You are on page 1of 43

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan sumberdaya alamnya, yaitu baik sumberdaya migas maupun non migas. Dan sumberdaya alam migas banyak terdapat di daerah pesisir kaltim sedangkan sumberdaya alam nonmigas banyak terdapat didearah pedalaman Kalimantan Timur. Vico Indonesia adalah sebuah perusahan tambang di daerah Kalimantan Timur yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya alam minyak bumi dan gas. Daerah pengeoperasian Vico Indonesia terletak di berbagai tempat di kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Badak, Semberah, Nilam, Beras dan Lempake di Kecamatan Muara Badak dan Mutiara di Kecamatan Muara jawa. Dengan terus meningkatnya perusahaan tambang di Kalimantan Timur beberapa tahun ini memberikan suatu manfaat di bidang ekonomis yang dimana sumber pendapatan daerah akan bertambah akan tetapi bukan hanya memberikan suatu manfaat yang memberikan keuntungan juga dapat memberikan dampak yang negatif yang diakibat oleh limbah dari suatu pengemboran minyak bumi dan gas. Vico Indonesia yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang ini memiliki komitmen dalam melakukan pengeloloaan limbah-limbah yang dihasilkan oleh hasil dari aktivitas pengeboran minyak bumi dalam menimalisir dampak yang terjadi akibat limbah-limbah pengeboran sesuai dengan dokumen AMDAL. Kegiatan pemboran yang ada di VICO Indonesia akan menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat dan limbah B3. Limbah-limbah tersebut seperti lumpur pemboran berupa WBM ( Water Base Mud ) dan SOBM ( Syntetic Oil Base Mud) yang dihasilkan oleh kegiatang drilling, air terporoduksi yang keluar bersamaan minyak bumi, dan juga drilling cutting yang berasal dari sisa-sisa pengeboran. Dan di Vico Indonesia melakukan pengelohan limbah-limbah tersebut dengan secara hati-hati agar tidak merusak lingkungan ketika limbah-limbah tersebut akan dibuang ke lingkungan contohnya dalam melakukan pengelohan air terproduksi, Vico Indonesia menggunakan beberapa cara yaitu dengan menggunakan Re-injeksian dan Fenol Treatment untuk menimalisir dampak yang terjadi di lingkungan.

I.2 Maksud Dan Tujuan Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktek ini merupakan sebagai syarat bagi kelulusan mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Lingkungan Kebumian Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Selain itu Kerja Praktek dilakukan agar mahasiswa mampu mengaplikasikan teori pengelolaan lingkungan hidup khususnya pada konsentrasi pengolahan limbah cair sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat mengenal dan mengetahui alatalat yang dipergunakan dalam suatu kegiatan eksplorasi, produksi dan pengolahan limbah disuatu industri minyak dan gas, sehingga mampu mengkorelasikan hasil sesuai dengan kondisi di lapangan serta dapat menganalisis data-data lingkungan yang telah dipakai oleh sebuah perusahaan atau instansi sehingga mahasiswa dapat mengkolerasikan dengan ilmu-ilmu yang telah didapat selama dibangku kuliah. Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan Kerja Praktek yang dilakukan: 1. Tujuan Umum 1. Memenuhi salah satu persyaratan Akademik dalam menyelesaikan program Sarjana Strata 1 pada Program Studi Teknik Lingkungan Kebumian, Fakultas Teknologi Yogyakarta. 2. Mengetahui secara langsung pengolahan limbah hasil dari kegiatan pemboran di Vico Indonesia Muara Badak. 3. Belajar mengetahui dunia kerja. 2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui sistem menejemen limbah yang ada di Vico Indonesia 2. Mengetahui sistem pengolahan air terproduksi dengan sistem fenol treatment. I.3 Manfaat Kerja Prektek Manfaat yang diperoleh dari Melaksanakan Kerja Praktek adalah: 1. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam dunia kerja. 2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana cara pengolahan limbah hasil pemboran minyak bumi dan gas di Vico Indonesia. 3. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang cara pengolahan sutau air terproduksi dengan menggunakan fenol treatment di Vico Indonesia. Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

4. Menambah wawasan tentang pengelolaan lingkungan hidup dibidang industri pemboran minyak bumi dan gas alam. I.4 Metode Kerja Metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam kerja praktek dan sebagai pedoman dalam proses penyusun laporan ini adalah sebagi berikut 1. Diskusi Diskusi dilakukan dengan beberapa pihak, seperti pembimbing, inspector, dan operator unit. Hal yang didiskusikan antara lain: a. Diskusi tentang jadwal pelaksanaan Kerja Praktek agar efektif dan efisien b. Membahas mengenai ruang lingkup tema yang memungkinkan untuk dibahas c. Membahas mengenai data-data yang diperlukan 2. Studi Literatur Studi literatur merupakan cara dimana mahasiswa mengumpulkan data-data berupa soft copy maupun hard copy dari arsip, catatan, literatur, penjelasaan pembimbing di lapangan, dan informasi-informasi yang berada di Vico Indonesia serta dari internet untuk menunjang lebih lengkapnya data yang diperoleh. 3. Pengamatan dilapangan Pengamatan secara langsung dilapangan dengan melihat pengolahan air terproduksi dengan cara fenol treatment sebelum dibuang ke badan air, sehinngga dapat mengetahui bagaimana proses pengelohan air terproduksi tersebut. 4. Pengambilan data Pengambilan data ini bertujuan untuk menunjang kelengkapan laporan yang akan dibuat. Diantaranya yaitu demografi, proses kegiatan pengolahan air terproduksi dengan metode fenol treatment, laporan analisis parameter yang ditentukan oleh pemerintah sebelum di buang kebadan air, dan data-data lain yang dibutuhkan.

I.5 Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup pembahasan laporan kerja praktek ini hanya terbatas pada kegiatan yang berlangsung di Mutiara Plant, Vico Indonesia, Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur. I.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja praktek ini dilakukan di Lapangan Badak dan Lapangan Mutiara, Vico Indonesia, Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur,dan berlangsung selama satu bulan dari tanggal 1 Agustus 31 Agustus 2012.

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN
II.1 Profil Umum Pada tahun 1958, seorang ahli perminyakan dari Texas, Roy M. Huffington, mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak dan gas bumi yang dikenal dengan nama HUFFCO (Huffington Company). Kiprah HUFFCO di Indonesia dimulai pada tanggal 8 Agustus 1968, dengan ditandatanganinya kontrak bagi hasil dengan Pertamina yang meliputi areal seluas 631.000 ha di daerah delta Sungai Mahakam oleh Roy M. Huffington dan pengusaha asal Virginia, Jenderal Arch Sproul. Wilayah diperkirakan kaya akan kandungan minyak. Roy M. Huffington dan Jenderal Arch Sproul kemudian mempromosikan bagian mereka dari sistem kontrak bagi hasil ini kepada penanam modal lainnya, termasuk Union Texas dan mitra pendahulunya LASMO, OPICOIL, Universal Gas and Oil. Dengan kekuatan gabungan usaha bersama ini, mereka mulai mengeksporasi daerah cekungan Kutai untuk mencari minyak. Kegiatan eksplorasi dimulai dengan penemuan Badak Field (Lapangan Badak) pada tahun 1972. Kemudian kegiatan eksplorasi secara intensif dilanjutkan untuk mencari sumber-sumber minyak dan gas yang potensial. Usaha ini membuahkan hasil dengan penemuan lapangan - lapangan (field) baru yang memberikan tambahan cadangan gas yang cukip besar, yaitu Semberah Field (Januari 1974), Pamaguan Field (Maret 1974), Nilam Field (Juli 1974), dan Mutiara Field (Mei 1993). II.2 Lokasi Perusahaan a. Lapangan Badak Lapangan Badak beroperasi sejak tahun 1972 dengan luas wilayah 107.305 Ha. Badak adalah lapangan minyak pertama yang ditemukan oleh Roy M. Huffington. Lokasinya dekat dengan muara Sungai Mahakam. Wilayah ini merupakan pusat bangunan dari setiap departemen yang ada di VICO. Badak menjadi ladang minyak yang paling berhasil di VICO Indonesia, yaitu memberikan kontribusi minyak dan gas terbesar sejak periode 1994. Di Badak ini kira-kira ada 200 sumur yang telah dibor. Sebagai ladang tua, maka manajemen terhadap reservoir menjadi lebih kompleks. Sekarang ini kita dihadapkan dengan tantangan untuk menemukan gas atau minyak

dari bentuk terkecil dan permeabilitas reservoir yang rendah sehingga dibutuhkan penggunaan teknologi dan program baru, seperti pengeboran horizontal. b. Lapangan Nilam Lapangan Nilam ditemukan dan mulai dibor pada bulan Juli tahun 1974. Lapangan ini dibagi menjadi hampir 1000 sumber dan kira-kira 167 lapisan tanah, sehingga kondisi tersebut membuat Nilam menjadi lapangan yang kompleks. Lapangan nilam memproduksi kira-kira 30% produksi gas di VICO Indonesia. Dihasilkan dari 218 sumur yang ada di Nilam dan 8 sumur di Lampake, sebuah lapangan baru yang mulai dimanfaatkan pada tahun 2002. Sungai Mahakam merupakan penghubung, distribusi ke lapangan Nilam, sehingga jalur transportasi yang digunakan hanya dengan perahu. c. Lapangan Semberah Lapangan Semberah ditemukan pada Januari tahun 1974, lokasi ini terletak pada bagian Timur PSC. Semberah juga memiliki beberapa sumber gas dan minyak dengan produksi mulai dari kedalaman 1000 feet sampai 10.000 feet. Sampai tahun 2009, 74 sumur sedang dibor. Debit minyak puncak yang dihasilkan sebesar 14.700 BOPD pada tahun 1995 dan rata-rata gas sebesar 180 MMSCFD pada tahun 2000. Minyak dan gas yang diproduksi harus dikirim sebagai konsekuensi fokusnya pengembangan di wilayah Badak dan Nilam. Untuk meningkatkan daya produksi direncanakan untuk meningkatkan pengeboran di masa yang akan datang dan meningkatkan fasilitas yang digunakan. d. Lapangan Mutiara, Beras, dan Pamaguan Pada tahun 1974, VICO Indonesia juga menemukan lapangan minyak di Pamaguan, sebelah selatan Sungai Mahakam. Sebelumnya pada tahun 1991 cadangan gas pada ladang ini dikembangkan. Pada tahun 1993, VICO Indonesia menemukan ladang Mutiara yang juga mengandung cadangan minyak dan gas. Juga pada tahun 1993 selama proses pengeboran di Mutiara, VICO menemukan cadangan minyak di ladang Beras. Wilayah Mutiara mengatur 3 ladang yang lokasinya terletak di sebelah selatan Sanga-Sanga. Ketiga ladang tersebut adalah Mutiara, Beras, dan Pamaguan. Mutiara adalah daerah terbesar ketiga dari ketiga ladang tersebut, yang lokasinya terletak di sebelah selatan Sungai Mahakam di sebelah barat kota kecil Handil. Ladang Beras adalah daerah dengan cadangan minyak terbesar dengan lokasi terletak

pada bagian Selatan ladang Mutiara. Lada Pamague adalah ladang pertama yang ditemukan dari ketiga ladang tersebut, terletak pada bagian utara ladang Mutiara dan terletak di pinggir sungai Dondang. Sampai sekarang terdapat 77 sumur yang masih dan sedang dibor di ladang Mutiara dan Beras, dan 31 sumur yang sedang dibor di Pamague. Produksi gas meningkat secara signifikan pada tahun 1999 dan di tahun 2003 sebagai hasil dari strategi kebijakan untuk memaksimalkan recovery ladang dan hasil dengan percepatan kehabisan persediaan minyak.

Gambar 2.1 Daerah Operasi VICO Indonesia

II.3 Kegiatan Perusahaan Virginia Indonesia Company (VICO) telah terlibat dalam pengembangan gas alam dan minyak bumi Indonesia selama lebih dari 40 tahun. VICO Indonesia merupakan perusahaan utama yang bergerak di bidang gas di Indonesia dengan ladang utama terbesar berada di Muara Badak (biasa disebut dengan Badak), Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. VICO Indonesia memiliki 4 (empat) major plants, yaitu Badak Plant, Nilam Plant, Mutiara Plant, dan Semberah Plant, dan 8 (delapan) minor fields. Produksi utama VICO Indonesia berupa minyak bumi. Perusahaan memiliki 4.000 orang pegawai dengan jumlah pegawai tetap sebanyak 1.000 orang. Cita-cita dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan di VICO Indonesia adalah no accident, no harm to people, dan no damage to environment. Kegiatan eksplorasi dan produksi VICO Indonesia secara garis besar mencakup 7 (tujuh) tahapan kegiatan, yaitu: a. Eksplorasi, mencakup studi geologi dan seismik b. Pengeboran (drilling) Pada kegiatan pengeboran, digunakan lumpur sebagai faktor yang sangat penting dalam operasi pengeboran. Kecepatan pengeboran, efisiensi, keselamatan, dan biaya pengeboran sangat tergantung pada lumpur. Lumpur berfungsi untuk mengangkut cutting hasil gerusan bit ke permukaan, mengontrol tekanan formasi, menjaga kestabilan lubang bor, melumaskan dan mendinginkan bit dan drillstring, menahan berat drill pipe dan casing, sebagai media logging, membentuk well cake, serta melepaskan pasir dan cutting di permukaan. Penggunaan lumpur dalam kegiatan pengeboran menggunakan sistem tertutup (circulating system), artinya lumpur yang dihasilkan di permukaan setelah disirkulasikan ke dalam sumur akan dibersihkan, terutama untuk menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam sumur selama proses sirkulasi dan kemudian diinjeksikan ulang ke dalam sumur. Alat yang digunakan disebut solid control equipment meliputi shale shaker, desender, desilter, dan centrifuge. Solid control equipment berfungsi untuk menyaring cutting dari lumpur bor sehingga lumpur yang kembali

ke tangki pengisapan (suction pit) kembali bersih, dan terus berulang membentuk siklus hingga pekerjaan pengeboran selesai. Air yang dihasilkan dalam proses pengeboran bercampur dengan lumpur pengeboran. Air dan lumpur ini akan dialirkan ke dalam kolam lumpur (mud pit/cutting pit) yang berdekatan dengan sumur yang sedang dibor. Kolam ini tidak berhubungan dengan kolam lainnya dan dikondisikan sebagai kolam tertutup. Mud pit dipastikan benar-benar mampu menampung lumpur bila terjadi kebocoran. Untuk itu di sekeliling mud pit terdapat areal yang cukup untuk menampung kelebihan lumpur dalam mud pit. Selain itu, mud pit juga harus berfungsi dengan baik mengingat lumpur pengeboran terbuat dari campuran bahan-bahan kimia yang akan mencemari air tanah bila lumpur sampai meresap ke tanah. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan limbah pengeboran. Setelah pengeboran sumur mencapai kedalaman tertentu maka ke dalam sumur dipasang casing, disusul dengan proses penutupan menggunakan semen. Casing merupakan suatu pipa baja yang berfungsi untuk mencegah gugurnya dinding sumur, menutup zona yang bertekanan abnormal, zona lost, dan sebagainya. Tujuan utama dari penyemenan casing adalah mendapatkan rangkaian casing yang cukup kuat untuk melindungi sumur, baik selama pengeboran maupun produksi. Salah satu fungsi casing adalah untuk mencegah terkontaminasinya air tanah dengan lumpur pengeboran. Daya yang diperlukan untuk kegiatan pengeboran dan penyemenan ini cukup besar yaitu berkisar antara 1.000 - 3.000 HP. Hampir sebagian daya tersedia pada rig dikonsumsi oleh sistem pengangkat dan sistem sirkulasi. Dalam kegiatan pengeboran, lumpur harus mempunyai densitas tertentu dan tekanan hidrostatis lebih besar daripada tekanan formasi. Kondisi tersebut akan memungkinkan filtrat lumpur masuk ke dalam lapisan air tanah sehingga untuk menghindari kontaminasi tersebut dilakukan pemasangan casing. c. Proyek pengembangan, meliputi pemasangan instalasi pipa baru, instalasi fasilitas beru, serta fasilitas pendukung.

d. Proses produksi Proses produksi yang dilakukan VICO Indonesia melewati beberapa tahap. Campuran gas dan fluida yang diproduksikan dari setiap sumur dialirkan melalui flow lone (pipa produksi) menuju satelit (stasiun pengumpul) untuk mempermudah proses produksi sehingga lebih ekonomis. Dari satelit campuran gas dan fluida tersebut dialirkan ke dalam separator yang berfungsi untuk memisahkan gas, minyak/kondensat, dan air. Setalah itu untuk memenuhi spesifikasi yang ditentukan, gas, minyak/kondensat, dan air tersebut harus diproses seperti berikut: Gas Gas dialirkan ke dalam dehidrator untuk mengurangi cairan yang masih terdapat di dalam gas sehingga gas yang diperoleh memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Proses yang terjadi dalam dehidrator tidak melibatkan proses kimia (tidak terjadi penambahan bahan kimia), yang terjadi hanya pemisahan secara mekanik. Proses pengurangan cairan dengan menggunakan bahan kimia dilakukan dengan penambahan glycol. Proses ini dilakukan setelah gas melalui dehidrator agar gas yang diperoleh mengandung cairan seminimal mungkin. Gas selanjutnya dialirkan ke dalam kompresor, Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tekanan gas yang sangat rendah (Low Pressure Gas) atau tekanan yang tidak begitu tinggi (Middle Pressure Gas), sedangkan gas yang bertekanan tinggi (High Pressure Gas) tidak perlu melalui kompresor. Setelah diperoleh gas bertekanan tinggi, gas tersebut dikumpulkan pada suatu tempat yang disebut Badak Export Manifold yang selanjutnya siap dikirim menuju Bontang. Minyak/kondensat Kondensat merupakan hasil sampingan dari gas yang mengalami perubahan tekanan dan temperatur dari tinggi menjadi rendah pada saat mengalir dari reservoir gas ke atas (well head). Sedangkan minyak merupakan hasil yang diperoleh dari reservoir minyak dan tidak mengalami perubahan fisik saat diproduksikan

dari bawah ke atas. Kondensat memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada minyak. Kondensat dan minyak ini dicampurkan dan kemudian dialirkan ke dalam heat treater untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalamnya dengan cara dipanaskan. Dengan dipanaskan ini terjadi pemisahan antara minyak dan air yang lebih baik. Di samping terjadi pemisahan antara minyak dan air, sebagian dari air minyak berubah menjadi gas sehingga perlu dilakukan proses kondensasi untuk mengembalikan gas tersebut menjadi minyak kembali, proses ini terjadi di dalam kondensator. Setelah gas tersebut berubah kembali menjadi minyak maka akan dialirkan ke dalam pipa yang juga mengalirkan minyak dari heat treater. Kemudian minyak ini akan ditampung di dalam kilang yang akan dikirimkan menuju Tanjung Santan untuk diekspor. Air Air merupakan produk yang terbawa dari dalam sumur dan ikut di dalam proses produksi untuk dipisahkan dari minyak dan gas. Air ini dinamakan air terproduksi (produced water). Sebelum air dialirkan menuju water injection well air tersebut akan dialirkan menuju pollution control untuk dikurangi kadar racunnya agar memenuhi syarat sesuai dengan peraturan pemerintah. Water injection well ini merupakan sumur yang sudah tidak terproduksi lagi. e. Transportasi minyak dan gas Sumur-sumur produksi minyak dan gas yang dimiliki perusahaan VICO Indonesia di lapangan Kalimantan Timur terletak pada lokasi yang berjauhan. Sumur-sumur tersebut terletak di daerah Nilam, Pamaguan, Semberah, Wailawi, Mutiara, dan Badak. Masing-masing mempunyai plant sendiri. Untuk mengefisienkan kegiatan produksi maka minyak dan gas dari masing-masing sumur harus dikumpulkan pada suatu tempat pengolahan, yaitu Badak Plant yang merupakan sentral dari Plant. Minyak dan gas dari masing-masing sumur dikumpulkan pada suatu tempat penampungan sementara, yaitu satelit. Dari masing-masing satelit

minyak dan gas tersebut dikumpulkan ke satelit sentral kemuadian ditransfer ke plant. Minyak yang terkumpul kemudian ditransfer ke Tanjung Santan dengan menggunakan jalur pipa. Sekarang ini alat transportasi kapal laut sudah tidak dipergunakan lagi karena adanya fasilitas pipa dari lapangan Pamaguan menuju Nilam. Ada 3 (tiga) istilah untuk jalur pipa, yaitu:
1. Flowlines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari

sumur ke satelit.
2. Trunklines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari

satelit ke plant atau satelit.


3. Pipelines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari

plant dengan central plant. Dari lapangan Badak, minyak mentah (crude oil) dikirim ke Tanjung Santan untuk diolah lebih lanjut melalui pipa 10 dan 12. Sedangkan gas dari Central Plant Badak dikirim ke Bontang melalui 4 jalur pipa, yaitu pipa 36, 36F, 42, dan 42H. Untuk mengetahui isi dari pipa atau produk yang ditransfer baik dari sumur-sumur maupun satelit, maka VICO Indonesia di Lapangan Badak Kalimantan Timur mengunakan color code untuk pipa-pipa pentransfer. Color code adalah pemberi lapisan warna pada luar pipa. Dengan demikian maka apabila terjadi kebocoran pipa akan cepat diketahui pipa mana yang harus segera ditangani. Berdasarkan produk tersebut maka pipa terbagi dalam:
1. Pipa berwarna merah untuk fire water

2. Pipa berwarna kuning untuk produk gas


3. Pipa berwarna hijau untuk produk crude oil

4. Pipa berwarna coklat untuk produk solar 5. Pipa berwarna biru untuk produk air Jalur pipa berada di bawah tanah, khususnya pipelines ditimbun pada kedalaman lebih dari 15 meter. Sedangkan pemasangan flowlines diusahakan melalui tempat-tempat yang mudah dijangkau dan dipasang di atas suatu support agar tidak cepat mengalami korosi.

f. Inspeksi Proses inspeksi dilakukan secara berkala dengan jangka waktu antara satu bulan hingga dua bulan sekali. Inspeksi ini dilakukan sebagai tindakan preventif, untuk mengetahui kondisi dari alat-alat yang berkaitan dengan proses produksi. Kegiatan ini berperan sangat penting karena dengan dilakukannya inspeksi secara berkala diharapkan kondisi alat produksi tetap baik dan apabila ada gangguan dapat diketahui secara cepat sehingga tidak menimbulkan kerugian dalam menjalankan proses produksi.
g. Abandonment, meliputi penutupan sumur dan pembongkaran fasilitas.

II.4 Visi dan Misi Perusahaan II.3.1 Visi Perusahaan Diakui secara internasional sebagai perusahaan energi yang dapat diandalkan, dinamis, dan kompetitif untuk kemakmuran para pekerja, masyarakat, pemegang saham, dan pemerintah Indonesia dengan tetap mempertahankan keunggulan di bidang operasi dan HSE (Health Safety Environment). II.3.2 Misi Perusahaan Perusahaan akan mengembangkan, menghasilkan, dan mengirimkan gas dan minyak bumi dari Kalimantan Timur dengan cara yang dapat diandalkan untuk kemakmuran bagi Indonesia dan pemegang saham melalui: a. Penerapan teknologi tepat guna dan standar HSE Internasional yang tinggi. b. Melaksanakan efektivitas biaya melalui perbaikan yang berkesinambungan di segala proses bisnis. c. Menciptakan lingkungan kerja yang terbaik bagi profesional untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. d. Meningkatkan kualitas hidup bagi semua pihak yang terkait, termasuk masyarakat sekitarnya. II.5 Struktur Organisasi Perusahaan VICO Indonesia dalam menjalankan proses produksinya didukung oleh beberapa divisi terkait. Struktur organisasi VICO Indonesia-Badak Field Kalimantan

Timur mengikuti struktur organisasi bentuk staf dan garis yang dipimpin oleh seorang President, dibantu oleh Vice President dan General Manager. Masingmasing staf mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama demi kemajuan perusahaan. Pembagian divisi serta struktur organisasi yang terdapat di VICO Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi VICO Indonesia II.6 Departement HSE (Healht Safety Environment) Health, Safety & Environment merupakan salah satu kebijakan yang dibuat untuk menunjang terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan dan juga turut berperan aktif dalam kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup serta lingkungan kerja. Departemen HSE terbagi menjadi beberapa divisi, di mana setiap divisi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda.

Gambar 2.3 Struktur Organisasi HSED VICO Indonesia

II.7 Usaha Vico Indonesia Dalam Menjaga Lingkungan Bersamaan dengan pelaksanaan pengeboran di setiap daerah operasi, VICO Indonesia telah mengadakan perbaikan lingkungan secara cermat. Sejauh ini, VICO Indonesia telah berhasil membuktikan komitmennya dalam menjaga lingkungan yang aman dan lestari bersama-sama dengan masyarakat disekitar daerah operasi dan mengembangkan sistem penanganan limbah yang teruji. Penanganan efektif dari isu lingkungan merupakan suatu proses yang berjalan dan secara berkelanjutan mengalami peningkatan sejalan dengan perubahan operasional dan perubahan dari waktu ke waktu. Tiga tujuan utama dari program lingkungan VICO Indonesia adalah : Eko-efisiensi Pemakaian bahan-bahan mentah secara efisien, hemat air dan energi serta pengurangan, pemakaian kembali dan mendaur ulang dalam semua aspek kegiatan operasi VICO Indonesia. Manajemen Resiko Manajemen resiko yang efektif diperlukan dalam semua jenis kegiatan. Dampak signifikan kepada lingkungan harus diperkecil dengan memperkirakan dan mengukur dampak yang mungkin akan terjadi. Sesuai Peraturan Semua kegiatan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. VICO telah melakukan berbagai usaha untuk meminimalisir dampak terhadap lingkungan. Berbagai usaha tersebut dapat digambarkan melalui pengadaan fasilitas pengontrol polusi (pollution control), Efisiensi dan tidak ada sedikitpun limbah yang masuk ke lingkungan (zero discharge). o Fasilitas Pengontrol Polusi Sludge Treatment Sludge treatment Pond dibuat untuk memisahkan liquid dan solid yang berasal dari pollution control, kegiatan drilling, pembersihan pipa, dan pembersihan tangki penyimpanan. Fasilitas Bioremediasi

Fasilitas bioremediasi menjadi alternatif untuk mengolah limbah yang tergolong B3 karena tergolong ekonomis dalam mengolah limbah sludge dan tanah yang terkontaminasi minyak. o Efisiensi VICO berusaha melakukan efisiensi dengan mengurangi luas pembukaan tanah untuk lokasi drilling. o Zero Discharge Penginjeksian air terproduksi
Pengkondisian ulang mud (Mud Reconditioning), sehingga dapat digunakan

kembali. Adapun penghargaan yang telah diterima VICO Indonesia dalam menjalankan pengelolaan lingkungan selama ini adalah : 1. Patra Adikarya Bumi (penghargaan untuk HSE Management System) dari Pemerintah Pusat Republik Indonesia,tahun 2002 2. Sertifikat ISO 14001 dan OHSAS 18001 dari ERM-CVS London, tahun 2002 3. Helios Award sebuah penghargaan untuk keberhasilan penerapan teknologi pada program rehabilitasi lahan kritis dari British Petroleum-London, tahun 2002 4. PADMA sebuah penghargaan untuk keberhasilan pengembangan masyarakat (community development) dari Pemerintah Pusat Republik Indonesia, tahun 2003 5. Re-sertifikasi ISO 14001 dan OHSAS 18001 dari ERM-CVS London, tahun 2005 6. PROPER Kategori Biru dari Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, tahun 2003 dan 2004 7. PROPER Kategori Hijau dari Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, tahun 2009

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Definisi Minyak Bumi dan Gas Alam Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbondan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung di dalam minyaak bumidan gas alam. Gas alam terdiri dari alkana suku rendah, yaitu metana,etana, propana, dan butana. Selain alkana juga terdapat berbagai gaslain seperti karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), beberapa sumur gas juga mengandung helium.Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumiterutama adalah alkana dan sikloalkana, senyawa lain yangterkandung didalam minyak bumi diantaranya adalah Sulfur,Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandungkonstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga. Komposisiminyak bumi sangat bervariasi dari satu sumur ke sumur lainnya dandari daerah ke daerah lainnya. Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut : Karbon : 83,0-87,0 % Hidrogen : 10,0-14,0 % Nitrogen : 0,1-2,0 % Oksigen : 0,05-1,5 % Sulfur : 0,05-6,0 % Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah: 1. Alkana (parafin) CnH2n + 2, alkana ini memiliki rantailurus dan bercabang, fraksi ini merupakan yang terbesar di dalamminyak mentah. 2. Sikloalkana (napten) CnH2n , Sikloalkana ada yang memilikicincin 5 (lima) yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu sikloheksana. 3. Aromatik CnH2n -6, aromatik memiliki cincin 6, aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangatdiperlukan dalam bensin karena : - Memiliki harga anti knock yang tinggi - Stabilitas penyimpanan yang baik

- Dan kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels).

3.2 Air Terproduksi Air terproduksi adalah air (brine) yang dibawa ke atas dari strata yang mengandung hidrokarbon selama kegiatan pengambilan minyak dan gas bumi dan bahan kimia yang ditambahkan untuk pengeboran atau untuk proses pemisahan minyak/air. Pada umumnya, air terproduksi MIGAS dihasilkan dari Processing Plant yang bertujuan untuk pemisahan fluida MIGAS dari pengotornya, termasuk air, sehingga memenuhi spesifikasi untuk penjualan MIGAS. Kualitas air terproduksi MIGAS secara umum didominasi oleh kandungan minyak, phenol, ammonia, dll yang merupakan karakter umum dari reservoar 3.3 Karakteristik Air limbah Air limbah pada phenol treatment unit ini berasal dari air terproduksi pada proses eksplorasi dan produksi migas dari fasilitas darat (on shore). Pemerintah mengatur baku mutu air limbah bagi kegiatan eksplorasi dan produksi migas pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010 khususnya pada lampiran IB. Parameter-parameter yang dianalisa pada outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kegiatan eksplorasi dan produksi ini adalah : COD (Chemical Oxygen Demand), Minyak dan lemak, Ammonia (sebagai NH3-N), Phenol total, Temperatur, dan pH. Lampiran 1 memuat secara lengkap salinan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010. Pada bagian ini pembahasan karkateristik air limbah difokuskan kepada parameter-parameter yang kandungannya didalam outlet air limbah phenol treatment unit berpengaruh signifikan terhadap badan air sebagai lingkungannya.
3.2.1. Debit Aliran

Sistem pengolahan limbah phenol treatment unit berdasarkan kepada proses pengolahan biologis yaitu sistem lumpur aktif. Salah satu karakteristik dari pengolahan biologis adalah stabilitas kualitas dan kuantitas dari feed/umpan. Jadi debit dan kandungan COD pada air limbah yang akan diproses secara biologis harus dijaga relatif konstan. Pada inlet phenol treatment unit terjadi fluktuasi debit air limbah yang sangat signifikan. Rata-rata debit air terproduksi pada VICO Mutiara adalah 10.000

barel per hari. Namun sejak tanggal 17 Maret 2006 dilakukan proses injeksi air terproduksi kembali ke sumur. Proses injeksi inilah yang menyebabkan terjadi fluktuasi yang sangat besar pada debit air limbah di phenol treatment unit, dengan rentang debit pada 1000 sampai 10.000 barel per hari. Hal ini dapat mengakibatkan terjadi penumpukan limbah air terproduksi dikolam sehingga untuk mengatasi debit yang berfluktuasi ini Vico Indonesia melalukan penambahan unit kolam ekualisasi sebelum phenol treatment unit. Unit kolam ekualisasi ini berfungsi untuk menghomogenkan kualitas air limbah dan juga menjaga laju alir yang masuk ke phenol treatment unit. 3.2.2. COD (Chemical Oxygen Demand) Chemical oxygen demand (COD) merupakan besaran yang secara tidak langsung menyatakan jumlah senyawa organik yang terkandung di dalam air. Analisa COD berfungsi untuk menentukan jumlah polutan organik pada suatu air limbah. Standar Nasional Indonesia (SNI) menggunakan metoda kalium dikromat dalam menganalisis nilai COD ini dengan nilai parameternya sebesar 300mg/L sesuai dengan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No 19 Tahun 2010. 3.2.4. Minyak dan Lemak Kandungan minyak dan lemak sebelum masuk ke proses biotreatment sebaiknya dibawah 15 ppm. Namun, kandungan minyak dan lemak pada air terproduksi sangat tinggi. Oleh karena itu diperlukan pemisahan, baik seara fisik ataupun kimia dahulu, sebelum masuk ke proses biotreatment. Pada fasilitas IPAL di VICO Mutiara ini telah terdapat sistem pemisahan minyak dan lemak dari air terproduksi. Fasilitas oily treatment ini terdiri dari : API Separator, CPI (Corrugated Plate Interceptor) Separator, dan Disperse Air Flotation (WEMCO). Berdasarkan kepada Mutiara Gas Facility Process Flow Diagram Oily Water Treatment System ( Gambar MTA-G-10A-003), disebutkan bahwa peralatan dirancang agar kandungan minyak pada air terproduksi setelah melalui sistem pemisahan minyak ini (outlet) menjadi 0 15 ppm, kemudian air terproduksi masuk kedalam kolam phenol treatment untuk mengalami proses pengolahan kembali sehingga kandungan minyak dan lemak yang dihasilkan oleh air

terproduksi ini jauh lebih kecil dari ambang batas yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 19 Tahun 2010 yaitu sebesar 25 mg/L. 3.2.4. Ammonia (Sebagai NH3 N) Nitrogen merupakan unsur yang penting bagi mikroorganisme, tanaman, dan hewan. Nitrogen merupakan bahan pembangun yang paling penting dalam sintesis protein, sehingga data nitrogen sangat dibutuhkan untuk. 3.2.5. pH Konsentrasi ion hidrogen merupakan salah satu parameter yang penting baik bagi air alamiah maupun air limbah. Cara yang umum dalam menyatakan kekuatan ion hidrogen adalah dengan menggunakan istilah pH. Rentang pH yang sesuai bagi keberlangsungan makhluk hidup memiliki nilai yang relatif sempit dan kritis yaitu 6 hingga 9. Air limbah yang memiliki konsentrasi ion hidrogen yang kurang dari 6 dan lebih dari 9 yang merupakan ketentuan dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 19 Tahun 2010 maka akan menghambat pertumbuhan biotabiota air yang ada dibadan air yang merupakan tempat air limbah itu dibuang. 3.3 Phenol Treatment Unit Phenol Treatment Unit merupakan salah satu bagian dari sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada VICO Mutiara. Unit ini difungsikan untuk mengolah limbah-limbah organik yang terkandung didalam air limbah/air terproduksi. Phenol treatment unit ini berdasarkan kepada sistem lumpur aktif. Proses lumpur aktif terdiri dari tiga faktor, yaitu (1) Bak aerasi dimana mikroba bertanggung jawab untuk pengolahan air limbah berada dalam kondisi tersuspensi dan diaerasi. (2) Pemisahan antara padatan mikroba (lumpur aktif) dan air yang sudah diolah (3) Pengembalian lumpur aktif ke dalam bak aerasi. Gambar menunjukkan prinsip dasar dari proses lumpur aktif.

Gambar 3.1 Prinsip Dasar sistem lumpur aktif

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa air limbah dialirkan terlebih dahulu ke dalam bak ekualisasi untuk mencegah fluktuasi kualitas dan kuantitas air limbah. Setelah itu air limbah dialirkan ke dalam tangki aerasi di mana terjadi pencampuran dengan mikroorganisme yang aktif. Mikroorganisme inilah yang melakukan penguraian dan menghilangkan kandungan organik dari limbah secara aerobik. Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan menggunakan bantuan aerator (blower atau jet aerator). Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur limbah cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif. Langkah berikutnya adalah campuran air limbah yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke bak sedimentasi dimana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai effluen dari proses. Sebagian besar lumpur aktif yang diendapkan di tangki. sedimentasi tersebut dikembalikan ke tangki aerasi sebagai return sludge supaya mikroorganisme dalam tangki aerasi tetap sama dan sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge. Pada bab ini akan dibahas kinerja dari masing-masing sub unit pada pehenol treatment unit. Sub unit tersebut adalah (1) Kolam ekualisasi (2) Kolam aerasi (3) Kolam sedimentasi. 3.3.1. Kolam ekualisasi Kolam ekualisasi perlu dibuat apabila kondisi kualitas air limbah maupun volume air limbah perubahannya besar. Tujuan dari kolam pengaturan aliran ini adalah agar debit maupun kondisi air yang masuk ke unit kolam aerasi tidak berfluktuasi. Bila volume dan kualitas air yang mengalir masuk ke kolam aerasi berubah-ubah maka akan membuat kondisi pemrosesan menjadi tidak stabil. Penerapan kolam ekualisasi pada sistem IPAL dapat dilihat pada gambar 3.2. Pada gambar tersebut dapat dilihat

bahwa setelah proses oily treatment semua air limbah dialirkan ke dalam kolam ekualisasi, setelah itu air limbah dipompakan ke kolam aerasi dengan diatur laju alirnya. Pada kolam ekualisasi dengan sistem terpusat seperti ini, perlu ditambahkan pengaduk pada kolam ekualisasinya. Pengadukan biasanya dilakukan dengan aerator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan dan variasi konsentrasi serta mencegah timbulnya bau.

Gambar 3.2 Penerapan kolam ekualisasi pada sistem IPAL

Keuntungan dari penerapan kolam ekualisasi pada sistem IPAL adalah : 1. Meningkatkan performa biological treatment, karena shock loading bisa dihilangkan atau diminimalisir. 2. Kualitas effluent akan meningkat karena dengan meningkatnya performa biological treatment maka proses pengendapan pada kolam sedimentasi akan menjadi baik sehingga air yang keluar akan menjadi jernih. 3. Luas area filtrasi pada efluen yang dibutuhkan dapat berkurang dan performa filter/membran akan menjadi meningkat. 4. Proses penambahan chemical/nutrisi akan menjadi lebih mudah karena jumlah yang harus ditambahkan konstan/tetap. 3.3.2. Kolam Aerasi Kolam aerasi merupakan tempat senyawa organik (BOD, COD, dll) diurai oleh mikroba dalam kondisi aerobik karena mendapatkan pasokan oksigen. Untuk mengurai senyawa organik dengan efisien, perlu dijaga keseimbangan antara air limbah (BOD Load), oksigen jumlah lumpur (Mixed Liquor Suspended Solid MLSS), dan dissolved oksigen (DO). a. BOD Load BOD load merupakan besaran yang menyatakan jumlah senyawa organik, yang terkandung dalam air limbah, yang dialirkan ke dalam kolam aerasi. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, jumlah

BOD load yang dialirkan ke dalam kola aerasi ini harus dijaga konstan. Untuk menjaga agar BOD load yang dialirkan kedalam kolam aerasi dapat dijaga dengan konstan maka diperlukan kolam ekualisasi. b. MLSS Pada sistem lumpur aktif, senyawa organik diurai oleh mikroba di dalam kolam aerasi. Kecepatan penguraian senyawa organik oleh mikroba berbeda-beda tergantung kepada jenis senyawa organik tersebut. Kemampuan penguraian mikroba terhadap senyawa BOD disebut beban BOD lumpur (kg-BOD/kg-MLSS per hari). Angka untuk menunjukkan jumlah mikroba dalam kolam aerasi digunakan MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid). Jika konsentrasi MLSS kolam aerasi ditinggikan, jumlah mikroba menjadi bertambah, jumlah senyawa organik yang terurai juga semakin bertambah banyak sehingga kemampuan dari fasilitas proses menjadi semakin besar. Selain itu, dengan meningkatkan konsentrasi MLSS, jika beban BOD lumpur diperkecil, kualitas air yang diproses akan menjadi lebih baik. Tetapi, jika MLSS diperbesar, oksigen yang diperlukan oleh lumpur semakin besar, pada kolam pengendapan, tinggi lapisan lumpur akan meningkat dan pengendalian pengoperasiannya menjadi lebih sulit. c. Dissolved Oxygen (DO) Dissolved oxygen merupakan jumlah oksigen terlarut yang terdapat pada suatu larutan. Karena lumpur aktif merupakan proses biologis yang memanfatkan bakteri aerob maka kandungan oksigen terlarut pada kolam aerasi harus berkisar antar 1,5 2,5 ppm. Apabila kurang dari 1,5 ppm maka kondisi pada kolam aerasi akan berubah menjadi anaerob sehingga proses degradasi senyawa organik secara aerobik tidak dapat berlangsung. 3.3.3. Kolam Sedimentasi Kolam pengendapan/sedimentasi mempunyai dua tipe, yaitu kolam sedimentasi dengan menggunakan pengumpul lumpur/scraper dan yang tanpa pengumpul lumpur. Pada kolam sedimentasi dengan sistem scrapper, lumpur yang mengendap didasar kolam sedimentasi dikumpulkan dengan alat pengumpul ke pit pembuang lumpur dibagian tengah, sekalipun dasar kolam sedimentasi kemiringannya kecil maka pengeluaran lumpur dapat

dilakukan dengan cepat sehingga pada kolam pengendapan tidak ada lumpur yang menumpuk dalam waktu yang lama, lumpur yang membusuk, dan lumpur yang mengambang karena terjadi proses anaerobik. Pada kolam sedimentasi tanpa pengumpul lumpur, dasar kolam sedimentasi harus dibuat curam (kemiringan dasar kolam > 450) sehingga diharapkan lumpur akan mengumpul pada tengah tengah permukaan kolam. Gambar 3.3 menunjukkan dua tipe kolam sedimentasi yaitu tipe dengan pengumpul lumpur/scraper dan tipe tanpa pengumpul lumpur. Kolam pengendapan dirancang berdasarkan kepada waktu pengendapan dan beban luas permukaan air. Pada kolam pengendapan yang menerima air dari kolam aerasi yang mengandung air jernih dan flok mikroba/lumpur, melakukan pemisahan dua fraksi tersebut dengan sistem gravitasi. Nilai beban luas permukaan menunjukkan volume air (m3/hari) yang dapat diendapkan dengan baik untuk setiap 1 m2 luas kolam pengendapan.

Gambar 3.3 Kolam sedimentasi dengan Scraper

Gambar 3.4 Kolam sedimentasi tanpa scaper

Pada bagian aliran keluar kolam pengendapan, sama halnya dengan bagian aliran masuknya, aliran air harus dibagi. Air yang keluar apabila terkumpul disuatu tempat, lumpur pada dasar kolam sedimentasi bisa mengumpul atau terhisap keatas yang dapat menyebabkan carry over. Untuk mencegah hal ini, pada bagian aliran keluar kolam pengendapan dibuat plat over flow. Gambar 3.5 menunjukkan gambar sederhana dari weir dan penerapannya pada kolam pengendapan.

Gambar 3.5 Weir pada kolam kolam sedimentasi Skema wier

Gambar 3.6 Weir pada kolam kolam sedimentasi pemasangan weir pada outlet kolam sedimentasi.

Pada kondisi eksisting kolam sedimentasi tidak terdapat weir, namun pemompaan menuju sungai langsung dilakukan dari kolam sedimentasi.

Hal ini akan merusak sistem kerja kolam sedimentasi secara keseluruhan karena dengan sistem pemompaan langsung akan menimbulkan turbulensi pada kolam sedimentasi dan akan menggangu surface overflow rate pada kolam tersebut. Selain itu sistem ini juga akan membuat arah aliran air hanya menuju satu titik dan akan mengakibatkan penumpukan lumpur pada titik tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Limbah Minyak bumi dan gas alam merupakan suatu bahan bakar fosil yang dimana untuk mendapatkan harus dengan melalui suatu proses pengeboran suatu sumur yang menghasilkan minyak bumi dan gas, sehingga dalam melakukan kegiatan tersebut banyak menghasilkan limbah solid dan liquid baik B3 maupun Non B3, dan juga pada proses produksi dalam mengolah hasil minyak bumi dan gas alam juga menghasilkan limbah liquid atau limbah cair yang biasa disebut dengan air terproduksi yang merupakan suatu limbah yang tergolong limbah B3. Dan limbahlimbah tersebut akan berbahaya bagi kelestarian lingkungan dan manusia disekitar lingkungan tersebut jika limbah-limbah tersebut tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Dan untuk menjamin kelestarian lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi. VICO Indonesia melakukan pengolahan limbah yang dihasilkan dengan baik dan tidak mencemari lingkungan, untuk mencapai itu VICO Indonesia memilki Sistem Pengolahan Limbah dapat dilihat pada gambar 4.1 PENGELOLAAN LIMBAH VICO

B3
Padat Insinerator Limbah B-3 Pengolahan Lumpur Bioremediasii asi

NON-B3 Cair
IPAL Limbah B3

MEDIS
Cair
IPAL Limbah Domestik

Padat
Organik Non-organik

Non-radioaktif RS Pertamina

Radioaktif Batan

Sumur Injeksi

Insinerator Limbah Non B-3

Dan semua limbah yang ada di area VICO Indonesia diolah sesuai dengan yang telah diatur oleh KLH(Kementrian Lingkungan Hidup),
Junk Yard

Pengumpul Gambar 4.1 Diagram AlirLogam Pengelolaan Limbah Vico Indonesia. Metal/ Sistem Limbah

ketentuan-ketentuan TPS Limbah B3


TPA Limbah B3

Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan BLH (Badan Lingkungan Hidup) sebagai perwakilan , dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kertanegara, dan sebelum dibuang ke lingkungan limbah-limbah tersebut akan selalu dipantau atau diukur parameterparameternya. Adapun parameter yang diukur sudah berdasarkan dengan aturan-aturan dari KLH (Kementerian Lingkungan Hidup No.128/2007), Peraturan Pemerintah, Keputusan Gubernur Kalimantan Timur (Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No.26 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri dan Usaha Lainnya Dalam Propinsi Kalimantan Timur) sesuai dengan standar baku mutu. Dan limbah cair yang berasal dari proses pengolahan yaitu air terproduksi merupakan salah satu limbah cair B3 yang sangat merusak lingkungan. VICO Indonesia mengolah dan membuang kelingkungan limbah air terproduksi tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh KLH, Peraturan Pemerintah.

4.2 Pembahasan VICO Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang Gas dan Minyak Bumi, yang terletak di Kalimantan Timur tepatnya di Muara Badak. Sejak tahun 2002 VICO Indonesia telah menerapkan sistem Zero Discharge terhadap lingkungan yaitu meminimalisir pencemaran dan kerusakan terhadap lingkungan akibat produksi gas dan minyak bumi yang ada di VICO Indonesia. VICO Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang sangat memperhatikan lingkungan, sehingga VICO Indonesia mendapat sertifikasi ISO 14001 dan OHSAS 18001 pada tahun 2009, dan yang membanggakan adalah VICO Indonesia merupakan satu-satunya perusahaan yang mendapatkan penghargaan tersebut. Sesuai dengan komitmennya, Manajemen VICO Indonesia berkeinginan dengan untuk Standar mempertahankan Sistem Lingkungan sesuai

International ISO 14001 dan peraturan yang berlaku dengan terus menerus memantau serta mengurangi dampak dari kegiatan eksploitasi terhadap air, tanah dan udara. Oleh karena itu, HSED sebagai departement yang bertanggung jawab dalam program kesehahatan dan keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan. Air terproduksi adalah air (brine) yang dibawa ke atas dari strata yang mengandung hidrokarbon selama kegiatan pengambilan minyak dan gas bumi dan bahan kimia yang ditambahkan untuk pengeboran atau untuk proses pemisahan minyak/air. Pada umumnya, air terproduksi MIGAS dihasilkan dari Processing Plant yang bertujuan untuk pemisahan fluida MIGAS dari pengotornya, termasuk air, sehingga memenuhi spesifikasi untuk penjualan MIGAS. Dan air terproduksi

merupakan salah satu limbah cair B3 yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup suatu ekosistem di sebuah lingkungan apabila air terproduksi tersebut dibuang ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan Di VICO Indonesia air terproduksi dikelola dengan baik agar hasilnya sebelum dibuang ke lingkungan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan KLH maupun Peraturan Pemerintah, dan di VICO Indonesia dalam melakukan pembuangan air terproduksi menggunakan cara dengan menginjeksikan kembali ke sumur yang telah berproduksi lagi dan dengan dibuang ke badan air (sungai). 4.2.1 Pengolahan Air Terproduksi Dalam mengolah air terproduksi VICO Indonesia melakukan dengan cara Instalasi Pengolahan Air Terproduksi atau biasa disebut Pollution Control yaitu melalui unit Gun Barrel Tank, Corrugated Plate Inceptor (CPI), Gas flotation Unit (GFU), dan Api separator. Secara berurutan unit-unit tersebut memiliki fungsi untuk memisahkan minyak dari air terproduksi dengan cara yang berbeda.
1. Break Drum Sebuah unit alat yang didalamnya ada pemberian tekanan yang sangat kecil yang berfungsi memisahkan minyak dari air terproduksi akibat dari pemberian tekanan tersebut.

Gambar 4.2 Break Drum

2. Corrugated Plate Inceptor (CPI)

Salah

satu

unit

alat

yang

didalamnya berfungsi

tersebut untuk

menggunakan

plate

inceptor

yang

memisahkan minyak dari air terproduksi.

Gambar 4.3 CPI (Corrugated Plate Inceptor)

3. Gas flotation Unit (GFU) Salah satu unit alat yang berfungsi memisahkan minyak dari air terproduksi menggunakan gas blanket sebagai alat untuk memisahkan minyak tersebut.

Gambar 4.4 Gas flotation Unit (GFU)

4.

Api separator Sebuah wadah atau kolam tempat penyimpanan air terproduksi yang berfungsi memisahkan minyak dari air terproduksi dengan cara pengaliaran laminar.

Gambar 4.5 Api Separator

Air terproduksi yang masih mengandung minyak dari proses close drain masuk kedalam break drum untuk melewati proses pemisahan minyak dari air terpoduksi dengan sistem pemisahan dengan memberikan tekanan yang sangat kecil pada air sehingga terjadi pemisahan yaitu gas yang dihasilkan akibat pemberian tekanan akan ditangkap penangkap gas yang terdapat di break drum, dan liquid atau minyak yang tercampur dengan air akan naik keatas akibat dari tekanan yang diberikan sehingga terpisah dengan air terproduksi, meskipun masih ada minyak yang tercampur pada air terproduksi tersebut, setelah itu air terproduksi dialirkan ke CPI (Corrugated Plate Inceptor) di CPI ini air terproduksi mengalami pemisahan kembali yaitu dengan mengunankan sistem plate inceptor yang berfungsi untuk memisahkan minyak dan air terproduksi, pada CPI ini air akan dialirkan ke GFU untuk melakukan pemisahan kembali, sedangkan minyak yang terpisah dari air di proses kembali. Air terpoduksi dari CPI yang masuk ke dalam GFU (Gas flotation Unit), pada alat ini merupakan proses terakhir untuk pemisahan dimana air terproduksi mengalami pemisahan kembali dengan minyak yang masih terikut pada air, didalam GFU air dipisahkan melalui sebuah gas blanket yang dapat memisahkan minyak dari air terproduksi setelah terpisah air akan dialirkan kedalam produced water tank sebelum dibuang diinjeksikan kembali kedalam sumur atau dibuang ke badan air sedangkan minyak hasil dari proses pemisahan dibawah kembali untuk diproses

Gambar 4.6 Pengolahan Air terproduksi

Setelah mengalami proses pengoalahan pemisahan minyak dari air yang begitu panjang, air terproduksi tersebut bisa dibuang ke lingkungan. Dalam melakukan pembuangan air terproduksi VICO Indonesia melakukan penginjeksian kembali kedalam sumur yang telah berproduksi lagi atau dengan dibuang kedalam badan air. Pada Lapanagan Mutiara, dilakukan dua cara dalam pembuangan air terproduksi, yaitu dengan cara dinjeksikan ke sumur injek dan di buang ke badan air sungai Galendrong, akan tetapi air terproduksi yang diinjeksikan hanya 20% dari air terproduksi yang dihasilkan sedangkan sisanya di buang ke badan air sungai. Dan untuk melakukan pembuang ke badan air sungai Galendrong VICO Indonesia telah mendapatkan izin dari Bupati Kutai Kertanegara dengan dikeluarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Kertanegara nomor: 14/SK/2011 yang berisi tentang Pemberian Izin Pembuangan Air Limbah di Lapangan Mutiara. Sebelum dilakukan pembuangan air ke badan sungai, air terproduksi akan melewati Pollution Control agar minyak betul-betul terpisah dari air terproduksi tersebut, kemudian setelah melewati Pollution Control air terproduksi masuk kedalam phenol treatment plant dimana dalam kolam ini air terproduksi diolah agar pada saat dibuang ke badan sungai sesuai dengan parameter-paremeter air yang telah di tentukan.

4.2.2 Phenol Treatment plant Phenol treatment plant merupakan sebuah Instalasi Pengolahan Air limbah VICO Indonesia yang digunakan untuk mengolah air terproduksi agar sesuai dengan parameter-parameter yang telah ditentukan sebelum di buang ke badan air sungai gelendrong. Phenol treatment plant ini menggunakan sistem lumpur aktif yang dimana memiliki sebuah bak ekualisasi yang berfungsi sebagai pengatur agar debit maupun kondisi air yang masuk ke unit bak aerasi tidak berfluktuasi dan juga pada bak ini merupakan tempat pemisahan sisa-sisa minyak masih ada pada air sehingga ketika air masuk kedalam bak aerasi air benar-benar terpisah dengan minyak, memiliki 3 unit bak aerasi yang berfungsi sebagai tempat dirombaknya senyawa organik (BOD,COD,dll) yang terdapat di air terproduksi melaui proses penguarain secara aerobik dengan bantuan penambahan okesigen dengan menggunakan aerator dimana setiap baknya memiliki dua aerator, memiliki sebuah bak sedimentasi dengan sistem yang mempunyai fungsi berbeda: bak pertama merupakan bak pemisahan antara lumpur aktif dengan air yang sudah diolah dengang menggunakan sistem gravitasi sedangkan bak kedua merupakan bak pemisah juga akan tetapi pada bak ini lumpur aktif yang terendapkan di kembalikan lagi kedalam bak aerasi. Pada gambar 4.2 menunjukan cara kerja dari Phenol Treatment Plant.

PHENOL TREATMENT PLANT


Nutr ion

M O

M O

M O

Drying Bed

Aeration Ponds
To oil sump
From Fromk PW TankPW Tank

Aeration Ponds K2

Return sludge

Excess Sludge

K1

K3

K4

K5
(settling pond)
MA-1

Sedimantion

Overlow pit

Kolam ekualisasi
MA2

Keterangan: = water waste = oily = sludge = mo = nutrion


Gambar 4.7 Skema Phenol Treatment Plant

pipe

Galendrong river

4.2.3 Evaluasi Dari hasil karateristik air terproduksi yang dihasilkan oleh Phenol Treartment Plant di lapangan mutiara yang di pantau oleh VICO Indonesia secara rutin sebulan sekali yang diambil pada outlet Phenol Treartment Plant atau MA-1 dan inlet Sungai Galendrong, pada tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5 menunjukan bahwa hasil analisa krakteristik air terproduksi yang akan dibuang ke badan air Sungai Galendrong

Tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5 Kualitas Air Terproduksi di Titik Pantau MA-1 dan MA-2

Dilhat dari tabel analisis diatas bisa dikatakan bahwa air terproduksi yang dikelola oleh VICO Indonesia melalui metode pengolahan secara Phenol Treatment Plant tidak melampaui ambang batas yang telah ditentukan oleh Peraturan Daerah Kalimantan Timur No 2 Tahun 2011. Dan juga konsntrasi COD yang sempat mengalami fluktuatif yang disebabkan oleh waktu tinggal lumpur aktif yang begitu lama dalam melakukan proses sedimentasi sehingga membuat mikroorganisme aerobic mati sehingga lumpur akan mengendap sehingga menyebabkan naiknya nilai konsentrasi COD, dalam mengatasi masalah ini VICO Indonesia melakukan bentuk kerjasama dengan LAPI ITB untuk merancang ulang dari Phenol Treatment Plant yaitu dengan menambahkan aeratot pada masingmasing kolam aerator sehingga kebutuhan oksigen yang diterima mikroorganisme banyak dan bias melakukan suatu degredasi dengan maksimal, akan tetapi dengan penambahan aerator ini mendapatkan kendala juga yaitu ketika aerator dinyalakan semua pada ketiga kolam konsentrasi COD akan turun dan pH akan naik hingga mencapai nilai ambang baku mutu yang telah ditentukan sehingga perlu dilakukan sebuah monitoring yaitu dengan malekukan pengambilan sampel selama 3 dalam sehari sehingga tahu kapan untuk menyalakan semua aerator. Selain itu juga dalam mengatasi waktu tinggal yang terlalu lama pada kolam sedimentasinya VICO Indonesia mebuat sebuah kolam sedimnetasi baru yang telah beroperasi selama 3 bulan yang menggunakan sistem secondary clarifier dengan alat Scrapper sebagai alat penggaduk lumpur aktif sehinnga proses sedimentasi beralangsung cepat, akan tetapi bantalan karet yang terdapat pada alat scrapper yang berfungsi mengembalikan lumpur akti ke kolam aerasi sudah tidak dapat berfungsi dengan baik sehinnga perlunya sebuah monitoring secara rutin selama 3 bulan sehinnga tidak terjadi penumpukan lumpur pada permukaan kolam.

Gambar 4.8 Kolam Sedimentasi Scrapper

Gambar 4.9 Tren konsentrasi COD

Gambar 4.10 Tren konsentrasi pH

Jadi dapat dikatakan dalam melakukan pengolahan air terproduksi dengan menggunakan phenol treatment plant yang dilakukan oleh VICO Indonesia tidak akan mencemari lingkungan sekitar, karena hasil output dari air terproduksi yang akan dibuang ke Sungai Galendrong jauh dibawah ambang batas yang telah ditentukan oleh Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup No19 tahun 2010 dan Peraturan Daerah Kalimantan Timur No 2 Tahun 2012, dan juga VICO Indonesia memiliki insiatif akan pentingnya dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, hal ini dibuktikan dengan melakukan uji sampel secara rutin sebulan sekali dan melaporkan hasilnya ke Badan Lingkungan Hidup Kalimantan Timur, dimana seharusnya hanya tiga bulan sekali. Dan juga dengan adanya kolam sedimentasi baru yang menggunakan Scrapper lebih sedikit effisien dalam menurunkan konsentrasi COD, dan dapat dilihat pada gambar grafik 4.11

Gambar 4.10 Effisiensi COD

You might also like