You are on page 1of 13

Paper

Perencanaan Dan Evaluasi Program Pembangunan Pertanian


Teori Evaluasi

Oleh:

Nurliana 1010222011

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang 2012

Teori Evaluasi
A. Pengertian Dan Fungsi Teori 1. Pengertian Teori Salah satu persyaratan suatu cabang ilmu pengetahuan adalah mempunyai teori. Tak ada ilmu pengetahuan tanpa mempunyai teori karena inti dari ilmu pengetahuan adalah teori. Frd N. kerlinger (1986) mendefinisikan teori ilmu pengetahuan sebagai beikut: A theory is a set of interrelated constructs (concepts), definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variable, with the purpose of explaining and predicting the fenomena. Definisi ini mengemukakan tiga hal mengenai teori: a. Teori merupakan suatu set dalil yang terdiri dari konstruksi-konstruksi yang mempunyai definisi dan saling terkait b. Teori mengemukakan saling terkaitnya suatu set variable-variabel (konstrukkonstruk), dan dalam melakukan itu, megemukakan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena yang dilukiskan oleh variable-variabel c. Teori menjelaskan fenomena. Dalam melakukan hal tersebut teori menjelaskan variable apa, berkaitan dengan variable apa, dan bagaimana variable-variabel tersebut berhubungan. Jadi memungkinkan peneliti untuk meprediksi dari variable tertentu ke variable lainnya. Setiap cabang ilmu yang mandiri mempunyai banyak teori yang unik khusus untuk cabang ilmu tersebut. Bagi suatu cabang ilmu, teori-teorinya membentuk kerangka tubuh dari ilmu tersebut. 2. Fungsi Teori a. Menjelaskan terjadinya fenomena Teori dapat menjelaskan ilmu pengetahuan yang telah dan sedang terjadi. Misalnya, teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena terjadinya gempa bumi dan sunami di Aceh. b. Memprediksi fenomena yang akan terjadi. Misalnya, para ilmuwan ilmu falak dapat menggunakan ilmu falaknya untuk menetukan kapan terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan di Indonesia secara tepat tiap tahunnya, bulannya, dan berapa lamagerhana akan berlansung. c. Mebibing praktik profesi

Misalnya, agar orang dapat menjadi seorang dokter, ia harus mempekajari ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan di fakultas kedokteran. d. Mengembangkan ilmu pengetahuan Suatu penelitian disusun hipotesis yang merupakan jawaban sementara yang

disusun berdasarkan telaah teori-teori mengenai variable yang akan diteliti sehingga hasil dari hipotesis dapat memperkuat teori yang ada dan dapat juga memperlemah atau meniadakan teori yang ada. e. Kehidupan berdasarkan teori ilmu pengetahuan Dengan adanya ilmu pengetahuan seseorang akan mengelola kehidupan mereka agar makmur dan sejahtera dan berupaya menyelesaikan problem dengan teori ilmu pengetahuan.

B. Teori Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi, riset evaluasi atau sain evaluasi merupalan ilmu antarcabang ilmu pengetahuan. Evaluasi merupakan alat dari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam praktik profesi. Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield (2007) mendefinisikan teori evaluasi program sebagai berikut: a program evaluation theory is a coherent set of conceptual, hypothetical, pragmatic, and wthical principles forming a general framework to guide the study and practice of program evaluation. Nenurut mereka teori evaluasi program mempunyai enam cirri, yaitu: pertalian menyeluruh, konsep-konsep inti, hipotesis-hipotesis teruji mengenai bagaimana prosedur-prosedur evaluasi menghasilkan keluaran yang diharapkan, prosedur-prosedur yang dapat diterapkan, persyaratan-persyaratan etikal, dan kerangka umum untuk mengarahkan praktik evaluasi program dan melaksanakan penelitian mengenai evaluasi program. 2. Pendapat-Pendapat Mengenai Teori Evaluasi a. Peran Teori Evaluasi

1) Evaluasi sangat membutuhkan teori Teori evaluasi dan teori ilmu social mempunyai pengaruh penting terhadap evaluasi program modern. Para evaluator berpendapat bahwa teori adalah esensial bagi evaluasi, akan memulai perencanaan evaluasi dengan mengembangkan teori mengenai program yang akan di evaluasi yang dimuali dengan menelusuri analisis kebutuhan yang menghasilkan perlu adanya suatu program untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tujuan atau sasaran program, pemangku kepentingan yang dilayani, layanan atau interfensi social yang dilakukan program, pengaruh program terhadap para pemangku kepentingan, perubahan social yang terjadi. 2) Evaluasi tidak terlalu membutuhkan teori Sejumlah pakar evaluasi ternama seperti Michael Scriven menyatakan bahwa evaluasi kurang membutuhkan teori (Stewatt I. Donaldson & Mark W. Lipsey, 2006). Michael Scriven menyatakan bahwa evaluator mungkin melakukan evaluasi program dengan baik tanpa mempergunakan taori evaluasi atau teori program. Pikiran evaluator yang salah menurut Scriven bahwa dalam melaksanakan evaluasi ia harus mempunyai logika teori evaluasi dan teori program. W. R. Shadish (1990) mengemukakan paling tidak ada enam peran dari teori evaluasi: a) Teori evaluasi menyediakan suatu bahadsa yang dapat dipakai para evaluator untuk membahas evaluasi satu sama lain b) Teori evaluasi meliputi banyak hal dalam bidang evaluasi yang menjadi perhatian mendalam para evaluator c) Teori evaluasi mendefinisikan tma mayoritas konferensi professional evaluasi d) Teori menyediakan para evaluator dengan identitas berbeda dengan identitas berbeda dengan identitas professional lainnya e) Teori evaluasi menyediakan muka yang dikemukakan para evaluator kepada dunia luar f) Teori evaluasi menyediakan dasar pengetahuan yang mendefinisikan profesi evaluator b. Evaluation tree Pelopor: Marvin C. Alkin dan Christina A. Christie, melukiskan esensi dan perkembangan teori evaluasi dalam bentuk evaluation tree atau pohon evaluasi yang

dibangun pada dua fondasi: Pertanggungjawaban dan control dan Penelitian ilmu social, dan juga terdiri dari 3 cabang besar, yaitu: 1) Teoritisi evaluasi kelompok metode Marvin C. Alkin dan Christina A. Christie menguraikan peran para teoritisi evaluasi dalam mengembangkan metode-metode evaluasi. Ralph Winfred Tyler

Pendapata Tyler terkenal dengan istilah evaluasi berorientasi tujuan. Pendekatan ini memfokuskan diri pada: (a) memformulasi suatu pernyataaan objektif pendidikan, (b) mengklasifikasikan objektif-objektif tersebut menjdai tipe-tipe utama, (c)

mendefinisikan dan memperbaiki masing-masing objektif tersebut dalam pengertian prilaku, (d) mengidentifikasi situasi-situasi dimana murid-murid dapat diharapkan untuk menunjukan jenis-jenis prilaku tersebut, (e) memilih metode untuk memperoleh bukti mengenai jenis-jenis objektif, (f) memilih metode penilaian untuk perkembangan dan perbaikan lebig lanjut, dan (g) menemukan alat-alat untuk menginterpretasikan dan memakai hasil. Lee Joseph Cronbach

Kontribusi Cronbach dalam evaluasi dikemukakan melelaui artikelnya yang berjudul Course improvement through evaluation (1963). Ia mengemukakan konsep, fungsi, dan metodologi evaluasi sebagai berikut: (a) mengasosiasikan evaluasi dengan pengambilan keputusan. Cronbach berpendapat bahwa evaluasi berkaitan dengan pengambilan keputusan. Ia mengemukakan tiga jenis pengambilan keputusan yang dilayani evaluasi Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan perbaikan program dan pembelajaran Pengambilan keputusan mengenai para siswa Pengambilan keputusan mengenai peraturan administrative mengenai kualitas system, para guru, organisasi, dsb.

(b) evaluasi yang dipakai untuk memperbaiki suatu program selagi sedang diterapkan lebih berkontribusi pada pengembangan pendidikan daripada evaluasi yang dipakai untuk memperkirakan nilai produk program yang telah disimpulkan (c) dalam hal metodologi evaluasi Cronbach mengemukakan bahwa metode evaluasi harus meliputi: Studi proses, fakta yang terjadi di ruang kelas, perubahan-perubahan para siswa yang diobservasi Studi-studi follw up yaotu jalur berikutnya dilanjutkan oleh para siswa yang telah berpartisipasi dalam program

2) Teoritisi evaluasi kelompok menilai Michael Sriven

Kontribusinya dalam teori evaluasi adalah secara tetap ia mendefinisikan peran evaluator dalam membuat keputusan nilai. Menurutnya dalam mekukan penilaian evaluator harus memnuhi perannya dalam melayani kepentingan public. Ia memandang peran evaluator dala menilai sama dengan menghasilkan suatu laporan untuk consumer report dimana evaluator menentukan criteria yang tepat untuk apa penilaian harus dibuat dan kemudian menyajikan penialian kepada semua orang untuk dilihat. Barry McDonald

Mcdonald mengakui perspektif beragam dari para pemangku kepentingan dan percaya bahwa kewajiban evaluator adalah untuk menghadirkan pemangku kepentingan. 3) Teoritisi evaluasi kelompok pemakaian Malcolm Provus nilai-nilai berbagai para

Ia berpendapat evaluasi merupakan suatu proses yang terus menerus dirancang untuk membantu para administrator program. Ia menyatakan bahwa evaluasi memerlukan 4 tingkat pengembangan dan 1 tingkat pilihan: (a) definisi. Ditujukan untuk menetukan tujuan, proses, sumber-sumber, dan sebagainya

(b) instalasi. Untuk mengidentifikasi ketimpangan-ketimpangan dalam pelaksanaan program (c) proses. Untuk menentukan sampai seberapa tinggi pencapaian keluaran jangka pendek (d) produk. Sampai seberapa tinggi pencapaian objektif terminal atau objektif akhir (e) evaluation adalah tekanannya yang unik pada desain program C. Teori Ilmu Social Dan Teori Program 1. Teori ilmu social Teori ilmu social sangat berguna untuk membantu evaluator dalam mebuat instrument untuk mengukur nilai dan manfaat suatu program dalam mengintrepretasikan temuan evaluasi. Manfaat dari teori ilmu social dalam pelaksanaan evaluasi juga berkaitan dengan limitasi generalisasi hasil evaluasi. 2. Theory driven evaluation a. Konsep teori program Konsep teori program mempunyai dua dimensi; Dimensi preskritif, memfokuskan pada apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang ideal dalam melaksanakan program Dimensi deskritif, memfokuskan pada penjelasan program, yaitu apa yang sesungguhnya terjadi sepanjang program berfungsi termasuk sumber-sumber program, aktivitas-aktivitas program, pengaruh program, akibat program dan spesifikasi rantai asumsi yang menghubungkan asumsi sebab akibat, pengaruh yang segera akan terjadi, dan tujuan akhir program. Menurut Rossi, Lipsey, dan Freeman (2004), teori program terdiri dari tiga komponen, yaitu: Rencana organisasi. Berkaitan dengan bagaimana menyimpan, mengonfigurasi dan membagi sumber-sumber dan mengorganisasikan aktivitas program sehingga penyajian system layanan yang ingin dicapai dikembangkan dan dipertahankan Rencana program dan pemanfaatan layanan. Berhubungan dnegan bagaimana populasi target yang dituju menerima jumlah layanan yang diharapkan dari intervensi yang direncanakan melalui interaksi dengan system penyajian layanan program Pengaruh dari teori. Komponen ini mengemukakan bagaimana intervensi yang dituju untuk populasi target menghasilkan benefit social yang diinginkan

b. Logika program

Logika program adalah suatu cara sistematik dan visual untuk melukiskan dan berbagi pemahaman hubungan di antara sumber-sumber untuk mengoperasikan program, aktivitas yabg direncanakan akan dilakukan, dan perubahan atau hasil yang diharapkan akan dicapai. Tujuan penyusunan model lodika program adalah: a) Mengidentifikasi pengaruh jangka pendek, menengah, dan jangka panjang program b) Menghubungkan pengaruh-pengaruh satu sama laindengan aktivitas program dan masukan-masukan dengan mempergunakan logika yang teridentifikasi, teori atau model untuk program, misalnya melukiskan sebab akibat yang dihipotesiskan c) Melukiskan keluaran-keluaran jangka sedang dan pengaruh-pengaruh yang harus terjadi sebelum pengaruh jangka panjang terjadi d) Membuat teori program implicit menjadi eksplisit 2 model teori program: Model perubahan, terdiri dari 3 komponen: Intervensi, Determinan, dan Pengaruh Model tindakan, teridiri dari 6 komponen: organisasi pelaksana, pelaksana program, konteks ekologikal, protocol intervensi dan delivery layanan-layanan, dan populasi target.

Menurut Huey Tsyh chen, teori program terdiri dari dua bagian: Struktur program seperti apa yang seharusnya, termasuk butir-butir seperti perlsakuan, pengaruh dan proses implementasi yang berhubungan dengan nilainilai dari program; ini berhubungan dengan teori perskriptif Meknisme sebab akibat yang mengaitkan hubungan diantara pelakuan-perlakuan program, proses pelaksanaan, dan pengaruh; butir ini berhubungan dengan teori deskriptif

D. Model-Model Evaluasi a. Model evaluasi berbasis tujuan Model ini secara umum mengukur apakah tujuan yang ditetapkan oleh kebijakan program atau proyek dapat dicapai atau tidak. Jika suatu program tidak mempunyai tujuan atau tidak mempunyai tujuan yang bernialai maka program tersebut merupakan program yang buruk.

Model evaluasi berbasis tujuan dirancang dan dilaksanakan dengan proses sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Mendefinisikan tujuan Merumuskan tujuan menjadi indicator-indikator Mengembangkan metode dan instrument untuk menjaring data Memastikan program tidak berakhir dalam mencapai tujuan Menjaring dan menganalisis data/ informasi mengenai indikator-indikator program 6) Kesimpulan 7) Mengambil keputusan mengenai program Keunggulan: Demokratis Imparsial (tidak memihak) Sederhana, mudah dirancang, dilaksanakan, biaya murah dan waktu singkat.

Kelemahan: Tujuan tidak mudah dipahami Suatu tujuan berkaitan dengan ketidakpastian masa depan Efek samping dari tujuan Tujuan tersembunyi dari pengambil kebijakan

b. Model evaluasi bebas tujuan Dikemukakan oleh Michael Scriven (1973), menurutnya model ini merupakan evaluasi mengenai pengaruh yang sesungguhnya, objektif yang ingin dicapai oleh program. Ia mnegemukakan bahwa evaluator seharusnya tidak mengetahui tujuan program sebelum melakukan evaluasi. Suatu program dapat mempunyai 3jenis pengaruh: Pengaruh sampingan yang negative (pengaruh sampingan yang tidak dikehendaki) Pengaruh positif yang ditetapkan oleh tujuan program Pengaruh sampingan positif

c. Model evaluasi formatif dan sumatif Evaluasi formatif, tujuan: Untuk mengukur hasil pelaksanaan program secara periodic Untuk mengukur apakah klien/partisipan bergerak ke arah tujuan yang direncanakan Untuk mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai dengan rencana

Untuk menetukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan Memberikan balikan Evaluasi sumatif, dilaksnakan pada akhir pelaksanaan program, yang berupaya untuk mengukur indikator-indikator: Hasil dan pengaruh layanan atau intervensi program Mengukur persepsi klien mengenai layanan dan intervensi program Menentukan cost effectiveness, cost efficiency, dan cost benefit Menetukan suskes keseluruhan pelaksanaan program Menetukan apakah tujuan umum dan tujuan khusus program telah tercapai Menentukan apakah klien mendapatkan manfaat dari program Menentukan komponen yang mana yang paling efektif dalam program Menetukan keluaran yang tidak di antisipasi dari program Menetukan cost dan benefit program Mengomunikasikan temuan evaluasi kepada para pemangku kepentingan Mengambil keputusan apakah program harus dihentikan, dikembangkan, dihentikan atau dilaksnakan ditempat lain

c. Model evaluasi responsive Dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Menurutnya evluasi bersifat responsive jika memenuhi 3 kriteria: (1) lebih berorientasi secara lansungkepada aktivitas program daripada tujuan program; (2) merespon kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens; (3) perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dalam program. Proses pelaksanaan model evaluasi responsive: Evaluator mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku kepentingan Melakukan dengar pendapat dengan pemangku kepentingan Menyusun proposal evaluasi Melaksanakan evaluasi Membahas hasil evaluasi dengan para pemangku kepentingan Pemanfaatan hasil evaluasi

d. Model evaluasi Context, input, proses, dan product (CIPP)

context evaluation

input evaluation

process evaluation

product evluation

*berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apa yang perlu dilakukan? *waktupelaksanaan: sebelum program diterima *keputusan: perencanaan program

*berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apa yang harus dilakukan? *waktupelaksanaan: sebelum program dimulai *keputusan: penstrukturan program

*berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apakah program sedang dilaksanakan *waktupelaksanaan: ketika program sedang dilaksnakan *keputusan: perlaksanaan

*berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apakah program sukses? *waktupelaksanaan: ketika program selesai *keputusan: resikel: ya atau tidak program harus diresikel

e. Model evaluasi adversary Tujuan utama dari model ini adalah untuk mengurangi potensi bias dengan membentuk dua evaluator yang berbeda, yaitu evaluator pro dan kontra sepakat mengenai isu yang akan diselesaikan dan menyiapkan pangkalan data umum mengenai isu tersebut kemudian melakukann pengunpulan data khusus sesuai dengan tugas keduanya. Keduanya kemudian mendiskusikan data umum dan data khusus, terutama hasil wawancara untuk mendukung argumentasi mereka masing-masing.
Pengambil keputusan Keputusan mengenai program

Dengar pendapat

Hasil evaluasi pro Melakukan evaluasi dr perspektif positif program

Hasil evaluasi kontra Melakukan evaluasi

dr perspektif negatif program

Kel. Evaluator pro

Kel. Evaluator kontra

Kel. Evaluatordibagi menjadi 2 kelompok

f. Model evaluasi ketimpangan Dikembangkan oleh Malcolm M. provus (1971).


1. mengembangkan desain&standar program

4. mengidentifikasi ketimpangan antara kinerja dg standar

2. merencanakan evaluasi menggunakan model evaluasi ketimpangan

5. menetukan alasan penyebab ketimpangan

3. menjaring data mengenai kinerja program

6. menyusun aktifitas utk menghilangkan ketimpangan

g. Model evaluasi system analisis Contoh: model evaluasi system analisis program keluarga berencana
masukan (input) #rencana program #klien #tenaga PKB #alat kontrasepsi #anggaran #fasilitas #keahlian teknikalm KB evaluasi masukan
process #standar prosedor operasi PKB #proses kampanye, pelatihan KB #aktifitas melayani akseptor #proses sinergi #proses penciptaan nilai tambah evaluasi proses

keluaran #layanan KB #produk program KB #alat kontrasepsi #kesadran masyarakat ttg pentingnya KB evaluasi keluaran

akibat #jumlah anak setiap keluarga menurun #pertumbuh an penduduk menurun #kehidupan keluarga lebih sejahtera evluasi akibat

pengaruh program: #perubaha n sosial #perubaha n ekonomi #perubaha n kesehatan #human index meningkat evaluasi pengaruh

h. Model evaluasi Benchmarking

Contoh benchmarking pada sekolah atas menengah negeri (SMAN) A dengan membandingkan dengan SMAN B
Indeks kinerja utama SMAN A mencapai 1000 menyamai indeks kinerja utama SMAN B

Evalausi perkembangan kinerja secara periodik Evaluasi kinerja Indeks kinerja utama SMAN A = 680 Bencmarking: berupaya menyamai indeks kinerja utama SMAN B = 1000 Aktivitas utk bencmarking: mengembangkan kurikulum; melatih guru; mengembangkan fasilitas pembelajaran; menegmbangkan metode dan proses pembelajaran; melaksnakan action research

i. Model evaluasi kotak hitam Sanagt menolong konsumen dalam mebeli produk sehingga kemungkinan salah dalam membeli barang atau jasa dapat diperkecil.
1. produsen memproduksi barang dan jasa 2. evaluasi 4. hasil evaluasi diterbitkan

5. konsumen mempelajari informasi tentag produk 6. keputusan konsumen membewli produk dan jasa

3. standar kualitas barang dan jasa

Sumber: Wirawan. 2011. Evaluasi: teori, model, standar, aplikasi, dan profesi. PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta.

You might also like