You are on page 1of 3

PELAKSANAAN RINTISAN MBS PADA SD, SMP DAN SMU A.

PROGRAM MBS PADA SEKOLAH DASAR Program ini di mulai pada tahun 1999 di 4 propinsi, dan pada tahun 2001 di mulai didaerah Jawa Timur. Pelaksanaan Program MBS untuk meningkatkan mutu pada pembelajaran, dengan menekankan pada tiga komponen yaitu : Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Peran serta masyarakat (PSM) Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan (PAIKEM) Elemen pokok yang menyelenggarakan program MBS di sekolah dasar adalah : 1. Adanya Block grant atau dana hibah yang diberikan SD rintisan , penggunaannya dikelola sendiri oleh sekolah bekerja sama dengn masyarakat. Besarnya Block grant masing-masing 5 juta. 2. Membuat rencana untuk mengambil inisiatif dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan melibatkan masyarakat. 3. Bertanggung jawab atas perawatan, kebersihan dan pemanfaatan fasilitas sekolah, serta pengadaan dan peralatan yang diperlukan. 4. Penggalangan peran serta masyarakat untuk dukungan pendidikan dirumah (keluarga) sejalan dengan program sekolah. 5. Keterbukaan pengelolaan sekolah diwujudkan dalam rangka akuntabilitas dan meningkatkan komitmen sekolah dan masyarakat secara bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan. 6. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Program rintisan MBS SD dilakukan dengan kerjasama dan bantuan dari : Unesco Unicef Pemerintahan New Zealand The British Womens Association Bank Niaga

Program MBS di SD pada tahun 2002 mencakup : Jawa Tengah : Banyumas, Wonosobo, Magelang, Banjarnegara, Rembang, Brebes dan Surakarta) Jawa Barat : Sukabumi dan Cirebon Jawa Timur : Mojokerto, Probolinggo, Tulungagung, dan Lamongan NTB Sulawesi Selatan : Bantaeng, Mamuju, Bone dan Polmas NTT : Kupang, Alor, dan Sumba Timur Maluku : Buru,Maluku TB Papua : Manokwari dan Jayawijaya.

program MBS bekerja sama dengan Puspen Balitbang Depdiknas

Satuan pendidikan TK/RA sudah lebih dahulu bernuansa MBS, hal ini karena: Kebanyakan dikelola oleh swasta Sejak sentralisasi sikap pemerintah lebih longgar dalam hal teknis edukatif maupun dalam pengelolaan sumberdaya. Sehingga pengelola TK/RA tidak telalu kaget menghadapi perubahan pendekatan manajemen MBS dan perubahan kurikulum KBK.

B. PROGRAM MBS PADA SMP Penerapan MBS pada SMP dilakukan melalui program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah atau MPMBS Konseptual MBS dianggap kontekstual walaupun masih era sentralisasi menuju desentralisasi agar lebih netral terhadap masalah pembagian kewenangan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Mengapa MPMBS bukan MBS? Karena untuk menekankan/menyadarkan berbagai pihak bahwa yang ingin dicapai adalah peningkatan mutu, bukan sekedar memindahkan kewenangan. MPMBS adalah penerapan dari MBS. Dinegara lain MBS dinamakan : School Based Decision Making School Based Budgeting Future Schools dll.

MPMBS dirancang bangun untuk SMP dan SMU oleh tim yang terdiri dari tenaga-tenaga Indonesia sendiri, baik dari direktorat maupun perguruan tinggi tanpa intervensi dari pihak manapun termasuk bank dunia. Program rintisan MBS dimulai dari : 1. Penunjukan sekolah yang memenuhi kriteria oleh Kandep/Kanin kab/kota 2. Kepsek dan seorang guru senior dan wakil ortu diundang untuk menghadiri workshop 4 hari. Materi training diantaranya : Menyusun perencanaan sekolah yang berwawasan mutu Melaksanakan program Kerjasama kepsek, guru dan orangtua dalam pengembangan sekolah untuk meningkatkan mutu evaluasi pelaksanaan. Simulasi pengelolaan sekolah. 3. Melakukan workshop kembali yang lebih realistis disekolah masing-masing. SMP rintisan mendapat Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), dana tersebut sebagai pancingan agar sekolah mampu mencari terobosan untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekaligus sebagai pancingan agar sekolah lebih mampu menggali partisipasi masyarakat. Penggunaan atau

pemanfaatan dana BOMM ditentukan sendiri oleh sekolah sesuai dengan anggaran dan program yang direncanakan, sesuai yang tercantum pada proposal. C. PROGRAM MBS PADA SMU Dimulai dilakukan pada tahun 1998/1999 melalui proyek rintisan didelapan SMU Negeri. Tujuannya adalah untuk menemukan model MBS yang paling cocok dengan kondisi Indonesia, sekaligus sebagai wahana sosialisasi. Dengan cara itu, diharapkan masyarakat dan kalangan pendidikan akansiap menerima pola baru dalam pembinaan sekolah, dan dilain pihak dapat ditemukan model MBS yang cocok dengan kondisi Indonesia. Kriteria pemilihan SMU rintisan adalah sebagai berikut : SMU negeri yang memiliki kategori menengah dan sedang berkembang secara baik. Kategori menengah , lebih mudah direplikasikan ditempat lain. Memiliki potensi yang dapat berkembang karena MBS hanya dapat dilakukan jika sekolah telah memiliki potensi untuk berkembang. Diadakan seleksi untuk mendapatkan sekolah yang paling sesui dengan kriteria tersebut.

Untuk mendukung program MBS pada SMU, setiap sekolah rintisan akan: Mendapat dana BOMM dengan jumlah Rp 40 juta persekolah, sementara SMP hanya Rp 30 juta. Mendapat model block grant untuk menangani program-program khusus yang berbeda.

Tujuan umum pemberian Block Grant pada pendidikan menengah Umum tahun anggaran 2003 adalah : 1. Mewujudkan perluasan dan pemerataan pendidikan melalui kesempatan memperoleh pendidikan di sekolah. 2. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan melalui penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 3. Mendorong sekolah untuk melaksanakan MBS dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 4. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Kriteria umum sekolah penerima block grant : 1. SMU negeri atau swasta. 2. Sanggup melaksanakan program block grant secara transparan, jujur, demokratis dan accountable sesuai dengan prinsip-prinsip MPMBS. 3. Memiliki kepala sekolah definitif yang dibuktikan dengan SK pengangkatan Kepala Sekolah. 4. Memiliki komite sekolah yang dibuktikan engan SK pengangkatan Komite Sekolah..

You might also like