Professional Documents
Culture Documents
RANGKUMAN
Disusun Oleh:
No. Absen :
NIM : 2006-41-236
Kelas : D (pagi)
Modul : 1
Konsep-konsep Pemikiran
Tentang Filsafat
PENDAHULUAN
Maunusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena dia diberi
akal. Akal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya,
membedakan manusia dengan binatang. Dengan akalnya manusia berpikir, bahkan sering
dijumpai dalam komunikasi sehari-hari muncul istilah “orang itu tidak punya pikiran”,
ini sebagai analogi bahwa pikiran sama dengan akal.
Dengan akhirnya mencari tahu. Inilah asal mula pengetahuan, yaitu adanya
keingintahuan manusia. Ketika manusia berpikir, dari mana dia ada, untuk apa dia ada,
dan kemana setelah tiada? Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab dengan segera dan
spontan, tetapi membutuhkan pemikiran secara mendalam, membutuhkan perenenungan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat filsafat. Jawabannya membutuhkan pemikiran
filsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam tentang segala sesuatu sejauh akal
manusia dapat menjangkaunya.
KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian Filsafat
Secara etimologis (ilmu asal usul kata) kata filsafat berasal dari bahasa Yunani
philosophia. Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu philein yang berarti mencintai atau
philia yang berarti cinta serta sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Dari
bahasa Yunani ini melahirkan kata dalam bahasa Inggris philosophy yang diterjemahkan
sebagai cinta kearifan/kebijaksanaan. Cinta dapat diartikan sebagai suatu dinamika yang
menggerakan subjek untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi
objeknya. Sedangkan kearifan atau kebijaksanaan dapat diartikan ketepatan bertindak.
Dalam bahasa Inggris dapat ditemukan kata policy dan wisdom untuk menyebut
kebijaksanaan. Namun yang sering dipergunakan dalam filsafat adalah kata wisdom dan
lebih ditujukan pada pengertian keaifan.
Contoh: seorang ibu yang tiba-tiba mendapat berita kematian putrinya yang
pramugari.
Seorang ibu yang mampu berpikir secara mendalam dan menyeluruh dalam
menghadapi musibah tersebut akan dapat bersikap dewasa, dapat mengontrol dirinya
dan tidak emosional. Sikap kedewasaan secara kefilsafatan adalah sikap yang
menyelidiki secara kritis, terbuka dan selalu bersedia meninjau persoalan dari semua
sudut pandangan.
Apakah keadilan itu Ada perbedaan antara pertanyaan filsafat dengan pertanyaan
bukan filsafat?
Menurut Descrates ada beberapa tahapan untuk memulai perenungan filsafat, yaitu:
apabila seseorang menyadari bahwa ada sesuatu masalah, maka orang tersebut
akan mencoba untuk memikirkan penyelesaiannya.
d. mengajukan hipotesis
e. menguji konsekuensi-konsekuensi
f. menarik kesimpulan
kesimpulan yang diperoleh dapat merupakan masalah baru untuk diuji kembali
dan seterusnya.
Teori-teori Filsafat
Pengertian teori (dari bahasa Inggris theory, bahasa Latin theoria, dan bahasa
Yunani theoreo yang berarti melihat atau thorus yang berarti pengamatan) menurut
kamus umum bahasa Indonesia (1995;1041) adalah:
A. THALES (abad ke 6)
Menurut Thales arkhe dalam semesta adalah air. Semuanya berasal dari air dan
semuanya kembali menjadi air (K. Bertens, 1975:26).
Alasan Thales mengemukakan air sebagai zat asali alam semesta, karena bahan
makanan semua makhluk memuat zat lembab dan juga benih pada semua makhluk
hidup. Teori tentang alam semesta ini barangkali terlalu sederhana, namun pada saat
itulah untuk pertama kalinya manusia berpikir tentang alam semesta dengan
menggunakan rasio.
Seluruh jalan kebenaran bersandar pada satu keyakinan: yang ada itu ada, itulah
kebenaran.
Kedua pengertian di atas sama-sama mustahil, yang tidak ada tidak dapat
dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.
D. SOCRATES
Dari pengertiannya tentang ide umum dan ide konkret, dapat disimpulkan bahwa
menurut Plato realitas sebenarnya terdiri dari dua dunia. Satu dunia mencakup benda-
benda jasmani yang dapat ditangkap oleh panca indera. Pada tahap ini semua realitas
berada dalam perubahan. Contoh: baju yang sekarang dipakai rapid an bersih, besok
sudah lusuh dan kotor. Karena itu ada suatu dunia lain, yaitu dunia ideal, yaitu dunia
yang terdiri ide-ide. Dalam dunia ideal ini tidak ada perubahan, dan sifatnya abadi.
1. logika
2. filsafat alam
3. psikologi
4. biologi
5. metafisiska
6. etika
7. politik dan ekonomi
8. retorika dan paetika
teori Aristoteles tentang gerak dapat dipahami melalui contoh berikut ini, yaitu air
dingin menjadi panas. Gerak berlangsung antara dua hal yang berlawanan antara
panas dan dingin. Namun ada sesuatu hal yang dulunya dingin kemudian menjadi
panas. Dengan demikian ada 3 faktor dalam setiap perubahan, yaitu:
RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V
Tahun Akademik 2007/2008
Disusun Oleh:
Nama : Nabilla Fuadillah Alhumaira
No. Absen : 24
NIM : 2006-41-251
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 2
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next
(transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).
1. Komunikator.
2. Pesan.
3. Media.
4. Komunikan.
5. Efek.
Komunikasi sebagai suatu ilmu ditandai dengan ciri ada objek tertentu,
sistematis, universal dan mempunyai metode tertentu. Objek material
komunikasi adalah perilaku manusia baik sebagai individu, kelompok atau
masyarakat. Sedangkan objek formalnya adalah situasi komunikasi yang
mengarah pada perubahan sosial termasuk perubahan pikiran, persamaan,
sikap dan perilaku individu, kelompok, masyarakat dan pengetahuan
kelembagaan.
1. Bidang komunikasi.
2. Sifat komunikasi.
3. Tatanan komunikasi.
4. Tujuan komunikasi.
5. Fungsi komunikasi.
6. Teknik komunikasi.
7. Metode komunikasi.
POKOK PIKIRAN FILSAFAT KOMUNIKASI
1. Dimensi fisik.
2. Dimensi sosial-psikologis.
Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah
unsur gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang
mendistorsi pesan. Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila
pesan yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang
diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa ganguan fisik (ada suara
dari selain komunikator), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala
komunikator-komunikan) serta gangguan semantik (salah mengartikan makna).
(Devito, 1997:29).
Macan Definisi Contoh
Fisik Interferensi dengan transmisi fisikDesingan mobil yang lewat,
isyarat atau pesan lain. dengungan komputer, kaca mata.
1. Metafisika
Menurut Richard Lanigan, metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi
teori tentang realita. Berkaitan dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan
dengan hal-hal berikut :
(Effendi 1993:324)
3. Aksiologi
4. Logika
Dasar
Pebenaran Benar atauIlmu
salah Pengetahuan
Pikiran
Kecocokan Baik danKeserasian
buruk
FILSAFAT Keindahan
ETIKA
Indah atau
Kesenian
Kehendak jelek
ESTETIKA
Perasaan
Manusia adalah makhluk yang berpikir. Sedangkan komunikator manusia
akan mengomunikasikan hasil berpikirnya kepada orang lain dalam bentuk
pesan. Pesan komunikasi mempunyai dua aspek, yaitu isi pesan dan lambing.
Dalam pesan diperlukan bahasa, sebab tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan
tidak mungkin dikomunikasikan.
1. Ciri-ciri fisik.
2. Ciri-ciri sosial.
RANGKUMAN
Disusun Oleh:
No. Absen : 30
NIM : 2006-41-282
Kelas : D (pagi)
Modul : 3 dan 4
Pengertian Etika
Menurut William Benton, dalam encyclopedia Britannica adalah studi yang
sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya atau
tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya didalam
segala hal disebut juga filsafat moral
Dari pengertian diatas, kata etika sering juga diartikan dengan moral. Kedua
pengertian itu (etika dan moral) sering kali diidentikkan, padahal sesungguhnya kedua
kata itu dalam penggunaannya dapat dibedakan. Etika lebih ditujukan pada suatu system
pengkajian, suatu sudut pandangan yang dalam islam dikenal Ilmu Akhlak. Sedangakn
moral ditujukan kepada suatu yang dikaji atau tingkah laku perbuatan itu sendiri,
didalam Islam sering disebut akhlak. Karena itu etika disebut juga filsafat kesusilaan atau
filsafat moral, yang berarti filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan nilai baik-
buruk, sehingga etika merupakan filsafat yang sifatnya praktis. Pengertian antara etika
dan moral dapat dipisahkan, tetapi dalam penggunaanya antara keduanya akan saling
beriringan.
1. Etika Deskriptif
Dalam pengertian ini etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang
membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Etika Normatif
Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau
norma –norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan
tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika normative ini berusaha mencari
ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku.
3. Etika Kefilsafatan
Franz Magnis Suseno dalam buku Etika dasar menyebut ada beberapa jenis
norma. Norma adalah peraturan atau pedoman hidup tentang bagaimna seyogianya
manusia harus bertingkah laku dan berbuat dalam masyarakat.
Mazhab-mazhab Etika
Pengertian mazhab menurut kamus bahasa Indonesia dapat berarti :
1. haluan atau aliran mengenai hokum fikih yang menjadi ikutan umat Islam.
Kecenderungan umat islam di Indonesia banyak yang mengandung mazhab
syafii.
2. golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran atau aliran tertentu di bidang
ilmu, cabang keseniaan, dan sebagainya dan yang berusaha memajuakan hal itu
etika selalu berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk, antara hal-hal yang
susila dan tidak susila, ataupun antara hal-hal yang tidak boleh dilakuakn maupun
yang boleh dilakuakan.
b. Eudaemonisme
Berasal dari bahasa Yunani eudemonia yang berarti bahagia atu
kebahagiaan yang lebih tertuju pada rasa bahagia. Tujuan eudaemonisme
adalah memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan badaniah maupun
kebahagiaan rohaniah.
Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan tercapai dalam kegiatan yang
merealisaikan bakat-bakat dan kesenangan manusia, setiap manusia harus
hidup dengan mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada dirinya
sehingga dengan demikian kebahagiaan yang merupakan tujuan utama akan
tercapai.
2. Deontologisme
Deontologisme berpendapat bahwa baik buruknya atau benar salahnya suatu
tindakan tidak di ukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya melainkan
berdasarkan sifat-sifat tertentu dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan.
Bentuk deontologisme ada 2 yaitu
a. Deontologisme tindakan
Tema sentarlnya adalah baik dan buruknya suatu tindakan dapat dapat
dirumuskan atau dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada
peraturan umum.
b. Deontologisme peraturan
Kaidah yang berlaku adalah baik dan buruknya suatu tindakan diukur
pada satu atau beberapa peraturan yang berlaku umum, dan bersifat mutlak,
tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan itu.
3. Utilitarianisme
Mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan seseorang diukur dari
akibat yang ditimbulkannya.
Ada 2 bentuk utilitarianisme, yaitu :
a. Utilitarianisme tindakan
Bentuk ini menganjurkan agar segala tindakan manusia akan
mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan akibat baik yang sebesar mungkin.
Semua cara harus ditempuh dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari
tindakan tersebut.
b. Utilitarianisme peraturan
Semboyan dari utilitarianisme peraturan adalah bertindaklah selalu sesuai
dengan kaidah-kaidah yang penetapannya menghasilkan kelebihan akibat-
akibat baik yang sebesar mungkin dibandingkan dengan akibat-akibat buruk.
4. Theonom
Mazhab ini mengatakan bahwa kehendak Allah adalah merupakan ukuran
baik buruknya suatu tindakan
Ada 2 macam teori ini, yaitu :
a. Teori theonom murni
Kaidah umum yang berlaku dalam teori ini adalah suatu perbuatan
dianggap benar atau susila apabila sesuai dengan kewajiban-kewajiban
yang diperintahkan Allah kepada manusia
b. Teori umum kodrat
Sesuai dengan hokum kodrat bahwa Allah menciptakan manusia, dan
memang keberadaan manusia sudah dikhendaki oleh Allah. Manusia didunia
diberi kebebasan untuk menjalankan apa yang baik bagi dirinya, karena itu
kebaikan dari suatu perbuatan tergantung dari manusia itu sendiri, tergantung
apakah perbuatan itu dapat mewujudkan nilai-nilai manusiawi atau tidak.
1. Perspektif politik
Karl Wallace memandang ada 4 nilai yang mendasar bagi berlangsungnya
system politik Amerika :
a. penghormatan atau keyakinan akan wibawa dan harga diri individual
b. keterbukaan atau keyakinan pada pemerataan kesempatan
c. kebebasan yang disertai tanggung jawab
d. keyakinan pada kemampuan setiap orang untuk memahami hakikat
demokrasi
3. Perspektif Dialogis
Komunikasi insani bukanlah jalur satu arah, melainkan transaksi dialog dua arah.
Dialog tampaknya paling mungkin berkembang dalam situasi komunikasi pribadi,
dua orang, berhadap-hadapan, lisan, yang berlangsung, meskipun sebentar-sebantar,
selama periode panjang
Thomas Nilsen mengatakan bahwa untuk mencapai komunikasi antar rasional
yang etis perlu dipupuk sikap-sikap berikut ini:
a. penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status
atau hubungan dengan pembicara
b. penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud, dan integritas orang lain
c. sikap suka memperbolehkan, keobjektifan dan keterbukaan pikiran, yang
mendorong kebebasan berekspresi
d. penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional terhadap berbagai
alternative.
e. Terlebih dahulu mendengarkan dengan hati-hati bersimpati sebelum menyatakan
persetujuan atau ketidaksetujuan
4. Perspektif Situasional
Factor situsional atau kontekstual konkret yang mungkin relavan bagi penilaian
etika yang murni situasional antara lain :
a. peran atau fungsi komunikator terhadap khalayak
b. standar khalayak mengenai kelogisan dan kelayakan
c. drajat kesadaran khalayak tentang cara-cara komunikator
d. tingkat urgensi untuk pelaksanaan usulan komunikator
e. tujuan dan nilai khalayak
f. standar khalayak untuk komunikasi etis
5. Perspektif Religius
Kitab suci seperti Al-Qur’an, Injil, dan Taurat dapat dipakai sebagai standar
mengevaluasi etika komunikasi. Dalam kitab suci telah jelas tertulis apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dan apa yang tidak boleh dilakuakn oleh
manusia.
6. Perspektif Utilitarian
Criteria yang digunakan dalam menilai etika komunikasi adalah :
a. adanya kegunaan
b. adanya kesenangan
c. adanya kegembiraan
d.
7. Perspektif Legal
Pelaku komunikasi yang legal yaitu yang sesuai dengan peraturan yang berlaku
dianggap perilaku komunikasi yang etis.
HAKIKAT KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA
Komunikasi merupakan hal yang mat penting dalam kehidupan manusia. Seperti
pendapat Ashley Montagu yang dikutip oleh Jallaludin Rakhmat dalam bukunya yang
berjudul “psikologi komunikasi” bahwa kita belajar menjadi manusia melalui
komunikasi. Seorang bayi hanyalah seonggok daging sampai dia belajar mengungkapkan
perasaan dan kebutuhannya melalui senyuman, tangisan atau tendangan
Modul ini terdiri dari tiga (3) pokok kegiatan belajar, yaitu manusia sebagai
pelaku komunikasi, kegunaan komunikasi dalam kehidupan manusia, dan komunikasi
untuk aktualisasi diri.
A. KONSEPSI MANUSIA
Onong Uchyana Effendi dalam bukunya yang berjudul “ilmu teori dan filsafat
komunikasi”, ada 3 jenis makhluk di alam ini
1. yang paling rendah tarafnya adalah tumbuhan yang memiliki anima avegetativa
atau roh vegetatif dengan fungsi yang terbatas pada makan, tumbuh menjadi
besar, dan berkembang biak.
2. yang lebih tinggi tarafnya adalah binatang yang memiliki 2 jenis anima yaitu
anima vegetative dan anima sensitive, sehingga selain menjadi besar dan
berkembang biak, juga memiliki perasaan, naluri, nafsu, mampu mengamati,
bergerak dan bertindak.
3. yang paling tinggi tarafnya adalah anima intelektive yang hanya dimiliki
manusia, sehingga selain mampu menjadi besar, berkembang biak, bernafsu,
bernaluri, bergerak, bertindak, juga mampu berpikir dan berkhendak
2. Paham Idealisme
Paham ini memandang manusia adalah manusia, karena dia berfikir, memiliki
ide, dn karena dia sadar akan dirinya.
3. Paham Eksistensialisme
Paham ini berpendapat bahwa manusia tidak saja berada di dunia, tetapi juga
menghadapi dunia dan benda-benda lainnya didunia. Lebih jauh lagi dia mengerti
arti dari benda-benda yang dihadapinya. Manusia juga mengerti arti hidup. Itu
semua berarti bahwa manusia adalah subjek. Subjek artinya sadar, sadar akan
dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Paham ini menentang
paham matrelialisme dan paham idealisme. Paham matrelialisme yang hanya
memandang manusia sebagai objek saja, dianggap lupa bahwa benda-benda
didunia menjadi objek karena adanya subjek. Sedangkan paham idealisme yang
hanya memandang manusia sebagai subjek saja, dianggap lupa bahwa manusia
berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan lingkungannya.
Selain konsep manusia yang dilahirkan oleh ketiga paham tersebut di atas,
ada empat pendekatan yang digunakan oleh pakar psikologi, dalam memandang
konsep tentang manusia.
a. Homo Volens (manusia berkeinginan)
Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan
oleh keinginan-keinginan terpendam.
b. Homo Sapiens (manusia berfikir)
Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya, makhluk
yang selalu berusaha memahami lingkungannya.
c. Homo Mechanicus (manusia mesin)
Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan
semuanya oleh lingkungan atau seluruh perilakunya sebagai pengaruh
lingkungan. Pendekatan ini juga memandang manusia sebagai makhluk
yang begitu plastis mudah dibentuk menjadi apapun oleh lingkungan.
d. Homo Ludens (manusia bermain)
Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya.
A. INTERAKSI
Manusia menggunakan komunikasi sebagai alat untuk menghubungkan dirinya
dengan dunia luar, juga sebagai alat untuk menyatakan keinginannya atau
mengekspresikan dirinya dan mempengaruhi orang lain.
Interaksi yang terjadi antara pihak-pihak yang berkomunikasi, dapat berbentuk :
1. Interaksi antara Individu dengan Individu
Seperti telah dijelaskan bahwa interaksi terjadi apabila seseorang berkomunikasi
dengan orang lain.
B. KEBUTUHAN DASAR
Sebagai makhluk social, manusia selalu membutuhkan orang lain. Sejak lahir
manusia membutuhkan hubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya baik biologis seperti makanan, minuman dan lainnya seperti perhatian,
kasih saying,penghargaan dll. Sebagai contoh seorang bayi akan menangis,
menendang sebagai cara untuk mengkomunikasikan kebutuhannya, kemudian orang
sekitarnya terutama ibunya akan memberi makna dari pesan tersebut, apakah lapar,
haus, basah atau ingin bermanja
Kebutuhan-kebutuhan ini dapat terpenuhi apabila kondisi lingkungan sekitar
dan keadaan social dalam masyarakat memungkinkan seseorang termotivasi untuk
mencapai kebutuhannya (Goble, 1987:69-79)
Seorang antropolog terkenal bernama Ashley Montagu menyatakan bahwa :
“The most important agency through which the child learns to be human is
communication, verbal also non verbal” ( dikutip oleh rakhmat, 1992:2)
A. PENGERTIAN
Moslow berpendapat bahwa pribadi yang teraktualisasikan dapat didefinisikan
sebagai penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas,
potensi-potensi dan sebagainya. Pribadi yang teraktuliasasikan tidak memiliki
kecenderungan kearah gangguan psikologis, neurosis atau psikosis (Goble,1987:48)
RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V
Disusun Oleh:
Nama : Dian Juliyani
No. Absen : 43
NIM : 2006-41-411
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 5
b. Televisi
Televisi memiliki beberapa kelebihan yaitu memiliki gambar yang hidup tidak
seperti surat kabar. Kekurangannya, siaran televisi bersifat sepintas lalu, kadang-kadang
ada gangguan penerimaaan sehingga tidak sempurna, perhatian penonton televisi tidak
dapat dibagi-bagi misalkan sambil kerja, sambil masak, sambil mencuci, dll.
c. Radio
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui radio diungkapkan dalam bentuk
suara dan bunyi, tidak ada gambar seperti televisi. Kelebihannya, pesan komunikasi
dapat ditata sedemikian rupa dengan efek suara yang tepat sehingga dapat menimbulkan
kesan yang diinginkan. Keunggulan lainnya adalah para pendengar radio dapat
menikmati siaran radio sambil mengerjakan pekerjaan yang lain.
d. Film
Film yang dimaksud di sini adalah film yang ditayangkan di gedung bioskop.
Kelebihan media film selain memiliki gambar dan suara, juga penggunaan gedung
khusus yang dapat ditata untuk menimbulkan efek tertentu. Kekurangannya komunikan
harus datang khusus ke tempat tertentu untuk menyaksikannya.
A. PELUBERAN INFORMASI
Perkembangan media komunikasi akan menambah jumlah jenis media
komunikasi dan juga jumlah pesan komunikasi yang ada. Hal ini menyebabkan suatu
kondisi yang disebut dengan “peluberan informasi”. Sejalan dengan bertambahnya media
komunikasi maka voleme pesan komunikasi yang disalurkan juga meningkat.
RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V
Disusun Oleh:
Nama : Shannas Nadia
No. Absen : 69
NIM : 2006-41-779
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 6
silang pendapat para ahli pikir di zamannya tentang pemberian legitimasi terhadap
Sejak zaman Plato (429-397 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) pemikiran-
pemikiran telah mulai darahkan kepada kemakmuran negara dan kebijakan penguasa
mengilhami para ahli pikir di abad tiga belas dan tujuh belas, yang pada dasarnya
penguasa, khususnya berada pada raja dan keluarga raja. Sistem authoritarianism
bagaimana ruang gerak individu dalam hidup bernegara dan bagaimana sikap Negara
terhadap kebebasan individu. Dalam hal ini tercakup sifat manusia, sifat masyarakat,
hubungan antara manusia dengan Negara dan filosofi yang mendasar, sifat pengetahuan
C.Simbol-simbol Kekuasaan.
c.Orientasi kewilayahan.
Agung” atau Magna Charat pada tahun 1225 yang berisi pengakuan raja absolut atas
untuk memasarkan ide, pemikiran, gagasan, dan keinginan terutama yang ditransformasi
melalui media massa. Kebebasan berkomunikasi mendapat jaminan dari penguasa, hal
ini berdasar kepada pemikiran bahwa hak-hak berkomunikasi merupakan bagian dari
hukm Komunikasi)
Dalam kajian teoritis bahwa proses komunikasi yang efektif apabila terjadi proses
diri komunikasi.
Sistem komunis tidak lepas dari orientasi pencapaian tujuan sistem yaitu
terwujudnya masyarakat komunis. Karakter yang muncul dalam system komunis, yaitu:
1.Sentralisasi kekuasaan.
semua feedback atau respons hakikatnya berasal dari partai sebagai lembaga
rasionya, maka mempunyai persepsi yang dapat membedakan mana hal-hal yang
bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat. Berlandas pada ilmu pengetahuan maka
B.Sistem Pancasila
Pengelola media massa di Indonesia berakar pada tata nilai, budaya bangsa yang
massa ini bersandar pada Pasal 28 UUD 1945 yang pada intinya mengatur hal-hal yang
Apabila kita kaji secara mendasar bagaimana konsep Pancasila, maka akan
tampak jelas bahwa kebebasan yang tumbuh berkembang selalu berlandas pada etika
RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V
Disusun Oleh:
Nama : Novena Sandy
No. Absen : 26
NIM : 2006-41-260
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas
Terbuka
Modul : 7
Wujud yang pertama bersifat ideal dan abstrak yang berada dalam
angan-angan atau cita-cita. Dalam fungsi adat terdiri dari beberapa
lapisan, dari yang paling abstrak dan luas, sampai yang paling konkret
dan terbatas. Lapisan yang paling abstrak adalah sistem nilai budaya.
Lapisan berikutnya, ialah sistem norma adalah lebih konkret. Sistem
hukum yang bersandar norma-norma adalah lebih konkret lagi.
Sedangkan peraturan-peraturan khusus yang mengatur berbagai
aktifitas sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, merupakan lapisan
adat yang paling konkret tetapi terbatas ruang lingkupnya.
Wujud kedua, sering disebut sistem sosial, yaitu yang terdiri dari
aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta
bergaul antara satu dengan yang lainnya menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan pada adat tata kelakuan.
Wujud ketiga, yaitu benda-benda hasil karya manusia yang disebut
dengan benda kebudayaan. Produk ini lebih konkret karena dapat
dilihat, diraba, dan dirasakan. Ketiga wujud kebudayaan yang telah
diuraikan diatas dalam kenyataan empiris merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
Sifat-sifat dasar yang tampak dari keragaman etnik kultur
dikemukakan oleh Pierre L. Van De Berghe dalam bukunya “Pluralism
and The Polity: A Theoritical Exploration” sebagai berikut :
1. Terjadinya segmentasi kedalam bentuk kelompok-kelompok yang
sering kali memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu sama
lain;
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplementer;
3. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya
terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar;
4. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik diantara
kelompok yang lain;
RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V
Disusun Oleh:
Nama : Angga Puspita
No. Absen : 29
NIM : 2006-41-276
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 8
1. Homophily
Proses komunikasi akan efektif jika komunikator dan komunikan mempunyai
derajat dan kapasitas atau status yang sama, baik dari sisi pengetahuan, norma-norma,
lingkungan sosial maupun pola kepercayaan dan pola keyakinan, dan lain-lain.
Kesamaan ini oleh Rogers dan Shoemaker disebut homophily. Berasal dari kata homolos
dari bahasa Yunani Kuno yang artinya semacam atau sama (equal).
Kondisi homophily ditujukan kepada masyarakat sederhana dalam kualitas kehidupan
struktur sosialnya atau masyarakat ”solidaritas” menurut Durkheim atau masyarakat
Gemeinschsft menurut Ferdinand Tonnies.
Pesan-pesan yang dipertukarkan cenderung ke monomorphic atau satu macam isi
komunikasi. Terutama berkaitan dengan tingkat kepentingan masyarakat dalam skala
kecil pada dasarnya tentang garizah pokok.
Monomorphic dapat pula dijadikan tolak ukur kapasitas rujukan seseorang.
Kondisinya cenderung konservatif kurangnya kecenderungan terhadap perubahan,
karena terbatasnya dorongan dari dalam (inner power) jiwa setiap individu.
2. Heterophily
Menunjukkan keragaman individu-individu yang mengadakan interaksi baik dalam
sistem nilai, pendidikan, status, dan lain-lain.
Ditujukan pada masyarakat organis atau masyarakat yang telah memiliki pembagian
kerja, tampak kelengkapan struktur organisasinya menurut Durkheim, atau masyarakat
Gesselschaft menurut Tonnies. Cenderung individualistis, serta orientasi berpikir
cenderung ke perolehan keuntungan bagi dirinya, setiap tindakan diukur dengan
keuntungan material.
Materi komunikasi bersifat polymorphic atau pesan komunikasi lebih dari satu
macam.
Masyarakatnya dihadapkan pada problema menginterpretasikan dan
menstrukturisasikan pesan-pesan komunikasi yang dapat memenuhi seluruh tingkat
kepentingan, serta terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan frekuensi pesan-pesan
komunikasi.
1. Problema Homophily
Secara filsafi kondisi ideal harmonis yang menjadi tujuan komunikasi hanya bersifat
semu. Karena keharmonisan diwujudkan oleh pola keyakinan seperti ideologi yang
distrukturisasikan ke dalam struktur kekuasaan, akan melahirkan sifat-sifat totaliter,
sentralisasi sumber-sumber komunikasi, dan tidak mengembangkan toleransi.
Monomorphic sebagai muatan ideologis dalam satu arah tujuan yaitu terwujudnya
masyarakat berdasar ideologi tersebut. Contoh Marxisme sebagai ideologi komunis oleh
Karl Marx.
Usaha keseragaman dapat terjadi rintangan-rintangan, disebabkan beberapa faktor,
yaitu faktor dalam karena ragam pola kepercayaan, faktor interes subjektif, maupun
faktor dari luar yakni masuknya pola keyakinan luar ke dalam struktur sistem nilai,
struktur sistem sosial dan sistem kekuasaan yang bersifat ideologis.
Homophily yang berdasar pola keyakinan ideologis terbuka kemungkinan untuk
berubah, apabila ada nilai-nilai atau pola keyakinan lain yang lebih baik.
2. Problema Heterophily
Problema heterophily adalah masalah integratif, masalah kesatuan dan persatuan atau
masalah menstrukturisasikan simbol-simbol komunikasi ke dalam struktur tertentu yang
dapat mengayomi simbol-simbol komunikasi yang beragam. Kecenderungan problema
heterophily, yaitu:
1. Kemungkinan yang bersifat positif terjadi konsensus antarpluralis atau antaretnis;
Terjadi bila berlangsungnya proses diskusi yang mengaitkan kepentingan etnis kultur
atau pluralis. Hal ini merupakan faktor terwujudnya sifat integratif, dan dapat
melahirkan pola-pola keyakinan baru yang diakui dan dijunjung tinggi bersama,
sehingga ideal komunikasi secara filosofis dapat didekati.
2. Kemungkinan terjadi alternatif kecenderungan dalam kondisi kompetisi dapat
bersifat positif, dapat pula ke arah negatif;
Positif bila terjadi peningkatan dinamika interaksi dan berkembangnya transaksi-
transaksi komunikasi secara kuantitatif maupun kualitatif. Negatif bila seluruh
pluralis atau etnis terdapat kecenderungan saling mendominasi.
3. Kemungkinan ke arah konflik antarpluralis atau antaretnis kultur;
Terjadi saat masing-masing mengisolasi diri dari pengaruh nilai-nilai luar etnisnya
atau setiap pluralis atau etnis tidak mengembangkan sifat-sifat toleransi.
1. Simbol Verbal
Secara epistemologis simbol verbal berkaitan dengan tingkat kapasitas dan rujukan
yang dimiliki manusia, dalam artian bahwa penggunaan simbol ini tidak dapat
digeneralisasikan ke dalam suatu standar tertentu.
Simbol verbal lebih bersifat ekspresif dan memberi dampak imajinasi yang relatif
kuat. Dan berada dalam kualitas abstrak di mana individu mempunyai tingkat
penginderaan skup kecil dan terbatas.
Simbol verbal dalam mentransformasikan produk pemikiran dan perasaan, menurut
tingkatan kualitas sasaran, tetap memerlukan suatu proses formulasi atau proses
encoding yang lebih jelas dan konkret, sebagai aktivitas menginterpretasikan dan proses
penyesuaian antar kualitas rujukan.
Abstraksi sasaran yang disebut ”Frame of reference” dan “Field of experiencs”
dikualifikasikan dalam tiga tingkatan:
1. Tingkat kualitas optimal.
• kuantitas dan kulitas produk penginderaan dalam frekuensi tinggi
• latar belakang: status, pendidikan, sifat integratif terhadap nilai-nilai dan
norma
• topik bersifat polymorphic kualitas tinggi dan bervariasi.
• Contoh: lingkup kenegaraan, mimbar ilmiah, seminar, diskusi panel,
konferensi, dan lainnya.
2. Simbol Gambar-gambar
Bersifat visual, merupakan simbol komunikasi yang dapat membantu meringankan
sasaran (komunikan) dalam bekerjanya proses imajinasi untuk memahami transformasi
muatan komunikasi melalui gambar-gambar.
Lebih mendekati tingkat konkritual. Membentuk persepsi yang sama bagi sasaran,
walaupun pada saat tertentu kualitas persepsi dan kemampuan interpretasi akan terdapat
perbedaan, sesuai kapasitas dan kualitas rujukan komunikan (heterophily).
3. Simbol-simbol Lain
Yaitu simbol isyarat dan gerak-gerik, yang biasa digunakan dalam hal-hal tertentu
yang hanya dapat dipahami oleh individu-individu yang terlibat dalam proses
komunikasi.
Simbol isyarat merupakan simbol khusus karena dalam memahaminya perlu suatu
konsensus penafsiran. Simbol-simbol isyarat dapat pula digunakan dalam masalah
sekuriti, keamanan negara, keselamatan rakyat.
Gabungan antara simbol isyarat dan gerak-gerik dimanfaatkan untuk
mentransformasikan pesan-pesan komunikasi secara luar biasa (tuna netra, tuli bisu).
RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V
Disusun Oleh:
Nama : Donna A.
No. Absen : 52
NIM : 2006-41-537
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 9