You are on page 1of 17

BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH

Tugas Makalah Mata Kuliah Bahasa Indonesia

OLEH MUH. ZULFAJRI AZIS (D41112282) MUH. FAKHRI (D41112286) MUH. IQBAL (D41112283) HIDAYAT SARJUM (D41112284) M. RASYDIN SJATRY DJAFAR (D41112287)

MAHARANI AYU LESTARI (D41112285)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Himpunan Materi Kuliah Bahasa Indonesia. Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin Anonim. Tahun. Mata Kuliah Pengembangan Keperibadian Bahasa Indonesia. Makassar: UNM Rachmah, Aulia. 2010.Lugas dan Jelas Dalam Ragam Ilmiah. Diakses melalui http://kafegue.com/lugas-dan-jelas-dalam-ragam-ilmiah.html pada tanggal 13 September 2012 Salim, Soma. 2011. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah. Diakses melalui http://somasalims.blogspot.com/bahasa-indonesia-ragam-ilmiah.html pada tanggal September 2012 Syamsinar Awaliah dan Nurfitasari. 2012. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah. Diakses melalui http://pendidikanmatematika2011.blogspot.com/2012/04/syamsinar-awaliah.html pada tanggal 12 Septmber 2012

14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam presentasi maupun penulisan ilmiah.Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. 2. Cendikia Lugas dan Jelas Bertolak dari gagasan Formal Obyektif Ringkas dan padat Konsisten

Penggunaan Ragam Indonesia Ragam Ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta,konsep,perinsip,teori atau gabungan dari keempat hal tersebut secara hasil penelitian secara tertulis dan lisan.Ciri-ciri penggunaan ragam ilmiah dalam penulisan Ilmiah di antaranya: baku, logis, kuantitatif, tepat, denotatif dan runtun.

B. Saran Ragam ilmiah merupakan suatu bahasa untuk menuliskan sebuah karyailmiah. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yangkomunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Untuk itu sebaiknya perlu diberikan pemahaman yang lebih baik kepada mahasiswa agar dapat membuat dan menulis karya ilmiah sesuai dengan sifat-sifat dari ragam ilmiah.

13

1) Baku. Sturuktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku, baik mengenai struktur bahasa kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan. 2) Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. 3) Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Perhatikan contoh di bawah ini: 4) Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.. 5) Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif. 6) Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

Contoh : Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, inpterpretasi-interpretasi lainnya terhadap tindakan lawan bicara. Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.

12

Perkenanakan saya memaparkan skripsi saya secara ringkas! Skripsi ini berjudul Pengaruh Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada PT BNI Cabang Makassar tahun 2007. Skripsi ini memasahkan bagaimana pengaruh penjualana saham terhadap laba usaha pada perusahaan tersebut sejak 1 Juli hingga 31 Desember 2007. Penjualan saham merupakan variabel bebas dan laba usaha merupakan variabel terikat. Kajian teoritik bersumber pada data sekunder yang diperoleh melalui buku, jurnal, ensiklopedia, website, dan beberapa laporan penelitian dalam bahasan yang sejalan dengan topik ini. Kajian ini menggunakan sumber data yang diterbitkan pada tahuan 2006-2007. Kajian ini dideskripsikan dalam Bab II Deskripsi Teori. Berdasarkan kajian teoritik tersebut dilakukan pengumpulan data di

lapangan, yaitu kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang pembantu lainnya untuk mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak tanggal 1 juli sampai dengan 31 Desember 2007. Data ini diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan melalui website. Data ini dideskripsikan

dalam Bab V Deskripsi Data, Analisis, dan Hasil Analisis Data. Selanjutnya, data ini dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan saham terhadap laba usaha memenngaruhi secara signifikan. Sebagai kesimpulan bahwa penjualan saham berpengaruh secara positif terhadap laba usaha.

C. Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik Menggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan. Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah, penulis harus berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan jelas, mengindari kalimat yang fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam menggunakan ejaan, dan aspek-aspek lainnya. Ciri-ciri penggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam penulisan karya ilmiah sebagai berikut :

11

a.

Etika ilmiah, makdsunya bahwa seseorang presenter ilmiah (1) harus menggunakan ragam bahasa ilmiah, (2) penalaran ilmiah, (3) bersikap obejktif, (4) menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya, (5) mematuhi aturan formal presentasi, (6) mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu yang ditentukan, (7) mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya, (8) mengutip data yang relevan dengan pembuktian, (9) tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah, (10) dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi, konsep, data, kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari karya ilmiahnya, (11) mencermati setiap respon pendengar (penguji).

b.

Ketentuan lembaga (universitas), yaitu (1) mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga atau universitas, (2) mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada lembaga atau universitas, (3) mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau universitas.

c.

Kemampuan personal, yakni, (1) bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji), (2) bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri berlebiha, (3) menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir, dan lain-lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata pengalaman membuktikan ..., uji coba menunjukkan, dan lain-lain, (4) berpakaian sopan, (5) menunjukkan sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.

d.

Kemampuan teknis, yakni (1) menganalisis data primer dan sekundewr, baik kualitatif maupaun kuantitatif, (2) mengaplikasikan penggunaan pustaka, (3) melengkapi pembuktian (sumber) teori, (4) menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen), (5) memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang relevan. Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha

sekiuat tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan unsur intonasi lainnya.

Contoh pidato presentasi skipsi: Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya hormati, 10

dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam artikel ilmiah. Contoh (3) dan (4) berikut dapat memperjelas keringkasan dan kepadatan bahasa tulis ilmiah. Hadirnya kalimat yang dicetak miring pada contoh (3) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan demikian, kalimat itu perlu dibuang sebagaimana contoh (4). 8. Konsisten Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut. Perhatikan contoh kalimat konsisten berikut ini ! (1) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan. (2) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau

mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan. Contoh (2) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, 9contoh yang konsisten adalah contoh (1).

B. Ragam Bahasa Indonesia Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah) Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru besar. Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun penulisan skripsi, tesis dan disertasi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan diakhiri dengan penentuan kelulusan. Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu: 9

Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan kalimat (3) berikut perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional. Penulisan kalimat yang tidak subjektif tampak pada contoh (4). 7. Ringkas dan Padat Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah. Perhatikan contoh kalimat ringkas dan padat berikut ini ! (1) Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia. (2) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia. Contoh (1) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (2) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (2) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir. (3) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan.Artinya, pelaksanaan proyek itu sudah benar.Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar. (4) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak benar. Keringkasan dan kepadatan panggunaan bahasa tulis ilmiah tidak hanya ditandai dengan tidak adanya kata-kata yang berlebihan, tetapi juga ditandai 8

kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal. Perhatikan contoh di bawah ini! (1) Kata Formal Berkata Membuat Hanya Memberi Bagi Daripada 6. Objektif Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya (2) Kata Informal Bilang Bikin Cuma Kasi Buat Ketimbang

menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan. Perhatikan contoh kalimat objektif berikut ini ! (1) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut. (2) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (1) menimbulkan sifat subjektif. Berbeda dengan contoh (2) yang tidak mengandung unsur subjektif. (3) Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali adanya masalah. (4) Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya masalah. 7

(2) Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap) 4. Bertolak dari Gagasan Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimatkalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari. Perhatikan contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini! (1) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. (2) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. Contoh kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (2) berorientasi pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu dihindari. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini! (3) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila. (4) Perlu diketahui bahwa pandidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila. Contoh (3) merupakan penyempurnaan dari contoh (4) yang berorientasi pada pelaku bukan penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat aktif tidak boleh digunakan dalam karangan ilmiah. Kalimat aktif yang berorientasi pada gagasan dapat digunakan sebagaimana contoh berikut. (5) Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh pada mutu proses balajar mengajar adalah sistem penilaian. (6) Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat. 5. Formal Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan 6

Paneasila. Di samping itu, penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian. Contoh (3) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (4), kalimat-kalimatnya pendek sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat panjang.Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas. Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat.Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (3) berisi gagasan yang tidak dapat diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (3) perlu dipecah sebagaimana tertera pada kalimat (4). (5) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk segenap lapisan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir. (6) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk seganap lapisan masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir. Contoh (5) berikut merupakan contoh pengungkapan gagasan yang salah. Gagasan pada contoh (5) seharusnya diungkap sebagaimana contoh (6). 3. Menghindari Kalimat Fragmentaris Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan. Perhatikan contoh kalimat fragmentaris di bawah ini! (1) Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris) 5

Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok. (10) Peneliti terdiri atas orangorang yang mewakili lembaga. Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok. Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh (10). 2. Lugas dan Jelas Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Perhatikan contoh kalimat lugas di bawah ini! (1) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah sebagian, anak-anak mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan ringan. (2) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang berat. Kalimat (1) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan.Kedua ungkapan itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas.Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (2). Perhatikan contoh kalimat jelas berikut! (3) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari

penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian. (4) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari

penanaman moral di rumah. Penanaman moral di Sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral 4

kata. Karena itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan dengan muatan isi pesan yang akan disampaikan. (3) pemaparan pembuatan pembahasan pemerian (4) paparan buatan bahasan perian

Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara cermat. Kalau paparan itu mengacu pada proses, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu mengacu pada hasil, katakata yang cocok adalah katakata pada contoh (4). (5) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit. (6) Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit. Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh(6). (7) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas . Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum jelas . Paparannya sudah diuraikan, namun belum jelas. (8) Mulai sejak penentuan masalah penelitian itu tidak jelas arahnya. Mulai penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya. Sejak penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya. Kerancuan pilihan kata dalam artikel ilmiah perlu dihindari. Kerancuan pilihan kata pada umumnya terjadi karena dua struktur kalimat yang digabung menjadi satu. Untuk membetulkannya perlu dikembalikan pada struktur asal. Pilihan kata meskipun dan namun serta mulai dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan pada struktur asal sebagaimana contoh (8). (9) Peneliti terdiri orang-orang yang mewakili lembaga. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun secara lisan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. 1. Cendekia Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya. Perhatikan contoh kalimat cendekia di bawah ini! (1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia. (2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia. Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan dan keseksamaan penggunaan 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Berlakang Bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan tertentu dan dalam konteks tertentu. Tujuan dan konteks ini akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia untuk orasi politik misalnya, akan menggunakan ragam yang berbeda dari orang lain yang menggunakan untuk menyampaikan khotbah Jumat atau bahan kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, baik dalam menulis karya ilmiah maupun presentasi ilmiah. Kadang kala, seseorang menggunakan bahasa yang tidak baku, dialek kedaerahan, bahasa gaul seperti elo, gue, kaya, dan lain-lain. Padahal dalam situasi resmi seperti presentasi ilmiah, diskusi maupun pembicaran di lingkungan formal tidak cocok digunakan. Dan untuk memperdalam pemahaman mengenai bahasa Ilmiah maka kami mengangkat sebuah judul makalah yaitu Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah .

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut 1. 2. 3. Apa pengertian dan karakteristik bahasa ragam ilmiah? Bagaimana ragam bahasa pidato ilmiah? Bagaimana penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut 1. 2. 3. Untuk memahami pengertian dan karakteristik bahasa ragam ilmiah Untuk memahami ragam bahasa pidato ilmiah Untuk memahami penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang .........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah............................... 2 B. Ragam Bahasa Pidato Ilmiah ................................................................... 9 C. Penulisan Karya Ilmiah dengan Menulis Akademik................................ 11 BAB III PENUTUP A. Simpulan .................................................................................................. 13 B. Saran ........................................................................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah bahasa Indonesia tentang Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah khususnya membahas mengenai pengertian ragam ilmiah, karakteristik dan penggunaanya dalam penulisan karya ilmiah, maupun presentasi ilmiah. Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi sumbansi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada penulis. Selain itu, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan guna mengetahui mengenai Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah.

Gowa, 4 Oktober 2012

Penulis

You might also like