You are on page 1of 6

NAMA : SADDAN HUSAIN NIM : 10 800 11 0072 AKUNTANSI (4)

PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM, DASAR PERHITUNGAN PPH PASAL 22, 23, DAN 26

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 Pajak Penghasilan Pasal 22 atau disingkat PPh Pasal 22 adalah salah satu bentuk pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh pihak lain terhadap Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 22 dikenakan terhadap kegiatan perdagangan barang. Pengenaan PPh 22 ada yang dilakukan pada saat penjualan ada pula pada saat pembelian. Pada umumnya pengenaan PPh Pasal 22 ini dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap menguntungkan sehingga penjual atau pembelinya kemungkinan besar akan mengalami keuntungan dan dengan demikian, pantaslah atas Wajib Pajak tersebut dikenakan cicilan pembayaran Pajak Penghasilan. Peraturan pelaksanaan dari PPh pasal 22 ini adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain. PPh pasal 22 membahas tentang penghasilan yang berasal dari penjualan pada instansi pemerintah, impor, dan industri tertentu (industri rokok, industri kertas, industri otomotif, industri semen, industri baja, Pertamina Bulog untuk tepung terigu dan gula pasir). Tarif PPh pasal 22 atas penjualan instansi pemerintah : PPh pasal 22 bendaharawan = 1,5% x nilai penjualan Tarif PPh pasal 22 atas impor : 1. Bila importir memiliki API (Angka Pengenal Impor)

PPh pasal 22 impor = 2,5% x nilai impor 2. Bila importir tidak memiliki API

Pajak Penghasilan yang dipungut oleh : a. Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah (kecuali Bendahara BOS), instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembayaran barang. b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan impor atau kegiatan usaha dibidang lain.

Dasar Hukum :

a. UUNo.36 tahun 2008 tentang PPh (Pajak Penghasilan). b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-15/PJ/2011 tentang PPh Pasal 22 PPh pasal 22 impor = 7,5% x nilai impor

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Subjek Pajak atau penerima penghasilan yang di potomg Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap.Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 23v adalah Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan;Kep.Dirjen. Pemotong Pajak Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 (pemberi hasil) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Badan pemerintah; Subjek Pajak Badan Dalam Negeri Penyelenggara kegiatan; Bentuk Usaha Tetap; Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu.

Saat Terutangnya Pemotong pajak penghasilan oleh pihak-pihak sebagai pemotong pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan yaitu terutang pada akhir bulan dilakukan pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan bersangkutan tergantung pada peristiwa yang terjadi terlebih dahulu. Tarif dan Objek Pajak Tarif dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 23 dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: 1. a. b. c. d. 2. a. Sebesar 15 % dari jumlah bruto atas: Deviden, Bunga, Royalti, Hadiah,penghargaan,bonus,dan sejenis lainnya Sebesar 2% dari jumlah bruto atas: Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,kecuali sewa dan penghasilan lain sehubumgan dengan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana yang telah dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2);dan b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. 3. Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan seperti pada butir 1 dan 2 tidak memiliki NPWP,besarnya tarif pemotongan yaitu menjadi lebih tinggi 100% daripada tarif sebagaimana ditetapkan pada butir 1 dan 2. Bukan Objek Pajak Tidak termasuk penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah : 1. 2. 3. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada Bank; Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi; Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam Negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat : a. Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b.

Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima Deviden,kepemilikan saham yang memberikan deviden paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.

4.

Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;

5.

Bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia;

6. 7.

Sisa Hasil Usaha Koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya; Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan, Sesuai Keputusan Menteri Keuangan telah ditetapkan batas jumlah sebesar Rp240.000,00 setiap bulan yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya; Atas bunga simpanan yang jumlahnya di atas Rp 240.000,00 dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari seluruh bunga yang diterima dan bersifat final.

Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan 1. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan; 2. Pajak Penghasilan Pasal 23 harus disetorkan oleh Pemotong Pajak selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak; 3. Pemotong Pajak PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir; 4. Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong.

PPh pasal 23 membahas tentang penghasilan yang diperoleh dari penggunaan harta atau modal (deviden, bunga, royalti, hadiah penghargaan, sewa, dan jasa). 1. Deviden, royalti, bunga, hadiah penghargaan PPh pasal 23 = 15% x penghasilan bruto 2. Sewa dan jasa PPh pasal 23 = 2% x penghasilan bruto

Berikut ringkasan tarif PPh Pasal 23 : 1. Objek pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif 15% dari jumlah bruto. Penghasilan dalam negeri atas Deviden, Bunga (Selain yang telah dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) final), Royalti, Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Dasar Hukum Pasal 23 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan. 2. Objek pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif 2% dari jumlah bruto. Penghasilan Sewa(Selain yang telah dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) final) dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan. Dasar Hukum SE-35/PJ/2010. 3. Jenis Jasa Lain yang dikenakan tarif PPh Pasal 23 dengan tarif 2% dari jumlah bruto. Dasar Hukum PMK.244/PMK.03/2008. PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak luar negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Warga Negara asing (orang asing) yang tinggal atau berniat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam satu tahun termasuk dalam pengertian wajib pajak orang pribadi dalam negeri, sehingga atas penghasilan orang asing tersebut apabila lebih dari 183 hari tinggal di Indonesia merupakan objek PPh Pasal 21 kecuali terdapat Tax treaty atau P3B yang mengatakan batasan 183 hari tidak berlaku tetapi diatur tersendiri.

Dasar Hukum :

a. UU No.36 tahun 2008 tentang PPh (Pajak Penghasilan).

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-31/PJ/2009 yang telah diubah dengan PER57/PJ/2009 tentang Pedoman teknis tata cara pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/ dipotong atas penghasilan yang bersumberdari Indonesia yang diterima /diperoleh Wajib Pajak(WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) diIndonesia.

Tarif dan Objek PPh Pasal 26 1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yangditerima / diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri berupa : a. dividen; b. bunga, premium, diskonto, premi swap,dan imbalan sehubungan jaminan pengembalian hutang; c. royalti, sewa,& penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta; d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; e. hadiah dan penghargaan f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya. 2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa : a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia; b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung / melalui pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri. 3. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia. 4. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan. dengan

You might also like