You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Landasan Kultural Pendidikan sebagai Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan. Selain tujuan diatas, makalah ini disusun untuk memberikan sedikit banyak wawasan ilmu tentang hubungan kebudayaan dan pendidikan, sehingga diharapkan dapat menjadi suatu landasan berpijak bagi dunia pendidikan yang berkelanjutan nantinya. Dalam menyusun laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari pihak pihak lain, oleh karena itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak I Wayan Sutama, selaku pembimbing dan sekaligus sebagai dosen mata kuliah Pengantar Pandidikan yang telah sabar dalam memberikan penyelesaian tugas ini. 2. Kedua orang tua yang telah membantu baik secara moril maupun secara materi. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Penyusunan makalah ini menjadi sarana penunjang yang bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa-mahasiswa yang dimana basic dari perkuliahan mereka adalah tenaga pengajar. Selain itu kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Saran dan kritik sangat kami harapkan.

Malang, 23 Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... KATA PENGANTAR........................................................................................................ 1 DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN I. II. III. Latar Belakang............................................................................................ 3 Rumusan Masalah....................................................................................... 4 Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN I. II. Pengertian Landasan Kultural............... Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)................... III. IV. V. VI. Fungsi Landasan Budaya dalam Pendidikan...................... Tujuan Landasan Budaya Pendidikan.......... Nilai-Nilai Budaya dalam Pendidikan................................................ Implikasi Sosial Kultural Bagi Penyusunan Kurikulum.......... 5 7 9 9 9 10

BAB III PENUTUP I. II. Kesimpulan................................................................................................. 12 Saran........................................................................................................... 13

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun formal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung. Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatannya dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan, dan dikehendaki manusia. Pada hakikatnya manusia sebagai mahkluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Salah satu cara untuk memelihara kebudayaan adalah melalui pengajaran. Jadi pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampai, pelestari, dan pengembang kebudayaan.

II. Rumusan masalah

1. Pengertian tentang landasan kultural. 2. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional 3. Fungsi Landasan Budaya dalam Pendidikan 4. Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan 5. Nilai-Nilai Budaya dalam Pendidikan 6. Implikasi Sosial Kultural Bagi Penyusunan Kurikulum

III. Tujuan penulisan makalah

1. Mengetahui pengertian landasan kultural. 2. Mengetahui Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional 3. Mengetahui Fungsi Landasan Budaya dalam Pendidikan 4. Mengetahui Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan 5. Mengetahui Nilai-Nilai Budaya dalam Pendidikan 6. Mengetahui Sosial Kultural Bagi Penyusunan Kurikulum

BAB II PEMBAHASAN

I. Pengertian Landasan Kultural Pengertian Budaya

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, system kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Pengembangan budaya bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi kebudayaan dalam pendidikan bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik dalam budaya bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan atau karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Landasan Budaya(kultural) dalam Pendidikan

Landasan budaya dalam proses pendidikan pada peserta didik secara aktif bertujuan untuk mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
5

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang asing dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya. Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing). Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan juga bahwa yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Jadi Landasan kultural adalah landasan pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, normanorma, dan nilai-nilai baru disebut tranformasi kebudayaan.

Cara-cara untuk mewarisakan kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi didalam keluarga dan nonformal dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan. Pendidikan formal tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik. Anggota masyarakat harus melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi baru sehingga terbentuklah pola tingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-norma, dan nilainilai baru ini disebut tranformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga. Pada masyarakat primitive, transmisi kebudayaan dilakukan secara informal dan nonformal, sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal, nonformal dan formal. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan dan tujuan zaman. Dengan kata lain, sekolah secara seimbang melaksanakan fungsi ganda pendidikan, yakni sebagai proses sosialisasi dan sebagai agen pembaruan.Perlu diketahui bahwa terkadang kedua fungsi tersebut kadang-kadang dipertentangkan, antara penganutpendidikan sebagai pelestarian(teaching as a conserving activity). Yang pertama mengutamakan sosialisasi, bahkan mungkin domestikasi, sedang yang kedua mengutamakan pengembangan dan pembaruan. Di Indonesia tidak memihak salah satu dari kedua pendapat tersebut, namun mengutamakan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara aspek pelestarian nilai-nilai luhur sosial kebudayaan dan aspek pengembangan agar tetap jaya (Sulo Lipu La Sulo, 1990 : 20-21). Hal ini semakin penting mengingat kemajuan teknologi komunikasi yang menyebabkan datangnya pengaruh kebudayaan dari luar semakin deras.

II. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Sisdiknas adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. (UU-RI No.2/1989) Pasal 1 ayat 2. Karena masyarakat Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yang majemuk, maka kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai kebudayaan Nusantara yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu dan yang secara nasional disebut kebudayaan nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang

dalam latar perkembangan yang dinamis seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas bhinneka tunggal ika. Setiap individu yang lahir selalu memasuki lingkungan kebudayaan dan lingkungan alamiah itu, dan menghadapi dua sistem sekaligus yaitu sistem kebudayaan dan sistem lingkungan alam. Individu dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh besar dan kompleksnya kehidupan masyarakat modern dan kecanggihan kebudayaannya. Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang sosial budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan local di dalam kurikulum sekolah. Keragaman sosial budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa dan sastra daerah maupun kemahiran dan keterampilan yang tumbuh dan teerpelihara di suatu daerah tertentu. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik dari setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebhinnekaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan kelangsungan hidup suatu masyarakat adalah kesanggupan dan kemampuan anggotanya untuk mendukung nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pendidikan sebagai sub-sistem masyarakat mempunyai peranan mewariskan, memelihara dan sekaligus sebagai agen pembaharuan kebudayaan. Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatanya dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki manusia. Pada dasarnya pendidikan merupakan unsur dan peristiwa budaya. Pendidikan melibatkan sekaligus kiat dan disiplin pengetahuan mempengaruhi manusia belajar. Pendidikan merupakan proses budaya, yakni generasi manusia berturut-turut mengambil peran sehingga menghasilkan peradaban masa lampau dan mengambil peranan di masa kini dan mampu menciptakan peradaban di masa depan. Dengan kata lain pendidikan memiliki tiga peran, sebagai pewarisan, sebagai pemegang peran dan sebagai pemberi kortribusi. Dengan demikian dapat dipahami pendidikan sebagai aset untuk pemeliharaan masa lampau, penguatan individu dan masyarakat yang sekarang serta sebagai penyiapan manusia berperan di masa datang. Pendidikan sebagai proses upaya pemeliharaan dan peran dalam membangun peradaban pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang tampak seperti bangunan fisik, melainkan meliputi: gagasan, perasaan dan kebiasaan, peran dan alam kehidupan sekarang juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masa yang akan datang, karena pemeliharaan peradaban manusia merupakan tugas tanpa akhir.

III. Fungsi Landasan Budaya dalam Pendidikan

Fungsi landasan budaya dalam pendidikan adalah :

1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa; 2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan 3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

IV. Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan

Tujuan landasan budaya dalam pendidikan adalah :

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; 2. Mengembangkan kebiasaan dan karakter peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa 4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

V. Nilai-Nilai Budaya dalam Pendidikan

Nilai-nilai Budaya yang dikembangkan dalam pendidikan diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

1. Agama : masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu,
9

masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. 2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara. 3. Budaya : sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. 4. Tujuan Pendidikan Nasional : sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga Negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

VI. Implikasi Sosial Kultural Bagi Penyusunan Kurikulum 1. Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial kulturil dari masyarakat. Kurikulum disusun bukan saja harus berdasarkan pada nila-nilai , adat istiadat, cita-cita dari masyarakat, akan tetapi kurikulum harus berlandaskan pada semua dimensi kebudayaan kehidupan keluarga., ekonomi, politik pendidikan dsb. 2. Memperhatikan unsur fleksibel dan bersifat dinamis sehingga kurikulum tersebut senantiasa mengandung relevansi yang tepat dengan masyarakat Konsekwensi logis adalah bahwa kurikulum pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi sesuai dengan perkembangan dan perubahan. Dan revisi sesuai dengan perkembangan dan perubahan social kulturil yang ada pada masa itu
10

3. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial budaya dalam masyarakat. bukan saja dengan maksud untuk membudayakan anak didik akan tetapi sejalan dengan usaha mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Kemajuan dalam bidang teknologi akan memberikan bahan yang memadai dalam rangka penyampaian tehnologi baru kepada para siswa yang sekaligus mempersiapkan para siswa agar mampu hidup dalam tehnologi itu. Dengan demikian sekolah betul-betul dapat mengemban peranan dan fungsinnya sebagai lembaga modernisasi 4. Kurikulum di sekolah-sekolah harus disusun berdasarkan pada kebudayaan nasional yang berlandaskan pada falsafah Pancasila,dimana perkembangaan kebudayaan daerah telah tercakup didalamnya. Integritas kebudayaan nasional akan tercermin dalam isi dan organisasi kurikulum, karena system pendidikan kita bermaksud membudayakan anak didik ita berdasarkn kebudayaan masyarakat dan bangsa kita sendiri. Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan.

11

BAB III PENUTUP

I . Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. 2) Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. 3) Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Apabila kebudayaan berubah maka pendidikan juga berubah, dan apabila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

Jadi Landasan kultural adalah landasan pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilainilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru disebut tranformasi kebudayaan. Kemudian pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata namun memberikan bekal, pengetahuan, serta ketrampilan nilai-nilai untuk hidup, bekerja, dan mencapai perkembangan yang lebih lanjut di masyarakat.Peserta didik berasal dari masyarakat dan mendapatkan pendidikan baik secara formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.

12

II. Saran Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan akan muncul manusia manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan anatar anggota masyarakat. Nilai tersebut dapat bersumber dari Agama,budaya,politik atau segi-segi kehidupan lainnya sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilkai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat

13

DAFTAR PUSTAKA : Tirtarahardja, umar dan sulo,la. 2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/landasan-kultural-pendidikan.html http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/14/landasan-pendidikan-di-indonesia/ http://inifisikablog.blogspot.com/2012/06/blog-post.html http://www.scribd.com/doc/77549315/81/Landasan-Kultural

14

You might also like