You are on page 1of 49

MODUL PELATIHAN FASILITATOR STBM INTEGRASI PEMICUAN STOP BABS DAN CTPS

Daftar Isi
Kata Pengantar . Definisi dan Pengertian Dasar Bagian 1, Membangun Komitmen dan Seleksi Lokasi serta Fasilitator . A. PENDEKATAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH . B. MEMILIH LOKASI DAN CALON FASILITATOR .. Bagian2, Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan .. A. Sesi PEMBUKAAN .. B. Sesi ORIENTASI PELATIHAN SPB-B.1 Perkenalan dan Pencairan Suasana . SPB-B.2 Pemetaan pemahaman dan kapasitas peserta .. SPB-B.3 Harapan dan Kekawatiran .. SPB-B.4 Tujuan dan Alur Pelatihan . SPB-B.5 Kontrak Belajar C. Sesi PENDEKATAN CLTS DALAM KOMPONEN PERILAKU HIGIENIS (BAB+CTPS) . SPB-C.1 Pemetaan sejarah program PHBS (Hygiene) dan Sanitasi .. SPB-C.2 Tangga Perubahan Perilaku Pilar-pilar STBM SPB-C.3 Tinja dan Penyakit Menular . 3.1. Diagram F .. 3.2. Blocking, cara pencegahan penularan penyakit . SPB-C.4 Penerapan Pendekatan CLTS dan upaya perubahan perilaku higienis BAB dan CTPS . 4.1. Pengalaman CLTS di berbagai Negara/Daerah 4.2. Prinsip-prinsip CLTS . 4.3. Tiga Fondasi PRA dalam CLTS .. 4.4. Tingkatan Partisipasi .. D. Sesi TAHAPAN PROSES FASILITASI DI MASYARAKAT .. SPB-D.1 Gambaran Umum Tahapan Pemicuan .. SPB-D.2 Alat-Alat Utama PRA dalam CLTS .. SPB-D.3 Elemen-Elemen Pemicu dan Faktor Penghambat Pemicuan . SPB-D.4 Demonstrasi Alat-Alat Utama PRA dalam CLTS SPB-D.5 Apa yang harus dilakukan (do) dan dihindari (dont) .. E. PRAKTEK LAPANGAN DAN PERENCANAAN BERSAMA MASYARAKAT .. SPB-E.1 Persiapan Lapangan . SPB-E.2 Pelaksanaan Praktek Pemocuan dan Perencanaan di Masyarakat SPB-E.3 Kompilasi Temuan Hasil Praktek Lapangan dan Pelaporan . SPB-E.4 Diskusi Pleno dengan Masyarakat dan Parapihak .. halaman 2 4 6 6 6 8 8 9 9 10 12 14 15 18 18 21 22 22 24 26 27 28 29 30 32 33 33 33 34 36 37 37 39 40 41

F. REFLEKSI TEMUAN PRAKTEK LAPANGAN . 43 SPB-F.1 Refleksi Temuan Praktek Lapangan .. 43 SPB-F.2 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut dan Komitmen Bersama .. 43 G. PEMETAAN PEMAHAMAN AKHIR, EVALUASI PELATIHAN DAN PENUTUPAN . SPB-G.1 Pemetaan Pemahaman Akhir Peserta dan Pembelajaran .. SPB-G.2 Evaluasi Pelatihan . SPB-G.3 Penutupan . 45 45 46 46
1

Kata Pengantar
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk menurunkan angka kejadian diare dan meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. STBM dapat mendukung tercapainya Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Pemerintah Indonesia mencanangkan 20.000 desa kegiatan STBM sampai dengan tahun 2014. Pelaksanaan STBM dilakukan menggunakan tiga komponen pendekatan yaitu Penciptaan Lingkungan yang mendukung, Peningkatkan Kebutuhan sanitasi (Demand) dan Peningkatan penyediaan sanitasi (Supply) seperti tergambar dalam diagram dibawah ini.

Pen ingkatan lingkun gan yang ko ndusif

Dukungan politis, Peningkatan kapasitas, Pembiayaan, Monev

Ins tusionalisasi

Penin gkatan Kebutuhan sanitasi Pemicuan, Komunikasi Perubahan Perilaku /ICC

Peningkatan penyediaan san itasi Riset Pasar, Strategi Pemasaran, Opsi pilihan Kewirausahaan

Lingkup sanitasi dalam STBM meliputi 5 pilar yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Stop BAB sembarangan, Cuci tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air minum dan makanan dalam rumahtangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan, Pembuangan saluran limbah cair rumah tangga secara aman.

Dalam upaya meningkatkan kebutuhan sanitasi (demand) masyarakat terhadap sanitasi dilakukan melalui perubahan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat. Untuk merubah perilaku ini digunakan 2 metode pendekatan yaitu metode promosi sanitasi menggunakan materi komunikasi perubahan perilaku (Behavior Change Communication/BCC) dan metode pemicuan menggunakan metode CLTS (Community Lead Total Sanitation).
2

Modul ini disusun sebagai materi training pemicuan perubahan perilaku menggunakan metode CLTS, terutama untuk memicu perubahan perilaku pada pilar 1 stop BAB sembarangan dan pilar 2 membiasakan perilaku Cuci tangan pakai sabun. Modul ini terdiri dari 3 bagian. Bagian 1, membangun komitmen dan seleksi lokasi serta fasilitator. Bagian 2, pelaksanaan pelatihan pemicuan dan Bagian 3, berkaitan dengan referensi beberapa jenis permainan. Tentu masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai situasi dan kondisi daerah masing-masing.

Definisi dan Pengertian Dasar


Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. 2. Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas. 3. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga. 4. Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggungjawab dalam rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya. 5. ODF (Open Defecation Free) Stop BABS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas jamban sehat. 6. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. 7. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara benar dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. 8. Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah. 9. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga yang meliputi 5 (lima) kunci keamanan pangan yakni: (i) menjaga kebersihan, (ii) memisahkan pangan matang dan pangan mentah, (iii) memasak dengan benar, (iv) menjaga pangan pada suhu aman, dan (v) menggunakan air dan bahan baku yang aman. 10. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. 11. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. 12. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 13. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 14. Peningkatan kebutuhan sanitasi adalah upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter. 15. Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi.
4

1.

16. Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta. 17. Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari satu keluarga, biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan keterbatasan lahan. 18. Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur pencapaian seperangkat indikator yang dijadikan standar. 19. LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. 20. Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut. 21. Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan disepakati oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator. 22. Pemicuan adalah upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higiene dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatory berprinsip pada pendekatan CLTS (Community-Led Total Sanitation) 23. Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati bersama; misal: mencapai status SBS. 24. Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) / Stop BABS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu, mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM. 25. Desa/Kelurahan Berperilaku Hygiene lainnya, selain menyandang status ODF, 100% rumah tangga memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperti memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100% rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan dan air minum rumah tangga. 26. Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status Berperilaku Hygiene lainnya, 100% rumah tangga melaksanakan semua pilar. Desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait seluruh Pilar 1-5 STBM, artinya mencapai status Sanitasi Total. Untuk poin 23 26 merupakan langkah-langkah perkembangan visi STBM terkait dengan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat, belajar dari pengalaman global yang memperlihatkan bahwa beberapa perilaku hygiene yang tidak dapat dipromosikan untuk seluruh rumah tangga secara bersamaan. Promosi perubahan perilaku kolektif harus berfokus pada satu atau dua perilaku yang berkaitan pada saat bersamaan.

BAGIAN 1, MEMBANGUN KOMITMEN DAN SELEKSI LOKASI SERTA FASILITATOR A. PENDEKATAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH
PENGANTAR: Pendekatan kepada pemerintah daerah sangat diperlukan. Pada tahapan ini dilakukan penggalian informasi awal tentang program-program serta upaya pemerintah daerah terutama terkait program hygiene dan sanitasi yang telah dilaksanakan di suatu daerah. Pada tahapan ini pula dapat menggali kondisi kepemimpinan atau siapa yang paling berpengaruh di lingkungan/ komunitas daerah tersebut, kondisi geografi/ sosial/ budaya/ fisik, dan institusional lain yang mempengaruhi program hygiene dan sanitasi. Komitmen harus menjadi perhatian penting bagi Pemerintah Daerah. TUJUAN: Mendapat komitmen dan dukungan dari pemerintah daerah untuk keberlanjutan program sanitasi melalui pendekatan STBM Pemetaan awal kondisi hygiene dan sanitasi daerah

WAKTU: 1-3 kali pertemuan METODE: Pertemuan dalam skala kecil, interview kepada petugas Kesling dan Promkes Dinas Kesehatan setempat. PROSES: Melakukan diskusi dengan stakeholder utama di Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mendapatkan data dan informasi terkait dengan program hygiene dan sanitasi di daerah bersangkuan. Kembali menjelaskan tentang kerugian ekonomi jika sanitasi buruk dan manfaat yang diperoleh Pemerintah jika menerapkan STBM dengan memberikan rangkuman 1-2 lembar tentang situasi tersebut.

B. PEMILIHAN LOKASI DAN CALON FASILITATOR


PENGANTAR Penentuan area di tingkat kabupaten didiskusikan dengan pihak dinas kesehatan kabupaten setempat sesuai kriteria yang ditetapkan dan peminatan dari daerah terpilih. Di setiap kecamatan, tim fasilitator dipilih dari beberapa unsur seperti, pendidik, kalangan medis (bidan/perawat), sanitarian/promkes, pengusaha, tokoh yang berpengaruh di masyarakat, Organisasi masyarakat, dll. Informasi, latar belakang dan jumlah fasilitator sangat tergantung kepada potensi setiap daerah dan untuk memastikan bahwa informasi yang dikumpulkan secara lokal tidak terfokus pada satu area tertentu saja. TUJUAN Pemilihan lokasi dan sasaran (fasilitator) sebagai agen perubahan
6

Menciptakan lingkungan yang kondusif mulai dari daerah dan tim fasilitator yang berkomitment untuk mensukseskan program sanitasi melalui pendekatan STBM

WAKTU: Dapat ditentukan oleh pemerintah daerah METODE: Desk Review (dapat diakses dari data-data yang ada di daerah) dan Diskusi. PROSES: Diskusikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten tentang kriteria peserta yang perlu dilatih dan berkomitmen dalam peran-peran pemicuan di komunitas. Sampaikan unsur-unsur yang penting dari peserta supaya tidak hanya dari Dinas Kesehatan, tetapi ada dari unsur pendidik, sanitarian, kalangan medis, kader handal di tingkat, organisasi masyarakat sipil, dll. Lakukan diskusi dengan Kepala Dinas Kesehatan atau bidang yang menangani supaya calon peserta mendapat perhatian dan penugasan khusus dalam pengembangan program STBM di kabupatennya.

Bagian 2: Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan


A. SESI - PEMBUKAAN
Pada sessi ini dapat diminta pemerintah daerah atau bisa diwakili oleh pimpinan yang berpengaruh di lingkungan tersebut untuk memberikan kata sambutan dan pengarahan, sebagai bentuk persetujuan serta dukungan terhadap pelatihan ini. Misalnya Bupati atau Kepala Dinas Kesehatan dapat berperan dalam sessi ini. Pembukaan menjadi bagian penting untuk menunjukkan komitmen Pemerintah Daerah dalam menjalankan program STBM. TUJUAN: Memperoleh dukungan dari pemerintah daerah untuk keberlangsungan pelatihan WAKTU: 30 menit METODE: sesuai dengan kebijakan lokal, namun umumnya dalam bentuk upacara sederhana. MATERI: Laporan Ketua Panitia Sambutan: Tim Pusat dan Bupati Doa Sekilas tentang Program STBM ALAT BANTU: OHP atau LCD PROSES: Sangat tergantung dengan pola acara yang ditentukan dan dipilih oleh Pemerintah Kabupaten, namun secara umum proses pembukaan adalah sebagai berikut: Salam pembuka Laporan Ketua Panitia tentang Kerangka Acuan Pelatihan dan kesiapan pelaksanaan pelatihan Sambutan Tim Pusat untuk menegaskan kebijakan-kebijakan khususnya yang terkait dengan pelaksanaan program STBM dan pelatihan ini Sambutan Bupati untuk menegaskan dukungan Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan program ini, sehingga meningkatkan motivasi peserta dan pihak terkait dalam mensukseskan program ini. Pada kesempatan ini, Bupati membuka secara resmi pelatihan, juga peluncuran program ini. Pembacaan doa. Penjelasan singkat tentang Program STBM oleh Konsultan. Salam penutup. Acara kemudian diistirahatkan (15 menit) untuk memberi waktu kepada para tamu undangan beristirahat sejenak sebelum meninggalkan tempat pelatihan. CATATAN PENTING: Acara pembukaan bisa dimanfaatkan pula untuk sosialisasi dan advokasi program STBM kepada para pihak di tingkat kabupaten, sehingga pemahaman dan dukungan terhadap program di tingkat kabupaten bisa optimal.

B. SESI - ORIENTASI PELATIHAN SPB-B.1 PERKENALAN DAN PENCAIRAN SUASANA


PENGANTAR: Perkenalan merupakan proses yang sangat penting dalam suatu pelatihan. Fasilitator harus menyiapkan suasana para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk fasilitator sendiri, sehingga tercipta suasana akrab dan dinamika positif. Pada saat perkenalan ini tidak saja saling mengenal semata tetapi dapat mencairkan suasana sehingga tercipta suasana kondusif yang mendukung para peserta dapat dengan leluasa mengungkapkan gagasan, ide serta pengalamannya. Proses belajar akan lebih kaya dengan pembuktian yang ada di masyarakat. Untuk pelatihan CLTS, perkenalan ini merupakan pintu masuk yang sangat penting. Perkenalan dinamis akan membantu memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan juga masalah kesehatan secara umum (hygiene and sanitation). TUJUAN: o o o Mencairkan situasi kaku hubungan antar peserta, sehingga mudah bekerjasama dan kondusif. Terjadinya interaksi antar peserta dan fasilitator secara lebih mendalam dan dinamis. Terbentuknya sikap kesetiakawanan, keterbukaan dan kebersamaan antar seluruh peserta.

WAKTU: 30 menit METODE: Permainan kreatif ALAT BANTU: (tergantung kepada permainan yang digunakan). Misalnya: Spidol Kertas Plano Kertas metaplan Bola Plastik/Bola yang terbuat dari kertas Koran PROSES: Perkenalan bisa dilakukan beberapa cara, berikut ini 2 alternatif yang bisa digunakan: Bagilah seluruh partisipan (peserta, fasilitator dan panitia) menjadi beberapa kelompok (5-6 kelompok). Di setiap kelompok setiap individu memperkenalkan dirinya kepada anggota kelompok lainnya (nama lengkap, nama panggilan dan lembaga asalnya serta bisa ditambahkan hal-hal lain seperti: tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, hobby, bintang film yang disukai, dll.). Perkenalan bisa dilanjutkan ke tingkat pleno, misalnya dengan cara meminta kesediaan anggota-anggota kelompok yang memiliki keyakinan bisa memperkenalkan seluruh anggota kelompoknya. Jika seluruh anggota kelompok telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal bersama
9

nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu. Mintalah partisipan berpasang-pasangan, tetapi disarankan untuk berpasangan dengan partisipan lain yang belum/kurang dikenal. Kemudian setiap individu saling memperkenalkan diri kepada pasangannya (nama lengkap, nama panggilan, lembaga asal, tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, dsb.). Jika setiap pasangan sudah selesai saling memperkenalkan dirinya, mintalah setiap pasangan untuk memperkenalkan ke tingkat pleno dengan cara setiap orang memperkenalkan secara rinci tentang pasangannya. Jika seluruh pasangan telah diperkenalkan, cobalah seluruh partisipan untuk menghafal bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Dan mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu. Pencairan suasana ditujukan untuk membangun hubungan antar partisipan yang kondusif (suasana kesetaraan: tidak kaku, tidak formal, tidak ada sekat-sekat) untuk mencapai tujuan pelatihan dalam tingkat optimal. Pada akhir session ini, pastikanlah bahwa seluruh partisipan sudah saling mengenal dan memiliki hubungan yang akrab. CATATAN PENTING: Ada kemungkinan beberapa partisipan tidak mau terlibat dalam perkenalan dan pencairan suasana ini. Ajaklah secara persuasif (dengan melibatkan partisipan lainnya) agar mereka mau terlibat. Jangan paksa mereka, tetapi jangan pula membatalkan proses karena beberapa individu tidak bersedia terlibat. Untuk mempercepat perkenalan, peserta diminta menulis nama panggilan dan asal instansi pada secarik kertas dengan spidol dan ditempelkan pada dada sebelah kiri.

SPB-B.2 PEMETAAN PEMAHAMAN DAN KAPASITAS PESERTA


PENGANTAR Pemetaan kapasitas peserta di awal pelatihan akan sangat membantu melihat sejauhmana pelatihan memberi makna dalam peningkatan kapasitas peserta. Pemetaan juga membantu agar materi/pengetahuan yang akan disampaikan oleh para fasilitator dapat sepenuhnya diserap peserta tanpa ada satu diantara peserta merasa lebih tahu dari yang lain. Demikian juga untuk para fasilitator agar lebih memahami situasi kelas dan peserta pelatihan secara menyeluruh.
10

TUJUAN: Diperolehnya gambaran awal tingkat pemahaman pengetahuan dan ketrampilan peserta berdasarkan penilaian pribadi terhadap materi pelatihan dan sebagai bahan evaluasi di akhir pelatihan. Diperolehnya gambaran tentang materi apa saja yang perlu mendapat penekanan lebih (terkait pemahaman, ketrampilan, strategi, metode, langkah-langkah, dll.)

WAKTU: 30 menit METODE: Penugasan individual secara partisipatory menggunakan 2 cara yang dapat dipilih yaitu: Cara 1: menempatkan diri pada salah satu jari raksasa yang dibuat di lantai, atau Cara 2: memberi tanda (pakai spidol) atau menempelkan dot (kertas warna) pada lembar kertas lebar yang ditempel di dinding. ALAT BANTU: Kertas potong (meta plan) untuk menuliskan materi yang dipetakan (1 lembar untuk 1 pernyataan) dan menulis tingkatan (prosentasi) penguasaan materi oleh peserta. (Cara1): Tali/kapur tulis/spidol untuk menggambar jari tangan raksasa sebagai tempat untuk berdiri peserta dalam mengklasifikasi dirinya, atau (Cara2): Spidol/dot (jika mungkin untuk setiap peserta) dan Kertas karton manila atau Sticky cloth untuk menulis atau menempelkan dot-dot pilihan klasifikasi diri peserta. PROSES: a. Tuliskan materi pelatihan yang akan dipetakan pada kertas potong (meta plan) satu materi pada satu kertas dengan tulisan balok besar. Contoh KONSEP DAN STRATEGI STBM, METODE CLTS, KETRAMPILAN MEMICU, METODE MONEV, dll. tergantung pokok bahasan yang perlu dipetakan. b. Tuliskan pada kertas potong tingkatan/klasifikasi pengetahuan/ketrampilan peserta. Contoh: 0 20%, 21-40 %, 41-60%, 61-80% dan 81-100%. c. Cara-1: Buatlah gambar telapak tangan raksasa dengan 5 jari (jempol, telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking) menggunakan tali, kapur tulis atau spidol. Letakkan masing masing klasifikasi pada jari jari tangan tersebut yaitu mulai tingkatan 0 20% pada kelingking, kemudian tingkat berikutnya pada jari manis dan seterusnya hingga tingkat paling tinggi 81-100% pada jari jempol. Tanyakan kepada peserta seberapa besar tingkat pemahamannya pada materi yang akan diberikan pada pelatihan ini. Tanyakan secara bertahap, (satu persatu materi). Contoh: Seberapa besar anda mengetahui tentang KONSEP DAN STRATEGI STBM?. Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk menempatkan dirinya pada salah satu jari yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri terkait penguasaan materi yang ditanya. Hitung dan catat ada berapa orang yang berdiri pada masing masing jari. Bisa ditanyakan juga secara acak kenapa peserta memilih berdiri pada jari tertentu.

11

Masing-masing Jari dapat diartikan:


1. 2. 3. 4. Jempol: sudah tahu CLTS dan sudah trampil dalam memicu, dan mampu untuk menularkan pengetahuan CLTS kepada orang lain. Telunjuk: sudah pernah melakukan pemicuan, program STBM pendekatannya CLTS Jari Tengah: Tahu tentang prinsip-prinsip CLTS, tahu tentang instrumennya, dan juga tahu tentang elemen-elemennya, dan apa saja yang membuat orang mau berubah Jari manis: Tahu (dari membaca) dan pernah mendengar (dari teman), tahu prinsip-prinsipnya, tetapi tidak tahu tentang elemen-elemennya

d. Cara-2: Siapkan tabel besar pada kertas karton atau sticky cloth, berisi beberapa kolom (sesuai jumlah materi yang dipetakan) dan 5 baris untuk meletakkan klasifikasi tingkat penguasaan peserta terhadap materi sperti 020% pada baris paling bawah, kemudian tingkat berikutnya pada baris ke 4 dan seterusnya hingga tingkat paling atas, 81-100% pada baris ke satu. Tanyakan kepada peserta seberapa besar tingkat penguasaannya pada materi yang akan diberikan pada pelatihan ini. Tanyakan secara bertahap, (satu persatu materi). Contoh: Seberapa besar anda mengetahui tentang KONSEP DAN STRATEGI STBM?. Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk memberi tanda/menempelkan dot pada baris yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri terkait penguasaan materi yang tercantum pada kolom pertama. Hitung dan catat ada berapa orang yang memberi tanda pada masing masing baris. Bisa ditanyakan juga secara acak kenapa peserta memilih baris tertentu. e. Pemetaan ini dilakukan kembali pada sesi akhir pelatihan sebagai bahan evaluasi untuk melihat kemajuan yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta sesuai yang dirasakannya.

SPB-B.3 HARAPAN DAN KEKHAWATIRAN


PENGANTAR Sessi ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran mereka selama mengikuti pelatihan. Harapan yang dimaksud adalah harapan para peserta sebagai output pelaksanaan kegiatan, biasanya berupa tambahan pengetahuan dan peningkatan kwalitas diri. Sedangkan yang dimaksud dengan kekhawatiran peserta biasanya berupa kekhawatiran akan proses yang kurang disukai, waktu yang tidak mencukupi dan tantangan lainnya yang mungkin akan dihadapi. Sessi ini penting dilakukan sebagai bahan masukan bagi tim fasilitator untuk bisa menindak lanjuti harapan dan kekhawatiran apa yang dapat dan yang tidak dapat diakomodir oleh tim fasilitator. Informasi ini juga berguna sebagai indikator evaluasi akhir pelatihan dengan melihat kembali harapan dan kekhawatiran peserta, apa yang bisa dicapai dan yang tidak. TUJUAN: Setelah sessi ini selesai diharapkan peserta dapat:
12

o o o

Memperoleh gambaran harapan yang ingin dicapai peserta selama pelatihan Memperoleh gambaran ranah harapan peserta (pemahaman, ketrampilan, strategi, metode, langkah-langkah dll.) Memperoleh gambaran kekhawatiran peserta yang perlu diantisipasi selama pelatihan.

WAKTU: 45 Menit METODE: o o o Penggalian Informasi Diskusi kelompok Curah Pendapat

ALAT BANTU:

Kertas potong untuk menuliskan pernyataan-pernyataan (1 lembar untuk 1 pernyataan) sejumlah sesuai keperluan, dalam 2 warna yang berbeda untuk pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN. Spidol (jika mungkin untuk setiap peserta) Sticky cloth untuk menempelkan kertas-kertas pernyataan.

PROSES:
1.

Bagi peserta ke dalam 4 kelompok. Setiap kelompok diminta mendiskusikan tentang HARAPAN dan KEKHAWATIRAN setiap individu dalam pelatihan. Setiap pernyataan ditulis dalam 1 lembar kertas potong dengan membedakan antara pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN. Pernyataan yang sama cukup dituliskan 1 kali, sehingga tidak perlu terjadi duplikasi dalam kelompok. Mintalah peserta meletakkan hasil diskusinya di lantai, pisahkan dalam area yang berbeda antara pernyataan-pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN. Ajaklah peserta untuk berkonsentrasi pada pernyataan-pernyataan HARAPAN. Sambil mengklarifikasi kejelasan setiap pernyataan, ajaklah peserta mengelompokkan rumusanrumusan tersebut ke dalam beberapa jenis, yakni: PEMAHAMAN, METODE, KETRAMPILAN, STRATEGI/LANGKAH-LANGKAH, dan lain-lain. Tempelkanlah pernyataanpernyataan sesuai jenisnya pada sticky cloth yang telah disiapkan. Lanjutkan dengan membahas pernyataan-pernyataan KEKHAWATIRAN, namun sebatas mengklarifikasikan maksudnya dan membahas secara cepat tentang langkah untuk antisipasi, kemudian menempelkannya di sticky cloth.

2.

3.

4.

CATATAN PENTING: 1. Bisa jadi rumusan HARAPAN peserta ada yang hanya bisa dicapai pasca pelatihan. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan, karena akan terklarifikasi pada saat pembahasan Tujuan dan Alur Pelatihan.

13

2. Demikian pula untuk pernyataan KEKHAWATIRAN, bisa jadi muncul pernyataan yang terlalu jauh ke depan, misalnya: takut uji coba gagal atau takut di lapangan nantinya tidak berhasil. Tetaplah melakukan pembahasan pernyataan serupa itu, karena akan menjadi modal untuk implementasi program.

SPB-B.4 TUJUAN DAN ALUR PELATIHAN


PENGANTAR: Pada sessi ini Fasilitator akan menjelaskan seluruh rangkaian kegiatan mulai dari hari pertama sampai berakhirnya kegiatan. Apa saja yang harus dipersiapkan peserta, sehingga seluruh proses kegiatan dapat dipahami dan para peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan. Pelatihan dan pembahasan seluruh materi dilakukan secara komprehensif minimal selama 3 hari, berikut 1 hari praktek di lapangan. TUJUAN: Pada akhir sesi, peserta memahami seluruh rangkaian kegiatan yang terkait satu dan lainnya sehingga dapat menyiapkan diri untuk mengikuti seluruh kegiatan dengan semangat keterbukaan dan ingin belajar serta berbagi pengalaman. WAKTU: 30 menit METODE: o Pemaparan fasilitator o Diskusi MATERI: o Rumusan Tujuan Pelatihan o Lembar Alur Pelatihan Diagram Alur Pelatihan (seperti bagan di bawah) ALAT BANTU: OHP/LCD/Papan Flipchart PROSES: Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan diagram alur (tampilkan dalam visual besar atau power point). Pelatihan ini dirangkai dalam beberapa hari yang setiap sessinya diperlukan keterlibatan/ sumbang pikiran, ide serta pengalaman dari semua peserta. Kegiatan ini merupakan pembahasan dan pembelajaran bersama dan tidak ada agenda/panduan baku. Isi materi dapat disesuaikan perkembangan setiap harinya. Fasilitator menjelaskan bagaimana mengidentifikasi masalah serta bagaimana solusi-nya kemudian akan dipecahkan bersama pada forum diskusi interaktif.

14

Pada proses kesepakatan dan perencanaan bersama, maka peserta akan diajak merangkai dan mengidentifikasi kegiatan apa, cara yang dapat dikembangkan di masyarakat setempat. Hal tersebut termasuk materi dan bagaimana melakukannya. Jelaskan bagaimana rencana tindak lanjutnya, serta mereview setiap kegiatan pada akhir sessi.
ALUR TAHAPAN PELATIHAN FASILITATOR STBM INTEGRASI PEMICUAN STOP BABS DAN CTPS

Bagian 1 Membangun Komitmen & Seleksi Lokasi & Fasilitator

Bagian 2 Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan

Pendekatan kepada pemerintah daerah

Memilih Lokasi dan Seleksi calon Fasilitator

PEMBUKAAN

Pendekatan CLTS dalam komponen perilaku higienis (BAB+CTPS) (lanjutan) 3. Tinja dan Penyakit Menular 4. Penerapan pendekatan CLTS & upaya perubahan oerilaku higienis

Praktek Lapangan 4. Diskusi pleno dengan masyarakat dan parapihak.

ORIENTASI PELATIHAN 1. Perkenalan & Pencairan Suasana 2. Pemetaan pemahaman 3. Harapan dan Kekhawatiran 4. Tujuan dan Alur Pelatihan 5. Kontrak Belajar

Praktek Lapangan 1. Persiapan lapangan 2. Pelaksanaan praktek pemicuan dan perencanaan masyarakat 3. Kompilasi temuan hasil praktek lapangan.

Refleksi, Pembelajaran Praktek Lapangan & RTL Pelatihan

Tahapan Proses Fasilitasi di Masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. Tahapan Pemicuan Alat utama PRA dalam CLTS Elemen pemicu Demonstrasi alat-alat PRA Do and dont

Pendekatan CLTS dalam komponen perilaku higienis (BAB+CTPS) 3. Sejarah Program PHBS 4. Tangga perubahan perilaku dan pilar STBM.

Pemetaan pemahaman akhir, evaluasi pelatihan dan penutupan

H 1bln

H1

H2

H3

H4

Salah satu contoh diagram alur, minimum kebutuhan, dapat disesuaikan dengan lokasi dan agenda setempat.

SPB-B.5 KONTRAK BELAJAR


PEGANTAR: Kontrak belajar merupakan hal penting untuk membantu memperlancar proses belajar di kelas. Kontrak belajar merupakan kesepakatan bersama yang dibangun oleh para peserta dan sifatnya mengikat seluruh komponen yang terlibat dalam proses pelatihan. Hal-hal yang dibahas dalam kontrak belajar adalah kesepakatan aturan waktu, etika dalam menyampaikan pendapat, tata cara berpakaian serta aturan-aturan main lain yang mendukung kelancaran proses pelatihan berlangsung.
15

TUJUAN: Setelah sessi ini diharapkan ada kesepakatan tentang: Kontrak belajar yang mengikat seluruh peserta Aturan main selama pelatihan Membangun kenyamanan peserta selama proses belajar dan berbagi pengalaman.

WAKTU: 30 Menit METODE: o o Pemaparan fasilitator Curah Pendapat

MATERI: Jadwal Pelatihan ALAT BANTU: Papan dan Kertas Flipchart atau Laptop dan LCD PROSES: Kesepakatan tentang jadwal harian pelatihan 1. Siapkan jadwal/agenda pelatihan pada lembar flipchart atau media lain yang dapat dilihat oleh seluruh peserta, tampilkan 2 skenario (misalkan ), scenario 1 pelatihan dilaksanakan selama 3 hari efektif dan skenario 2, pelatihan dilaksanakan selama 2 hari efektif. Pilihan scenario didasarkan atas kondisi di masing-masing daerah. Catatan: jadwal/agenda disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. 2. Jelaskan jadwal harian tersebut 3. Jelaskan hubungan sistematis antara materi yang satu dengan lainnya 4. Jelaskan bahwa jadwal ini telah disusun sedemikian rupa agar proses pelatihan dapat diaplikasikan secara utuh serta apa keterkaitan antar setiap sessi. 5. Jelaskan peran berbagai pihak (Peserta, Fasilitator dan Panitia) dalam rangka keberhasilan pelatihan ini. 6. Fasilitator mengarahkan bahwa kesepakatan jam belajar harus dapat memenuhi seluruh kebutuhan akan materi yang telah disampaikan melalui Alur lokakarya sebelumnya. Catatan: Hal yang lumrah, bahwa peserta akan meminta waktu belajar yang singkat tanpa memperhitungkan lama waktu untuk menerima seluruh materi pembelajaran. 7. Kemudian mintalah pendapat peserta, apakah proses dan jadwal sudah dapat disetujui/disepakati bersama atau ada usulan dari peserta untuk lebih menyesuaikan jadwal dengan keadaan-keadaan peserta dan bukan mempersingkat waktu, dsb. 8. Mintalah pendapat peserta tentang aturan-aturan dasar yang bisa mendukung kelancaran proses pelatihan berlangsung. Misalnya: Tidak merokok selama proses pelatihan berlangsung Hadir tepat waktu (jam mulai/berakhir pelatihan dapat ditentukan bersama)
16

Tidak membunyikan Telephone secular selama pelatihan berlangsung (kalaupun ingin tetap diaktifkan, cukup dengan setting nada getar) dsb.

9. Sepakati aturan main tersebut, dan jelaskan bahwa aturan main yang disusun tersebut mengikat semua peserta (termasuk fasilitator). Bila memungkinkan, sepakati pula sangsi yang akan diberikan jika ada yang melanggar aturan main tersebut. 10. Setelah disepakati, tempelkan kontrak belajar dan aturan main ini ditempat yang mudah terlihat agar bisa selalu terbaca oleh peserta pelatihan. 11. Jika dibutuhkan, ajaklah peserta berpartisipasi sebagai: Time keeper Ice breaker Evaluator

17

C. SESI PENDEKATAN CLTS DALAM KOMPONEN PERILAKU HIGIENIS (BAB+CTPS) SPB-C.1 PEMETAAN SEJARAH PROGRAM PHBS (HYGIENE) DAN SANITASI
PENGANTAR
Kegiatan ini untuk memetakan pemahaman dan persepsi individu maupun kelompok tentang perilaku higienis di masyarakat yang terkait dengan 5 pilar STBM, termasuk di lingkungan sekolah. Lebih luasnya bagaimana program-program yang telah ada dapat efektif untuk tujuan perubahan perilaku.

TUJUAN:
Setelah sessi ini diharapkan: o Peserta mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat (termasuk lingkungan sekolah) yang terkait dengan pilar-pilar STBM. o Peserta memperoleh informasi tentang keberhasilan, kekuatan, kelemahan dan keberlanjutan proyek PHBS dan/atau sanitasi sebelumnya. o Peserta memahami perbedaan paradigma antara program-program yang lalu dengan kecenderungan saat ini.

WAKTU: maksimal 120 menit METODE:


Alternatif 1
Diskusi kelompok Presentasi Kelompok Diskusi Pleno Presentasi / penjelasan

Alternatif 2
Presentasi tentang proyek Diskusi kelompok Diskusi pleno

MATERI:
Pengalaman pengelolaan proyek-proyek hygiene dan sanitasi yang pernah dilaksanakan di kabupaten/kota dan telah berlangsung/selesai.

ALAT BANTU:
o Sarana dan prasarana untuk presentasi sesuai dengan ketersediaan setempat seperti: Kertas plano, spidol, kertas metaplan, dll.

PROSES:
Alternatif 1 (jika mayoritas peserta telah memiliki pengalaman terlibat dalam pelaksanaan proyek/program higiene dan sanitasi sebelumnya): a. Ajukan pertanyaan kepada peserta tentang proyek sanitasi yang pernah dan sudah selesai dilaksanakan di kabupaten/wilayah ini. Sepakatilah dengan peserta 2-3 program/proyek
18

yang akan dianalisa bersama tentang KELEBIHAN, KEKURANGAN, KEBERLANJUTAN dan PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI pasca proyek tersebut. b. Minta peserta berbagi dalam 2-3 kelompok sesuai dengan keterlibatan atau pemahamannya terhadap program/proyek yang akan dianalisa. Minta peserta yang tidak pernah terlibat atau kurang paham terhadap program/proyek yang akan dianalisa untuk bergabung di salah satu kelompok. Aturlah agar jumlah peserta setiap kelompok relative berimbang termasuk laki dan perempuannya. c. Minta setiap kelompok untuk menganalisa/mendiskusikan program/proyek yang menjadi pilihannya (selama 30 menit) dengan pokok-pokok kajian, sebagai berikut: KELEBIHAN KEKURANGAN KEBERLANJUTAN PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI d. Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, minta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya selama 10 menit. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan diskusi. e. Kembangkanlah diskusi pleno untuk mengkaji setiap program/proyek yang sudah dipresentasikan terkait dengan hal-hal sebagai berikut: o Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat? o Dukungan apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat? o Siapa yang memberikan contoh-contoh model sarana? o Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek? o Bagaimana pendekatan yang dikembangkan? o Siapa yang merancang kegiatan program/proyek?. f. Di akhir diskusi, bersama peserta, fasilitator merangkum perubahan paradigma proyek sanitasi pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh perubahan yang terjadi dari program terdahulu kepada kecenderungan saat ini seperti terlihat didalam tabel di bawah ini (isi tabel ini hanya sebagai contoh, bukan kondisi standar): Program-program terdahulu (biasanya Target Oriented)
Perkembangan jumlah sarana Subsidi Model-model sarana disarankan oleh pihak luar Sasaran utama adalah kepala keluarga Top down Fokus pada: Jumlah jamban Pendekatannya bersifat blue print

Kecenderungan saat ini


Perubahan perilaku dan kesehatan Solidaritas social Model-model sarana digagas dan dikembangkan oleh masyarakat Sasaran utama adalah masyarakat desa secara utuh Bottom up Fokus pada: Berhentinya BAB di sembarang tempat Pendekatannya lebih fleksibel.

Alternatif 2. (Jika hanya sebagian kecil peserta yang memiliki pengalaman terlibat dalam pelaksanaan proyek/program sanitasi sebelumnya)

19

a. Sebelum proses di dalam kelas (bisa sehari atau beberapa jam sebelumnya), mintalah kepada beberapa peserta (3-4 orang) yang berpengalaman dalam pengelolaan proyek/program sanitasi (yang telah selesai) untuk mempersiapkan presentasi pengalamannya tentang proyek/program tersebut, terutama mengenai hal-hal sebagai berikut: KELEBIHAN KEKURANGAN PENCAPAIAN PADA AKHIR PROYEK/PROGRAM b. Berikanlah kesempatan kepada beberapa peserta yang telah ditugasi, untuk mempresentasikan pengalamannya tentang proyek/program sanitasi yang pernah dikelolanya, masing-masing sekitar 10 menit. c. Jika presentasi sudah selesai, berikanlah kesempatan (10 menit) kepada peserta yang ingin mengajukan pertanyaan klarifikasi (memperjelas informasi saja). Jagalah proses agar tidak masuk ke tingkat analisa. d. Bagilah peserta ke dalam beberapa kelompok sesuai jumlah proyek/program yang telah dipresentasikan. Mintalah kepada setiap kelompok untuk berperan ceritanya sebagai Konsultan Internasional dari negara lain yang sedang melakukan kajian, dan mintalah kepada setiap peserta yang telah mempresentasikan pengalamannya untuk berperan sebagai Project Director. Tugaskanlah kepada setiap kelompok Konsultan Internasional untuk melakukan wawancara mendalam (selama 15 menit) kepada Project Director (satu kelompok mewawancarai satu project director). Adapun topik wawancara terutama berpusat kepada topik: KEBERLANJUTAN PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI APAKAH ADA DESA YANG SUDAH 100% BEBAS DARI BAB DI TEMPAT TERBUKA?

e. Berikanlah kesempatan kepada setiap kelompok (Konsultan Internasional) untuk mempresentasikan temuan-temuannya dari hasil wawancara yang dilakukannya, termasuk kesimpulannya tentang keberhasilan proyek/program yang dikaji utamanya terkait dengan keberlanjutan (operation and maintenance serta pengembangan) dan keberhasilan memfasilitasi masyarakat mencapai 100% bebas dari BAB di tempat terbuka. Waktu untuk presentasi setiap kelompok sekitar 5 menit saja. f. Setelah seluruh kelompok (Konsultan Internasional) mempresentasikan hasil kajiannya, kembangkanlah diskusi pleno untuk membahas beberapa hal berikut ini: Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat? Dukungan apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat? Siapa yang memberikan contoh-contoh model sarana? Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek? Bagaimana pendekatan yang dikembangkan? Siapa yang merancang kegiatan program/proyek? Bagaimana keberlanjutan program? Jika tidak berlanjut, mengapa?

20

Apakah ada yang berhasil memfasilitasi desa yang 100% bebas dari BAB di tempat terbuka? Jika tidak, mengapa?

g. Di akhir diskusi, bersama-sama dengan peserta, Fasilitator merangkum perubahan paradigma proyek sanitasi pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh perubahan yang terjadi dari program terdahulu ke kecenderungan saat ini seperti terlihat didalam tabel di bawah ini (isi tabel ini hanya sebagai contoh, bukan kondisi standar): Program-program terdahulu (biasanya Target Oriented)
Perkembangan jumlah sarana Subsidi Model-model sarana disarankan oleh pihak luar Sasaran utama adalah kepala keluarga Top down Fokus pada: Jumlah jamban Pendekatannya bersifat blue print

Kecenderungan saat ini


Perubahan perilaku dan kesehatan Solidaritas social Model-model sarana digagas dan dikembangkan oleh masyarakat Sasaran utama adalah masyarakat desa secara utuh Bottom up Fokus pada: Berhentinya BAB di sembarang tempat Pendekatannya lebih fleksibel.

CATATAN PENTING: Berikanlah tekanan-tekanan pada beberapa hal berikut ini: 1. Perubahan sikap dan perilaku lebih memungkinkan untuk terjadinya perkembangan sarana dibandingkan sebaliknya. 2. Dukungan subsidi sanitasi mendorong ketergantungan, sehingga keberlanjutan melemah. 3. Program/proyek yang dirancang oleh masyarakat sendiri, akan meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab mereka.

SPB-C.2 TANGGA PERUBAHAN PERILAKU PILAR-PILAR STBM


PENGANTAR: Kondisi perilaku sanitasi masyarakat yang menjadi sasaran intervensi pelaksanaan STBM tentunya berbeda satu dengan lainnya. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi upaya intervensi maupun capaian perubahan perilakunya. Sasaran perubahan perilaku dalam STBM sendiri meliputi 5 pilar perilaku yaitu 1). Menghentikan kebiasaan BAB sembarangan, 2). Membiasakan cuci tangan memakai sabun dan air mengalir, 3). Mengelola air minum dan makanan secara aman, 4). Mengelola sampah rumah tangga dengan aman dan 5). Mengelola limbah cair dari rumah tangga dengan aman. Pencapaian suatu masyarakat pada status Sanitasi Total adalah pada kondisi suatu masyarakat telah mencapai ke-lima pilar STBM. Status Sanitasi Total tersebut tentunya tidak dicapai secara sekaligus tetapi memerlukan tahapan proses. Tangga perubahan perilaku STBM dapat menggambarkan proses pencapaian tahapan status untuk mencapai suatu komunitas masyarakat yang telah ber Sanitai Total.
21

TUJUAN: Peserta mampu menjelaskan tahapan perkembangan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi yang bisa dikembangkan oleh masyarakat. WAKTU: Maksimal 30 menit METODE: Pemaparan Diskusi Pleno

MATERI: Matriks/Bagan Tangga Perubahan Perilaku dalam STBM PROSES: Dengan menggunakan matriks/bagan Tangga Perubahan Perilkau STBM yang diperbesar (sehingga bisa dilihat secara jelas oleh peserta dalam satu ruangan), jelaskanlah tahapantahapannya sambil mengidentifikasi indikator-indikator pencapaiannya baik terkait perubahan perilaku maupun peningkatan akses. Tegaskanlah beberapa hal penting berikut ini: Upaya perubahan perilaku STBM ini hendaklah dimulai dari pilar pertama Stop BABS baru kemudian beranjak ke pilar-pilar lainnya misalnya CTPS. Karena pilar ini sangat dominan dalam pemutusan alur kontaminasi. Konsep pemberdayaan yang diterapkan dalam pendekatan STBM juga akan memudahkan pencapaian pilar-pilar lain pada tahap berikutnya. Pada kondisi pilar pertama sudah tercapai (komunitas dalam status Stop BABS/ODF) maka untuk tahapan-tahapan berikutnya tidaklah berarti proses pengembangan harus dimulai dari pilar berikutnya secara berurutan. Pengembangan bisa dimulai dari pilar manapun sesuai permasalahan utama, potensi dan kemampuan masyarakat.

SPB-C.3 TINJA DAN PENYAKIT MENULAR


3.1. DIAGRAM F PENGANTAR Salah satu cara dalam merancang pola pembelajaran perilaku higienis dan sanitasi sebaiknya berisi hasil pengamatan mengenai penyakit, sikap dan perilaku yang ada di masyarakat sekitar. Topik yang perlu diberikan adalah mengenai hubungan antara persoalan higienis dan sanitasi dengan penyakit yang ditimbulkan, dalam hal ini bagaimana tinja dapat masuk ke dalam mulut manusia serta media penyebarannya dan bagaimana mencegahnya; Penyakit berbasis lingkungan yang banyak muncul di masyarakat dapat digali dari peserta pelatihan dan bagaimana cara menghindari penyebaran penyakit yang disebabkan oleh tinja.
22

TUJUAN: Peserta pelatihan diharapkan dapat: Mengidentifikasi penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku masyarakat yang buruk, dampak serta upaya pencegahannya. Gambaran bagaimana Tinja dapat masuk ke mulut manusia Menggali alasan kenapa perilaku STBM belum maksimal WAKTU: 30 menit METODE: Demo alur kontaminasi (Diagram F) Diskusi interaktif (dapat dilakukan berkelompok)

ALAT BANTU/Media: Kertas Plano, Spidol, Sticky Cloth, kertas metaplan, gambar-gambar dalam Diagram F PROSES: a. Fasilitator dapat membagi peserta pelatihan ke dalam kelompok-kelompok kecil misalnya; pembagian kelompok dapat dibagi berdasarkan: 1) Kelompok Masyarakat Desa ODF 2) Kelompok Masyarakat Desa Non ODF 3) Sekolah dari lingkungan ODF 4) Sekolah dari lingkungan Non ODF b. Tanyakan kepada peserta apakah salah-satu anggota keluarga pernah kena diare dan tanyakan perasaannya, dan tindakan apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?. Hal ini untuk membangkitkan emosi (takut anaknya kena penyakit, kehilangan anaknya karena tidak tertolong) agar lebih peduli dengan keadaan lingkungannya, agar tidak tercemar. c. Beberapa kelompok dapat dibekali dengan gambar-gambar diagram F, sementara kelompok lain dapat dibiarkan berdiskusi sesuai pengetahuan dan pengamatan masing2, untuk kemudian dituangkan dalam bentuk gambar. Hal ini nanti dapat menjelaskan kepada peserta pelatihan bahwa tanpa dibekali gambar-gambar (Diagram F), peserta dapat menggambarkan Alur Kontaminasi. d. Hasil diskusi dapat ditempel di dinding (sticky cloth, jika ada) dan masing-masing perwakilan kelompok menjelaskan hasilnya. e. Pada tahap ini fasilitator dapat membahas bagaimana banyak jalur yang mungkin menjadikan tinja akhirnya masuk ke mulut misalnya: Tinja dapa tmeresap ke sumber air sumur melalui tanah BAB di sungan menyebabkan Sumber air tercemar, dipakai untuk mandi, gosok gigi, mencuci makanan Lalat yang membawa kotoran ke makanan
23

f.

Tangan setelah dipergunakan untuk cebok, tetapi tidak CTPS

Fasilitator akan menggali kembali baimana caranya agar tinja tidak masuk ke mulut hal tersebut yang dinamakan pencegahan, agar penyakit-penyakit seperti Diare, ISPA, dan Cacingan dapat dicegah.
Penjelasan awal; bagaimana kotoran manusia yang merupakan sumber penyakit (seperti: diare, kulit, pernafasan/ISPA, tipus, penyakit mata, disentri, polio, kecacingan) dapat masuk ke dalam mulut. Fasilitator hanya menampilkan/menggambar Gambar awal yaitu gambar kotoran manusia dan gambar mulut.

3.2. BLOCKING, CARA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT PENGANTAR: Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh perilaku manusia di atas sebenarnya dapat dihindari/dicegah dengan cara yang sangat sederhana dan murah. Hal ini dapat dijelaskan melalui pendekatakan partisipatif tanpa harus mengajarkan kepada peserta pelatihan. TUJUAN: Peserta pelatihan dapat mengerti perilaku baik/cara menghindari penyebaran penyakit. METODE: Diskusi interaktif, WAKTU: 25 menit. ALAT BANTU: Kertas metaplan Spidol Selotip pencegahan/blocking untuk

PROSES:
a. Fasilitator meminta peserta pelatihan untuk menambahan gambar blocking/ pencegahan pada gambar Diagram F yang telah dibuat sebelumnya misalnya: Pencegahan pertama dan utama adalah: BAB di jamban b. Fasilitator akan menanyakan kembali jika masyarakat telah BAB di Jamban apakah masih mungkin tinja masuk ke mulut?
Pada sessi ini diharapkan fasilitator lebih mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat menggali pengetahuan bloking lebih banyak dari peserta pelatihan tanpa harus menggurui peserta.

c. Kemungkinan jawabannya adalah: masih mungkin, jika; Jarak lubang penampungan tinja dengan Jamban terlalu dekat, maka tinja dapat meresap melalui tanah ke sumber air (minimal jaraknya 10-15 meter, kecuali di
24

daerah padas, tergantung lapangan/lingkungannya atau telah menggunakan septictank yang betul-betul kedap air). Melalui jari tangan, jika setelah cebok tidak Cuci Tangan Pakai Sabun, maka Blocking kedua dengan CTPS. Jari tangan yang terkena kotoran tinja harus dicuci dengan air mengalir dan sabun sebelum kita mengambil makanan (setelah BAB, setelah dari kebon/sawah). Blocking/pencegahan ketiga adalah Mengelola makanan dan minuman, misal dengan mencuci, menutup makanan dan mencuci wadahnya, juga memasak air untuk minum.

Catatan:
Yang paling penting dan mudah dilakukan adalah pencegahan melalui CTPS dan bagaimana upaya peserta bersama-sama untuk berkomitment membentuk kebiasaan CTPS menjadi budaya sehari-hari dan ditularkan kepada orang terdekatnya. Cerita pengalaman di Jombang: Fasilitator berkunjung ke sekolah dan bertanya apakah anak-anak melakukan CTPS di sekolah, di sekolah tersebut ada fasilitas, dan para siswa sangat paham akan pentingnya CTPS, tetapi tidak ada sabun tersedia di sana. Setelah diajak berdiskusi dengan gembira dan tanpa paksaan, para murid sepakat untuk iuran dan membeli sabun, yang kemudian dipakai bersama-sama di sekolah mereka. Hal tersebut menjadi pembelajaran bahwa anak siswa SD-pun dapat mandiri dan tidak perlu meminta dari sekolah/guru. d. Penyegaran: Setelah sesi di atas, peserta pelatihan umumnya mulai jenuh. Fasilitator diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan dengan cara memberikan acara selingan PENYEGARAN (ice breaking). Tujuan: Menghilangkan kelelahan Membuat peserta kembali segar dan bersemangat untuk sesi selanjutnya

Metode Mendengarkan dan menyanyi bersama lagu CTPS dan teks lagu ditayangkan melalui tulisan besar pada kertas plano atau melalui Power Point. Catatan Fasilitator: Metode ini juga dapat dikembangkan ketika pola pembelajaran CTPS kepada anak-anak yang dapat dilakukan melalui lagu (dengan cara gembira dan ceria)

25

Langkah-langkah: 1. Fasilitator dapat memutar lagu CTPS yang diperdengarkan kepada seluruh peserta pelatihan, ditayangkan bersama teks lagu tersebut 2. Peserta diminta untuk menghafalkan lagu tersebut, dan meminta peserta untuk membuat kreasi lagu masing-masing terkait perilaku /kebiasaan CTPS. Contohnya: (disadur dari lagu ayo Tepuk Tangan) Kalau kau mau sehat cuci tangan Kalau kau mau sehat cuci Tangan Cuci Tangan Pakai sabun dengan air mengalir Cuci Tangan Pakai Sabun! 3. Lagu tersebut dapat diajarkan dan dinyanyikan bersama-sama di kelas.

SPB-C.4 PENERAPAN PENDEKATAN CLTS DAN UPAYA PERUBAHAN PERILAKU HIGIENIS (BAB DAN CTPS).
PENGANTAR Pendekatan CLTS dianggap dapat menunjang keberhasilan STBM, dalam merubah perilaku masyarakat. Belajar dari pengalaman berbagai daerah di Indonesia dan juga negara berkembang lainnya, dapat menjadi pemicu untuk percepatan program sanitasi secara menyeluruh. CLTS merupakan metode/pendekatan yang inovatif untuk memobilisasi masyarakat agar tidak melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan. Masyarakat difasilitasi untuk menilai dan menganalisa sendiri dan kemudian merumuskan sendiri apa yang harus dilakukan untuk mencapai perubahan perilaku tersebut. Kemudian metode/pendekatan ini dikembangkan untuk dapat mempercepat perubahan perilaku higienis lainnya seperti Cuci Tangan Pakai Sabun. Pendekatan sebelumnya yang berorientasi subsidi sebagai insentif menciptakan budaya ketergantungan terhadap subsidi dan akhirnya penyebaran penyakit berbasis lingkungan terus berlanjut. Sebaliknya CLTS berfokus pada perubahan perilaku untuk memastikan perbaikan nyata dan berkelanjutan dengan cara investasi pada mobilisasi/pemberdayaan masyarakat dan bukan pada pemberian fasilitas/hardware kepada individu/rumah tangga. Kesadaran bahwa selama masih ada BABS (meskipun satu orang saja), masih beresiko tertular penyakit. Metode CLTS inipun nantinya diterapkan di Sekolah, dimana murid berpartisipasi aktif dalam mengembangkan dan mempercepat program sanitasi di sekolah. Pembelajaran yang berpusat pada anak artinya karakteristik dan kebutuhan anak menjadi acuan dalam proses pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan belajar anak dalam memahami persoalan-persoalan sanitasi dan higienis.
26

4.1.

PENGALAMAN CLTS DI BERBAGAI NEGARA/DAERAH

TUJUAN: Peserta memahami pengertian metode CLTS Peserta memperoleh gambaran pengalaman penerapan CLTS di berbagai negara/ daerah

WAKTU: maksimal 120 menit METODE: Pemutaran film Refleksi atas pengalaman program sanitasi di Indonesia Penjelasan konsep CLTS dan pengalaman di berbagai negara/daerah Diskusi Pleno MATERI: Film: Awakening (Indonesia)/ CLTS di Maharashtra (India) Materi: CLTS

ALAT BANTU: VCD Player, screen. PROSES: a. Putarlah film (sebelumnya berikan pengantar bahwa peserta diminta untuk menyimak apa yang dilihatnya di film tersebut). b. Diskusikan dengan peserta pengalaman atau pengetahuan apa yang didapat dari film tersebut. c. Lanjutkanlah dengan penjelasan tentang Konsep CLTS dan Pengalaman di Berbagai Negara/Daerah. d. Bukalah ruang bagi proses tanya jawab dan diskusi pleno untuk memperjelas berbagai hal yang mungkin diragukan oleh peserta. Catatan: Dari Film yang telah diputar, peserta diminta untuk menyampaikan apa yang diamati. Tugas pemandu bukan menyuluh tetapi menyadarkan masyarakat itu sendiri sehingga: o Pertama, dapat menjalin hubungan kebersamaan adalah merupakan cara yang paling efektif. Tanpa diperintah masyarakat bisa melaksanakan pembuatan jamban-nya dengan usaha sendiri, o Kedua, bersama masyarakat menuju ke tempat yang kurang sehat, kemudian ditunjukkan kepada masyarakat agar mereka sadar apakah yang dilakukan itu baik atau tidak, o Pemetaan, wilayah buang air besar (dimana tempat masyarakat BAB), o Hitung tinja, agar tahu jumlah tinja sehingga menimbulkan rasa malu dan jijik,

27

Selanjutnya adalah analisa dan dialog serta rencana kerja; apa yang harus dilakukan masyarakat, kemudian terjadi kesepahaman tentang kesadaran masyarakat untuk tidak BAB sembarangan, Ada penghargaan dari pihak luar (pemerintah) bagi wilayah yang sudah tidak BAB sembarangan.

Fasilitator mengingatkan berdasarkan point-point tersebut tentang proses dari pendekatan CLTS, yang telah dipahami oleh peserta melalui Film yang diputar. Inisiatif kesadaran masyarakat, kebersamaan, berdiskusi dengan masyarakat kemudian dianalisa, dipancing dengan bertanya kepada masyarakat, misalnya: o Apa yang Ibu/Bapak rasakan dengan kondisi seperti ini (fasilitator/pemandu diusahakan untuk tidak memperlihatkan rasa bau, jijik dll, agar masyarakat sendiri yang merasakannya). o Bertanya lagi kepada yang lain misalnya; jika tetangganya melakukan perilaku BAB di sekitar lingkungan kita, apa yang dirasakan merasa tega tidak.? Dst. (hal ini penting untuk memancing kebersamaan dan rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya). Biarkan masyarakat yang menilai masyarakat lain, sehingga terjadi reaksi dan interaksi dinamis diantara masyarakat).

4.2.

PRINSIP-PRINSIP CLTS

TUJUAN: Peserta memahami, menerima dan berkomitmen untuk memegang prinsip-prinsip CLTS. WAKTU: Maksimal 90 menit. METODE: Presentasi / penjelasan Diskusi kelompok Diskusi pleno MATERI: Prinsip prinsip CLTS: non subsidi, masyarakat sebagai pemimpin, tidak mengajari, tidak memaksa dan tidak mempromosikan, totalitas ALAT BANTU: Potonganpotongan kartu (metaplan), spidol, flipchart, kertas A4 untuk menggambar dan sticky cloth. PROSES: Awali dengan melempar pertanyaan: a. Siapa yang tadi pagi masih BAB sembarangan? b. Siapa yang SEMINGGU lalu masih BAB sembarangan? c. Siapa yang SEBULAN lalu masih BAB sembarangan?
28

1. 2. 3.

d. Siapa yang SETAHUN 10 TAHUN lalu masih BAB sembarangan?


Faktanya adalah, pada umumnya kita pernah melakukan BAB sembarangan, meskipun sudah lama sekali terjadinya, dan faktanya lagi bahwa sampai sekarang masih banyak masyarakat yang BAB sembarangan. Mereka sangat paham, kapan, dimana dan bagaimana melakukan BAB sembarangan. Masyarakat yang BAB sembarangan itu akan lebih tahu dibanding kita disini. Jika kita datang ke masyarakat tersebut untuk menganalisa, tentang BAB sembarangan, maka yang harus memberitahu kita adalah masyarakat, dan kita justru harus belajar dari mereka. Kesimpulannya: KITA akan datang ke masyarakat dengan tujuan belajar seolah sebagai MURID, sedangkan masyarakat akan berada pada posisi seolah sebagai GURU. Hal inilah yang mendasari prinsip metode CLTS yang tidak mengajari/menggurui. Selama ini pendekatan kita sering dengan mengajari dan menyuluh masyarakat. Melalui pelatihan ini kita bersama-sama merubah pendekatan mengajari masyarakat menjadi belajar dari masyarakat dengan metode CLTS yang lebih mudah untuk merubah perilaku masyarakat.

Fasilitator meyakinkan peserta harus siap untuk: a. Belajar dari masyarakat b. Tidak mengajari masyarakat c. Tidak menyuluh kepada masyarakat d. Selalu kritis e. Senang mendengar f. Sering bertanya g. Selalu sabar Kemudian Fasilitator menjelaskan prinsip dasar CLTS, dan membuka diskusi yang berkaitan dengan materi.

4.3.

TIGA (3) FONDASI PRA DALAM CLTS

TUJUAN: Peserta memahami konsep 3 fondasi PRA dalam CLTS. Peserta memahami dan berkomitmen merubah sikap dan kebiasaan dalam memfasilitasi masyarakat dari konsep atas bawah (upper lower) menjadi pembelajaran bersama.

WAKTU: 30 Menit METODE: - Pemaparan Fasilitator - Diskusi Kelompok - Diskusi Pleno

29

MATERI: Visualisasi 3 pilar PRA: segitiga komponen perubahan perilaku (personal, institusional, dan profesional) sharing dan metode. PROSES: Fasilitator menjelaskan tentang 3 pilar PRA yang menjadi dasar CLTS. Fokuskan pada perubahan perilaku dan kebiasaan Mulai arahkan peserta bahwa perubahan sikap dan perilaku kebiasaan dari fasilitator (di komunitas) adalah hal yang terpenting, karena jika perubahan telah terjadi maka 2 fondasi lainnya yaitu akan terjadi berbagi info dan pengalaman serta metode bisa dilaksanakan. Tingkatan Partisipasi

4.4.

TUJUAN: Mengeksplorasi variasi dan wilayah sudut pandang peserta pelatihan tentang keikutsertaan masyarakat dan mendapatkan pengertian umum pada tipe dan tingkat partisipasi masyarakat yang dibutuhkan pada CLTS. WAKTU: 30 Menit METODE: Presentasi/Pemaparan Fasilitator Diskusi Kelompok Diskusi Pleno

ALAT BANTU: Potongan-potongan kartu (metaplan) Spidol Flipchart Kertas A4 untuk menggambar Sticky cloth (jika ada), hasil dapat ditempel di dinding ruang kelas

MATERI: Visualisasi 4 tingkatan partisipasi masyarakat PROSES: Minta masing-masing peserta menggambarkan contoh partisipasi masyarakat dari pengalaman sendiri yang mereka pahami dalam bentuk gambar (masing-masing mengambil selembar kertas dan alat tulis/gambar).

30

Sementara mereka membuat gambar, trainer menyiapkan kartu-kartu yang bertuliskan tingkatan partisipasi yang terdiri dari 4 kriteria (tingkat terendah sampai dengan tertinggi):

Menerima Informasi

Diajak Berunding

Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar

Mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan Tempelkan keempat tingkatan kelompok tersebut pada dinding atau kain yang sudah diberi perekat (sticky cloth). Tanpa memberikan tingkatan partisipasi Jika peserta selesai menggambar, minta untuk menempelkan gambar-gambar tersebut di dinding. Minta mereka menjelaskan maksud dari gambar-gambar tersebut, minta untuk mengelompokkan gambar mereka kedalam kelompok-kelompok tingkat partisipasi mana yang ada dalam keempat kelompok tersebut. Minta peserta untuk membuat peringkat tingkat partisipasi dari yang terendah sampai tertinggi (dimulai dengan tingkat terendah dan tertinggi, baru kemudian yang ada diantaranya). Tanyakan pada tingkat partisipasi mana yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan CLTS. Fasilitasikan beberapa diskusi tentang hal tersebut sekitar 5-10 menit, kemudian minta peserta untuk memilih (voting) tentang tingkatan yang seharusnya ada, Akhiri dengan konsensus dari hasil pilihan tersebut.

31

D. SESI TAHAPAN PROSES FASILITASI DI MASYARAKAT


PENGANTAR
Pemicuan didasarkan pada rangsangan kolektif terhadap rasa jijik dan malu menghadapi faktafakta yang sederhana tentang buang air besar sembarangan dan akibat negative yang ditimbulkannya serta ditanggung oleh seluruh komunitas. Asumsi dasar yang dipakai adalah bahwa tidak ada manusia yang tidak bergerak ketika mereka mengetahui bahwa mereka telah makan tinja orang lain atau tinja dirinya sendiri. Tujuan dari apa yang dilakukan fasilitator adalah benar-benar membantu para anggota komunitas agar mereka dapat melihat perilaku mereka sendiri bahwa buang air besar sembarangan adalah menjijikkan dan berakibat pada lingkungan hidup yang buruk dan tidak sehat dan pada akhirnya berakibat fatal pada kehidupan manusia itu sendiri. Tentu semua tergantung pada komunitas bersangkutan untuk mengambil keputusan bagaimana cara mereka menangani masalah dan mencari jalan keluar atau tindakan yang sesuai dengan semangat dan kemampuan mereka. Fasilitator akan menyediakan alat-alat bantu (tools) untuk memicu warga dalam melakukan perubahan dan rencana tindakan secara kolektif. TUJUAN 1. Peserta memahami tahapan proses fasilitasi di masyarakat. 2. Peserta memahami alat-alat PRA yang digunakan untuk proses pemicuan. 3. Peserta menemukan dan menyepakati elemen-elemen pemicu dan faktor-faktor penghambat pemicuan (serta alat yang paling sesuai untuk masing-masing elemen pemicuan) baik yang bersifat umum maupun spesifik lokal. 4. Peserta memiliki ketrampilan dasar memfasilitasi CLTS dengan alat-alat utama yang disepakati. 5. Peserta memahami dan berkomitmen tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari saat fasilitasi di masyarakat (do and dont). WAKTU: Maksimum 270 menit (termasuk simulasi alat-alat utama PRA dalam CLTS) METODE: - Diskusi Kelompok terfokus (FGD) - Simulasi - Diskusi Plano ALAT BANTU: Kertas potong (metaplan) untuk menuliskan pernyataan-pernyataan dan simulasi alur kontaminasi Bubuk Kapur/tepung beberapa warna (untuk peta sosial) Air minum untuk peragaan kontaminasi Air bersih untuk peragaan kontaminasi Tepung kanji yang telah diolah menjadi lem Cairan Obat merah atau yodium Ember/kobokan
32

SPB-D.1 GAMBARAN UMUM TAHAPAN PEMICUAN


PROSES: Tanyakan kepada peserta siapa yang sudah pernah melakukan pemicuan?. Jika ada yang berpengalaman, minta bercerita secara singkat bagaimana dilakukan sejak persiapan (sebelum ke lapangan). Fasilitator merangkum cerita tersebut menjadi urutan/tahapan dalam rangkaian pemicuan (lihat dan gunakan bahan bacaan) yaitu kegiatan-kegiatan Pra Pemicuan Pemicuan dan Pasca Pemicuan. Lakukan diskusi apa yang penting pada tahap PRA PEMICUAN?, apa yang penting pada tahap PEMICUAN dan apa yang penting pada tahap PASCA PEMICUAN?. Rangkum hasil diskusi dan gunakan bahan bacaan dan perkuat pengalaman peserta.

SPB-D.2 ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTS


PROSES: Tanyakan kepada peserta siapa yang pernah mengenal dan mengimplementasikan metode Participatory Rural Appraisal (PRA). Jika sebagian ada yang sudah mengenal, minta peserta untuk menyebutkan alat-alat PRA apa saja yang dipakai untuk fasilitasi di masyarakat, yang berkaitan dengan program sanitasi. Jika belum ada yang mengenal PRA, kenalkan secara ringkas alat-alat utama PRA yang akan dipakai seperti pemetaan, transect walk, alur kontaminasi, dll. Berikan penjelasan singkat berkaitan dengan tujuan dari alat tersebut. Jelaskan bahwa alat-alat tersebut bukan tujuan, tetapi hanya sebagai alat bantu bagaimana masyarakat bisa mengambil keputusan dan merencakan perubahan.

SPB-D.3 ELEMEN-ELEMEN PEMICU DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PEMICUAN


PROSES: Bagi peserta menjadi 4 kelompok, kemudian minta mereka mendiskusikan dalam kelompok (selama 15-20 menit) topik berikut ini: 1) Kelompok 1 dan 2: Elemen-elemen apa yang bisa digunakan untuk memicu masyarakat dalam perubahan di bidang sanitasi? 2) Kelompok 3 dan 4: Hal-hal apa saja yang menjadi penghambat dalam pemicuan di masyarakat? Setiap jawaban dituliskan dalam lembar-lembar kertas (metaplan), setiap lembar untuk 1 pernyataan. Minta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya:

33

1) Mulailah dengan kelompok 1 dan 2, lakukanlah klarifikasi dan pendalaman agar tidak

ada elemen-elemen yang relevan namun tidak terungkap 2) Kembangkan diskusi pleno untuk merumuskan bersama alat-alat PRA yang tepat untuk digunakan dalam pemicuan setiap elemen. 3) Lanjutkan dengan kelompok 3 dan 4, lakukan juga klarifikasi dan pendalaman agar tidak ada hal-hal yang relevan namun tidak terungkap. 4) Kembangkan diskusi pleno untuk menegaskan bahwa hal-hal tersebut harus kita hindari dalam proses pemicuan disertai alasannya. Kembangkan diskusi mendalam untuk menemukan elemen-elemen dan hal-hal yang spesifik terkait dengan komunitas tertentu yang mungkin tidak tepat pada komunitas lainnya. Lakukan penggalian juga tentang metode-metode pemicuan lain yang bisa dikembangkan, misalnya: penggunaan pertunjukan/kesenian rakyat, pelibatan anak-anak dalam kampanye, lembaga dan kegiatan keagamaan, dll. Kumpulkan pernyataan-pernyataan yang telah disepakati (elemen pemicu dan hal penghambat) atau mintalah peserta menuliskannya kembali dalam bentuk yang lebih besar/menyolok, dan tempatkanlah di area yang strategis, sehingga peserta akan bisa terus membaca dan menginternalisasikan dalam diri masing-masing. Catatan: Untuk membiasakan bila masih ada waktu cukup, per-kelompok dapat menyusun pertanyaanpertanyaan kunci dari masing-masing elemen pemicuan. Ini bertujuan untuk mengasah keterampilan penggalian elemen saat praktek lapang nanti.

SPB-D.4 DEMONSTRASI ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTS


PROSES: Lanjutkan dengan demonstrasi (sebagai sarana belajar langsung bagi peserta dalam memfasilitasi masyarakat dan mengenal lebih dekat bagaimana alat-alat digunakan serta diskusi-diskusi tentang hal-hal penting yang terkait, mencakup tools berikut ini:
1) Pemetaan sosial 2) Transect walk 3) Penghitungan jumlah tinja per hari, minggu, bulan, tahun, dst. 4) Alur kontaminasi 5) Pencemaran air minum 6) Pencemaran air mandi dan cuci 7) Gangguan pada privacy perempuan, dll.

Ingatkan terus bahwa alat tersebut bukan tujuan, sehingga tidak ada urutan yang kaku. Semua sangat tergantung situasi dan kondisi masyarakatnya.

Adapun panduan proses demo alat-alat utama PRA seperti pada box dibawah ini.

34

Panduan Bermain Peran dalam Demonstrasi Alat-Alat Utama PRA


1. Mintalah sekitar 10 15 orang peserta (laki-laki dan perempuan) secara sukarela untuk berperan sebagai warga masyarakat suatu dusun dan mereka rata-rata masih melakukan praktek buang air besar sembarangan. Demo ini akan difasilitasi fasilitator pelatihan (Pelatih). 2. Sebelum proses dimulai, mintalah kepada peserta yang lain untuk menyimak proses simulasi dengan cermat, dan bila perlu mencatat langkah-langkahnya serta kata-kata kunci penting dalam proses ini. 3. Demo dimulai dengan Pemetaan Sosial, sehingga tergambarkan: batas wilayah pemukiman dan lahan pertanian/usaha, sebaran rumah warga, lokasi jamban dan BAB terbuka, akses setiap rumah terhadap jamban atau lokasi BAB terbuka, lokasi dan jenis sumber air minum dan air untuk keperluan rumah tangga lainnya, serta informasi lain yang relevan. 4. Lanjutkan dengan simulasi Transect dalam bentuk yang sederhana, dengan tekanan pada kunjungan ke lokasi BAB terbuka, dan tekankan bahwa tidak seorang pun boleh menutup hidungnya saat kunjungan ini. 5. Lanjutkanlah simulasi: Menghitung jumlah tinja (per hari, minggu, bulan, tahun), alur kontaminasi (Diagram F), kontaminasi air bersih, kontaminasi air minum, dan gangguan privacy pada perempuan serta pandangan agama tentang BAB terbuka. 6. Bangunlah suasana klimaks dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bertingkat dalam rangka mendorong perubahan: Bagaimana perasaan saudara-saudara hidup dengan suasana seperti ini? Apakah saudara-saudara ingin berubah? Bilamana komunitas menyatakan tak akan berubah, kembangkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam untuk memicu rasa malu takut penyakit rasa bersalah, dst. Bila tetap tidak ada perubahan sikap, (ini upaya akhir) lanjutkan dengan pernyataan: Terima kasih atas pelajaran yang saudara-saudari berikan kepada saya. Ini sangat berharga. Saya akan pulang, dan menuliskan pengalaman ini kemudian menceritakannya kepada teman-teman saya di desa saya, bahwa ternyata masyarakat disini masih senang berak di kebun/ sungai/ semak-semak. Dan bila diijinkan, sayapun akan memuat cerita ini di surat kabar atau majalah. 7. Bila ternyata masyarakat terlihat tergugah dan terpicu, lanjutkanlah dengan proses memfasilitasi perencanaan oleh masyarakat, dengan pertanyaanpertanyaan bertingkat: o Siapa saja yang akan memulai perubahan? (semua orang yang mau
o o o 8. berubah dicatat dalam kertas. Dalam bentuk apa? Kapan dimulai? Kapan selesai? Kapan masyarakat mentargetkan komunitas ini bebas dari kebiasaan BAB di tempat terbuka?

Tegaskanlah pada bagian akhir simulasi ini, bahwa perwakilan masyarakat (sekitar 6 orang dari setiap dusun) akan diundang dalam lokakarya di kabupaten untuk membagikan pengalamannya kepada peserta lokakarya. Simulasi berakhir.
35

SPB-D.5 APA YANG HARUS DILAKUKAN (DO) DAN DIHINDARI (DONT) DALAM CLTS
PROSES: Setelah peserta memiliki pemahaman tentang proses fasilitasi CLTS dari demo tersebut, ajak peserta untuk membahas apa kiat-kiat yang harus dikembangkan selama fasilitasi di masyarakat, sehingga proses fasilitasi berjalan lancar dan efektif. Ingatkan peserta dengan Hal-hal yang harus dilakukan (DO) dan hal-hal yang patut dihindari (DONT) dalam CLTS. Gunakan bahan bacaan untuk merangkum diskusi termasuk memperkuat pandangan peserta.

CATATAN PENTING: Elemen-elemen Pemicu dan Hal-hal yang Menghambat untuk setiap komunitas bisa jadi ada perbedaan. Hal ini menjadi penting untuk digali, agar pemicuan bisa terlaksana secara optimal, selain elemen-elemen yang umum berlaku di komunitas mana pun. Pastikan peserta paham alur fasilitasi umumnya dimulai dengan Pemetaan Sosial, namun seterusnya sangat fleksibel dengan situasi yang berkembang.

36

E. SESI PRAKTEK LAPANGAN DAN PERENCANAAN BERSAMA MASYARAKAT SPB-E.1 PERSIAPAN LAPANGAN
1.1. Pembentukan Kelompok
PENGANTAR Sesi ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menerapkan pendekatan CLTS, sehingga kegiatan ini banyak dilakukan dalam diskusi dan praktek di kelompok. Sesi praktek lapang ini diawali dengan pembentukan kelompok praktek lapang, dilanjutkan dengan persiapan lapang, simulasi dalam kelompok, praktek lapang itu sendiri, refleksi dan review proses dan hasil dari kegiatan praktek lapang tersebut. TUJUAN: Tersusunnya kelompok-kelompok praktek lapang yang komposisinya mencakup seluruh komponen tim kabupaten. WAKTU: 30 menit. METODE: Pemilihan demokratis. MATERI: ----ALAT BANTU: Kertas plano PROSES: a) Jelaskanlah kepada peserta, bahwa pada hari ketiga akan dilaksanakan Praktek Lapang Fasilitasi CLTS (Pemicuan dan Perencanaan) di Komunitas. Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil (catatan: untuk kepentingan praktek lapang idealnya anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang1) Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan dari individu-individu yang mewakili berbagai komponen yang ada (berdasarkan bidang keahlian, unsur instansi atau lokasi kerja, dan seterusnya), sehingga diharapkan semua kelompok memikili kapasitas yang berimbang. b) Laksanakanlah proses pembentukan/pembagian kelompok, dengan cara membentuk barisan memanjang ke belakang sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting untuk membagi peserta berdasar komposisi (gender) dan unsur peserta. Misal, peserta dari bidang kesehatan mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang

Ini akan terkait dengan jumlah lokasi praktek lapang yang harus dipersiapkan. Bila total peserta ada 25 orang, maka akan baik bila kelompok dapat dibagi menjadi 4 kelompok dan telah disiapkan 4 komunitas yang akan menjadi sasaran praktek lapang. Perlu diingat bahwa setiap kelompok harus didampingi oleh fasilitator yang paham tentang pendekatan CLTS.

37

berbeda, selanjutnya dari unsur teknis, bidang perencanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu. c) Tulislah di papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.

1.2. Persiapan Kelompok (Penyusunan strategi/Panduan Praktek Lapangan dan Simulasi Kelompok )
TUJUAN: 1. Tersusunnya panduan dan strategi praktek lapang 2. Peserta siap memfasilitasi proses CLTS di masyarakat dan sekolah. WAKTU: Maksimum 180 menit METODE: Simulasi Penugasan dan pendampingan. MATERI: Komposisi tim dalam memfasilitasi CLTS di komunitas Panduan Fasilitasi CLTS di Komunitas ALAT BANTU: Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial Kertas potong (metaplan) Kertas plano Spidol besar dan kecil Flagband Ember untuk tempat air bersih Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas/kelompok) Video camera PROSES: a) Jelaskan bahwa selanjutnya peserta akan melaksanakan praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila perlu). b) Berikan gambaran tentang komposisi tugas anggota tim yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi CLTS di komunitas, sebagai berikut: Fasilitator Utama; yang menjadi motor utama proses fasilitasi, 1 orang Assistent Facilitator: membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi, Pencatat proses; bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi /pelaporan program

38

Penjaga alur proses fasilitasi; bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi. Penata Suasana/Pengaman; menjaga suasana serius proses fasilitasi, misalnya dengan mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye sanitasi, misalnya dengan: menyanyi bersama, meneriakkan slogan, yel-yel, dsb.), mengajak berdiskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb.

c) Minta wakil dari komunitas (yang sengaja diundang pada persiapan ini) atau panitia untuk menjelaskan lokasi praktek lapang dan gambaran awal lokasi, rencana keberangkatan (waktu, perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan, dll.). d) Berikan penugasan kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri dan dampingi sesuai dengan keperluan. e) Bila masih ada cukup waktu, lakukan simulasi fasilitasi atau pendalaman CLTS baik di tingkat kelompok atau gabungan seluruh peserta. Minta salah satu kelompok untuk menjadi tim fasilitator dan peserta lainnya sebagai masyarakat (10 15 orang). CATATAN PENTING: Dalam fasilitasi sebenarnya, urutan tidaklah dibakukan, namun pemetaan sosial semestinya dilakukan pertama Lokasi pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun hasilnya hasrus segera dipindahkan ke kertas plano Lokasi pemicuan dengan alat-alat oral faecal, menghitung tinja, dll. tidaklah harus di ruang pertemuan tertutup, tetapi sebaiknya di lokasi-lokasi yang bisa mengoptimalkan rasa jijik, takut penyakit, berdosa, dll.

SPB-E.2 PELAKSANAAN PRAKTEK PEMICUAN DAN PERENCANAAN DI MASYARAKAT


TUJUAN: Masyarakat memahami permasalahan sanitasi di komunitasnya dan berkomitmen untuk memecahkannya secara swadaya Tersusunnya rencana kegiatan masyarakat dalam rangka pemecahan masalah sanitasi di komunitasnya Terpilihnya panitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan masyarakat.

WAKTU: 7-8 jam di komunitas METODE: 1) Praktek di komunitas oleh kelompok-kelompok dengan alat/tools: Pemetaan
39

Transek FGD Simulasi Pemilihan demokratis

2) Pemantauan dan umpan balik lapangan oleh Pelatih: Observasi dan asistensi terhadap praktek fasilitasi yang dilakukan peserta. MATERI: Panduan Pemicuan CLTS di Komunitas Outline penulisan pembelajaran dan pelaporan lapangan. ALAT BANTU: set kit untuk praktek lapangan PROSES: Karena kegiatan praktek lapang yang dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil (bukan simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin diminimalisir. Fungsi fasilitator/ pelatih yang melakukan observasi dan asistensi adalah menjamin agar proses dan hasil fasilitasi yang dilakukan peserta benar dan optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu disepakati dengan para peserta yang memfasilitasi di tingkat komunitas, agar proses dan hasil sesuai yang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator haruslah dijaga (apalagi akan terus memfasilitasi komunitas tersebut). Bila memungkinkan, setiap kelompok sebaiknya didampingi oleh 1-2 fasilitator/ pelatih yang hanya berkonsentrasi untuk kelompok tersebut. CATATAN PENTING: Ingatkanlah, bahwa esok hari perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12 orang per desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan akan dijemput (jam 09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi sanitasi hingga saat ini) dan rencana ke depan kepada seluruh peserta pelatihan di tempat penyelenggaraan pelatihan, sekaligus makan siang bersama. Wakil masyarakat akan diantar kembali ke dusun/desa sekitar jam 14.00 dari tempat pelatihan. Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya disalin ke kertas (plano) sebagai bahan presentasi masyarakat.

SPB-E.3 KOMPILASI TEMUAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN DAN PELAPORAN PEMBELAJARAN


TUJUAN: Tersusunnya item-item pembelajaran dari praktek lapang setiap kelompok Tersusunnya laporan proses dan hasil praktek lapang setiap kelompok WAKTU: Maksimum 120 menit METODE: Diskusi kelompok MATERI: Hasil praktek lapang.
40

ALAT BANTU: Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta PROSES: a) Jelaskanlah, bahwa sebelum bertemu masyarakat (pleno selanjutnya) akan dilakukan refleksi temuan praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang menggambarkan proses dan hasil serta pembelajaran yang diperoleh dari praktek lapang tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan laporannya. Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan tentang analisis yang bisa membantu menemukan pembelajaran dimaksud, misalnya: analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) atau analisis praktek baik. b) Persilahkan masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya. c) Fasilitator/Pelatih pendamping di lapangan dari setiap kelompok, tetap mendampingi agar tugas benar-benar terselesaikan dengan baik. CATATAN PENTING: Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator yang mendampingi dalam praktek lapangan supaya bisa membantu memberikan umpan balik.

SPB-E.4 DISKUSI PLENO DENGAN MASYARAKAT DAN PARAPIHAK


TUJUAN: Dipahaminya rencana kegiatan masyarakat oleh seluruh komponen tim kabupaten. Meningkatnya motivasi masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka susun. Disepakatinya komitmen semua pihak untuk keberhasilan pencapaian rencana kegiatan masyarakat. WAKTU: Maksimum 120 menit METODE: Presentasi masyarakat Diskusi pleno Feedback progresif. MATERI: Presentasi kondisi sanitasi saat ini dan rencana ke depan dari setiap komunitas. ALAT BANTU: Semua visual hasil pemicuan ditempel di dinding. Matriks kompetisi antar kelompok. PROSES: a) Jelaskanlah tujuan sessi. b) Persilakan wakil masyarakat yang akan memulai presentasi untuk mempresentasikan kondisi sanitasi di komunitasnya dan rencana mereka ke depan (waktu tersedia sekitar 20

41

menit untuk setiap kelompok). Jika diperlukan berikan kesempatan kepada peserta yang telah memfasilitasi kemarin untuk menambahkan. c) Pada setiap akhir presentasi kelompok, lakukanlah penegasan-penegasan untuk meningkatkan motivasi masyarakat, misalnya: mengajak peserta memberi applaus, menegaskan tentang tanggal bebas BAB terbuka untuk setiap komunitas, menunjukkan para natural leader yang akan memotori gerakan masyarakat, dll. d) Pada akhir session berikanlah penegasan-penegasan untuk membangun komitmen bersama semua pihak dalam upaya pencapaian bebas BAB terbuka di tingkat yang lebih luas

42

F. SESI REFLEKSI, PEMBELAJARAN PRAKTEK LAPANGAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT PELATIHAN SPB-F.1 REFLEKSI TEMUAN PRAKTEK LAPANGAN
TUJUAN: Mengidentifikasi beberapa hambatan yang ditemui dalam pemicuan dan upaya yang penting dilakukan kedepan. Mengidentifikasi pembelajaran penting yang diperoleh selama pemicuan dalam praktek lapangan. WAKTU: Maksimum 120 menit METODE: Presentasi kelompok Berbagai cerita sukses dan cerita menantang dalam pemicuan Diskusi pleno MATERI: Laporan praktek lapang masing-masing kelompok ALAT BANTU: Sesuai keperluan presentasi PROSES: a) Jelaskanlah tujuan session. Tegaskan bahwa waktu yang tersedia untuk setiap kelompok sekitar 20 menit (10 menit presentasi dan 10 menit untuk diskusi penajaman). b) Berikanlah kesempatan kepada kelompok yang ingin memulai presentasi dan tanya jawab pendalaman khususnya tentang pembelajaran yang diperoleh. Lanjutkan sampai seluruh kelompok mempresentasikan laporannya. c) Diskusikan dalam pleno tentang pembelajaran bersama yang diperoleh, khususnya tentang apa yang seharusnya dilakukan, apa yang seharusnya dihindari serta apa yang spesifik bisa dikembangkan di daerah setempat.

SPB-F.2 PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) DAN KOMITMEN BERSAMA


TUJUAN: Peserta memahami kegiatan tindak lanjut dan pengembangan kegiatan ke depan (scalingup) Tersusunnya rencana tindak lanjut tim kabupaten dalam rangka pendampingan implementasi rencana kegiatan masyarakat yang telah terpicu dan pengembangan kegiatan CLTS di lokasi lainnya. WAKTU: Maksimum 120 menit

43

METODE: Diskusi kelompok Diskusi sharing antara tim Puskesmas atau Tim Kabupaten MATERI: Matrik RTL ALAT BANTU: Kertas plano PROSES: a) Jelaskanlah tujuan session. Sebelum dimulai penyusunan RTL, Fasilitator mengingatkan bahwa pencapaian status ODF (bebas BABS) bukan tujuan akhir dari CLTS, tapi sebagai entry point untuk kegiatan lainnya, termasuk pencapaian TOTAL SANITASI. Fasilitator juga memberikan gambaran tentang pengalaman perluasan kegiatan sebagai upaya scaling-up. b) Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok berdasarkan peserta. Misalnya kelompok Desa I, Kelompok Desa II dan Kelompok Kabupaten atau Kelompok Puskesmas-I dsb. c) Tugas setiap kelompok untuk menyusun RTL dalam rangka pengembangan pemicuan, pendampingan pelaksanaan rencana masyarakat yang telah terpicu dan pengembangan ke area yang lebih luas. Sediakan waktu 30 menit untuk menyusun RTL ini. Format yang bisa digunakan, contohnya: Kegiatan Tujuan Waktu Biaya Penanggungjawab

a) Mintalah setiap kelompok mempresentasikan RTL-nya dan berikanlah kesempatan untuk klarifikasi bersama agar tidak terjadi tumpang tindih dan pertentangan rencana antar kelompok dalam satu kabupaten. b) Berikan penegasan-penegasan dan pengembangan yang mungkin dilakukan dalam RTL bersama di tingkat kabupaten. Tegaskanlah bahwa motor utama kegiatan adalah mereka, karena merekalah yang akan terus bersama masyarakat di kabupaten ini. Pada sesi ini juga penting untuk membangun kesepakatan, termasuk membentuk tim inti yang bertanggung jawab dalam memonitor pelaksanaan RTL dan juga pengembangan program STBM kedepan. c) Gali kemungkinan memonitor hasil pemicuan dimasa depan misalnya: Membiasakan diri CTPS harus terus menerus diingatkan, bentuk kegiatannya antara lain: disekolah: a. Murid diberi PR untuk membuat prakarya sarana yang nantinya akan dipakai di rumah. b. Gambar bertema Cuci Tangan, bagaimana cara CTPS, akibat jika tidak CTPS, atau gambar kuman, telapak tangan dll. c. Gambar adalah media yang paling disukai anak kelas 1-5. d. Gambar CLTS dengan tugas membuat cerita lingkungan bersih, kebiasaan BAB sembarangan, cara/kebiasaan CTPS. e. Mengunjungi guru TK dan SD, praktek bersama guru dan murid f. Mengembangkan lagu CTPS bersama murid dengan referensi lagu popular g. Murid memonitor keluarganya CTPS, kemudian berkembang ke tetangganya

44

h. Kalender CTPS (usulan PKK), bisa di sekolah dan di rumah tangga, terutama di dasawisma/Posyandu yang telah jalan. Contoh tabel monitoring CTPS.
Waktu Penting CTPS Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Sebelum Makan Setelah BAB Sebelum memasak Setelah bermain

Beri contreng () jika se ap hari telah melakukan kegiatan CTPS. Waktu pentingnya dapat ditentukan bersama.

G. SESI PEMETAAN PEMAHAMAN AKHIR, EVALUASI PELATIHAN DAN PENUTUPAN SPB-G.1 PEMETAAN PEMAHAMAN AKHIR PESERTA DAN PEMBELAJARAN
TUJUAN Mendapatkan gambaran akhir tingkat pemahaman pengetahuan dan ketrampilan peserta berdasarkan penilaian pribadi terhadap materi pelatihan. Mendapatkan gambaran tentang materi apa saja yang masih perlu mendapat perhatian selanjutnya selama pendampingan (program berjalan di lapangan on the job) melalui klinik pendampingan, review dan refleksi, dll.

WAKTU: 20 menit METODE: sama dengan yang digunakan pada SPB-B.2. di awal proses pelatihan ALAT BANTU: sama dengan yang digunakan pada SPB-B.2 PROSES: Khusus jika menggunakan cara-2 (seperti di awal proses pemetaan pemahaman awal). Pada kertas pemahaman yang sudah ditempel di dinding, tutup/tempel kolom yang sudah diisi (pemahaman awal) dengan kertas supaya tidak mempengaruhi pengisian tingkat pemahaman akhir setiap peserta. Minta setiap peserta secara teratur mengisi kolom tingkat pemahaman akhir dari setiap materi secara bertahap. Pengisian dengan alat/bahan yang sama (stiker dot atau spidol atau yang lainnya tergantung apa yang digukana pada saat pemeatan awal peserta. Buka kertas yang ditutup tingkat pemahaman awal, kemudian lakukan presentasi singkat kepada semua peserta dari setiap materi. Jelaskan sejauh mana peningkatan pemahaman rata-rata peserta dari setiap materi. Coba tanyakan secara spontan apa factor utamanya perubahan tersebut?.

45

Jika perubahan pemahaman sangat signifikan, ajak peserta merayakan dengan bertepuk tangan dan berikan selamat bahwa peserta telah mampu meningkatkan kapasitas mereka dalam pemicuan dan pemahaman STBM secara umum.

SPB-G.2 EVALUASI PELATIHAN


TUJUAN: Mendapatkan masukan dari peserta tentang tingkat keberhasilan pelatihan dan saransaran untuk perbaikan. Mengidentifikasi pembelajaran utama yang diperoleh peserta selama pelatihan.

WAKTU: 30 menit METODE: Self evaluasi (partisipatif) Penulisan dalam kartu MATERI: Aspek evaluasi dan pembelajaran utama yang diperoleh peserta selama pelatihan. ALAT BANTU: Sesuai metode yang digunakan. PROSES: Tergantung metode yang digunakan (tertulis, lisan, kombinasi gerakan dan lisan, dsb.). Komponen-komponen yang perlu dievaluasi, biasanya mencakup: pencapaian tujuan pelatihan, kegunaan/manfaat pelatihan terhadap pekerjaan peserta, partisipasi peserta selama pelatihan, ketrampilan fasilitator dalam mendinamisir proses, tingkat layanan panitia, dukungan materi tertulis, dukungan konsumsi dan akomodasi, dll. Skala penilaian bisa menggunakan: prosentase atau gradasi kepuasan (sangat puas s/d sangat tidak puas) dan sebagainya. Setiap peserta diminta menuliskan dalam 1 kartu metaplan tentang pembelajaran utama apa yang diperoleh selama pelatihan dan mendukung kerja-kerja di lapangan.

SPB-G.3 PENUTUPAN
TUJUAN: Pelatihan ditutup secara resmi dan memperoleh penguatan dukungan komitmen dari Pemerintah Kabupaten. Mendapatkan informasi kejelasan wujud komitmen Pemerintah Kabupaten dalam mendukung tindak lanjut penerapan CLTS dalam program STBM. WAKTU: 30 menit METODE: (sesuai dengan kebijakan lokal, namun umumnya dalam bentuk upacara sederhana dan yel-yel komitmen penutup).
46

MATERI: Laporan Ketua Panitia Sambutan Tim Pusat Sambutan Bupati Doa ALAT BANTU: Sett up ruangan sebisa mungkin informal dan tetap disesuaikan dengan budaya birokrasi Pemerintah Kabupaten/Propinsi setempat. PROSES: Sangat tergantung dengan pola acara yang ditentukan dan dipilih oleh Pemerintah Kabupaten/Propinsi, namun secara umum proses penutupan sederhana dan dibangun informal adalah sebagai berikut: Salam pembuka Laporan Ketua Panitia tentang telah selesainya kegiatan pelatihan (proses dan hasilnya). Sambutan Tim Pusat untuk menegaskan dukungan dan harapan akan keberhasilan pelaksanaan program STBM di daerah. Sambutan Bupati untuk menegaskan kembali dukungan Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan program STBM, sehingga meningkatkan motivasi peserta dan pihak terkait dalam mensukseskan program ini. Sekaligus pada kesempatan ini, Bupati menutup secara resmi pelatihan. Pembacaan doa, Salam penutup. Foto bersama Bupati dan seluruh peserta dan panitia.

47

BAGIAN 3 REFERENSI BEBERAPA JENIS PERMAINAN


Ada beberapa jenis permainan yang bisa digunakan untuk mencairkan suasana, diantaranya: Berhitung bersama cara India Dalam formasi lingkaran berdiri, mintalah peserta berhitung mulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya dengan ketentuan sebagai berikut: Saat menyebut angka 4 setiap individu harus meletakkan salah satu tangannya (kiri atau kanan) di dada secara menyilang. Giliran selanjutnya untuk angka 5 akan diteruskan oleh individu di sampingnya sesuai dengan arah silang tangannya yang dapat angka 4. Jika tangan kanan yang diangkat dan menyilang ke kiri, maka individua sebelah kiri yang menyebut angka 5 (dan sebaliknya), maka individu sebelah kanan harus meneruskan ke angka berikutnya. Individu yang mendapati dirinya kena menyebut angka 5 (dan kelipatannya) harus memperagakan aktivitas lain, misalnya: menunduk sembari memberi salam, kemudian angka berikutnya diteruskan sesuai dengan arah penghitungan yang sedang berkembang. Partisipan yang salah atau terlambat dalam menyebut angka dirinya dikeluarkan dari lingkaran dan setelah terkumpul sekitar 3-5 orang diberikan hukuman sesuai kesepakatan. Lakukan refleksi bersama tentang apa yang memperlancar dan menghambat dalam permainan ini.

Tujuh boom Langkah-langkahnya sama, namun pada hitungan 7 (atau kelipatannya) peserta tidak menyebut angka melainkan berteriak boom.

Berbaris sesuai kriteria Mintalah partisipan berbagi menjadi 4 atau 5 kelompok, dan mintalah setiap kelompok berbaris memanjang ke belakang. Tugaskanlah dalam beberapa kali tahapan agar setiap kelompok membuat barisan sesuai kriteria yang anda tentukan, misal: berurutan dari depan ke belakang dari yang paling tua sampai yang paling muda, dari yang paling pendek sampai yang paling tinggi, dari yang paling panjang rambutnya sampai yang paling pendek, dan seterusnya. Sediakan waktu 10 detik untuk setiap tugas (kriteria), kemudian periksalah kebenaran barisan setiap kelompok dan buatlah scoring di papan tulis. Setelah beberapa tahap, hitunglah bersama seluruh partisipan score masing-masing kelompok. Sepakatilah siapa Juara I, II, III dan seterusnya. Lakukan refleksi bersama dengan pertanyaan: Apa yang membuat sukses para juara? Apa yang menghambat kelompok dengan score terendah?

dan banyak lagi permainan lainnya yang bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.

48

You might also like