You are on page 1of 5

Fisiologi Berkemih

MIKSI (BERKEMIH) Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terdiri dari dua langkah utama: (1) kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua; (2) timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (Refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Anatomi Fisiologik dan Hubungan Saraf pada Kandung Kemih Kandung kemih, yang diperlihatkan pada gambar 31-1, adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian besar: (1) badan (korpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul, dan (2) leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra. Otot polos kandung kemih disebut otot destrusor. Serat-serat ototnya meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lain. Pada dinding posterior kandung kemih, tepat dia atas bagian leher dari kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat mukosanya, yaitu lapisan dalam dari kandung kemih, yang halus, berbeda dengan mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat memasuki kandung kemih berjalan secara oblique melalui otot detrusor. Persarafan Kandung Kemih Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan pengosongan kandung kemih. Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak dalam dinding kandung kemih. Saraf postganglion pendek kemudian mempersarafi otot destrusor.

Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung kemih, yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Juga, kandung kemih menerima saraf simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan, pada beberapa keadaan, rasa nyeri. Transpor Urin dari Ginjal melalui Ureter dan Masuk ke dalam Kandung Kemih Urin mengalir ke kaliks renalis, kemudian meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh simpatis. Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih.

Sensasi Rasa Nyeri Pada Ureter dan Refleks Ureterorenal. Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat (contoh, oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks simpatis kembali ke ginjal untuk mengkonstriksi arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal and bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan ke dalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.

Refleks Berkemih Keinginan berkemih disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini. Ketika kandugn kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat. Mekanisme refleks berkemih Dimulai dengan kontraksi otot polos dinding vesica urinaria: Serabut afferent dan efferent n.pelvicus. Pusat Pons dan Medula oblongata Pengaliran urine ke dalam uretra: Serabut afferent : n. pudendus Serabut efferent n. pelvicus Peregangan pangkal uretra Serabut afferent dan efferent : n. hypogastricus Relaksasi m. sphincter urerethrae externus Serabut afferent dan efferent : n. pudendus Relaksasi otot polos bagian 1/3 atas urethra: Serabut afferent dan efferent: n. pelvicus Pusat refleks: segmen sacral medulla spinalis.

You might also like