Professional Documents
Culture Documents
OLEH: KELOMPOK 1
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia yang diberikan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Supervisi Akademik dan Manajerial ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini, secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1) Bapak Dr. Ahmad Salabi, S.Ag., M.Pd selaku dosen pengasuh mata Analisis Model dan Pendekatan Supervisi Pengajaran. 2) Seluruh rekan-rekan mahasiswa magister manajemen pendidikan kelas Kandangan angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan serta semangat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Kami berharap dengan adanya makalah ini akan bermanfaat bagi kita semua. Kandangan, 22 Nopember 2012
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................ KATA PENGANTAR....................................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Acuan Supervisi Akademik dan Manajerial ........................................................... 2.2 Ruang Lingkup Supervisi Akademik dan Manajerial............................................... 2.3 Tujuan Supervisi Akademik dan Manajerial ........................................................... 2.4 Pelaku Supervisi Akademik dan Manajerial ........................................................... 2.5 Waktu Supervisi Akademik dan Manajerial............................................................ 2.6 Teknik-Teknik Pelaksanaan..................................................................................... BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 3.2 Saran-Saran .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan kenyataan tersebut maka pembahasan supervisi akademik dan manajerial perlu diulas secara ilmiah dari segi acuan, ruang lingkup, tujuan, pelaku, waktu pelaksanaan dan tekniteknik pelaksanaan supervisi.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas dan menguraikan segi-segi supervisi akademik dan supervisi manajerial dalam hal: 1. Acuan supervisi akademik dan supervisi manajerial? 2. Ruang lingkup supervisi akademik dan supervisi manajerial? 3. Tujuan supervisi akademik dan supervisi manajerial? 4. Pelaku supervisi akademik dan supervisi manajerial? 5. Waktu pelaksanaan supervisi akademik dan supervisi manajerial? 6. Teknik-teknik yang digunakan dalam supervisi akademik dan supervisi manajerial?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Acuan Supervisi Akademik dan Supervisi Manajerial
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi no 21 tahun 2010 Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pada pasal 54 ayat 8 juga menyatakan bahwa kegiatan supervisi atau kepengawasan terdiri dari dua macam, yaitu pengawas satuan pendidikan (supervisi manajerial) dan pengawas mata pelajaran/kelompok mata pelajaran (supervisi akademik). Pengertian acuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cetakan, rujukan, referensi atau pola dasar. Acuan diartikan dengan cetakan, misalnya cetakan kue, peluru, dan sebagainya. Acuan dapat pula diartikan sebagai rujukan atau referensi. Acuan bisa juga diartikan sebagai pola dasar penafsiran yg ditetapkan terlebih dahulu. Dengan demikian acuan supervisi dapat diartikan sebagai pola dasar yang bisa dijadikan rujukan atau referensi dalam melaksanakan segenap bantuan yang untuk membina dan memperbaiki aspek-aspek pelaksanaan proses belajar dan mengajar di sekolah. Acuan pelaksanaan supervisi akademik dan manajerial tertuang dalam buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas yang dikeluarkan tahun 2009 serta Buku Kerja Pengawas Sekolah yang dikeluarkan tahun 2011 oleh Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Supervisi manajerial mengacu pada efisiensi internal dari sistem (pendidikan) dan biasanya menyangkut aspek kuantitatif, memberi jawaban pada pertanyaan mengapa institusi pendidikan harus berjalan dalam cara tertentu, dan menggunakan secara luas sumberdaya yang tersedia. Tipe supervisi ini diusung oleh tingkat manajemen yang lebih tinggi ke tingkat manajemen yang lebih rendah, oleh karena itu, derajat dan tekanannya dapat berbeda. Fungsi supervisi administratif/manajerial adalah memicu unsur yang mendukung dan terkait dengan layanan pembelajaran. Sedangkan Supervisi akademik atau instruksional mengacu pada efektifitas eksternal, biasanya berkenaan dengan aspek kualitatif, yang memberi jawaban pada pertanyaan bagaimana 3
siswa belajar lebih baik. Dukungan dan evaluasi merupakan dua fungsi utama untuk tipe supervisi ini. Tipe supervisi ini secara eksklusif dilaksanakan oleh staf pengawas lapangan untuk mengevaluasi hasil kerja guru. Jadi tujuan supervisi akademik adalah meningkatkan mutu pembelajaran.
4) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan media dan sumber belajar 5) Memberikan masukan kepada guru dalam memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar 6) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan melatih peserta didik. 7) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran 8) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan. 9) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya. B. Kepengawasan Manajerial Supervisi manajerial atau pengawasan manajerial merupakan fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya tenaga pendidik dan kependidikan. Dalam melaksanakan fungsi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai: (1) fasilitator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta menganalisis potensi sekolah, (3) informan pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap hasil pengawasan. 1. Pembinaan: a. Tujuan: Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan pemahaman dan pengimplementasian kompetensi yang dimilik oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari- hari untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan ( SNP ) b. Ruang Lingkup: 1) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah berdasarkan SNP, baik rencana kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan, pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan Sistem Informasi Manajemen (SIM). 2) Membantu Kepala Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya dalam upaya penjaminan mutu pendidikan. 3) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber belajar lainnya. 4) Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan program bimbingan konseling di sekolah.
5) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah (supervisi manajerial), yang meliputi: a) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah b) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah. c) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya.
Sedangkan Supervisi Manajerial bertujuan untuk membantu meningkatkan mutu pengelolaan sekolah dalam hal layanan khusus. Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan Sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas Sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas Sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen Sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi Sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu Sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi manajerial adalah usaha meningkatkan mutu sekolah pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik bertujuan untuk membantu guru dalam hal meningkatkan mutu kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Managemen kurikulum dan pembelajaran, Kesiswaan, Sarana prasana, Ketenagaan, keuangan, Hubungan sekolah dengan masyarakat (adanya komite sekolah),
Supervisi Manajerial
Supervisi akademik bisa dilaksanakan sebelum proses belajar mengajar, saat proses belajar mengajar berlangsung dan setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Supervisi yang dilaksanakan sebelum proses belajar mengajar untuk mensupervisi kelengkapan administrasi mengajar. Sedangkan supervisi pada saat proses belajar mengajar untuk mensupervisi proses belajar mengajar itu sendiri dan supervisi setelah pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan untuk mensupervisi aspek penilaian dan tindak lanjut berupa remidial dan pengayaan. Penjadwalan waktu pelaksanaan supervisi akademik disusun agar supervisor dapat mensupervisi setiap guru binaannya minimal 1 kali dalam 1 semester atau 1 tahun. Jadwal pelaksanaan supervisi disesuaikan dengan distribusi guru mata pelajaran yang ditangani dan beban kerja pengawas itu sendiri. Pengawas Tingkat Satuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Luar Biasa Tabel 2. Beban Kerja Pengawas Mata Pelajaran Pengawas satuan pendidikan harus menjadwalkan pelaksanaan supervisi manajerial agar semua sekolah yang dibawah binaannya bisa disupervisi minimal 1 kali dalam satu semester. Beban kerja pengawas satuan pendidikan adalah: Pengawas Tingkat Satuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Luar Biasa Tabel 3. Beban Kerja Pengawas Satuan pendidikan Beban Kerja 10 15 sekolah 10 15 sekolah 7 10 sekolah 5 10 sekolah 5 10 sekolah 5 10 sekolah Beban Kerja 60 75 guru 60 75 guru 40 60 guru 40 60 guru 40 60 guru 40 60 guru
c. Pertemuan Individual Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor dan guru. Tujuannya adalah: (1) mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik, (2) meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut. (1) Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat). (2) Office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru. (3) Causal-conference. yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru (4) Observational visitation. yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas. Hal yang dilakukan Supervisor dalam pertemuan individu : (5) berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, (6) mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, (7) memberikan pengarahan, dan (8) menyepakati berbagai solusi permasalahan dan menindaklanjutinya. d. Kunjungan Antar Kelas Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai berikut. (1) Jadwal kunjungan harus direncanakan. (2) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi. (3) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi (4) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan. (5) Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.
10
(6)
Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai? misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
(7) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi; (8) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya. 2. Teknik Kelompok Teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting), Seorang kepala sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. Termsuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru, dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi. b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions), Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat dan saransaran yang diperlukan. c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training), Teknik ini dilakukan melalui penataran-penataran, misalnya penataran untuk guru bidang studi tertentu. Mengingat bahwa penataran pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran. Dengan demikian teknik supervisi sangat penting untuk dikuasai oleh kepala sekolah, tanpa penguasaan teknik dalam pelaksanaanya tidak akan berjalan baik. Dengan demikian seorang kepala sekolah tidak akan efektif kegiatan supervisinya sebelum menguasai teknik dalam bidang supervisi. Teknik supervisi akan lebih memudahkan pencapaian sasaran-sasaran dari tujuan yang telah ditetapkan, oleh sebab itu penerapan teknik dari supervisi merupakan wujud dari kemajuan sekolah untuk berkembang. 2.6.2. Teknik Pelaksanaan Supervisi Manajerial Dalam melaksanakan supervisi manajerial pengawas dapat menggunakan berbagai strategi, di antaranya (1) monitoring dan evaluasi (2) Refleksi dan Diskusi Kelompok (3) Metode Delpi (4) Workshop (5) Pembelajaran Dinamis.
11
Monitoring Monitoring adalah model kegiatan pemantauan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah
sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program. Kegiatan monitoring bertujuan untuk (a) menetapkan standar untuk mengukur prestasi, (b) mengukur prestasi, (c) menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan (d) mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar (Nanang Fattah, 1996: 102). Sasaran utama monitoring adalah untuk menghimpun informasi melalui pemotretan kondisi nyata sekolah sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk bahan pengambilan keputusan perbaikan mutu.
Evaluasi Evaluasi adalah proses untuk menghimpun informasi mengenai peta proses dan progress
penyelenggaraan sekolah dibandingkan dengan target yang direncanakan sehinga dapat diketahui peta keberhasilan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk : (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) mengetahui keberhasilan program, (c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan (d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah. 2. Refleksi dan Diskusi Kelompok Prinsip utama manajemen sekolah adalah mengerahkan sumber daya dan meningkatkan partisipasi. Dalam strategi ini pengawas perlu menyampaikan hasil monitoring secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Sekolah selanjutnya merefleksi data yang pengawas sampaikan sehingga pihak sekolah menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung mereka hadapi. Diskusi kelompok ini merupakan bagian dari usaha menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan operasional untuk melakukan perbaikan mutu berkelanjutan. 3. Metode Delphi Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah. 12 langkah-langkah strategis maupun
Metode Delphi menurut Gorton (1976: 26-27) adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah; 2. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas; 3. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama. 4. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya. 5. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya. Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah dengan target agar semua yang hadir dalam musyawarah mengungkapkan gagasan. Hal ini merupakan solusi dari masalah seringnya pertemuan didominasi oleh orang-orang tertentu. 4. Workshop Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat pengawas lakukan dalam melaksankan supervisi manajerial. Strategi ini untuk mendorong dinamika kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Yang penting seorang pengawas memiliki kewajiban untuk mengarahkan workshop sekurang-kurangnya 3 kali dalam setahun. 4. Pembelajaran Dinamis Peningkatan mutu pendidikan bergantung tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan penguasaan teknologi sebagai media pembalajaran. Berkat kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi saat ini sekolah atau sistem sekolah dapat mengintegrasikan diri dalam jejaring internet untuk melaksanakan peningkatan mutu diri melalui prose pembelajaran. Model ini telah dilakukan pada beberapa sekolah. Penyediaan informasi untuk bahan belajar tidak hanya disediakan untuk siswa namun juga untuk stakeholders sekolah yang lain. Apabila dalam jejaring internet software khusus belum tersedia, sekolah dapat memanfaatkan media publik seperti e mail, forum, face book, atau web sekolah untuk mengintegrasikan orang-orang dalam dinamika belajar sehingga sekolah menjadi learning organization. 13
3.2 Saran-Saran
Berdasarkan kesimpula-kesimpulan di atas maka kami dapat memberikan beberapa saran, yaitu: 1. Kepala sekolah agar dapat melaksanakan supervisi akademik dengan baik agar terjadi peningkatan mutu kegiatan pembelajaran. 2. Pengawas satuan pendidikan agar dapat melaksanakan supervisi manajerial dengan baik agar terjadi peningkatan mutu sekolah melalui pengelolaan manajemen sekolah.
14
Daftar Pustaka
Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran-Konsep, Pendekatan dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Depdiknas. 2010. Supervisi Akademik - Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah. Jakarta: Direktorat PMPTK Depdiknas. 2008. Modul Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan , Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Glickman, C.D, Gordon, S.P, & Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Edisi ketujuh. Boston: Perason. Kemdiknas. 2011. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. Sergiovanni, T.J. 1987. The Principalship, A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn and Bacon.
15