You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN

INDERA PENGLIHATAN DAN PERSEPSI

Nama NIM

: Ayu Hilyatul Millah : 115090107111017

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012 KATA PENGATAR 1

Puji syukur panulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya penulis telah berhasil menyusun Laporan Praktikum Anatomi dan Fisiologi Hewan Indera Penglihatan dan Persepsi. Dalam penyelesaian laporan dan melakukan percobaan ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : Kedua orang tua penulis dan sekeluarga yang selalu memberikan dorongan dan semangat baik secara materiil ataupun moriil Asisten praktikum yang bersedia membimbing dan berbagi ilmu dalam pelaksanaan praktikum dan pembuatan praktikum ini Probandus-probandus sekaligus teman-teman saya yang bersedia menjadi sukarela untuk bersedia membantu dalam pelaksanaan praktikum ini

Penulis menyadari walaupun sudah berusaha dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari Tiada Gading Tak Retak dalam arti laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun disemua pihak.

Malang, 22 Oktober 2012 Penulis

INDERA PENGLIHATAN DAN PERSEPSI


BAB I HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukannya percobaan ini dilakukan penentuan suka rela yang bersedia menjadi probandus. Probandus ini terbagi atas 6 kriteria yaitu: Laki-laki mata normal Laki-laki mata minus Laki-laki mata silinder Perempuan mata normal Perempuan mata minus Laki-laki mata silinder : Ahmad Febri Pratama : Muhammad Fahmi : Raden Prawira : Isyatul Azizah : Annisa Kusuma Ningtyas : Galuh Wening Permatasari

Percobaan ini dilakukan 9 uji, yaitu uji lokasi pengecap pada probandus yang berbeda,yaitu bintik buta, perimbangan entoptik pada pupil, astigamatisma, batas konvergensi, kedalam persepsi terang, buta warna dan fenomena purkinje, efek setelah melihat warna, pola akibat getaran warna dan gerakan akibat hasil kerja. 1. 1. Analisa Prosedur 1. 1. 1 Bintik Buta Uji bintik mata bertujuan untuk memeriksa kesehatan mata. Uji ini menggunakan gambar peragaan blind spot dan penggaris. Pada gambar peragaan blind spot tersebut terdapat gambar bintang dan bulan sabit. Kemudian probandus menutup mata sebelah kanannya, sedangkan mata kirinya fokus untuk melihat gambar 3

peragaan tersebut. Penggunaan satu mata untuk mengetahui bintik mata pada mata sebelah kiri dan diperoleh fokus pada mata satu. Gambar diletakkan horizontal dab dipandangi secara terus-menerus pada titik bintang bukan bulan sabitnya. setelah diperhatikan beberapa saat, gerakkan gambar peraga secara perlahan menuju mata probandus sampai gambar dari salah satu kertas peraganya hilang. Kemudian ukur jarak antara probandus dengan kertas pada saat gambar mulai hilang baik yang bulan sabit ataupun bintangnya. Jarak menggunakan satuan sentimeter dan dicatat pada table pengamatan. Dilakukan perlakuan yang sama pada setiap probandus sebagai perbandingan probandus yang satu dengan yang lain pada kondisi mata probandus yang berbeda. 1. 1. 2Perimbangan Entoptik Pada Pupil Uji perimbangan entoptik pada pupil ini digunakan kacamata non transparan, difragma dengan tengah berlubang yang diameternya 2mm, pensil dan kertas blanko. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kerja pupil dan peran pupil dalam menanggapi rangsangan cahaya. Menurut Guyton (1988), bila cahaya yang disinarkan pada mata pupil mengecil maka akan terjadi suatu reaksi yang dinamakan reflek cahaya pupil, yang berfungsi untuk mengadakan adaptasi dengan cepat sekali terhadap perubahan cahaya. Pertama probandus menggunakan kacamata yang telah terpasang diafragma sebelumnya pada muka kacamata sebelah kanan sedangkan mata lainnya tertutup. Kemudian probandus akan melihat suatu gambaran bulat, yang agak kabur dan titik terang. Selanjutnya lepas mata yang ditutupi, dan tanyakan kepada probandus apa yang terjadi pada titik terang tersebut, apakah membesar ataupun mengecil. Dari jawaban probandus, dicatat pada table pengamatan. Dilakukan hal yang sama pada setiap probandus untuk mengetahui perbandingan antara probandus yang satu dengan yang lain pada kondisi mata yang berbeda. 1. 1. 3 Astigmatisma Uji astigmatisma bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan bentuk lensa terhadap penglihatan. Uji ini menggunakan sampel cetakan yang telah disediakan oleh asisten. Kemudian 4

probandus ditunjukkan sebuah gambar bentuk bulatan, dan ditanyai pertanyaan-pertanyaan berikut : Apakah benar hanya terlihat garis lingkaran-lingkaran gelap? Apakah pada semuat tempat terdapat garis-garis yang sama tebal dan sama gelap? Apakah terlihat bila salah satu mata tertutup? Apakah sama jika dengan mata keduanya terbuka? Apakah yang terlihat jika pada sampel digerakkan pelan-pelan? (Penggerakan dilakukan dengan mengubah posisi X pada bagian tengah gambar sampai menjadi tanda +) Apakah garis gelap yang tinggal sama dengan yang hitam, apa terdapat perbedaan antar garis gelap yang sama setiap batang dan perubahan warna? Pertanyaan tersebut untuk mengetahui respon-respon yang terjadi pada masing-masing probandus yang berbeda, dan kemudian dibandingkan antara hasil probandus yang satu dengan yang lain. Perlakuan dilakukan sama pada setiap probandus untuk mengetahui pengaruh kondisi mata probandus pada uji ini. 1. 1. 4 Batas Konvergensi Uji batas konvergensi ini bertujuan untuk mengetahuo batas konvergensi pada setiap probandus. Alat yang digunakan hanya berupa sampel cetakan yang terdapat gambar laki-laki dan perempuan yang berlari. Kemudian probandus meletakkan alat peraga tersebut didepan muka probandus dan diamati gambar tersebut. Diamati secara terus-menerus agar diperoleh fokus. Selanjutnya gambar digerakkan menuju mata probandus sampai gambar laki-laki dan perempuan tersebut bertemu. Kemudian pada jarak disaat gambar tersebut bertemu ukur dengan menggunakan penggaris. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui jarak tertentu pada masing-masing probandus yang berbeda dan kemudian dibandingkan untuk mengetahui apakah kondisi mata akan mempengaruhi batas konvergensi seseorang. 1. 1. 5 Kedalam Persepsi Terang 5

Uji ini bertujuan untuk mengetahui warna yang sensitif terhadap sel batang dan sel kerucut pada setiap kondisi probandus. Alat-alat yang diperlukan uji ini adalah kacamata, filter merah, filter biru dan gambar sampel yang berwarna. Kemudian probandus melihat gambar sampel dan melihat garis-garis yang berwarna dari gambar tersebut. Dan ditanyai warna apa yang ditunjuk oleh asisten. Selanjutnya probandus menggunakan kacamata memakai kacamata yang telah dipasang filter merah tiga lapis dan dilanjutkan dengan asisten bertanya kepada probandus warna apa yang ditunjuk pada gambar sampel berwarna tersebut. Kemudian lakukan hal yang sama pada kacamata dengan filter warna biru. Dari hasil tanpa filter, fiter merah dan filter biru dicatat pada table pengamatan. Perlakuan yang sama dilakukan oleh setiap probandus sebagai perbandingan probandus yang satu dengan yang lainnya. 1. 1. 6 Buta Warna dan Fenomena Purkinje Uji buta warna dan fenomena purkinje ini bertujuan untuk mengetahui adanya buta warna dan fenomena purkinje pada setiap probandus. Uji buta warna dalam uji ini menggunakan tes stilling dan ishihara. Menurut Guyton (1988), tes stilling dan ishihara merupakan suatu metode untuk menentukan buta warna dengan cara cepat berdasarkan penggunaan kartu bintik-bintik dengan pencampuran dari berbagai macam warna. Bintik-bintik warna tersebut menunjukkan sebuah pola berupa angka atau huruf yang harus ditebak oleh setiap probandus. Probandus yang diuji mengatakan angka ataupun huruf yang digambarkan oleh pola kartu Ishihara. Menurut Guyton (1988), dengan mempelajari kartu ini, pada saat bersamaan mangamati kurva kepekaan spektrum berbagai kerucut pada kartu , dengan mudah dipahami oleh normal dibandingkan dengan penderita buta warna.

Gambar 1. Kartu Ishihara (Dodi,2010) Alat yang digunakan uji ini adalah kertas peraga yang memiliki warna orange dan merah; kacamata besar dan filter hitam kebuan sebanyak 7 buah. Kemudian pada kacamata besar tersebut diisi 7 lapisan filter yang berwarna hitam keabuan pada bagian depan mata. Selanjutnya probandus diadaptasikan dengan menggunakan kacamata tersebut selama 5 menit.Menurut Guyton (1988), jika seseorang berada ditempat gelap untuk waktu yang lama, pada dasarnya retina dan opsin di dalam batang dan kerucut menjadi pigmen peka cahaya. Dengan kata lain, dengan adanya adaptasi menggunakan kacamata yang telah dipasanga filter 7 lapis akan memberikan suasana gelap sehingga membuat probandus menjadi lebih peka terhadap cahaya. Kemudian probandus dihadapkan pada kertas peraga dan ditanyai apakah dia bisa dapat membedakan gelap terang pada kertas peraga tersebut dan apakah dia dapat membedakan warna yang ada pada kertas peraga tersebut. Pertanyaan tersebut ditanyakan setiap filter satu persatu pada kacamata yang digunakan probandus dilepas. Pada saat pelepasan filter satu persatu probandus mengahadap kearah bawah agar probandus tetap dapat peka terhadap cahaya. Mulai filter keberapa probandus mulai dapat membedakan gelap terang dan warna dan dicatat pada tabel pengamatan. Dilakukan hal yang sama pada semua probandus. Hal ini dilakukan sebagai perbandingan antara probandus yang satu dengan yang lainnya. 7

1. 1. 7 Efek Setelah Melihat Warna Uji efek setelah melihat warna ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mata untuk beradaptasi pada situasi tertentu. Uji ini digunakan kertas sampel berwarna yang memiliki warna merak, kuning, hijau dan biru pada sisi kanan, sedangkan pada sisi kiri putih kosong. Selanjutnya probandus memandangi kertas yang memiliki warna tersebut dalam waktu tertentu. Kemudian probandus melihat pada sisi kanan kertas yang putih dan efek warna apa yang terlihat pada kertas tersebut. Perlakuan ini dilakukan pada masingmasing warna yang tersedia yaitu merah, kuning, biru, dan hijau. Dari hasil uji ini dicatat pada tabel pengamatan efek warna apa yang terjadi. Dilakukan perlakuan yang sama pada setiap probandus sebagai perbandingan pada probandus dengan kondisi mata yang berbeda. 1. 1. 8 Pola Akibat Getaran Warna Uji pola akibat getaran warna bertujuan untuk mengetahui respon mata ketika melihat warna yang berberak. Alat yang digunakan dalam uji ini adalah rotor yang berputar dengan motor dengan kecepatan teratur. Pada rotor tersebut terpasang 3 warna primer yaitu merah, kuning dan biru. Kemudian probandus mengamati rotor yang berputar tersebut selama 30 detik. Kemudian warna apa yang ditunjukkan pada saat warna sedang berputar. Setiap perputaran digunakan perosentase berbeda dari warna yang ada, yaitu perbandingan sama, dominan kuning, dominan merah dan dominan biru. Perbandingan yang berbeda tersebut untuk mengetahui perbedaan prosentase apakah berpengaruh terhadap hasil warna yang ditunjukkan pada saat berputar. Dari hasil uji ini kemudian dicatat pada tabel pengamatan. Dilakukan perlakuan yang sama pada setiap probandus sebagai perbandingan pada probandus dengan kondisi mata yang berbeda. 1. 1. 9 Gerakan Akibat Hasil Kerja Uji ini bertujuan untk mengetahui daya akomodasi mata. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat peraga berupa rotor yang bergambar lingkaran dan berputar dengan motor penggerak dengan 8

kecepatan yang teratur. Sebelumnya probandus melihat hidung dari asiten sebagai parameter setelah mengamati rotor tersebut. Kemudian probandus mengamati rotor yang berputar tersebut selama 30 detik dan mengamati apa yang terjadi pada lingkaran-lingkaran pada rotor tersebur apakah semakin keluar atau ke dalam. Perputaran dilakukan dengan duplo, yaitu yang pertama searah jarum jam sedangkan yang kedua berlawanan jarum jam. Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya akomodasi mata pada saat perputaran dengan arah yang berbeda. Setelah 30 detik probandus melihat hidung asisten dan mengamati apakah hidung asisten mengalami perubahan membesar ataupun mengecil. Hal ini dilakukan untuk mengetahui akibat hasil kerja mata dari daya akomodasi mata setelah melihata rotor yang berputar. Dilakukan perlakuan yang sama pada setiap probandus sebagai perbandingan pada probandus dengan kondisi mata yang berbeda. 1. 2. Analisa Hasil

1. 2. 1 Bintik Buta Berikut ini adalah data hasil pengamatan dari percobaan bintik buta dari berbagai probandus : No Jarak Bintik Buta Pria Wanita 1. Normal 36 cm 26 cm 2. Minus 45 cm 31 cm 3. Silinder 24 cm 43,5 cm Tabel 1. Hasil uji bintik buta pada beberapa probandus Probandus

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa probandus yang normal memiliki jarak bintik buta relative lebih pendek dibandingkan probandus yang minus dan silinder. Namun pada probandus pria yang silinder memiliki jarak lebih pendek dibandingkan dengan pria normal atau pun minus. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi mata probandus yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan bintik buta pada masing probandus yang berbeda. 9

Menurut Sherwood (2002), cahaya yang masuk mata akan dibiaskan oleh kornea dan masuk kedalam pupil samapai masuk pada lensa mata. Lensa mata akan mengfokuskan sampai pada bintik kuning makan benda yang terkena cahaya akan terlihat. Namun lensa memfokuskan mengenai bintik buta maka benda tidak akan terlihat, karena pada bintik buta tidak memiliki sel kerucut dan batang yang tidak dapat meneruskan rangsangan menuju saraf optik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi uji ini yakni intensitas cahaya yang mengenai benda yang mengenai retina. Karena intensitas cahaya yang sedikit tidak memungkinkan cahaya dapat dibiaskan sampai mengenai bintik kuning. Selain itu menurut Watson (1995), sel batang yang berisi suatu pigmen yang disebut ungu visual,yang berfungsi menyintesis vitamin A yang dibutuhkan dan kekurangan vitamin A menybebkan buta senja. Dengan kata lain selain intensitas cahaya, vitamin A yang dimiliki oleh seseoarng juga merupakan faktor yang mempengaruhi uji ini karena dibutuhkan oleh sel batang.

1. 2. 2 Perimbangan Entoptik Pada Pupil Berikut ini merupakan hasil uji dari perimbangan entoptik pada pupil dari probandus-probandus yang berbeda : No. Entoptik Pupil Keadaan Mata Pria Wanita Terbuka Kecil Besar 1. Normal Tertutup Besar Kecil Terbuka Besar Kecil 2. Minus Tertutup Kecil Kecil Terbuka Kecil Kecil 3. Silinder Tertutup Besar Besar Tabel 2. Hasil uji perimbangan entoptik pada pupil Probandus

Dari hasil uji perimbangan entoptik pada pupil, dapat terlihat bahwa pada saat keadaan mata terbuka, probandus lebih 10

banyak mengalami perubahan mengecil dibandingkan besar pada semua probandus tanpa mengetahui kondisi mata dari probandus. Sedangkan pada saat keadaan mata tertutup, membesar dan mengecil yang dialami oleh perobandus pada titik diafragma adalah sama, artinya kecil dan besar fifty-fifty. Dari hasil uji ini dapat terlihat bahwa kondisi mata (normal, minus dan silinder) tidak begitu berpengaruh dalam perimbangan entoptik pada pupil. Terdapat suatu muara berbentuk lingkaran pada bagian sentral yang disebut pupil. Pupil yang berkontraksi dalam cahaya terang untuk mencegah terlalu banyak cahaya yang masuk ke mata dan berdilatasi, jika cahaya sedikit atau kurang untuk memungkinkan cahaya yang banyak sampai di retina(Watson,1995). Jadi yang menjadi faktor yang mempengaruhi uji ini adalah intensitas cahaya yang masuk kemata dan akhirnya dibiaskan oleh kornea melewati aqueous humor.

Gambar 2. Pupil (Watson,1995) 1. 2. 3 Astigmatisma Brikut ini adalah tabek hasil uji dari astignatisma pada masing masing probandus :
Pernyataa n Probandus Normal Pria Minus Silinder Normal Wanita Minus Silinder

Tidak

Tidak

Ya 11

Tidak

Tidak

Tidak

2 3 4 5 6

Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tabel 3. Hasil uji astigmatisma

Ya Ya Ya Tidak Tidak

Ya Ya Tidak Ya Tidak

Dari hasil uji astigmatisma dapat terlihat bahwa mayoritas probandus tidak hanya melihat garis lingkaran gelap pada sampel cetakan; melihat garis-garis yang tampak sama lebar dan sama gelap; mayoritas probandus juga melihat tampak sama pada saat mata satu maupun dengan kedua matanya dibuka, sedangkan untuk garis-garis tersubut apakah seolah bergerak atau tidak dihasilkan fifty-fifty artinya anta probandus yang merasakan garis itu bergerak dengan garis tersebut tidak bergerak adalah bernilai sama besar. Astigmatisma terjadi apabila salah satu komponen system lensa menjadi bentuk telur dari pada sferis. Tambahan pula kornea atau lensa kristaline menjadi memanjang ke salah satu arah. Dengan demikian radius kurvatura menjadi lebih besar pada arah memanjang. Sebagai konsekuensi berkas cahaya yang masuk lewat kurvatura yang panjang akan difokuskan dibelakang retina sedangjan berkas cahaya yang masuk lewat kurvatura yang pendek difokuskan di depan retina. Penderita yang mengalamu mata astigmatisma akan terganggu penglihatannya tidak dalam segala arah, sehingga penderita ini dianjurkan memakai kaca mata silindris atau kaca mata toroidal. Untuk dapat menemukan astigmatisma dipergunakan gambar yang tercantum dibawah ini. Penderita astigmatisma dengan satu mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas dari pada ke arah yang berlawanan(Gabriel,1988). 1. 2. 4 Batas Konvergensi Berikut ini adalah hasil pengamatan dari uji batas konvergensi pada masing-masing probandus : 12

No. 1. 2. 3.

Probandus

Jarak Yang Dicapai Saat Gambar Bersentuhan

Pria Wanita Normal 8 cm 11 cm Minus 18 cm 15 cm Silindris 10 cm 7 cm Tabel 4. Hasil uji batas konvergensi

Dari hasil uji batas konvergensi terlihat bahwa pada kondisi mata yang minus memiliki jarak yang dicapai lebih panjang dibandingkan dengan mata yang normal ataupun silider. Sedangkan pada pria normal memiliki jarak yang lebih pendek pada wanita normal. Sedangkan pada pria silinder memiliki jarak yang dicapai lebih jauh dibandingkan dengan perempuan silider. Pupil yang merupakan pusat dari iris akan dilewati pertama kali oleh cahaya yang kemudian ukurannya akan dikendalikan oleh otot radial dan sirkular. Hal ini berfungsi untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif pada saat cahaya masuk pada mata. Intensitas cahaya yang masuk terlalu tinggi akan merusak retina pada mat (Elain and Hoehn, 2010). Faktor yang dapat mempengaruhi uji adalah intensitas cahay yang masuk kedalam mata. Karena intensitas cahaya yang masuk ke mata akan diatur oleh pupil sehingga dikendalikan oleh otot radial dan sirkulasi. Faktor lainnya adalah fokus dari probandus karena pada saat probandus tidak fokus maka tidak akan diperoleh gambar yang dapat bertemu. 1. 2. 5 Kedalam Persepsi Terang Berikut ini adalah hasil dari uji kedalam persepsi terang pada masing-masing probandus : Probandus Warna Terang 13 Hasil Pengamatan Tanpa Filter Filter

Biru Normal Merah Berimpitan Biru Minus Merah Berimpitan Silindris Biru Merah Berimpitan Biru Merah Berimpitan Minus Biru Merah Berimpitan Biru Merah

Filter Biru Merah Hitam Biru Merah Tidak Terlihat Biru Merah Biru-Merah Biru Merah Biru-Merah Biru Merah Merah-Biru Biru Merah

Biru Abu-abu Hitam Hitam Tidak Terlihat Hitam Hitam Hitam Merah Merah Biru Merah Tidak Terlihat Biru Biru Biru Hitam Hitam

Merah Hitam Merah Kehitaman Hitam Hitam Tidak Terlihat Hitam Hitam Hitam Hitam Merah Tidak Terlihat Biru Merah Merah Merah Hitam Tidak Terlihat Hitam

Normal

Silindris

Berimpitan Merah-Biru Abu-abu Tabel 5. Hasil uji ke dalam persepsi terang

Dari uji ini terlihat bahwa uji tanpa menggunakan filter menghasilkan tidak adanya perubahan atau tetap, kecuali pada pria minus yang tidak terlihat. Sedangkan untuk filter biru dihasilkan warna yang beragam pada garis biru ada yang berwarna abu-abu, tetap biru dan hitam; pada garis merah juga dihasilkan warna yang beragam. Perbedaan ini dapat terjadi karena menurut Cameron, (1992), kemampuan mata mengenali garis-garis yang terpisah bergantung pada kehitaman (seberapa hitam) dan keputihan relatif garis-garis tersebut dan resolusi jauh lebih rendah apabila gari-garis 14

tersebut adalah dua garis keabu-abuan dibandingkan dengan apabila salah satunya hitam yang lain putih. Pada filter merah, garis merah kebanyakan dari probandus tidak dapat melihat, meskipun terdapat beberapa yang melihat lebih hitam. Uji ini menunjukkan bahwa interpretasi warna tidak hanya dilakukan oleh retina, tetapi juga oleh otak. Menurut Guyton (1988), dari penyelidikan psikologis dapat diketahui bahwa pada saat seseorang memasang filter hijau monokromatik pada didepan mata kiri da filter merah disebelah merah akan terlihat warna kuning. Hal ini tentu tidak akan terjadi pada retina, karena satu retina dimungkinkan hanya bereaksi pada terhadap cahaya hijau dan lainnya hanya terhadap cahaya merah. Meskipun demikian sensasi ini tidak tercampur sejelas didalam retina. 1. 2. 6 Buta Warna dan Fenomena Purkinje Berikut ini adalah hasil dari uji buta warna dan fenomena purkinje pada masing-masing probandus : No. 1. Normal 2. Wanita 10 % Probandus Pria Buta Warna 0% Fenomena Purkinje Filter 4 : gelap terang Filter 4 : bisa membedakan warna Filter 6 : gelap terang Filter 3 : bisa membedakan warna Filter 6 : Gelap terang Filter 3 : bisa membedakan warna Filter 4 : gelap terang Filter 4 : bisa membedakan warna

3. Minus 4.

Pria

10%

Wanita

0%

15

Filter 4 : gelap terang 5. Pria 20% Filter 4 : bisa membedakan warna Silindris Filter 3 : gelap terang 6. Wanita 20% Filter 2 : bisa membedakan warna Tabel 6. Hasil uji buta warna dan fenomena purkinje Dari hasil uji ini terlihat bahwa semua probandus dinyatakan tidak mengidap buta warna hal ini ditunjukka bahwa prosentase buta warnanya hanya kecil. Sedangkan untuk fenomena purkinje kebanyakan probandus mulai dapat membedakan gelap terang mulai filter 6 dan 4. Dan untuk membedakan warna adalah mulai filter 4. Paling kecil kepekaannya adalah wanita silinder yang mulai dapat membedakan warna baru pada filter ke dua dan gelap terang pada filter ke tiga. Purkinje merupakan dapat terjadi jika kita berpindah dari tempat yang cahayanya tinggi menuju tempat yang cahayanya kecil. Perpindahan ini menyebabkan ketidak tajaman pada penglihatan kita (Indo Family Health,2008). Tes buta warna dapat dilakukan dengan kartu tes stilling dan Ishihara. Tes ini merupakan metode paling cepat yang bisa digunakan untuk mengetahui kondisi buta warna atau tidak. Buta warna terjadi akibat disfungsi atau ketiadaan subtoipe (konus) fotoreseptor yang distimuli oleh cahaya merah, hijau atau biru, yang menyebabkan kesulitan membedakan warna tertentu. Buta warna yang disebabkan oleh defiensi salah satu sub tipe konus ini sering kali mengenai konus merah atau hijau(Brooker, 2005). Buta warna biasanya dikarenakan gangguan genetic terkait seks . Individu yang mengalami buta warna hanya melihat warna yang terbentu oleh aktivitas dua jenis sel kerucut. Buta warna diwariskan melalui kromosom X; oleh karena itu, buta warna biasanya mengenai pria. Pada kasus yang ekstrem, dapat terjadi defiensi lebih dari satu sel kerucut warna(Corwin,2008). 1. 2. 7 Efek Setelah Melihat Warna 16

Berikut ini adaah tabel hasil uji dari efek setelah melihat warna pada masing-masing probandus : No. Probandus Efek Setelah Melihat Warna Pria Wanita Hijau : Kuning: Hijau : Kuning : putih putih kuning Biru Biru : Merah : Biru : Merah : hijau putih merah Toska Hijau : Kuning : Hijau : Kuning : merah putih putih putih muda Biru : Merah : Biru : Merah : kuning Merah biru merah Hijau : Kuning : Hijau : Kuning : putih hijau putih putih Biru : Merah : Biru : Merah : merah putih merah ungu

1.

Normal

2.

Minus

3.

Silindris

Tabel 7. Hasil uji efek setelah melihat warna

Dari tabel hasil uji efek setelah melihat warna dapat diketahui bahwa efek yang ditimbulkan dari melihat warna dalam waktu yang relative lama akan menyebabkan perubahan warna ataupun warna yang sama dengan warna yang dilihat sebelumnya atau tidak ada efeknya, artinya sama seperti yang dilihat pada kertas berikutnya yaitu putih. Perubahan ataupun tidak itu tidak berpengaruh pada kondisi mata probandus yang minus, silinder ataupun normal. Karena terkadang efek yang ditimbulkan setelah melihat warna beragam hasilnya. Faktor yang memperngaruhi uji ini adalah kondisi probandus itu sendiri karena terkadang efek yang ditimbulkan antara individu yang satu dengan yang lain berbeda. Kita ketahui bahwa sel kerucut sangat peka terhadap cahaya yang berbeda. Teori penting yang mengenai penglihatan warna adalah dari Young, yang kemudian dikembangkan oleh Helmholtz. Oleh karena itu teori dikenal denga Young-Helmholtz yang menurut mereka, ada tiga jenis sel kerucut yang masing-masing bereaksi secara maksimal terhadap suatu warna yang berbeda. 17

Kepekaan spektrum dari tiga jenis sel kerucut ini sama seperti kurva absorbansi cahaya untuk tiga pigmen yang ditemukan oleh masingmasing sel kerucut. Interpretasi warna dilakukan oleh sebagian retina dan sebagian oleh otak. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa cahaya monokromatik merah dengan panjang gelombang tertentu merangsang kerucut merah ke suatu nilai rangsangan, sedangkan nilai itu akan merangsang nilai rangsang kerucut hijau, namun tidak sama sekali merangsang kerucut biru sama sekali(Guyton,1988).

Gambar 3. Hubungan antara intensitas penerangan dengan frekuensi kritis untuk penyatuan (Guyton,1988)

1. 2. 8 Pola Akibat Getaran Warna Berikut ini adalah table hasil uji dari pola akibat getaran warna pada masing-masing probandus : No. 1. Probandus Normal Sama Kuning Biru Persepsi Terang Pria Wanita Abu-abu keunguan Putih keabuan Putih Abu-abu keunguan kekuningan Kuning keabuan Putih kebiruan 18

2.

3.

Putih keunguan Sama Abu-abu Putih keabuan Kuning Kuning Putih kebiruan Minus Biru Biru Abu-abu kejinggaan Abu-abu Merah Coklat kemerahan Sama Merah Kuning gading Kuning Kuning gading Kuning Silindris Biru Biru Abu-abu Merah Merah keunguan Krem Tabel 8. Hasil uji pola akibat getaran warna Merah Abu-abu kemerahan

Dari hasil uji diatas dapat diketahui bahwa pola akibat getaran warna tersebut hanya bersifat relative, artinya perubahan warna pada saat rotor diputar dihasilkan warna tertentu yang warna tersebut tanggapan dari masing-masing probandus berbeda. Uji ini juga tidak berpengaruh dari kondisi mata probandus baik minus, linder ataupun normal. Faktor yang dapat mempengaruhi uji ini adalah ketepatan dalam pembagian prosentase warna dari rotor. Karena perbedaan prosentase yang berbeda pada saat dilakukan pemutarana meskipun tetap dominan warna tertentu akan dihasilkan warna yang berbeda pula. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah pengetahuan warna-warna dari probandus dan persepsi warna yang berbeda antara probandus yang satu dengan yang lainnya. Maksudnya terkkadang ada seseorang yang menyebutkan itu kuning ada pula yang menyebutkan krem. Itu bergantung dari opini dari masing-masing probandus. 1. 2. 9 Gerakan Akibat Hasil Kerja Berikut ini adalah table hasil uji dari gerakan akibat hasil kerja pada masing-masing probandus : 19

No. 1. 2. 3.

Jenis Probandus Normal Minus Silindris Searah Berlawanan Searah Berlawanan Searah Berlawanan

Getaran Akibat Hasil Kerja Pria Wanita Keluar, tetap Keluar, tetap Keluar, tetap Keluar, tetap Keluar, kecil Masuk, kecil Masuk, kecil Keluar, besar Keluar, tetap Keluar, tetap Keluar, tetap Keluar, kecil

Tabel 9. Hasil uji gerakan akibat hasil kerja

Dari hasil uji ini terlihat pada saat rotor berputas searah dengan jarum jam kebanyakan berakibata pada probandus adalah lingkaran-lingkaran hitam yang seolah keluar dan hidung dari asisten tetap. Sama halnya dengan perputaran rotor yang berlawanan dengan jarum jam juga banyak berakibata lingkaran-lingkran pada rotor adalah keluar dan hidung asisten tetap atautidak ada perubahan. Perubahan hidung asisten lebih terlihat pada probandus yang minus, seperti pada pria yang minus melihat rotor berlawanan arah jarum jam mengakibatkan hidung asisten menjadi kecil. Hal sama dialami pada wanita minus pada saat setelah melihat rotor yang berputar searah dengan arah jarum jam yaitu hidung asisten mengecil. Mekanisme akomodasi yaitu dalam keadaan normal, lensa terdiri dari kapsul elastik yang diisi dengan serabut protein kental tetapi transparan. Bila lensa sedang mengalami relaksasi, maka kapsul akan membentuk sferis yang disebabkan kerna elastisitas kapsul. Terdapat 70 ligamen secara radial pada lensa akan terus menerus ditegangkan oleh tarikan elastis yang menyebabkan lensa itu tetap relatif pipih dalam keadaan mata yang beristirahat. Terdapat serabut-serabut otot pada ligament yang bila berkontraksi, insersi ligament tersebut ditarik kedepan dan akhirnya mengendurkan sejumlah ketegangan tertentu. Salah satu serabutnya adalah serabut sirkuler bila mereka berkontraksi akan terjadi stingfer, yang menurunkan diameter lingkaran yang memungkinkan ligament tersebut manarik kurang kuat pada kapsul lensa. Pengaturan akomodasi tersebut dilakukan oleh saraf otonom (Guyton,1988).

20

Faktor yang mempengaruhi dari uji adalah kondisi mata. Maksudnya adalah kondisi mata pada saat lelah atau tidak. Karena menurut Pheasent (1996), kelelahan mata yang dapat menimbulkan ketegangan pada mata, yang dapat disebabkan bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman sehingga mengakibatkan otot-otot akomodasi tegang. 1. 2. 10 Kelainan Pada Indera Penglihatan Mata normal akan memfokuskan objek yang terletak sejauh 6 meter atau lebih, tepat pada retina, keadaan seperti ini disebut dengan emmetrop. Seorang miopi, bayangan akan jatuh didepan retina, sedangkan hipermetropi jatuh di belakang retina. Jatuhnya bayangan di depan retina pada mata miopi disebabkan jarak antero-posterior mata melebihi normalnya atau mata yang terlalu lonjong ke belakang. Sebaliknya mata hipermetropi justu lebih pendek dari mata normal (Tambayong, 1999).

Gambar 4. Skema mata miopi dan hipermetropi(Lisarani,2010). Berikut ini adalah kelainan-kelainan yang lainnya pada indera penglihatan : Katarak merupakan kelainan pada lensa mata, yang normalnya transparan, tetapi dapat mengalami kekeruhan, pandangan berkabut. Penyakit ini umunya diderita oleh seseorang yang telah 21

lansia atau lanjut usia. Dengan pertambahan usia menyebabkan protein lensa rusak dan menjadi tidak tembus cahaya. Selain itu penyakit ini juga disebabkan karena sinar ultra violet (sinar matahari) dalam jangka panjang. Lensa yang berkabut menyebabkan lensa tidak dapat membiaskan cahaya. Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan pb engangkatan lensa dan penggunaan kaca mata atau lensa kontak yang dapat menggantikan fungsi pembiasan lensa mata(Scanlon dan Sanders, 2000). Glaukoma ialah peningkatan tekanan intraokular karena terjadi penurunan reabsorpsi humor aquosus ke dalam kanal schlemn. Tekanan intraocular merupakan suatu tekanaan dikarenakan keberadaan humor aquousus di kamera okuli anterior mata. Sering kali glaucoma dapat dikontrol dengan obat-obatan yang mengonstriksi pupil dan mendatarkan iris, sehingga membuka akses ke kanal schlemn. Jika obat-obatan tidak dapat berkerja dengan baik maka diperlukan pembedahan untuk membesarkan kanal schlem(Scanlon dan Sanders, 2000). Konjungtivitas merupakan inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau respon alergi. Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak, dan nyeri ditekan. Konjungtivitas yang disebabkan oleh bakteri terkadang disebut pink eye atau mata merah. Penyakit ini sangat mudah menular(Corwin, 2008) Buta ayam terjadi pada defisiensi vitamin A yang berat. Bila jumlah total vitamin A didalam darah menjadi sangat berkurang, jumlah vitamin A, retinen dan rodhopsin didalam sel batang dan juga zat yag peka terhadap cahaya yang berwarna didalam sel kerucut juga berkurang, sehingga menurunkan kepekaan sel batang dan sel kerucut(Guyton,1988) Persepsi seseorang tidaklah bergantung pada jenis kelamin seseorang. Karena persepsi hanya didasarkan kondisi internal seseorang yang meliputi fisiologis, minat, kebutuhan, daya ingat, pengalaman, perhatian dan suasana hati. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah keunikan, warna, 22

kekontrasan, intensitas, diamati(Swartz,1989).

dan

gerakan

objek

yang

sedang

23

BAB II PENUTUP 2.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya praktikum anatomi fisiologi hewan pada materi Indera Penglihatan dan Persepsi dapat disimpulkan bahwa probandus yang digunakan yaitu pria dan wanita kondisi matanya normal, minus dan silinder adalah berpengaruh pada penglihatan dan persepsi seseorang. Kelainan pada mata dapat terjadi karena faktor usia ataupun faktor eksternal. Presepsi tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin seseorang, melainkan faktor lain yang terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. 2.2 Saran Sebaiknya pada saat praktikum sedang berlangsung para praktikan yang tidak bertugas sebagai probandus lebih kondusif dan memperhatikan setiap peragaan yang dilakukan agar praktikan mengerti dan paham.

24

DAFTAR PUSTAKA Booker, Chris. 2005. Churchill Livingstoness Mini Encyclopaedia Of Nursing, First Edition. Elsevier, Singapore. Corwin, Elizabeth J. 2008. Handbook of Pathopophysiology third edition. Lippicott Williams and Wilkins, Inc., United States of American. Dodi. 2010. Tes Buta Warna Online. http://gocengblog.blogspot.com/2010/09/tes-buta-warnaonline-di-sini.html. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2012. Elaine, N.J., Hoehn, K.2010. Human Anatomy & Physiology. Benjamin Cummings. San Fransisco. Gabriel, J.F. 1988. Medical Physics. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Guyton, Arthur C. 1988. Medical Physiology. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Lisarani, Vareta. 2010. Alat-alat Optik. http://whatteenagersneed.blogspot.com/2010/08/fisikakelas-x-alat-optik.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012. Scanlon, Valerie C., and Tina Sanders. 2000. Essentials of Anatomy and Physiology third Edition. The F.A. Davis Company, Pennsylvania. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Maniusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. 2002. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Swartz, Mark H. 1989. Textbook of Physical Diagnosis. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Tambayong, Jan. 1999. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 25

Watson, Roger. 1995. Anatomy and Physiology for Nurses. Bailliere Tindall Ltd.,

26

You might also like