You are on page 1of 13

INDERA PERASA DAN PEMBAU

1. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. 1 Analisa Prosedur Sebelum dilakukannya percobaan ini dilakukan penentuan suka rela yang bersedia menjadi probandus. Probandus ini terbagi atas 7 kriteria yaitu: Laki-laki sehat Perempuan sehat Laki-laki flu Perempuan flu Laki-laki suka pedas Perempuan suka pedas : Muh. Fadhil Anshari : Lailiya Vina : Turhadi : Nira meirita : Rifqi ken cahya : Siti nur kasanah

Laki-laki perokok : Rizky Darmawan Percobaan ini dilakukan 4 uji, yaitu uji lokasi pengecap pada probandus yang berbeda, uji variasi waktu sensasi, uji kepekaan reseptor pembau dan uji hubungan indera perasa dengan pembau.

1. 1. 1 Indera Perasa Pada indera perasa dilakukakn dua uji. Uji yang pertama adalah uji lokasi pengecap pada probandus yang berbeda. Uji ini dilakukan pada semua probandus. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu cutton bud, tissue, stopwatch,air mineral, penutup mata dan lima bahan dengan rasa yang berbeda meliputi garam 1

(asin), gula (manis), asam sitrat (asam), pil kina (pahit) dan bubuk cabe (pedas). Pada uji pertama dilakukan untuk mengetahui letak kepekaan rasa tertentu pada lidah probandus yang berbeda. Pertama probandus berkumur dengan air mineral yang berfungsi untuk menetralkan rasarasa. Namun sebelumnya probandus ditutup dengan penutup mata. Selanjutnya cutton bud dicelupkan pada 5 rasa yang akan diuji dan dilanjutkan dengan meletakkan pada bagian lidah ujung lidah, pangkal lidah, tepi lidah depan atau tepi lidah dalam. Setiap probandus akan mengatakan dibagian sebelah mana probandus dapat merasakan. Dilakukan pengulangan sesuai banyak rasa yang akan dicoba pada setiap probandus. Pada uji kedua yaitu untuk mengetahui variasi waktu sensasi. Sama halnya dengan uji pertama probandus berkumur dengan air mineral untuk menetralkan rasa pada lidah dan digunakan penutup mata. Uji ini dilakukan pada saat lidah basah dan lidah kering, maksudnya adalah pada saat lidah kering itu ditambahkan dengan perlakuan mengelap lidah dengan tissue. Sedangkan pada saat lidah basah tanpa dilakukan pengelapan dengan tissue. Selanjutnya cutton bud dibasahi air kemudian diletakkan pada zat perasa yang akan diuji. Setelah itu cutton bud diletakkan pada lidah probandus pada tempat yang dianggap memiliki kepekaan rasa yang tinggi. Peletakkan Cutton bud dilakukan bersamaan dengan stopwatch dinyalakan sampai probandus dapat merasakan rasa zat perasa yang telah diletakkan pada lidah probandus. Penandaan probandus bahwa mulai merasakan zat perasa dilakukan probandus dengan memukul meja bersamaan dengan dimatikannya stopwatch. Kemudian waktu yang ditunjukkan oleh stopwatch itu dimasukkan ke dalam table pengamatan. Dilakukan perlakuan yang sama pada setiap zat perasa dan pada probandus yang berbeda pula.

1. 1. 2 Indera Pembau Pengujian pada uji pembau ini untuk mengetahui kepekaan reseptor pembau pada probandus yang berbeda. Zat pembau yang digunakan pada uji adalah minyak cengkeh. Alat yang digunakan pada 2

uji adalah stopwatch. Probandus melakukan menghirup minyak cengkeh pada saat probandus mulai dapat membau minyak cengkeh bersama itu stopwatch dinyalakan. Stopwatch dimatikan saat probandus sudah tidak dapat membau dari minyak cengkeh. Waktu yang terlihat pada stopwatch dimasukkan ke dalam table pengamatan. Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap probandus. 15 menit kemudian dilakukan perlakuan yang sama pada probandus yang telah di uji untuk mengetahui perbedaan kepekaan dengan pembauan sebelumnya.

1. 1. 3 Hubungan antara Indera Perasa dan Pembau Pada hubungan antara indera perasa dan pembau dilakukan oleh semua probandus digunakan alat dan bahan yaitu tissue, buah mangga, buah pisang, penutup mata, dan air mineral. Pertama para probandus menutup mata dengan penutup mata yang dibantu oleh asisten. Selanjutnya probandus meminum air putih guna untuk menetralkan rasa yang telah dicoba sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan mengelap lidah dengan tissue bersih. Asisten kemudian menyuapkan buah kepada probandus yang tidak diketahui sebelumnya buah apa yang akan dimakan oleh probandus dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama dilakukan pada saat hidung tertutup dan perlakuan kedua pada saat hidung terbuka. Setelah itu probandus ditanya apakah dia merasakan rasa yang dimakan dan bau dari makanan yang dia makan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara indera perasa dan pembau pada probandus yang berbeda.

1. 2 Analisa Hasil 1. 2. 1 Indera Perasa Dari hasil percobaan pada uji lokasi pengecap pada probandus yang berbeda diperoleh data sebagai berikut :

Table 1. Lokasi pengecap pada probandus yang berbeda Probandus Lk. Sehat Pr. Sehat Lk. Suka pedas Pr. Suka pedas Lk. Flu Pr. Flu Lk. perokok Ujung lidah Manis, Asam Manis, Pedas Manis, Pedas Manis, Pedas Pedas, Manis Manis, Asin, Pedas Manis, Pedas, Asin Tepi Depan Pedas, Asin, Manis Asin, Pedas Asam Asin Asam Asin Asam Tepi Belakang Manis Asam, Pedas Asin Asam Asin Pangkal lidah Pahit Pahit, Pedas Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit

Dari table pengamatan tersebut dapat terlihat bahwa pada bagian ujung lidah lokasi pengecap lebih didominansi dengan rasa manis dan pedas pada kondisi probandus yang berbeda. Sedangkan pada tepi depan lidah lebih didominan dengan rasa asin dan asam. Pada tepi lidah bagian belakang didominansi dengan rasa asam dan asin sedangkan untuk perempuan flu dan laki-laki perokok tidak dapat merasakan zat perasa yang telah dicobanya. Pangkal lidah memiliki reseptor lokasi mayoritas adalah pahit. Menurut Sloane (2003),Sensasi rasa yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujung depan lidah, yang sensitif terhadap rasa asam terletak di bagian samping lidah, rasa 4

asin pada hampir seluruh area lidah tetapi reseptor terkumpul di bagian samping (kanan dan kiri) lidah dan rasa pahit di belakang (pangkal) lidah.

Gambar 1. Bagian-bagian lidah (Perace,2002)

Berikut ini adalah table pengamatan dari hasil uji indera pengecap untuk mengetahui variasi indera perasa : Table 2. Variasi waktu sensasi Probandus Manis k Lk. Sehat Pr. Sehat 2 4, 5 b 2, 1 6, 3 Asam k 0, 6 4, 7 b 1, 1 3 Asin k 0, 8 3, 4 b 1, 1 3 Pahit k 0, 9 3, 0 B 1, 1 3, 2 Pedas k 1, 4 8, 7 b 7 6 5

Lk. Suka Pedas Pr. Suka Pedas Lk. Flu Pr. Flu Lk. Perokok

7, 2 16 1, 9 5, 8 10

15 3, 4 1, 4 5, 3 23

3, 3 3, 2 2, 5 3, 6 1, 5

5, 5 2, 3 4, 2 3, 2 2, 3

5, 0 13 4 3, 8 1, 4

5, 2 3, 6 3, 5 5, 2 4, 4

19 2, 3 1, 8 2, 6 3, 1

16 2, 7 1, 6 1, 7 1, 5

31 17 1, 5 7, 3 1, 3

5,5 6 8 8,3

Dari table diatas dapat diketahui bahwa pada probandus perokok dan probandus yang suka pedas memiliki waktu yang relatif lebih lama untuk dapat mulai merasakan rasa dari zat perasanya dibandingkan probandus yang lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh rokok yang dapat mengurangi kepekaan perasa. Menurut Chien dkk. (1989), seorang perokok dapat menurunkan sensitivitas sensor perasa di lidahnya. Sedangkan menurut Britanica (2012), mengkonsumsi makanan pedas secara terus-menerus akan mengakibatkan kepekaan indera perasa berkurang dan bisa berakibat mati rasa. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepekaan indera pengecap menurut Mason dan Nottingham (2002) adalah suhu, waktu istirahat, tingkat kelaparan, usia dan jenis kelamin. Selain itu menurut Amerongen (1992), kepekaan dan waktu sensasi yang berbeda juga dapat dipengaruhi oleh air ludah. Air ludah berfungsi sebagai pelarut dan pengkatalisis makanan. Jika air ludah yang diproduksi sedikit maka pelarutan sekaligus pengkatalisian akan berlangsung lebih lama dan sebaliknya. 6

Lidah memiliki selaput lendir yang selalu lembap. Permukaan atasnya seperti beludru yang ditutupi oleh papilla-papila. Papila tersebut terbagi atas (Syafuddin,2006) : Papila sikumvalata, terletak pada pangkal lidah (radiks lingua) atau dasar lidah dab berjumlah 8 sampai 12 buah. Papila ini tersusun membentuk huru V. Papila fungiformis, bentuknya menyerupai jamur dan menyebar pada permukaan ujung lidah. Papilla piliformis, tersebar diseluruh permukaan lidah dan berjumlah sangat banyak. Berfungsi untuk menerima rasa sentuhan dari rasa pengecap yang sesungguhnya. Papila pengecap memiliki fungsi utama yaitu sebagai indera pengecapan. Papil pengecap terdiri 50 sel epitel yang telah mengalami modifikasi. Pada orang dewasa terdapay 3.000 sampai 10.000 papil pengecap pada tiga jenis papilla lidah. Setiap papil pengecap biasanya hanya merespons terhadap satu dari empat substansi primer (Hall, 2010). Menurut Guyton (1990), umumnya paling sedikit seseorang mendapatkan empat kesan pengecapan primer yaitu asam, asin, manis dan pahit. Namun kita tahu bahwa seseorang dapat merasakan beratusratus rasa selain rasa primer tersebut diduga merupakan gabungan dari empat rasa primer seperti halnya warna pada spectrum merupakan gabungan dari tiga warna. Rasa pedas sebenarnya merupakan rasa nyeri yang terjadi pada mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan sensasi pedas. Rasa nyeri tersebut dapat terjadi karena senyawa yang kita makan memili kandungan senyawa capcaicin atau 8-methyl N-vanilly 6-nonenamide. Sensasi rasa pedas itu direspon oleh otak yang akan menyebabkan kenaikan denyut jantung, peningkatan ekskresi keringat dan hormone endorphin (Suaramedia,2009).

Ambang rasa asam oleh asam hidroklorida rata-rata 0.0009 M; untuk rasa asin oleh natrium klorida adalah 0.01 M; untuk rasa sukrosa adalah 0.01 M, sedangkan untuk rasa pahit oleh kuinin adalah 0.000008 M. Rasa pahit memiliki kepekaan rasa lebih dibandingkan rasa-rasa yang lain karena ini berfungsi untuk perlindungan(Guyton, 1990). Glositis atau peradangan lidah merupakan kelainan pada indera lidah yang akut dan kronis. Biasanya ditandai dengan gejalagejala berupa adanya ulkus dan lender yang menutupi lidah, lidah lembek dan pucat, dengan bekas-bekas gigitan pada pinggiran. Penyakit ini dapat terjadi karena adanya infeksi pada gigi (Pearce,2002). Lekoplakia merupakan kelainan pada lidah yang ditandai dengan bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan lidah. Bercakbercak itu juga biasanya terdapat pada selaput lender pipi dan gusi. Penyakit ini ummnya diderita oleh perokok (Pearce,2002).

1. 2. 2Indera Pembau

Berikut ini adalah hasil percobaan dari uji indera pembau untuk mengetahui reseptor pembau dari probandus yang berbeda : Table 3. Kepekaan reseptor pembau Probandus Lk. Sehat Pr. Sehat Lk. Suka pedas Uji Kepekaan OFT (t) 2 menit 32 detik 3 menit 42 detik 1 menit 21 detik ORT (t) 15 menit 15 menit 15 menit 8

Pr. Suka pedas Lk. Flu Pr. Flu Lk. perokok Minyak Cengkeh

41 detik 1 menit 18 detik 3 menit 38 detik 14 detik

15 menit 15 menit 15 menit 15 menit

Dari uji ke tiga dapat diketahui bahwa masa waktu probandus yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan. OFT pada probandus perokok memiliki waktu yang paling singkat. Ort pada uji ini diberikan perlakuan yang sama pada semua probandus yaitu 15 menit. Menurut Turkingston et.al (2009), OFT atau Olfactory Fatigue Times adalah waktu yang diperlukan untuk menerima rangsang bau sampai kahilangan kemampuan membau. Pada setiap seseorang memiliki kemampuan dan waktu yang berbeda. Sedangkan ORT atau Olfactory Recovery Times adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan kepekaan membau pada waktu tertentu. OFT terjadi dikarenakan perubahan pada syaraf olfaktori. Kelainan pada indera penciuman dapat lemah apabila selaput lendir hidung sangat kering, basah ataupun membengkak seperti kelainan pada saat influenza. Kelainan pada indera pebau umumnya disebut osmia. Ambang penciuman seseorang akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada usi 80 tahun 75% kemampuan penciuman untuk membau terganggu. Kelainan pada indera penciuman contohnya (Guyton, 1990) : Anosmia, merupakan kelainan karena tidak adanya indra penciuman Hiposmia, penyakit dikarenakan pengurangan sensitivitas olfaktorius 9

Disosmia, indera penciuman yang berubah Parosmia, perubahan presepsi bau yang sebenarnya terdapat sumber bau, umumnya bau tidak enak Agnosia, tidak dapat membedaakan baud an menyebutkannya meskipun dapat mendeteksi bau Ujung syaraf pada indera pembau memiliki selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab. Syaraf ini akan membawa impuls menuju otak di bagian pusat pembau. Di impuls pusat pembau otak akan diterjemahkan dari impuls yang telah diterima. Selaput lender ini diekskresikan oleh sel-sel pembau yang sel-sel ini juga akan menerima rangsang (Guyton, 1988).

1. 2. 3 Hubungan Antara Indera Perasa dan Pembau Berikut ini adalah hasil percobaan dari uji hubungan indera perasa dan pembau : Table 4 . Hubungan Indera Perasa dan Pembau Probandus Makanan Hidung Tertutup membau Lk. Sehat Pisang Mangga Pr. Sehat Pisang Mangga Lk. Suka Pisang mengecap Hidung Terbuka membau mengecap 10

Pedas Pr. Suka pedas Lk. Flu

Mangga Pisang Mangga Pisang Pisang

Pr. Flu

Pisang Mangga

Lk. Perokok

Mangga Pisang

Dari table diatas dapat diketahui bahwa pada perlakuan hidung tertutup hampir setiap probandus tidak dapat membau makanan yang dimakannya. Namun probandus tetap dapat merasakan rasa makanan meskipun hidung tertutup. Sedangkan pada saat perlakuan hidung terbuka probandus dapat mencium bau dari makanan yang dimakan serta dapat merasakan makanannya. Hal ini dapat diketahui bahwa hubungan antara indera perasa dan penciuman sangat berkaitan. Menurut Syaifuddin (2009), indera penciuman atau pembau adalah alat dalam rongga badan yang erat hubungannya dengan indera perasa. Sebagian rasa makanan merupakan kombinasi dari indera perasa dan pembau. Pada manusia, bau memiliki muatan afeksi yang bisa menyenangkan atau membangkitkan rasa penolakan atau nafsu makan. Hidung merupakan organ indera penciuman. Hidung memiliki bentuk dan struktur menyerupai kerucut. Olfaktori adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari makanan. Reseptor olfaktorius terletak pada bagian 11

khusus mukosa hidung dan berpigmen kekuningan. Pada setiap reseptor olfaktorius merupakan satu neuron.

2. PENUTUP 2.1Kesimpulan Organ yang khusus kaitannya dengan indera pengecap adalah lidah. Sedangkan organ khusus untuk indera pembau adalah hidung. Lokasi pengecap pada manusia umunya manis pada ujung lidah, asam dan asin pada tepi lidah, dan pahit pada pangkal lidah. Tetapi lokasi pengecap seseorang dapat berubah karena kondisi seseorang. OFT dan ORT setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda bergantung kondisi individu tersebut. Indera perasa dan indera pengecap memiliki hubungan yang erat dan tidak terpisahkan karena bau suatu makanan akan membantu untuk membangkitkan rasa penolakan atau nafsu makan. 2.2Saran Sebaiknya para paraktikan lebih serius untuk melakukan praktikum. Asisten sebaiknya membagi praktikan dibagi menjadi 4 kelompok dan perkelompok itu bertanggung jawab atas uji jadi praktikan bisa sedikit lebih memperhatikan uji-uji yang dilakukan oleh para probandus.

12

DAFTAR PUSTAKA Amerongen, Van Nieuw. 1992. Ludah dan Kelenjar Ludah. Yogyakarta : Gadjah Mada Unuversity Press. Guyton, Arthur C. 1990. Human Physiology and Mechanism of Disease. United states : W.B. Saunders Company. Hall, John E. 2010. Pocket companion to Guyton and Hall textbook of Medical Physiology. Texas : Elsevier Inc. Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomy and Physiology for Nurses. Jakarta : PT. Gramedia. Sloane, Ethel. 1994. Anatomy and Physiology : An Easy Learner. Burlington : Jones and Bartlett Publishers Inc. Suaramedia. 2009. Efek Negatif Sensasi Cabai,Iritasi Lidah dengan Pola Aneh. http://www.suaramedia.com/gayahidup/makanan/39744-efek-negatif-sensasi-cabai-iritasi-lidahdengan-pola-aneh.html. Diakses pada 09 Oktober 2012. Syafuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC. Turkingston, Carol and Joseph R. Harris. 2009. The Encyclopedia of The Brain and Brain Disorder. Infobase Publishing: New York

13

You might also like