Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN TEORI
A. Shodaqoh
1. Pengertian Shodaqoh
Shodaqoh asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
ridho Allah SWT dan pahala semata. Shadaqoh berasal dari kata shadaqa yang
berarti benar. Makna shodaqoh secara bahasa adalah membenarkan sesuatu.5
Shadaqoh menurut bahasa adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan
mendekatkan diri pada Allah SWT.
Menurut Syara', shadaqoh adalah memberi kepemilikan pada seseorang
pada waktu hidup dengan tanpa imbalan sesuatu dari yang diberi serta ada tujuan
taqorrub pada Allah SWT. Shodaqoh juga diartikan memberikan sesuatu yang
berguna bagi orang lain yang memerlukan bantuan (fakir-miskin) dengan tujuan
untuk mendapat pahala.6 Perngertian shadaqoh sama dengan perngertian infak.
Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas,
menyangkut juga hal yang non-materi. Misalnya amal kebaikan yang dilakukan
seorang Muslim juga termasuk shodaqoh.7
5 Ust. M. Taufiq Ridho, Lc., Perbedaan ZIWAF, (Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, tt), h.
01.
6 Drs. Shodiq, SE., Kamus Istilah Agama, (Jakarta: C.V. SEINTTARAMA, 1988), Cet. 2,
h. 289.
7 Indonesian Muslim Society, Sedekah, http://forumsedekah.blogspot.com.
Adapun istilah shodaqoh, maknanya berkisar pada 3 (tiga) pengertian
berikut ini : Pertama, shodaqoh adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir,
orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima
shodaqoh, tanpa disertai imbalan (Mahmud Yunus, 1936: 33, Wahbah Az Zuhaili,
1996: 919). Shodaqoh ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu,
untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha
menggunakan istilah shodaqoh tathawwu’ atau ash shodaqoh an nafilah (Az
Zuhaili 1996: 916). Sedang untuk zakat, dipakai istilah ash shodaqoh al
mafrudhah (Az Zuhaili 1996: 751). Namun seperti uraian Az Zuhaili (1996: 916),
hukum sunnah ini bisa menjadi haram, bila diketahui bahwa penerima shodaqoh
akan memanfaatkannya pada yang haram, sesuai kaidah syara’:
8
"ٌ"اَْل َوسِيَْلةُ إِلَى الْحَرَامِ حَرَام
“Segala perantaraan kepada yang haram, hukumnya haram pula”.
Bisa pula hukumnya menjadi wajib, misalnya untuk menolong orang yang
berada dalam keadaan terpaksa (mudhthar) yang amat membutuhkan pertolongan,
misalnya berupa makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk
menghilangkan dharar (izalah adh dharar) yang wajib hukumnya. Jika kewajiban
ini tak dapat terlaksana kecuali dengan shodaqoh, maka shodaqoh menjadi wajib
hukumnya, sesuai kaidah syara’ :
9
"ُب اِلّ بِهِ َف ُه َو الْوَا ِجب
ِ "مَا َل َيتِ ّم اْلوَا ِج
“Segala sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tak terlaksana sempurna, maka
sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya”.
8 Muhammad Shiddiq Al Jawi, “Zakat, Infaq dan Shodaqoh”, Tarbiyah: 28 April 2006,
10:49 pm, http://www.pkpu.or.id email: pos@centrin.net.id.
9 Muhammad Shiddiq Al Jawi, “Zakat, Infaq dan Shodaqoh”, Tarbiyah: 28 April 2006,
10:49 pm, http://www.pkpu.or.id email: pos@centrin.net.id.
10
maka yang dimaksudkan adalah shodaqoh dalam arti yang pertama ini yang
hukumnya sunnah bukan zakat.
Kedua, shodaqoh adalah identik dengan zakat (Zallum, 1983: 148). Ini
merupakan makna kedua dari shodaqoh, sebab dalam nash-nash syara’ terdapat
lafazh “shodaqoh” yang berarti zakat. Misalnya firman Allah SWT dalam surat
At-Taubah ayat 60:
y J¯ R Î ) à M » s % y ¢ Á 9 $ # Ï ä !#t s )à ÿ ù = Ï 9 È ûü Å 3 » |¡y Jø9 $ #u r $
t û,Î #Ï J » yè ø9 $ #u r $ p kö n = tæ ... Ç Ï É È
10 Abdullah Muhammad Ismail Bukhori, Matan al-Bukhari, (Daar Fikr: Bairut, tt), Juz
3.
10
Begitu pula pada hadits Mu’adz, kata “shodaqoh” diartikan sebagai zakat,
karena pada awal hadits terdapat lafazh “iftaradha” (mewajibkan atau
memfardhukan). Ini merupakan qarinah bahwa yang dimaksud dengan
“shodaqoh” pada hadits itu adalah zakat, bukan yang lain. Dengan demikian, kata
“shodaqoh” tidak dapat diartikan sebagai “zakat”, kecuali bila terdapat qarinah
yang menunjukkannya.
Ketiga, shodaqoh adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan
syara’). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam Muslim
bahwa Nabi SAW bersabda : “Kullu ma’rufin shadaqah” (Setiap kebajikan,
adalah shodaqoh). Berdasarkan ini, maka mencegah diri dari perbuatan maksiat
adalah shodaqoh, memberi nafkah kepada keluarga adalah shodaqoh, ber-amar
ma’ruf nahi munkar adalah shodaqoh, menumpahkan syahwat kepada isteri
adalah shodaqoh, dan tersenyum kepada sesama muslim pun adalah juga
shodaqoh.11
Penggunaan kata shodaqoh yang memiliki arti sangat luas seperti yang
terdapat dalam Al-Qur'an, menjadikan perbedaan dalam pemberian hukum
terhadap kata shodaqoh. Shadaqoh ada yang wajib yaitu yang disebut Zakat. Ada
yang mustahab (dianjurkan) seperti memberi buka puasa pada orang yang
berpuasa Ramadhan dan memberi santunan kepada para fuqara' dan masakin dari
harta selain zakat atau dikenal juga dengan istilah shodaqoh at-tatawwu’.
11 Muhammad Shiddiq Al Jawi, “Zakat, Infaq dan Shodaqoh”, Tarbiyah: 28 April 2006,
10:49 pm, http://www.pkpu.or.id email: pos@centrin.net.id.
12
12
dengan ketentuan syari`at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari
prinsip harta milik dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah (
milik Allah yang dititipkan kepada manusia ) dalam rangka pemerataan
kekayaan. Ketiga , zakat merupakan ibadah yang tidak hanya berkaitan
dengan dimensi ketuhanan saja ( ghair mahdhah ), tetapi juga mencangkup
dimensi sosial–kemanusiaan yang kerap disebut ibadah maliyah ijtima`iyyah.
Dengan demikian, zakat adalah pemberian harta kepada orang yang
berhak menerima dengan adanya ketentuan (kadar) dan adanya syarat-syarat
tertentu bagi orang yang mengeluarkannya. Kewajiban atas sejumlah harta
tertentu, berarti zakat adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan
bukan anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada setiap muslim (baligh atau
belum, berakal atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta yang sudah
memenuhi batas nisabnya. Kelompok tertentu adalah mustahik yang terangkum
dalam 8 asnhaf. Waktu untuk mengeluarkan zakat adalah ketika sudah berlalu
setahun (haul) untuk zakat yang berupa emas, perak, perdagangan dan lainnya,
ketika panen untuk zakat yang berupa hasil tanaman, dan ketika memperoleh harta
untuk rikaz, serta ketika bulan Ramadhan sampai sebelum khotbah shalat 'Ieid
untuk zakat fitrah.12
Kata shodaqoh mempunyai arti yang luas. Al-Qur'an menggunakan kata
shodaqoh untuk menyebut zakat seperti dalam surat At-Taubah ayat 60:
y J¯ R Î ) à M » s % y ¢Á 9 $ # Ï ä ! # t s )à ÿù = Ï 9 È ûü Å 3 » | ¡ y Jø9 $ # u r $
t û,Î # Ï J » y è ø9 $ # u r $ p kö n = t æ Ï p x ÿ© 9 x sß Jø9 $ # u r ö N å kæ 5 q è = è %
Î û u r É > $ s % Ì h 9 $ # t ûü Ï B Ì » t ó ø9 $ # u r Î û u r È @ Î 6 y Ç ! $ #
ÒO Å 6 y m Ç Ï É È
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At-
Taubah: 60)
(# q ãB $ s% r& u r n o 4 q n = ¢Á 9 $ # (# âq s ? # u ä u r n o 4 q 2 ¨9 $ # ó O ß g s9
ö N è d ã ô _r& y Z Ï ã ö N Î g Î n /u w u r ì$ ö q y z ö N Î g øn = tæ w u r
"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka
itu adalah saudara-saudara seagama…". (At-Taubah:11)
Zakat merupakan ibadah yang memiliki akar historis yang cukup panjang
14
seperti juga shalat, di mana para Nabi membawanya dan sangat diserukan oleh
mereka. Dan wasiat pertama yang diberikan Allah kepada mereka adalah zakat,
untuk kemudian disampaikan kepada ummat-ummatnya.
Melalui ayat-ayat tersebut, secara jelas bisa kita lihat bahwa zakat
disebutkan oleh Allah bersamaan dengan shalat, karena keduanya merupakan
syi'ar dan ibadah yang diwajibkan.
Kalau shalat merupakan ibadah ruhiyah, maka zakat merupakan ibadah
maliyah dan itima'iyah (harta dan sosial). Tetapi tetap saja zakat juga merupakan
ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT, maka niat dan keikhlasan
merupakan syarat yang ditetapkan oleh syari'at. Tidak diterma zakat tersebut
kecuali dengan niat bertaqarrub kepada Allah, inilah yang membedakan dengan
pajak, suatu aturan yang dibuat oleh manusia.13
13 Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah, Terj. Malaamihu
Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh, (tk: Citra Islami Press, 1997), Cet. 1.
14 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam, h. 83-84.
16
hartnya.15
Nabi juga menggunakan kata shodaqoh jariah untuk menyebut wakaf,
shodaqoh tidak hanya terbatas pada pemberian dalam bentuk materi, namun juga
dalam bentuk non materi. Dalam Hadits Rasulullah SAW memberi jawaban
kepada orang-orang miskin yang cemburu terhadap orang kaya yang banyak
bershodaqoh dengan hartanya, beliau bersabda: "Setiap tasbih adalah shodaqoh,
setiap takbir shodaqoh, setiap tahmid shodaqoh, setiap tahlil shodaqoh, amar
ma'ruf shodaqoh, nahi munkar shodaqoh, dan menyalurkan shahwatnya pada
para istri shodaqoh". Dalam Hadits lain Rasulullah SAW bersabda: "Senyummu
kepada saudaramu adalah shodaqoh". Pemaknaan kata shodaqoh dengan
pemberian yang hukumnya sunnah adalah malasah kebiasaan (u'rf) saja.16
Shodaqoh adalah ungkapan kejujuran (shidq) iman seseorang. Oleh karena
itu Allah swt menggabungkan antara orang yang memberi harta dijalan Allah
dengan orang yang membenarkan adanya pahala yang terbaik. Antara yang bakhil
dengan orang yang mendustakan. 17 Disebutkan dalam surat Al-Lail ayat 5-10:
B r'sù ô `tB 4 sÜô ãr& 4 s+ ¨?$ # u r Ç Î È s-£ |¹ u r 4 Ó o _ó ¡Á tø:$ $ Î / Ç Ï È ¨$
¼Á n Á Å c £ u ãY |¡sù 3 u ô £ ãè ù = Ï 9 ÇÊÉ È
"Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan Allah) dan bertakwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya (jalan) yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil
dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak
Kami menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”. (QS. Al-Lail: 5-10)
16
Dalam Al-Quran, Shodaqoh disebutkan sebagai salah satu ibadah yang utama.
Bahkan dalam kitab suci itu kalimat perintah Allah untuk bershodaqoh
menggunakan huruf waw ‘athaf, yang biasa digunakan sebagai kata-kata sumpah.
Misalnya, Wallahi, demi Allah. Dengan demikian, shodaqoh merupakan perintah
yang sangat mengikat dan sangat penting.18
Begitu pentingnya shodaqoh, sehingga dalam Al-Quran terdapat banyak
perintah mengenai amalan utama itu. Misalnya dalam surah Ibrahim ayat 31:
è% y Ï $t7 Ï è Ï j 9 tû ï Ï % © !$ # (#q ã Z tB #u ä (# q ß Jä É ) ã @
n o 4 q n = ¢Á 9 $ # (# q à ) Ï ÿZ ã u r $ £ JÏ B öN ß g» u Z ø% y u #v Å
Ï m Ï ù w u r Ó @ » n = Å z Ç ÌÊÈ
2. Landasan Shodaqoh
Bershodaqoh merupakan amalan yang terpuji, karena dengan
bershodaqoh dapat membantu orang lain dari kesusahan dan akan mempererat
antara yang lebih kaya dengan orang yang miskin. Oleh karena itu perintah
untuk bershodaqoh banyak tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits,
sebagaimana tersebut di bawah ini:
a. Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 114 yang artinya: “tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang
yang menyuruh (manusia) memberi shadaqoh atau berbuat baik atau
mengadakanperdamaian diantara manusia”.
b. Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 103 yang artinya: “ambillah shadaqoh
(zakat) dari sebagian harta mereka, dengan shadaqoh (zakat) itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenangan jiwa bagi mereka. Dan
18 Naqshbandiyun, Shodaqoh Membawa Berkah, http://naqshbandiyun.blogspot.com, 25
November 2007, 17:42:23 GMT.
18
3. Manfaat Shodaqoh
Tujuan shodaqoh bagi para pemberi adalah: Pertama, mensucikan jiwa dari
sifat kikir ditentukan oleh kemurahannya dan kegembiraan ketika mengeluarkan
harta semata karena Allah. Mensucikan jiwa juga berfungsi membebaskan jiwa
19 Abdullah Muhammad Ismail Bukhori, Matan al-Bukhari, (Daar Fikr: Bairut, tt), Juz
3.
18
manusia dari ketergantungan dan ketundukan terhadap harta benda dan dari
kecelakaan menyembah harta. Kedua, mendidik berinfak dan memberi. Orang yang
terdidik untuk siap menginfakan harta sebagai bukti kasih sayang kepada saudaranya
dalam rangka kemaslahatan ummat, tentunya akan sangat jauh sekali dari keinginan
mengambil harta orang lain dengan merampas dan mencuri (juga korupsi). Ketiga,
berakhlak dengan Akhlak Allah. Apabila manusia telah suci dari kikir dan bakhil,
dan sudah siap memberi dan berinfak, maka ia telah mendekatkan akhlaknya dengan
Akhlak Allah yang Maha Pengash, Maha Penyayang dan Maha Pemberi.
Keempat, menimbulkan rasa cinta kasih. Shodaqoh akan menimbulkan rasa
cinta kasih orang-orang yang lemah dan miskin kepada orang yang kaya. Shodaqoh
melunturkan rasa iri dengki pada si miskin yang dapat mengancam si kaya dengan
munculnya rasa simpati dan doa ikhlas si miskin atas si kaya. Kelima, mensucikan
harta dari bercampurnya dengan hak orang lain.
Keenam, mengembangkan dan memberkahkan harta. Pengembangan ini
dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sisi spiritual. Berdasarkan firman Allah dalam surat
Al-Baqarah ayat 276, artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah”. Dan dari sisi ekonomis-psikologis, yaitu ketenangan batin dari pemberi
shodaqoh akan mengantarkannya berkonsentrasi dalam pemikiran dan usaha
pengembangan harta.20 Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda, seperti
dalam firman-Nya dalam surat Saba’ ayat 39, artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya
Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-
hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya) dan barang apa
saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi
rezki yang sebaik-baiknya". Sehingga tidak ada rasa khawatir bahwa harta akan
berkurang dengan shodaqoh.21
Adapun tujuan shodaqoh bagi para penerima adalah ada dua tingkatan
tujuan shodaqoh bagi para penerimanya. Pertama, diharapkan setelah menerima
shodaqoh, mereka mencapai tingkatan berdaya. Setidaknya, dalam rentang
4. Adab Bershodaqoh
Berikut ini cara bershodaqoh yang mereka rasakan mampu menggetarkan
spiritualitas mereka:
a. Bershodaqohlah saat merasa ingin bershodaqoh, jangan sampai merasa
terpaksa. Bila saat bershodaqoh kita justru merasa kesal, maka akan tertanam
di bawah ssadar bahwa bershodaqoh itu tidak enak, bahkan mengesalkan.
Mungkin seperti kalau kita bayar parkir kepada preman di pinggir jalan. Ada
perasaan terpaksa, tak berdaya, bahkan dirampok. Bukan karena besar
kecilnya nilai uang, tapi rela tidaknya perasaan saat memberikan sumbangan.
Kalau anda sedang suntuk, tunggu sampai hati lebih riang. Memberi dengan
berat hati akan memberi asosiasi buruk ke alam bawah sadar.
b. Bershodaqohlah kepada sesuatu yang disukai sehingga hati Anda tergetar
karenanya. Mungkin suatu ketika Anda ingin menyumbang yatim piatu, di
waktu lain mungkin menyumbang perbaikan jembatan, mungkin pelestarian
satwa yang hampir punah, mungkin disumbangkan untuk modal usaha bagi
seorang pemula. Intinya adalah Anda sebaiknya menyedekahkan pada hal
yang membuat perasaan Anda tergetar. Setiap orang akan berbeda. Seringkali
seseorang menyumbang ke tempat ibadah, tapi hatinya tidak sejalan, hanya
karena kebiasaan. Menyumbang yang tak bisa dihayati tak akan menggetarkan
20
kalbu.
c. Bershodaqohlah dengan sesuatu yang bernilai bagi Anda. Kebanyakan
wujudnya adalah uang, namun lebih luas lagi adalah benda yang juga anda
suka, pikiran, tenaga, ilmu yang anda suka. Dengan menyumbang sesuatu
yang anda sukai, membuat anda juga merasa berharga karena memberikan
sesuatu yang berharga.
d. Bershodaqohlah dalam kuantitas yang terasa oleh perasaan. Bagaimana
rasanya memberi shodaqoh 25 rupiah? Bagi kebanyakan orang nilai ini sudah
tidak lagi terasa. Untuk seseorang dengan gaji 1 juta, maka 50 ribu akan
terasa. Bagi yang perpenghasilan 20 juta, mungkin 1 juta baru terasa. Setiap
orang memiliki kadar kuantitas berbeda agar hatinya tergetar ketika
menyumbang. Nilai 10 persen biasanya menjadi anjuran dalam shodaqoh
(bukan wajib), mungkin karena sejumlah nilai itulah kita akan merasakan
‘beratnya’ melepas kenikmatan.
e. Menyumbang anonim akan memberi dampak lebih kuat. Ini erat kaitannya
dengan ketulusan, walaupun tidak anonim juga tak apa-apa. Dengan anonim
lebih terjamin bahwa kita hanya mengharap balasan dari Tuhan (ikhlas).
f. Bershodaqoh tanpa pernah mengharap balasan dari orang yang anda beri.
Yakinlah bahwa Tuhan akan membalas, tapi tidak lewat jalan orang yang anda
beri. Pengalaman para pelaku kebanyakan menunjukkan bahwa balasan datang
dari arah yang lain.
g. Bershodaqohlah tanpa mengira bentuk balasan Tuhan atas shodaqoh itu.
Walaupun banyak pengalaman menunjukkan bahwa kalau bershodaqoh uang
akan dibalas dengan uang yang lebih banyak, namun kita tak layak mengharap
seperti itu. Siapa tahu shodaqoh itu dibalas Tuhan dengan kesehatan,
keselamatan, rasa tenang, dll, yang nilainya jauh lebih besar dari nilai uang
yang dishodaqohkan.23
Shodaqoh lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan
diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada
23 Sepia Sun, Seni bersedekah: Bagaimana agar bersedekah membuat Anda Kaya?,
http://forumsedekah.blogspot.com, 09: 07.
22
$ y d q à ÿ÷ è ? $ y d q è ?÷ s è ?u r u ä !# t s ) à ÿø 9 $ # u q ß g sù × öyz
ö N à 6 © 9 4 ã Ï e ÿs 3 ã u r N à 6 Z tã `Ï i B ö N à 6 Ï ?$ t Ç Íh y 3 ª !$ #u r
$ y J Î / t b q è = y J ÷ è s? × Î 6 y z Ç ËÐÊÈ
“Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika
kamu menyembunyikannya dan kamu berikan pada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari
kamu sebagian kesalahan-kesalahanmumu, dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al Baqoroh: 271)
Hal ini sejalan juga dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah.
Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang
mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi
shodaqoh dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan
kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut. Cara
ini dimaksudkan untuk menghindari riya' (pamer) yang dapat meleyapkan pahala
shodaqohnya, dan juga untuk menjaga perasaan orang yang diberikan shodaqoh
agar tidak tersinggung.
Akan tetapi, apabila shodaqoh itu akan diberikan kepada lembaga atau
badan, seperti panti asuhan anak yatim, madrasah atau masjid, maka lebih baik
bila shodaqoh itu diberikan secara terbuka atau terang-terangan, dan lebih baik
dipublikasikan agar menarik perhatian masyarakat luas untuk beramai-ramai
membantu lembaga atau badan tersebut.24
Shodaqoh lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara
terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya
diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan.
Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha
berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas
baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat
Al-Imran ayat 92:
24 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam, h. 83-84.
22
s9 ( #q ä 9 $ o Y s ? § É 9 ø9 $ # 4Ó ® Lym ( # q à )Ï ÿZ è ? $ £ JÏ B `
c q 6 Ï té B 4 $ t B u r ( #q à )Ï ÿZ è ? `Ï B & ä ó Ó x Ç ¨b Î * s ù © ! $ # ¾ Ï m Î /
ÒO Î = t æ ÇÒË È
N ä 3 Ï G » s % y |¹ Ç d ` y Jø9 $ $ Î / 3 s F {$ # u r É © 9 $ % x . ß ,Ï ÿY ã
Ì Å z F y $ # ( ¼ã& é # s V y J s ù È @ s V y J x . A b # u q øÿ | ¹ Ï m ø n = t ã Ò> # t è ?
¼Á m t /$ | ¹ r ' s ù × @ Î /# u r ¼Á m 2 u t I s ù #V $ ù # | ¹ ( w crâÏ ø) t 4
n ? t ã & ä ó Ó x Ç $ £ JÏ i B ( # q Á 7 | ¡ 2 3 ª ! $ # u r w Ï ô g t t P ö q s )ø9 $ #
t û ï Í Ï ÿ» s 3 ø9 $ # Ç Ë ÏÍ È
5. Keutamaan Shodaqoh
Sedemikian penting dan utamanya bershodaqoh, sehingga kita dianjurkan
menunaikannya sebagai inisiatif, bukan atas permintaan. Sangat utama ditunaikan
di depan, bukan setelah ada sisa dari suatu harta. Juga jangan diberikan setelah
melaksanakan suatu perbuatan, karena hal itu bukan sedekah, melainkan
syukuran.
24
6. Hikmah Shodaqoh
Diantara hikmah yang terkandung dalam ritual atau ibadah shodaqoh,
antara lain sebagai berikut:
a. Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuhsuburkan harta dan pahala serta
membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, dengki, iri hati serta dosa.
b. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan.
c. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih saying antara sesame manusia.
24
d. Manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan
takwa.
e. Mengurangi kefakir-miskinan yang merupakan masalah sosial.
f. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial.
g. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.26
26 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1988), Cet. 1, h. 41.
27 Ridwan, Pendidikan Agama Membangun Moral atau Etik Peserta Didik,
http://ridwan202.wordpress.com, 12 05 2008.
28 Zurinal Z, dkk, Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 1-2.
29 W.J.S. Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), Cet. 2, h. 250.
26
menunjukkan adanya yang mendidik disatu pihak dan yang dididik dilain pihak.
Dengan kata lain, mendidik adalah suatu kegiatan yang mengandung komunikasi
antara dua orang manusia atau lebih.
Pengertian pendidikan menurut istilah adalah suatu usaha sadar yang
teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung
jawab untuk mempengaruhi anak mempunyai sifat-sifat dan tabi’at sesuai cita-cita
pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk meningkatkan kualitas
dirinya, baik personal maupun kolektif. Pendidikan juga merupakan suatu upaya
manusia untuk memanusiakan dirinya dan membedakannya dengan makhluk lain.
Sedangkan menurut pendapat beberapa ahli tentang yang disebut mendidik
atau pendidikan , antara lain:
1. S.A.Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik
langsung maupun dengan cara tidak langsung, untuk membantu anak
dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
30 Azmi Ulfia Farista, Peran dan Fungsi Pendidikan Dalam Perkembangan Anak,
http://albaiad.wordpress.com, 04:26:07, 11 Mei 2008.
26
dan pendidikan publik yang biasanya ditentukan oleh kebijakan politik sesuai
dengan system yang ada di negara tertentu.31
Adapun pengertian agama dari segi bahasa menurut Harun Nasution dalam
masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata din ( )دينdari
bahasa Arab dan kata religi dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama dari kata
Sanskrit. Menurut satu pendapat, demikian Harun Nasution mengatakan, kata itu
tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi,
tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun.32 Dalam bahasa Semit, agama
berarti undang-undang atau hokum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti
menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapun kata
religi berasal dari bahasa Latin. Menurut Harun Nasution dari salah satu pendapat
bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan
membaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang
berarti mengikat.
Mahmud Syaltut mendefinisikan agama adalah ketetapan-ketetapan Ilahi
yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Lain
lagi dengan Syaikh Muhammad Abdullah Badran, yang berupaya menjelaskan arti
agama dengan merujuk kepada Al-Qur’an, dengan memulai bahasannya dengan
pendekatan kebahasaan. Din yang biasa diterjemahkan agama, menurutnya
menggambarkan hubungan antara dua pihak di mana yang pertama mempunyai
kedudukanlebih tinggi daripada yang kedua. Jadi agama adalah hubungan antara
makhluk dengan Khaliq-nya. Hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta
tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap
kesehariannya.33
Sedangkan agama menurut Ensiklopedia Indonesia diuraikan sebagai
berikut: “Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya yang suci:
31 Abhi Mujahid, Pendidikan Kita, dari Ada Apa Denganmu hingga Mimpi yang
Sempurna, http://www.geocities.com, 04:26:07, 3 Mei 2008.
32 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979),
h. 7.
33 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, h. 209-210.
28
manusia itu insaf, bahwa ada sesuatu kekuasaan yang memungkinkan dan
melebihi segala yang ada. Sehingga dengan demikian manusia mengikuti norma-
norma yang ada dalam agama, baik tata aturan kehidupan maupun tata aturan
agama itu sendiri. Sehingga dengan adanya agama kehidupan manusia menjadi
teratur, tentram dan bermakna. Sedangkan agama (wahyu) adalah agama yang
menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasulNya, kepada kitab-kitabNya
untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.34
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agama adalah ajaran
yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab
suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan
untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan
kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan
keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan
yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.35
Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa ”pendidikan
agama” adalah suatu usaha yang ditunjukkan kepada anak didik yang sedang
tumbuh agar mereka mampu menimbulkan sikap dan budi pekerti yang baik serta
dapat memelihara perkembangan jasmani dan rohani secara seimbang dimasa
sekarang dan mendatang sesuai dengan aturan agama.
Islam artinya pasrah sepenuhnya (kepada Allah), sikap yang menjadi inti
ajaran agama yang benar di sisi Allah.36 Pengertian Islam dari segi kebahasaan
berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat,
sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama
yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Kata aslama juga dapat berarti
memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri,
28
tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang
mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Dapat
disimpulkan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh,
tunduk, taat, dan berserah diri kepada Tuhan dalm upaya mencari keselamatan dan
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan kata Islam
menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang
datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari
Nabi Muhammad SAW. Posisi nabi dalam Islam diakui sebagai yang ditugasi oleh
Allah untuk menybarkan ajaran Islam kepada umat manusia.37
Abdurrahman an-Nahlawi (1989: 41) menyatakan bahwa pendidikan Islam
adalah penataan individu dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk
taat pada Islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu
dan masyarakat. Imam Bawani (1987: 122) menyatakan bahwa pendidikan Islam
adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama manurut ukuran-ukuran Islam.38
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan
Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubunganya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.39
dapat diartikan sebagai suatu usaha memberikan hasil yang diharapkan dari siswa
setelah mereka menyelesaikan pengalaman belajar. Tujuan pendidikan adalah
membentuk manusia berkualitas secara lahiriyah dan bathiniyah. Secara lahiriyah
pendidikan menjadikan manusia bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta
dapat menentukan arah hidupnya ke depan. Sedangkan secara bathiniyah
pendidikan diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata krama,
sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya baik personal maupun
kolektif. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan akan membawa perubahan
pada setiap orang sesuai dengan tata aturan.
Tujuan ini sangat penting karena merupakan pedoman untuk mengarahkan
kegiatan belajar. Ada tiga alasan mengapa tujuan pengajaran itu perlu dirumuskan,
yaitu:
a. Jika suatu pekerjaan atau suatu tugas tidak disertai tujuan yang
jelas dan benar, akan sulitlah untuk memilih atau
merencanakan bahan dan strategi yang hendak ditempuh atau
dicapai.
b. Rumusan tujuan yang baik dan terinci akan mempermudah
pengawasan dan penelitian hasil belajar sesuai dengan harapan
yang dikehendaki dari subyek belajar.
c. Perumusan tujuan yang benar akan memberikan pedoman bagi
siswa atau subyek belajar dalam menyelesaikan materi dan
kegiatan belajar.
Rumusan tujuan senantiasa merupakan sifat yang sangat bermanfaat dalam
perencanaan dan penilaian sutau program belajar mengajar. Demikian pula dengan
pengajaran Pendidikan Agama Islam, agar proses pengajaran dapat berjalan secara
efektif dan efisien, berdasarkan pada tujuan. Tujuan pendidikan Islam ialah
menyiapkan anak-anak supaya di waktu dewasa kelak mereka cakap melakukan
pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagiaan di dunia dan
akhirat.40 Menurut Mahmud Yunus, tujuan Pendidikan Agama Islam dalam segala
30
tingkat pengajaran umum sebagai berikut:
a. Menanamkan perasaan cinta dan taat
kepada Allah SWT, dalam hati anak-
anak.
b. Menanamkan i’tikad yang benar dan
kepercayaan yang benar dalam diri
anak-anak.
c. Mendidik anak-anak dari kecil
supaya mengikuti seruan Allah SWT
dan meninggalkan segala
larangannya.
d. Mendidik anak-anak dari kecil
berakhlak mulian
e. Mengajar pelajaran-pelajaran supaya
mengetahui macam-macam ibadah
yang wajib dikerjakan dan cara-cara
melakukannya serta mengetahui
hikmahnya, untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
f. Memberi contoh dan suri tauladan
yang baik.
g. Membentuk warga negara yang baik
dan masyarakat yang baik, yang
berbudi luhur dan berakhlak baik
serta berpegang teguh pada ajaran
agama Islam.
41 Depag, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Depag, 1985), Cet. 2, h.
120.
42 Ridwan, Pendidikan Agama Membangun Moral atau Etik Peserta Didik,
http://ridwan202.wordpress.com, 12 05 2008.
32
merupakan firman Tuhan bersifat mutlak, tetapi implementasinya dalam bentuk
perilaku merupakan penafsiran terhadap firman tersebut bersifat relatif.
Agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya
berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena itu nilai agama
hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai budaya; tidak mendasari nilai
budaya secara keseluruhan. Pelaksanaan ajaran agama dipandang cukup dengan
melaksanakan ritual agama, sementara aspek ekonomi, sosial, dan budaya lainnya
terlepas dari nilai-nilai agama penganutnya. Padahal, ibadah itu sendiri memiliki
nilai sosial yang harus melekat pada orang yang melaksanakannya.
Aktualisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sekarang ini menjadi sangat
penting terutama dalam memberikan isi dan makna kepada nilai, moral, dan
norma masyarakat. Aktualisasi nilai dilakukan dengan mengartikulasikan nilai-
nilai ibadah yang bersifat ritual menjadi aktivitas dan perilaku moral masyarakat
sebagai bentuk dari kesalehan sosial.43 Beberapa contoh nilai-nilai agama dalam
ilmu pengetahuan:
1. Nilai-nilai agama Islam mengarahkan perhatian kepada alam sekeliling yang
merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Diarahkan pandangan dan
penelitian kepada alam tumbuh-tumbuh yang indah, berbagai warna,
menghasilkan buah bermacam rasa. “Allah-lah yang telah menciptakan langit
dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan
dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia
telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-
sungai”.
2. Nilai agama Islam juga mengarahkan perhatian memahami alam hewan dan
ternak, yang serba guna, dapat dijadikan kendaraan pengangkutan barang,
serta dagingnya sumber gizi, dapat dimakan, kulitnya dipakai sebagai
sandang. Dengan pembelajaran itu, manusia dapat menjaga, memeliharanya
sebagai anugerah Allah. “Dia telah menciptakan binatang ternak untukmu,
34
Artinya mengajarkan manusia tidak boleh lalai dalam memanfaatkan waktu
dengan baik.
8. Ditanamkan kesadaran pembelajaran betapa luasnya bumi Allah. Dianjurkan
supaya jangan tetap tinggal terkurung dalam lingkungan yang kecil, dan
sempit, terjadilah emigrasi, transmigrasi, mobilitas vertikal dan horizontal,
transportasi dan komunikasi.
9. Allah SWT menciptakan bumi jadi mudah untuk digunakan. Beredarlah di
atas permukaan bumi, makanlah rezeki dariNya dan kepadaNya tempat
kembali.
10. Kalau dihitung segala ni’mat Allah, tidak mampu manusia menghitungnya.44
44 H. Mas’oed Abidin, Nilai Agama Islam dan Muatan Lokal di Sumatera Barat,
http://palantaminang.wordpress.com, 5 Juli 2008.
45 PKPU, Tumbuhkan Ketakwaan kita dengan Berzakat; Zakat dan Pendidikan,
http://www.pkpu.or.id, 10.11.2001.
36
itu sendiri, yang selalu mengajarkan kebenaran hakiki pada setiap aktifitas
pemeluknya. Pendidikan agama Islam pada dunia pendidikan merupakan modal
dasar bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai ketuhanan, karena dalam
pendidikan agama Islam diberikan ajaran tentang muamalah, ibadah dan syari’ah
yang merupakan dasar ajaran agama Islam. Hal inilah yang menjadikan
pendidikan agama Islam sebagai titik awal perkembangan nilai-nilai agama pada
anak. Sebagai contoh, Allah SWT menganjurkan umatnya untuk bershodaqoh,
dengan shodaqoh anak didik diharapkan peduli dengan masyarakat sekitar yang
membutuhkan uluran tangah atau bantuan. Shodaqoh ini mengajarkan nilai-nilai
sosial (muamalah) dalam berinteraksi di masyarakat. Dengan shodaqoh seorang
anak didik akan merasakan bahwa saling membutuhkan pada setiap orang adalah
ciri dari kehidupan. Ini merupakan contoh kecil dalam kehidupan beragama dan
bermasyarakat.46
Dari contoh di atas mengajarkan simbiosis mutualisme dalam kehidupan
yang menjadikan suatu bukti bahwa betapa pentingnya nilai-nilai agama Islam
diajarkan kepada anak, dimana dalam dunia pendidikan dicakup dalam satu
bidang garapan yaitu pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dalam
kehidupan tidaklah sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah,
melainkan juga orang tua sebagai contoh nyata dalam kehidupan anak. Bagaimana
mungkin anak akan menjadi baik, jika orang tuanya hidup dalam ketidakbaikan.
Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus ditanamkan kepada anak
dimanapun ia berada, baik formal maupun non formal.
Beberapa metode yang merupakan implementasi nilai-nilai pendidikan
Islam yang dapat direkomendasikan adalah, antara lain:
1. Tumbuhkan afiliasi serta keterikatan emosi peserta didik dengan
agama dan umatnya lewat pendidikan sejarah Islam dan biografi
tokoh-tokoh dan pahlawan muslim.
2. Tumbuhkan semangat dan militansi juang peserta didik dengan
membekali mereka dengan pemahaman terhadap kondisi dan
36
tantangan yang dihadapi umat.
3. Luruskan pemahaman peserta didik tentang konsep ibadah yang
mencakup seluruh aktivitas kehidupan sepanjang sejalan dengan nilai-
nilai ajaran Islam.
4. Biasakan peserta didik dengan akhlak dan adab-adab islami, baik itu
dengan pengajaran langsung maupun lewat teladan dari guru.
5. Tanamkan nilai-nilai luhur, kecendekiawanan dan etos kerja yang
islami sejak dini kepada peserta didik.
6. Kembangkan model-model pembelajaran yang holistik dan
menyeluruh dengan memanfaatkan dasar-dasar ilmu pengetahuan
dalam Islam.47