You are on page 1of 33

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM PREDESIGN 6-10

Disusun Oleh : Nindi Ayu Saswika Anadya Khaerina Estuning Mugi R Agustin Wijayanti Okto Diazander A Achmad Fuadiani R 21080110130043 21080110130044 21080110130045 21080110130046 L2J009011 L2J009018

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Mahas Esa karena hanya dengan limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum ini dengan baik dan tepat waktu. Rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum yang telah memberikan tugas makalah ini kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak dan tak ada sesuatupun didunia ini yang sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan keterbukaan penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang sifatnya membangun. Sehingga di lain kesempatan penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang, 25 September 2012

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L Latar Belakang

Bangunan pengolahan air minum (water treatment plant) merupakan serangkaian unit proses (fisik, kimia dan/atau biologi tertentu) untuk mengolah air baku menjadi air minum yang memenuhi baku mutu yang berlaku. Secara umum air baku untuk pengolahan air minum : a.Air hujan b.Air permukaan (sungai, danau, waduk) c.Air tanah (mata air, sumur gali, sumur dalam Tahap perencanaan bangunan pengolahan air minum : a. Penetapan Debit Rencana Debit rencana bangunan pengolahan air minum ditentukan berdasarkan proyeksi /perhitungan debit maksimum harian b. Analisis kualitas air baku Bertujuan untuk memperoleh parameter-parameter yang berkaitan dengan pengolahan air Karakteristik tipikal air permukaan di indonesia adalah masalah kekeruhan yang berfluktuasi tergantung musim c.Penentuan unit pengolahan Penentuan unit pengolahan (fisik, kimia dan/atau biologi tertentu) disesuaikan dengan kualitas air baku yang diolah. Unit pengolahan dalam perencanaan BPAM : 1. sistem pengolahan lengkap menggunakan seluruh komponen unit pengolahan 2. pengolahan kombinasi menggunakan sebagian komponen unit pengolahan Komponen unit pengolahan (yang umum digunakan di Indonesia) 1. Pra-Sedimentasi (conditioning) 2. Koagulasi - Flokulasi 3. Sedimentasi 4. Filtrasi 5. Desinfeksi 6. Pelunakan (softening) --> khusus untuk kesadahan tinggi

d. Penentuan kriteria perencanaan unit pengolahan Kriteria perencanaan merupakan nilai/besaran tertentu yang digunakan sebagai salah satu dasar pendekatan dalam perencanaan unit pengolahan dalam BPAM Kriteria perencanaan dapat diperoleh dari hasil penelitian, riset, percobaan, SNI, peraturan dll ex : SNI 6774-2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air e. Perencanaan dan perancangan unit pengolahan f. Perencanaan konstruksi bangunan dan tata letaknya g. Perencanaan mekanikal dan elektrikal h. Perencanaan bangunan penunjang Kemudian sebelum mendesain bangunan pengolahan air minum perlu diperhatikan aspek-aspek yang menunjang dan sangat penting. Setelah selesai dalam pengerjaan penyeleksian alternatif pengolahan, beberapa hal yang harus dikerjakan dan diperhatikan adalah mendesain Lay out IPA, mengetahui prosedur & kriteria desain bangunan pengolahan air, manajemen dan perencanaan proyek pembangunan, perkiraan biaya pembangunan, serta analisis dampak lingkungan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan ekosistem yang ada disekitar instalasi pengolahan air minum. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 1.3 Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Mengetahui bentuk Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah yang sesuai Mengetahui Prosedur dan Kriteria Desain dari IPA Mengatahui Manajemen dan Perencanaan Proyek pembangunan IPA Mengetahui Perkiraan Biaya dari proyek pembangunan IPA Mengatahui Analisis dampak lingkungan dalam proyek pembangunan IPA dengan kriteria Bagaimana bentuk Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah yang sesuai Bagaimana Prosedur dan Kriteria Desain dari IPA itu sendiri ? Bagaimana Manajemen dan Perencanaan Proyek pembangunan IPA ? Bagaimana Perkiraan Biaya dari proyek pembangunan IPA ? Bagaimana Analisis dampak lingkungan dalam proyek pembangunan IPA ? dengan kriteria ?

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 LAYOUT IPA Layout ipa adalah penyusunan elemen-elemen atau bagian-bagian instalasi air. Skema Pengolahan Air Minum

INTAKE

filtrasi

sedimenta si

Menurut ( Tri Joko, 2010 )


Air Baku

INTAKE Saringan Pengendap Pasir

PRAKONDISI Proses Pre Chlorinasi Aerasi

Koagulasi

Koreksi pH Adsorbsi, dll

Flokulasi Lumpur endapan Pengendapan

Penyaringan -Saringan Pasir Cepat -Saringan Pasir Lambat -Reverse Osmosis -Desinfeksi Kemikal (lar. Kaporit, gas chlor, gas ozon) -Desinfeksi Fisikal (gel, mikro ultraviolet)

Pencucian Filter Backwash

Pengolahan lumpur endapan dengan pemadatan (thikener)

Sistem aliran biasa Kontrol pH Stabilis asi Sistem saringan pasir cepat Sistem saringan pasir lambat Air Minum

2.2 PROSEDUR DAN KRITERIA DESAIN

2.2.1 Intake dan Transmisi Intake dan transmisi merupakan sarana penyediaan air baku bagi suatu instalasi pengolahan air. Profil hidrolis adalah faktor yang penting demi terjadinya proses pengaliran air. Profil ini tergantung dari energi tekan/head tekan (dalam tinggi kolom air) yang tersedia bagi pengaliran. Head ini dapat disediakan oleh beda elevasi (tinggi ke rendah) sehingga air pun akan mengalir secara gravitasi. Jika tidak terdapat beda elevasi yang memadai, maka perlu diberikan head tambahan dari luar, yaitu dengan menggunakan pompa. a. Intake Intake merupakan bangunan penangkap/ pengumpul air yang berfungsi untuk : 1.
2. 3.

Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang dibutuhkan oleh instalasi. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi pengolahan yang direncanakan untuk menjaga kontinuitas penyediaan atau pengambilan air dari sumber.

Kriteria yang harus dipenuhi dalam pembuatan intake adalah : 1. 2. Tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang memungkinkan tumbuhan atau mikroorganisme hidup. Tanah di lokasi intake harus stabil.

3. 4.
5.

Intake harus kedap air sehingga tidak terjadi kebocoran. Intake harus di desain untuk menghadapi keadaan darurat. Intake dekat permukaan air untuk mencegah masuknya suspended solid dan inlet jauh di atas intake.

Macam-macam intake :

Direct Intake Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki kedalaman yang besar seperti sungai dan danau, dan apabila tanggul tahan terhadap erosi dan sedimentasi.

Canal Intake Ketika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu dengan lubang dibangun di pinggiran kanal. Lubang tersebut dilengkapi dengan saringan kasar. Dari ruangan batu, air diambil menggunakan pipa yang memiliki bell mouth, yang dilapisi dengan tutup hemispherical yang berlubang-lubang. Luas daerah lubang yang terdapat pada penutup adalah satupertiga dari areahemisphere. Karena pembangunan intake di kanal, lebar kanal menjadi berkurang dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan aliran. Hal ini dapat menyebabkan penggerusan tanah, oleh karena itu di bagian hulu dan hilir intake harus dilapisi. Intake Bendungan Digunakan untuk menaikkan ketinggian muka air sungai sehingga tinggi muka air yang direncanakan memungkinkan konstannya debit pengambilan air. Intake bendungan dapat digunakan untuk pengambilan air dalam jumlah besar dan dapat mengatasi fluktuasi muka air. Selain bendungan, intake ini juga dilengkapi oleh beberapa bagian yang memiliki fungsi khusus. Bagian-bagian tersebut adalah : Kolam Olak Merupakan bagian dari bendung yang berfungsi sebagai peredam energi. Peredam ini berguna untuk mencegah terjadinya erosi yang mungkin terjadi pada saluran pelimpah dengan cara memperkecil kecepatan aliran. Pintu Air Pintu air diperlukan untuk menjaga aliran tetap stabil meskipun sumber air berfluktuasi terutama pada saat pengaliran berlebih. Pintu air juga diperlukan untuk membuka atau menutup saluran ketika akan dilakukan pembersihan saluran

Bar Screen Bar screen berfungsi sebagai penahan benda-benda yang berukuran besar seperti sampah, kayu, dan plastik. Secara berkalabar screen memerlukan pembersihan karena benda-benda kasar menyebabkan peningkatan kehilangan tekan. Proses pembersihan dapat dilakukan secara manual atau otomatis tergantung beban yang ada. Bila beban sedikit maka pembersihan dapat dilakukan secara manual dan sebaliknya. Kriteria desain untuk bar screen adalah : Lebar batang, w = 0,8 1 inch Jarak antar batang, b = 1 2 inch Kemiringan batang, = 30 60 Kecepatan aliran sebelum melalui batang, v = 0,3 0,75 m/det Head loss maksimum, hL = 6 inch

Bak Pengumpul Berfungsi untuk menampung air baku sebelum disalurkan ke unit pengolahan melalui pipa transmisi.

b. Transmisi Sistem transmisi menghubungkan antara intake dengan instalasi pengolahan air minum. Transmisi tergantung pada topografi (perubahan elevasi) sehingga mungkin saja diperlukan pompa. Pipa Transmisi Pipa transmisi digunakan untuk menyalurkan air dari lokasi intake ke instalasi pengolahan. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan dalam sistem transmisi maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu :

Durabilitas dan kondisi air yang dihantarkan Ketahanan terhadap erosi dan korosi Harga pipa dan biaya pemasangan Jenis sambungan yang diperlukan, kekuatannya dan kemudahan konstruksi Kondisi lokal (Mudah didapat, bahan lokal, dan biaya perawatan)

Pompa Transmisi Pompa digunakan untuk menyediakan head yang cukup untuk mengalirkan air dari satu tempat yang memiliki head lebih rendah daripada tempat yang lain. Klasifikasi pompa yang ada di pasaran adalah :

Reciprocating Pump Fland Pump Centrifugal Pump Air Lift Pump

Jumlah pompa yang digunakan tergantung kepada besarnya aliran yang diperlukan dan kapasitas pompa ditentukan oleh head yang diperlukan. Kriteria Jumlah Pompa yang digunakan

2.2.2 Aerasi Aerator dapat digunakan untuk menyisihkan komponen volatil yang terlarut, yang keberadaannya berlebih pada konsentrasi jenuhnya. Beberapa senyawa organik yang toksik bersifat volatil. Komponen penyebab rasa dan bau pada air juga dapat disisihkan sampai ke tingkat yang memuaskan. Air tanah yang mengandung CO2 dalam konsentrasi yang tinggi akan dapat disisihkan sampai ke batas yang dapat diterima (memenuhi baku mutu). Transfer gas dari atmosfer ke dalam air juga berpengaruh pada kualitas air. Penambahan oksigen terlarut (dissolved oxygen) akan mempertinggi tingkat oksidasi besi, mangan, dan logam lain sehingga logam-logam tersebut ada dalam bentuk yang tidak terlarut. Presipitat ini akan disishkan dari air pada kolam sedimentasi dan unit filtrasi. Sistem aerasi dirancang untuk menciptakan turbulensi dan memecah air menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, menambah luas permukaan untuk transfer masa. Sistem yang dapat digunakan adalah gravitasi atau aliran bertekanan.

2.2.3 Koagulasi dan Flokulasi Suatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil bila :
1.

Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa jam) Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya.

2.

Tujuan dari koagulasi dan flokulasi adalah untuk mengubah partikel-partikel kecil seperti warna dan kekeruhan menjadi flok yang lebih besar, baik sebagai presipitat ataupun partikel tersuspensi. Flok-flok ini kemudian dikondisikan sehingga dapat disisihkan dalam proses berikutnya. Secara teknis, koagulasi berlaku bagi penyisihan dari partikel koloid yaitu partikel yang biasanya berukuran 0,001-1 m seperti asam humus, tanah liat, virus dan protein. Proses pembentukan flok adalah sebagai berikut :

Destabilisasi partikel koloid Pembentukan mikroflok Penggabungan mikroflok Pembentukan makroflok

a. Koagulasi Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid akibat netralisasi muatan elektrostatik dengan penambahan koagulan. Untuk melaksanakan koagulasi secara efektif, koagulan yang ditambahkan harus disebarkan secara cepat dan merata ke dalam air baku. Pencampuran dapat dilaksanakan dengan cara pengadukan secara hidrolis, mekanis atau pneumatis

Perbandingan Berbagai Tipe Mixing

Koagulan yang dapat digunakan antara lain:


1. Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3), atau dikenal dengan nama tawas, merupakan

koagulan yang sering digunakan karena harganya murah dan mudah diperoleh. pH optimum untuk proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar 6,5-7,5. Bila pH air yang akan dikoagulasi lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar dari 7,5, perlu dilakukan penaikkan atau penurunan pH terlebih dahulu, misalnya dengan penambahan kapur.
2. Senyawa besi, seperti FeCl3 dan FeSO4. FeCl3 dapat digunakan untuk air yang

mengandung hidrogen sulfida. 3. PAC (Poli Alumunium Chloride) Dengan pembubuhan koagulan, maka stabilitas larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid akan terganggu karena molekul-molekul koagulan

dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum yang bermuatan positif, akan menetralkan muatan koloid yang biasanya bermuatan negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi : 1. 2. 3.
4.

Kualitas air Jumlah dan karakteristik partikel koloid pH Pengadukan cepat, waktu pengadukan, dan kecepatan paddles Temperatur Alkalinitas Karakteristik dari ion-ion di dalam air Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk cepat)

5. 6. 7.

Unit Pengaduk cepat Tipe

Kriteria Hidrolis: - terjunan - saluran bersekat - dalam pinstalasi pengolahan air bersekat Mekanis: - Bilah (Blade), pedal (padle) Kinstalasi pengolahan airs - Flotasi 15 > 750 (SNI 6774:2008)

Waktu pengadukan (detik) Nilai G/detik

b. Flokulasi Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang secara teknis dapat diendapkan. Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak menjadi kendala, pada flokulator terdapat batas maksimum kecepatan untuk mencegah pecahnya flok akibat tekanan yang berlebihan. Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air selama flokulasi dapat diberikan secara mekanis maupun hidrolis .

Tingkat keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan kecepatan mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan jumlah total terjadinya tumbukan partikel selama flokulasi. Perbandingan antara flokulasi hidrolis dan mekanis

Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat) Flokulator hidrolis 60 (menurun) 5 30 45 6 10 Bukaan pintu/ sekat Flokulator mekanis sumbu Sumbu horizontal vertikal dengan pedal dengan bilah 60 (menurun) 70 (menurun) 10 10 30 40 20 40 36 24 Kecepatan Kecepatan putaran putaran 0,9 5 20 15 1,8 2,7 0,1 0,2 8 25 Flokulator Clarifier 100 10 20 100 1 Kecepatan aliran air 1,5 0,5 24 * (SNI 6774:2008) Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan) Aliran udara (N.L/m3 air) 100 400 10.000 15 50 Ukuran gelembung 2 5 mm 0,2 2 mm 40 70 m Input tenaga (Watt jam/m3) 5 10 60 120 40 80 Waktu detensi (menit) 5 15 4 16 Beban hidrolik permukaan (m/jam) 10 30 -

Kriteria umum G (gradien kecepatan) 1/detik Waktu tinggal (menit) Tahap flokulasi(buah) Pengendalian energi

Kecepatan aliran 0,9 max.(m/det) Luas bilah/pedal dibandingkan luas bak -(%) Kecepatan perputaran -sumbu (rpm) Tinggi (m) Keterangan: * termasuk ruang sludge blanket

Proses Flotasi untuk pemisahan lemak Flotasi mekanik Disolved Air Flotation

20 40 bersamaan 3 10 dengan flokulasi (SNI 6774:2008)

2.2.4 Sedimentasi Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan sebagian besar padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil yang tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat. Sedimentasi adalah salah satu unit proses yang paling umum digunakan dalam proses pengolahan air. Partikel akan mengendap dalam salah satu dari 4 cara, bergantung

pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat-sifat flokulasi dari partikel. 4 cara pengendapan tersebut adalah : 1. Pengendapan Tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskret 2. Pengendapan Tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskret
3. Pengendapan Tipe 3, disebut juga Zone Settling 4. Pengendapan Tipe 4, disebut juga Compression

Tangki sedimentasi yang ideal terdiri dari : 1. 2. 3. 4. Zona inlet, dimana air didistribusikan sepanjang bagian yang menyilang. Zona pengendapan, dimana partikel tersuspensi diendapkan dan air berada dalam keadaan diam Zona lumpur, dimana partikel yang mengendap dikumpulkan. Zona outlet, adalah bagian untuk menyalurkan air yang sudah tidak mengandung partikel yang dapat diendapkan keluar dari tangki. Aliran pada tangki sedimentasi dapat horizontal maupun vertikal. Bentuk tangki dapat berupa lingkaran, persegi panjang, ataupun segiempat sama sisi. Kedalaman tangki berkisar antara 2 sampai 5 meter. Rata-rata dibuat tangki dengan kedalaman 3 meter. Tangki persegi panjang dapat berukuran panjang hingga 30 meter dan lebar 10 meter. Ukuran dari scrappers mekanik juga mempengaruhi ukuran bak. Kemiringan dasar tangki berkisar antara 2 sampai 6 persen. Lumpur yang terkumpul pada dasar tangki dikeluarkan dengan membilasnya ke dalam suatu wadah atau mengumpulkannya ke dalamhopper dan kemudian mengambilnya secara gravitasi atau menggunakan pompa. Lumpur juga dapat dikeluarkan dibawah tekanan hidrostatik air pada tangki sedimentasi. Untuk memperbaiki kinerja dari bak sedimentasi dapat digunakan tube

settler ataupun plate settler. Tube settler tersedia dalam 2 konfigurasi dasar, yaitu horizontal tubes dan steeply inclined. Horizontal tubes dioperasikan dalam sambungan dengan unit filtrasi yang mengikuti unit sedimentasi. Tube-tube tersebut akan terisi zat padat dan dibersihkan dengan backwash dari filter. Horizontal tubes settlers digunakan pada instalasi dengan kapasitas kecil (3,785 m3/hari). Steeply inclined tube settlers membersihkan lumpur secara kontinu melalui pola aliran yang dibuat. Karena kedalaman yang dangkal dari steeply inclined tube settlers dan pembersihan lumpur yang kontinu, ukuran instalasi menjadi tidak terbatas.

Pada umumnya dengan pemakaian plate settler, overflow rate dapat ditingkatkan 3-6 kali

(SNI 6774:2008) 2.2.5 Filtrasi Filtrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air) dilewatkan melalui suatu media yang berongga atau materi berongga lainnya untuk menyisihkan sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan di pengolahan air untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan mengendap untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik. Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan sbb : 1. Filter dengan media tunggal

2. Filter dengan media ganda 3. Filter dengan multi media Kriteria Perencanaan Unit Filtrasi

(SNI 6774:2008)

Menurut laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi 2 : Slow Sand Filter Pada slow sand filter medium pasir yang digunakan umumnya hanya disyaratkan bebas lumpur dan organik. Urutan diameter butir pasir dari atas ke bawah tidak teratur (tidak terstratifikasi). Proses penyaringan yang lambat dalam slow sand filter memungkinkan kontak yang cukup lama antara air dengan media filter sehingga proses biologis terjadi, terutama pada permukaan media yang berada di atas. Biomassa yang terbentuk pada medium filter bersama suspended partikel disebut sebagai Scmutz decke yang bersifat aktif dalam proses penyisihan senyawa organik dan anorganik terlarut lainnya. Rapid Sand Filter Mekanisme penyaringan pada rapid sand filter sama dengan mekanisme pada slow sand filter. Perbedaannya adalah pada beban pengolahan dan penggunaan media filter. Beban pengolahan pada RSF jauh lebih tinggi daripada SSF. RSF memanfaatkan hampir seluruh media sebagai media filter (in-depth filter) sedangkan SSF hanya pada lapisan teratas saja. Selain itu, RSF hanya efektif untuk menyaring suspensi kasar dalam bentuk flok halus yang lolos dari sedimentasi sedangkan SSF dapat meyaring suspensi halus (bukan koloid) dan mempunyai lapisan biomassa yang aktif. Menurut kontrol terhadap laju filtrasinya, filtrasi dibagi menjadi Constant Rate Filter dan Declining Rate Filter.

Perbandingan Slow Sand Filter dengan Rapid Sand Filter

Dalam proses filtrasi oleh granular filter terdapat beberapa mekanisme yang terjadi, yaitu : 1. Mechanical Straining Mekanisme mechanical straining terjadi akibat partikel atau flok tertahan karena mempunyai ukuran yang lebih besar dari lubang pori, sehingga partikel tidak lolos. 2. Sedimentasi 3. Adsorpsi Sebagian partikel yang halus akan teradsorpsi oleh permukaan media filter karena ada tumbukan dan gaya tarik antar partikel. Ketika mekanisme filtrasi tersebut terjadi secara simultan, secara kuantitatif umumnya mekanisme yang pertama lebih dominan. Untuk meningkatkan efektivitas media, dalam arti meningkatkan volume atau kedalaman media, digunakan dual media yang umumnya menggunakan media yang lebih ringan. Persyaratan dari penggunaan dual media adalah kecepatan pengendapan dari medium yang paling besar harus lebih kecil dari kecepatan pengendapan media

yang lebih berat dengan diameter yang paling kecil. Persyaratan ini diperlukan supaya kedua media tersebut tidak tercampur setelah pencucian dengan teknik backwashing. 2.2.6 Desinfeksi Desinfeksi adalah proses destruksi mikroorganisme patogen dalam air dengan menggunakan bahan kimia atau ozon.Karakteristik desinfektan yang baik : 1. Efektif membunuh mikroorganisme patogen 2. Tidak beracun bagi manusia/hewan domestik 3. Tidak beracun bagi ikan dan spesies akuatik lainnya 4. Mudah dan aman disimpan, dipindahkan, dibuang 5. Rendah biaya 6. Analisis yang mudah dan terpercaya dalam air 7. Menyediakan perlindungan sisa dalam air minum Ada banyak hal yang mempengaruhi proses desinfeksi, diantaranya adalah oksidan kimia, iradiasi, pengolahan termal dan pengolahan elektrokimia. Jenis-jenis desinfeksi : 1. Desinfeksi kimiawi, berupa oksidator seperti chlorine, ozon dan kaporit 2. Desinfeksi fisik, misalnya sinar ultraviolet 1. Desinfeksi kimiawi Desinfektan yang paling sering digunakan adalah kaporit (Ca(OCl)2)dan gas chlor (Cl2). Pada proses desinfeksi menggunkan kaporit, terjadi reaksi sebagai berikut :

Sebagai suatu proses kimia yang menyangkut reaksi antara biomassa mikroorganisme perlu dipenuhi 2 syarat :

Dosis yang cukup Waktu kontak yang cukup, minimum 30 menit

Selain itu diperlukan proses pencampuran yang sempurna agar desinfektan benar-benar tercampur. Desinfeksi menggunakan ozon lazim digunkan untuk desinfeksi hasil pengolahan waste water treatment.

2.

Desinfeksi Fisik Desinfeksi menggunkan ultraviolet lebih aman daripada menggunakan klor yang beresiko membentuk trihalometan yang bersifat karsinogenik, tetapi jika digunakan ultraviolet sebagai desinfektan maka instalasi distribusi harus benar-benar aman dan menjamin tidak akan ada kontaminasi setelah desinfeksi. Apabila kontaminan masuk setelah air didesinfeksi, maka kontaminan tersebut akan tetap berada dalam air dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu, biaya yang diperlukan juga lebih besar dibandingkan dengan desinfeksi menggunakan kaporit. Umumnya desinfeksi dilakukan sesaat sebelum air didistribusikan kepada konsumen. Pembubuhan Kapur Pembubuhan kapur berfungsi untuk menghasilkan air yang tidak agresif. Dalam melakukan pembubuhan kapur hal yang terpenting adalah dosis kapur dan kondisi jenuh kapur. Larutan kapur berada pada kondisi jenuh bila memiliki konsentrasi sebesar 1100 mg/L. Untuk melakukan pembubuhan kapur diperlukan beberapa unit yaitu pelarut kapur dan penjenuh kapur (lime saturator). 2.2.7 Reservoir Jenis-jenis reservoir berdasarkan perletakannya :
a. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)

Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan permukaan tanah. Reservoir ini digunakan bila head yang dimiliki mencukupi untuk distribusi air minum. Jika kapasitas air yang didistribusikan tinggi, maka diperlukan ground reservoir lebih dari satu.
b. Menara Reservoir (Elevated Reservoir)

Reservoir ini digunakan bila head yang tersedia dengan menggunakan ground reservoir tidak mencukupi kebutuhan untuk distribusi. Dengan menggunakan elevated reservoir maka air dapat didistribusikan secara gravitasi. Tinggi menara tergantung kepada head yang dibutuhkan. c. Stand Pipe Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai sebagai alternatif terakhir bila ground reservoir tidak dapat diterapkan karena daerah pelayanan datar. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang reservoir adalah : 1. Volume reservoir Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan memperhatikan fluktuasi pemakaian dalam satu hari di satu kota yang akan dilayani.

2. Tinggi elevasi energi Elevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan distribusi. Elevasi energi akan menentukan sistem pengaliran dari reservoir menuju jaringan distribusi. Bila elevasi energi pada reservoir lebih tinggi dari sistem distribusi maka pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi. Untuk kondisi sebaliknya, bila elevasi energi reservoir lebih rendah dari jaringan distribusi maka pengaliran dapat dilakukan dengan menggunakan pompa. 3. Letak reservoir. Reservoir diusahakan terletak di dekat dengan daerah distribusi. Bila topografi daerah distribusi rata maka reservoir dapat diletakkan di tengah-tengah daerah distribusi. Bila topografi naik turun maka reservoir diusahakan diletakkan pada daerah tinggi sehingga dapat mengurangi pemakaian pompa dan menghemat biaya. 4. Pemakaian pompa Jumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa mencukupi kebutuhan pengaliran air. 5. Konstruksi reservoir Ambang Bebas dan Dasar Bak 1. 2. 3. Ambang bebas minimum 30 cm di atas muka air tertinggi Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah Kemiringan dasar bak adalah 1/1000 1/500 ke arah pipa penguras

Inlet dan Outlet


1.

Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk dan

struktur tanki sehingga tidak ada daerah aliran yang mati


2.

Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan minimum 10 cm di atas

lantai atau pada muka air terendah


3.

Perlu memperhatikan penempatan pipa yang melalui dinding reservoir, harus

dapat dipastikan dinding kedap air dan diberiflexible-joint 4.


5.

Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve Pipa peluap dan penguras memiliki diameter yang mampu mengalirkan debit

air maksimum secara gravitasi dan saluran outlet harus terjaga dari kontaminasi luar.

Ventilasi dan Manhole


1.

Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat ukur tinggi muka air Tinggi ventilasi 50 cm dari atap bagian dalam Ukuran manhole harus cukup untuk dimasuki petugas dan kedap air.

2.
3.

2.2.8 Pengolahan Lumpur Lumpur buangan sebuah Instalasi Pengolahan Air Minum terdiri dari 2 jenis, yaitu air cucian filter dan lumpur sedimentasi. Karakteristik kedua jenis lumpur tersebut sangat berbeda. Air cucian filter dapat langsung dibuang ke badan air, atau diolah dengan berbagai cara yaitu : 1. Didaur ulang ke awal proses pengolahan 2. Diolah dengan paket pengolahan konvensional 3. Diendapkan dalam kolam besar Proses pengolahan lumpur dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Gravitasi, seperti lagoon sludge drying bed. 2. Mekanik, seperti filter press, belt press, vacuum filter.

Penggunaan kedua jenis pengolahan ini biasanya dipilih berdasarkan ketersediaan lahan, karakteristik lumpur dan hasil akhir pengolahan yang diinginkan. Pada proses dengan gravitasi dibutuhkan lahan yang luas dan kandungan solid dalam lumpur hanya mampu mencapai 50%. Jenis pengolahan ini sangat baik untuk daerah dengan iklim panas dan penguapan melebihi curah hujan. 2.3 Manajemen dan Perencanaan Proyek Manajemen dan perencanaan proyek instalasi pengolahan air terutama air minum adalah tata aturan yang dibuat dan direncanakan sebelum sebuah proyek dilaksanakan. Manajemen dan perencanaan dapat berupa dokumen, dokumen perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya terdiri dari : a) diagram alir proses b) diagram perpinstalasi pengolahan airan dan instrumentasi c) perhitungan unit proses dan operasi d) profil hidrolis e) perhitungan mekanikal dan elektrikal f) perhitungan struktur g) gambar perencanaan dengan skala yang memadai

Manajemen dan perencanaan proyek ini dilaksanakan olrh perencana yang berwenang untuk merencanakan instalasi pengolahan air paket, adalah seorang yang telah menempuh pendidikan tinggi dalam bidang yang sesuai dan memiliki sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi. Industri air minum adalah suatu bisnis yang membutuhkan investasi dalam skala besar sehingga untuk mewujudkannya diperlukan suatu perencanaan yang terstruktur dengan baik dan benar. Sebagai perencanaan awal maka harus dilakukan studi kelayakan (feasibility study). Fungsi studi kelayakan dalam bisnis air minum adalah untuk melihat berapa besar investasi yang harus ditanamkan dan sejauh mana invetasi tersebut mendatangkan keuntungan. Studi kelayakan dalam bidang air bersih ini biasanya juga merupakan bagian dari master plan suatu pengembangan daerah atau kota. Studi kelayakan ini menghasilkan 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama proyek tersebut layak untuk ditindak lanjuti, kemungkinan kedua tidak layak untuk diteruskan sehingga proyek tersebut gagal atau ditunda dengan terlebih dahulu memperbaiki hal-hal yang dianggap tidak layak tersebut. Persiapan rencana induk berikut data-data penunjang sesuai ketentuan umum. Cara pengerjaan pengkajian kelayakan teknis sistem penyediaan air minum adalah sebagai berikut: 1) Lakukan pengkajian kelayakan teknis 2) Lakukan pengkajian kelayakan ekonomis dan keuangan 3) Lakukan pengkajian kelayakan lingkungan 4) Lakukan pengkajian terhadap kelayakan kelembagaan Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dan dibahas dalam studi kelayakan antara lain : 1. Periode perencanaan. Jangka waktu 10-20 tahun menjadi pedoman dalam membuat suatu perencanaan sebuah system penyediaan air minum termasuk dalam adalah kapasitas bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Pembangunan suatu unit IPA harus dilakukan secara bertahap. Hal ini untuk menghindari adanya pemborosan, disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan air minum. Jangka waktu pembangunan dituangkan dalam satu bentuk master plan. Kemudian terbagi menjadi beberapa tahapan dalam bentuk outline plan yang merupakan perhitungan yang lebih detail dengan waktu yang lebih singkat. Sebagai contoh Pembangunan WTP DAM Duriangkang Batam di proyeksikan selama 15 tahun periode perencanaan. Dimulai pada tahun 2000 dengan kapasitas 500 ltr/detik selanjutnya phase II tahun 2002, phase III tahun 2004, sekarang sedang berjalan phase IV dengan kapasitas yang sama setiap phasenya dan masih tersisa 2 x 500 ltr/dtk dalam periode

perencanaannya. Hal tersebut untuk mengakomodir petambahan pelanggan sekitar + 18.000 setiap tahunnya.

2. Daerah aliran air minum. Dalam perencanaan system penyediaan air minum harus dibatasi wilayah yang masuk dalam sistem perencanaan tersebut. Tentunya dengan memperhatikan berapa besar air yang diterima oleh pelanggan, termasuk potensi pengembangan atau perluasan wilayah di masa yang akan datang, termasuk penambahan jumlah satuan sambungan rumah (SR) di wilayah tersebut dan sekitarnya. 3. Pertambahan jumlah penduduk pada masa datang. Banyak model-model atau perumusan dalam ilmu statistic untuk memprediksi jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Salah satu contoh perumusan dengan metode aritmatik. Pn = Po ( 1 + r n ) Dimana: Pn Po R N = Jumlah penduduk tahun n = Jumlah penduduk tahun awal = Angka pertumbuhan penduduk = Jangka waktu dalam tahun

Untuk metode ini data penduduk dilakukan dengan regresi linear sebagai berikut:

4. Kebutuhan air minum maximum per penduduk Dalam setiap daerah mempunyai pola kebutuhan air yang tidak sama. Para ahli harus melakukan estimasi dan menentukan berapa kebutuhan air maximum per orang dalam wilayah rencana. Dalam suatu sistem yang baru maka data diambil berdasar estimasi yang akurat dari pembagian komunitas yang mempunyai latar belakang, karakteristik dan trend yang sama dalam pertumbuhannya. Pada suatu sistem yang sudah berjalan dan akan

dikembangkan maka data yang terbaik dan akurat adalah dengan menampilkan trend dari sistem penyediaan air minum yang sudah ada.

5. Pemilihan sumber air baku. Sumber air bisa berasal darimana saja, bisa air permukaan atau air bawah tanah. Untuk air bawah tanah biasanya hanya untuk kapasitas kecil. Pembahasan air baku ini sudah pernah dibahas oleh penulis pada tulisan sebelumnya yaitu Sumber air baku dan problematikanya. 6. Dimensi bangunan Instalasi Pengolahan Air Minum. Kebutuhan air pada masa yang akan datang pada suatu area layanan harus dimasukan sebagai dasar salah satu ketentuan dalam menghitung ukuran dimensi bangunan IPA dan luas lahan IPA. Ketentuan tambahan tersebut akan berdampak pada kemampuan supply air dan effektivitas biaya pada penyediaan air dari satu plant besar dibanding dengan 2 atau 3 plant ukuran sedang atau kecil pada lokasi dan elevasi yang berbeda. Sabagai dasar perhitungan dalam menghitung luas lahan sebuah plant konvensional menggunakan rumus : A Q0,6 Dimana : A = dalam hektar Q = kapasitas debit air dalam mgd (1 m3/dt = 22,8 mgd) 7. Ketersediaan lahan bangunan IPA. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perhitungan sebuah IPA antara lain : jarak bangunan dengan Intake tata letak unit-unit bangunan IPA dampak IPA terhadap lingkungan metode pendistribusian air ( gravitasi atau menggunakan pompa) kondisi geografi (kontur) lahan informasi yang tersedia tentang study bahan ketersediaan tenaga listrik akses jalan menuju jalur utama sejarah masa lalu, apakah pernah terjadi bencana seperti banjir atau gempa bumi biaya konstruksi biaya pemeliharaan situasi dan kondisi keamanan sekitar bangunan

8.

kesiapan lahan apabila ada pengembangan bangunan pada masa yang akan datang. Data curah hujan. Curah hujan menjadi sangat penting karena dengan data yang ada kita dapat

memprediksikan berapa jumlah debit air yang bisa terbarukan dengan adanya siklus ini. Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi tentunya akan lebih diuntungkan dengan daerah yang curah hujannya rendah. Curah hujan dalam suatu daerah biasanya mempunyai satu pola yang sama dari satu waktu ke waktu, terkecuali ada situasi ekstrim diluar kebiasaan yang jarang terjadi seperti kejadian El Nino dan La Nina. Biasanya El Nino terjadi rata-rata dalam 4 tahun sekali sementara la Nina dalam 6 tahun sekali. Sehingga dibutuhkan data curah hujan setidaknya selama 10 tahun terakhir sehingga akan didapat trend yang digunakan untuk memprediksi curah hujan pada kemudian hari. 9. Daerah tangkapan air (catchment area) Luasnya daerah tangkapan air juga sangat diperlukan untuk menampung debit air hujan yang turun pada suatu daerah. Daerah yang sudah rusak kondisi alamnya akan sulit untuk menampung curah hujan karena akan terus turun dan terbuang ke air laut, sedangkan daerah yang masih bagus akan meneruskan air ke dalam tanah dan merupakan cadangan sumber air baku yang baik. 10. Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) 11. Ketersediaan dana. 2.4 Perkiraan Biaya Bahwa invetasi sebuah sistem penyedian air minum sangatlah besar. Studi kelayakan merupakan salah satu syarat yang digunakan untuk memperoleh dana tersebut baik dari investor, APBN, APBD maupun pihak kreditor atau bank. Dalam proposal pendanaan tersebut tercantum besarnya dana investasi, sumber pendanaan, periode pengembalian modal investasi, besarnya tarif air minum berdasar golongan, biaya konstruksi, produksi, operasional, maintenance, dlsb. Data-data yang dibutuhkan dalam studi kelayakan diambil dari hasil survey lapangan seperti sistem penyediaan air minum existing (pipa, pompa, bangunan IPA, reservoir) sumber air baku, daya beli masyarakat, harga material bahan bangunan, daerah industry, daerah perumahan dan lain-lain. Ada juga data yang diambil dari instansi terkait seperti data curah hujan diambil dari BMG daerah, data jumlah penduduk, kondisi social ekonomi, master plan RTRW/RTRK bisa didapat dari pemerintah daerah setempat.

Pemilik pekerjaan (owner) dari pekerjaan studi kelayakan sistem perencanaan air bersih suatu daerah biasanya Pemerintah Daerah setempat, tetapi bisa juga dari investor yang akan menaruh dananya dalam proyek tersebut dengan biaya sendiri. Perencanaan dan studi kelayakan sebuah sistem penyediaan air minum suatu daerah sangat komplek sehingga dibutuhkan kerja tim yang terdiri dari banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu. Hasil yang baik akan diperoleh dari perencanaan yang baik Biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa. Sedangkan ongkos atau expense adalah pengeluaran untuk memperoleh pendapatan. Untuk dapat memperkirakan biaya produksi maka dilakukan suatu analisis biaya dari proses produksi sehingga akan didapat biaya produksi persatuan output produk. Analisis biaya yang dilakukan dalam hal ini ialah produksi air bersih per meter kubiknya. Biaya dalam proses produksi air bersih terdiri atas dua komponen yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan macam-macam biaya yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya, sedangkan biaya tidak tetap merupakan macam - macam biaya yang selama satu periode kerja jumlahnya dapat berubah bergantung pada jumlah jam kerja pemakaian. Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu mesin dan merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap dan dinyatakan dalam satuan Rp/jam sedangkan biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin untuk setiap unit produk. 2.5 Analisis Dampak Lingkungan Pengkajian kelayakan lingkungan tidak terlepas dari kegiatan masyarakat dari kondisi daerah setempat, sehingga faktor-faktor lingkungan dapat dikatakan layak atau tidak untuk didistribusikan air minum. Pengkajian kelayakan lingkungan dilaksanakan dengan memperhatikan atau sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku misal, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam prosesnya IPA banyak menggunakan bahan kimia dimana selain bau juga harus dipikirkan bagaimana dengan limbah kimia yang dihasilkan sehingga tidak mengganggu ekosistem lingkungan yang ada. Bangunan IPA juga menggunakan banyak mesin-mesin seperti pompa, genset yang menimbulkan kebisingan yang sangat mengganggu bagi masyarakat disekitar bangunan. Daya listrik yang digunakanpun sangat besar. Oleh

karena itu bangunan IPA merupakan bangunan vital yang semestinya dilindungi oleh negara, karena merupakan kebutuhan rakyat banyak dan tidak menutup kemungkinan terjadinya sabotase pada bangunan tersebut. Biasanya lokasi bangunan IPA jauh dari pemukiman penduduk, hal ini untuk mencegah hal-hal tersebut diatas.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Skema pengolahan air bersih adalah sebagai berikut : Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb. WTP (Water Treatment Plant/ IPA) Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Adapun tahapan proses per instalasi sehingga dihasilkan air bersih adalah intake dan transmisi, aerasi, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, reservoir, dan pengolahan lumpur. 2. Kriteria Desain Instalasi Pengolahan Air harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya: Air baku dan pompa air baku Perencanaan Unit Paket Kriteria Bak Penampung Dimensi Instalasi Pengolahan Air 3. Manajemen dan perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya terdiri dari : a) diagram alir proses b) diagram perpinstalasi pengolahan airan dan instrumentasi c) perhitungan unit proses dan operasi d) profil hidrolis e) perhitungan mekanikal dan elektrikal f) perhitungan struktur

Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)

g) gambar perencanaan dengan skala yang memadai 4. Dalam memperkirakan biaya rencana pembangunan unit pengolahan air minum diperlukan studi kelayakan yang diperoleh langsung dari survey lapangan dan memerlukan data dari instansi terkait penunjang pembangunan IPA. 5. Dalam pembangunan IPA sangat berpotensi menimbulkan gangguan terhadap masyarakat dan lingkungan, oleh karena itu perlu diperhatikan dampak dan risikonya pula.

DAFTAR PUSTAKA

http://jujubandung.wordpress.com/2012/05/02/unit-unit-instalasi-pengolahan-air-minum/ Unit-unit instalasi pengolahan air minum /25 September 2012 http://aladintirta.blogspot.com/2010/11/studi-kelayakan-sistem-penyediaan-air.html/ Studi Kelayakan Sistem Penyediaan Air Minum/25 September 2012 http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/ Instalasi Pengolahan Air Bersih /25 September 2012 Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air SNI 6774:2008. Badan Standarisasi Nasional. Indonesia Joko,Tri.2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum Graha Ilmu. Yogyakarta .

You might also like