You are on page 1of 18

Laporan Praktikum ke 5 M.K.

Pengemasan Pangan

Tanggal Mulai Tanggal Selesai

: 6 Maret 2012 : 13 Maret 2012

KEMASAN LOGAM
Oleh : Kelompok 3/A-P2 Suci Ramadhani Rico Fernando Theo Pratiwi Indah Ekasastri Eka Nina Wulan Dewi S J3E111003 J3E111044 J3E111055 J3E111107 J3E111135

Asisten Praktikum : Sofiatul Andariah

Penanggung Jawab : Dwi Yuni Hastuti, STP,DEA

PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengemasan merupakan salah satu proses dalm industri yang memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya mutu produk. Pengemasan harus dilakukan dengan benar, karena pengemasan yang salah dapat mengakibatkan produk menjadi tidak memenuhi syarat mutunya. Menurut Agoes (2004) kemasan yang ideal adalah apabila secara kimia inert total, dan memungkinkan bahan makanan mempertahankan karakteristik aslinya namun pada kenyataannya jarang sekali bahan pengemas yang betul-betul inert. Beberapa reaksi tidak dapat dihindari atau dicegah tergantung pada sifat-sifat bahan pengemas dan tipe makanan yang diawetkan. Kemasan logam merupakan jenis terbanyak yang dipakai pada kemasan makanan. Terutama dipakai untuk produk makanan yang siap saji. Kemasan logam mempunyai diversitas yang besar dengan eksterior yang inovatif berupa garfik, bentuk fitur pembukaan untuk menyesuaikan kemasan terhadap isinya, sehingga lebih menarik konsumen yang selalu mencari kepuasan pada aspek dasar seperti mutu, pelayanan, kesehatan dan keamanan. Kemasan logam diproduksi dengan berbagai ukuran dan bentuk. Bentuk bundar konvensional dan konis merupakan bentuk yang paling banyak digunakan. Ketahanan mekanis dari logam yang dipakai (yakni ketahanan terhadap deformasi) memfasilitasi laju produksi terotomatisasi dari beberapa ratus kaleng permenit. Konduktifitas termal yang baik membantu penetrasi panas selama proses termal. Kaleng dapat bertahan terhadap perubahan suhu dan tekanan dalam range luas. Peralatan handling kaleng yang modern dan metode transport juga dimudahkan oleh ketangguhan dari logam. Komponen logam kedap terhadap debu, gas, cairan, dan mikrooorganisme dan tak tembus cahaya dan radiasi ionisasi, hanya menyediakan wadah dengan perlindungan yang diperlukan terhadap isinya. Satu-satu kelemahannya adalah pada lipatan seam yang digunakan untuk membentuk dan menyegel wadah.

1.2 Tujuan Praktikum Praktikum ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengukur dimensi kaleng menurut English Units, mengetahui cara-cara pengujian lapisan enamel, dan mempelajari keunikan properties kemasan laminasi pada produk kripik kentang dan cokelat batang.

BAB II METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan Alat : Jangka sorong Pisau Gunting Panci Gelas jar Bahan : Kemasan kaleng Kaleng berenamel Bawang merah Kemasan keripik kentang Kemasan coklat Air destilata Larutan tembaga Sulfat dan HCL

2.2 Metode Langkah langkah yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut: Pengamatan Mengukur Dimensi Kaleng: Dilakukan pengukuran kaleng Hasil pengukuran dikonversikan dalam satuan inchi Hasilnya dinyatakan dalam dimensi kemasan sesuai english units

Pengujian lapisan enamel kaleng: Uji daya tahan enamel terhadap senyawa belerang, disiapkan contoh plat kaleng ukuran 1,5x1,5 cm, dimasukan ke gelas jar Bawang merah yang telah dikupas dimasukan ke dalam gelas jar Diisi dengan air panas 90 C dan head space 0,25 inches
0

Ditutup gelas jar (disterilisasi 1200 selama 60 menit) Didinginkan Diperiksa ada atau tidaknya pelepuhan enamel dan noda-noda yang tidak diinginkan pada pelat kaleng.

Pengujian keseragaman lapisan enamel: Dibuat larutan penguji dengan mencampur air destilata, tembaga sulfat, dan HCL pekat dengan perbandingan 70:20:10 Disiapkan contoh pelat kaleng yang aka diuji (ukuran 1,5x1,5 cm) Direndam dalam larutan penguji selama 2 menit pada suhu ruang Dicuci degan air bersih dan dilakukan pengamatan

Membandingkan efektivitas kemasan laminasi: Diamati kemasan keripik singkong dan coklat (berapa plastik yang dapat ditemukan) Dibuat tanda pada lapisan tersebut Pegang kemasan, arahkan ke sumber cahaya (matahari atau lampu) dengan kemasan alumunium foil yang diarahkan ke bagian praktikan serta bagian printing ke sebelah bagian luar. Dapat dilihat atau tidak printingnya Huruf A dituliskan pada sisi alumunium foil dengan spidol permanen, pegang kemasan alufo ke arh cahaya dengan huruf A disebelah luar (cahaya). Dilihat penampakan huruf A melalui alufo

Dijelaskan hasilnya

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengukuran Dimensi Kaleng Nama Produk Sarden Lycees Nescafe Diameter 215 inch 306 inch 201 inch Tinggi 112 inch 408 inch 504 inch Dimensi Logam ( DxT) 215 x 112 306 x 408 201 x 504

Pengujian lapisan enamel kaleng Hasil pengamatan Media uji Perlakuam Bau sulfur Pelat kaleng ukuran 1.5 x 1.5 cm 2 siung bawang merah Noda hitam Kemerahan Goresan

Pengujian Keseragaman Lapisan Enamel. Hasil pengamatan Media uji Perlakuam Noda Hitam Pelat kaleng ukuran 1.5 x 1.5 cm Air destilata, CuSO4,HCl pekat, Kemerahan Goresan

Perbandingan Efektivitas Kemasan Laminasi Nama Produk Kemasan Keripik Kemasan coklat Lapisan yang terlihat 5Lapisan 3Lapisan Printing Kemasan Tidak Terlihat Terlihat Penampakan Huruf A Tidak Terlihat Terlihat

3.2 Pembahasan Pengukuran Dimensi Kaleng Wadah logam dalam bentuk kotak atau cangkir emas digunakan pada zaman kuno sebagai lambang prestise. Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama sekali dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Akhir tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan penutupannya yang lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai wadah pelumas. Keuntungan wadah kaleng untuk makanan dan minuman, ialah karena mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi, barrier yang baik terhadap gas, uap air, jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermetis. Toksisitasnya relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke bahan yang dikemas. Tahan terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim, mempunyai permukaan yang ideal untuk dekorasi dan pelabelan (Syarief et al. 1989). Bentuk kemasan dari bahan logam yang digunakan untuk bahan pangan yaitu : - bentuk kaleng tinplate - kaleng alumunium - bentuk alumunium foil Kaleng tinplate banyak digunakan dalam industri makanan dan komponen utama untuk tutup botol atau jars. Kaleng alumunium banyak digunakan dalam industry minuman. Alumunium foil banyak digunakan sebagai bagian dari kemasan bentuk kantong bersama-sama/dilaminasi dengan berbagai jenis plastik, dan banyak digunakan oleh industri makanan ringan, susu bubuk dan sebagainya.

Pada praktikum ini, praktikan melakukan percobaan pengukuran dimensi kemasan kaleng. Pengukuran dilakukan kepada 3 kemasan kaleng, yaitu: kaleng sarden, kaleng lycee, dan kaleng nescafe. Pengukuran didasarkan kepada diameter dan tinggi kaleng dengan menggunakan mikrometer sekrup. Pengukuran yang didapat panjangnya dalam cm, lalu dikonversikan kedalam inch. Hasil perhitungan dikonversikan ke dalam dimensi kaleng (English Unit). Dari hasil percobaan, kaleng sarden memiliki diameter 215 inch, tinggi 112 inch, dan dimensi kaleng 215 x 112. Kaleng lycees memiliki diameter 306 inch , tinggi 408 inch,dan dimensi kaleng 306 x 408. Kaleng nescafe memiliki diameter 201 inch, tinggi 504 inch, dan dimensi kaleng 201 x 504. Kaleng minuman memiliki ukuran tinggi yang lebih tinggi dan diameter yang lebih kecil sedangkan kaleng makanan memiliki ukuran tinggi yang lebih pendek dan ukuran diameter yang lebih besar. Kaleng sarden, lycees,dan nescafe merupakan kaleng jenis round can. Round can adalah kaleng yang berbentuk fisik secara visual berupa lingkaran atau bulat dengan unsur penyusunnya berupa komponen body dan end serta asesoris pelengkap sesuai fungsi dan kegunaannya. Ukuran kaleng ini mempengaruhi jumlah volume bahan yang dapat dikalengkan (lihat pada tabel). Tabel Dimensi dan Volume Kaleng Dimensi Kaleng ( D x T) 202x214 202x311 211x301 211x502 301x407 401x41 603x702 Pengujian lapisan enamel kaleng Lapisan enamel merupakan lapisan non logam pada kaleng, melapisi metal (mencegah korosi), melindungi kontak langsung dengan produk.. Enamel dalam berfungsi untuk mencegah korosi, sedangkan enamel luar berfungsi untuk mencegah korosi dan untuk dekorasi. Interaksi antara bahan pangan dengan Volume bahan yang dikalengkan (ml) 120-125 65-170 200 370-375 410-425 800 3000

kemasan ini dapat menimbulkan korosi yang menghasilkan warna serta flavor yang tidak diinginkan, misalnya : Terbentuknya warna hitam yang disebabkan oleh reaksi antara besi atau timahdengan sulfida pada makanan berasam rendah (berprotein tinggi). Pemucatan pigmen merah dari sayuran/buah-buahan seperti bit atau anggur karena reaksi dengan baja, timah atau aluminium. Pada praktikum ini, dilakukan pengujian lapisan enamel pada kaleng terhadap senyawa belerang yang berasal dari bawang merah. Plat kaleng yang telah disediakan dipotong menggunakan gunting dengan ukuran 1,5cm x1,5cm2. Plat yang telah dipotong dimasukkan ke dalam gelas jar. Kemudian kupas 2 buah bawang merah dan masukan ke dalam gelas jar. Gelas jar yang berisi plat kaleng dan bawang merah disi dengan air panas dengan suhu 900C hingga batas yang ditentukan ( head space 0,25 inch ). Pemberian head space bertujuan untuk memberi ruang pemuaian. Kemudian tutup gelas jar dengan rapat, dimasukkan ke dalam panci dan disterilkan dengan suhu 1200 C selama 60 menit. Setelah dipanaskan, gelas diangkat dan didinginkan. Dari hasil pengamatan, air yang ada di dalam gelas jar berubah menjadi kuning karena bawang mencair dan mengeluarkan senyawa belerang. Plat kaleng yang dicelupkan ke dalam larutan berisi senyawa belerang tidak terdapat noda ataupun bercak pada bagian enamel ataupun pada bagian luar plat kaleng. Hal ini menunjukan bahwa lapisan enamel pada plat kaleng bersifat melindungi dari proses reaksi elektrolisis (korosi) dengan senyawa belerang. Selain itu juga menandakan bahwa coating (pelapisan logam) terjadi secara sempurna. Bila terdapat bercak atau noda, itu menandakan bahwa coating pada kaleng tidak sempurna sehingga belerang dapat bereaksi dengan baja ataupun timah ( terjadi proses korosi). Sifat perlindungan lapisan enamel terhadap senyawa belerang dipengaruhi oleh jenis lapisan enamel yang digunakan untuk melapisi plat kaleng. Jenis lapisan enamel yang digunakan berdasarkan aplikasinya adalah LPL (Lapisan pelindung luar). LPL yang diaplikasikan untuk mencegah terjadinya korosi atau sebagai dekorasi. Lapisan enamel yang digunakan berdasarkan bahan pelapisnya adalah jenis Oleoresinous lacquers. Oleoresinous lacquers digunakan untuk

berbagai tujuan, harganya murah, pelapis dengan warna keemasan. Lapisan ini biasa digunakan untuk bir, minuman sari buah dan sayuran. Pelapis ini dapat digabung dengan zink oksida (Cenamel) yang digunakan untuk kacangkacangan, sayur, sop, daging dan bahan pangan lain yang mengandung sulfur (belerang). Pengujian keseragaman lapisan enamel Pada praktikum ini, praktikan mealukan percobaan pengujian keseragaman lapisan enamel. Kaleng yang telah disiapkan dibuka sehingga membentuk lembaran, kemudian dipotong dengan ukuran 1,5 x1,5cm2 dengan menggunakan gunting. Setelah terbentuk kotak kecil dengan ukuran 1,5 x1,5cm2, disiapkan larutan campuran antara air destilata, tembaga sulfat dan HCl pekat dengan perbandingan 70:20:10. Kemudian plat kaleng yang sudah dipotong dengan ukuran 1,5 x1,5cm2 dicelupkan ke dalam gelas jar menggunakan pinset, diamkan selama 2menit agar plat kaleng benar benar bereaksi dengan sempurna. Setelah itu diambil menggunakan pinset hal ini untuk melindungi tangan dari larutan asam kuat dan diamati. Dari hasil pengamatan, dapat terlihat bila lapisan dalam yang tidak diberi lapisan enamel, logam atau besi yang terkandung dalam kaleng dapat bereaksi dengan bahan pangan terutama bahan pangan yang mengandung asam sehingga terjadi korosi. Pada lapisan luar terdapat bercak hitam (korosi) dan dipinggirnya terdapat reaksi antara besi atau timah dengan Cu sedangkan warna pink yang tampak di pinggir kaleng atau logam dikarenakan pemotongan logam sehingga bagian pinggir tersebut terbuka atau tergores sehingga besi atau timah bereaksi dengan asam. Salah satu penyebab kecacatan pada kaleng adalah pelapisan enamel yang tidak seragam pada permukaan kaleng sehingga bagian kaleng yang tidak terlaminasi akan mengalami kerusakan. Korosi adalah cacat berupa karat (bercak hitam) yang diakibatkan proses reaksi bahan kimiawi bersifat korosif, baik itu air maupun asam. Umumnya, bahan yang tidak dilapisi printing (enamel) mudah terkena bahan kimia asam atau udara yang lembab sehingga terjadi reaksi oksidasi yang berakibat lanjut karat. Teatapi apabila pada kodisi bahan printing plain bertumpuk dan terjadi karat disisi plain, maka karat yang terjadi dikatagorikan Secondary Corrosion, artinya karat

yang bukan terjadi pada bahan yang bersangkutan, tetapi akibat terkontaminasi bahan lain yang berkarat. Beberapa faktor yang menentukan terbentuknya karat pada kemasan kaleng adalah : Sifat bahan pangan, terutama pH Adanya faktor-faktor pemicu, misalnya nitrat, belerang dan zat warna antosianin. Banyaknya sisa oksigen dalam bahan pangan khususnya pada bagian atas kaleng (head space), yang sangat ditentukan pada saat proses blanching, pengisian danexhausting. Faktor yang berasal dari bahan kemasan, misalnya berat lapisan timah, jenis dankomposisi lapisan baja dasar, efektivitas perlakuan permukaan, jenis lapisan dan lain-lain. Suhu dan waktu penyimpanan, serta kebersihan ruang penyimpanan

Perkaratan pada kemasan kaleng ini dapat menyebabkan terjadinya migrasi Sn ke dalam makanan yang dikemas. Untuk mencegah korosi, maka lapisan luar dan dalam kaleng harus dilapisi dengan enamel. Jenis-jenis lapisan enamel yang digunakan adalah : Epoksi-fenolik, merupakan pelapis yang banyak digunakan, bersifat tahan asam serta mempunyai resistensi dan fleksibilitas terhadap panas yang baik. Digunakanuntuk pengalengan ikan, daging, buah, pasta dan produk sayuran. Pada pelapisan dengan epoksi fenolik juga dapat ditambahkan zink oksida atau logam aluminium bubuk untuk mencegah sulphur staining pada produk daging, ikan dan sayuran. Komponen Vinil, yang mempunyai daya adhesi dan fleksibilitas tinggi, tahanterhadap asam dan basa, tapi tidak tahan terhadap suhu tinggi pada proses sterilisasi. Digunakan untuk produk bir, juice buah dan minuman berkarbonasi. Phenolic lacquers, merupakan pelapis yang tahan asam dan komponen sulfida,digunakan untuk kaleng kemasan pada produk daging, ikan, buah, sop dan sayuran.

Butadiene lacquers, dapat mencegah kehilangan warna dan mempunyai resistensi terhadap panas yang tinggi. Digunakan untuk bir dan minuman ringan.

Acrylic lacquers, merupakan pelapis yang berwarna putih, digunakan sebagai pelapis internal dan eksternal pada produk buah. Pelapis ini lebih mahal dibanding pelapis lainnya dan dapat menimbulkan masalah pada beberapa produk.

Epoxy amine lacquers, adalah pelapis yang mempunyai daya adhesi yang baik, tahan terhadap panas dan abrasi, fleksibel dan tidak menimbulkan off-flavor, tetapi harganya mahal. Digunakan untuk bir, minuman ringan, produk hasil ternak, ikan dan daging.

Alkyd lacquers, adalah pelapis yang murah dan digunakan sebagai pelapis luar, tidak digunakan sebagai pelapis dalam karena dapat menimbulkan masalah offflavor.

Oleoresinous lacquers, digunakan untuk berbagai tujuan, harganya murah, pelapis dengan warna keemasan. Digunakan untuk bir, minuman sari buah dan sayuran. Pelapis ini dapat digabung dengan zink oksida (Cenamel) yang digunakan untuk kacang-kacangan, sayur, sop, daging dan bahan pangan lain yang mengandung sulfur.

Membandingkan efektivitas kemasan laminasi Kemasan laminasi adalah jenis kemasan yang tersusun atas beberapa lapisan, dimana penyatuan lapisan-lapisan ini dilakukan dengan penggunaan suatu adhesive dan juga dengan pemanasan. Proses laminasi dilakukan karena tidak ada suatu jenis polimer yang dapat memenuhi semua sifat kemasan yang diinginkan. Terutama bagi keperluan pengemasan bahan pangan yang menghendaki persyaratan yang bervariasi, dapat dikatakan tidak ada satu polimer yang ideal secara universal. Lapisan-lapisan yang digunakan dapat berupa bahan plastik dan juga bahan nonplastik seperti kertas, aluminium foil dan selulosa teregenerasi, dimana setiap bahan pelapis umumnya lebih tipis dari 6 mikron. Bahan laminasi plastik dapat pula diproduksi sebagai film komposit yang dihasilkan dengan proses co-extrusion atau coating (Suyitno, 1990).

Pada praktikum ini, praktikan melakukan pengujian terhadap keefektivitas kemasan laminasi pada produk dengan cara melihat lapisan kemasan dan mengujinya dengan diterawangkan ke arah sinar matahari, melihat penampaka huruf A, dan melihat jumlah lapisan pada kemasan. Produk yang digunakan adalah kemasan keripik dan kemasan coklat. Pertama-tama, kemasan laminasi produk diarahkan ke matahari. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah printing pada lapisan kemasan terlihat atau tidak. Kemudian bagian alufo kemasan diberi tanda dengan menuliskan huruf A dan diterawang ke arah sinar matahari. Tujuannya melihat penampakan huruf A pada kemasan laminasi produk terlihat atau tidak. Kemudian, kemasan laminasi produk di buka atau dipisahkan lapisannya untuk melihat berapa banyak lapisan yang ada dan dapat teridentifikasi oleh praktikan. Dari hasil pengamatan, pada pengujian laipsan, terlihat bahwa kemasan keripik kentang memiliki 5 lapisan (PP,HDPE,Alufo,HDPE dan PP) sedangkan kemasan coklat memilki 3 lapisan (PP,Alufo,PP). Hal ini berarti kemasan keripik memiliki jumlah lapisan yang lebih banyak daripada kemasan coklat. Pada pengujian printing dan penerawangan huruf A, printing pada kemasan keripik tidak terlihat sedangkan kemasan coklat terlihat dan Hufur A pada kemasan keripik tidak terlihat, tetapi pada kemasan coklat huruf A terlihat. Hal ini menunjukan bahwa kemasan coklat lebih mudah tertembus cahaya daripada kemasan keripik. Perbedaan jumlah lapisan pada kemasan dikarenakan kebutuhan yang berbeda dari setiap produk. Penggunaan kemasan laminasi pada keripik dikarenakan produk memerlukan kemasan dengan barrier yang sangat baik untuk melindungi dari kelembaban atau uap air dan gas O2. Pada kemasan coklat, kemasan laminasi digunakan karena produk memerlukan kemasan yang barrier terhadap O2, uap air dan lemak/minyak. Setiap lapisan kemasan laminasi memiliki peran dan fungsi yang berbedabeda. Peran dan fungsi setiap lapisan adalah sebagai berikut: PP memiliki permeabilitas rendah, fleksibel,tahan terhadap minyak, memiliki permukaan yang halus dan mudah untuk di cetak (printing). Lapisan PP (bagian dalam) dapat direkatkan secara kuat dengan panas (heat seal). Lapisan pp bersifat inert ( tidak bereaksi dengan produk). HDPE memilki permeabilitas yang cukup rendah, barrier cukup baik terhadap cahaya, densitasnya tinggi serta memiliki struktur yang rapat. Alumunium foil bersifat tahan terhadap korosi oleh udara atmosfer, tidak menimbulkan noda dengan produk yang mengandung sulfur, dapat diubah menjadi bentuk wadah yang lebih mudah.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan Dimensi kemasan digunakan untuk memudahkan pembacaan ukuran kaleng. Dimensi kaleng mempengaruhi volume bahan yang dapat dikalengkan. Lapisan enamel digunakan untuk melindungi kaleng dan produk dari proses atau reaksi kimia yang dapat merugikan. Salah satu cara untuk menguji lapisan enamel adalah pencelupan dengan senyawa belerang dan senyawa yang bersifat asam. Salah satu ciri ketidakseragaman lapisan enamel adalah timbulnya bercak hitam ( korosi ) pada kaleng. Kemasan laminasi memiliki susunan komponen serta jumlah yang berbeda-beda tergantung kebutuhan dari jenis produk atau bahan yang dikemasnya. 3.2 Saran Dalam memilih kemasan kaleng untuk pengemasan bahan pangan, maka perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu: sifat korosif kaleng, sifat keasaman makanan, kekuatan kaleng ( daya tahan terhadap tekanan dalam retort atau keadaan vakum, dan ukuran kaleng. hal ini bertujuan agar kaleng dapat memberikan perlindungan terbaik serta mencegah terjadinya kontaminas terhadap produk yang dikemasnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kemasan logam. http://docs.google.com [10 Maret 2012]

Anonim. 2012. Kemasan logam. http://packingnews.blogspot.com [10 Maret 2012]

Basohri,N. Manufaktur kemasan logam. http://plankton-love.blogspot.com [10 Maret 2012]

Moest. 2008. Kemasan logam. http://ragamkemasan.wordpress.com [10 Maret 2012]

Syamsir,E. 2008. Mengenal enamel pada kemasan kaleng. http://id.shvoong.com [10 Maret 2012]

DAFTAR LAMPIRAN
Pengolahan data dimensi kaleng: Sarden Diameter: 7,44 cm/2,54 = 2,92inch. 2inch + {( 0,92x16)/16} = 2 = 215

Tinggi : 4,45 cm/2,54 = 1,75 icnh. 1 inch + {(0,75x16)/16}= 1 = 112 Dimesnsi Kaleng: D x T = 215 x 112 Lychees Diameter: 8,59cm/2,54 = 3,38 inch. 3inch + {(0,38x16)/16}= 3 = 306 Tinggi: 11,43c/2,54= 4,503 inch. 4inch + {0,603x16)/16}= 4 = 408 Dimensi Kaleng: DxT=306 x 408 Nescafe Diameter: 5,24cm/2,54=2,006 inch. 2inch + {(0,06x16)/16}= 2 = 201 Tinggi:13,29 cm/2,54=5,23inch. 5 inch+ {0,23x16)/16}= 5 = 504 Dimensi Kaleng: D x T=201 x 504

You might also like