You are on page 1of 29

Hormon Yang Terkait Dengan Eliminasi BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar belakang Alam menggunakan spektrum yang beragam molekul sebagai hormon, dan mengetahui struktur dasar hormon menyampaikan pengetahuan yang cukup tentang reseptor dan mekanisme tindakan.. Selain itu, struktur sederhana sering bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan molekul yang sama agonis dan antagonis yang terapi berharga. Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses). Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbada. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas. Perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas klien perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.

1.2. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan eliminasi? 2. Jelaskan pengertian tentang gangguan eliminasi! 3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi! 4. Sebutkan hormone-hormon yang terkait di dalam eliminasi! 1.3. Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui apa itu arti eliminasi serta hormone hormone yang terkait dengan eliminasi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengertian eliminasi 2. Mengetahui tentang gangguan-gangguan pada eliminasi 3. Serta mengetahui hormone-hormon yang terkait di dalam eliminasi

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Eliminasi Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandungan kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah ke dua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi(refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung nkemih atau jika ini gagal , setidaktidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga di hambat atau di timbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Kandung kemih di persarafi araf saraf sakral dan Saraf sensori dari kandung kemih di kirim ke medula spinalis sampai kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal di bawah kontrol kesadaran akan berperan , apakah mau miksi atau di tahan. Pada saat miksi abdominan berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang di sebut urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu , biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur . Normal miksi sehari 5 kali .

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga di sebut bowel movemen.Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses ke kolon sigmoid dan rektum ,saraf sensoris dalam rektum di rangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk devekasi. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbada. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas. Perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas klien perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi. 2.2 Gangguan Eliminasi Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis Gangguan eliminasi urin Gangguan eliminasi urin adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urin.Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan di lakukan katerisasi urine , yaitu tindakan memasukan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Masalah-masalah dalam eliminasi urin : a. Retensi , yaitu adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri. b. Kontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot sfingter exsterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih. c. Enuresis , sering terjadi pada anank-anak , umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis ), dapat terjadi satu kali atau lebihn dalam semalam. d. Urgency , adalah perasaan seseorang untuk berkemih. e. Dysuria , adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih . 2.3 Gangguan Eliminasi Fekal Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar. Mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah. Baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti. 2.4 Reaksi Eliminasi

Reaksi eliminasi adalah penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada suatu senyawa. Beberapa reaksi eliminasi: 1.Eliminasi hidrogen dari alkana (dehidrogenasi) 2. Eliminasi air dari alkohol 2.5 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Eliminasi Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine. Faktor tersebut antara lain: a. Usia Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Manusia usia lanjut juga akan mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut. Biasanya terjadi penurunan torus otot, sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia lanjut berisiko mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi penurunan kontrol otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia. b. Diet Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses. Makanan yang rendah serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat mencapai rektum, sehingga meningkatkan penyerapan air. Hal ini berakibat terjadinya konstipasi. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi. Di samping itu, pemilihan makanan yang kurang memerhatikan unsur manfaatnya, misalnya jengkol, dapat menghambat proses miksi. Jengkol dapat menghambat miksi karena kandungan pada jengkol, yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan menyumbat saluran kemih sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu. Selain itu, urine juga dapat menjadi bau jengkol. Malnutrisi menjadi dasar terjadinya penurunan tonus otot, sehingga mengurangi kemampuan seseorang untuk mengeluarkan feses maupun urine. Selain itu, yang paling penting akibat malnutrisi terhadap eliminasi fekal dan urine adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang pada organ pencernaan maupun organ perkemihan. c. Cairan Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Bila intake cairan tidak adekuat atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi cairan dari usus besar dalam jumlah besar. Hal tersebut menyebabkan feses menjadi keras, kering, dan sulit melewati saluran pencernaan. Pada eliminasi urine, kurangnya intake cairan menyebabkan volume darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih pekat. d. Latihanfisik

Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat penting bagi defekasi dan miksi. Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik. e. Strespsikologis Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami diare ataupun beser. Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar. f. Temperatur Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh. Seseorang yang demam akan mengalami peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas metabolik. Hal tersebut menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit. Selain itu, demam juga dapat memengaruhi terhadap nafsu makan yaitu terjadi anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan intake cairan. 2.6 Hormon-Hormon yang Terkait dengan Eliminasi 1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis. Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH. Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi. 2. Mineralocorticoids: adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu dan air liur. Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit. 3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.

Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen. Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran. Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid). 4. Prostaglandin Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda. Ada satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran seksual laki-laki, prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject (alprostadil) sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi. Dalam kata-kata peneliti medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil (sintetik prostaglandin E1) adalah agen vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot polos corpus cavernosum dan dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan ereksi." Misoprostol adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1 endogen, memberikan suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan meningkatkan lendir dan sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran darah mukosa. Prostaglandin biasanya disebut oleh huruf dan angka: A1, A2 ... E1, E2 ... Mereka diberi nama oleh kesamaan kimia, bukan oleh kesamaan efek fisiologis. Prostaglandin E2, misalnya, tidak ada hubungannya dengan ereksi organ seksual laki-laki. Fungsinya adalah dalam menyebabkan sakit tenaga kerja dengan merangsang kontraksi, dan ini merupakan agen farmasi penting dalam OB. Untuk beberapa prostaglandin, itu membuat perbedaan yang cukup apa yang kita makan, atau lebih tepatnya, apa yang kita makan lemak. Pada umumnya, asam lemak omega-6 seperti yang ditemukan dalam daging dan minyak nabati yang paling merangsang produksi prostaglandin inflamasi, sedangkan konsumsi omega-3 asam lemak merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Untuk alasan ini, asam lemak laut seperti minyak ikan cod telah lama dikenal untuk memperbaiki kondisi rematik dan rematik. benih Lena, evening primrose oil, minyak borage dan minyak canola adalah produk tanaman

merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Evening primrose oil Oleh karena itu digunakan oleh perempuan untuk mengatur rasa sakit menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi-memfasilitasi prostaglandin. 5. Gukokortikoidtid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003) Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula). Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil. Apabila kita terkejut/takut anak ginjal memproduksi hormon adrenalin yang mengakibatkan denyut jantung meningkat. Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan penyakit addison dengan gejala timbul kelelahan, berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan meningkatnya pigmen melanin. Sedangkan hiperfungsi adrenal menyebabkan tumor kelenjar adrenal dengan akibat penyakit Sindrom Cushing dengan gejala : badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti bulan purnama, punuk lembu di punggung dan perutnya menggantung. Selain itu, kulit wajah memerah, hipertensi dan ketahanan terhadap stres menurun. Hormon dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu : Bagian Korteks Menghasilkan : Hormon glukokortikoid (kortikosteroid/kortison) Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang dan lemak, meningkatkan metabolisme protein dan lemak, mengurangi kekebalan. 6. Hormon Prolaktin Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin. Prolaktin terdapat ada sebagian besar hewan termasuk manusia. Prolaktin, hormon pertumbuhan (Growth Hormone) dan Placental Lactogen (PL atau chorionic somatomammotropin (CS)), merupakan anggota dari hormon polipeptida berdasarkan sekuen asam amino yang homolog. Prolactin diproduksi oleh sel yang terdapat pada anterior pituitary, fungsi utama dari hormon prolaktin yaitu menginduksi dan pemeliharaan laktasi pada mamalia. Kelenjar Pituitari Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang terletak dasar otak. Pada kebanyakan vertebrata, kelenjar ini terdiri atas tiga lobus: anterior, intermediet dan posterior. Lobus

intermediet terdapat dalam kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa hanya merupakan sisa (vestige). Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari memegang peranan penting dalam koordinasi kimia tubuh. Sering disebut nahkoda (master gland), karena banyak sekresinya mengontrol kelenjar endokrin lainnya. Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai kelenjar pituitari. Beberapa hormon dihasilkan dari lobus anterior, salah satunya yaitu hormon prolaktin. a) Sel Somatotropic Sel somatotropic yang menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan dalam jumlah besar pada sisi/bagian anterior pituitari. b) Sel lactotropic Sel lactotropic lebih sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini bisa di identifikasi dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin adenoma, granula sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat atau oval. Pada pituitari normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel somaotropic. Peningkatan ukuran pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan dengan proliferasi dari laktotropic sel. c) Struktur Prolaktin Hormon pertumbuhan, prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dari hormon polipeptida yang signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog. Struktur prolaktin pada manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan ikatan di sulfida (S-S). Pada asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino. Dengan penambahan ikatan disulfida pada asam amino ke tiga antara Cys-4 dan Cys-11. Struktur gen Prolaktin. Pada dasarnya struktur prolaktin hampir mirip dengan struktur hormon pertumbuhan dan placental laktogen. Karena ketiganya dihasilkan dari prekursor yang sama. Pada manusia dan tikus, sepanjang cDNA dari mRNA sekuen homolog ketiga hormon tersebut hampir sama persis. Efek prolaktin pada beberapa organ: Organ Efek Glandula mamae Sintesis DNA Proliferasi sel Sintesis protein susu Sintesis FFA Sintesis laktosa Tumor mammary Prolaktin-induced protein Ovary Corpus Luteum: Maintenance atau regresi Limfosit Immunostimulasi Ovary dan testis Steroid biosintesis Liver Sintesis RNA Stimulasi dekarboksilasi ornitin Ginjal, amnion, choroid plexus Osmoregulasi Fungsi prolaktin pada pemulaian laktasi

Walaupun estrogen dan progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara selama kehamilan, kedua hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk menghambat sekresi susu sebenarnya. Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai efek yang tepat berlawanan, meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh glandula pituitaria ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu terus meningkat sejak minggu kelima kehamilan sampai kelahiran bayi, saat ini meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya sepuluh kali dari kadar tidak hamil dan normal. Disamping itu plasenta mensekresikan banyak somatotropin korionik manusia, yang juga mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari pituitaria ibu. Bahkan hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai bayi lahir. Cairan ini dinamakan kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya mengandung protein dan laktosa yang sama jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimum pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu selanjutnya. Tidak adanya laktasi selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron dan estrogen, yang disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih dalam uterus dan yang benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan somatomamotropin korionik manusia. Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya estrogen dan progesteron yang disekresi plasenta secara mendadak sekarang memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu mengambil peranan alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari kelenjar mammae mulai menyekresikan susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum. Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Setiap ibu menyusukan bayinya isyarat syaraf dari putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar satu jam. Sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode pnyusuan berikutnya. Bila gelora prolaktin ini tak ada, jika ia dihambat sebagai akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak kontinyu maka payudara kehilangan kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam beberapa hari. Tetapi produksi susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika anak mengisap secara kontinyu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu sangat menurun dalam tujuh sampai sembilan bulan. Reflek peghasilan susu atau reflek prolactin Ketika prolaktin dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar pituitari, akan menyebabkan sel alveoli menghasilkan susu. Ketika bayi menghisap susu, ujung syaraf puting terangsang, dan impuls kemudian dihantarkan ke syaraf otak, kemudian kelenjar pituitari mengeluarkan prolaktin ke dalam darah, sehingga prolaktin menyebabkan dihasilkannya susu oleh sel alveoli. Inilah yang disebut reflek penghasilan susu atau reflek prolaktin.

Regulasi sekresi

Walaupun sekresi sebagian besar hormon hipofisis anterior ditingkatkan oleh neurosecretory releasing faktor yang dihantarkan oleh hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui sistem porta hipotalamus-hipofisis, sekresi prolaktin dikontrol oleh efek yang tepat berlawanan. Yaitu hipotalamus mensintesis prolactin inhibitory factor (PIF). Pada keadaan normal, sejumlah besar PIF dihantarkan secara terus menerus ke kelenjar hipofisis anterior sehingga kecepata normal sekresi prolaktin sedikit. Tetapi selama laktasi, pembentuk PIF sendiri ditekan, sehingga memungkinkan kelenjar hipofisis anterior mensekresi prolaktin dalam jumlah yang tak dihambat. Faktor yang mempengaruhi sekresi prolaktin pada manusia: o Increase o Stimulasi Nipple o Stress (termasuk psychogenik) o Sleep (stage I dan II dan REM) o Stalk section o Penyakit pituitari dan cerebral o Prolaktinoma o TRH o Kehamilan o Estrogen o Hypotiroidism o Adrenal insufficiency o Obat-obatan yang menghambat dopamine o Decrease o Dopamine (seperti bromocryptine, lisuride, pergolide, dan mesulergine) o GAP atau PIF 7. Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid) Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Dan mineralokortikoid yang mempengaruhi pengaturan elektrolit dan keseimbangan air. Kedua jenis kortikosteroid tersebut digunakan secara klinis untuk terapi penggantian hormon, untuk menekan sekresi ACTH, sebagai agen antiradang, dan imunosupresi. Pada prinsipnya ada tiga mekanisme kerja dari kortikosteroid yang digunakan di dalam terapi dermatologi : 1. Anti Inflamasi Efek anti inflamasi ini merupakan efek utama yang diharapkan dalam dermatologi baik secara sistemik maupun topikal. Efek anti-inflamasi bekerja dengan cara mencegah proses marginasi (melekatnya lekosit dan monosit pada endotel pembuluh darah) dan menghambat proses kemotaksis (migrasi sel-sel radang ke fokus inflamasi). Kortikosteroid menyebabkan vasokonstriksi, menurunkan permeabilitas membran sehingga mengurangi ekstravasasi serum, udem, dan rasa gatal serta dapat juga

menghambat manifestasi inflamasi yang lebih lanjut seperti proliferasi fibroblas, pengumpulan kolagen, dan pembentukan sikatrik (FKUI) 2. Imunosupresi Sifat ini melibatkan sifat antiinflamasi karena karena bagian dari respon kekebalan tubuh. kortikosteroid juga menhambat pembelahan sel-sel linfoid, melisiskan sel linfosit B dan menghambat kerja limfokin pada sasaran. Oleh sebab itu, kortikosteroid digunakan untuk mengatasi gejala klinik suatu reaksi hipersensitivitas tetapi belum dapat dipastikan terapi kortikosteroid mempunyai efek yabg berarti pada titer antibodi IgG atau IgE yang berperanan pada reaksi alergi dan autoimun. Sistem komplemen tidak dipengaruhi oleh kortikosteroid (FKUI). 3. Anti proliferasi Kortikosteroid mempunyai sifat anti proliferasi dengan menekan pembelahan sel, menurunkan transkripsi RNA, mengurangi sintesis dan reparasi DNA. Sehingga pada pemakaian jangka panjang pada kulit akan menyebabkan penipisan epidermis dan atropi sel serta dapat mengganggu sintesis kolagen sehingga terjadi striae di kulit. 2.7 Tanda dan Gejala Masalah Eliminasi Sisa Metabolisme dan Sisa Pencernaan. Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (sisa metabolisme) dan elimiasi alvi/kebutuhan buang air besar (sisa pencernaan) 2.71 Kebutuhan Eliminasi Urine Organ Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Peranan masing-masing organ tersebut diantaranya: A. Ginjal Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakan selaput perut)nyang terdiri atas ginjal sebelah kiri dan kanan tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk di buang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak di perlukan oleh tubuh. B. Kandung kemih Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni / urine. C. Uretra Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra pada wanita mempunyai fungsi berbeda denagn yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sisitem reproduksi berukuran panjang 20 cm, sedangkan pada wanita memiliki panjang 4-6,5 cm san hanya berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar tubuh. Komposisi urine: 1. Air (96 %)

2. Larutan (4 %) 3. Larutan organik (urea, amonia, kreatin dan asam urat) 4. Larutan anorganik (natrium, klorida, kalium,sulfat) 2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 1. Diet dan Asupan (intake) jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang di bentuk. Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine. 2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria. Sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine. 3. Gaya Hidup perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet. 4. Stres Psikologis Meningkatnya stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. 5. Tingkat Aktivitas 6. Tingkat Perkembangan 7. Kondisi Penyakit Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urime, seperti Diabetes Melitus 8. Sosiokultural 9. Kebiasaan sesorang 10. Pemeriksaan diagnostik 2.8.1 Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine a. Retensi urine Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemihuntuk mengosongkan kandong kemih. Tanda klinis retensi: o ketidaknyamanan daerah pubis o distensi vesika urinaria o ketidak sanggupan untuk berkemih o sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml) o ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya o meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih o adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih. Penyebab: o operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria

o trauma sum sum tulang belakng o tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah o sphincter yang kuat o sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat) b. Inkontinesia Urine Merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol eksresi urin. Penyebab nya: proses penuaan (aging prodess), pembesaran kelnjar prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik. c. Enuresis Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang di akibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enuresis terjadi pada anak atau orang jompo. Faktor penyebab: o Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal o Vesika urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar o Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah o Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan o Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral o Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi. d. Perubahan Pola Eliminasi Urine Merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi urin terdiri atas: a. frekuensi b. urgensi c. disuria d. poliuria e. urinaria supresi.

2.8.2 Kebutuhan Eliminasi Alvi (Buang Air Besar) Sistem Yang Berperan Dalam Eliminasi Alvi Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointertinal yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang 6 m.

Proses Buang Air Besar (Defekasi) Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Gangguan/ Masalah Eliminasi Alvi a. Konstipasi Merupan keadaan individu yang mengalami atau berisisko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras. Tanda klinis: o adanya feses yang keras o defekasi kurang dari 3 kali seminggu o menurunnya bising usus o adanya keluhan pada rektum o nyeri pada saat mengejan dan defekasi o adanya perasaan masih ada sisa feses kemungkinan penyebab: o defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis, dll o pola defekasi yang tidak teratur o nyeri saat defekasi karena hemorroid o menurunnya peristaltik karena stres psikologis o penggunaan obat seperti antasida o proses menua/ usia lanjut b. Diare Merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Tanda klinis: o adanya pengeluaran feses cair o frekuensi lebih dari 3 kali sehari o nyeri atau kram abdomen o bising usus meningkat kemungkinan penyebab: o malabsorpsi atau inflamsi, proses infeksi o peningkatan peristaltik karean peningkatan metabolisme o efek tindakan pembedahan usus o efek penggunaan obat seperti antasida,antibiotik, dll o stres psikologis c. Inkontinensia Usus Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari. Tanda klinis:

o pengeluaran feses yang tidak di kehendaki kemungkinan penyebab: o gangguan sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll o distensi rektum berlebih o kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll o kerusakan kognitif

d. Kembung Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus. e. Hemorroid Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dll f. Fecal Impaction Merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemah tonus otot. Faktor yang mempengaruhi proses defekasi a. usia b. diet c. asupan cairan d. aktivitas e. pengobatan f. gaya hidup g. penyakit h. nyeri i. kerusakan sensoris dan motoris

BAB III PENUTUP 1.1 Kesimpulan Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra. Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan

umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi : Usia Diet Cairan Latihan fisik Stress psikologis Temperature Hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi : Hormone anti diuretic (ADH) Aldosteron Estrogen Progesterone Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid) HORMON PROLAKTIN Gukokortikoidtid Prostaglandin 3.2 Saran Diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang eliminasi serta hormone-hormon yang terkait didalam nya. DAFTAR PUSTAKA Syaifudin, Drs. H. (2006). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Setiawan, Juni. (2010). http://junsasta.blogspot.com/2010/12/hormon.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2011 pada pukul 16.32 WIB. Armala. (2011) .http://kumpulanpelajarankulia.blogspot.com/2011/08/hormon-terkaiteliminasi.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2011 pada pukul 15.56 WIB.

Fungsi Enzim Enzim Pencernaah di Dalam Tubuh


1. Enzim enzim pencernaan di dalam tubuh

Gambar di atas merupakan gambar dari sistem pencernaan yang ada di dalam tubuh kita. Sistem pencernaan terdiri dari: 1. Mulut

2. Kerongkongan (esofagus) 3. Lambung 4. Usus halus (usus 12 jari (duodenum) usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum) 5. Usus besar 6. Hati 7. Pankreas 8. Kantong empedu 9. Anus
Tentunya organ organ tersebut dibantu oleh yang bernama "enzim". Enzim enzim tersebut berada di dalam organ organ pencernaan tersebut. Kemudian disebut "enzim pencernaan". Tentu saja enzim tersebut mempunyai fungsinya masing masing. Yaitu Enzim Ptialin Enzim pencernaan manusia ini berada di dalam rongga mulut, tepatnya di kelenjar ludah. Enzim ptialin dihasilkan oleh glandula parotis yang juga berada di sekitar kelenjar ludah. Enzim ptyalin memiliki fungsi mengubah amilum atau zat tepung menjadi glukosa sebagai bahan dasar energi manusia. Enzim Pepsin Enzim pepsin berada di dalam lambung (ventrikulus) manusia. Enzim pepsin memiliki fungsi merubah protein yang diserap tubuh menjadi pepton. Enzim Renin

Sama seperti enzim peptin, enzim renin juga berada di dalam lambung. Enzim renin memiliki fungsi untuk mengendapkan kasein yang ada di dalam susu. Enzim Lipase Enzim lipase juga dihasilkan melalui dinding lambung yang bersifat sangat asam. Enzim ini dikeluarkan bersama dengan pepsin da Enzim Amilase Enzim ini dihasilkan oleh getah pankreas, bersama dengan enzim lipase dan tripsin. Enzim amilase memiliki kemampuan untuk mempercepat reaksi perubahan amilum menjadi maltosa. Enzim Tripsin Enzim tripsin dapat mengubah pepton menjadi senyawa dipeptida, yang lebih mudah diserap tubuh dan dicerna. Enzim Sakrase Berperan dalam mengubah atau menguraikan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Enzim sakrase dikeluarkan melalui getah usus halus manusia. Enzim Maltase Memasuki usus halus, yang kondisinya sangat berbeda dengan lambung membuat sifat enzim yang berada di dalamnya juga tidak sama. Enzim maltase mempunyai kemampuan mengubah maltose menjadi glukosa, sehingga lebih mudah direaksikan secara kimiawi oleh tubuh untuk diserap sebagai sumber energi. Enzim Isomaltase Selain maltase, adapula enzim isomaltase, yang juga dihasilkan melalui getah usus. Enzim isomaltase mempunyai kelebihan khusus, yaitu mengubah zat maltosa menjadi komaltosa yang susunannya lebih sederhana. Enzim Laktase Enzim mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Kedua zat yang dihasilkan tersebut, struktur kimianya lebih simpel dan lebih mudah diterima sebagai nutrisi tubuh manusia. Enzim Peptidase Dikeluarkan bersama getah usus halus (intestinum), peptidase mampu menguraikan ikatan peptida yang cukup kokoh menjadi asam amino (protein) Enzim Ribonuklease

Berperan dalam proses replikasi DNA. Enzim ribonuklease dapat menghidrolisis RNA. Enzimribonukease juga dapat memisahkan ikatan fosfat yang saling menghubungkan nukleotida

Diantara organ-organ pencernaan yang kita miliki, juga terdapat organ-organ yang tidak mempunyai enzim-enzim pencernaan, yaitu:

Kerongkongan

Hanya terdapat otot halus yang berfungsi untuk mendorong makanan sampai ke lambung. Gerakan tersebut dimakan dengan gerakan Peristaltik.

Usus Besar

Karena di sinilah terjadinya penyerapan air yang tersisa pada pencernaan. Di sinilah pencernaan terakhir pada pencernaan manusia. Karena disini hanya terjadi penyerapan air, dan juga pembusukan pada makanan. Disebabkan oleh bakteri bakteri, diantaranya adalah Ecerichia Coli(E.Coli).

Anus

Tentu saja kita sudah tau. Di sinilah tempat keluarnya sisa sisa pencernaan tersebut untuk selanjutnya di buang ke Toilet. Oleh sebab itu, kita tidak boleh merasa jijik dengan kotoran yang telah kita buang. Karena, (cobalah kita renungkan) setiap hari di dalam perut kita terdapat kotoran tersebut. Setiap hari kita membawanya, dan berada DI DALAM tubuh kita. Tapi kita tidak merasa jijik. Sedangkan yang sudah berada di luar, kita malah merasa jijik.

Struktur Ginjal
Posted on 18 Oktober 2010 by dewiisti

Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri atas jaringan

fibrus. Ginjal terbagi menjadi tiga bagian. Bagian luar adalah kulit ginjal atau korteks renalis, bagian kedua adalah sumsum ginjal atau medulla, dan bagian ketiga adalah berupa rongga ginjal atau renalis. Kulit Ginjal Kulit ginjal disebut kortek renalis. Korteks renalis tersusun dari sel sel ginjal atau nefron yang berjumlah lebih kurang satu juta sel. Di dalam kulit ginjal terdapat Badan Malpighi yang terdiri atas glomelurus dan kapsula Bowman. Glomelurus adalah kumpulan cabang cabang yang halus atau anyaman pembuluh darah kapiler di bagian korteks, sedangkan kapsula Bowman adalah lapisan yang melingkupi glomelurus, bentuknya seperti cawan dan berdinding ganda. Di korteks terjadi penyaringan darah. Sumsum Ginjal Sumsum ginjal disebut Medulla. Medulla berbentuk kerucut atau renal pyramid. Medulla merupakan tempat berkumpulnya pembuluh darah kapiler dari kapsula Bowman. Didalam medulla akan terjadi proses reabsorbsi dan augmentasioleh tubulus proksimal dan tubulus distal. Lengkung henle juga merupakan bagian dari yang menghubungkan tubulus proksimal dengan tubulus distal. Proses pembentukan urine adalah sebagai berikut: Penyaringan (filtrasi) Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya

Penyerapan kembali (reabsorbsi) Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.

FUNGSI GINJAL DAN PROSES PEMBENTUKAN URIN


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Kimia Klinik

Nama Mahasiswa :

Saepul Anwar (110101096) ..

ANALIS KESEHATAN MH. THAMRIN 2011


Alat pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia adalah ginjal Dunia kedokteran biasa menyebutnya ren (renal/kidney). Ginjal manusia berbentuk seperti kacang merah, berwarna merah kecokelatan, dan berjumlah dua buah. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Ginjal terletak retroperitonial yaitu di sebelah kanan dan kiri kolumna vertebralis di daerah pinggang. Letak ginjal pada tubuh manusia dapat lihat pada gambar di bawah ini

Gambar 1. Letak Ginjal

Bila ginjal dibelah secara simetri maka akan nampak bagian-bagiannya dari luar ke dalam, yaitu :

1. Korteks
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, berwarna gelap.

2. Medulla
Terdapat di sebelah dalam sebelah dalam, berwarna pucat.

3. Pelvis renalis
Bagian paling dalam disebut pelvis (rongga ginjal). Rongga ini akan bermuara ke ureter, kandung kemih (vesika urinaria), kemudian ke uretra.

Pada bagian korteks dan medula terdapat banyak nefron. Nefron merupakan satuan struktur dan fungsional paling kecil dari ginjal dan terdiri atas : 1. Badan malphigi, yang meliputi glomerulus dan kapsul Bowman.

Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler. Kapsul Bowman merupakan suatu selaput sebagai pembungkus glomerulus.

2. Tubulus kontortus yang meliputi tubulus proksimal, Loop of Henle, dan tubulus distal.

Tubulus proksimal merupakan suatu saluran berliku-liku yang letaknya dekat dengan Badan Malphigi Loop of Henle merupakan saluran penghubung antara tubulus proksimal dan tubulus distal. Tubulus Distal merupakan saluran berilkuk-likuk yang letaknya jauh dari badan malphigi.

Gambar 2. Struktur Ginjal dan Simpai Bowman

FUNGSI GINJAL 1. Mengekskresikan zat-zat buangan (waste product) seperti urea, asam

urat, kreatinin, kreatin, dan lain-lain 2. Menyaring/Membersihkan Darah

Bagian ginjal yang menjalankan fungsi ini adalah nefron. Hasil dari penyaringan darah yaitu berupa urine.

3. Mengatur Volume Darah


Darah dapat mengatur jumlah cairan yang terlarut dalam darah sehingga volume dipertahankan untuk selalu seimbang didalam tubuh. Tanpa control ginjal ini maka kemungkinan terburuk dalam tubuh akan terjadi, yaitu tubuh menjadi kering karena kekurangan cairan tubuh atau tubuh tenggelam karena kebanjiran akibat cairan tubuh menumpuk tak terbuang.

4. Mendaur Ulang Air, Mineral, Glukosa, dan Gizi


Ginjal akan mempertahankan zat-zat penting yang ikut masuk ke dalam nefron bersama cairan darah, lalu mengembalikannya ke peredaran darah. Tapi ginjal tidak menyerap kembali zat-zat ini jika jumlahnya berlebih dalam darah.

5. Mengatur Keseimbangan Kandungan Kimia Darah


Salah satu contoh fungsi pengatur ini adalah mengatur kadar garam dalam darah. Garam cenderung mengikat air sehingga jika kadar dalam gula darah berlebih mengakibatkan penumpukan cairan yang berlebihan dalam darah dan rongga sela antarsel tubuh. Jika demikian, maka anggota tubuh seperti wajah, tangan, dan kaki akan membengkak. Akibat lain yaitu memperberat tugas jantung dalam memompa darah karena adanya cairan dalam darah tersebut. Berdasarkan alasan itu maka ginjal akan mengeluarkan kadar garam yang berlebih dalam darah agar seimbang kembali. Ginjal juga mengatur kadar kalium dalam darah. Apabila kadar kalium dalam darah berkurang, maka ginjal akan menyerap kembali kalium tersebut. Sebaliknya, jika jumlah kalium berlebih ginjal akan membuangnya. Zat lain yang perlu dijaga keseimbangannya adalah urea yang merupakan limbah pencernaan protein, karena urea yang berlebih dapat mengakibatkan keracunan yang disebut penyakit uremia.

6. Menjaga Darah agar Tidak Terlalu Asam


Ginjal berperan dalam menjaga pH darah agar tidak terlalu asam.

PROSES PEMBENTUKAN URIN

Definisi Yaitu proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh.

Gambar 3. Proses pembentukan urin

Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine, yaitu : 1. Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi menyaring darah dalam glomerus yang mengandung air, garm, gula, urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misal glukosa, asm amino dan garam-garam. 2. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urine sekunder) dengan kadar urea yang tinggi yang dapat bersifat racun bagi tubuh. 3. Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsornsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis. Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung urine (vesika urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh.

PENGELUARAN URINE proses jalannya pengeluaran urine dalam tubulus kolektivus yang berada dalam ren diteruskan oleh ureter menuju vessica urinaria menuju urethra dalam alat kelamin.

1. Pengeluaran urine diatur oleh hormone ADH (Anti Diuretika Hormone). Bila air minum yang masuk banyak maka pengeluaran hormone ADH akan berkurang, sehingga urine yang dikeluarkan juga banyak. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH sedikit. 2. Bila air minum yang masuk sedikit maka pengeluaran hormone ADH akan terpacu menjadi lebih banyak, sehingga urine yang dikeluarkan akan menjadi sedikit. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH banyak.
DALAM URINE MENGANDUNG ZAT-ZAT SEPERTI:

1. 2. 3. 4. 5.

Air sebanyak 95 % Urea, asam ureat dan ammonia Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin) Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida) Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon

FUNGSI URINE 1. Untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. 2. sebagai penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat

Daftar Pustaka

You might also like