You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dunia modern yang di dalamnya dihuni oleh masyarakat modern. Kehidupan masyarakat modern sangat mengedepankan perubahan untuk menuju kehidupan yang lebih maju. Masyarakat modern identik dengan mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun mengesampingkan pemahaman agama. Mereka menganggap bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi akan mampu meningkatkan taraf kehidupan. Padahal tidak semuanya akan menjadi seperti yang diharapakan, karena kemajuan teknologi akan memberikan dampak positif dan negatif. Masyarakat modern yang selalu terbuai dengan situasi kemewahan, menjadikan mereka meninggalkan pemahaman agama, akibatnya terjadi kehampaan spiritual dan menjadikan manusia jauh dengan Sang Maha Pencipta, meninggalkan ajaran-ajaran yang dimuat dalam dogma agama. Maka dalam kehidupan masyarakat modern sering dijumpai banyak orang yang merasa gelisah, tidak percaya diri, stress dan tidak memiliki pegangan hidup. Kegelisahan mereka sering disebabkan karena takut kehilangan apa yang dimiliki. Rasa khawatir terhadap masa depan yang tidak dapat dicapai sesuai dengan harapan, daya saing yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidup dan akibat adanya banyak pelanggaran dosa yang dilakukan. Masyarakat modern yang kehilangan identitas diri, mereka merasa bingung karena proses modernisasi yang disalahgunakan dapat menimbulkan ketidakberesan disegala bidang aspek kehidupan manusia, seperti aspek hukum, moral, norma, etika dan tata kehidupan lainnya. Melihat gejala masyarakat modern yang penuh dengan problematika dan mengakibatkan kehampaan spiritual, maka saatnya mencari solusi untuk melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan. Disinilah akhlak tasawuf memilki peran yang amat penting. Tasawuf berperan melepaskan kesengsaraan dan kehampaan spiritual untuk memperoleh keteguhan dalam mencari Tuhan. Karena inti ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di hadirat-Nya dan terlepas dari kegundahan dan kesedihan.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian penulis mengenai bertasawuf dalam dunia modern, maka penulis akan merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dan diuraikan dalam makalah ini sebagai berikut : a. Apakah pengertian masyarakat modern dan problematikanya? b. Bagaimanakah pengembangan akhlak tasawuf bagi masyarakat modern? c. Bagaimanakah metode pembinaan akhlak tasawuf dalam masyarakat modern?

C. Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : a. Memahami pengertian masyarakat modern dan problematikanya. b. Memahami perlunya pengembangan akhlak tasawuf bagi masyarakat modern. c. Memahami metode pembinaan akhlak tasawuf dalam masyarakat modern.

BAB II PEMBAHASAN

A. Masyarakat Modern Dan Problematikanya Istilah masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Istilah masyarakat dalam bahasa inggris disebut society yang berarti kawan. Dalam ilmu antropologi, masyarakat didefinisikan sebagai sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk prikehidupan berbudaya. Adapun kata modern dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan dengan terkini, mutakhir dan terbaru. Jadi, berdasarkan dua pengertian tersebut, maka masyarakat modern adalah sekelompok manusia yang hidup dalam kebersamaan yang saling mempengaruhi dan terikat dengan norma-norma serta sebagian besar anggotanya mempunyai orientasi nilai budaya untuk kehidupan yang lebih maju. Atau dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta mengatakan bahwa masyarakat modern adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama disuatu tempat dengan aturan-aturan tertentu yang bersifat mutakhir. Berkaitan dengan pengertian masyarakat modern diatas, maka ada beberapa indikator atau ciri-ciri yang dimiliki oleh masyarakat modern yang diantaranya adalah: 1. Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran dari pada emosi. Sebelum melakukan pekerjaan, masyarakat modern selalu mempertimbangkan terlebih dahulu untung dan ruginya. 2. Berpikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut pandang fungsi dan kegunaanya bagi masyarakat. 3. Menghargai waktu, yakni selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya dan seefisien mungkin. 4. Berpikir jauh kedepan dan tidak berpikir untuk kepentingan sesaat, sehingga selalu melihat dampak sosialnya secara lebih jauh. 5. Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran , masukan, dan kritikan. 6. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan pribadi atau individualis, dimana antara yang satu dengan yang lain tidak peduli dan acuh tak acuh. 7. Berorientasi pada perubahan. Perubahan itu sendiri didorong dan dipercepat oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Alfin Toffler, masyarakat bisa dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, masyarakat pertanian (agricultural society) yakni masyarakat yang mendasarkan

perekonomiannya pada sumber daya alam. Mereka masih sangat sederhana dan trasional, informasi terpusat pada seseorang yang ditokohkan. Kedua, masyarakat industry (industrial society). Masyarakat ini sudah maju dibandingkan dengan masyarakat pertanian, mereka sudah menggunakan mesin-mesin dan teknologi tinggi untuk memproduksi berbagai hal. Informasi sudah tersebar pada siapa saja karena sudah menggunakan media cetak atau tulisan, informasinya bersifat nasional dan terus berkembang bahkan lebih jauh lagi jangkauannya. Karena persaingan yang ketat dalam masyarakat industri, maka sangat diperlukan jiwa yang cerdas serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi canggih. Ketiga, masyarakat informasi (informatical society). Masyarakat informasi berkembang lebih maju dibanding masyarakat industri, dari segi teknologi, ekonomi dan industri lebih bersifat pasti. Bagi masyarakat ini, informasi lebih penting dari segalanya, mereka selalu ingin tahu dan imajinatif . Masyarakat industri dan informasi inilah yang menjadikan mereka sebagai masyarakat modern yang identik dengan mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengesampingkan pemahaman agama. Mereka beranggapan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mampu meningkatkan taraf kehidupan. Padahal tidak selamanya seperti yang diharapakn, karena kemajuan dibidang teknologi yang berkembang pada masyarakat modern akan memberikan dua dampak bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan dampak positif dan dapat menimbulkan dampak negatif pula. Dampak positifnya tentu akan meningkatkan keragaman budaya yang tersedia melalui penyediaan informasi yang menyeluruh sehingga memberikan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan baru dan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Adapun dampak negatif dari kemajuan teknologi akan menimpa kehidupan masyarakat apabila berada ditangan-tangan orang yang tidak berakhlak. Kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa disadari membuka peluang yang besar bagi penyalahgunaan sehingga menimbulkan kerusakan dan kehancuran manusia dan kehidupan baik secara fisik maupun moral yang disebabkan kerena mereka senantiasa menyalahkan teknologi untuk tujuan-tujuan yang kurang tepat. Misalnya, penggunaan teknologi informasi seperti komputer dimanfaatkan untuk tukar menukar informasi dalam rangka penipuan, penyebaran film-film terlarang dan sebagainya. Selain problematika dalam aspek pengembangan intelektual khususnya

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam masyarakat modern juga


4

mengalami berbagai problem dalam aspek lainnya, seperti dalam aspek politik, aspek pluralisme agama, aspek spiritual dan aspek etika. Tidak bisa dipungkiri pluralitas dalam kehidupan harus disikapi dengan toleran, jujur, terbuka, bijaksana dan adil. Berkaitan dengan pluralitas agama, konsep tasawuf memandang bahwa konsep semua agama adalah sama yaitu penyerahan diri kepada Tuhan pencipta alam seisinya. Sebagaimana dalam ajaran tasawuf dikenal dengan konsep wihdat al-adyan. Konsep ini memandang bahwa sumber agama adalah satu, hanya berbada bungkus luarnya saja. Dalam aspek spiritual, masyarakat modern senantiasa terbuai dalam situasi keglamoran, yang menjadikan mereka meninggalkan pemahaman agama, hidup dalam sikap sekuler yang menghapus visi ke-Ilahian. Hal ini mengakibatkan kehampaan spiritual dan mengakibatkan manusia jauh dari Sang Maha Pencipta. Akibatnya banyak dijumpai orang yang merasa gelisah, tidak percaya diri, stress dan tidak memiliki pegangan hidup. Mereka merasa dirinya tidak berharga, tidak mempunyai masa depan, merasakan kekosongan batin dan kehampaan spiritual. Dalam aspek etika, masyarakat modern mengalami krisis moral dengan seringnya menampilkan sifat-sifat yang kurang dan tidak terpuji dan menyimpang dengan normanorma yang berlaku. Para kritisi barat mengemukakan bahwa sekarang ini manusia mengalami krisis identitas, krisis legalitas, krisis penetrasi, krisis partisipasi dan krisis distribusi. Terhadap semua krisis yang dialami manusia sekarang ini, sudah tentu dakwah islamiyah akan mengatasinya. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. B. Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf Telah banyak diakui bahwa manusia modern telah mengalami apa yang disebut Nasr sebagai krisis spiritual.1 Krisis spiritual ini barangkali terjadi sebagai akibat dari pengaruh sekularisasi yang telah cukup lama menerpa jiwa-jiwa manusia modern. Pengaruh pandangan dunia modern dalam berbagai bentuknya-naturalisme,

materialisme, positivisme- memiliki momentumnya yang berarti setelah sains modern, beserta teknologi yang dibawanya, memutuskan untuk mengambil pandangan sekuler sebagai dasar filosofinya. Pandangan dunia sekuler, yang hanya mementingkan kehidupan duniawi, telah secara signifikan menyingkirkan manusia modern dari segala aspek spiritualitas. Akibatnya mereka hidup secara terisolir dari dunia-dunia lain yang bersifat nonfisik,

Mulyadi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 264.

yang diyakini adanya oleh para sufi. Bagi mereka kehidupan dimulai di dunia inidan berakhir juga di dunia ini, tanpa tahu darimana ia berasal dan hendak kemana setelah ini ia pergi.2 Tak dapat dipungkiri lagi, kehidupan manusia modern identik dengan mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengesampingkan pemahaman agama. Mereka beranggapan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi akan mampu meningkatkan taraf kehidupan. Padahal tidak selamanya demikian. Justru kebergantungan masyarakat modern terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi akan menimbulkan dua dampak, yakni dampak positif di satu sisi dan dampak negative di sisi lain. Dampak positifnya tentu saja akan meningkatkan keragaman budaya, informasi dan ilmu pengetahuan sehingga berimbas pada peningkatan taraf hidup manusia. Adapun dampak negatif dari kemajuan teknologi akan menimpa kehidupan masyarakat jika teknologi berada di tangan orang yang secara mental dan keyakinan agama mengalami gangguan atau berada di tangatangan orang yang tidak berakhlak.3 Karena masyarakat modern menghadapi problematika yang kompleks, carutmarut, dan berbahaya, maka perlu dicari solusi yang sangat tepat. Masyarakat modern harus menumbuhkan lagi spiritualitas diri. Sayyed Hossein Nasr adalah salah satu penganjur spiritualitas yang gigih. Menurutnya, paham sufisme mulai mendapat tempat di kalangan masyarakat (termasuk masyarakat Barat) karena mereka merasa kering batinnya. Masyarakat modern yang terdera problematika hidup yang kompleks dan carut-marut mencoba lari ke spiritualitas dan sufisme. Mereka mencoba membangun akhlak tasawuf.4 Selama ini, masyarakat Barat, masih sangat asing dengan sosok Muhammad sang tokoh spiritual terbesar. Mereka juga tidak tahu bahwa Islam memiliki kekayaan ruhani luar biasa yang bisa memuaskan dahaga mereka. Masyarakat Barat seringkali memandang Islam secara legal-formal belaka dan tidak tahu bahwa Islam memiliki dimensi isoteris (bathiniyah) yang Islam dan dimensi tasawufnya perlu diperkenalkan kepada masyarakat Barat secara segar dan kontekstual sesuai dengan kondisi zaman. Ironisnya, selama ini, masyarakat Barat menganggap bahwa sufisme merupakan salah satu penyebab melemahnya daya juang umat Islam sendiri.
Ibid., 265. Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hlm. 354. 4 M. Solihin, M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup (Bandung: Nuansa, 2005), hlm. 257.
3 2

Menurut Komarudin Hidayat, sufisme perlu dimasyarakiatkan setidaknya karena tiga hal. Pertama, sufisme mampu mengatasi kebingungan manusia akibat hilangnya nilai-nilai spiritualitas. Kedua, sufisme memberikan referensi dan pemahaman tentang aspek esoteric islam kepada masyarakat. Ketiga, sufisme menegaskan kembali akan pentingnya aspek esoteris Islam sebagai jantung ajaran Islam itu sendiri.5 C. Metode Pembinaan Akhlak Tasawuf di Zaman Modern Ada beberapa metode dalam pembinaan akhlak tasawuf di zaman modern yang telah dikenal masyarakat luas, antara lain adalah metode manajemen qolbu, metode zikir, metode nasyid, metode mabit, dan metode harakah. 1. Metode Manajemen Qalbu Pelopornya adalah KH. Abdullah Gymnastiar. Manajemen qolbu bertujuan untuk membentuk manusia berhati ikhlas, berpandangan positif dan selalu menata hati berdasarkan keimanan kepada Allah SWT. Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan duniawi dan tidak pernah digunakan untuk mendzalimi sesama. Menurut Aa Gym, ilmu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya. Banyak orang yang rajin mendatangi majelis-majelis talim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap saja buruk. Menurutnya, jika hati bersih diibaratkan sebagai gelas bersih yang siap diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. Ilmu yang bermanfaat dan bisa menjadi ladang amal shaleh bisa diperoleh melalui hati yang bersih. Semakin bersih hati seseorang, maka dia akan dikaruniai kepekaan oleh Allah untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari mana pun. Selain itu, dia juga diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawanya kepada kemudharatan. Dengan menggunakan manajemen qolbu yang benar maka akan diperoleh hati yang selalu bercahaya. Untuk memperoleh hati yang bersih dan selalu bercahaya, kita harus selalu menata hati, memperindah hati, dan menghidupkan hati nurani dengan cara menjaga pandangan, menjaga lisan, memelihara perut dan memilih pergaulan. Untuk pembersihan hati ada lima tahap yang perlu ditempuh, antara lain: 1) Adanya tekad kuat membersihkan hati. untuk memahami dan memperbaiki diri serta

Ibid., 258.

2) Memiliki ilmu mengenai pemahaman atau pengenalan diri. Sebab seseorang dapat membersihkan hati melalui perbaikan diri secara kontinu jika telah menyadari keadaan dirinya. 3) Menafakkuri diri sendiri melalui evaluasi diri dengan bekal ilmu (tentang pengendalian diri) yang dimilikinya. 4) Proses mengevaluasi diri perlu untuk diperluas. Dengan kata lain, evaluasi diri dibicarakan secara terbuka dan bersama-sama sehingga proses pembersihan qolbu semakin efektif. 5) Berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bagaimana diri mau belajar dari diri orang lain. (Gymnastiar, 2002: 235-239) 2. Metode Zikir Metode zikir ini adalah metode yang dikembangkan oleh K.H. Arifin Ilham, seorang kiyai muda yang mempunyai suara serak sebagai ciri khasnya, melalui majelis zikirnya di Jakarta. Tidak berbeda dengan K.H. Abdullah Gymnastiar, apa yang dilakukan oleh K.H. Arifin Ilham ini sesungguhnya juga sudah dikembangkan oleh para ulama terdahulu, terutama oleh para ahli tasawuf, sufi. Tetapi, Ustadz Arifin, berhasil membangkitkan dan menggairahkan kembali zikir yang mulai ditinggalkan umat ini, dengan metode zikir berjamaah, walau ada ulama yang kurang setuju dengan zikir berjamaah ini, tetap saja beliau diminati oleh umat terutama yang mulai sadar akan kekeringan hati dan kegundahan jiwanya. 3. Metode Nasyid Indahnya pabila kau tahu Allah tiada akan membiarkanmu Meskipun di hatimu tiada menginsafi Dikau disayanginya dikau milik-Nya Kalimah-Nya imanmu Hidayah harapanmu Dikau musafir dalam kehidupan Karena itu kau perlukan Bantuan-Nya dan jua hidayah-Nya Nikmat dicurahkan-Nya untukmu Meskipun dirimu tiada bersyukur Tiada kau takuti siksa api neraka
8

Yang bakal menimpa mereka yang durhaka Pintalah selalu pengampunan-Nya Pohon dari-Nya hidayah dan cinta-Nya Pasti kau akan bahagia Pasti kau kan bahagia Bahagia selamanya

Itulah salah satu syair nasyid dari kelompok Brothers yang kalau diperhatikan betapa sangat dalam dan bermakna sekali ajaran yang disampaikan oleh mereka lewat syair nasyidnya itu. Di sana dapat ditangkap maksud yang ingin disampaikan oleh mereka itu, salah satunya adalah tentang taubat atas segala dosa, memohon hidayah dan bantuan Allah Swt, dan mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, sehingga akan mencapai atau mendapatkan kebahagiaan yang kekal, selamanya. Kalau diperhatikan syair di atas nampaknya apa yang disampaikan oleh Brothers adalah maqam taubat dalam tasawuf, dan yang lainnya yang berkaitan dengan akhlak tasawuf. Di Indonesia, mungkin salah satu grup nasyid yang ada misalnya adalah The Fikr, grup nasyid yang ada di bawah asuhan Aa Gym. Selain warna musik yang kini telah berkembang, syair pun kini merambah pada persoalan yang lain, bukan hanya berkaitan dengan pembinaan keimanan, akhlak saja tetapi merambah juga kepada persoalan yang dihadapi khususnya oleh kaum muda. Hanya saja di sana tidak terlepas dari penanaman nilai-nilai agama, inilah yang membedakan dengan musik dan syair lain. Syair The Fikr berikut ini misalnya : Mencintai dicintai fitrah manusia Setiap insan di dunia akan merasakannya Indah ceria kadang merana Itulah rasa cinta Berlindunglah pada Allah dari cinta palsu Melalaikan manusia hingga berpaling dari-Nya Menipu daya dan melenakan Sadarilah wahai kawan Cinta adalah karunia-Nya Bila dijaga dengan sempurna Resah menimpa gundah
9

Menjelma jika cinta Tak dipelihara Cinta pada Allah, cinta yang hakiki Cinta pada Allah, cinta yang sejati Bersihkan diri gapailah cinta Cinta ilahi Utamakanlah cinta pada-Nya Terjagalah amalan kita Binalah slalu cinta ilahi Hidup kita kan bahagia

Tidak dapat dipungkiri kalau manusia sekarang khususnya kaum muda sangat gemar sekali dengan dunia hiburan, terutama musik, karenanya diperlukan musik alternatif yang bermutu dan membina keimanan dan akhlak kaum muda kita, dan salah satunya adalah nasyid. Itulah alasan kami memasukan nasyid sebagai salah satu metode pembinaan akhlak tasawuf di zaman modern ini. Apalagi ketika kami perhatikan ternyata ada perbedaan perilaku antara mereka yang mengkonsumsi nasyid dan yang tidak. Mereka yang mengkonsumsi nasyid jauh lebih Islami dan berakhlak luhur. 4. Metode Mabit Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa) pertama kali kami kenal, ketika kami mengikuti kegiatan ini untuk pertama kalinya di Masjid Pusdai (Pusat Dakwah Islamiyah) Bandung. Awalnya kami tidak tahu seperti apa sih kegiatan dari mabit itu. Kegiatan mabit tersebut dimulai dari sejak waktu Maghrib tiba dengan mengadakan shalat Maghrib berjamaah, tadarus al-Quran sampai waktu Isya, lalu shalat Isya berjamaah, yang setelahnya diadakan diskusi, bedah buku atau ceramah sampai pertengahan malam, dan istirahat/tidur. Pada sepertiga terakhir para jamaah dibangunkan untuk shalat malam, tahajud diselingi dengan renungan. Pada saat-saat renungan itulah kami merasakan adanya pembinaan akhlak dengan masuk melalui maqam taubat, bahkan dengan renungan seperti itulah yang kami rasakan lebih menyentuh hati dan menggugah ghirah keIslaman kita. Inilah alasan kami memasukkan metode mabit ini sebagai salah satu metode pembinaan akhlak tasawuf di zaman modern ini. 5. Metode Harakah
10

Metode harakah yang kami maksukkan ke dalam pembinaan akhlak tasawuf adalah Jamaah Tabligh. Jamaah Tabligh sangat dekat kepada pembinaan akhlak tasawuf yang kita bahas saat ini. Mustofa Hasan, Alumni Universitas Islam Madinah adalah salah satu pelopor Jamaah Tabligh. Dia pernah menguraikan tentang pentingnya Jamaah Tabligh, khususnya dalam soal pembinaan akhlak tasawuf dan kehidupan ruhani. Tampaknya belum pernah ada jamaah manapun yang pengaruhnya sebesar Jamaah Tabligh. Karena takut terhadap pengaruh Jamaah Tabligh, maka sebagian orang menentangnya dan melemparkan tuduhan tuduhan yang berbahaya. Tetapi karena keikhlasan pengikut Jamaah Tabligh , maka Allah selalu menolong dan membela mereka. Menurut Syaikh Abu Bakar, Jamaah Tabligh muncul pada abad ke -13 H, di New Delhi, ibu kota india. Jamaan Tabligh di sebarkan dan di kembangkan oleh Syaikh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Khandahlawi untuk merespon kondisi umat islam yang di timpa kebodohan, kefasikan, kerusakan, dan sebagainya. Pada waktu itu, umat islam di berbagai negeri berada dalam kondisi jahiliah yang cukup parah. Mereka semakin menjauh dari syariat Islam. Padahal tidak ada keselamatan, kesempurnaan, dan kebahagiaan tanpa ilmu tentang Islam dan syariatsyariatnya, baik lahir maupun batin. Syekh Abu Bakar menguraikan enam ciri khas Jamaah Tabligh, yaitu : a. Mewujudkan hakikat syahadat dengan beribadah kepada Allah sesuai yang diajarkan Rasullullah. b. Shalat yang khusyu dan khudlu. Yakni menegakkan salat dengan menyempurnakan rukun dan wajibnya. Salat yang khusu mampu mencegah perbuatan keji dan munkar. c. Ilmu yang di sertai dengan dzikir. Yakni mempelajari ilmu yang di perlukan dan beramal dengannya. Itulah yang dimaksud dengan dzikir. Beramal dengan ilmu adalah dzikir dan beramal tanpa ilmu adalah penyimpangan dan kelengahan. Kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat dan doa yang tidak dikabulkan. d. Memuliakan saudara sesama Muslim. Memuliakan saudara Muslim adalah menghormati dan mengangkat harga dirinya. Memulliakan sesama Muslim berarti juga menjauhkan gangguan darinya dan berbuat baik kepadanya sesuai kemampuan kita sebagai manusia.

11

e. Mengoreksi niat, artinya seorang Muslim harus berniat secara baik dan lurus agar seluruh amal perbuatannya mendapatkan ridha Allah Swt. Inilah keikhlasan yang disebutkan dalam Al Quran dan ditegaskan oleh Sunnah Rasullullah Saw. f. Dakwah ilallah, maksudnya berdakwa kepada sesama manusia agar beriman kepada Allah, juga beramal di jalan Allah dan Rasul- Nya sesuai ajaran di dalam Al- Quran dan Al Sunnah. Hal ini dimaksudkan agar seorang hamba menjadi sempurna dan bahagia di dunia dan akhirat.

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Masyarakat modern adalah sekelompok manusia yang hidup dalam kebersamaan yang saling mempengaruhi dan terikat dengan norma-norma serta sebagian besar anggotanya mempunyai orientasi nilai budaya untuk kehidupan yang lebih maju. Manusia modern identik dengan mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengesampingkan pemahaman agama.Mereka beranggapan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi akan mampu meningkatkan taraf kehidupan. Masyarakat modern harus menumbuhkan (lagi) spiritualitas diri. Menurut para ahli, bertasawuf merupakan obat yang tepat dan ampuh. Metode pembinaan akhlak tasawuf di zaman modern, diantaranya adalah: 1. Metode Manajemen Qalbu 2. Metode Zikir 3. Metode Nasyid 4. Metode Mabit 5. Metode Harakah

13

DAFTAR PUSTAKA

M. Solihin, M. Rosyid Anwar. 2005. Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup. Bandung: Nuansa. Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga. Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2011. Akhlak Tasawuf. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. file:///H:/twiiinnnn/metode-pembinaan-tasawuf-di-jaman.html file:///H:/twiiinnnn/inovasi-pendidikan-akhlak-berbasis%20mnjmn.htm file:///H:/twiiinnnn/!ejo%20LoemoeT.htm file:///H:/twiiinnnn/Manajemen%20Qalbu%20%20Sebuah%20Pengantar%20%C2%AB% 20Ahmad%20Sahidin.htm

14

You might also like