. 17.

d. Lab Komputer

e. Kantin

f. Auditorium

23. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC 24. Memiliki mebeler dan peralatan yang memadai untuk pertemuan dan untuk kegiatan siswa (misalnya: pertemuan orang tua siswa, wisuda, pentas seni, teater, pameran hasil karya siswa, dsb.) 25. Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna 26. Memiliki prasarana olah raga dengan ukuran yang memadai dan dapat digunakan untuk berbagai jenis kegiatan olah raga 27. Memiliki sarana olah raga yang memadai untuk berbagai jenis kegiatan olah raga 28. Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan olah raga 29. Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna sarana dan prasarana olah raga 30. Memiliki ruangan untuk sumber belajar dan riset guru dengan luas yang memadai dan yang dilengkapi dengan komputer, jaringan internet untuk guru dengan rasio 1 : 5, dan dilengkapi media pembelajaran 31. Memiliki buku referensi baik cetak maupun digital bagi guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya 32. Memiliki mebeler bagi guru untuk menyimpan referensi, hasil kerja, dsb. termasuk untuk kelompok diskusi 33. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai Memiliki mebeler yang memadai untuk berbagai jenis administrasi Memiliki server minimum 2 buah Memiliki komputer dengan jumlah yang memadai untuk berbagai kegiatan administrasi Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC Memiliki bahan-bahan dan peralatan dasar untuk P3K Memiliki tenaga profesional yang dapat menangani pelaksanaan P3K Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam unit kesehatan

g. Sarana OR

h. Pusat belajar & riset guru

i.Penunjang adm sekolah

j. Unit kesehatan

k. Toilet

43. Memiliki ruangan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan dengan ukuran yang memadai dan sesuai dengan jumlah warga sekolah 44. Memiliki sistem sanitasi yang baik dan memadai untuk menjamin kebersihan dan kesehatan 45. Memiliki jumlah air yang memadai untuk mendukung sistem sanitasi 46. Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu perawatan toilet 47. Memiliki tempat bermain yang memadai 48. Memiliki tempat berkreasi yang menjamin kreativitas siswa 49. Memiliki tempat untuk rekreasi yang memadai, misalnya taman dan pepohonan yang rindang 50. Memiliki tempat ibadah yang memadai dan sesuai dengan agama masing-masing warga sekolah 1. Penerimaan siswa baru didasarkan atas kriteria yang jelas, tegas dan dipublikasikan.

l. Tempat bermain, kreasi, dan rekreasi m. Tempat ibadah 7. Kesiswaan

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

195

Belajar Untuk Masa Depanku

No

Komponen 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4.

Standar SBI khusus di SMP Memiliki program yang jelas tentang pembinaan, pengembangan, dan pembimbingan siswa. Melakukan evaluasi belajar dengan cara-cara yang memenuhi persyaratan evaluasi dengan standar internasional. Menyediakan dana pendidikan yang cukup dan berkelanjutan untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Menghimpun/ menggalang dana dari potensi sumber dana yang bervariasi. Mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Memiliki dan menerapkan regulasi sekolah, baik yang bersifat yuridis maupun yang bersifat moral. Menegakan regulasi sekolah diterapkan secara adil dan teratur terhadap semua warga sekolah. Memiliki hubungan antara SBI-masyarakat, baik menyangkut substansi maupun strategi pelaksanaanya, ditulis dan dipublikasikan secara eksplisit dan jelas. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pendidikan di sekolah melalui strategi-strategi: (1) memberdayakan melalui berbagai media komunikasi (media tertulis, pertemuan, kontak langsung secara individual, dsb.); (2) menciptakan dan melaksanakan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program, dan pengambilan keputusan bersama; (3) mengupayakan jaminan komitmen sekolah-masyarakat melalui kontrak sosial; dan (4) mengembangkan model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat kemajuan masyarakat Menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau kebiasaan bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa depan (visi) yang sama, perencanaan bersama, kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar, budaya masyarakat belajar, pemberdayaan bersama, dan kepemimpinan transformatif dan partisipatif. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan, dan membangkitkan komitmen tinggi bagi warga sekolah Memiliki regulasi sekolah yang mampu menciptakan rasa keadilan dan memacu semangat kerja ataupun berprestasi Memberikan kesempatan, hak, dan rasa tanggungjawab warga sekolah sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah Menciptakan hubungan harmonis, kekeluargaan, dan sekaligus profesional dalam upaya menumbuhkan semangat kerja (etos kerja) yang tinggi.

8. Pembiayaan

9. Regulasi Sekolah 10.Hubungan Masyarakat

11. Kultur Sekolah

1.

2. 3. 4. 5.

LAMPIRAN-2: Kisi-kisi instrument Supervisi dan ME:


1) Kisi-kisi dari STANDAR ISI

NO

KOMPOKOMPO -NEN

ASPEK

INDIKATOR INDIKATOR SNP

INDIKATOR BERTARAF INTERNASIONAL

1.

Kerangka Dasar Kurikulum

Muatan Kurikulum

Isi (muatan) kurikulum SNP Jumlah atau jenis panduan pelaksanaan muatan kurikulum SNP Prinsip keterlibatan pihak-pihak terkait

Prinsip Pengemangan Kurikulum

Pengembangan isi muatan kurikulum bertaraf internasional Jumlah atau jenis panduan pelaksanaan muatan kurikulum bertaraf internasional Prinsip/keharusan keterlibatan pihak-pihak

pengembangan muatan kurikulum SNP


Prinsip mengacu regulasi SNP Prinsip umum pengembangan kurikulum SNP Prinsip ketersediaan referensi Prinsip multi strategi pengembangan kurikulum SNP

terkait

pengembangan

muatan

kurikulum

bertaraf internasional Prinsip/keharusan mengacu regulasi pengembangan kurikulum bertaraf internasional Prinsip khusus pengembangan kurikulum bertaraf internasional Prinsip multi strategi pengembangan kurikulum bertaraf internasional

196

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Prinsip Pelaksanaan kurikulum

Prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaan kurikulum SNP dalam pengajaran Ketersediaan referensi/pedoman/acuan/sumber daya umum Isi/muatan struktur kurikulum SNP dan penyusunannya Ketersediaan referensi umum Keterlaksanaan program muatan lokal Keberadaan program pengembangan diri Keterlaksanaan program pengembangan diri Keberadaan program PBKL

Prinsip-prinsip khusus dalam pelaksanaan kurikulum bertaraf internasional dalam pengajaran Ketersediaan referensi/pedoman/acuan/sumber daya khusus Isi pengayaan muatan struktur kurikulum bertaraf internasional dan penyusunannya Ketersediaan referensi khusus Keberadaan Mapel PTD Ketersediaan referensi /manual/modul PTD Keterlaksanaan mapel PTD Bentuk bilingual Keberadaan program tambahan PBKG Ketersediaan referensi program tambahan PBKG Keterlaksanaan program tambahan PBKG Keberadaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif Ketersediaan referensi program Pengembangan Ekonomi Kreatif Ketersediaan sumber daya program Pengembangan Ekonomi Kreatif Keterlaksanaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif Penjabaran pengayaan SK dan KD mapel bertaraf internasional Berbentuk bilingual

2.

Struktur Kurikulum Pendidikan Umum

Struktur kurikulum

Keterlaksanaan program PBKL

Standar dan kompe-tensi dasar

Penjabaran SK dan KD mata pelajaran SNP Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan Muatan Lokal Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan PBKL

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan PBKG Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan PBKG dalam bentuk bilingual Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan pengembangan ekonomi kreatif (PEK) Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan pengembangan ekonomi kreatif (PEK) dalam bentuk bilingual Penambahan jam pembelajaran sesuai kebutuhan kurikulum pelajaran bertaraf internasional per minggunya Jumlah jam pembelajaran per minggu > 32 jam Jumlah Minggu efektif per tahun bisa > 34 minggu Program pemberian penugasan terstruktur Keberadaan tujuan penugasan terstruktur mapel bertaraf internasional Program kegiatan mandiri / tidak terstruktur mapel bertaraf internasional Program pemberian penugasan tidak terstruktur/mandiri Keberadaan tujuan penugasan tidak terstruktur/mandiri mapel bertaraf internasional Pemenuhan ketentuan dalam pengembangan KTSP bertaraf internasional Bentuk/jenis KTSP untuk acuan pembeljaran bertaraf internasional Ketentuan penyusunan silabus mapel SNP adalah silabus mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD Penggandaan dan kepemilikian silabus mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD didistribusikan Pendokumentasian silabus mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD oleh sekolah Ketentuan penyusunan RPP mapel bertaraf internasional Penggandaan dan kepemilikian Oleh semua pihak terkait mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD didistribusikan

3.

Beban belajar

Tatap muka

Penerapan kegiatan pembelajaran sesuai dengan ketentuan beban belajar

Penugasan terstruktur Kegiatan mandiri tidak terstruktur

Pemberian tugas-tugas terstruktur

4.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pengembangan KTSP

Program kegiatan mandiri/tidak terstruktur untuk mapel SNP Keberadaan program tidak terstruktur mapel SNP Keberadaan tujuan program tidak terstruktur mapel SNP Pemenuhan ketentuan dalam pengembangan KTSP SNP

Pengembangan Silabus

Ketentuan penyusunan silabus mapel SNP

Penggandaan dan kepemilikian silabus mapel SNP didistribusikan Pendokumentasian silabus mapel SNP oleh sekolah Pengembangan RPP Ketentuan penyusunan RPP mapel SNP Penggandaan dan kepemilikian RPP mapel SNP didistribusikan

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

197

Belajar Untuk Masa Depanku

Pendokumentasian RPP mapel SNP oleh sekolah Kriteria tasan (KKM) KetunMinimal KKM =75 untuk setiap mata pelajaran SNP Faktor-faktor sebagai dasar menetapkan KKM untuk setiap mata pelajaran SNP Ketentuan/aspek-aspek dalam menyusun kalender pendidikan Sekolah SNP

5.

Kalender Pendidikan

Alokasi waktu dan penetapan kalender pendidikan

Pendokumentasian Oleh semua pihak terkait mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD oleh sekolah KKM = 80 untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris, TIK, dan PTD. Faktor-faktor sebagai dasar menetapkan KKM untuk setiap mata pelajaran bertaraf internasional Ketentuan/aspek-aspek dalam menyusun kalender pendidikan SBI

2)

Kisi-kisi dari STANDAR PROSES

NO

KOMPOKOMPO -NEN

ASPEK

INDIKATOR SNP

INDIKATOR BERTARAF INTERNASIONAL

Perencanaan Proses Pembelajaran

Perencanaan pengembangan atau penyusunan silabus

Dasar-dasar perencanaan pengembangan atau penyusunan silabus mapel SNP Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel SNP oleh guru sendiri Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel SNP MGMP sekolah Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel SNP MGMP sekolah Merencanakan/mengmengembangkan silabus mapel SNP sama dengan silabus yang telah disusun oleh pusat Silabus SNP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota

Perencanaan pengembangan atau penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Ketentuan perencanaan penyusunan atau pengembangan RPP mapel SNP

Dasar-dasar perencanaan pengembangan atau penyusunan silabus mapel bertaraf internasional Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel bertaraf internasional oleh guru sendiri Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel bertaraf internasional oleh MGMP sekolah bersama sekolah/lembaga pasangan atau mitra Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel bertaraf internasional oleh MGMP Kab/Kota/Provinsi (dalam cluster) Merencanakan/mengmengembangkan silabus mapel bertaraf internasional sama dengan silabus yang telah disusun oleh pusat Disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi Disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, dan sekolah/lembaga sister school yang menyusun (adaptasi/adopsi sebagian yang relevan) bersama Direncanakan/dikembangkan dengan bentuk Bilingual Ketentuan perencanaan penyusunan atau pengembangan RPP maple bertaraf internasional Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel bertaraf internasional oleh guru sendiri Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel bertaraf internasional oleh MGMP sekolah bersama sekolah/lembaga pasangan atau mitra Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel bertaraf internasional oleh MGMP Kab/Kota/Provinsi (dalam cluster) Merencanakan/mengmengembangkan RPP mapel bertaraf internasional sama dengan silabus yang telah disusun oleh pusat RPP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi RPP disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, dan sekolah/lembaga sister school yang menyusun (adaptasi/adopsi sebagian yang relevan) bersama RPP berbentuk bilingual Prinsip budaya kerjasama Prinsip relevansi isinya Prinsip sesuai perkembangan IPTEK Prinsip e-manajement dalam penerapan RPP

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel SNP oleh guru sendiri Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel SNP MGMP sekolah Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel SNP MGMP sekolah Merencanakan/mengmengembangkan RPP mapel SNP sama dengan silabus yang telah disusun oleh pusat RPP SNP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota RPP disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota

Prinsip-prinsip penyusunan RPP

Prinsip perbedaan individu peserta didik Prinsip partisipasi aktif peserta didik Prinsip budaya membaca dan menulis Prinsip umpan balik dan tindak lanjut Prinsip keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber bahan Prinsip penerapan teknologi informasi

198

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Bahan Ajar

dan komunikasi Kesesuaian/relevansi Kuantitas terpenuhi Kedalaman materi Variasi/jenis Keterjangkauan Rombongan belajar: 32 peserta didik Beban kerja minimal guru: 24 jam/minggu Buku teks pelajaran: (a) ditetapkan bersama dan sesuai Permendiknas; (b) ratio 1:1 (per mapel per peserta didik); (c) buku panduan guru, referensi, pengayaan, dll Pengelolaan kelas tepat / sesuai tuntutan kompetensi, dalam hal: pengaturan duduk peserta didik, intonasi/volume suara guru, tutur kata, ketertiban PBM, penguatan, umpan balik, penghargaan, sanksi, penggunaan waktu,dll Jumlah rombongan belajar

Bilingual Produk luar negeri Produk lembaga pendidikan/sekolah bertaraf internasional Modern/up to date Jumlah peserta didik per rombongan belajar: 2430 anak Menggunakan buku teks/referensi berbahasa asing (Inggris) Di luar kelas/sekolah

Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran

Jumlah rombongan belajar yang ditetapkan sebagai SBI

Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pendahuluan

Kegiatan inti

Kegiatan penutup (merangkum, penilaian, umpan balik, tindak lanjut, rencana berikutnya)

Metode CTL, PAKEM, CBSA, dll Sarana TIK Bilingual Penerapan pembelajaran tuntas/terdapat kegiatan tindak lanjut (pembelajaran remedial, pengayaan, percepatan) Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu: aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; kontekstual (CTL); dan model pembelajaran yang pro-perubahan Gabungan teori dan praktik

Penilaian Hasil Belajar

Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar

Pengawasan Proses Pembelajaran

Pemantauan

Keterlaksanaan penilaian hasil belajar Pemenuhan ketentuan pelakdsanaan penilaian hasil belajar Penggunaan/implementasi Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Tahapan pemantauan Strategi pemantauan Pelaksana pemantauan

Menggunakan bilingual/menggunakan bahasa inggris atau lainnya Menggunakan TIK/e-learning Pelaksanaan pembelajaran lainnya Mengacu SKL Mengacu silabus dan rencana pembelajaran (SK dan KD) yang telah direncanakan Berbasis TIK Fasilitasi peserta didik Tahapan tindak pembelajaran lanjut hasil penilaian

Supervisi

Pentahapan supervisi Strategi supervise Pelaksana supervisi

Bersama sekolah dengan sekolah pasangan dan pihak lain yang terkait Tindak lanjut supervisi Mendasarkan pada prinsip : Plan-Do-Check-

Action (PDCA)
Bersama sekolah dengan sekolah pasangan danserta pihak lain yang terkait Bersama sekolah dengan sekolah pasangan dan pihak lain yang terkait Diselenggarakan melalui /cara membandingkan proses evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan guru dan standar proses internasional dan hasil Laporan hasil pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran khususnya mata pelajaran RSBI/SBI (Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD),kepada pemangku kepentingan : Pendampingan dan in hause training (IHT) bagi guru Perbaikan sistem atau kinerja sekolah

Evaluasi

Tujuan evaluasi Strategi/cara

Pelaporan

Orientasi evaluasi Pelaporan pembelajaran penilaian pembelajaran

Tindak lanjut

Tindak lanjut pelaporan Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar Teguran yang bersifat mendidik terhadap guru yang belum memenuhi standar

3)

Kisi-kisi dari STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

199

Belajar Untuk Masa Depanku

NO

KOMPOKOMPO -NEN

ASPEK

INDIKATOR SNP Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Kemampuan menganalisis gejala alam dan social, yaitu: gempa bumi, banjir, tanah lonsor, kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, kenakalan remaja, dll Pengalaman belajar melalui program pembiasaan untuk mencari informasi/pengetahuan lebih lanjut dari berbagai sumber belajar Pengalaman belajar yang mampu memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab Pengalaman mengekspresikan diri melalui kegiatan seni budaya

INDIKATOR BERTARAF INTERNASIONAL Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif serta entrepreneurship dalam bidang: Matematika, IPA, Bahasa Inggris, TIK, PTD, dan lainnya Kemampuan memperdalam, memperkaya, dan memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai gejala alam dan sosial Pengalaman belajar melalui program pengembangan diri tentang pendalaman IPTEK

Kompetensi Lulus-an

Kecerdasan

Pengetahuan

Pengalaman belajar yang mampu mensinergikan dan mengembangkan pemanfaatan lingkungan secara produktif, baik ditinjau dari sisi ilmiah maupun ekonomi. Pengalaman belajar yang mampu mengekspresikan, merefleksikan, dan menunjukkan hasil karya dalam bidang seni dan budaya

Kepribadian

Pengalaman belajar melalui kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab

Pengalaman belajar untuk berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial

Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik Pengalaman belajar yang dapat melibatkan partisipasi peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah NKRI Pengalaman belajar untuk membentuk karakter peserta didik, menumbuhkan rasa sportifitas dan kebersihan lingkungan Akhlak Mulia Pengalaman belajar melalui kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia Pengalaman belajar untuk menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional Pengalaman belajar dalam pembentukan akhlak mulia Pengalaman belajar berupa kegiatan pembiasaan untuk menghargai perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain Pengalaman dalam menghasilkan karya kreatif baik individual maupun kelompok

Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab, seperti: berkomunikasi dengan bahasa asing, debat, kunjungan ke luar negeri, pertukaran pelajar antar bangsa, dll Pengalaman belajar untuk berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial serta berpartisipasi dalam kancah kehidupan internasional Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang bertaraf internasional Pengalaman belajar yang dapat melibatkan partisipasi peserta didik dalam kehidupan antar bangsa di dunia dalam rangka pergaulan dunia

Pengalaman belajar untuk membentuk karakter peserta didik, menumbuhkan rasa kompetitif atau daya saing tinggi dalam bidang kebersihan lingkungan dalam lingkup internasional Pengalaman belajar melalui kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dalam forum internasional Pengalaman belajar untuk menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup globa/internasional

Kegiatan pembiasaan untuk menghargai perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain Pengalaman dalam menghasilkan karya kreatif dan inovatif untuk menuju entrepreneur dan bersifat ekonomik (implementasi pengembangan ekonomi kreatif), seperti 14 bidang Ketrampilan dan pengetahuan melalui ketrampilan membaca dan menulis Pengalaman belajar bidang ketrampilan membuat karya tulis ilmiah, karya ilmiah remaja, penelitian, dan sejenisnya dalam berbagai bidang pengetahuan/sains, teknologi, dan sebagainya pada tingkat internasional Pengalaman belajar dalam mengembangkan IPTEK seiring dengan perkembangannya dan mampu berkompetisi secara internasional Pengalaman belajar mampu menguasai pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan bertaraf internasional

Ketrampilan Untuk Hidup

Ketrampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis Pengalaman ketrampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris Pendidikan lanjut Pengalaman belajar dalam mengembangkan IPTEK seiring dengan perkembangannya Pengalaman belajar mampu menguasai pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan

4)

Kisi-kisi dari STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

200

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

NO

KOMPOKOMPO -NEN

ASPEK

INDIKATOR SNP

INDIKATOR BERTARAF INTERNASIONAL

Guru

Kualifikasi akademik Kesesuaian latar belakang pendidikan Kesehatan jasmani dan rohani Kompetensi pedagogik sebagai agen pembelajaran.

Kualifikasi akademik minimum Latar belakang pendidikan tinggi

Kualifikasi pendidikan S2/S3

Kesehatan jasmani dan rohani

Kesehatan rohani untuk menjalankan tugas mengajar Kemampuan merencanakan pembelajaran SBI Kemampuan melaksanakan pembelajaran dengan berbasis TIK Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dengan bahasa inggris/asing lainnya Kemampuan guru melaksanakan pengelolaan pembelajaran dengan berbagai pola pendekatan Kemampuan guru melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan berbasis TIK Integritas kepribadian pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, serta peraturan dan ketentuan yang berlaku lainnya Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun dengan.menggunakan bahasa inggris atau bahasa asing lainnya Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun dengan.menggunakan sarana TIK Kepedulian social Penguasaan materi pelajaran yang merupakan pengembangan dari SK dan KD dari Standar isi Kompetensi berbahasa inggris Kemampuan TIK Kompetensi penelitian yang lebih luas Kompetensi penulisan karya ilmiah lebih luas Kualifikasi akademik pendidikan minimum Sarjana S2 dari PT terakreditasi

Kemampuan merencanakan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran

Kompetensi mengevaluasi pembelajaran Kompetensi kepribadian sebagai agen pembelajaran Kompetensi sosial sebagai agen pembelajaran Integritas kepribadian dan tindakan

Komuniukasi secara efektif dan santun

Kompetensi profesional sebagai agen pembelajaran.

Penguasaan materi pelajaran SNP

Kepala Sekolah

Kualifikasi akademik minimum

Kompetensi penelitian Kompetensi penulisan karya ilmiah Kualifikasi pendidikan Akredirasi PT asal Kesesuaian Sertifikat Keberadaan SK sebagai guru Sertifikat pendidik Surat Keputusan (SK) sebagai kepala sekolah Pengalaman mengajar

Kualifikasi khusus minimum. . Pengalaman mengajar sebagai guru SMP dan kesehatan Kemampuan kepemimpinan

Kompetensi berbahasa inggris Sertifikat kursus/pelatihan TIK

Pengalaman tambahan menjadi kepala sekolah SSN

Kemampuan manajerial

Kemampuan kewirausahaan

Keampuan kewirausahaan mengelola kegiatan produksi/ jasa

dalam

Kemampuan supervisi dan montoring. 3 Tenaga Admi-nistrasi Kualifikasi akademik minimum Kepala Administrasi. Masa kerja waktu diangkat menjadi kepala administrasi Kualifikasi akademik Minimum Tenaga

Kemampuan untuk melakukan supervisi dan monitoring.

Kualifikasi akademik minimun

Kemampuan manajerial yang ditunjukkan dengan keberhasilan mengelola sekolah bertaraf internasional Wawasan internasional dan mampu membangun jejaring internasional; Prestasi kompetensi kepemimpinan Keampuan kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/ jasa sebagai sumber pendanaan pendidikan Kemampuan kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/ jasa sebagai sarana dan media pengembangan kreativitas, inovasi peserta didik, dan entrepreneurship warga sekolah Kemampuan untuk melakukan kegiatan evaluasi diri Keberhasilan kepala sekolah dalam kegiatan supervisi, monitoring, dan evaluasi diri Kompetensi berbahasa inggris Kompetensi TIK

Masa kerja

Kualifikasi akademik minimum

Kompetensi berbahasa inggris Kompetensi TIK

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

201

Belajar Untuk Masa Depanku

Tenaga Perpustakaan

Tenaga Laboratorium

Tenaga Layanan Khusus

Administrasi. Kepemilikan Latar belakang pendidikan kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tugasnya sebagai tenaga administrasi. Kualifikasi Memiliki kualifikasi akademik minimun akademik Minimum Kepala Perpustakaan. Masa kerja waktu Masa kerja diangkat menjadi kepala perpustakaan Kepemilikan Latar belakang pendidikan kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tugasnya sebagai tenaga perpustakaan. Kepemilikan Memiliki kualifikasi akademik minimum kualifikasi akademik minimum kepala laboratorium. Masa kerja waktu Masa kerja diangkat menjadi kepala laboratorium. Kesesuaian latar Latar belakang pendidikan belakang pendidikan dengan tugas sebagai kepala laboratorium Kualifikasi Memiliki kualifikasi akademik minimum akademik Minimum Teknisi Laboratorium. Kualifikasi akademik Pendidikan minimal (D-I) minimum laboran Pemenuhan Jenis dan jumlah tenaga layanan khusus jumlah tenaga layanan khusus.

Kommpetensi berbahasa inggris Kompetensi TIK

Memiliki Kompetensi berbahasa inggris Kompetensi TIK

Kompetensi berbahasa inggris Kompetensi TIK

Kompetensi berbahasa inggris Kompetensi TIK

Berbahasa inggris Kompetensi TIK

5)

Kisi-kisi dari STANDAR SARANA DAN PRASARANA

NO

KOMPOKOMPO -NEN

ASPEK

INDIKATOR SNP

INDIKATOR BERTARAF BERTARAF INTERNASIONAL

Lahan

Luas lahan

Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik, sebagaimana tercantum pada Tabel 1 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Memenuhi kebutuhan pembangunan/penyediaan/pengembangan ruang, lab, tempat olah raga, tempat pembelajaran di luar kelas, tempat apresiasi, dan lain-lain yang bertaraf internasional Kerjasama antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta masyarakat secara bersama bertanggungjawab dalam hal investasi lahan

Kea-manan

Bangu-nan

Kenya-manan Ijin pemanfaatan lahan Luas lantai

Terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa. Terhindar dari gangguan pencemaran Keperuntukan, ijin Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik, sebagaimana tercantum pada tabel 2 dari Standar Sarana dan Prasarana. Kekuatan, fasilitas, anti bahaya Sanitasi, pengelolaan pencemaran Ventilasi dan pencahayaan.

Kese-lamatan Kese-hatan Kenyamanan

Memiliki kemampuan pengelolaan pencemaran lingkungan Memanfaatkan fasilitas teknologi sesuai spesifikasi, kualitas dan jumlahnya

202

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Daya listrik Ijin bangunan Peme-liharaan Kecu-kupan secara kuanti-tas Keleng-kapan prasarana

Daya listrik Izin bangunan dan penggunaan Jenis dan waktu pemeliharaan Pengembangan kebutuhan bangunan, inventarisasi bangunan Terdiri dari minimal 14 ruang/kelengkapan sarpras

Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya sesuai kebutuhan

Jumlah dan jenis pengembangan bangunan Terdapat penambahan, perluasan, pengayaan kelengkapan sarpras dan

Kelengkapan Prasarana dan Sarana

Terdapat laboratorium komputer Terdapat laboratorium bahasa

Ruang kelas

Ruang perpustakaan

Jumlah, kapasitas, rasio luasan/peserta didik ruang kelas Standar sebagaimana tercantum pada Tabel 4 dari Standar Sarana dan Prasarana. Tempat baca, luasan, lebar, dan pencahayaan ruang perpustakaan Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 5 dari Standar Sarana dan Prasarana. Tempat praktik, daya tampung, rasio luasan/peserta didik, luasan, pencahayaan, air bersih. Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 6 dari Standar Sarana dan Prasarana. Fungsional, jenis ruang, jumlah ruang, luasan Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 7 dari Standar Sarana dan Prasarana. Fungsional, luasan, pencahayaan, jenis, jumlah Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 8 dari Standar Sarana dan Prasarana. Rasio, jumlah, janis Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 9 dari Standar Sarana dan Prasarana. Jenis, jumlah, luasan, kenyamanan Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Standar Sarana dan Prasarana. Luasan, kenyamanan, jenis/jumlah Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 10 dari Standar Sarana dan Prasarana. Luasan, jenis, jumlah, kenyamanan Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 11 dari Standar Sarana dan Prasarana. Luas dan jumlah/jenis Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 12 dari Standar Sarana dan Prasarana. Jumlah, jenis, luasan, keamanan Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 13 dari Standar Sarana dan Prasarana. Luasan, jumlah, jenis

Terdapat tambahan jumlah dan jenis ruang Laboratorium matematika Laboratorium Fisika Laboratorium Kimia Laboratorium Biologi Laboratorium Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) Laboratorium IPS Ruang penelitian dan pengembangan (R & D) Ruang media pembelajaran Ruang apresiasi, pertunjukan, pameran, presentasi, dll Ruang serbaguna/aula Green hause/sejenisnya Sarana dan prasarana pengembangan ekonomi kreatif Berbasis TIK Pemenuhan tambahan sarpras

Berbasis TIK (e-library) dan kecukupan ruang serta sumber belajar

Ruang laboratorium IPA

Ruang pim-pinan

Terdapat tambahan sarpras ruang pimpinan

Ruang guru

Terdapat tambahan sarpras/fasilitas pengembangan profesionalisme guru

untuk

Ruang tata usaha

Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk TU

Tempat ibadah

Ruang konse-ling

Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk ruang konseling

Ruang UKS

Ruang organisasi kepeserta didikan

Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk ruang organisasi kepeserta didikan

Jamban

Gudang

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

203

Belajar Untuk Masa Depanku

Ruang sirkulasi Tempat bermain/ berolahraga

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 14 dari Standar Sarana dan Prasarana. Luasan, keamanan, kenyamanan Rasio, jenis, jumlah, kondisi Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 15 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Sarpras olah raga di dalam ruang/gedung

6)

Kisi-kisi dari STANDAR PENGELOLAAN

NO

KOMPOKOMPO -NEN

ASPEK

INDIKATOR SNP

INDIKATOR BERTARAF INTERNASIONAL

Rencana Kerja Seko-lah

Visi sekolah

Perumusan dan penetapan visi sekolah

Muatan aspek-aspek keinternasionalan Pelaksanaan sosialisasi aspek-aspek keinternasionalan dan lebih luas

visi

Misi sekolah Tujuan sekolah Rencana kerja sekolah

Sosialisasi Perumusan dan penetapan misi sekolah Perumusan dan penetapan tujuan sekolah Kesesuaian dengan aspek-aspek SNP. Rencana kerja jangka empat tahun atau RKS Rencana kerja satu tahun atau RKAS

Pelaksanaan sosialisasi aspek-aspek misi sekolah yang lebih luas Tujuan 4 (empat) tahunan dan 1 (satu) tahunan Indikator-indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) yang bertaraf internasional. RKS dan RKAS yang memuat indikator-indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) yang bertaraf internasional telah disosialisasikan oleh pemimpin sekolah.

Sosialisasi Isi RKAS Perencanaan kegiatan bidang kepeserta didikan.

Perencanaan pengembangan pembelajaran.

kegiatan kurikulum

bidang dan

Perencanaan kegiatan bidang pengelolaan pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.

Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan prasarana pembelajaran. Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan pembiayaan pendidikan.

Perencanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan pembelajaran

Keterlibatan perencanaan

masyarakat

dalam

Persyaratan dan prosedur penerimaan peserta didik Matrikulasi (bridge course) Bentuk pembinaan kepeserta didikan Pembinaan kepeserta didikan bidang Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Pembinaan kepeserta didikan dalam pengembangan ekonomi kreatif Strategi pengembangan Langkah pengembangan Perencanaan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbasis TIK Pelibatan sekolah/lembaga pendidikan internasional Perencanaan kurikulum dalamkegiatan PBKL Perencanaan kurikulum dalamkegiatan pengembangan ekonomi kreatif Perencanaan kurikulum dalamkegiatan life skill Perencanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN pengelolaan pendayagunaan pendidik Perencanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN pengelolaan pendayagunaan tenaga kependidikan Pengembangan pengelolaan kegiatan bidang sarana dan prasarana pembelajaran/sekolah. Perencanaan alokasi anggaran dari pemda provinsi Perencanaan alokasi anggaran dari pemda kab/kota Perencanaan alokasi anggaran dari komite sekolah/orang tua peserta didik Perencanaan alokasi anggaran dari pusat (Depdiknas) Perencanaan alokasi anggaran dari stakeholders lain Perencanaan alokasi anggaran untuk pengembangan pembinaan kepeserta didikan Perencanaan alokasi anggaran untuk peserta didik tidak mampu Pengembangan penciptaan kultur sekolah: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi kegiatan dan hasilhasilnya Rencana Bidang penyelenggaraan kerjasama/kemitraan

204

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Perencanaan pengembangan manajemen sekolah

sistem

Pelak-sanaan Renca-na Kerja Seko-lah

Pedo-man pengelolaan sekolah Struktur organisasi sekolah Pelaksanaan kegiatan sekolah Bidang kepeserta didikan

Perencanaan pengawasan Perencanaan kegiatan evaluasi diri. Perencanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. Perencanaan kegiatan persiapan bahan akreditasi Pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan Struktur organisasi dengan uraian tugas Pelaksanaan kegiatan sekolah Pelaksanaan kegiatan bidang kepeserta didikan.

Rencana Bentuk kerjasama/kemitraan Perencanaan implementasi sekolah berbasis TIK Perencanaan Implementasi system manajemen mutu atau ISO 9001 Perencanaan Implementasi system manajemen mutu atau ISO 14000 Perencanaan kegiatan PBKL Perencanaan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif Perencanaan kegiatan life skill Perencanaan SIM berbasis TIK/cyber school Perencanaan pengawasan IKKT Perencanaan evaluasi diri kinerja SSN dan SBI

Perencanaan kegiatan persiapan bahan akreditasi internasional Pedoman pengelolaan program/kegiatan dalam upaya pencapaian pemenuhan IKKT Tambahan/pengembangan anggota organisasi dalam pencapaian pemenuhan IKKT

Bidang kurikulum dan kegiatan pembe-lajaran

Pelaksanaan bidang pengembangan kurikulum dan pembelajaran.

Bidang pendidik dan tenaga kepen-didikan

Pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.

Bidang sarana dan prasa-rana Bidang keuangan dan pembi-ayaan

Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan prasarana pembelajaran. Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan pembiayaan pendidikan.

Budaya dan lingkungan sekolah Peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah Pengembangan sistem manajemen mutu sekolah

Penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Keterlibatan masyarakat pendukung dan membangun kemitraan dengan lembaga lain yang relevan.

Persyaratan dan prosedur penerimaan peserta didik Matrikulasi (bridge course) Bentuk pembinaan kepeserta didikan Pembinaan kepeserta didikan bidang Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Pembinaan kepeserta didikan bidang life skill Pembinaan kepeserta didikan dalam pengembangan ekonomi kreatif Strategi pelaksanaan pengembangan Langkah pelaksanaan pengembangan Pelaksanaan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbasis TIK Pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbentuk bilingual Pelibatan sekolah/lembaga pendidikan internasional Legitimasi dari sekolah/lembaga pendidikan internasional Pelaksanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN pengelolaan pendayagunaan pendidik Pelaksanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN pengelolaan pendayagunaan tenaga kependidikan Pengembangan pengelolaan kegiatan bidang sarana dan prasarana pembelajaran/sekolah. Pengelolaan penggunaan dana bantuan: pemerintah pusat, provinsi, kab/kota, komite sekolah, dan sumber dana lain Audit penggunaan dana Pertanggungjawaban /pelaporan pengelolaan dana sekolah Implementasi MBS dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan Pengembangan penciptaan kultur sekolah

Pengawasan dan Evalu-asi

Pro-gram pengawasan

Program pengawasan dan sosialisasi Pelaksanaan pengawasan Isi / sasaran kepengawasan Pelaksanaan kegiatan evaluasi diri. Pelaksanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.

Bidang penyelenggaraan kerjasama/kemitraan Tujuan kerjasama/kemitraan Bentuk kerjasama/kemitraan Legitimasi kerjasama/kemitraan Implementasi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi sekolah berbasis TIK dan PAS Implementasi system manajemen mutu atau ISO 9001 Implementasi system manajemen mutu atau ISO 14000 Kepemilikan program pengawasan dengan Isi / sasaran IKKT Pelaksanaan pengawasan IKKT Pelaksanaan evaluasi diri kinerja SSN dan SBI Pelaksanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan lainnya

Evaluasi diri Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

205

Belajar Untuk Masa Depanku

Akreditasi sekolah 4 Kepemimpinan Seko-lah Sistem Informasi manajemen seko-lah Kepe-mim-pinan kepala dan wakil kepala sekolah Penge-lolaan info-rmasi manajemen sekolah

Pelaksanaan persiapan bahan akreditasi

Struktur kepemimpinan

Pelaksanaan persiapan bahan yang diperlukan untuk akreditasi sekolah oleh badan akreditasi internasional Struktur kepemimpinan sekolah yang dikembangkan sesuai kondisi sekolah Pelaksanaan /menerapkan SIM berbasis TIK/cyber school Sasaran/bidang yang dimasukkan/terprogram dalam SIM sekolah berbasis TIK

Sistem informasi manajemen

7) Kisi-kisi dari STANDAR PEMBIAYAAN

NO

KOMPOKOMPO -NEN

ASPEK

INDIKATOR SNP

INDIKATOR BERTARAF INTERNASIONAL

Biaya Investasi

Penyusunan RAPBS

Keterlibatantakeholders sekolah penyusunan RKS dan RKAS

dalam

Sarana prasarana

dan

Catatan tahunan berupa dokumen nilai aset sarana dan prasarana

Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan

Pembelanjaan biaya untuk pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan

Sumber dana dari pemerintah pusat Sumber dana dari pemda provinsi Sumber dana dari pemda kab/kota Sumber dana dari komite sekolah/orang tua peserta didik Sumber dana dari stakeholders lain Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan prasarana utama dari pemerintah pusat Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan prasarana utama dari pemerintah provinsi Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan prasarana utama dari pemerintah kab/kota Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan prasarana utama dari masyarakat/komite sekolah/dll Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana lain dari pemerintah pusat Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana lain dari pemerintah provinsi Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana lain dari pemerintah kab/kota Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana lain dari masyarakat/komite sekolah/dll Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan tenaga kependidikan dari pemerintah pusat Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan tenaga kependidikan dari pemerintah provinsi Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan tenaga kependidikan dari pemerintah kab/kota

Modal kerja 2 Biaya Operasional Gaji pendidik Gaji tenaga kependidikan Kegiatan pembelajaran

Modal kerja untuk membiayai seluruh kebutuhan pendidikan Pembayaran gaji, insentif, transport, dan tunjangan lain pendidik Pembayaran gaji, insentif, transport, dan tunjangan lain tenaga kependidikan Mengalokasikan biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan

Kegiatan kepeserta didikaan

Alokasi dana untuk kegiatan kepeserta didikan.

Pencapaian pembiayaan di luar gaji bagi pendidik Pencapaian pembiayaan di luar gaji bagi tenaga kependidikan Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran bilingual Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran berbasis TIK Pencapaian pembiayaan pengadaan bahan ajar Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran di luar sekolah Pencapaian pembiayaan kegiatan pencapaian prestasi akademik Pencapaian pembiayaan kegiatan pencapaian prestasi non akademik Pencapaian pembiayaan kegiatan PPDB Pencapaian pembiayaan kegiatan matrikulasi Pencapaian pembiayaan kegiatan PBKL Pencapaian pembiayaan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif Pencapaian pembiayaan kegiatan PTD Pencapaian pembiayaan kegiatan life skill

206

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Alat tulis sekolah Bahan habis pakai Alat habis pakai Kegiatan rapat Transport dan perjalanan dinas Penggandaan soal-soal ujian Daya dan jasa Kegiatan operasional pendidikan tidak langsung Sumbangan pendidikan Uang sekolah

Pengeluaran biaya pengadaan alat tulis. Pengeluaran biaya pengadaan bahan habis pakai Pengeluaran biaya pengadaan alat habis pakai. Pengeluaran biaya pengadaan kegiatan rapat. Pengeluaran biaya pengadaan transport dan perjalanan dinas. Pengeluaran biaya penggandaan soal-soal ujian Penyediaan biaya pengadaan daya dan jasa Penyediaan anggaran untuk mendukung kegiatan operasional tidak langsung

Pencapaian pembiayaan kegiatan perjalanan ke luar negeri Pencapaian pembiayaan penggandaan soal dan penyelenggaraan tes, ujian, dan lainnya yang bertaraf internasional Pencapaian pembiayaan jasa internet

Biaya Personal

Subsidi silang Biaya operasional lain Penetapan biaya operasional Pengelolaan biaya operasional Pedo-man pengelolaan keu-angan Pembu-kuan biaya opersional Laporan pertanggungjawa ban pengelolaan keuangan

Penggunaan sumbangan pendidikan atau dana dari masyarakat Penetapan uang sekolah mempertimbangkan kemampuan ekonomi orangtua peserta didik. Pelaksanaan subsidi silang Penggalangan biaya operasional lain di samping iuran komite rutin dan fisik sekolah Pengambilan keputusan dalam penetapan dana dari masyarakat Pengelolaan dana dari masyarakat

Pencapaian pungutan biaya pendidikan Pencapaian dana sumbangan Pencapaian/realisasi biaya operasional pendidikan per anak per tahun

Transparansi dan Akuntabilitas

Pedoman pengelolaan keuangan Pembukuan biaya opersional Pembuatan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan menyampaikannya pada pemerintah atau yayasan. Laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan berbasis TIK/website (online system)

8)

Kisi-kisi dari STANDAR PENILAIAN

NO

KOMPOKOMPO -NEN

ASPEK

INDIKATOR SNP

INDIKATOR BERTARAF INTERNASIONAL

Penilaian oleh pendidik

Informasi silabus mata pelajaran

Penginformasian silabus mata pelajaran SNP

Penginformasian rancangan penilaian dalam silabus berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD Penginformasian kriteria penilaian dalam silabus berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD Penginformasian RPP berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD pada awal semester. Penginformasian bahan ajar/buku/referensi berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD pada awal semester Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran IPA. Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran IPA

Indikator pencapaian KD dan teknik penilaian

Pengembangan indikator pencapaian KD dan teknik penilaian SNP

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

207

Belajar Untuk Masa Depanku

Pengem-bangan instru-men

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian SNP

Pelaksanaan penilaian

Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik. Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik. Pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan penilaian dan pembelajaran Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala sekolah dalam bentuk laporan prestasi hasil belajar peserta didik. Pelaporan hasil penilaian akhlak peserta didik kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian peserta didik kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan Penentuan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan ketentuan

Pengolahan hasil penilaian Pengem-balian hasil penilaian Peman-faatan hasil penilaian Pela-poran hasil penilaian pada akhir semes-ter Pela-poran hasil penilaian akhlak

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran Matematika. Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran Matematika. Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran Bahasa Inggris Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran TIK/PTD Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran TIK/PTD. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran IPA yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran IPA yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional berbentuk bilingual. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran Matematika yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran Matematika yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional berbentuk bilingual. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran TIK/PTD yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran TIK/PTD yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional berbentuk bilingual. Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD dalam bentuk bilingual Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik berbasis TIK Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik berbasis TIK dan berbentuk bilingual. Pemanfaatanhasil penilaian untuk perbaikan penilaian dan pembelajaran berbasis TIK dan bilingual. Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala sekolah dalam bentuk laporan prestasi hasil belajar peserta didik berbasis TIK dan bilingual.

mulia
2 Peni-laian oleh Satuan Pendidikan Penen-tuan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Koordinasi evaluasi

Pengkoordinasian evaluasi tengah semester, evaluasi akhir semester, dan evaluasi kenaikan kelas.

Penentuan KKM pada mata pelajaran bertaraf internasional seperti: IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD, dengan memperhatikan standar nilai internasional (mutu internasional) Koordinasi evaluasi awal semester terhadap kompetensi peserta didik, yaitu: melaksanakan kegiatan presentasi peserta didik dalam rencana belajar/prestasi yang akan dicapai dan dilakukan pada awal tahun ajaran;

208

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Kriteria kenaikan kelas Penen-tuan nilai akhir kelom-pok mata pelaja-ran

Penentuan kriteria kenaikan kelas Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, iptek, estetika, serta jasmani, olahraga, dan kesehatan Penyelenggaraan ujian sekolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah

Koordinasi evaluasi akhir semester terhadap kompetensi peserta didik, yaitu: melaksanakan kegiatan presentasi peserta didik atas hasil-hasil belajar/prestasi yang telah dicapai dan dilakukan pada akhir tahun ajaran Penerapan sistem SKS Penentuan nilai akhir mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD IPA,

Penye-lenggaraan ujian sekolah

Pela-poran hasil penilaian mata pela-jaran

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester

Pela-poran pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan Penen-tuan kelulusan Pener-bitan SKHUN

Pelaporan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Penyelenggaraan ujian sekolah yang bertaraf internasional dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) ujian sekolah, khususnya mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran dalam bentuk bilingual untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik. Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik dengan SIM yang berbasis TIK Pelaporan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam bentuk bilingual dengan dan TIK (ONLINE system)

Penentuan kelulusan peserta didik melalui rapat dewan guru sesuai kriteria kelulusan. Penerbitan dan penyerahan Surat Keterangan Hasil Ujuan Nasional (SKHUN)

Pelaksanaan ujian sekolah yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Bertaraf Internasional dan Standar Isi yang diperkaya dengan standar dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Pelaksanaan ujian sekolah dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Fasilitasi peserta didiknya untuk mengakses sertifikasi yang diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang sederajat dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Penerbitan dan penyerahan Surat Keterangan Hasil Ujuan bertaraf internasional setiap peserta didik yang mengikuti Ujian bertaraf internasional Penerbitan dan penyerahan serifikat bertaraf internasional pada setiap peserta didik yang telah lulus bagi sekolah penyelenggara ujian internasional. Hasil ujian bertaraf internasional digunakan sebagai salah satu penentu penerimaan peserta didik baru pada jenjang pendidikan lanjutan yang bertaraf internasional

Pener-bitan ijazah

Penerbitan dan penyerahan ijazah setiap peserta didik yang telah lulus bagi sekolah penyelenggara UN. Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu penerimaan peserta didik baru

Penilaian oleh peme-rintah

Peman-faatan hasil UN untuk penen-tuan kelan-jutan studi

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

209

Belajar Untuk Masa Depanku

LAMPIRAN 3: CONTOH BERITA ACARA SERAH TERIMA PENYELENGGARAAN RSBI/SBI DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

BERITA ACARA
NOMOR: --------------------------------

TENTANG SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DAN / ATAU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA .. .. KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI .. Dalam rangka pelaksanaan: (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, khususnya Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI); (2) Peraturan Pemerintah Nomor 48Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; dan (2) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, maka perlu dilaksanakan pengalihan/serah terima status penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau yang dipersiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota .. kepada Pemerintah Daerah Provinsi Pada hari ini tanggal .bulan .tahun .bertempat di .., kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama Jabatan : . : Bupati/Wali Kota .. Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota .. yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA : : Gubernur .. Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Provinsi .. yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

2. Nama Jabatan

Dengan ini kedua belah pihak telah sepakat untuk melaksanakan serahterima status penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu SMP yang berkedudukan di . , dengan ketentuan sebagaimana tersebut di bawah ini.

Pasal 1

210

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

(1) PIHAK PERTAMA menyerahkan status penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut beserta: (1) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PNS dan Non PNS) RSBI/SBI, (2) Sarana dan Prasarana RSBI/SBI dan aset-aset lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, III, ., (3) sosialisasi kurikulum RSBI/SBI, (4) pendanaan pendidikan RSBI/SBI, dan (5) pengendalian mutu pendidikan RSBI/SBI dalam Berita Acara ini, kepada PIHAK KEDUA untuk diterima menjadi asset, diselenggarakan, dikelola, dan dibina sesuai kewenangannya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. (2) PIHAK PERTAMA membantu PIHAK KEDUA dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut PASAL 1 (1) sesuai dengan kewenangan, kemampuan, dan kondisi PIHAK PERTAMA. (3) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PNS dan Non PNS) RSBI/SBI, (2) Sarana dan Prasarana RSBI/SBI dan aset-aset lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, III, .., merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Pasal 2 Penyerahan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, PIHAK KEDUA menerima penyerahan tersebut dan mendayagunakan seoptimal mungkin bagi kepentingan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 3 Berita Acara Serah Terima ini dibuat untuk disampaikan kepada PIHAK PERTAMA (bermeterai), PIHAK KEDUA (bermeterai), Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan Nasional, Ketua DPRD Provinsi ., Ketua DPRD Kabupaten/Kota ., Kepala Bappeda Provinsi ., Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi ., Kepala Biro Pengelolaan Aset Setda Provinsi ., Kepala Biro Organisasi Setda Provinsi ., Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi ., Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi ., Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi ., Kepala Dinas Pendidikan Provinsi ., Kepala Kantor Arsip Daerah Provinsi .., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ., Bagian Umum, Perlengkapan dan Aset Setda Kabupaten/Kota ., Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Kabupaten/Kota ., . Dan lain-lain sesuai kondisi dan kebutuhan daerah provinsi dan kabupaten/kota yang terkait.

PIHAK KEDUA ..

PIHAK PERTAMA . DILAKUKAN DIHADAPAN KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA . . KETUA DPRD PROVINSI . ..

LAMPIRAN I BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA .. KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI .

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

211

Belajar Untuk Masa Depanku

NOMOR:

--------------------------------

NAMA-NAMA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA ..:..


NO. NAMA NIP TEMPAT/ TGL LAHIR PENDIDIKAN (KUALIFIKASI DAN BIDANG STUDI)
JABATAN STATUS KEPEGAWAIAN PANGKAT/ GOLONGAN TEMPAT

PNS

SMP ..

PIHAK KEDUA .. DILAKUKAN DIHADAPAN KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA . . KETUA DPRD PROVINSI . ..

PIHAK PERTAMA .

LAMPIRAN II BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA .. KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI . --------------------------------

NOMOR:

212

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

SARANA DAN PRASARANA KABUPATEN/KOTA ..:.. A. BARANG TIDAK BERGERAK/TANAH/BANGUNAN


NO. NAMA BARANG KONDISI LUAS LOKASI STATUS ASAL USUL HARGA KETERANGAN

B. BARANG BERGERAK/INVENTARISASI LAINNYA


NO. NAMA BARANG KONDISI LUAS LOKASI STATUS ASAL USUL HARGA KETERANGAN

PIHAK KEDUA ..

PIHAK PERTAMA . DILAKUKAN DIHADAPAN KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA . . KETUA DPRD PROVINSI . ..

LAMPIRAN ........................ BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA .. KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI . --------------------------------

NOMOR:

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

213

Belajar Untuk Masa Depanku

PIHAK KEDUA ..

PIHAK PERTAMA .

DILAKUKAN DIHADAPAN KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA .

KETUA DPRD PROVINSI .

.. LAMPIRAN-4: PANDUAN PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA RINTISAN SBI A. Pendahuluan Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) kurikulum SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan global, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk
214

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

menciptakan tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter nasional. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Model pembelajaran kurikulum SBI yang mengarah kepada pembelajaran terpadu antar bidang IPA merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada kegiatan pendidikan. Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik. Pembelajaran ini merupakan model yang mengarah pada integrasi beberapa pokok bahasan secara tematik. Melalui pembelajaran IPA yang terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga peserta didik memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif. B. Persyaratan Pengelolaan Proses Pembelajaran IPA 1. Jumlah maksimum peserta didik setiap rombongan belajar adalah 24 peserta didik. 2. Penyiapan pelaksanaan pembelajaran IPA dalam SBI diperhitungkan sebagai beban tugas dengan kesetaraan 2 jam persiapan setara dengan 1 jam tatap muka. 3. Buku teks IPA berbahasa Inggris merupakan salah satu sumber belajar dalam pembelajaran IPA. Rasio antara jumlah buku teks dan jumlah siswa adalah 1 : 1. 4. Pengaturan tempat duduk disesuaikan dengan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

215

Belajar Untuk Masa Depanku

5. Materi pelajaran disesuaikan dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik. 6. Laboratorium memiliki peralatan dan bahan yang memadai, serta laboran. 7. Sekolah memiliki perangkat TIK berbasis internet. 8. Menerapkan sistem siswa pindah kelas (moving class). C. Perencanaan Pembelajaran IPA 1. Rencana pembelajaran IPA disusun dengan memperhatikan perbedaan individu peserta didik. 2. Rancangan proses pembelajaran IPA harus mampu mendorong partisipasi aktif peserta didik. 3. Rencana pembelajaran IPA mencerminkan penumbuhan budaya membaca dan menulis. 4. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 5. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, keragaman budaya, dan isu-isu lokal dan global. 6. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi dalam pembelajaran IPA. 7. RPP dikembangkan dalam bahasa Inggris memuat maksimal satu kompetensi dasar untuk satu kali pertemuan atau lebih. 8. Substansi RPP sekurang-kurangnya berisi: SK, KD, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode pembelajaran, Langkah-Langkah Pembelajaran, Sumber belajar, dan Penilaian hasil belajar. 9. Bahan ajar disiapkan dan dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti handout, LKS, modul, dan bahan ajar berbasis TIK. D. Pelaksanaan Pembelajaran IPA 1. Pembelajaran menggunakan bahasa Inggris. 2. Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik berpikir, bersikap, dan bekerja secara ilmiah. 3. Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk belajar secara aktif. 4. Membantu peserta didik mengembangkan kerangka kerja konseptual, mengambil keputusan, dan keterampilan pemecahan masalah. 5. Mendorong peserta didik berdiskusi dan beraktivitas kelompok. 6. Membantu peserta didik mengalami (kognitif, afektif, dan psikomotorik) IPA melalui cara-cara yang bervariasi, menarik, dan menyenangkan. 7. Menilai pemahaman peserta didik sesering mungkin melalui proses pembelajaran. 8. Melatih peserta didik agar dapat mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan mengkomunikasikan data. 9. Menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mengembangkan teknologi sederhana. 10. Melatih peserta didik berkompetisi dan menghargai hasil karya orang lain. 11. Melatih peserta didik untuk melakukan metakognisi mengenai proses dan hasil pembelajarannya. 12. Melatih peserta didik untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui tugas-tugas autentik.

216

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

E. Contoh-contoh RPP yang Membangun Dampak Sertaan Berbeda. 1. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif. 2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. 3. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri dan kolaboratif sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 4. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 5. Mendeskripsi gejala alam dan sosial. 6. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab. 7. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

PANDUAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA RINTISAN SBI A. Prinsip 1: Pembelajaran Bahasa secara Terpadu Pengembangan kompetensi mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis dalam proses pembelajaran hendaknya selalu diupayakan dalam bentuk kegiatan berbahasa terpadu yang melibatkan lebih dari satu keterampilan berbahasa. 1. Aplikasi (contoh-contoh) Pengembangan kompetensi mendengarkan dapat dikaitkan dengan kegiatan berbicara atau menulis. Demikian juga, pengembangan kompetensi membaca dapat dikaitkan dengan kegiatan berbicara atau menulis. Jika ini dilakukan, maka fungsi kegiatan berbicara atau menulis adalah sebagai indikator dikuasainya kompetensi mendengarkan atau membaca. Dalam mengembangkan kompetensi berbicara, para siswa diminta untuk mendengarkan teks lisan dan/atau membaca teks tulis tentang suatu topik yang serupa, kemudian berdasarkan apa yang telah didengarkan dan/atau dibaca tersebut, siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya secara lisan (pengembangan kompetensi berbicara). Dengan cara demikian, para siswa juga dilatih mengembangkan keterampilan berpikir secara kritis melalui komunikasi lisan. Dalam mengembangkan kompetensi menulis, para siswa diminta untuk mendengarkan teks lisan dan/atau membaca teks tulis tentang suatu topik yang serupa, kemudian berdasarkan apa yang telah didengarkan dan/atau dibaca tersebut, siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya secara tertulis (pengembangan kompetensi menulis). Melalui kegiatan ini, keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan bersamaan dengan pengembangan keterampilan menulis dengan menggunaan ragam bahasa formal.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

217

Belajar Untuk Masa Depanku

Selain kegiatan berbicara atau menulis secara terpadu, kegiatan berbicara atau menulis dapat juga dilakukan secara mandiri dari segi isi atau ide yang diungkapkan. Kegiatan berbicara atau menulis tentang dirinya sendiri (latar belakang pendidikan, latar belakang keluarga, pengalaman diri sendiri) termasuk kegiatan yang mandiri, yaitu semua informasi yang dipaparkan berasal dari dirinya sendiri, bukan berasal dari apa yang baru saja didengar atau dibaca.

2. Implikasi Perlu dikembangkan dan/atau dihimpun bahan-bahan ajar dalam bentuk teks tulis dan lisan dari berbagai sumber seperti koran, majalah, TV (rekaman atau langsung), internet, dan radio (rekaman atau langsung), yang berisi topik-topik yang relevan sehingga dapat digunakan untuk pengembangan kegiatan pembelajaran yang diarahkan untuk membentuk kompetensi berbicara dan menulis yang sekaligus membentuk kompetensi mendengarkan dan membaca. Perlu diselenggarakan sarasehan para guru sesama pengajar Bahasa Inggris (misalnya dalam wadah MGMP) untuk mengembangkan dan/atau menghimpun bahan ajar seperti tersebut di atas. Selain mengembangkan dan/atau menghimpun bahan ajar, sarasehan guru juga dapat diarahkan untuk secara bersama-sama memikirkan pengembangan strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk membantu para siswa menguasai kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan.

B. Prinsip 2: Selalu saling belajar Proses pembelajaran hendaknya memberdayakan semua pihak melalui strategi yang memungkinkan terjadinya proses saling belajar secara berkelanjutan sehingga sekolah akan berkembang menjadi organisasi pembelajaran. Pengembangan profesional secara berkelanjutan bagi guru dapat dilakukan dengan melakukan penelitian tindakan kelas. 1. Aplikasi (contoh-contoh) Potensi unik masing-masing siswa dimanfaatkan untuk mengatasi kendala yang ada demi peningkatan efektivitas pembelajaran. Misalnya, siswa yang lafalnya bagus diminta memberikan contoh atau menjadi tutor bagi teman-temannya, dan mereka yang mahir menulis diminta untuk menjadi tutor bagi siswa yang memerlukannya. Mereka yang pintar menggambar diminta untuk membuat ilustrasi bagi cerita yang dibuat temannya. Siswa difasilitasi untuk dapat mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya dan mengenali kelebihan orang lain yang dapat membantunya untuk mengatasi kekurangan dirinya lewat diskusi reflektif berdasarkan data penilaian. Siswa dilatih untuk menyimak siswa lain yang sedang menjawab pertanyaan atau berpendapat dan diminta mensikapi jawaban atau pendapat tsb. Guru dengan senang hati bersedia menerima kritik dan saran siswanya, baik dalam hal cara mengajarnya, cara memperlakukan siswanya, kinerja bahasa Inggrisnya, dan sikap sosialnya serta penampilan fisiknya. Pada saat yang tepat, guru berani mengakui kekurangan dan kesalahan di depan siswasiswanya. Dari waktu ke waktu, dalam situasi yang tepat, guru mengajak siswa untuk bersamasama meningkatkan diri.

218

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Sesama guru bahasa Inggris saling mengamati proses pembelajaran di kelas dan saling memberikan masukan untuk kemajuannya, dan lebih bagus jika dilakukan dengan penelitian tindakan kelas.

2. Implikasi Perlu disusun (1) perangkat instrumen untuk mengenali gaya belajar siswa; (2) perangkat instrumen untuk mengenali tipe kepribadian siswa; (3) perangkat instrumen untuk mengenali strategi belajar yang efektif; (4) perangkat instrumen untuk menilai kinerja guru di kelas; dan (5) sarana komunikasi untuk beri kesempatan kepada mereka yang kurang berani berpendapat secara terbuka. Perlu dilakukan upaya untuk mencapai pemahaman yang sama di antara guru tentang pentingnya suasana demokratis, keterbukaan, partisipasi, dan transparansi, serta pelaksanaannya di kelas. C. Prinsip 3: Belajar Efektif tanpa Tekanan Proses pembelajaran hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 1. Aplikasi (Contoh-contoh) Pelajaran dikaitkan dengan pengalaman siswa di lingkungannya, minat, hobi dan tata nilai mereka (penerapan pendakatan CTL) dengan tetap memperhatikan tingkat perkembangan dan tingkat kemampuan mereka. Berbagai media pembelajaran yang menarik digunakan secara tepat, mulai dari media sederhana sampai dengan media berteknologi. Siswa didorong untuk mengusulkan topik atau kegiatan yang relevan dengan bahan pelajaran. Siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan komunikatif (information gap activities) yang menarik dan menyenangkan sehingga mereka berkesempatan untuk menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dalam suasana yang kondusif. Umpan balik tentang kesalahan (errors) dan kesilapan (mistakes) disampaikan dengan cara yang memberdayakan, yaitu cara yang membuat siswa berterima kasih atas umpan balik tsb. dan mampu memperbaikinya. 2. Implikasi Guru bersikap ramah, suka memberi apresiasi pada saat yang tepat, dan siap membantu ketika siswa dalam kesulitan belajar, bersikap adil serta menghindari kata-kata yang menyakiti perassan siswa. Perlu disusun instrumen untuk mengidentifikasi minat peserta didik. Perlu disediakan berbagai macam media dan permainan bahasa. Perlu disediakan berbagai bahan yang memenuhi kebutuhan belajar siswa sesuai dengan gaya belajarnya. D. Prinsip 4: Belajar Mandiri

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

219

Belajar Untuk Masa Depanku

Proses pembelajaran hendaknya mendorong kemandirian siswa, yang tercermin dalam kemahiran membuat perencanaan belajar, penggunaan strategi belajar yang tepat, dan pencapaian target belajar yang telah ditetapkan sendiri, terutama tingkat kemahiran berbahasa Inggris. 1. Aplikasi (Contoh-contoh) Siswa dibantu dalam mengenali gaya belajar dan tipe kepribadiannya. Siswa didorong untuk menentukan target tingkat kemahiran yang ingin dicapai. Siswa didorong untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar mandiri tak terstuktur secara bertanggung jawab. 2. Implikasi Perlu disusun instrumen identifikasi gaya belajar dan tipe kepribadian. Perlu disusun formulir kontrak belajar, yang diisi oleh siswa dengan target pencapaian belajar dan bagaimana mencapainya, dengan diketahui oleh guru untuk dicocokkan dengan hasil penilaian di akhir semester. Perlu disusun panduan kerja mandiri bagi siswa, yang memuat deskripsi tugas (cakupan, prosedur, dan kriteria penilaiannya). E. Prinsip 5: Belajar sebagai transformasi budaya Proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan tetap menyerap nilai-nilai asing yang mendukung pengembangan potensi peserta didik secara menyeluruh. 1. Aplikasi Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupan yang terkandung dalam teks berbahasa yang dipelajari. Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam teks berbahasa Inggris dan menilai apakah nilai-nilai tsb. bersifat universal atau khas bangsa tertentu, lalu diminta menentukan apakah nilai-nilai tsb. dapat mendukung perkembangan potensi kepribadian siswa sebagai pelajar Indonesia. Siswa dilibatkan membuat aturan untuk kehidupan di kelas agar perilaku warga kelas sesuai dengan kepribadian Indonesia yang dicita-citakan. 2. Implikasi Disediakan bacaan-bacaan, baik umum maupun sastrawi, dan bahan audio dan audiovisual seperti sandiwara dan film yang membahas dan/atau mengandung nilai-nilai kultural. Diadakan berbagai kegiatan yang memungkinkan siswa mengalami praktik nilai-nilai asing yang telah dipilih. F. Prinsip 5: Keteladanan Dalam proses pembelajaran pendidik dan tenaga kependidikan hendaknya memberikan keteladanan dalam bersikap dan berperilaku secara etis, estetis dan intelektual. 1. Aplikasi
220

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Guru menunjukkan rasa hormat kepada siswanya. Guru menunjukkan keadilan terhadap siswanya. Guru menunjukkan kejujuran dalam berurusan dengan siswanya. Guru dengan senang hati menerima kritikan dari muridnya. Guru menjaga agar ucapan dan perilakunya tidak menyinggung perasaan siswa. Guru gemar membaca dan mencari informasi lewat internet. Guru berpakaian sopan dan rapi. Guru menunjukkan rasa cinta terhadap bahasa dan budaya setempat. Guru membedakan urusan pribadi dan urusan dinas. Guru bersikap kritis terhadap informasi apapun yang diterimanya.

2. Implikasi Siswa bersama guru membuat pedoman tentang perilaku-perilaku yang disarankan untuk dilakukan dan yang dilarang. Siswa bersama guru membuat aturan tentang cara berpakaian. Untuk guru disediakan peralatan ICT yang mencukupi. Untuk guru disediakan buku-buku yang memadai sebagai referensi pengembangan diri. Untuk siswa disediakan sumber belajar, termasuk buku-buku sastra. G. Prinsip 6: Pembelajaran mendorong kreativitas Proses pembelajaran hendaknya mengacu pada kurikulum yang berlaku dengan tetap memberi peluang untuk berkreativitas demi tercapainya kualitas yang lebih tinggi. Aplikasi (Contoh-contoh) Jika kondisi dan situasi telah memungkinkan hendaknya diselenggarakan kelas yang berpindah (moving class). Proses pembelajaran hendaknya didukung oleh optimalisasi pemanfaatan sarana teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Pengembangan pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil evaluasi internal (selfassessment, peer-assessment, school review) dan evaluasi eksternal (akreditasi dan ujian) Siswa dan guru didorong untuk menciptakan karya-karya yang menggali kreativitasnya, misalnya menciptakan teks drama, puisi, ceritera pendek, kuis dan artikel yang mengandung gagasan inovatif.

PANDUAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA RINTISAN SBI A. Pengantar

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

221

Belajar Untuk Masa Depanku

Seorang guru yang baik adalah guru yang mengenali karakteristik siswanya dan menggunakan pengetahuannya untuk merancang kegiatan belajar yang bermanfaat bagi siswanya. Selain itu, guru juga harus mengenal tujuan dari belajar materi ajarnya. Karena itu, di dalam panduan ini disajikan beberapa hal tentang karakteristik siswa, tujuan belajar matematika, dan implikasinya dalam pembelajaran matematika. Khusus untuk Sekolah Bertaraf International, di samping semua hal di atas, guru juga perlu memiliki kemampuan menyajikan pembelajaran matematika dalam bahasa Internasional yang disepakati. B. Karakteristik Siswa Ketika hendak membelajarkan siswa, beberapa karakteristik berikut perlu disadari oleh para guru. 1. Siswa datang ke kelas tidak dengan kepala kosong. Betapapun naif dan kacau struktur pengetahuannya, mereka memiliki pemahaman dan persepsi diri terhadap materi yang akan dibelajarkan kepada mereka. 2. Siswa mengolah semua informasi yang ada dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. 3. Siswa lebih mengerti ketika belajar dengan berbuat daripada hanya sekedar mendengar dan/atau melihat. 4. Siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik jika diberi kesempatan bekerja sama. 5. Siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat jika hal yang dipelajari bersifat menantang dan dipandang memberikan manfaat. Sehubungan dengan hal-hal di atas, beberapa hal berikut perlu mendapatkan perhatian para guru. 1. Sebelum mengenalkan materi baru, guru perlu melakukan asesmen (terutama asesmen informal) terhadap bekal pengetahuan, pengalaman, keterampilan, bahkan harapan yang dibawa siswa ke dalam kelas. Bentuk asesmennya bisa dengan cara membuat peta konsep, atau sekedar tanya jawab. 2. Bekal yang dimiliki siswa hendaknya diperhatikan dan dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa. Pembelajaran harus berangkat dari apa yang dikenal siswa. 3. Alat peraga manipulatif perlu disediakan sebanyak mungkin dalam pembelajaran konsep matematika. Kalau alat peraganya hanya satu, alat peraga tersebut tidak lagi berstatus kongkrit, tetapi sudah semi abstrak, dan tidak mudah untuk diotak-atik (dimanipulasi) dengan tangan siswa secara efisien. 4. Pembelajaran matematika hendaknya mendorong terciptanya pembelajaran kooperatif. Guru dapat mengembangkan atau memodifikasi nama dan langkahlangkah pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Namun demikian, pembelajaran kooperatif ini hendaknya jangan menjadi obsesi. Tidak setiap informasi cocok disajikan dengan kooperatif. Ada informasi yang menuntut pembelajaran klasikal, dan ada pula yang secara individual. 5. Tugas yang diberikan hendaknya bersifat menantang dan bermakna. Suatu tugas akan menantang siswa belajar jika tugas tersebut tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sulit. Suatu tugas dipandang bermakna bagi siswa kalau tugas tersebut membantu siswa menghubungkan materi yang satu dengan yang lain, dan mampu meningkatkan bekal yang memadai untuk mempelajari materi berikutnya, serta mengatasi masalah sehari-hari.

222

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

C. Tujuan Belajar Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam kehidupan. Kemahiran matematika dipandang sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran pada jenjang lebih lanjut atau untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Namun demikian, selama ini pembelajaran matematika masih belum mampu menjadikan anak mahir matematika. Menurut National Research Council (2001) seorang anak dikatakan mahir dalam matematika bila pada diri anak itu terdapat 5 komponen yang saling jalin-menjalin sebagai berikut: 1. pemahaman konsep: penguasaan terhadap konsep, operasi, dan relasi matematika 2. kelancaran prosedur: keterampilan dalam menjalankan prosedur secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat 3. penalaran adaptif: kemampuan merumuskan, menyajikan, dan memecahkan masalah matematika 4. kompetensi strategis: kemampuan melakukan pemikiran logis, refleksi, menjelaskan, dan memberikan justifikasi 5. disposisi positif : kecenderungan memandang matematika sebagai sesuatu yang masuk akal, bermanfaat, berharga, diiringi dengan kepercayaan tentang kemampuan diri dan perlunya ketekunan Di samping itu, kehidupan di abad ke-21 (abad teknologi) menuntut setiap insan mahir dalam sedikitnya 4 hal berikut, yaitu: 1. Mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang ada saat ini hampir selalu berubah, bahkan hanya dalam hitungan detik. Setiap saat manusia ditawari dengan teknologi baru yang menggiurkan dan membantu penyelesaian tugas secara lebih efektif dan efisien. Karena itu, pembelajaran matematika perlu membantu siswa memiliki kemampuan untuk mengikuti perkembangan teknologi yang ada. 2. Memiliki kemampuan memecahkan masalah. Tidak semua tawaran tersebut sesuai dengan kondisi yang dimiliki seseorang. Ketidaksesuaian itu akan menjadi masalah yang harus dipecahkan. Pembelajaran matematika perlu berkontribusi untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 3. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif. Masalah yang muncul tidak dapat dipecahkan secara individual, namun diperlukan kerja sama pakar-pakar dari berbagai disiplin spesialisasi. Para pakar spesialis dituntut untuk saling bekerja sama dan berkomunikasi secara efektif agar masalah dapat terselesaikan secara komprehensif. Karena itu, pembelajaran matematika perlu menumbuh berkembangnya kemampuan komunikasi. 4. Memiliki tingkat produktivitas tinggi. Hanya dengan menghasilkan sesuatu yang baru dan bermanfaat sajalah seseorang bisa ikut mewarnai kehidupan. Tanpa itu orang tersebut hanya akan menjadi konsumen yang kebingungan. Karena itu, pembelajaran matematika perlu berkontribusi untuk pengembangan daya pikir kreatif dan inovatif ini. D. Implikasi

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

223

Belajar Untuk Masa Depanku

Uraian di atas menunjukkan adanya beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1. penguasaan konsep matematika, 2. kemampuan memecahkan masalah, 3. kemampuan bernalar dan berkomunikasi, 4. kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Terkait dengan hal-hal di atas, di dalam panduan ini dilampirkan pula beberapa contoh perangkat pembelajaran (RPP dan kelengkapannya) yang sengaja difokuskan untuk mengembangkan salah satu atau beberapa dari karakteristik di atas. Ada perangkat pembelajaran yang diarahkan untuk menanamkan konsep, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, mengembangkan daya nalar dan komunikasi, mengembangkan kreativitas, dan kombinasinya. Bahkan, di dalam perangkat pembelajaran yang mengembangkan kombinasi beberapa kemampuan tersebut, dimungkinkan adanya integrasi pelajaran matematika dengan mata pelajaran lain, terutama tata nilai dalam kehidupan. E. Strategi Untuk mencapai SKL tambahan guru dapat menggunakan beberapa strategi, di antaranya: 1. Membiasakan siswa untuk menggali informasi dari website, perpustakaan, atau dari resources yang lain dan diminta untuk menyajikannya kepada stakeholders (temantemannya, guru, atau orangtua, dll) dalam berbagai bentuk: paper, alat peraga, dll 2. Membiasakan siswa untuk menulis jurnal refleksi belajarnya 3. Membiasakan penggunaan software dan hardware matematika dalam kegiatan belajar siswa 4. Membekali guru dalam pelatihan tentang strategi pemecahan masalah 5. Menyisipkan soal-soal non rutin yang menantang (kategori problem solving) secara sistematis dalam pembelajaran atau dalam buku teks PANDUAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA RINTISAN SMP-BI I. Pendahuluan A. Latar belakang Pesatnya perkembanan Teknologi Informasi dan komunikasi dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika. Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut, melalui pembelajaran yang mengembangkan proses kemampuan berfikir untuk menghasilkan karya informasi dan dapat mengkomunikasikan karyanya.

224

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional membawa implikasi terhadap model pembelajaran serta teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik dalam lingkungan yang mendukung. Proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk kegiatan yang menekankan pada pengalaman belajar, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. B. Tujuan Panduan Pembelajaran dan Penilaian TIK ini disusun untuk para pendidik dan tenaga kependidikan dengan tujuan : 1. Memberikan orientasi baru tentang pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2. Memberikan wawasan secara umum tentang pembelajaran yang dilaksanakan pada tingkat kelas. 3. Memberikan rambu-rambu pembelajaran TIK 4. Memberikan prinsip-prinsip pengolahan pembelajara. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi meliputi aspekaspek sebagai berikut. 1. Prinsip-prinsip teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi dan masyarakat, penanganan produk teknologi serta perancangan dan pembuatan produk teknologi. 2. Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi 3. Penggunaan alat bantu untuk memproses dan memindah data dari satu perangkat ke perangkat lainnya.

C.

II. ACUAN PEMBELAJARAN TIK A. Standar Kompetensi Lulusan TIK 1. Memahami prinsip-prinsip teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi dan masyarakat, penanganan produk teknologi serta perancangan dan pembuatan produk teknologi. 2. Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya di masa datang 3. Menguasai dasar-dasar ketrampilan komputer 4. Menggunakan perangkat pengolah kata, pengolah angka, pengolah basis data, pengolah grafis dan pengolah animasi untuk menghasilkan karya informasi 5. Memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk memperoleh informasi

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

225

Belajar Untuk Masa Depanku

B.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK dan KD) Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dimaksud terdapat pada permen DIKNAS no.22 tahun 2005, yang telah dikembangkan menjadi SK dan KD untuk pelaksanaan rintisan sekolah bertaraf internasional. Silabus Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Materi Pokok, Kegiatan pembelajaran, Alokasi Waktu, Sumber Belajar, dan Penilaian. 1. Identitas Mata Pelajaran Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, dan standar kompetensi. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus 2. Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran. 3. Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. 4. Materi Pokok/Pembelajaran Materi Pokok yang dimaksud adalah materi ajar yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (SK dan KD). Materi Pokok disusun atas pertimbangan berikut: a. relevansi materi pokok dengan SK dan KD; b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; c. kebermanfaatan bagi peserta didik; d. struktur keilmuan; e. kedalaman dan keluasan materi; f. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan; g. alokasi waktu. Selain itu juga harus diperhatikan: a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan kesahihannya; b. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa; c. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya; d. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat; e. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut. 5. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah proses penyajian materi ajar yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui

C.

226

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik 6. Indikator Indikator merupakan ciri dari ketercapaian suatu kompetensi dasar. Rumusan Indikator harus sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik serta dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi 7. Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen 8. Alokasi waktu Alokasi waktu pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah 2 jam pelajaran per minggu. Untuk ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu, waktu yang dialokasikan perlu memperhatikan: a. minggu efektif per semester, b. alokasi waktu mata pelajaran, dan c. jumlah kompetensi per semester. 9. Sumber belajar Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, lembar kerja pembelajaran, media cetak, media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut. 1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). 2. Indikator apa sajakah yang harus ditentukan untuk mencapai Kompetensi Dasar. 3. Materi Pokok apa sajakah yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk mencapai Kompetensi Dasar. 4. Kegiatan pembelajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan objek belajar. 5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai. 6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Kompetensi Dasar tertentu. 7. Sumber Belajar apa sajakah yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tertentu. D. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksana pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Di dalam RPP secara rinci meliputi Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian 1. Tujuan Pembelajaran

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

227

Belajar Untuk Masa Depanku

2.

3.

4.

5.

6.

Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus. Metode Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan. Sumber Belajar Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Penilaian Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.

III. KOMPONEN PENDUKUNG PEMBELAJARAN (TIK) A. Siswa Dalam pembelajaran TIK siswa diberi banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Siswa lebih banyak melakukan sesuatu daripada hanya mendengar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Mereka menyelidiki fenomena TIK dengan melakukan berbagai kegiatan menggunakan alat dan media yang nyata dan belajar dari apa yang mereka lakukan. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk memilih pendekatan dan merencanakan waktu serta kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sendiri. Dengan demikian kondisi ini akan meningkatkan motivasi siswa dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

228

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Interaksi antar siswa sangat ditekankan di dalam pembelajaran TIK. Siswa belajar secara mandiri dan berkelompok, sehingga mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan diri, saling bertukar pikiran, saling membantu dan mengungkapkan gagasannya terhadap persoalan tertentu. Siswa saling mendengarkan gagasan yang dikemukakan, berusaha untuk saling meyakinkan argumentasi mereka dan mencapai kesepakatan atas solusi yang paling memungkinkan. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam mengemukakan pendapat serta sikap kritis terhadap permasalahan TIK. Pembelajaran TIK harus membangun karakter dan kemampuan berpikir siswa melalui tahapan-tahapan berikut: Mengungkapkan ide Melalui proses berpikir siswa menemukan gagasan untuk menyelesaikan suatu masalah Pembuatan rancangan (desain), Ide yang diperoleh siswa kemudian didesain sebagai perencanaan penyelasaian masalah, dapat berupa gambar(sketsa, flowchart) atau yang lainnya. Membuat Produk Desain yang sudah dibuat diimplemantasikan melalui pengerjaan untuk menghasilkan produk Melakukan pengujian. Siswa melakukan evaluasi kelayakan (fungsi, manfaat, standar) produk yang dihasilkannya. B. Guru Guru mempunyai peranan yang penting dalam membimbing dan mendorong siswa. Dalam pembelajaran TIK, guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator. Sebelum pelajaran dimulai, guru menyiapkan bahan dan meyakinkan bahwa bahan-bahan yang diperlukan sudah tertata dan tersedia. Di awal pelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan cara yang menarik dan menantang imajinasi siswa. Kemudian guru mengajak dan mendorong siswa melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri temanya. Selama kegiatan berlangsung, guru harus selalu siap memberikan bantuan jika diperlukan, tetapi tidak memberikan jawaban semuanya, melainkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan pendekatan dan strategi masing-masing. Guru mendorong siswa memikirkan solusi yang memungkinkan dan mendiskusikannya dengan teman-temannya. Pada akhir kegiatan guru membahas hasil-hasil kelompok yang difokuskan pada perbedaan dan persamaan yang pokok. Guru mendorong para siswa untuk turut mengambil bagian dalam diskusi mencari solusi. Guru juga membuat ringkasan hasil-hasil kegiatan yang utama dan membantu siswa untuk menarik kesimpulan. Guru juga harus menjamin bahwa pembelajaran TIK disesuaikan dengan keragaman kemampuan dan latar belakang siswa yang bermacam-macam. Keragaman yang terjadi pada siswa terletak pada: 1. Kemampuan untuk bekerja secara mandiri Siswa yang tidak biasa bekerja mandiri membutuhkan lebih banyak bimbingan dan petunjuk tentang cara melakukan kegiatan. 2. Kemampuan dan pendekatan dalam belajar

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

229

Belajar Untuk Masa Depanku

3.

Sebagian siswa senang melakukan kegiatan-kegiatan nyata. Sebagian lagi lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang melibatkan konsep dan fenomena yang abstrak. Ada juga perbedaan yang terjadi antara siswa yang cepat dan lambat dalam belajarnya, Bagi siswa yang cepat dalam belajar perlu diberi tugas-tugas tambahan. Siswa yang mengalami masalah dalam membaca, tugas-tugas yang diberikannya perlu disertai dengan gambar-gambar dan menggunakan bahasa yang sederhana. Motivasi mempelajari TIK Untuk meningkatkan motivasi siswa, perlu memasukkan tugas-tugas yang ada kaitannya dengan situasi kehidupan sehari-hari dan minat atau keinginan pribadi, tugas yang akan menghasilkan sesuatu yang menarik dan nyata, serta memberikan siswa kesempatan untuk melakukan kontrol atas kegiatan pembelajaran mereka.

C. Alat Bantu Pembelajaran 1. Alat dan Bahan Alat Bantu mengajar merupakan sarana/alat pendukung dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat berupa media cetak, media elektronik, prototipe, trainer, kondisi lingkungan dan sebagainya. Alat bantu pembelajaran ini dikembangkan agar siswa mudah mempelajari materi pelajaran, memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. 2. Tempat Belajar. Tempat belajar yang dimaksud adalah tempat di mana proses pembelajaran TIK berlangsung. Tempat ini bisa laboratorium komputer, kelas, ruang kerja bagi penerapan pembelajaran teknologi dasar dan diluar sekolah. D. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan manusia, alat kerja, bahan dan ruang tempat kerja. Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja perlu ditekankan kepada semua pihak yang berhubungan dengan pembelajaran TIK di sekolah karena bertujuan memberikan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, untuk melindungi siswa dalam melakukan pekerjaan, meningkatkan hasil produk dan produktivitas kerja serta menjamin terpeliharanya keselamatan peralatan secara aman dan efisien. IV. PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TIK A. Penyiapan Alat dan bahan Pembelajaran TIK 1. Penyiapan bahan ajar Penyampaian materi pelajaran dan seluruh aktivitas dalam proses belajar mengajar TIK sudah dirancang dan disajikan dalam bentuk bahan ajar. Oleh karena itu bahan ajar memegang peran yang penting dalam aktivitas belajar mengajar TIK. Langkah-langkah yang diperlukan dalam penyiapan bahan ajar yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut : a. Bahan ajar yang akan digunakan harus dibahas terlebih dahulu dengan tim guru TIK untuk melihat kelebihan dan kelemahannya disesuaikan dengan stuasi, kondisi dan kebutuhan sekolah.

230

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

2.

b. Setelah kelemahan bahan ajar tersebut diketahui maka kelemahan itu diperbaiki atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah, sedangkan kelebihannya diberi penguatan. c. Setelah bahan ajar diperbaiki selanjutnya bahan ajar tersebut diperbanyak sesuai dengan jumlah siswa. Penyiapan Lembar Kerja Lembar kerja adalah panduan kerja/praktik yang digunakan dalam proses pembelajaran yang meliputi langkah-langkah kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan. Penyiapan alat dan bahan Kegiatan belajar mengajar TIK membutuhkan peralatan yang sesuai dengan SK dan KD yang akan dicapai. Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran TIK adalah sebagai berikut : a. Melakukan analisis kebutuhan alat yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. b. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut. Apakah alat masih baik atau sudah rusak atau mungkin alat tersebut tidak tersedia di Laboratorium. c. Jika alat tersebut rusak atau tidak ada di laboratorium, maka alat itu harus diperbaiki atau membeli yang baru. Pembuatan produk sebagai akumulasi proses berpikir melalui aktivitas menemukan ide, mendesain, membuat, dan menguji memerlukan bahan. Bahan tersebut jenisnya bergantung kepada kompetensi yang akan dicapai. Banyaknya bahan juga bergantung pada disain yang dibuat oleh siswa. Oleh karena itu dalam pengadaan bahan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Melakukan analisis kebutuhan bahan berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran. b. Bahan-bahan yang dibutuhkan disiapkan berdasarkan hasil analisisnya. c. Bahan yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan sekolah.

3.

B.

Strategi Pembelajaran Beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan dalam mata pelajaran TIK adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh. 2. Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah ditetapkan. 3. Pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang tersedia 4. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran materi tertentu). 5. Pembelajaran memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

231

Belajar Untuk Masa Depanku

6. Sifat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam program TIK adalah : Teori dan Praktek yang mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata pelajaran TIK 7. Pembelajaran didasarkan pada teori konstruktivisme. Dalam pelaksanaannya sebaiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan/atau analisis sistem yang dicapai melalui aktivitas belajar sambil melakukan (Learning by Doing). Pemberian peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru 8. Metoda pembelajaran: demonstrasi, diskusi, studi kasus, percobaan, dan pembuatan karya bidang TIK. Pendekatan dan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran TIK adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan Pembelajaran a.Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pembelajaran pada program TIK untuk memperoleh pandangan yang lebih baik dan komprehensif mengenai produk produk teknologi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman yang utuh dan benar terhadap suatu produk teknologi diharapkan siswa dapat menggunakan produk-produk tersebut lebih optimal, aman dan bertanggung jawab. Untuk jangka panjang, pendekatan ini berfungsi untuk melakukan inovasi (pengembangan) suatu produk. b. Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah melalui proses berpikir yang sistematis. 2. Metode Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Contoh : Metode ceramah. Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah. Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang umum digunakan, diantaranya adalah : a. Metode Tanya jawab Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik. b. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.

232

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan. c. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat. d. Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan. Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja. e. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulangulang oleh siswa.
f.

Metode Tutorial/Bimbingan Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

233

Belajar Untuk Masa Depanku

Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini: - Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip. - Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok. - Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya. - Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir sendiri. - Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan. 3. Pengelolaan kelas Pengorganisasian kelas dilakukan dengan cara: bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran TIK lebih menekankan pada pengertian pengorganisasian siswa pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar selama satu periode atau jangka waktu tertentu. Sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran TIK, maka dalam satu periode pembelajaran siswa akan melalui/mengikuti proses pembelajaran yang bersifat Teoritis, Praktik dan Praktikum. Mengingat jumlah siswa dalam satu kelas relatif besar serta adanya keterbatasan sarana pembelajaran khususnya peralatan, maka pengorganisasian siswa perlu direncanakan oleh guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar program TIK. Melalui pengorganisasian kelas yang baik diharapkan setiap siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang adil dan merata saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pengelolaan kelas atau pengorganisasian siswa dalam pembelajaran TIK dapat dibedakan atas 2 bentuk, yaitu : - Pengorganisasian siswa secara klasikal (sistem seri) - Pengorganisasian siswa secara kelompok atau grouping (sistem paralel-rotasi). 4. Pelaksanaan Pengorganisasian kelas secara klasikal adalah mengkondisikan semua siswa memperoleh materi pembelajaran yang sama pada waktu proses belajar mengajar yang sama berlangsung. Pengorganisasian dengan cara ini dalam pembelajaran TIK umumnya dilakukan pada saat materi pendahuluan atau meteri-materi yang sifatnya konsep yang dibahas secara teoritis. Beberapa materi yang dikerjakan secara proyek, pengelolaan kelasnya juga menggunakan cara klasikal. Dalam pengorganisasian siswa secara kelompok, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar dan masing-masing kelompok mendapatkan materi

234

Direktorat Pembinaan SMP -

QEC24711

Belajar Untuk Masa Depanku

pembelajaran yang berbeda pada saat proses belajar mengajar yang sama. Agar pada akhir kegiatan atau periode pembelajaran semua siswa mendapatkan materi yang sama maka dilakukan sistem rotasi. Pengorganisasian secara kelompok ini digunakan untuk pembelajaran materimateri TIK yang proses pembelajarannya bersifat Praktik atau Praktikum alat di sekolah terbatas.

QEC24711

- Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI

235

You might also like