You are on page 1of 9

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN GURAME Oleh : Sri Astutik Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk

badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan/keperakperakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari Perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain. Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, walaupun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan. Induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. I. PERSIAPAN PEMIJAHAN Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok tetapi dasar kolam diusahakan tetap tanah. Dasar kolam tanah akan merangsang induk gurami untuk segera memijah. Syarat kolam pemijahan yaitu : airnya jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi, ada pintu pemasukan dan pengeluaran air dan tidak boleh terlalu banyak mengandung lumpur karena airnya cepat keruh, air yang keruh dapat menutupi permukaan telur, akibatnya akan mempengaruhi keberhasilan penetasan telur. 1. Persiapan Kolam Pemijahan Persiapan kolam pemijahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kolam dalam kondisi optimal bagi ikan gurami untuk melakukan pemijahan. Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan air dan pengeluaran. Saluran pemasukan air dibutuhkan untuk mensuplai air baru agar air kolam tetap segar dan ketersediaan oksigen terlarut tetap terjaga. Aliran air yang masuk ke kolam dapat merangsang ikan untuk memijah. Ikan Gurami seperti ikan air tawar lainnya juga akan terangsang berpijah bila ada suasana baru dalam kolam, seperti bau ampo yang terbentuk akibat pengeringan tanah kolam kemudian kena air baru. Hal inilah yang menyebabkan pengeringan dan penjemuran pada dasar kolam pemijahan mutlak dilakukan. Selain kegiatan pengeringan, pemberian pakan daun talas juga dapat merangsang gurami untuk segera kawin. Tahapan kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyiapkan kolam pemijahan ikan gurami adalah sebagai berikut : a. Kolam dikeringkan 3-7 hari, tergantung cuaca dan ketebalan lumpur di kolam. Tujuan pengeringan kolam yaitu merangsang birahi induk untuk segera kawin, membunuh hama dan penyakit serta membuang gas-gas yang membahayan ikan (misalnya: amoniak (NH3) dan H2S) b. Perbaikan pematang, membersihkan kolam dari semua kotoran yang ada dan masuk ke kolam serta membersihkan rumput liar disekitar pematang c. Jika dasar kolam banyak mengandung lumpur segera dikurangi atau dibuang d. Setelah pengeringan kolam, dilakukan pengapuran dengan dosis 100gr/m2. Pemberian kapur selain untuk menaikkan pH tanah juga untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang terdapat di dasar kolam

e. Kolam pemijahan diisi dengan air bersih, jernih dan memenuhi persyaratan untuk kehidupan dan telur nantinya sedalam 80 cm f. Setelah 3-4 hari dari pengisian air kolam, induk sudah dapat dimasukkan ke kolam pemijahan Apabila sumber air kurang jernih atau keruh, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu dalam bak pengendapan. Air kolam yang keruh akan menyebabkan telur terselimuti oleh lumpur sehingga telur-telur membusuk dan tidak menetas. Disamping itu, air yang keruh kita akan kesulitan untuk mengetahui apakah telah terjadi aktifitas pemijahan dan apakah sarang telah berisi telur atau belum. 2. Mempersiapkan Sarang Induk gurami membuat sarang terlebih dahulu sebelum melakukan pemijahan. Gurami meletakkan dan menyimpan telurnya didalam sarang. Di alam, induk gurami jantan membuat sarang yang terbuat dari rumput-rumput kering yang disusun di pojokan kolam. Agar proses pemijahan gurame dapat berlangsung lebih cepat, pembudidaya perlu menyediakan tempat kerangka sarang (sosog) dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang (seperti ijuk, sabut kelapa). Keberadaan bahan sarang tersebut juga merangsang induk cepat untuk memijah. a. Kerangka Sarang (Sosog) Kerangka sarang dapat berupa sosog, ranting-ranting pohon dan bilah bambu yang cukup ditancapkan di pinggir pematang kolam. Pemakaian dengan bilah bambu lebih praktis, hemat biaya, dan induk gurami lebih fleksibel dalam membuat sarang. Sedangkan sosog adalah anyaman bambu berbentuk kerucut dengan diameter lingkaran mulut sosog antara 25-30 cm dan dalamnya 30-40 cm. Pemasangan sosog dilakukan di pematang dengan cara tangkainya ditancapkan ke pematang kolam. Namun ada juga yang memasang sosog di bagian tengah kolam dengan cara memasang tangkai pada pangkal sosog . Penempatan sosog di bagian tengah kolam bertujuan untuk mengantisipasi induk yang enggan membuat sarang dipinggir kolam, karena kondisi pinggir kolam yang kurang nyaman dan banyak lalu lalang orang. Pemasangan sosog disarankan sekitar 15-30 cm di bawah permukaan air kolam. Jarak pemasangan antara sosog yang satu dengan lainnya sekitar 2 4 m. Jumlah sosog yang dipasang di kolam pemijahan disesuaikan dengan jumlah induk betina. Satu ekor induk betina biasanya membutuhkan satu sarang untuk meletakkan telurnya. Namun, semakin banyak kerangka yang dipasang maka akan semakin baik karena induk gurami akan lebih leluasa memilih tempat yang diperkirakan aman dan nyaman untuk meletakkan telurnya. b. Bahan Sarang Bahan sarang untuk pemijahan gurami dapat berupa ijuk, sabut kelapa dan rumputrumput kering. Namun , yang paling banyak digunakan adalah ijuk dan sabut kelapa karena lebih praktis, murah, dan mudah didapat. Pilihlah ijuk yang lembut untuk menghindari pecah atau rusaknya telur akibat gesekan dengan ijuk. Sebelum digunakan ijuk dan sabut kelapa dicuci hingga bersih dan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur. Bahan pembuat sarang ini biasanya ditempatkan dipinggir atau di tengah kolam dengan posisi menggantung supaya induk dapat dengan mudah mengambil ijuk atau sabut kelapa. Agar bisa menggantung, ijuk dan sabut kelapa dijepit secara longgar dengan bilah bambu yang dipasang dipinggiran kolam. Namun kelemahannya, banyak ijuk yang jatuh ke dasar kolam atau tertimbun lumpur. Penempatan bahan sarang yang umum dilakukan pembudidaya yaitu diatas para-para yang terbuat dari bambu. Para-para bambu ini diberi kaki pada keempat sudutnya sehingga

mampu menahan ijuk/sabut kelapa yang ditempatkan di atasnya. Bahan tersebut diletakkan diatas para-para yang terendam air atau rata dengan air supaya mudah diambil induk jantan. Oleh induk jantan, ijuk/sabut kelapa diambil dan dipindahkan ke sosog atau bilah bambu yang di tancapkan pinggir pematang kolam. 3. Penebaran Induk Kekolam Pemijahan Induk gurami yang telah matang gonad dan siap mijah dapat segera dipindahkan ke kolam pemijahan. Penangkapan dan pelepasan induk yang telah matang gonad dilakukan secara hati-hati agar induk tidak terluka atau stress. Penangkapan induk sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika cuaca tidak terlampau panas. Hal ini untuk menghindari stress pada ikan akibat perbedaan suhu yang terlalu tinggi antara di kolam induk dengan suhu di kolam pemijahan. Pemindahan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah kolam pemijahan sudah siap dan telah diisi air. Penangkapan induk gurami yaitu dengan cara melokalisir induk dengan menggiringnya disalah satu sisi kolam dengan menggunakan jarring yang dibentangkan. Setelah ruang geraknya dipersempit, induk dapat ditangkap dengan menggunakan tangan dan dilakukan dengan hati-hati. Penangkapan induk harus dilakukan satu demi satu. Penangkapan induk tidak disarankan menggunakan seser, karena akan mengakibatkan sisik ikan banyak yang terkelupas. Cara memegang induk gurami ada caranya yaitu induk dipegang dengan tangan dengan posisi badan terbalik. Induk dipegang pelan dan hati-hati, mata gurami diusahakan tertutup oleh telapak tangan agar tidak berontak. Bagi yang belum mahir dapat menggunakan kain halus basah yang diselimutkan pada tubuh ikan secara hati-hati. Selanjutnya induk diangkat secara pelan-pelan dengan posisi terlentang juga. Induk yang tertangkap dimasukkan ke dalam drum atau ember besar berisi air yang telah dipersiapkan. Pemasukkan induk ke kolam pemijahan harus dilakukan secara hati-hati. Masukkan induk bersama dengan wadahnya ke kolam pemijahan dan biarkan gurami keluar dan berenang dengan sendirinya. Pemindahan induk dapat juga dengan cara mempergunakan kain halus basah, kemudian diangkut dan dilepaskan bersama pembungkusnya. Dengan cara ini kemungkinan induk jatuh karena meronta dapat dikurangi atau dihindari. Jika nduk sampai terjatuh maka akan dapat menyebabkan stress sehingga induk tidak mau memijah. II. PEMIJAHAN 1. Teknik pemijahan Kolam pemijahan sebaiknya jangan terlalu luas, karena akan membuat induk banyak bergerak sehingga kurang produktif. Kolam pemijahan umumnya berbentuk persegi panjang dengan ukuran 20 200 m2 dengan kedalaman sekitar 75 100 cm. Teknik pemijahan ikan gurami dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : a. Pemijahan sistem paket (pasangan) Pemijahan sistem paket (pasangan) merupakan cara pemijahan yang banyak dilakukan oleh para pembenih ikan gurami. Pemijahan sistem paket yaitu di dalam 1 kolam hanya dipijahkan satu paket induk, yaitu terdiri dari1 ekor jantan dengan 3 ekor betina. Jika dalam satu kolam tersebut terdapat 2 ekor jantan maka ada kemungkinan induk jantan saling bertarung karena kolam pemijahan yang sempit serta berebut induk betina. Kolam pemijahan dilakukan pada kolam biasa yang disekat menjadi beberapa bagian untuk dijadikan kolam pemijahan. Sekat yang umum digunakan yaitu anyaman bambu atau menggunakan jarring yang berbentuk sedemikian rupa hingga menyerupai anyaman bambu sebagai penyekat menjadi beberapa kolam pemijahan.

Padat penebaran induk di kolam pemijahan yaitu 1 ekor induk memerlukan ruang di kolam seluas 4-5 m2. Jadi untuk satu paket yang terdiri dari 1 jantan dengan 3 induk betina harus disediakan kolam pemijahan 20 m2. Induk jantan dan betina yang sudah dimasukkan ke kolam pemijahan tidak langsung memijah, tetapi memerlukan waktu beberapa hari atau minggu untuk menyesuaikan diri atau untuk pematangan gonad lebih lanjut. Induk betina yang paling siap untuk mijah akan segera dibuatkan sarang oleh pejantan, demikian seterusnya. Pemijahan sistem paket, induk yang dikawinkan secara pasangan tidak boleh sembarangan induk. Faktor matang gonad saja belum cukup, lebih daripada itu mereka harus sejodoh. Sebab, tidak jarang induk yang asal dikawinkan pada bak terbatas ini bukanya kawin tapi malah berkelahi. Usaha untukmendapatkan induk yang sejodoh memang tidak gampang. Namun, bisa diupayakan dengan cara yang sederhana. Pertama, induk yang dipilih bukan dari kolam yang luas, artinya mereka sudah lama terbiasa hidup di kolam yang tidak terlalu luas sehingga tidak begitu liar lagi. Selanjutnya, pilihlah induk yang besarnya minimal seimbang atau jantan berukuran lebih besar dan tempatkan induk jantan lebih dahulu ke dalam kolam pemijahan. Beberapa saat kemudian menyusul induk betina dengan demikian induk jantan mempunyai kesempatan mengenal daerah teritorialnya dan akan mudah mengendalikan pasangannya. Pemijahan sistem ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu : 1. Mudah dalam pengontrolan induk 2. Dapat diketahui induk bertelur banyak dan berkualitas baik 3. Dapat diketahui induk yang sudah memijah atau belum 4. Dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui induk yang baik dalam seleksi calon induk b. Pemijahan sistem Massal Pemjahan secara massal yaitu dalam satu kolam diisi beberapa pasangan atau paket induk. Pemijahan secara massal secara teknis tidak jauh berbeda dengan pemijahan sistem paket. Persamaan tersebut mulai dari persiapan kolam, menyiapkan sarang, penangkapan dan pelepasan induk. Perbedaannya terletak pada jumlah induk yang dipakai pada proses pemijahan. Pemijahan missal dalam satu kolam ukuran 200 m2 dapat ditebar induk sebanyak 30 ekor betina 10 ekor induk jantan. Induk jantan memiliki kesempatan lebih leluasa memilih pasangannya. Pebandingan jumlah jantan dan betina adalah 1 : 3. Padat tebar induk dikolam adalah 1 ekor setiap 4-5 m2. Jadi dalam satu kolam dapat mencapai 10 pasang atau paket sehingga jumlah keseluruhan menjadi 40 ekor. Pemilihan induk sistim massal berdasarkan pada umur, besar dan kesehatannya. Cocok tidaknya antara pasangan yang satu dengan yang lainnya tidaklah menjadi persoalan karena masing-masing bias memilih pasangannya sendiri. Sosog yang dipakai untuk bertelur pada prinsipnya sama perbedaanya terletak pada jumlah sosog yang dipasang pada kolam pemijahan sistem massal lebih banyak dibandingkan dengan sistem paket. Pembudidaya dalam hal ini hanya melayani kebutuhan gurami, mengamati dan memeriksa setiap saat tanda terjadinya pemijahan untuk kemudian mengambil sarangnya. Jika kondisi kolam pemijahan selalu terawat baik dan pemberian pakan terjamin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka induk akan rajin bertelur. Pergantian induk dilakukan apabila induk sudah jarang bertelur, sebagai tanda bahwa induk-induk tersebut perlu diistirahatkan. Induk betina perlu istirahat selama 6 bulan dan induk jantan selama 3 bulan.

c.

Pemijahan di kolam Campuran Pemijahan gurami di kolam campuran adalah pemijahan di kolam tertentu yang didalamnya dipelihara beberapa jenis ikan lainnya seperti ikan tawes dan mas. Pemijahan campuran biasanya lebih dari 1 pasang (paket) induk. Pemijahan di kolam campuran tergolong paling tradisional dan sudah banyak ditinggalkan. Pemijahan campuran ini membutuhkan kolam yang luasnya antara 200-300 m2, dengan kedalaman air kolam 80 100 cm. 2. Proses Pemijahan Proses pemijahan ikan gurame membutuhkan waktu relative lama untuk mulai melakukan pemijahan tidak seperti ikan mas atau lele yang begitu dipertemukan langsung mijah. Pemijahan sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad dan rangsangan dari luar. Proses pemijahan induk gurami biasanya akan berlangsung setelah 15 30 hari induk dilepas ke kolam pemijahan. Induk yang akan memijah biasanya akan saling berkejar-kejaran terlebih dahulu. Selanjutnya kedua induk akan saling berdampingan. Apabila pasangannya sudah siap melangsungkan pemijahan maka induk jantan akan membuat sarang. Setelah sarang terbentuk maka proses pemijahan akan berlangsung. Proses pemijahan biasanya terjadi didepan mulut sarang. Sedangkan proses pembuahannya oleh induk jantan terjadi di dalam sarang. Kedua induk akan melekukkan badannya lalu saling melilit. Selanjutnya induk betina akan mengeluarkan telur. Telur yang tercecer di luar sarang akan dimasukkan oleh induk jantan ke dalam lubang sarang dengan mulutnya. Cara memasukkan telur ke dalam sarang dilakukan secara bertahap, telur yang pertama keluar dari induk betina akan diletakkan dalam sarang kemudian ditutup dengan bahan sarang. Telur yang keluar selanjutnya dimasukkan kembali ke dalam sarang dan ditutupi oleh bahan sarang kembali begitu seterusnya sehingga akan terbentuk lapisan dalam sarang dengan komposisi lapisan telur dan bahan sarang. Waktu memijah biasanya terjadi pada sore hari, antara pukul 14.00 17.00. Setelah pemijahan selesai, induk jantan akan menutup lubang sarang dengan ijuk/sabut kelapa/rumput kering. Lubang sarang yang tertutup penuh menandakan dalam sarang sudah ada telur dan proses pemijahan telah selesai. Tanda-tanda lain bahwa proses pemijahan telah selesai yaitu adanya bau amis disertai munculnya tetesan atau lapisan minyak dipermukaan air kolam terutama di sekitar sarang. Namun jika tanda-tanda tersebut tidak tampak maka dilakukan pemeriksaan sarang dengan cara meraba sarang dengan menggunakan tangan. Selama pemijahan berlangsung induk gurami tetap diberi pakan terutama pakan tumbuhan berupa daun talas. Induk juga diberi pakan pellet tetapi dalam jumlah sedikit dan hanya sebagai pelengkap saja. Jumlah telur yang dihasilkan tergantung oleh jenis gurami, umur dan kualitas induk, tingkat kematangan gonad, kondisi lingkungan perairan dan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Telur di sarang dapat diambil minimal 1 hari setelah pemijahan. III. PENETASAN TELUR GURAMI Proses penetasan telur dilakukan untuk mendapatkan larva ikan. Proses penetasan telur gurami dilakukan wadah khusus, seperti akuarium, bak ember dan paso yang ditempatkan diruangan tertutup dan terlindung. Istilah ruangan tertutup yaitu ruangan yang terlindung dari pengaruh cuaca, curah hujan, angin, perubahan suhu dan hama predator. Persyaratan penetasan telur yaitu air harus bersih, jernih, suhu udara dan suhu air harus stabil.

Penetasan telur merupakan periode masa kritis sehingga penanganannya harus dilakukan dengan hati-hati. Penetasan telur secara terkontrol mutlak dilakukan, karena angka kematian larva yang baru menetas sampai dengan ukuran gabah atau biji oyong sangat tinggi. A. PENGAMBILAN TELUR Proses pengambilan telur dalam sarang segera dilakukan apabila proses pemijahan benasr-benar telah selesai. Pengambilan telur dilakukan apabila lubang sarang telah tertutup penuh oleh sabut kelapa, ijuk atau dari rumpur-rumputan. Lubang sarang yang tertutup penuh menandakan dalam sarang sudah ada telur dan telah selesai proses pemijahannya. 1. Pengambilan telur di sarang Pengambilan sarang dan telurnya sebaiknya pada pagi atau sore hari ketika cuaca sejuk. Pengambilan telur gurami di sarang minimal 1 hari setelah proses pemijahan selesai atau paling lama 3 hari setelah memijah. Jika pengambilan telur lebih dari 3 hari dari pemijahan, ada kemungkinan telur sudah ada yang menetas sehingga lebih sulit untuk pengambilannya. Tujuan pengambilan telur di sarang yaitu untuk menghindari penurunan jumlah yang menetas di kolam akibat kurangnya oksigen, akibat kekeruhan air kolam dan hama predator yang ada di kolam. Sarang yang berisi telur ikan gurami diambil dari kolam dengan menggunakan bak ember. Pengambilan sarang dilakukan dengan hati-hati dengan mengangkat sarang yang berisi telur dari sosog atau kerangka tempat sarang. Setelah sarang diangkat, kemudian dimasukkan ke dalam bak ember yang berisi air dari kolam pemijahan. Penggunaan air yasng diambil dari luar kolam dikhawatirkan memiliki suhu dan pH yang berbeda dengan air kolam. 2. Pemisahan dan penghitungan telur Pemisahan telur dari bahan sarang dilakukan di bak ember yang berisi air. Pemisahan telur dari bahan sarang dilakukan dengan tangan secara perlahan-lahan dan hati-hati agar telur tidak rusak. Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hatihati. Telur-telur tersebut biasanya berkumpul atau berada ditengah-tengah sarang, hanya sebagian kecil yang menempel diantara lapisan ijuk/sarang. Telur gurami berdiameter 1-2 mm. Jika lubang sarang telah dibuka, maka telur akan mengapung dipermukaan air karena mengandung minyak (oil globulin). Jika masih ada telur yang menempel, kibas-kibaskan bagian ijuk/sabut kelapa tersebut dengan hati-hati hingga telur terlepas. Telur dibersihkan atau dipisahkan dari kotoran dan minyak yang ada. Keberadaan minyak tersebut harus dibuang karena akan mempengaruhi ketersediaan oksigen terlarut dan air tercemar sehingga proses penetasan relur bisa terganggu. Setelah bersih, kumpulan telur siap untuk dimasukkan ke dalam wadah penetasan yang telah disiapkan. Minyak yang ditimbulkan oleh telur gurami dapat dikurangi dengan cara diserap menggunakan daun ketela pohon. Cara menghilangkan minyak dengan daun ketela pohon yaitu dengan menggunakanan tangkai dengan beberapa daun dimasukkan dan dibolak-balik ke permukaan air dalam ember. Tindakan ini dilakukan berulangkali sampai lapisan minyak berkurang atau hilang. Cara lain untuk menghilangkan minyak yaitu dengan kertas koran. Caranya dengan mencelupkan kertas koran ke permukaan air di dalam bak ember. Diamkan selama 2-4 menit, lalu angkat kembali. Dengan demikian, minyak akan terangkat bersama dengan kertas Koran. Alternatife lainnya, yaitu dengan menggunakan saringan teh atau mangkuk

kecil, telur yang baik diciduk atau dipisahkan dari lemak dan kotoran lainnya. Pekerjaan ini dilakukan berulang kali sampai telur benar-benar terpisah dari minyak dan kotoran. Telur gurami yang akan ditetaskan harus dihitung terlebih dahulu. Penghitungan ini penting karena harus sesuai dengan kapasitas wadah penetasan. Jadi, penebaran telur tidak boleh terlalu padat atau terlalu jarang. Selain itu, akan dapat diketahui atau diperkirakan jumlah larva yang dihasilkan dan kebutuhan pakan secara tepat. B. PENETASAN TELUR Proses penetasan telur dilakukan dari telur menetas hingga menjadi larva selama kurang lebih 9 12 hari. Setelah itu, larva dipindahkan ke bak pemeliharaan lanjutan. Telur yang akan ditetaskan adalah telur yang hidup. Ciri yang hidup (baik), yaitu berwarna kuning bening, transparan dan mengkilat. Sedangkan ciri telur yang tidak baik (mati), yaitu berwarna kuning keputihan dan warnanya agak kusam (pucat). Telur-telur yang mati ini harus segera dibuang, karena telur yang mati akan cepat terserang dan ditumbuhi jamur (Saprolegnia sp). Telur yang terserang jamur akan mengalami pembusukan, menyebar dan akhirnya akan menggangu perkembangan telur lainnya yang hidup. Telur gurami yang mati dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : a) telur tidak dibuahi sperma, b) faktor lingkungan yang tidak mendukung (seperti: suhu air, pH air, dan oksigen); c) mutu telur yang kurang baik karena dihasilkan oleh induk yang masih muda atau induk yang kurang sehat; d) umur telur yang masih terlalu muda; e) perlakuan pemisahan dan pemindahan telur yang kurang hati-hati. Air yang digunakan untuk penetasan telur adalah air yang bersih dan jernih. Sumber air diusahakan dari sumur pompa atau sumur bor dengan cara ditampung di bak tandon terlebih dahulu. Air dalam bak penetasan sebelum digunakan diberi larutan methylene blue (MB) untuk mencegah timbulnya jamur pada telur gurami. Dosis methylene blue (MB) yang digunakan sesuai dengan dosis yang tercantum pada label kemasan. 1-2 hari sebelum telur dimasukkan, air dalam wadah penetasan diaerasi terlebih dahulu untuk menetralisir gas beracun. Agar proses penetasan telur lebih sempurna, dipasang aerasi dari blower atau aerator ke dalam wadah penetasan untuk mensuplai oksigen terlarut. Tekanan aerasi jangan terlalu kencang tapi diatur sedemikian rupa agar telur tidak teraduk. Untuk mengurangi goncangan akibat gelembung air yang terlalu besar maka pada ujung selang aerator ditempatkan sebuah batu aerasi. Telur sebelum dimasukkan ke dalam wadah penetasan terlebih dahulu telur diaklimatisasi atau penyesuaian terlebih dahulu. Caranya, telur dimasukkan kedalam wadah, biasanya mangkok plastik. Setelah itu, biarkan telur mengapung dipermukaan air selama 510 menit. Tujuan aklimatisasi yaitu untuk mengkondisikan suhu air di dalam wadah telur dengan suhu air dalam wadah penetasan. Jika suhu air didalam wadah telur diperkirakan sama dengan suhu media penetasan maka telur dapat dimasukkan dengan cara memiringkan wadah mangkuk secara perlajhan-lahan. Selama kegiatan penetasan telur, penyiponan dan penggantian air wadah penetasan dilakukan secara rutin dan berkala. Penyiponan dan penggantian air dilakukan apabila air pada wadah penetasan sudah kotor. Pada saat, penggantian air telur tidak perlu dipindahkan. Air diganti dengan cara menyipon air dalam wadah sebanyak - bagian kemudian diganti dengan air baru. Penyiponan dilakukan dengan selang yang diberi saringan halus disalah satu bagian ujungnya. Pemasukkan air baru jangan sampai kena langsung telur atau larva karena kondisinya masih sangat lemah. Pemasukan air baru dapat menggunakan selang atau gayung plastik. Kegiatan penyiponan dan penggantian air baru sebaiknya dilakukan pada pagi hari.

Telur gurami akan menetas setelah 36-48 jam pada suhu 28-30oC. Faktor suhu sangat menentukan keberhasilan penetasan telur gurami. Larva yang baru menetas sampai umur 9 12 hari belum diberi pakan karena masih menpunyai cadangan makanan kuning telur (york egg) yang ada pada tubuhnya. Setelah cadangan makanan tersebut mulai habis, larva diberi pakan kutu air (daphnia dan moina) dan cacing sutera. C. WADAH PENETASAN Penetasan telur dapat dilakukan di akuarium, bak ember dan paso. Wadah penetasan ditempatkan pada bangunan atau ruangan yang tertutup dan terlindung. Tujuannya agar suhunya stabil. Namun ada juga pembudidaya yang menetaskan telur dan pemeliharaan larva dipetakan kecil di tengah kolam. Berikut ini model penetasan telur gurami yang umum dilakukan. 1. Penetasan Telur Secara Terkontrol Penetasan telur secara terkontrol yaitu penetasan telur gurami yang dilakukan di ruangan tertutup dan terlindung dari curah hujan, angin, perubahan suhu dan hama predator. Tujuan pemakaian ruangan yang tertutup dan terlindung yaitu agar fluktuasi suhu antara siang dan malam hari sangat kecil. Sementara itu, untuk mensuplai oksigen terlarut dalam media penetasan dipasang aerasi. Penetasan telur secara terkontrol memiliki tingkat keberhasilan daya tetas yang tinggi. Berikut ini macam-macam media atau wadah penetasan telur secara terkontrol. a. Penetasan telur di akuarium Penetasan telur gurami di akuarium tingkat keberhasilannya lerbih tinggi, karena kondisi telur dan air media terkontrol dan terpantau. Akuarium yang umum digunakan berukuran panjang 80-100 cm, lebar 40-50 cm, dan tinggi 40 cm. Jumlah akuarium yang dibutuhkan tergantung telur yang ditetaskan. Satu buah akuarium idealnya diisi telur gurami sebanyak 1.000-1.250 butir telur. Tinggi air pada akuarium penetasan antara 15-20 cm, sebab larva belum bisa berenang dengan baik. Akuarium diletakkan dalam rak besi atau kayu. Setiap akuarium dilapisi styrofoam atau gabus yang berfungsi untuk mencegah retak dan pecahnya akuarium. Proses penetasan sampai menjadi larva dilakukan di akuarium selama 9 12 hari. Akuarium selain berfungsi sebagai tempat penetasan dapat juga berfungsi sebagai tempat pemeliharaan larva (pendederan) hingga menjadi benih ukuran tertentu, tentu saja larva harus dilakukan penjarangan dan ditempatkan di beberapa akuarium. b. Penetasan telur di bak ember Salah satu wadah penetasan yang banyak dipakai untuk menetaskan telur gurami adalah bak ember . Bak ember plastic yang digunakan bervolume 20 liter, berdiameter 5060 cm dan berwarna hitam. Ketinggian air sekitar 15 20 cm. Padat penebaran telur 1.000-1.250 butir per ember. Penempatan bak ember hendaknya dalam ruangan tertutup yaitu terlindung dari sinar matahari langsung, perubahan suhu, dan tiupan angin kencang serta terhindar dari gangguan hewan darat. Proses penetasan hingga menjadi larva dilakukan dibak ember selama 9-12 hari. Setelah itu, dipindah ke bak pemeliharaan lanjutan. Pemanenan dilakukan pada pagi hari. Cara pemanenan sebaiknya dilakukan sekaligus, yaitu larva gurami berikut airnya dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan lebih lanjut. c. Penetasan telur di paso Paso adalah wadah berbentuk bejana yang terbuat dari tanah liat dan berpori sehingga suhu didalamnya lebih stabil. Volume air paso berkisar antara 10-20 liter. Ukuran

paso berdiameter 45-50 cm, dalamnya 30-50 cm. Satu paso dapat menampung sekitar 1.000 butir telur. Masing-masing paso di isi air bersih dan jernih sebanyak -3/4 bagian dari paso atau kira-kira sebanyak 10-20 liter. Penempatan paso hendaknya dalam ruangan tertutup dan terlindung. Penetasan telur sampai menetas menjadi larva dilakukan di paso selama 9-12 hari. Setelah itu larva dipindahkan ke bak pemeliharaan lanjutan. 2. Penetasan Telur di Petakan Kolam Penetasan telur di petakan kolam yaitu menetaskan telur di petakan kecil (luas 1-4 m2) yang dibuat di tengah kolam pendederan. Jadi, antara petakan untuk penetasan dengan air kolam pendederan dipisahkan oleh pematang sementara dari tanah, sehingga air dalam petakan kecil tidak bercampur dengan air kolam diluarnya. Petakan kecil di tengah kolam tersebut harus diberi pelindung atau penutup agar tidak terkena air hujan. Penutup petakan dapat terbuat dari plastic, terpal, maupun pelepah daun kelapa. Penetasan cara ini, memang cukup praktis karena sekaligus dapat digunakan untuk kegiatan pemeliharaan larva. Namun kelemahanya adalah tingkat mortalitas atau kematian larva cukup tinggi karena larva mudah dimangsa oleh predator serta cuaca seperti hujan, angin dan suhu rendah sulit dikendalikan sehingga memicu berkembangnya berbagai jenis penyakit. Luas kolam pendederan cukup 20-50 m2 karena apabila kolam terlalu luas pengelolaannya akan lebih susah. Setelah telur menetas dan larva sudah agak besar, pematang petakan dijebol sehingga benih berpindah ke kolam pendederan dengan sendirinya. Lama larva gurami di petakan dan kolam pendederan adalah 30-60 hari. Petakan harus disiapkan 5-7 hari sebelum penebaran telur.atau larva. Tujuannya untuk menyiapkan lingkungan penetasan dan pendederan yang optimal. Persiapan awal meliputi pengeringan kolam, pengolahan dasar kolam, perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran, pemupukan dan pengisian air kolam.

You might also like