You are on page 1of 25

MAKALAH

Tumor Intrakranial
DALAM MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SISTEM NEUROBEHAVIOUR PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

KELOMPOK 5 Pembimbing : Ilkafa, M.Kep,Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2012 / 2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb. Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul Tumor Intrakranial yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas Sistem Neurobehaviour, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak banyaknya kepada: 1. Drs H.Budi Utomo,Amd.Kep.M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan. 2. Arifal Aris S.Kep,Ns M.Kes, selaku ketua prodi S1

KEPERAWATAN STIKES Muhammadiyah Lamongan.


3. Ilkafah

S.Kep.Ns

selaku

dosen

Mata

Kuliah

Sistem

Neurobehaviour. 4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum. Wr. Wb Lamongan,28 September 2012

Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i DAFTAR ISI ....................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Bronkiektasis................................................................4 2.1.1 Pengertian...................................................................................4 2.1.2. Etiologi........................................................................................4 2.1.3. Klasifikasi...................................................................................4 2.1.4. Patofisiologi................................................................................5 2.1.5. Manifestasi Klinik.......................................................................6 2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................8 2.1.7. Penatalaksanaan..........................................................................8 2.2 Asuhan Keperawatan Bronkiektasis.....................................................9 2.2.1. Pengkajian...................................................................................9 2.2.2. Analisa Data dan Diagnosa.........................................................14 2.2.3. Perencanaan................................................................................17 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan .........................................................................................21 3.2. Saran ...................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otak mengawal pemikiran, kecerdikan, ingatan dan emosi kita. Ia juga mengkoordinasi fungsi tubuh (seperti pergerakan, peredaran darah dan penghasilan hormon) dan mengirim perintah dari saraf-saraf (penglihatan, pendengaran, bau, sentuhan dan rasa) kita. Otak berada didalam rongga tengkorak, yang dilindungi oleh selaput durameter. Struktur tulang tengkorak yang kaku dan keras serta selaput durameter yang tidak elastis mengurangi kemungkinan pengembangan jaringan otak dalam keadaan tertentu. Di dalam rongga tengkorak yang kaku terdapat jaringan otak, darah dan pembuluh darah serta cairan serebrospinalis. Berat otak ialah kira-kira satu setengah kilogram dan dikelilingi dan dilindungi oleh tengkorak. Saraf tunjang (korda spina) terletak di dalam spina (tulang belakang): ia terdiri daripada sel-sel saraf dan berkas saraf yang menyambung otak ke seluruh bahagian badan. Saraf tunjang bermula dari pangkal otak dan berakhir di pangkal turus spina. Otak dan saraf tunjang membentuk sistem saraf pusat (central nervous system). Bagian-bagian sistem saraf pusat ini sebagian besarnya terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron membawa pesan ke sekitar tubuh yang membolehkan kita bertindak seperti yang kita ingini (contohnya, berdiri dan terus berjalan). Neuron juga membolehkan fungsi badan yang kita tidak sadari langsung: contohnya, menyebabkan jantung berdetak cepat karena kita berolahraga. Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat

dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun. Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada bebrapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna. Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan. 1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar tumor intrakranial?

2. Bagaimana asuhan keperawatan tumor intrakranial?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui konsep dasar tumor intrakranial. 2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan intrakranial. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Tumor Intrakranial. 2. Untuk mengetahui etiologi Tumor Intrakranial. 3. Untuk mengetahui klasisifikasi Tumor Intrakranial. 4. Untuk mengetahui patofisiologi Tumor Intrakranial. 5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tumor Intrakranial. 6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Tumor Intrakranial. 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Tumor Intrakranial. 8. Untuk mengetahui pengkajian pada klien dengan Tumor Intrakranial. 9. Untuk mengetahui diagnosa yang sering muncul pada klien dengan Tumor

tumor

Intrakranial.
10. Untuk mengetahui perencanaan pada klien dengan Tumor Intrakranial

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Definisi Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. (Brunner and Suddarth. 2001.) 2.1.2 Etiologi -

Riwayat trauma kepala Faktor genetik Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik Virus tertentu

2.1.3

Klasifikasi Identifikasi dan klasifikasi tumor otak merupakan hal yang sulit. Modifikasi Bailey Cushing berdasarkan histogenesis digunakan bermacam-macam klasifikasi. Di bawah ini klasifikasi menurut Kempe dkk. 1) Menurut asalnya:

Tumor primer dari jaringan otak sendiri tumor otak metastasis. 2) Menurut gambaran histologik. Glioma : astrositoma, meduloblastoma, ependimoma, glioma batang otak, glioma kiasma dan nervus optikus. kraniofaringioma, papiloma pleksus koroideus, pinealoma tumor lain seperti jaringan saraf, neurinoma, meningioma. 3) Menurut lokalisasi tumor. Supratentorial:
a) Daerah supraselar : kraniofaringioma, glioma kiasma optikus. b) Daerah talamus dan ventrikel IV : pinealoma, glioma,

hamartoma. c) Daerah hemisfer serebri : elioma. ependimoma, sarkoma. 2.1.4 Patofisiologi Tumor otak menyebabkan peningkatan intracranial serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian dari spesifik otak. Sesuai dengan hipotesis Monroe-killie yang dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial yang tidak dapat tertekan : benda otak, darah dalam vaskuler dan cairan serebrospinal (CSS). Jika salah satu komponen dalam tengkorak volumenya meningkat, TIK akan meningkat, kecuali satu dari komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya terdapat perubahan volume otak bila terjadi gangguan seperti tumor otak atau edema serebral ini akan menimbulkan tanda dan gejala peningkatan intracranial. Gejala- gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal, dan darah serebral (semua terletak didalam tengkorak). Sebagai akibat pertumbuhan tumor maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena

intracranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak intraselular dan ekstraselular. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK. (Brunner and Suddarth. 2001)

PATHWAY :
Riwayat trauma kepala Faktor genetik Paparan bahan kimia (carsinogenik) Virus

Pertumbuhan sel abnormal Pada central nervous system (CNS) Tumor otak

Penekanan tumor

Oedema otak

Peningkatan massa otak

Obstruksi jar.cerebrospinal

Suplai darah ke otak

Hipoksia

Kompensasi: 1.Vasokontriksi pemb drh otak 2.Mempercepat absorbsi cairan cerbrospinal Peningkatan TIK

Hidrocefalus

Gagal

Nekrosis jaringan Kehilangan fungsi secara akut Proses perjalanan penyakit Kejang Ditandai dg;

Nyeri

Kurangnya pengetahuan Gangguan perfusi jaringan Manifestasi Klinis Ansietas 2.1.5 otak

a. Nyeri kepala Anoreksia b. Mual muntah proyektil c. Hipertensi d. Bradikardi e. Kesadran Gangguan menurun nutrisi

1) Gejala-Gejala Umum Akibat peninggian tekanan intrakranial. a) Muntah Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama, timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil. b) Sakit kepala Dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan berulang-ulang, nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin dan mengejan. Lokasi nyeri unilateral/bilateral yang terutama dirasakan daerah frontal dan suboksipital. c) Gejala mata o Strabismus/diplopia dapat terjadi karena regangan nervus abdusens. o Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat penting untuk tumor intrakranial. Bailey menemukan gejala ini path 80% tumor otak anak d) Pembesaran Kepala

10

Terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya belum tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial e) Gangguan kesadaran Dapat ringan sampai yang berat. f) Kejang Sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada tumor infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut. g) Gangguan mental Lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis.
2) Gejala-gejala lokal sesuai lokasi tumor; a. Tumor

Korteks

Motorik

memanifestasikan

diri

dengan

menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang Jacknison. (Brunner and Suddarth. 2001)
b. Tumor lobus Oksipital menimbulkan

manifestasi visual,

hemianopsia homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang lapang pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan. (Brunner and Suddarth. 2001)
c. Tumor Cerebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan

keseimbangan)atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerkakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukka gerakan horizontal. (Brunner and Suddarth. 2001)
d. Tumor

Lobus

Frontal

sering

menyebabkan

gangguan

kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem

11

yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul. (Brunner and Suddarth. 2001)
e. Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf

akustik dan memebri rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak. (Brunner and Suddarth. 2001)` 1. Pertama tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf kranial kedelapan) 2. Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan saraf kranial kelima) 3. Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis (keterlibatan saraf kranial ketujuh) 4. Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan serebelum mungkin ada abnormalitas pada fungsi motoorik. 2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik 1. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna. 2. CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa. 3. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika. 4. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron. 5. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral. 6. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

12

2.1.7

Penatalaksanaan Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi atau kombinasi ketiga tiganya. a. Managemen umum. Terapi radiasi dan nutrisi yang adekuat. b. Pembedahan. Kraniotomi, kraninektomi, prosedur transpheniodal, prosedur shunting, dan reservoir Ommaya. c. Terapi obat. Kortikosteroid, antikonvulsan, analgesic/antipiretik, histamine reseptor antagonis, antacids, kemoterapi sistemik.

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian 1. Identitas

Nama, umur (51 sampai 60), jenis kelamin status perkawinan, dan penanggung biaya dll.
2. Riwayat Kesehatan

(laki-laki >

perempuan),agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat,

- Keluhan utama Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan TIK dan adanya gangguan fokal seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah,kejang,dan penurunan tingkat kesadaran. - Riwayat penyakit saat ini Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman penglihatan atau diplopia - Riwayat penyakit dahulu Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien mengalami trauma kepala ? pernah

13

Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien menjalani pembedahan kepala? - Riwayat penyakit keluarga

pernah

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran menurun

TTV - TD : Hipertensi - Nadi : Bradikardi (<60x/mnit) - Suhu : Hipertermi (<37,5oC) - RR : Bradipnea (<16x/mnit) Pernafasan B1 (breath) Pola nafas tidak teratur, penggunaan otot bantu pernafasan.
Kardiovaskular B2 (blood)

Tekanan darah : Hipertensi, denyut nadi menurun, HR menurun, irama jantung irregular. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya

ketajaman atau diplopia b. Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal c. Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) : ketidakmampuan sensasi (parathesia

atau anasthesia)
e.

Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif
14

atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya. f. Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
g. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran

pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 16 tergantung responnya yaitu : Eye (respon membuka mata) (4) : Spontan (3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : Tidak ada respon Verbal (respon verbal) (5) : Orientasi baik (4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak) (1) : Tidak ada respon Motor (respon motorik) (6) : Mengikuti perintah (5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)

15

(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : Tidak ada respon
Perkemihan B4 (bladder)

Produksi urin: menurun


Pencernaan B5 (bowel)

Penurunan BB, penurunan nafsu makan, mual muntah, mukosa bibir kering
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)

Kelelahan, turgor kulit menurun, kelemahan otot (<5) 4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan

Riwayat keluarga denga tumor Terpapar radiasi berlebih. Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman Penglihatan dan diplopia Kecanduan Alkohol, perokok berat Terjadi perasaan abnormal

Gangguan kepribadian / halusinasi Riwayat epilepsi Nafsu makan hilang Adanya mual, muntah selama fase akut Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)

b. Pola nutrisi metabolik

tenggorokan
-

c. Pola eliminasi

16

Perubahan

pola

berkemih

dan

buang

air

besar

(Inkontinensia) - Bising usus negative d. Pola aktifitas dan latihan - Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran - Resiko trauma karena epilepsi - Hamiparase, ataksia - Gangguan penglihatan
- Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)

e. Pola tidur dan istirahat


-

Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur

f. Pola persepsi kognitif dan sensori - Pusing - Sakit kepala - Kelemahan - Tinitus - Afasia motorik - Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral - Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan - Penurunan memori, pemecahan masalah
- Kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual

- Penurunan kesadaran sampai dengan koma. - Tidak mampu merekam gambar


- Tidak mampu membedakan kanan/kiri

g. Pola persepsi dan konsep diri - Perasaan tidak berdaya dan putus asa
- Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama - Masalah bicara

17

Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo )

i.Reproduksi dan seksualitas - Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas


- Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres - Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah - Mekanisme koping yang biasa digunakan - Perasaan tidak berdaya, putus asa - Respon emosional klien terhadap status saat ini
- Orang yang membantu dalam pemecahan masalah - Mudah tersinggung

k. Sistem kepercayaan - Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu 5. Pemeriksaan Penunjang - Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor. - Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah. - X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial. - X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase. - CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral.
- Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.

- Oftalmoskop : Pada daerah fundus terdapat kaburnya batas papil, warna papil menjadi lebih kemerahan dan pucat pembuluh darah melebar atau kadang terputus-putus
- Pemeriksaan darah: albumin menurun (<3.5mg/dl), Hb menurun

(laki-laki <13,5g/dl, perempuan <12g/dl) 2.1.2 Analisa Data dan Diagnosa

18

DATA ETIOLOGI DS : Pasien mengeluh Peningkatan nyeri pada kepalanya DO : Biasanya dengan ;
-

MASALAH Nyeri

tekanan intrakranial

dibuktikan

Skala ekstrem Pasien kesakitan nampak menyeringai

- Pasien gelisah DS : pasien mengeluh edema sakit kepala DO : Biasanya dengan ; - Tekanan
- Tekanan

serebri Perubahan terhadap jaringan otak oleh

perfusi

sekunder penekanan dibuktikan tumor. perfusi intrakranial

serebral <60mmHg <15mmHg


- Tekanan arteri rata-

rata 80-100mmHg - RR menurun Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dibuktikan (<16x/mnit) DS : Klien mengeluh Anoreksia mual, DO : Biasanya dengan; A: Penurunan BB B:Albumin (<3,5mg/dl) menurun Hb

19

menurun <12mg/dl) C:Lemah, D:-

(laki-laki

<13,5 g/dl, perempuan mukosa

kering, mual,muntah

Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.


2. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema sekunder

terhadap penekanan oleh tumor. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 2.2.3. Perencanaan No Dx 1. dengan peningkatan tekanan intrakanial Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional keluhan 1. intensitas, Nyeri lokasi, dan pengalaman merupakan subjektif

Nyeri Setelah dilakukan 1. Observasi berhubungan tindakan keperawatan ...x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan KH : Skala nyeri ( 0-3)
Nadi

nyeri:

karakteristik, memperburuk meredakan.

lamanya, faktor yang

dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor berhubungan merupakan suatu hal yang untuk amat penting memilih yang

normal

(60-100 x/mnt)

intervensi yang cocok

20

Pasien gelisah tidak

tidak dan 2. Observasi adanya

dan mengevaluasi

untuk

keefektifan dari terapi yang diberikan. tanda-tanda nyeri non 2. verbal seperti ekspresi Merupakan wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital. 3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan dengan 4. Berikan segera nyeri timbul. kompres dingin pada kepala nyeri 3. jika Pengenalan meningkatkan intervensi dapat 4. Meningkatkan nyaman menurunkan vasodilatasi. rasa dengan dini dan mengurangi segera indikator/ derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.

menyeringai kesakitan

beratnya serangan.

2.

Perubahan perfusi b/d serebri sekunder terhadap penekanan

Setelah dilakukan 1. Pantau tindakan neurologis teratur bandingkan nilai standar.

status 1. Mengkaji secara dan dengan

adanya

perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningaktan TIK dan bermanfaat menentukan perluasan perkembangan dalam okasi, dan

jaringan otak keperawatan edema selama ....x24 jam diharapkan perfusi KH : jaringan klien adekuat dg

21

oleh tumor.
Tekanan

kerusakan SSP. 2. Normalnya autoregulasi 2. Pantau tanda vital tiap 4 jam. mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. autoregulasi mengikuti vaskularisasi 3. Kepala yang Kehilanagn dapat kerusakan serebral miring perfusi serebral 60100mmHg,
Tekanan

intrakranial 5s15mmHg, Tekanan arteri rata-rata 80100mmHg Menunjukkan tingkat kesadaran normal RR 1620x/menit 4. Pantau pemasukan pengeluaran turgor keadaan mukosa. 5. Bantu pasien untuk menghindari/membata si yang batuk, muntah, feses pengeluaran kulit ketat dan cairan, dan

lokal dan menyeluruh. pada salah satu sisi

3. Pertahankan
netral tengah, atau

posisi posisi tinggikan

menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang akan sebagai cairan yang dengan ini akan selanjutnya 4. Bermanfaat indikator total terintegrasi perfusi jaringan. meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK. dari tubuh

kepala 200-300.

meningkatkan TIK.

membran 5. Aktivitas

dipaksakan/mengejan. 6. Petunjuk non verbal ini mengindikasikan 6. Perhatikan adanya adanya penekanan TIK

22

gelisah meningkat,

yang

atau adanya pasien

mennadakan nyeri tidak ketika dapat secara

peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.

mengungkapkan keluhannya verbal.

3.

Nutrisi kurang tubuh mual muntah kebutuhan

Setelah dilakukan 1. Hidangkan makanan 1. Makanan yang hangat dari tindakan keperawatan dan diharapkan nutrisi klien terpenuhi Klien tidak mengalam i penurunan BB lanjut Tidak lemas Albumin normal (3,5-5,5 mg/dl)

dalam porsi kecil tapi sering dan hangat. makan klien.

menambah makan makanan

nafsu yang nafsu dalam untuk dan

b/d selama ...x24 jam 2. Kaji

kebiasaan 2. Jenis

disukai akan membantu meningkatkan makan klien 3. Tarik nafas

dengan KH: 3. Ajarkan napas dalam. 4. Timbang berat badan bila memungkinkan. 5. Kolaborasi dokter 6. Monitor laboratorium: albumin dengan untuk hasil Hb, lebih teknik

relaksasi yaitu tarik

membantu merelaksasikan mengurangi mual. 4. Untuk

mengetahui

kehilangan berat badan 5. Mencegah kekurangan karena dalam lemak 6. Menentukan nutrisi status penurunan larut absorsi vitamin

pemberian vitamin

Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl,

23

perempua n g/dl Mukosa lembab Nafsu makan meningkat 12-16

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. (Brunner and Suddarth. 2001.) Tumor otak disebabkan oleh; Riwayat trauma kepala Faktor genetik Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik Virus tertentu

Tanda dan gejala pada pasien dengan tumor otak adalah: sakit kepala, muntah,penglihatan ganda, kejang dan mengalami gangguan kesadaran dari ringan sampai yang berat. Keluhan utama pada pasien dengan tumor otak pada umumnya akibat dari peninggian TIK seperti kepala hebat, muntah-muntah,kejang,dan penurunan tingkat kesadaran. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul adalah:
24

4. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.


5. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Kerusakan

sirkulasi akibat penekanan oleh tumor. 6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 3.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang

DAFTAR PUSTAKA Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. EGC: Jakarta Doengoes,Marylin E. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencanaan /Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC:Jakarta. Artikel Bedah. Tumor Otak. http://ilmubedah.info/tumor-otak-

20110208.html#more-210. Diakses tgl 29 Desember 2011 Enggariani, S.Ked. Tumor Otak. http://belibis-a17.com/2008/10/23/602/. Diakses tgl 29 Desember 2011

25

You might also like