You are on page 1of 8

Defenisi Akad Mudharabah Al-Fairuz Abadi di dalam al-Qms al-Muhth mengatakan: Mudhra-bah

secara bahasa: al-mudhrabah dari dharaba; dharabat ath-thayru tadhribu: pergi mencari rezeki; dharaba fi al-ardhi dharb[an] wa dharbn[an]: keluar berdagang atau berperang, atau bergegas atau pergi. Dharaba fi al-ardhi bermakna safar (bepergian) seperti dinyatakan dalam QS an-Nisa [4]: 101. Allah swt berfirman: Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah. (QS Al-Muzzammil : 20). Menurut Ibn Manzhur di dalam Lisan al-Arab, kata mudharib digunakan untuk menyebut al-mil, sebab dialah yang bepergian, datang dan pergi mencari rezeki. Mudhrabah adalah istilah penduduk Irak dan lebih banyak digunakan oleh mazhab Hanafi dan Hanbali. Penduduk yang lebih Hijaz banyak

menyebutmudharabah dengan qirdh atau muqradhah, digunakan oleh ulama mazhab Syafii dan Maliki.

Secara istilah, mudhrabah atau qirdh, adalah persekutuan badan dengan harta. Maknanya, seseorang menyerahkan hartanya kepada orang lain agar orang lain itu membisniskan harta tersebut dengan ketentuan keuntungan yang diperoleh dibagi kepada mereka sesuai dengan kesepakatan (Lihat, an-Nabhani, Nizhm alIqtishd f al-Islm, hlm. 156; Ibn Qudamah, Al-Mughni, hlm. 134-135). Badan tersebut adalah kiasan dari tenaga yang menjadi andil salah satu pihak dalam mudharabah tersebut. Mudharabah adalah syirkah (kemitraan) yang halal secara syari. Al-Kasani dalam Badi ash-Shani menyatakan bahwa orang-orang biasa melakukan

akad mudharabah dan Nabi saw. tidak mengingkari mereka sehingga hal itu merupakan persetujuan (taqrr) dari Nabi atas kebolehan mudharabah. Ad-Daraquthni meriwayatkan bahwa Hakim bin Hizam juga menyerahkan harta sebagai mudharabah dan mensyaratkan seperti syarat al-Abbas.Al-Baihaqi meriwayatkan dari al-Ala bin Abdurrahman bin Yaqub dari bapaknya dari kakeknya bahwa Utsman memberikan harta secaramudharabah. Ibn Abi Syaibah

1|Page

meriwayatkan dari Abdullah bin Humaid dari bapaknya dari kakeknya bahwa Umar ra. pernah menyerahkan harta anak yatim secara mudharabah. Imam asy-Syaukani dalam Nayl al-Awthar, setelah memaparkan sejumlah atsar itu, menyatakan, Atsaratsar ini menunjukkan bahwa mudharabah dilakukan oleh para Sahabat tanpa ada seorang pun yang mengingkari sehingga hal itu menjadi ijmak mrereka bahwa mudharabah adalah boleh.

Jenis-Jenis Akad Mudharabah 1. Mudharabah Muthlaqah Pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya (investasi tidak terikat). Satu pelaburan di mana pelabur menyerahkan modal kepada pengusaha tanpa menetapkan apa-apa syarat dan batasan tertentu kepada pengusaha dalam menguruskannya. Mudharabah seperti ini diharuskan dalam keempat-empat mazhab. 2. Mudharabah Muqayyadah Pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai lokasi, cara dan atau objek investasi (investasi terikat). Pelaburan dalam bentuk pemilik harta menyerahkan modal kepada pengusaha dengam menetapkan sesuatu syarat dan batasan tertentu kepada pengusaha di dalam
2|Page

menguruskannnya sama ada dari segi tempat, jenis barang atau

waktu

tertentu. Mudharabah jenis ini diharuskan oleh Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad iaitu dalam Mazhab Hanafi dan Hanbali mengharuskannya. Sebaliknya Imam Maliki dan Syafei tidak mengharuskannya. 3. Mudharabah Musytarakah Pengelola dana turut menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi Sumber Hukum 1. Al-Quran Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT. (QS 62:10) Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya (QS 2:283) 2. As-Sunah Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampuradukkan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah) Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas didengar Rasulullahsaw, beliau membenarkannya. (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)

3|Page

PENSYARIATAN MUDHARABAH Dalam kitabnya al-Ijma hal. 124, Ibnul Mundzir menulis, Para ulama sepakat atas bolehnya melakukan qiradh, pemberian modal untuk berdagang dengan memperoleh bagian laba dalam bentuk Dinar dan Dirham. Mereka juga sepakat bahwa si pengelola modal boleh memberi syarat perolehan sepertiga atau separuh dari laba, atau jumlah yang telah disepakati mereka berdua, setelah sebelumnya segala sesuatunya sudah menjadi clear, jelas. Bentuk kerjasama model ini sudah pernah dipraktikkan oleh para sahabat Rasulullah saw. Dari Zaid bin Aslam dari bapaknya bahwa ia pernah bercerita, Dua anak Umar bin Khattab ra, Abdullah dan Ubaidullah keluar pergi bersama pasukan menuju negeri Irak. Tatkala mereka kembali dari sana, mereka melewati Abu Musa al-Asyari yang sedang menjabat sebagai Amir, gubernur di Bashrah. Setelah ia mengucapkan selamat datang dan menyambutnya, kemudian berkata kepada mereka berdua, Kalau saya tetapkan suatu urusan untuk kalian yang sangat bermanfaat bagi kalian, tentu aku mampu menetapkannya. Kemudian ia melanjutkan, Baik, di sini ada sebagian harta kekayaan Allah. Saya bermaksud hendak mengirimnya (melalui kalian) kepada Amirul Mukminin, yaitu saya pinjamkan kepada kalian berdua, lalu (boleh) kalian belikan barang dagangan dari Irak ini, kemudian dijual di Madinah, lalu modal pokoknya kalian serahkan kepada Amirul Mukminin, sedangkan labanya untuk kalian berdua. Mereka berdua menjawab, Kami ingin melaksanakannya. Setelah harta negara itu diserahkan kepada keduanya, kemudian ia menulis sepucuk surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab agar menerima harta itu dari mereka berdua. Tatkala mereka tiba (di Madinah), maka mereka mendapatkan keuntungan. Kemudian ketika keduanya menyerahkan harta negara itu kepada Umar, maka Umar bertanya kepada mereka, Apakah setiap pasukan mendapatkan pinjaman seperti yang dipinjamkan kepada kalian berdua? Jawab mereka, Tidak. Kemudian Umar bin Khattab menyatakan, Karena dua anak Amirul Mukminin, maka ia (Abu Musa) telah meminjamkan harta negara kepada kalian berdua! Serahkanlah kepada negara modal dan keuntungannya! Adapun Abdullah diam membisu, sedangkan Ubaidullah, Wahai Amirul Mukminin, tidak sepatutnya engkau menetapkan seperti ini? (Karena) andaikata modal ini berkurang atau musnah,
4|Page

sudah barang tentu kamilah yang bertanggung jawab untuk menggantinya. Kemudian Umar menyatakan, Kalian harus mengembalikan seluruhnya! Kemudian Abdullah diam seribu bahasa, lalu Ubaidullah mengulangi pernyataannya. Maka seorang laki-laki yang termasuk rekan dekat Umar berkata, Wahai Amirul Mukminin, alangkah baiknya kalau kau jadikan modal itu sebagai qiradh. Kemudian Umar menjawab, Kalau begitu, kujadikan modal itu sebagai qiradh. Kemudian Umar mengambil modalnya dan separuh dari keuntungannya. Sedangkan Abdullah dan Ubaidullah, dua anak Umar bin Khattab mendapatkan separuh dari keuntungan. (Shahih: Irwa-ul Ghalil V: 291, Muwaththa Imam Malik halaman 479 no: 1385 dan Baihaqi VI: 110). Berakhirnya Akad Mudharabah Sabbiq, 2008 : 1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan. 2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri 3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal 4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad 5. Modal sudah tidak ada Syarat-Syarat Akad Mudharabah Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah : Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakapdiangkat sebagai wakil. Mengenai modal disyaratkan : a) berbentuk uang, b) jelas jumlahnya, c) tunai, dan

5|Page

d) diserahkan sepenuhya kepada mudharib (pengelola). Oleh karenanya jika modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya. Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan dagang itu.

Rukunrukun Mudharabah

Syarat-syaratnya

1. Lafaz ijab dan qabul menunjukkan penawaran dan penerimaan Sighah akad mudharabah atau yang membawa maksud tersebut.

2. Tidak diselangi dengan diam yang lama atau perkataan lain antara ijab dan qabul . Aqidani Pemodal 3. Pemodal ahli tasarruf dalam menguruskan harta (tidak terlarang dan berhak ke atas hartanya untuk mewakilkannya)

4.

Kedua-dua

pihak mempunyai

kelayakan

sebagai

wakil

(pengusaha) dan pewakil (pemodal). 5. Cukup umur iaitu telah baligh (bukan kanak-kanak) dan berakal.

Pengusaha

6. Pengusaha berkemampuan menguruskan harta (tidak safih dan tidak buta)

6|Page

7. Modal mestilah berbentuk mata wang seperti dinar, emas atau matawang sekarang. Modal 8. Modal tidak boleh berbentuk barang dagangan kerana menimbulkan gharar pada harga atau nilainya . 9. Modal juga mestilah dalam bentuk tunai (tidak berada dalam tanggungan orang lain). 10. Modal mestilah diserahkan kepada pengusaha dan berada dalam tanggungan dia untuk diusahakan. 11. Perniagaan atau perusahaan yang diharuskan oleh syarak. Pekerjaan Oleh itu, tidak sah pelaburan pada perniagaan arak, perjudian dan sebagainya.

12. Mesti dikongsi bersama oleh pemodal dan pengusaha. (Tidak sah akad jika keuntungan tersebut hanya dibayar pada satu pihak). 13. keuntungan setiap pihak mestilah ditetapkan pada kadar atau Keuntungan nisbah yang tertentu seperti dibahagikan kepada 30:70 atau 1/3 dan 2/3. (Tidak sah akad jika ditetapkan keuntungan mengikut nilai tertentu atau kadar/peratusan yang dinisbahkan pada modal ). 14. keuntungan hanya dibahagikan kepada pelabur dan

pengusaha sahaja.

7|Page

Daftar Pustaka H.Adiwarman A.Karim, 2001, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Gema Insani, Jakarta, cetakan pertama. H.A. Zahri, Perbandingan Aplikasi Perjanjian Kredit Bank Konvensional dan Pembiayaan Bank Syariah, dalam Majalah Hukum Suara Uldilag No. 13, Juni 2008, Kelompok Kerja Perdata Agama Mahkamah Agung R.I Hayati, Nur dan Wasilah.2008.Akuntansi Syariah di Indonesia.Jakarta:Salemba Empat http://www.scribd.com/doc/24942787/AKAD-MUDHARABAH
http://alislamu.com/muamalah/11-jual-beli/269-bab-mudharabah.html http://konsultasi.wordpress.com/2012/05/01/mudharabah/

8|Page

You might also like