You are on page 1of 17

Wahyu Riyadi

Where we go depends on what we know, and what we know depends on where we go..

Tentang saya

Tuesday, October 20, 2009


Uji Benedict, Uji Gula Pereduksi (Kualitatif)
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter. Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula

pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.
http://wahyuriyadi.blogspot.com/2009/10/uji-benedict-adalah-uji-kimia-untuk.html

Jumat, 01 Juni 2012


Laporan UJI BENEDICT SEMI KUANTITATIF
PERCOBAAN V UJI BENEDICT SEMI KUANTITATIF

I.

TUJUAN PERCOBAAN Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar glukosa dalam urine dengan pereaksi Bennedict secara semi kuantitatif.

II. DASAR TEORI Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis berwarna menjadi merah. kuprooksida endapan yang merah yang tidak terbentuk larut sesuai dan dengan

Banyaknya

kadar gula yang terdapat di dalam urin. (Anonim, 2011). Sebelum menilai hasil analisa urin, perlu diketahui tentang proses pembentukan urin. Urin merupakan hasil metabolism tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml permenit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin permenit. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan

terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Adanya glukosa dalam urin dapat di nyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis.uji ini tidak spesifik terhadap glukosa,gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberi hasil yang positif. Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi benedict menjadi kuprooksida yang berwarna.Dengan ini dapat diperkirakan secara kasar (semi kuantitatif) kadar gula dalam urin (Penuntun Praktikum.2012). Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi. Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus (Anonim, 2012).

III. ALAT DAN BAHAN Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: a. ALAT

b.

Tabung reaksi Pipet tetes Rak tabung reaksi Penangas listrik Gelas ukur 10 ml Gelas kimia 250 ml BAHAN Urin normal Larutan glukosa 0,3 % Larutan glukosa 1 % Larutan glukosa 5 % Pereaksi benedict

IV. PROSEDUR KERJA Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan 4 buah tabung reaksi yang bersih dan kering 2. Memasukan masing-masing tabung dengan larutan sesuai dengan tabel di bawah ini:

Larutan/Pereaksi Benedict Urin Larutan Glukosa 0,3% Larutan glikosa 1% Larutan glukosa 5% 3.

Tabung 1 2,5 mL 4 tetes 0 0 0 2 2,5 mL 0 4 tetes 0 0 3 2,5 mL 0 0 4 tetes 0 4 2,5 mL 0 0 0 4 tetes

Memanaskan tabung dalam penangas air selama 5 menit dan membiarkan menjadi dingin perlahan-lahan.

4. Mengamati warna endapan yag terbentuk pada masing-masing tabung. Dan menafsirkan kadar glukosanya dengan menggunakan tabel penafsiran sebagai berikut:

Warna Biru jernih Hijau/kuning hijau Kuning/kuning kehijauan Jingga Merah

Penilaian + ++ +++ ++++

Kadar (%) 0 <0,5 0,5-1,0 1,0-2,0 >2,0

V. HASIL PENGAMATAN Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabung 1 2 3 4

Warna Hijau/kuning hijau Hijau/kuning hijau Jingga Merah

Kadar < 0,5 (+) < 0,5 (+) 1,0 2,0 (+++) > 2,0 (++++)

I.

PEMBAHASAN Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis berwarna menjadi merah. kuprooksida endapan yang merah yang tidak terbentuk larut sesuai dan dengan

Banyaknya

kadar gula yang terdapat di dalam urin. (Anonim, 2011). Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak hanyan spesifik terhadap glukosa, gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberikan hasil yang positif.

Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuproksida dalam pereaksi benedict menjadi kuprooksida yang berwarna. Dengan ini dapat diperkirakan secara kasar (semi kuantitatif) kadar gula dalam urin (Penuntun praktikum, 2012). Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kadar glukosa dalam urin dengan pereaksi Bennedict secara semi kuantitatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah menyiapkan 4 buah tabung reaksi kemudian memasukkan masing-masing 2 ml perekasi benedict ke dalam tabung reaksi yang berbeda tersebut. Selanjutnya menambahkan 4 tetes urin ke dalam tabung I, menambahkan 4 tetes larutan glukosa 0,3 % ked al;am tabung II, lalu menambahkan larutan glukosa 1 % ke dalam tabung III, dan menambahkan larutan glukosa 5 % ke dalam tabung IV. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah warna keempat larutan tersebut adalah biru yang merupakan warna khas Cu yang terdapat dalam pereaksi benedict. Pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya kuprooksida berwarna merah. Pemeriksaan Benedict ini bertujuan untuk mendeteksi adanya glukosa, asam homogentisat, dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin C) dalam urin, sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat. Selanjutnya perlakuan yang dilakukan adalah memanaskan keempat tabung tersebut selama lima menit di dalam air mendidih. Adapun tujuan dari dilakukannya pemanasan tersebut adalah untuk mempercepat reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan glukosa dalam urin. Setelah pemanasan keempat tabung reaksi tersebut didiamkan sampai terbentuk endapan berwarna. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah untuk tabung I diperoleh warna hijau/kuning hijau, tabun II diperoleh warna hijau/kuning hijau, tabung III diperoleh warna jingga dan tabung IV diperoleh warna merah. Warna yang terbentuk pada dari masing-masing tabung reaksi dikarenakan konsentrasi glukosa dalam larutan, dimana makin besar kadar glukosa maka banyak endapan orange atau merah yang terbentuk. Namun jika tidak terbentuk endapan orange atau merah menandakan bahwa konsentrasi rendah karena baru sedikit glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya dengan pereaksi benedict yang berwarna biru. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari tiap tabung reaksi yaitu berupa warna larutan maka dapat ditentukan kadar glukosa yang terkandung dalam larutan dari masing-masing

tabung dengan membaca table penafsiran. Dan berdasarkan table penafsiran maka diperoleh kadar glukosa dari masing-masing larutan yaitu, untuk tabung I mengandung kadar glukosa sekitar <0,5 %, untuk tabung II mangandung kadar glukosa sekitar <0,5 %, untuk tabung III mengandung kadar glukosa sekitar 1,0-2,0 %, sedangkan untuk tabung IV mengandung kadar glukosa sekitar >2 %. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat dan diketahui bahwa untuk sampel urin yang terdapat pada tabung I terdapat kadar glukosa < 0,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa sampel urin yang digunakan tidak termasuk dalam urin normal karena telah mengandung glukosa. Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Adapun kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi), adanya penyakit hepar dan keracunan logam berat, atau adanya faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid, karbamazepin). Sedangkan untuk hasil yang diperoleh untuk tabung II, III dan IV sesuai dengan kadar glukosa yang ditambahkan pada tabung tersebut.

II. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil daripercobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). 2. Kadar glukosa yang diperoleh dalam urin dengan menggunakan pereaksi benedict secara semi kuantitatif adalah < 0,5 %.

http://mawarchemistry09.blogspot.com/2012/06/laporan-uji-benedict-semi-kuantitatif.html

Patologi
Pemeriksaan Urine
PEMERIKSAAN URINE

Periksaan pada urine meliputi : 1. Pemeriksaan fisik urine :jumlah, Ph, warna, bau, dan kekeruhan. 2. Pemeriksaan kimia urine :protein, glukosa, ketonbodies, bilirubin, urobilin. 3. Pemeriksaan mikrokopis :pemeriksaan sedimen urine. 4. Pemeriksaan bakteriologi :kultur, kepekaan antibiotic.

PEMERIKSAAN FISIK URINE 1.JUMLAH/ VOLUME URINE Pada keadaan normal volume urine selama 24 jam adalah : 600-1600 ml. Dikatakan OLIGOURI bila volume mencapai :100-600 ml/24 jam. Dikatakan ANURI, bila volume mencapai kurang atau sama dengan 100ml/ 24 jam. Besarny volume urine seseorang amat tergantung pada : Intake cairan : makan/minum. Kehilangan cairan : keringat. Suhu badan. Suhu sekitarnya. Penyebab terjadinya oligouri adalah : I.FAKTOR RENAL: 1. Akut tubulair nekrosis. 2. Akut glomerula nekrosis. II.FAKTOR NON RENAL. 1. Penurunan intake cairan. 2. Peningkatan kehilangan cairan. Penyebab terjadinya POLIURI.:(produksi urine> 2500 ml/24 jam). 1. Kronik Renal Dieses. 2. Diabetes Insipidus. 3. Polydipsi. 4. Obat diuretika. Dalam keadaan normal , volume urine pada siang hari > malam hari. Volume urine malam hari dapat > siang hari pada keadaan : 1. Glomerulo Tubulair Dieses yang berat.

2. Gangguan pada absorbs usus. 3. ADISON DISEASES. 2.DERAJAD KEASAMAN URINE (PH) Dalam keadaan normal, PH urine berkisar antara : 4,6-8,0 dengan rata-rata : 6,5. Jadi urine berada dalam keadaan sedikit asam pada keadaan NORMAL. Untuk pemeriksaan derajad keasaman urine ini harus dipakai urne yang segar (baru). Karena urine yang telah lama derajad keasamannya akan berubah menjadi alkalis. Pada urine yang telah dikeluarkan dari tubuh, maka ammonium yang terkandung didalamnya akan diubah oleh bakteri dalam urine menjadi amoniak yang bersifat alkalis. Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi asam adalah : Acidosis. Kelaparan. Diarrhea. Diabetes Mullitus. Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi alkalis adalah : Alkalosis. Muntah-muntah yang hebat. Infeksi saluran kencing (UTK). Pemeriksaan derajad keasaman urine ini dapat dilakukan dengan menggunakan : 1. Kertas lakmus. 2. PH meter. 3.PERIKSAAN JENIS URINE Normal : 1,003-1,030, rata-rata 1,020. Berat jenis urine tertinggi terdapat pada urine pertama pagi hari, sedangkan berat jenis terendah terdapat dalam urine yang dihasilkan 1 jam setelah intake cairan yang cukup banyak. Berat jenis ini memberikan gambaran tentang fungsi dari tubulus. ISOSTHENURI : Suatu keadaan dimana berat jenis urine seseorang selalu tetap 1,010 sepanjang hari, yaitu sama dengan berat jenis protein free plasma. Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit ginjal yang kronis dan berat. Tehnik pemeriksaan fungsi urine : 1. Dengan memakai alat UROMETER atau URINOMETER.

2. Dengan menggunakan metode CARIK CELUP. 4.WARNA URINE Normal :urine berwarna kuning muda hingga tua. Perubahan warna urine dapat terjadi karena : 1. KEADAAN NON PATHOLOGIS : Biasanya disebabkan oleh makanan / obat-obatan : MERAH :wortel, phenophtalin, selenium. KUNING :Karoten, Xantonin. HIJAU :Acriflavin. BIRU :Methylen blue. 2. KEADAAN PATHOLOGIS : Kuning coklat seperti teh: Bilirubun. Merah coklat :Urobilin, Porphyrin.

Putih seperti susu :Pus, Fat. Coklat kehitaman : Melamin. Merah berkabut coklat :Darah. 5.BAU URINE Pada urine yang segar / baru biasanya tidak berbau keras / menyengat, tetapi pada urine yang telah lama dikeluarkan dari tubuh, uranium yang terkandung didalamnya akan di ubah menjadi amoniak oleh bakteri yang ada dalam urine, sehingga menimbulkan bau yang keras/ menyengat. Dalam keadaan pathologis urine dapat berbau : MANIS : Biasanya disebabkan oleh adanya Acetone, misalnya pada koma diabetic. BUSUK : Biasanya disebabkan oleh adanya infeksi, misalnya pada cystitis. 6.KEKERUHAN URINE Dalam keadaan normal, urine yang baru berwana jernih. Kekeruhan dapat terjadi oleh karena : Phosphate : Biasanya berwarna putih, dan akan hilang bila di tetesi asam. Urat Amorph : Biasanya berwarna kuning coklat dan didapatkan pada urine yang asam, dan bila dipanaskan akan menghilang. Nanah / Pus : Biasanya berwarna putih keruh seperti susu, tetapi bila di saring akan kembali jernih. Bila kekeruhan di sebabkan oleh kuman, maka bila di saring urine akan tetep keruh.

PEMERIKSAAN KIMIA URINE 1.PROTEIN Penyebab dari proteinun (adanya protein dalam urine) adalah : I.Faktor Pre Glomerulus : Bila di dapatkan peningkatan kadar protein dengan berat Molekul < albumin misalnya :Hb, Benceb Jones protein. II.Faktor Glomerulus :

Perubahan pada pori glomerulus. Peningkatan permeabilitas protein. Kebocoran kapile NEPHROTIK SYNDROME Proliferasi endotel-GLOMERULONEPHRITIS Kerusakan pediele-IDIOPHATIK NEPHROSIS 111.Faktor Tubulus : Gangguan reabsorbsi protein Gangguan sel Gangguan peredaran darah Pada kelainan ginjal,hamper selalu disertai proteinuri ,tetapi proteinuri tidak selalu disebabkan oleh karena penyakit ginjal Perubahan tekanan darah ,anemi,bendungan vena,dapat menyebabkan terjadinya proteinuri. Derajat proteinuri: BERAT:bila proteinuri>4 gram protein/hari -Nepharotik Syndrome -Glomerulo Nephorotik Akut dan Kronis -Lupus Nephritis SEDANG:bila proteionuri 0,5- 4 gram protein/hari -Kebanyakan penyakit ginjal -Nephrosklerosis Pyelonepharitis -Preelampsi RINGAN:bila proteinuri<0.5 gram protein/ hari

-Pyelonephritis kronis -Polyeystik kidney -Orthostastik proteinuri 2.GLUKOSA Dalam keadaan normal urine mengandung 100-200 mg/24 jam bahan reduktor . Termasuk dalam bahan reduktor adalah: 1.GLUKOSA ,GALAKTOSA ,FRUKTOSA ,LAKTOSA . 2,ASCORBICACID ,KREATININ ,URIC ACID 3.Obat obatan:SALISILAT ,AMIDOPHYLLIN ,CHLORALHIDRAT ,PARALDHEDIT Glukosa(adanya glukosa didalam urine )dapat terjadi bila: #Jumlah glukosa yang difiltrasi glomerlus>reabsorbsi tubalus #Reabsorbsi tubulus menurun Bila terjadi kerusakan glomerulus ,maka reabsorbsi tubulus akan ditingkatkan sehinnga tterjadi glikosuri. Glikosuri dapat terjadi pada keadaan : -Diabetes mellitus -Allimentary glkkosuri (banyak maka gula) -Renal glikosuri (banyak makan gula). -Nephrotik syndrome. -Trauma pada susunan syaraf pusat (SSP). -Pemberian glukosa secara iv. Untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dipakai test FEHLING. -Biru. +Hijau keruh. ++Hijau kuning. +++Kuning merah. ++++Merah bata. 3.KETON BODIES Keton bodies ini terdiri dari :beta hidroksi butyric acid, acctoacctic acid, dan acctone. Terdapat keton bodies pada urine terjadi pada keadaan :

Diabetes Mellitus yang tak terkontrol. Kelaparan. Dehidrasi dan muntah. Kerja keras. Udara yang dingin. Apabila metabolism karbohidrat terganggu, maka terjadi pembakaran protein dan lemak sebagai penggantinya. Atom karbon (C) dari protein dan lemak inilah yang akan berubah menjadi keton bodies dan dikeluarkan melalui urine. 4.BILIRUBIN Bila terdapat bilirubin didalam urine berarti ini berasal dari peningkatan conyugated bilirubun di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada : #Obtruksi extra hepatic. #Hepatitis. #Kerusakan sel hepar. 5.UROBILIN Berbeda dengan bilirubin diatas, maka dalam keadaan normal pun urobilin terdapat di dalam urine, tapi dalam jumlah yang terbatas, yaitu 4 mg /hari. Setelah urine dikeluarkan dari tubuh kita, beberapa jam kemudian urobilinogen akan berubah menjadi urobilin oleh adanya cahaya. Kadarnya di dalam urine akan meningkat pada : #Hemolitik Sel Darah Merah. #Parechym Renal Dieses. #Obstruksi saluran empedu. PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE (MIKROSKOPIS) Untuk pemeriksaan sediment urine ini diperlukan urine yang baru, kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan sekitar 2000rpm, selama 5 menit. Supernatanya dibuang dan disisakan dengan memakai kurang lebih 1 cm bagian bawahnya. Ambil kira-kira satu tetes dari bagian endapan tersebut dan diteteskan pada sebuah obyek glass, kemudian tutup dengan civer glass dan diperiksa di bawah mikroskop dengan memakai pembesaran kecil terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembesaran yang lebih besar.

Maksud dilakukan sentikugrasi tersebut adalah agar sel-sel atau bentukan-bentukan yang ada dalam urine dapat mengendap dan mengumpul di bagian bawah. Bentukan-bentukan yang ada pada sedimen urine biasanya berupa : 1.ORGANIS Cast / silinder /torak: hyaline, epithel, dan darah. Sel Epithel. Sel Lekosit. Yeast. Sperma. Bakteri. Parasit. Fibrin. 2.ANORGANIS Bahan Amorph :K, Na, Ca, Mg, dsb. Kristal :Oksalat, uric acid.

1.TORAK/CAST/SILINDER Terbentuknya torak/cast/silinder ini berasal dari pengendapan protein atau pengumpulan bahan lain dalam saluran tubulus. Torak ini berbentuk silinder oleh karena terjadinya didalam lumen tubulus. Torak ini dibagi lagi berdasarkan komposisi dan asal menjadi : 1) Hyaline cast. 2) Epithel cast. 3) Blood cast. 1.Hyalin cast. Bentukan ini terjadi karena endapan didalam lumen tubulus. Larutdidalam air, dan akan lebih mudah larut lagi bila urine bersifat alkalis. Pada urine yang telah lama, uranium yang terkandung didalamnya akan diubah menjadi amoniak oleh adanya bakteri dalam urine tersebut, sehingga urine menjadi lebih alkalis dan hyaline ada akan larut dan tak tampak lagi.

Jadi untuk melihat hyaline ini diperlukan urine yang baru. Menurut isinya, hyaline ini dapat dibagi lagi menjadi: Simple hyaline cast Hanya berisikan endapan. Hyaline cellulair cast Berisi sel epithel, eritrosit, dan lekosit dengan batas sel yang masih jelas. Hyaline granulair cast Bila sel-sel yang terkandung didalamnya rusakdan tinggal intinya saja yang berupa granulair cellulair debris. Hyaline fat cast Mengandung butiran lemak. Biasanya terjadi pada degenerasi tubuh dengan lemak didalamnya. 2.Epithel cast Bentukan ini tidak mengandung protein didalamnya, tetapi hanya berisikan sel-sel epithel yang lepas. Semula batas sel epithel ini tampak jelas, dan ini disebut CELLUAIR CAST. Berikutnya sel menjadi rusak, dan batas sel menjadi tidak jelas, dan terbentuk granula yang kasar, dan ini disebut :CLOSELY GRANULAIR CAST. Berikutnya lagi, granula itu menjadi lebih halus dan disebut :FINELY GRANULAIR CAST. Akhirnya granula itu menjadi homogeny dan ini disebut : WAXY CAST. 3.Blood cast Terdapat 2 macam blood cast yaitu : a. RBC CAST (Red Blood Cell Cast) :disini batas antar sel tampak jelas.

b. TRUE BLOOD CAST : disini batas sel tidak tampak jelas, sehingga tampak homogen dan berwarna merah. Bentukan ini biasanya terjadi karena adanya keradangan pada glomerulus, yaitu pada keadaan : Glomeruloneprothis. Periarteritis. Toxic nephrosis. Ischema Syndrome. Blood cast ini terdapat dalam dua macam bentuk yaitu :

BROAD CAST colligentes. NARROW CAST

: Bila bentukan terjadi pada tubulus yang lebar, yaitu sekitar ductus

:Bila bentukan ini terjadi pada tubulus yang sempit.

II.SEL DARAH MERAH Dalam keadaan normal terdapat 2-3 sel darah merah / lpb (lapangan pandang besar) Bila terdapat banyak sel darah merah, maka hal ini disebut sebagai : HAEMATURI. Biasanya hal ini disebabkan pada : Glomerulonephrotis. Trauma pada ginjal. Ceremoma kandung kencing (Ca Bladder). Infeksi kandung kencing. Penyakit kelainan darah. Hypertensi. III.SEL EPITHEL Pada urine yang masih baru / segar, kita dapat membedakan darimana epithel tersebut berasal : Bentuk sel epithel kuboid :biasanya berasal dari kandumg seni. Bentuk sel epithel silinder :biasanya berasal dari tubulus. Bentuk sel epithel Squamos:biasanya berasal dari vagina. IV.SEL DARAH PUTIH Dalam keadaan normal biasanya hanya terdapat 4-5 sel darah putih /lpb. Peningkatan sel darah putih ini dapat terjadi pada :infeksi saluran kencing, atau pada pyelonerphritis. V.OVAL FAT BODIES Keberadaannya didalam urine biasanya bersama dengan Fatty Cast dan menunjukkan adanya kelainan pada tubulus. Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Beranda Langganan: Entri (Atom)

Laman

Patologi

Pemeriksaan Urine

Pengikut Arsip Blog

2011 (6) o Juni (6)

Mengenai Saya
StephanusRiovandyC Lihat profil lengkapku
http://stephanusriovandyc-patologi.blogspot.com/p/pemeriksaan-urine.html

You might also like