Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pada tahun 1973 dengan bantuan dari Pertamina PT. Krakatau Steel
memutuskan untuk memperluas kapasitas produksi agar bisa membuat billet sendiri
dan langsung membuat baja lembaran atau coil slab. Akan tetapi rencana ini tertunda
karena Pertamina meng alami masalah keuangan, sehingga lahirlah Keppres No.30
tanggal 17 Agustus 1975, tentang kalanjutan pembangunan PT. Krakatau Steel tahap
pertama dengan kapasitas produksi ½ juta ton pertahun.
Pada tanggal 27 Juli 1977 Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Besi Beton,
Pabrik Besi Profil dan Pelabuhan Cigading serta me resmikan pula pada tanggal 9
0ktober 1979. Pabrik Besi Spons, Pabrik Billet, Pabrik Batang Kawat, Krakatau
Hugovent International. Ltd,PLTU 400 MW dan PUSAT penjernihan air (dengan
kapasitas 2000 liter/detik).
Pada tahun 1982 terjadi penambahan dua module Pabrik Besi Spons, Pabrik Slab
Baja, Pabrik Hot Strip Mill. Tahun 1985 PT. Krakatau Steel telah mampu mengekspor
besi baja ke Negara Jepang, Korea, Cina, Amerika, Inggris, Negara Timur Tengah,
dan Negara-negara ASEAN.
Berdasarkan Keppres RI. No.44 tanggal 28 Agustus 1989, PT. Krakatau Steel
bersama perusahaan strategis lainnya masuk ke dalam lingkungan Pengolahan
Industri Strategis (BPIS) yang ketuai oleh Prof. Dr. Ir. Bj. Habibie dengan setatus
perusahaan menjadi Badan Usaha milik Negara Strategis (BUMN).
Dalam WTP-1 ini air yang dihasilkan terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Air Industri.
2. Air Minum (Potable Water).
BAB II
2.1.2. Sistem Sirkulasi Pendinginan Terbuka Langsung (Direct Cooling Cell A).
Air dari Cell A dipompakan dengan P10, P12, P14, dan P15 untuk mendinginkan
bagian-bagian Open Machine dan Secondary di Continous Casting (Concast) Billet
Steel Plant dan Slab Plant. Ada pun cara kerja pendinginan tersebut
Untuk open machine Cooling mendinginkan mesin-mesin pada bagian luarnya, seperti
rol-rol, mesin potong, dan lain-lain,
Untuk Secondary Cooling mendinginkan baja langsung sacara spray. Setelah
Direct Cell A.
Holding capasity : 2800 m
Temperatur Δt : 70° 40° = 30°
mWS : 300 - 500 m³/h
Blow dwon : ± 500 m³/h
2.2.1. Sistem Pendinginan Terbuka Tak Langsung (Indirect Cooling Cell B/C/D).
BAB III
PROSES PENGOLAHAN AIR MINUM (POTABLE WATER)
Maka dengan dikontrol oleh level dari Header Tank T17, pompa P47. 1/2/3
akan beroperasi memenuhi kebutuhan konsumen, dengan kapasitas maxsimum 60
m³/jam. Namun karena jumlah pemakaian air minum pada saat ini melebihi kapasitas
yang ada, maka perlu direncanakan kembali untuk penambahan kapasitas sehingga
dapat seimbang dengan jumlah pemakaian.
Peningkatan kebutuhan akan air minum ini terjadi terutama setelah adanya
pengembangan unit-unit pabrik dan kantor-kantor baru. Tetapi proses pembuatan air
minum (potable water) ini sudah lama tidak digunakan lagi.
BAB VI
PEMAKAIAN BAHAN KIMIA DI WTP – 1
2. Nalco 7302
• Fungsi : Untuk mencegah terbentuknya deposit besi
dimana sangat potensial terjadi di sistem
terbuka.
• Pemakaian : 30 ppm vs blowdown
3. Nalco 7330
• Fungsi : Untuk memperkecil pembentukan slime
dan efektif untuk mengontrol pertumbuhan
mikroorganisme.
• Pemakaian : 50 ppm vs holding volume tiap 2 minggu.
4. Nalco 7340 L
• Fungsi : Untuk mencegah pertumbuhan alga.
• Pemakaian : 0,2-0.5 ppm residual.
5. Nalco 8101
• Fungsi : Bahan bantu untuk memperbesar partikel
besi sehigga tertangkap di gravel filter.
• Pemakaian : 1-2 ppm vs recirculation rate.
6. Kurizet S204S
7. Kurizet T225S
• Fungsi : Untuk menghambat kerak pada sistem air
pendingin terbuka.
• Pemakaian : 200 ppm vs holding water.
8. Kurizet S117S
• Fungsi : Untuk menghambat kerak dan korosi pada
sistem pendingin terbuka.
• Pemakaian : 50-150 ppm vs total blowdown rate.
9. Polycrin A496S
• Fungsi : Untuk mengontrol pertumbuhan slime dan
bio dispersant
• Pemakaian : 50-200 ppm vs HW.
Pada umumnya permasalahan dalam sistem air pendinginan ada 3 (tiga) macam
yaitu :
1. Korosi.
2. Kerak.
3. Slime dan Fouling (Mikroorganisme).
Air yang digunakan pada sistem air pendingin mengandung beberapa hal antara
lain :
1. Padatan Terlarut.
2. Gas Terlarut.
3. Mikrooganisme.
Permasalahan yang timbul dalam sistem air pendingin dan problem yang di
timbulkan adalah :
1. Korosi (karatan).
- Efesiensi perpindahan panas menurun.
- Pipa bocor.
- Pipa tersumbat.
2. Kerak (Scale).
- Kekuatan mekanis pipa menurun.
- Tekanan pompa naik dan aliran menurun.
- Laju korosi naik.
3. Slime dan Fouling.
- Konsumsi bahan kimia naik.
- Pengendapan lumpur pada basin cooling tower.
7.2. Kerak.
Kerak adalah lapisan yang cukup tebal pada permukaan metal yang sebagian besar
terdiri dari zat-zat an-organik, yaitu endapan yang terjadi dalam logam seperti
(CaCO3, MgCO3, CaSiO4, MgSiO4), yang disebabkan oleh air pendingin itu
mengandung
garam Ca, Mg, SiO2, dan garam-garam tersebut akan mengendap jika titik jenuh
kelarutannya melewati batas kelarutannya (lewat jenuh).
5. Produk korosi.
Produk korosi yang tidak karut dalam air (karat) dapat me nempel pada slime
dan membentuk fouling.
6. Kontaminasi proses
Material yang masuk karena kebocoran alat pemindah panas (heat exchanger)
dapat mengakibatkan fouling yang serius karena :
• Terjadi endapan yang tidak larut.
• Menjadi bahan bahan makanan mikroorganisme dan per tumbuhannya
tidak terkendali.
• Dapat bereaksi dengan kerak atau bahan kimia pencegah korosi
(corrosion inhibitor).
KESIMPULAN.
Setelah mengadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) akhirnya siswa/i
mengetahui yang sebenarnya perbedaan dari hasil teori yang diberikan sekolah dengan
praktek lapangan WTP-1 Fluid Centre PT. Krakatau Steel serta mengetahui bahan-
bahan yang belum diadakan pelaksanaan praktek di sekolah.
Disamping itu terdapat pengetahuan yang lebih baik dari disiplin serta
peraturan-peraturan kerja sebagai tenaga kerja sementara, yang nantinya kelak akan
kami terapkan pada lingkungan sebenarnya.
Kami menyimpulkan bahwa perlu adanya persamaan yang sesuai antara teori
di sekolah dengan kondisi yang dilapangan (Industri PT. Krakatau Steel).
Adapun hal ini diluar dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini kami merasa puas
dan bersikap dewasa sebagaimana layaknya seorang pekerja yang sebenarnya dan dari
sikap inilah kami melakukan sesuatu perbuatan atau pekerja akan selalu menggunakan
perhitungan dan pemikiran yang matang.