Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan orang-orang. Adanya
sebagai suatu sistem yang terdiri dari pola akivitas kerjasama yang dilakukan secara
teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.
Organisasi sebagai sistem terbuka selalu peka dan berupaya untuk selalu
eksternal seperti selera konsumen, teknologi sosial budaya. Organisasi yang bersifat
merasa bahwa perubahan tersebut begitu mendadak dan mereka merasa belum ada
kesiapan maka dapat menimbulkan stress bagi anggota kelompok. Luthan (1992)
Akper BTH telah berdiri sejak tahun 1993, berada di bawah naungan Depkes
dan telah menyelenggarakan pendidikan diploma sampai dengan tahun 2005. Sejak
tahun 2005 Akper BTH berubah menjadi STIKes BTH dan berada di bawah naungan
Dirjen Dikti. Pada saat terjadinya perubahan bentuk organisasi banyak karyawan dari
Akper yang merasa tidak nyaman. Banyak karyawan yang menginginkan agar tetap
dalam bentuk diploma tetapi tidak mampu berbuat apa-apa karena keputusan
dahulu.
Setelah berlangsung sekitar lebih dari enam bulan, penulis menemukan ada
organisasi. Tetapi banyak karyawan yang belum mampu beradaptasi. Hal tersebut
selesai dalam waktu 1 minggu ternyata molor menjadi 2 minggu. Dari hasil
wawancara terhdap 3 orang karyawan, mereka menyatakan rasa bingung, tidak tahu
apa yang harus dikerjakan. Bentuk perilaku yang ditunjukkan adalah sering mangkir
dari pekerjaan misal beralasan sakit atau datang terlambat. Ketika ditanyakan secara
individu dengan posisi penulis sebagai teman mereka mengatakan bahwa mereka
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
ketidakseimbangan fisik dan psikis dalam diri seseorang akibat dari faktor
lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain (Szilagyi, 2000). Stress biasanya
dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Sering dikira disebabkan oleh sesuatu yang
buruk, dan disebut sebagai distress. Tetapi ada juga stress yang positif, yang
disebabkan oleh sesuatu yang baik, misal dipromosikan untuk kenaikan pangkat
proses psikologis, akibat dari setiap tindakan lingkungan, situasi, atau peristiwa yang
pakar stress, Dr. Hans Selye, memperkenalkan stress sebagai suatu rangsangan dalam
Menurut Dr. Hans Selye ada tiga tingkatan yang berbeda dari respon atau
dan peredaan (exhaustion), digambarkan dalam bentuk seperti gambar 2.1 berikut ini.
menurut Minner (1988) dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu faktor yang
bersumber dari luar individu dan dari dalam individu itu sendiri. Sumber stress yang
berasal dari dalam individu itu sendiri disebabkan karena kepribadiannya Tipe A,
adanya kebutuhan, nilai, tujuan, umur dan kondisi kesehatannya saat sedang
menghadapi stress.
Penyebab dari luar individu dibedakan lagi menjadi stress yang bersumber
dari dalam organisasi dan dari luar organisasi. Faktor dari dalam organisasi dapat dari
faktor lingkungan fisik seperti cahaya yang terlalu terang, situasi yang gaduh dan
temperatur yang terlalu panas. Faktor dari pekerjaan meliputi adanya konflik peran
(memiliki beberapa peran yang saling bertentangan), tidak jelasnya tugas dan
tanggung jawab seseorang, beban tugas yang melebihi batas kemampuan seseorang,
adanya rasa tanggung jawab yang terlalu tinggi terhadap tugas dan adanya desakan
waktu untuk penyelesaian suatu tugas. Demikian juga faktor dari kerja kelompok
seperti norma-norma yang dianut kelompok yang harus dipatuhi oleh anggota
dari atasan, struktur organisasi yang terlalu birokratis dan gaya kepemimpinan yang
tidak sesuai dengan kondisi dan karakteristik dari bawahan. Akhirnya faktor karier
juga dapat menimbulkan adanya stress yaitu saat-saat awal dari seseorang memasuki
Faktor dari luar organisasi yang dapat menyebabkan terjadinya stress antara
lain adalah keadaan keluarga yang tidak harmonis, hubungan dengan masyarakat
yang tidak baik serta kondisi keuangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
1. Gejala Fisiologis
Gejala fisiologis menjadi hal yang mendapat perhatian paling banyak dari para
ahli. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai topik penelitian yang dilakukan
oleh para spesialis dalam ilmu kedokteran dan kesehatan. Penelitian ini menuju
Faktor karier
• Awal karier
• Tengah karier
• Purna karier
Kehidupan di luar
organisasi :
• Keluarga
• Masyarakat
• Faktor keuangan
tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menimbulkan serangan jantung.
Hubungan antara stress dengan gejala-gejala fisik khusus tersebut tidak begitu
jelas. Hanya sedikit, kalau ada, yang memiliki hubungan konsisten (Beehr &
Newman, 1978).
2. Gejala Psikologis
membuat banyak tuntutan yang mengandung konflik atau dalam pekerjaan yang
maka baik stress dan ketidakpuasan akan meningkat (Cooper & Marshall, 1976).
3. Gejala Perilaku
alkohol, bicara menjadi cepat, bertambah gelisah dan adanya gangguan tidur.
Telah cukup banyak penelitian yang menyelidiki hubungan antara stress dengan
R T
Stress
Berdasarkan gambar 2.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa stress yang tingkatnya
untuk bereaksi. Perilaku yang ditunjukkan adalah mengerjakan tugas dengan lebih
baik, lebih intens dan lebih cepat. Tetapi jika stress terlalu berat, justru akan
stress dari rendah sampai sedang, karena dapat berakibat fungsional. Tetapi stress
yang berat atau tingkat stress rendah – sedang yang berlangsung lama dapat menuju
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat stress dibagi menjadi 2
(dua) yaitu :
1. Pendekatan individual
a. Manajemen waktu
dan mengerjakan tugas yang menuntut tenaga dan pikiran pada saat
jogging telah lama direkomendasikan oleh para dokter sebagai cara untuk
c. Latihan relaksasi
Lima belas menit atau dua puluh menit sehari melakukan relaksasi yang
d. Dukungan sosial
Memiliki banyak kawan, keluarga atau teman sekerja untuk teman berbicara
sehingga stress di tempat kerja yang berat pun tidak dapat meruntuhkan
seseorang.
e. Konseling karyawan
emosinya dengan lebih baik (Cairo, 1983). Konseling dapat dilakukan baik
bersifat rahasia. Para karyawan dapat merasa bebas untuk berbicara terbuka
pekerjaan lainnya respon orang terhadap stress pun berbeda antara satu orang
pekerjaan hanya oleh orang yang berpengalaman saja, tetapi juga memiliki
kontrol pribadi yang bersifat internal karena orang-orang yang seperti ini
dapat mengadaptasi pekerjaan dengan tingkat stress yang relatif tinggi dan
b. Penetapan tujuan
Manusia berprestasi lebih baik ketika memiliki tujuan khusus dan menantang
serta menerima umpan balik tentang seberapa jauh kemajuan yang telah
Teknik ini dapat memberikan para karyawan tanggungg jawab yang lebih
tinggi, kerja yang lebih berarti, otonomi yang lebih banyak dan peningkatan
umpan balik. Hal ini dapat mengurangi stress karena faktor-faktor ini
f. Program-program kebugaran
kesehatan fisik dan mental secara total (Wolfe et al, 1987). Misalnya
absen kerja dan malas bekerja, program ini masih jauh lebih baik untuk
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada diresmikan sejak tahun
2004. Cikal bakal dari STIKes BTH adalah Akademi Keperawatan Bakti Tunas
Diploma Keperawatan dan sampai dengan tahun 2003 telah meluluskan mahasiswa
diantaranya adalah karyawan dari Akper BTH. Mayoritas karyawan STIKes BTH
adalah perempuan dan hampir 90 persen dari seluruh karyawan telah menikah. Data
Tabel 3.1
Distribusi Karyawan Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Status Perkawinan
L P K TK
Jumlah 18 43 54 7
Stress kerja dapat disebabkan oleh 3 faktor (Minner, 1988) yaitu dari dalam
individu (sumber internal), dari luar individu (sumber eksternal) dapat berasal dari
dalam organisasi dan dari luar organisasi. Untuk mempersempit masalah yang
diambil maka dalam penulisan makalah ini, sumber stress kerja yang diambil adalah
stress kerja dari faktor eksternal saja yaitu dari dalam organisasi.
1. Lingkungan Fisik
oleh cahaya, temperatur dan kebisingan. Berdasarkan angket stress kerja yang
Tabel 3.2
Faktor Stress Kerja dari Lingkungan Fisik
No Keterangan F %
1 Cahaya 96 29.72
2 Temperatur 112 34.67
3 Kebisingan 115 35.60
Jumlah 323 100
Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa penyebab paling utama
terjadinya stress kerja dari lingkungan fisik adalah cahaya (penerangan) dengan
persentase 29.72%.
2. Pekerjaan
konflik peran dan ketidakjelasan tugas yang diberikan, beban tugas yang
hasil yaitu penyebab utama terjadinya stress kerja adalah dari beban tugas yang
25.45%. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3
Faktor Stress Kerja dari Pekerjaan
No Keterangan F %
1 Konflik peran dan tugas 104 37.81
2 Beban tugas yang berlebihan dan tenggat 70 25.45
waktu penyelesaian tugas
3 Adanya perubahan pekerjaan 101 36.72
Jumlah 275 100
3. Kelompok Kerja
Faktor penyebab terjadinya stress kerja dari faktor kerja kelompok adalah
adanya norma-norma (peraturan) yang dianut kelompok dan harus dipatuhi oleh
kurangnya dukungan dari anggota kelompok. Berdasarkan data yang diambil dari
angket stress kerja didapatkan hasil yaitu norma yang dianut kelompok dan harus
dipatuhi oleh anggota kelompok adalah penyebab utama terjadinya stress yaitu
sebanyak 18.46%. Data selengkapnya dapat silihat pada tabel 3.4 di bawah ini.
Tabel 3.4
Faktor Stress Kerja dari Kerja Kelompok
No Keterangan F %
1 Norma 60 18.46
2 Kurang kohesivitas 128 39.38
3 Kurangnya dukungan kelompok 137 42.15
Jumlah 325 100
4. Organisasi
dukungan dari atasan, struktur organisasi yang terlalu birokratis dan gaya
kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan karakteristik dari bawahan.
Tabel 3.5
Faktor Stress Kerja dari Organisasi
No Keterangan F %
1 Kurangnya dukungan dari atasan 85 31.13
2 Struktur organisasi 131 47.98
3 Gaya kepemimpinan 57 20.87
Jumlah 273 100
terjadinya stress kerja yang paling utama adalah gaya kepemimpinan yang tidak
5. Karier
Faktor karier juga dapat menyebabkan terjadinya stress kerja, yaitu pada
saat-saat awal dari seseorang memasuki pekerjaannya, karier yang tidak maju di
tabel 3.6 di bawah dapat diketahui bahwasanya penyebab terjadinya stress kerja
yang paling utama adalah ketidakjelasan karier bagi karyawan (karier yang tidak
maju) yaitu sebanyak 24.52%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3.5
Faktor Stress Kerja dari Karier
No Keterangan F %
1 Awal karier 120 45.97
2 Tengah karier 64 24.52
3 Purna karier 77 29.50
Jumlah 261 100
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan fakor-faktor
penyebab terjadinya stress kerja pada mantan karyawan Akper BTH di STIKes
Tabel 3.6
Faktor Stress Kerja dari Dalam Organisasi
No Keterangan F %
1 Lingkungan fisik 323 22.16
2 Pekerjaan 275 18.87
3 Kerja kelompok 325 22.30
4 Organisasi 273 18.73
5 Karier 261 17.91
Jumlah 1457 100
Faktor penyebab terjadinya stress kerja bila dilihat pada tabel 3.6 adalah
pada ketidakjelasan karier yaitu sebanyak 17.91%.
PERUMUSAN MASALAH
A. Analisa Masalah
Berdasarkan data yang didapat dari penyebaran angket tentang stress kerja
maka faktor-faktor yang dianggap menimbulkan stress kerja adalah sebagai berikut :
berkaitan dengan teknis. Lebih dari 4000 pekerja meninggal setiap tahunnya
dalam kecelakaan industri dan lebih dari 100.000 orang pekerja menjadi cacat
Keadaan ini diperparah lagi dengan datangnya musim hujan. Akibatnya, bila
harus dinyalakan. Bila tidak menurut mereka akan menimbulkan rasa pedih di
Terlalu banyak harus melakukan sesuatu atau tidak cukup waktu untuk
berlebih. Karyawan yang merasakan adanya beban kerja berlebih adalah staff
dosen yang memegang jabatan struktural. Dengan adanya double peran ini,
mereka merasa bahwa waktu yang dimiliki tidak cukup untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan. Bagi karyawan wanita, hal tersebut diperparah lagi
selesai.
Rekruitmen yang terakhir dilakukan oleh Akper BTH adalah pada tahun
1998. Sejak tahun itu sampai dengan sekarang belum ada seorang
pernah ada rotasi. Para karyawan merasa bahwa sekeras apapun mereka
berkembang. Tidak ada motivasi yang memacu mereka untuk menduduki suatu
jabatan struktural.
Akhir tahun 2004 Akper BTH dilebur menjadi STIKes BTH mulai
ditunjuk bukan dipilih. Dan tak ada seorangpun yang mengetahui sampai
kapan posisi tersebut akan dipegang, kapan akan terjadi rotasi dan tindakan apa
yang harus dilakukan agar bisa naik ke jabatan yang lebih tinggi.
jasanya yang telah mempelopori berdirinya cikal bakal STIKes BTH yaitu
pekerjaan yang sama. Bagi bawahan yang cukup kompeten dan berada di
posisi struktural, pemimpin dianggap terlalu ikut campur dalam setiap kegiatan
dan pengambilan keputusan. Keadaan tersebut membuat para karyawan
B. Prioritas Masalah
karier yang positif akan menunjukkan keikatan pada produksi, efisiensi dan mungkin juga
kepuasan. Kemajuan yang efektif melalui tahapan keier dapat diartikan bergerak di
sepanjang jalur karier. Selama perjalanan karier seseorang selalu dibutuhkan proses
sosialisasi. Proses sosialisasi terjadi diseluruh tahapan karier dan pada setiap langkah
disepanjang jalur karier, tetapi individu lebih menyadarinya jika mereka berganti
tahap proses sosialisasi yaitu 1) sosialisasi persiapan yang dilakukan individu sebelum
memasuki organisasi atau sebelum menerima pekerjaan lain dalam organisasi yang sama,
organisasi dan 3) sosialisasi manajemen peran yang selaras dengan tahap karier ketiga
a. Program perekrutan
akan bekerja dan informasi lain yang mencerminkan perhatian orang yang
direkrut.
diterima dalam organisasi telah sesuai dengan kriteria, maka karyawan tersebut
ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan minat dan bakat sehingga individu
2. Sosialisasi akomodasi
a. Program orientasi
melainkan juga mengadakan hubungan antar pribadi yang baru. Karyawan baru
karakteristik lain dalam kelompok kerja. Jika dibiarkan seorang diri, maka
karyawan baru tersebut harus mengatasi lingkungan baru itu tanpa informasi
c. Evaluasi prestasi
banyak manajer yang tidak cukup dilatih untuk memikul tanggung jawab ini.
Cara yang lazim digunakan antara lain dengan memberikan wewenang dan
Tahap ini mengharuskan individu untuk menanggulangi dua jenis konflik yaitu
konflik yang timbul antara pekerjaan dan kehidupan rumah tangga dan konflik
antara kelompok kerja individu dengan kelompok kerja lain dalam organisasi.
Karyawan yang tidak dapat menanggulangi konflik ini dan apabila tuntutan akibat
dari konflik tersebut diluar kemampuan individu, maka akan timbul stress. Toleransi
atas tingkatan stress yang ditimbulkan oleh tuntutan yang bertentangan dan tidak
dapat didamaikan ini beraneka ragam diantara orang-orang, tetapi biasanya dapat
diasumsikan bahwa eksistensi stress yang tidak terkendali akan merugikan individu
dan organisasi.
PENUTUP
Stress adalah suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan
atau proses psikologis, yaitu, suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi,
atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan
terhadap seseorang. Stress dapat terjadi di tempat kerja. Penyebabnya bisa dari dalam
individu atau dari organisasi. Dari organisasi dapat disebabkan dari dalam organisasi
Stress kerja dari dalam organisasi terdiri dari 5 faktor yaitu dari dari lingkungan
fisik, dari pekerjaan, dari kerja kelompok, dari organisasi dan dari karier. Dari
ini adalah dengan adanya sosialisasi tahapan karier melalui tiga tahapan yaitu sosialisasi
persiapan, sosialiasi akomodasi dan sosialiasi manajemen peran. Saran yang dapat
diberikan kepada STIKes BTH adalah adanya penetapan waktu rotasi untuk setiap
jabatan struktural, penetapan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap individu yang
akan menduduki jabatan struktural yang diinginkan dan sebelumnya selalu diawali
dengan seleksi kemampuan terlebih dahulu. Sehingga semboyan ”the man in the right