You are on page 1of 19

TINJAUAN TEORITIS

A. 1. Konsep Dasar Penyakit

Pengertian Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. a.

Etiologi Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas). 3. Manifestasi klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul) Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

4.

Pemeriksaan Diagnostik - Pemeriksaan tinja. - Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan. - Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal. - Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik. Penatalaksanaan Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak. Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease). Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman. Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

5.

6.

Komplikasi Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik. B. Konsep Asuhan Keperawatan

1.

Pengkajian Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah : 1. Identitas klien. 2. Riwayat keperawatan. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.

Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. 3. Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi. 4. Riwayat psikososial keluarga. Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah. 5. Kebutuhan dasar. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen. 6. Pemerikasaan fisik. a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat. b. Pemeriksaan sistematik : Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan. Perkusi : adanya distensi abdomen. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis Auskultasi : terdengarnya bising usus. c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang. d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun. e. Pemeriksaan penunjang. f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif. 2. Diagnosa yang Mungkin Muncul a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual). b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru 3. Intervensi dan Rasional Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual) Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan Pertahankan tirah baring Menurunkan kebutuhan metabolic dan pembatasan aktivitas selama fase akut.

Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

lecet dengan

pada lutut

perirektal fleksi.

Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal

Mengevaluasi

perkembangan

nyeri

untuk

menetapkan status

intervensi kesehatan

selanjutnya anaknya.

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari. Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress

Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum 4. Implementasi Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

5.

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama : Anak Arya Umur : 4 bulan Jenis kelamin : laki-laki Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya Tanggal Masuk: 23 oktober 2010 Diagnosa medis: gastroenteritis Nama Ayah : Tuan Endang Umur :35 tahun Pekerjaan : wiraswasta Pendidikan : SMA Suku bangsa : sunda Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya Nama Ayah : Bu Novi Umur : 31 tahun Pekerjaan : wiraswasta Pendidikan : SMA Suku bangsa : sunda Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

1. Keluhan Utama Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda. 3. Keadaan Umum Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan berdarah serta encer.

4. Riwayat kesehatan keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau keturunan. 5. Riwayat Imunisasi imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS. 6. Psikososial hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada teman sebaya. karakter periang. 7. Riwayat Tumbuh Kembang motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik. 8. Jenis Kebutuhan a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya. b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc. c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif. d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam, e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama. 9. Pemeriksaan Fisik a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat. b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan.. c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip. d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid. e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal. f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan. h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid. i. Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan. j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak. k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah. 10. Pemeriksaan Neurologis Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik. 11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic - Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010) - Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010) - Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010) 12. Terapi Yang Diberikan 02-11-2010 : Luminal 2 x 15 mg Oralit 50 mg tiap mencret Diit ML 700 kkal IVFD Kaen IIIB 28 tts / i 03-11-2010 : Luminal 2 x 15 mg Oralit 50 mg tiap mencret Diit ML 700 kkal IVFD Kaen IIIB 28 tts / i 02-11-2010 : Luminal 2 x 15 mg Oralit 50 mg tiap mencret Diit ML 700 kkal IVFD Kaen IIIB 28 tts / i B. Analisa Data No. Data Fokus DO: 1. BAB encer, berlendir serta berdarah

Penyebab Alergi susu sapi

Masalah Diare

KU ps. Lemah Bising usus 38x/menit BAB 7-8 Perhari TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit DS: Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit. DO: Warna anus kemerahan Terdapat lesi disekitar anus Frekuensi diare 7-8 x/ hari Daerah sekitar anus lembab DS: Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari. Do: 3. Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya Reflek menyusu lemah BB turun = 6,5 kg 6 kg dalam 3 hari KU lemah Ps. Hanya minum susu ASI Hb: 9,8 gr% Wajah bayi agak pucat 2. DS: Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui anaknya Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur ekskresi/BAB Kerusakan sering integritas kulit

Kelemahan reflek menyusui

Menyusui tidak efektif

C.

Diagnosa Keperawatan Diare b.d Alergi susu sapi kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui Intervensi No Diagnosa keperawatan

D.

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NOC) (NIC) 1 Diare b.d Alergi susu Setelah dilakukan tidakan Fluid management sapi keperawatan dalam 5 x 24 Timbang popok/pembalut Ditandai dengan : jam eliminasi BAB dan jika diperlukan status hidrasi efektif. Keluaga mengatakan Pertahankan catatan intake BAB encer sudah 4 dan output yang akurat Kriteria hasil: hari, jumlah sedikit. Monitor status hidrasi Tidak ada diare BAB encer, berlendir (kelembaban membran

serta berdarah KU ps. Lemah Bising usus 38x/menit BAB 7-8 Perhari TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit

mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan Monitor vital sign Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV Monitor status nutrisi Dorong masukan oral Kontrol bising usus Dorong keluarga untuk membantu pasien minum susu Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Berikan oralit sesuai indikasi kerusakan integritas Setelah dilakukan tidakan Skin care kulit b/d ekskresi/BAB keperawatan dalam 5 x 24 Hindari kerutan padaa tempat sering jam membrane mukosa tidur DO: dan kulit kembali efektif Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Warna anus kemerahan Kriteria Hasil : Mobilisasi pasien (ubah posisi Terdapat lesi disekitar Integritas kulit yang baik pasien) setiap dua jam sekali anus bisa dipertahankan Monitor kulit akan adanya Frekuensi diare 7-8 x/ (sensasi, elastisitas, kemerahan hari temperatur, hidrasi, Oleskan lotion atau Daerah sekitar anus pigmentasi) minyak/baby oil pada derah lembab Tidak ada luka/lesi pada yang tertekan DS: kulit Monitor status nutrisi pasien Keluarga mengatakan Memandikan pasien dengan lesi dibagian anus sudah Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman sabun dan air hangat 2 hari. dalam proses perbaikan Jaga kulit tetap kering kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management keperawatan dalam 7 x 24 Kaji BB setiap hari jam status nutrisi dan Kaji adanya kelemahan dan menyusui efektif. kelasan bayi dalam menyusui Kriteria Hasil : Kaji kadar Hb ibu pentingnya Adanya peningkatan berat Ajarkan badan sesuai dengan tujuan memberi susu secara teratur Kaji adanya pucat malnutrisi

Konsistensi tidak cair Ada ampas Tidak ada tanda-tanda dehidrasi TTV dalam batas normal Bising usus dalam batas normal

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui d.d: Do: Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya Reflek menyusu lemah BB turun = 6,5 kg 6

kg dalam 3 hari KU lemah Ps. Hanya minum susu ASI Hb: 9,8 gr% Wajah bayi agak pucat DS: Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui anaknya Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur

Tidak terjadi penurunan Beritahu ibu pentingnya ASI bagi bayi berat badan yang berarti Ibu mau menyusui anaknya dengan teratur Reflek menyusui anak baik Hb dalam batas normal Bayi tidak lagi malas mengisap putting susu Bayi tidak lagi pucat

E.

Implementasi dan Evaluasi Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi / hari Dx 04 09.00 I Mengukur TTV S: Nov. 09.10 Mengkaji keadaan umum O: 2010 10.00 - berat popok 500 gr ps - TTV: S: 36,6 C Memberikan cairan lewat Kamis 12.00 N: 140x/menit infus 12.30 RR:46 X/menit Mengukur balance cairan 12.45 - IVFD=RL 20 tts / menit mikro. Mengkaji BAB 13.00 - Balance cairan +150 ml Menimbang popok - KU ps lemah Mengukur bising usus - BAB encer, berlendir, dan berdarah - Bisisng usus = 38 x / menit A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 04 09.00 II Mengkaji adnya lesi S: Nov. 09.10 Mengkaji frekuensi diare keluaga mengatakan ada lesi 2010 dibagian anus setiap 24 jam 19.15 Mengobservasi tanda O: Kamis tanda kerusakan integritas frekuensi diare 7-8 x/ hari terdapat kemerahan disekitar anus kulit 10.00 verbeden setiap hari Memandikan ps 12.00 ps. Tamapk tenag setelah Melakukan verbeden dimandikan dan diberi lotion A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 04 10.00 III mengkaji kekuatan menusui S:Nov. pada bayi O: 2010 12.00 menimbang BB - Ps. Alergi susu sapi

Paraf TTD

TTD

TTD

Kamis

12.10 12.15 12.30

12.45

Mengkaji turgor kulit Mengkaji adanya alergi Mengkaji tingkat kerajinanibu dalam menyusuibayinya. Memberiakn diit sesuai indikasi Mengukur Hb -

Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi BB: 6 kg Turgor kulit jelek Lingkungan nyaman selama pemberian diit Tidak ada perubahan pigmen kulit Hb 9,8 gr% A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasi P : intervensi dilanjutkan Paraf TTD

Tanggal / hari 06 Nov. 2010 Sabtu

Jam

06 Nov. 2010 Sabtu

06 Nov. 2010 Sabtu

No. Implementasi Evaluasi Dx 09.00 I Mengukur TTV S: 09.10 Mengkaji keadaan umum O: 10.00 - berat popok 400 gr ps - TTV: S: 36,8 C Memberikan cairan lewat 12.00 N: 148 x /menit infus 12.30 RR:50 x /menit Mengukur balance cairan 12.45 - IVFD=RL 20 tts / menit mikro. Mengkaji BAB 13.00 - Balance cairan +170 ml Menimbang popok - KU ps lemah Mengukur bising usus - BAB encer, berlendir, dan berdarah - Bisisng usus = 36 x / menit A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi P=Intervensi dilanjutkan 09.00 II Mengkaji adnya lesi S: 09.10 Mengkaji frekuensi diare keluaga mengatakan masih ada lesi dibagian anus setiap 24 jam 19.15 Mengobservasi tanda O: tanda kerusakan integritas frekuensi diare 6-7 x / hari terdapat kemerahan disekitar anus kulit 10.00 verbeden setiap hari Memandikan ps 12.00 ps. Tampak tenag setelah Melakukan verbeden dimandikan dan diberi lotion A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 10.00 III mengkaji kekuatan menusui S:pada bayi O: 12.00 menimbang BB - Ps. Alergi susu sapi 12.10 Mengkaji turgor kulit - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli 12.15 Mengkaji adanya alergi gizi 12.30 Mengkaji tingkat kerajinan- BB: 6,1 kg ibu dalam menyusui- Turgor kulit jelek bayinya. - Lingkungan nyaman selama

TTD

TTD

12.45 13.00

Memberiakn diit indikasi Mengukur Hb

sesuai pemberian diit - Tidak ada perubahan pigmen kulit - Hb 10,2 gr% A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasi P : intervensi dilanjutkan Paraf TTD

Tanggal / hari 05 Nov. 2010 Jumat

Jam

05 Nov. 2010 Jumat

05 Nov. 2010 Jumat

No. Implementasi Evaluasi Dx 09.00 I Mengukur TTV S: 09.10 Mengkaji keadaan umum O: 10.00 - berat popok 350 gr ps - TTV: S: 36,5 C Memberikan cairan lewat 12.00 N: 140 x /menit infus 12.30 RR: 46 x /menit Mengukur balance cairan 12.45 - IVFD=RL 20 tts / menit mikro. Mengkaji BAB 13.00 - Balance cairan +170 ml Menimbang popok - KU ps lemah Mengukur bising usus - BAB encer, berlendir, dan berdarah - Bising usus = 32 x / menit A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi P=Intervensi dilanjutkan 09.00 II Mengkaji adnya lesi S: 09.10 Mengkaji frekuensi diare keluaga mengatakan masih ada lesi dibagian anus setiap 24 jam 19.15 Mengobservasi tanda O: tanda kerusakan integritas frekuensi diare 5 x / hari terdapat kemerahan disekitar anus kulit 10.00 verbeden setiap hari Memandikan ps 12.00 ps. Tampak tenag setelah Melakukan verbeden dimandikan dan diberi lotion A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 10.00 III mengkaji kekuatan menusui S:pada bayi O: 12.00 menimbang BB - Ps. Alergi susu sapi 12.10 Mengkaji turgor kulit - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli 12.15 Mengkaji adanya alergi gizi 12.30 Mengkaji tingkat kerajinan- BB: 6,3 kg ibu dalam menyusui- Turgor kulit jelek bayinya. - Lingkungan nyaman selama 12.45 Memberiakn diit sesuai pemberian diit indikasi - Tidak ada perubahan pigmen kulit 13.00 Mengukur Hb - Hb 10,7 gr% A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasi

TTD

TTD

P : intervensi dilanjutkan

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :

No. 1.

Data Senjang DO: BAB encer, berlendir serta berdarah KU ps. Lemah Bising usus 38x/menit BAB 7-8 Perhari TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit DS: Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.

Penyebab Alergi susu sapi

Masalah Diare

DO: Warna anus kemerahan Terdapat lesi disekitar anus Frekuensi diare 7-8 x/ hari Daerah sekitar anus lembab DS: Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari. Do: 3. Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya Reflek menyusu lemah BB turun = 6,5 kg 6 kg dalam 3 hari KU lemah Ps. Hanya minum susu ASI Hb: 9,8 gr% Wajah bayi agak pucat 2. DS: Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui anaknya Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur

ekskresi/BAB Kerusakan sering integritas kulit

Kelemahan reflek menyusui

Menyusui tidak efektif

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.

B. Diagnosa Keperawatan Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa. Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu: 1. Diare b.d Alergi susu sapi Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.
2.

kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda
3.

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias efektif 2. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit

kembali efektif Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.
3. 4. a.

Implementasi Diare b.d Alergi susu sapi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Mengukur TTV Mengkaji keadaan umum ps Memberikan cairan lewat infus Mengukur balance cairan Mengkaji BAB Menimbang popok Mengukur bising usus
b.

kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

1. 2. 3. 4. 5.

Mengkaji adnya lesi Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam Mengobservasi tanda tanda kerusakan integritas kulit Memandikan ps Melakukan verbeden
c.

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

1. 2. 3. 4.

mengkaji kekuatan menusui pada bayi menimbang BB Mengkaji turgor kulit Mengkaji adanya alergi

5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya. 6. Memberiakan diit sesuai indikasi 7. Mengukur Hb Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien. E. Evaluasi Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu. Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta rumit antara factor genetic dan factor lingkungan biofisiko-psikososial. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapai potensi biologik seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai factor yang saling berkaitan yaitu factor genetic, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan cirri tersendiri pada setiap anak. Tujuan ilmu tumbuh kembang adalah mengajari berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social. Juga menegakan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan kemungkinana penanganan yang efektif, serta mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut. 1. DEFINISI 1. Pertumbuhan (Growth) Berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bias diukur dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang (meter/centimeter) (Soetjiningsih: 1998) Perubahan ukuran atau nilai-nilai yang memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan (Richard & Victor : 1992) Menurut Whaley dan wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh ( supartini, Yupi : 2004)

2.

Perkembangan (Development)

Menurut Whaley dan wong, perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Supartini, Yupi :2004).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematanagan (soetjiningsih : 1998) Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi atau social yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan (Richard & Victor : 1992) 2. Prinsip Tumbuh Kembang 1. Tumbang terjadi dalam batasan dan pola yang dapat dipredisikan secara teratur 2. Mempunyai arah cephalucaudal-proximodistal-differinsiation. 3. Periode optimal dimana perkembangan membutuhkan stimulasi khusus untuk suatu potensi yang akan capai. 4. Meskipun dapat dipredisikan, irama pertumbuhan individu bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai factor. 5. tingkah laku dan keterampilan didapat dari proses belajar atau latihan dan pemgalaman.

3. Tahap Tumbuh Kembang 1. Infant ( 0-12 Bulan ) a. Umur 0-6 bulan 1) Pertumbuhan fisik

pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan akan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan. Berat badan bayi 0-6 bulan setiap minggunya berat badan akan bertambah 140-200 gr. Sedangkan panjangnya setiap bulannya akan bertambah 2,5 cm/bln. 2) a) Perkembangan Perkembanagan motorik

Telapak tangannya menggenggam tidak kuat kecendrungan tangan kemulut, tangan tidak mengepal setiap saat, kadang-kadang tangan terbuka, melihat objek yang ada diatas kepalanya, ingin mendapat objek tersebut tetapi tidak bias mengenggam walaupun sudah ditangan, dan pada umur 4-6 bulan, bayi akan lebih sering mengguling. Lebih dapat menahan berat badan pada saat didudukan, mulai mengambil benda tapi sering lepas dengan menggunakan tanagan mengepal, akan menyokong berat badan pada saat posisi tengkurap. b) vocal. Pada umur 3-6 bulan bayi akan mencari suara yang adsa diruangan, mangarahkan pandangan kepada arah suara. c) Perkembangan kognitif Perkembangan bahasa

Pada umur 0-3 bulan bayi akan menangis, bermain dengan suara tenggorokan dan mulai belajar

Pada umur 0-3 bulan memiliki refleks dan tingkah laku yang halus, mul;ai mengulang gerakan yang menyenagkan (menghisap ibu jari). Pada umur 3-6 bulan bayi akan mengenali wajah objek yang lama, ketrampilannya akan bertambah seperti menggenggam dan mengunyah. b Umur 6-12 bulan

1). Pertumbuhan fisik

berat badan bayi umur 6-12 bulan menjadi tiga akalidari berat badan bayi waktu lahir dalam satu tahun pertma, berat badan ini mengfalami pertambahan 85 sampai 140 gr/mgg, sedangkan tingggi badannya bertambah 1,25 cm ( 0,5 inc/bln). Panjang bayi akan meningkat kira-kira 50% pada akhir pertumbuhan pertma. 2) a) Perkembangan Perkembangan motorik

Bayi dapat memindahkan objek dari suatu tangan ketangan yang lain, sudah dapat menggapai objek dan menggenggam dengan baik, dapat berdiri dengan dipegangi, dapt duduk. Sendiri tanpa dibantu, dapat meranagak, mera,bat, berjalan sambil berpegangan. b) Perkembangan bahasa Bayi dapat tertawa dan berteriak, dia dapat menikmati suaranya sendiri, berbicara dengan mainan, mengucapkan kata-kata kombinasi (mama,papa) c) Perkembangan kognitif

Bayi dapat meniru suara dan gerakan tangan sederhana melihat objek dan tertarik menjatuhkannya, berkembang kesadaran adanya arti dan akhir dai hubungan, menunjukan pertambahaan perilaku. d) Perkembangan psikososial

Bayi dan tahap oral, sebaiknya kebutuhan dipenuhi dengan segera, untuk membangun kepercayaan dapat dilakukan sdengan sentuhan, kehangatan dan kelembutan. Bayi juga dapat bermain dengan orang lain dapat dimotifasi dengan keinginan bersenang-senang dan mendapatkan kesenangan yang berhubungan dengan oranglain.

Usia 0 3 Bulan

Hingga memasuki usia 1 bulan, bayi hanya bisa melakukan gerak refleks (gerakan alami diluar kesadaran bayi). Seperti refleks hisas, refleks gengam, refleks leher, rooting reflex Pada bayi bulan ke 2 dan ke 3, gerakan refleks mulai menghilang. Hilangnya gerakan refles ini akan di ganti tahap demi tahap munculnya gerak motorik kasar. Bayi bisa menatap,tersenyum,dan bersuara, juga bayi mulai berusaha mengangkat kepala jika bayi tengkurap. Usia 4 6 bulan

Bermain dengan kedua tangan dan memasukannya kedalam mulutnya. Terawa, bergurau Tengkurap Menggulingkan badan berusaha meraih dan menyentuh mainan membedakan suara Bertopang pada kedua tangan memindahkan mainan dari satu tangan ketangan lain Menoleh mencari datangnya suara Usia 7-9 Bulan membalikan badan

bermain dengan tangan dan kaki mulai senang mengoceh belajar duduk memperhatikan gerak gerik orang lain merangkak dan merayap dapat berdiri tegak bila dipegang Bermain Ciluk Ba! Usia 10-12 Bulan Bisa mengucapkan 1 sampai 2 suku kata misa mama, papa Berayun pada tangan dan lutut merangkak dengan cepat Belajar berdiri sambil berpegangan menjepit benda dengan kedua jari tangan belajar berjalan kesamping atau merambat dengan berpegangan Atau bisa berjalan sendiri

You might also like